Anda di halaman 1dari 98

MSN-APPROACH DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PROGRAM PENDIDIKAN GRATIS DI KOTA PALOPO

Disusun dan Diusulkan Oleh :

IQBAL MUHAMMAD FADHULLAH

Nomor Stambuk : 105640 203214

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
MSN-APPROACH DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PROGRAM PENDIDIKAN GRATIS DI KOTA PALOPO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diusulkan Oleh :

IQBAL MUHAMMAD FADHULLAH

Nomor Stambuk : 105640 2032 14

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019

i
PERSETUJUAN

Judul Skripsi : MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan


Program Pendidikan Gratis di Kota Palopo
Nama Mahasiswa : Iqbal Muhammad Fadhullah
Nomor Stambuk : 105640203214
Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Dr. Nuryanti Mustari, S.IP,M.Si

Mengetahui:

Dekan Ketua Program Studi


Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr. Nuryanti Mustari, S.IP,M.Si

ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Iqbal Muhammad Fadhullah

Nomor Stambuk : 10564 02032 14

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri

tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis / dipublikasikan orang lain atau

melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di

kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 23 Januari 2020

Yang Menyatakan,

Iqbal Muhammad Fadhullah

iii
PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pilitik

Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan / Undangan

Menguji Ujian Skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar,

Nomor : 0079/FSP/A.3-VIII/II/41/2020 Sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana (S1) dalam program Studi Ilmu Pemerintahan di

Makassar pada hari Selasa, 04 Februari 2020.

TIM PENILAI

Ketua Sekretaris

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr. Burhanuddin, S.sos.,

M.Si

Penguji :

1. Dr. H. Muhlis Madani, M.Si (Ketua) ( )

2. Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si ( )

3. Rudi Hardi, S.Sos., M.Si ( )

4. Ahmad Harakan, S.IP., M.HI ( )

iv
ABSTRAK

Iqbal Muhammad Fadhullah, 2020. MSN-Approach Dalam Implementasi


Kebijakan Program Pendidikan Gratis di Kota Palopo. (dibimbing oleh
Muhlis Madani dan Nuryanti Mustari).
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan bagaimana
MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan Program Pendidikan Gratis di
Kota Palopo. Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif dengan
pengambilan informan sebanyak 13 (tiga belas) orang yang dipilih menggunakan
teknik purposive sampling bahwa informan memiliki pengetahuan dan informasi
mengenai permasalahan yang diteliti. Data yang dikumpulkan dengan
menggunakan instrument berupa; Observasi dan Dokumentasi serta
dikembangkan Wawancara terhadap informan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MSN-Approach dalam
Implementasi Kebijakan Program Pendidikan Gratis di Kota Palopo secara
Mentality, Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi
dan konsistensi informasi yang di-sampaikan. Sumber daya, meliputi empat
komponen yaitu staf yang cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan
guna pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas
atau tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.System,
Sistem yang dilakukan dalam implementasi kebijakan pendidikan gratis di Kota
Palopo dengan membangun sinergitas dalam ruang lingkup struktur institusi dinas
pendidikan Kota Palopo sehingga manejemen pelaksanaan program pendidikan
gratis dapat berjalan dengan baik yang mengacu kepada perwali No. 70 Tahun
2017 tentang sistem dan petunjuk pelaksanaan pendidikan gratis di Kota Palopo.
Networking, relasi dari dinas pendidikan Kota Palopo guna mendukung program
pendidikan gratis dengan membangun kerjasama dengan BUD (Bendahara Umum
Daerah) yang menyerahkan anggaran ke dinas penddidikan Kota Palopo, dan
kemudian dinas pendidikan Kota Palopo menyalurkan anggaran tersebut sesuai
kebutuhan pendidikan kesetiap sekolah, bekerjasama dengan inspektorat sebagai
pengawas pelaksanaan sebuah program, membentuk Tim Pengelola
Sekolah/madrasah yang dilakukan secara musyawarah, demokratis, dan
transparan.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, MSN-Approach, Pendidikan Gratis

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh

makhluknya terutama manusia. Demikian pula salam dan shalawat kepada Nabi

kita Muhammad SAW yang merupakan panutan dan contoh kita di akhir zaman.

Dengan keyakinan ini sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan Program Pendidikan

Gratis di Kota Palopo”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang saya ajukan untuk memenuhi syarat

memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiayah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Dr.

Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

Secara khusus penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga

kepada kedua orang tua tercinta dan tersayang Ayahanda Abdul Muis, S.Pi dan

Ibunda Hariani Hasim, S.Pd yang sangat berjasa dalam membersarkan, merawat

dan memberikan pendidikan sampai jenjang saat ini, yang tidak pernah bosan

vi
untuk mendoakan, menyemangati, memotivasi serta memberikan bantuan moril

maupun materil. Dan tak lupa pula kasih sayang yang tak hentinya beliau berikan

kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengikuti pendidikan pada program S1 Universitas

Muhammadiyah Makassar

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis

selama menempuh perkuliahan.

5. Pihak Dinas Pendidikan Kota Palopo yang telah banyak memberikan

informasi dan data yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.

6. Saudara(i)ku anak Ilmu Pemerintahan angkatan 2014 seperjuangan dalam

meraih cita-cita yang telah banyak memberikan saran, dukungan, motivasi

dan selalu setia menemani saya dalam suka maupun duka, serta semua

pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.

vii
7. Serta senior-senior yang telah membimbing dan memberikan nasehat-

nasehat yang baik selama saya kuliah selalu mendukung dan mendoakanku

agar bisa secepatnya menyelesaikan skripsi ini.

Dan seluruh rekan serta pihak yang penulis tidak sebutkan namanya satu

persatu, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas bantuan dan doanya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini

sangatlah jauh dari kata sempurna. Dan demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan

kritik yang sifatnya membangun penulis sangat diharapkan. Semoga karya skripsi

ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang

membutuhkan.

Makassar, 23 Januari 2020

Iqbal Muhammad Fadhullah

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH .................................iii
PENERIMAAN TIM ........................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 7
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Kebijakan Publik........................................................................... 8
B. Konsep Implementasi Kebijakan .............................................................. 13
C. Konsep MSN-Approach ............................................................................ 21
D. Konsep Pendidikan Gratis ......................................................................... 29
E. Kerangka Pikir .......................................................................................... 32
F. Fokus Penelitian ........................................................................................ 35
G. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................................ 35

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu dan Lokasi Penelitian. ................................................................... 36
B. Jenis dan Tipe Penelitian........................................................................... 36
C. Sumber Data .............................................................................................. 37
D. Informan Penelitian ................................................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 38
F. Teknik Analisa Data.................................................................................. 39
G. Pengabsahan Data ..................................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................................ 42
1. Kota Palopo ......................................................................................... 42
2. Dinas Pendidikan Kota Palopo............................................................ 46
3. Karakteristik Informan ........................................................................ 50

ix
B. Model MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan Program
Pendidikan Gratis Di Kota Palopo ........................................................... 51
1. Mentality (Mental) ............................................................................. 56
2. System (Sistem) .................................................................................. 63
3. Networking (Jejaring Kerjasama) ....................................................... 70

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 78
B. Saran ..................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya, sangat

di tentukan oleh sumber daya manusia (SDM) yang handal dan memiliki ilmu

pengetahuan, keterampilan, teknologi, dan sikap profesionalisme tinggi yang

dapat di capai melalui pendidikan. Pendidikan yang yang baik, menghasilkan

SDM yang berkemauan dan berkemampuan untuk senantiasa meningkatkan

kualitasnya secara terus menerus dan berkesinambugan. Hal ini penting, terutama

ketika dikaitkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003,

tentang Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang Sisdiknas), yang

mengemukakan bahwa pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan

yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan dalam konteks upaya merekonstruksi suatu peradaban

merupakan salah satu kebutuhan (jasa) asasi yang di butuhkan oleh setiap manusia

dan kewajiban yang harus di emban oleh negara agar dapat membentuk

masyarakat yang memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menjalankan

fungsi-fungsi kehidupan selaras dengan fitrahnya serta mampu mengembangkan

kehidupannya menjadi lebih baik dari setiap masa ke masa berikutnya.

1
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami banyak kendala

khususnya berkait dengan akses pendidikan yang masih relatif rendah, serta

mutunya pendidikan, dalam hal ini mencakup tenaga kependidikan, fasilitas,

pembiayaan, manajemen, proses dan prestasi siswa masih rendah. Hal lain yang

mempengaruhi anak itu antara lain adalah latar belakang pendidikan orang

tua,lemahnya ekonomi keluarga, kurangnya minat anak untuk sekolah, kondisi

lingkungan tempat tinggal anak, serta pandangan masyarakat terhadap pendidikan.

Fenomena anak putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah dan hanya

sampai pada tamatan SD banyak terjadi dikalangan remaja, mereka-mereka yang

seharusnya kesekolah harus terpaksa membantu orang tua, usia yang masih cukup

produktif antara usia 7-15 tahun mereka manfaatkan untuk mencari yang

dinamakan uang.

Pada umumnya sudah menjadi hal yang biasa ketika anak putus sekolah atau

tidak melanjutkan kembali pendidikan yang di tempuhnya, karena alasan

terkendala biaya dan adanya anggapan bahwa setinggi-tingginya sekolah hanya

untuk mencari kerja, inilah yang menjadi pembiaran para orangtua kepada

anaknya dalam menentukan pendidikan.

Masih banyaknya anak-anak yang berada di jalanan dan tidak dapat

menikmati dunia pendidikan dikarenakan adanya masalah seperti mahalnya biaya

pendidikan juga merupakan salah satu permasalahan pembangunan pendidikan di

Indonesia. Tingginya angka pengangguran dan mahalnya biaya pendidikan

menyebabkan banyak anak yang putus sekolah. Padahal pemerintah Indonesia

sudah mencanangkan program wajib belajar sembilan tahun.

2
Pendidikan gratis sejatinya memang sudah harus diberikan pemerintah

kepada mereka mereka yang memiliki ekonomi rendah serta harus ada upaya

standar pendidikan untuk anak-anak yang hidup di bangsa ini. Pemerintah sebagai

penyelenggara negara sebenarnya telah mengambil beberapa tindakan untuk

mengatasi mahalnya biaya pendidikan, salah satunya adalah dengan menjalankan

program sekolah gratis untuk pendidikan dasar SD dan SMP yang dikenal dengan

program BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Fenomena pendidikan gratis ini

memang sangat ditunggu-tunggu, dan dengan dana BOS ini diharapkan dapat

meningkatkan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi setiap

warga negara Indonesia.

Memperhatikan peranan dan misi pendidikan bagi umat manusia ini tidaklah

berlebihan apabila pihak yang bertanggung jawab di bidang pendidikan

menggantungkan harapannya pada sektor pendidikan dalam rangka

mengembangkan dan mengoptimalkan segenap potensi individu supaya dapat

berkembang secara maksimal. jadi sudah selayaknya apabila setiap warga negara

mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan menurut

kemampuan.

Pasal 31 ayat (2) setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar,

dan pemerintah wajib membiayainya serta ayat (4) Negara memprioritaskan

anggaran sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja Negara

serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan Nasional. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang

Sisdiknas Bab IV ayat (1) menyebutkan “ Setiap warga Negara mempunyai hak

3
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Masih di bab yang sama,

pada bagian keempat ihwal Hak dan Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah

daerah, pasal 11 (1) berbunyi “Pemerintah dan Pemerintah daerah wajib

memeberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya

pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi.

Di setiap daerah yang sekarang ini sudah diberikan kewenangan oleh

pemerintah pusat untuk melaksanakan otonomi daerah menjadi semakin terbuka

luas untuk berkesempatan melakukan pembangunan di semua aspek termasuk

aspek pendidikan. Dalam bidang pendidikan, otonomi daerah bertujuan untuk

meningkatkan kinerja pendidikan di daerah melalui pemberdayaan kemampuan

lokal, meningkatnya peran serta masyarakat dalam pendidikan, terjaminnya

pemerataan pendidikan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

dan semakin meningkatnya mutu pendidikan.

Suatu kebijakan pendidikan di daerah dalam konteks otonomi daerah

dikaitkan dengan kebijakan publik desentralisasi (UU 32 Tahun 2004) bahwa

urusan pemerintah yang di serahkan kepada pemerintah daerah di sertai dengan

sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai

dengan urusan yang di desentralisasikan, dan kebijakan pendidikan Nasional.

Keberhasilan pembangunan sangat di tentukan oleh kemampuan aparat

dalam merumuskan kebijakan untuk dilaksanakan oleh aparat pemerintah dan

kelompok-kelompok masyarakat yang ikut serta bersama-sama melaksanakan

kebijakan yang telah di putuskan, yang harusnya di dukung oleh sarana dan

4
prasarana yang ada. Untuk memperlancar Implementasi kebijakan, perlu di

lakukan diseminasi dengan baik.

Keberhasilan implementasi kebijakan juga dapat di kaji berdasarkan proses

implementasi (perspektif proses) dan hasil yang di capai (perspektif hasil). Pada

perspektif proses, program pemerintah dikatakan berhasil jika pelaksanaannya

sesuai dengan petunjuk dan ketentuan pelaksanaan yang di buat oleh pembuat

program yang mencakup antara lain tata cara atau prosedur pelaksanaan, agen

pelaksana, kelompok sasaran, dan manfaat program.Sedangkan pada perspektif

hasil, program dinilai berhasi manakala programnya membawa dampak seperti

yang diinginkan. Suatu program mungkin saja berhasil dilihat dari sudur proses,

tetapi boleh jadi gagal di tinjau dari dampak yang di hasilkan, atau sebaliknya.

Dengan kata lain, implementasi kebijakan dapat di anggap berhasil ketika telah

nampak konsistensi antara proses yang dilalui dengan hasil yang dicapai (Akib

2010).

Kemampuan daerah untuk menyelengarakan pendidikan gratis, di harapkan

tidak ada lagi anak-anak di daerah yang tidak memiliki pendidikan.

Penyelengaraan pendidikan gratis ini bertujuan untuk: pertama, mengurangi

beban masyarakat sebagai peserta didik atau orang tua peserta. Kedua, memberi

kesempatan yang seluas-luasnya kepada usia belajar guna mendapatkan layanan

pendidikan yang layak dan bermutu. Program pendidikan gratis paripurna yang di

terapkan oleh pemerintah kota palopo merupakan program yang berperan dalam

pembiayaan yang akan peserta didik bayarkan selama bersekolah. Oleh karen itu

5
program ini berupa penggratisan biaya masuk, iurankomite, serta peningkatan

kualitas guru dan sekolah.

Kebijakan pemerintah kota palopo dalam pelaksanaan program pendidikan

gratis ini sangat baik dalam hal peningkatan pendidikan anak-anak usia sekolah,

sehingga tingkat buta huruf atau tidak bersekolah dapat berkurang. Adanya

program pemerintah terkait pendidikan gratis ini mampu untuk mengatasi masalah

pendidikan yang ada di kota palopo agar supaya semua anak yang usia sekolah

mendapatkan pendidikan yang layak tetapi, dalam pelaksanaannya masih ada saja

yang tidak sesuai karena adanya penyelewangan dana pendidikan. Program ini

dilaksanakan karena menganggap bahwa pendidikan di kota palopo mengalami

penurunan sehingga berdampak kepada anak yang mendapatkan pendidikan.

Dengan adanya kebijakan pendidikan gratis di kota Palopo maka hal inilah yang

melatarbelakangi penulis untuk meneliti terkait implementasi kebijakan dengan

mengambil judul MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan Program

Pendidikan Gratis Di Kota Palopo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian yang telah di

kemukakan di atas, maka penulis merumuskan suatu permasalahan yang

dibahas di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana Model MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan

Program Pendidikan Gratis Di Kota Palopo?

6
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

penulissan penelitian ini bertujuan :

Untuk mengetahui Model MSN-Approach Dalam Implementasi

Kebijakan Program Pendidikan Gratis Di Kota Palopo.

D. Manfaat Penelitian

Ada pun manfaat yang ingin di capai dari penelitian tersebut :

1. Manfaat teoritis/akademik yaitu memberikan referensi bagi

perkembangan ilmu pemerintahan yang secara khusus membahas

Model kesesuaian implementasi kebijakakan publik, dan rujukan bagi

penelitian berikutnya yang membahas tentang implementasi

kebijakan.

2. Manfaat praktis yaitu memberikan masukan bagi unsur-unsur yang

terlibat dalam implementasi program pendidikan gratis di Kota

Palopo, khususnya pada pemerintah Kota Palopo agar masalah dalam

implementasi program pendidikan gratis mendapatkan penanganan

yang lebih baik.

7
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Kebijakan Publik

Mendefinisikan kebijakan, adalah bahwa pendefinisian kebijakan

tetap harus mempunyai pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan

oleh pemerintah, daripada apa yang diusulkan dalam tindakan mengenai

suatu persoalan tertentu. Definisi mengenai kebijakan publik akan lebih

tepat bila definisi tersebut mencakup pula arah tindakan atau apa yang

dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan (Winarno

2012).

Pemerintah mengambil suatu keputusan maka harus memiliki tujuan

yang jelas, dan kebijakan publik mencakup semua tindakan pemerintah, jadi

bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau

pejabat pemerintah saja (Pasolong 2008).

Kebijkan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber

daya sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik

atau pemerintah. Kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang

dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan

kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat

hidup, dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas (Chandler

dan Plano dalam Agustino 2012).

Definisi kebijakan publik menurut Anderson dalam Nugroho (2015)

dapat diklasifikasikan sebagai proses management, dimana didalamnya

8
terdapat fase serangkaian kerja pejabat publik ketika pemerintah benar-

benar berindak untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat. Definisi ini

juga dapat diklasifikasikan sebagai decision making ketika kebijakan publik

yang diambil bisa bersifat positif (tindakan pemerintah mengenai segala

sesuatu masalah) atau negatif (keputusan pemerintah untuk tidak melakukan

sesuatu).

Kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun

oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari

kebijakan tersebut adalah (Nugroho 2015):

a. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai

tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

b. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

c. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh

jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan.

d. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti

merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah

tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan

pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

e. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif

didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan

memaksa.

Kebijakan publik dikatakan sebagai apa yang tidak dilakukan maupun

apa yang dilakukan oleh pemerintah. Pokok kajian dari hal ini adalah

9
negara. Pengertian ini selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui oleh para

ilmuwan yang berkecimpung dalam ilmu kebijakan publik. Definisi

kebijakan publik dapat diklasifikasikan sebagai keputusan (decision

making), dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk menggunakan

keputusan otoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan sesuatu terjadi,

demi teratasinya suatu persoalan publik (Dye dalam Widodo 2011).

Istilah kebijakan (policy term) di gunakan dalam praktek sehari-hari

namun di gunakan untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat

berbeda. Istilah ini sering di pertukarkan dengan tujuan, program,

keputusan, standard, proposal, dan grand design (Jones dalam Winarno

2012:19). Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai

tujuan dan umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang,

kelompok ataupun pemerintah.

Tahap-tahap kebijakan publik yang dikemukakan oleh Dunn dalam

Anggara (2014) adalah sebagai berikut:

a. Tahap Penyusunan Agenda Sejumlah aktor yang dipilih dan diangkat

untuk merumuskan masalah-masalah pada agenda publik. Sebelumnya

masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk

ke dalam agenda kebijakan, karena tidak semua masalah menjadi

prioritas dalam agenda kebijakan publik. Pada akhirnya, beberapa

masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada

tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali,

10
sementara masalah lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau

ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu.

b. Tahap Formulasi Kebijakan Masalah yang telah masuk ke agenda

kebijakan kemudian dibahas oleh para aktor pembuat kebijakan.

Masalah-masalah tersebut kemudian didefinisikan untuk kemudian

dicari solusi pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut

berasal dari berbagai alternative atau pilihan kebijakan (policy

alternatives/policy options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan

suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap

perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat

dipilih sebagai tindakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

Pada tahap ini, masing-masing aktor akan bermain untuk

mengusulkan pemecahan masalah tersebut.

c. Tahap Adopsi Kebijakan Berbagai macam alternatif kebijakan yang

ditawarkan oleh para aktor perumus kebijakan, pada akhirnya salah

satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi untuk tindakan lebih

lanjut dalam kebijakan publik dengan dukungan dari mayoritas

legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap Implementasi Kebijakan Suatu program kebijakan hanya akan

menjadi catatan-catatam elit, jika program tersebut tidak

diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan

yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus

diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan pemerintah

11
di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh

badan-badan pemerintah yang memobilisasi sumberdaya finansial dan

manusia. Pada tahap implementasi ini muncul berbagai kepentingan

yang akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan

mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa

yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e. Tahap Evaluasi Kebijakan Pada tahap ini kebijakan yang telah

dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, hal ini dilakukan untuk melihat

sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan

masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih

dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memecahkan masalah yang

dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran

atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah

kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

Berdasarkan definisi dan pendapat para ahli di atas, maka dapat

dikemukakan bahwa kebijakan publik merupakan tindakan-tindakan tertentu

yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pejabat pemerintah. Setiap

kebijakan yang dibuat pemerintah pasti memiliki suatu tujuan, sehingga

kebijakan publik berguna untuk memecahkan masalah atau problem yang

ada dalam kehidupan masyarakat. Kebijakan publik sangat perlu adanya

karena tugas pemerintah sebagai pelayan masyarakat yang harus

merumuskan tindakan-tindakan untuk masyarakat.

12
B. Konsep Implementasi Kebijakan

Menurut Grindle dalam Imronah (2009) menyatakan, implementasi

merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat

program tertentu. Sedangkan Van Meter menyatakan bahwa implementasi

kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik

secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai

tujuan. menambahkan bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila

tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana

telah siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran.

Secara garis besar, implementasi merupakan setiap kegiatan yangdilakukan

menurut rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Upaya untuk

memahami adanya perbedaan antara yang diharapkan dengan fakta yang telah

terjadi telah menimbulkan kesadaran mengenai pentingnya suatu pelaksanaan

(Susanti dkk,2014).

Pemahaman umum mengenai implementasi kebijakan dapat diperolehdari

pernyataan Grindle dalam Akib (2010) bahwa implementasi merupakan proses

umum tindakan administratif yang dapat ditelitipada tingkat program tertentu.

Proses implementasi baru akan dimulai apabilatujuan dan sasaran telah

ditetapkan,program kegiatan telah tersusun dan danatelah siap dan disalurkan

untuk mencapaisasaran. Jika pemahaman ini diarahkanpada lokus dan fokus

perubahan dimanakebijakan diterapkan akan sejalan denganpandanan Van Meter

dan van Horn dkk dalam Akib (2010) bahwaimplementasi kebijakan

merupakantindakan yang dilakukan oleh (organisasi) pemerintah dan swasta baik

13
secaraindividu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai

tujuan.

Sejalan dengan pengertian di atas deskripsi sederhana tentang konsep

implementasi dikemukakan oleh Lane bahwa implementasi sebagai konsep dapat

dibagi ke dalam dua bagian yakni implementasi merupakan persamaan fungsi dari

maksud, output dan outcome. Berdasarkan deskripsi tersebut, formula

implementasi merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasilsebagai

produk, dan hasil dari akibat. Selanjutnya, implementasi merupakan persamaan

fungsi dari kebijakan, formator, implementor, inisiator, dan waktu. Penekanan

utama kedua fungsi ini adalah kepada kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang

dicapai dan dilaksanakan oleh implementor dalamkurun waktu tertentu.

(Akib,2010)

Untuk memperlancar implementasi kebijakan, perludilakukan diseminasi

dengan baik. Syarat pengelolaan diseminasi kebijakan ada empat, yakni: (1)

adanya respek anggota masyarakat terhadap otoritas pemerintah untuk

menjelaskan perlunya secara moral mematuhi undang-undang yang dibuat oleh

pihak berwenang; (2) adanya kesadaran untuk menerima kebijakan. Kesadaran

dan kemauan menerima dan melaksanakan kebijakan terwujud manakala

kebijakan dianggap logis; (3) keyakinan bahwa kebijakan dibuat secara sah; (4)

awalnya suatu kebijakan dianggap kontroversial, namun dengan berjalannya

waktu maka kebijakan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

(Imronah,2009)

14
Implementasi kebijakan di-perlukan untuk melihat kepatuhan kelompok

sasaran kebijakan. Oleh karena itu, dilihat dari perspektif perilaku, kepatuhan

kelompok sasaran merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan

implementasi kebijakan. Pemahaman ini sejalan dengan pandangan Ripley dan

Franklin dalam Akib (2010) bahwa untuk mendukung keberhasilan implementasi

kebijakan perlu didasarkan pada tiga aspek, yaitu: 1) tingkat kepatuhan birokrasi

terhadap birokrasi di atasnya atau tingkatan birokrasi, sebagaimana diatur dalam

undang-undang, 2) adanya kelancaran rutinitas dan tidak adanya masalah; serta

3)pelaksanaan dan dampak (manfaat) yang dikehendaki dari semua program

terarah.

Menurut Quade dalam Akib (2010), alasan perlunya implementasi kebijakan

adalah untuk menunjukkan bukti bahwa dalam implementasi kebijakan terjadi

aksi, interksi, dan reaksi faktor implementasi kebijakan. Quade menyatakan

bahwa dalam proses implementasi kebijakan yang ideal akan terjadi interaksi dan

reaksi dari organisasi pengimplementasi, kelompok sasaran, dan faktor

lingkungan yang mengakibatkan munculnya tekanan diikutidengan tindakan

tawar-menawar atau transaksi. Melalui transaksi tersebut diperoleh umpan balik

yang oleh pengambil kebijakan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

perumusan kebijakan selanjutnya. Quade memberikan gambaran bahwa terdapat

empat variabel yang perlu diperhatikan dalam analisis implementasi kebijakan

publik, yaitu: 1) Kebijakan yang diimpikan, yaitu pola interaksi yang diimpikan

agar orang yang menetapkan kebijakan berusaha untuk mewujudkan; 2) kelompok

target, yaitu subyek yang diharapkan dapat mengadopsi pola interaksi baru

15
melalui kebijakan dan subyek yang harus berubah untukmemenuhi kebutuhannya;

3) organisasi yang melaksanakan, yaitu biasanya berupa unit atau satuan kerja

birokrasi pemerintah yang bertanggungjawab mengimplementasikan kebijakan;

dan 4) faktor lingkungan, yaitu elemen sistem dalam lingkungan yang

mempengaruhi implementasi kebijakan.

Implementasi kebijakan publik merupakan sesuatu yang penting. Kebijakan

publik yang dibuat hanya akan menjadi macam kertas apabila tidak berhasil

dilaksanakan. Oleh karena itu, implementasi kebijakan publik perlu dilakukan

dengan mempertim-bangkan berbagai faktor, agar kebijakan publik yang

dimaksud benar-benar dapat berfungsi sebagai alat untuk merealisasikan harapan

yang diinginkan. Dengan kata lain, implementasi kebijakan publik merupakan

upaya untuk merealisasikan suatu keputusan atau kesepakatan yang telah

ditetapkan sebelumnya. (Tacjhan,2006)

Menurut Putra dalam Tacjhan (2006) mengatakan bahwa keberhasilan suatu

kebijakan publik sangat tergantung pada tatanan kebijakan publik makro dan

mikro. Artinya, formulasi kebijakan publik makro yang ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku, keberhasilan implementasinya akan

dipengaruhi oleh kebijakan publik operasional serta kelompok sasaran dalam

mencermati lingkungan.

Mengacu pada pendapat Edward III mengenai kriteria penting dalam

implementasi kebijakan, dapat dikemukakan empat faktor sebagai sumber

masalah sekaligus prakondisi bagi keberhasilan proses implementasi, yakni

komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur organisasi,

16
termasuk tata aliran kerja birokrasi. Komunikasi suatu program hanya dapat

dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut

proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi

yang di-sampaikan. Sumber daya, meliputi empat komponen yaitu staf yang

cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan guna pengambilan

keputusan, kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas atau tanggung

jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan. Disposisi atau sikap

pelaksana merupakan komitmen pelaksana terhadap program. Struktur birokrasi

didasarkan pada prosedur operasional standar yang mengatur tata aliran pekerjaan

dan pelaksanaan kebijakan.

Menurut Grindle dan Quade dalam Imronah (2009), untuk mengukur kinerja

implementasi suatu kebijakan publik harus memperhatikan variabel kebijakan,

organisasi dan lingkungan. Perhatian itu perlu diarahkan karena melalui pemilihan

kebijakan yang tepat maka masyarakat dapat berpartisipasi memberikan

kontribusi yang optimal untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selanjutnya,

ketika sudah ditemukan kebijakan yang terpilih diperlukan organisasi pelaksana,

karena di dalam organisasi ada kewenangan dan berbagai sumber daya yang

mendukung pelaksanaan kebijakan bagi pelayanan publik. Sedangkan lingkungan

kebijakan tergantung pada sifatnya yang positif atau negatif. Jika lingkungan

berpandangan positif terhadap suatu kebijakan akan menghasilkan dukungan

positif sehingga lingkungan akan berpengaruh terhadap kesuksesan implementasi

kebijakan. Sebaliknya, jika lingkungan berpandangan negatif maka akan terjadi

benturan sikap, sehingga proses implementasi terancam akan gagal. Lebih

17
daripada tiga aspek tersebut, kepatuhan kelompok sasaran kebijakan merupakan

hasillangsung dari implementasi kebijakan yang menentukan efeknya terhadap

masyarakat.

Implementasi kebijakan adalah fase yang sangat menentukan di dalamproses

kebijakan, bisa jadi fase ini menjadi tahap yang sangat krusialkarena menyangkut

dinamika, masalah atau problematika yang dihadapi sehingga akan berimbas pada

dampak dan tujuan dari kebijakan publik. Oleh karena itu dibutuhkan proses

implementasi yang efektif, tanpa adanya implementasi yang efektif keputusan-

keputusan yang dibuat oleh pengambil keputusan tidak akan berhasil dan sukses.

Dengan demikian, untuk memahami apa yang telah terjadi setelah sebuah

program ditetapkan adalah bagian dari implementasi kebijakan. Implementasi

kebijakan adalah aktivitas-aktivitas yang terjadi setelah penerbitan perintah dari

otoritas pemangku kebijakan publik termasuk usaha-usaha baik dari aspek

pelaksana dan dampak substantifnya terhadap rakyat.

Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan

tahap dari kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Ini mempunyai

makna bahwa implementasi adalah pelaksanaan undang-undangdimana berbagai

aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama untuk menjalankan

kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuankebijakan atau program-

program. Implementasi di sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks

yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output)

maupun sebagai suatu dampak (Kurniawan,2011).

18
Ripley dan Franklin dalam kurniawan (2011) berpendapat bahwa

Implementasi adalah apa yangterjadi setelah undang-undang ditetapkan yang

memberikan otoritas program,kebijakan, keuntungan, atau suatu jenis keluaran

yang nyata (tangible output). Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah

kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan

hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah.

Implementasi kebijakan secara sederhana adalah pelaksanaan atau

penerapan suatu kebijakan. Implementasi kebijakan bermuara pada aktifitas, aksi,

tindakan, atau mekanisme yang dibingkaipada suatu sistem tertentu.Implementasi

kebijakan merupakan suatu kegiatan terencana yangdilakukan secara sungguh-

sungguh berdasarkan acuan norma tertentu yang diarahkan untukmencapai tujuan

tertentu. Pelaksanaan kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku lembaga

administratif yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program, melainkan

menyangkut pula pada partisipasi masyarakat,kekuatan politik, ekonomi dan

sosial dengan berbagai pihak. Pelaksanaan kebijakan yangdilaksanakan secara

tepat sasaran dan berdaya guna akan mampu memecahkan suatupermasalahan

secara baik, semakin kompleks permasalahan kebijakan dan semakin

mendalamanalisis yang digunakan, semakin diperlukan teori dan modal yang

mampu menjelaskan ketepatan pelaksanaan kebijalan tersebut. Analisa kebijakan

perlu dilakukan, tertutamaberkenaan dengan dampak yang dihasilkannya. Kajian

pelaksanaan kebijakan bertujuan agarsuatu kebijakan tidak bertentangan dan

merugikan kepentingan masyarakat. (Ramdhani,2017)

19
Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu aktivitas dalam proses

kebijakan publik yang menentukan apakah sebuah kebijakan itu bersentuhan

dengan kepentingan publikserta dapat diterima oleh publik. Dalam hal ini, dapat

ditekankan bahwa bisa saja dalam tahapan perencanaan dan formulasi kebijakan

dilakukan dengan sebaik-baiknya, tetapi jika pada tahapan implementasinya tidak

diperhatikan optimalisasinya, maka tentu tidak jelas apa yang diharapkan dari

sebuah produk kebijakan itu. Pada akhirnya pun dipastikan bahwa pada tahapan

evaluasi kebijakan, akan menghasilkan penilaian bahwa antara formulasi dan

implementasi kebijakan tidak seiring sejalan, bahwa implementasi dari kebijakan

itu tidak sesuai dengan yang diharapkan, bahkan menjadikan produk kebijakan itu

sebagai batu sandungan bagi pembuat kebijakan itu sendiri. (Aneta, 2010)

implementasi kebijakan publik merupakan pendekatan ilmiah. Oleh karena itu,

dalam pendekatan implementasi kebijakan perlu memperhatikan ciri ciri yang

ditunjukkan dalam pendekatan ilmiah sebagaimana dikemukakan oleh Abidin

(2004: 62-63), bahwa dalam pendekatan ilmiah terdapat beberapa hal-hal yang

perlu diperhatikan:

a. Pengumpulan data dan analisis bersifat objektif atau tidak bias. Dalam

pendekatan ilmiah, analisis dilakukan setelah memperoleh data secara

objektif. Dengan demikian, diharapkan dapat diperoleh informasi

tentang kepastian dalam pelaksanaan sesuatu kebijakan yang siap

diimplementasikan.

b. Pengumpulan data secara terarah. Untuk kepentingan implementasi

kebijakan dibutuhkan data yang akurat dan terarah agar setiap produk

20
kebijakan dapat diimplementasikan sesuai dengan substansi dari

produk kebijakan tersebut.

c. Penggunaan ukuran atau kriteria yangrelevan.

C. Konsep MSN Approach

Kepemimpinan merupakan aspek penting dalam setiap organisasi

dikarenakan keberadaan pemimpin menjadi salah satu unsur yang berperan

terhadap keberhasilan dan kinerja organisasi. Bagi organisasi pemerintah,

efektivitas penyelenggaraan pemerintahan sangat bergantung pada

keberhasilan kepemimpinan aparatur pemerintah Hal ini mengisyaratkan

bahwa pemimpin pemerintahan harus memiliki kualifikasi, kompetensi dan

kinerja yang tinggi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi (Ismayani,

Niswaty, & Darwis, 2015).

Tidak sedikit para ahli telah mengemukakan tentang berbagai model

implementasi kebijakan publik, dan dari kajian terhadap berbagai model

tersebut, maka penulis dapat menawarkan model atau formula hasil dari

pengembangan model implementasi kebijakan yang juga disadari belum

sepenuhnya mengakomodir substansi dari kehendak sebuah teori dengan

aplikasi empirik, tetapi paling tidak Kadji (2008: 59-68) dapat

menyumbangkan hasil pemikiran akademik dalam tataran kepentingan

pengembangan teori atau formula model implementasi kebijakan publik

melalui pendekatan mentality, systems, and networking atau disebut model

implementasi kebijakan melalui MSN-Approach.

21
Pemikiran pengembangan teoritik tersebut berangkat dari sebuah

realitas bahwa sebuah produk kebijakan yang akan diimplementasikan,

dipastikan bermuara atau bersinggungan langsung dengan tiga dimensi

policy of stakeholders, yaitu: government, private sector, dan civil society.

, Struktur birokrasi merupakan suatu badan yang paling sering terlibat

dalam implementasi kebijakan secara keseluruhan. Struktur organisasi

merupakan yang bertugas melaksanakan kebijakan memiliki pengaruh besar

terhadap pelaksanaan kebijakan. Didalam struktur birokrasi terdapat dua hal

penting yang mempengaruhinya salah satunya yaitu aspek struktur birokrasi

yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang

standar (standard operating procedures atau sop). Sop ini merupakan

pedoman bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak atau menjalankan

tugasnya. Selain sop yang mempengaruhi struktur birokrasi adalah

fragmentasi yang berasal dari luar organisasi (Pasolong, 2008).

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat

dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapai atau

tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih. Hal ini tak jauh berbeda dengan

apa yang diutarakan Grindle dalam Agustino (2012), bahwa pengukuran

keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan

mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah

ditentukan yaitu melihat pada actionprogram dari individual projects dan

yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai.

22
Kadji (2008), mengemukakan teori terkait model implementasi kebijakan

public yang di sebut MSN Approach atau yang lebih dikenal pendekatan mental,

system dan jejaring kerjasama antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Model

MSN Approach dikemukakan sebagai berikut:

a. Mentality Approach

Dalam aspek implementasi dari sebuah kebijakan, maka yang perlu

diperhatikan adalah sejauh mana produk kebijakan itu dapat menyentuh dan

merubah perilaku dari pihak aparatur (pembuat dan implementor kebijakan),

pihak praktisi bisnis, dan juga masyarakat sebagai subjek dan objek dari

kebijakan itu sendiri. Paling tidak dimensi ini mewujud pada indikator

fokus:

a) Sikap Pemerintah (aparat pembuat/pengambil dan implementor

kebijakan), serta sikap kalangan enterpreneur/ Private Sector

dan Civil Society, paling tidak mewujud pada Sikap spiritual,

semua elemen baik pemerintah, swasta maupun masyarakat sipil

harus semakin mengokohkan keimanan dan ketakwaan kepada

Allah Swt, sebab apapun yang kita kerjakan akan

dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Sikap spritual itu dapat

dideskripsikan dalam bentuk menghargai, menghormati, dan

menghayati ajaran agama yang dianut. Selanjutnya Sikap sosial,

bahwa semua elemen baik pemerintah, swasta maupun

masyarakat sipil harus semakin berakhlak mulia, mandiri,

demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap sosial dapat

23
dideskripsikan dalam bentuk jujur, disiplin, toleransi, gotong

royong, santun, dan percaya diri.

b) Perilaku Pemerintah (aparat pembuat/pengambil dan

implementor kebijakan), serta sikap kalangan enterpreneur/

Private Sector dan Civil Society, yang dapat dideskripsikan

dalam bentuk: Memahami dan mengenali perilaku sesuai kode

etik dimanapun beraktivitas, Melakukan tindakan yang

konsisten dengan nilai dan keyakinannya, Bertindak berdasarkan

nilai meskipun sulit untuk melakukan itu, dan Bertindak

berdasarkan nilai walaupun ada resiko atau biaya yang cukup

besar

c) Tanggungjawab Pemerintah (aparat pembuat/ pengambil dan

implementor kebijakan), serta sikap kalangan enterpreneur/

Private Sector dan Civil Society, yang dapat dideskripsikan

dalam bentuk: kemampuan melaksanakan tugas sesuai prosedur,

kemampuan mengelola waktu, kesediaan menyelesaikan tugas

dan kemampuan menanggung resiko.

b. System

Dewasa ini pendekatan sistem dipandang merupakan salah satu

pendekatan logis dan analitis terhadap berbagai bidang, termasuk bidang

implementasi kebijakan publik. Suatu sistem pada dasarnya merupakan

suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling

berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.

24
Berkenaan dengan itulah, maka dapat ditegaskan bahwa setiap

kebijakan yang akan diimplementasikan, pasti tidak luput dari pengaruh

langsung dan tidak langsung dari sebuah sistem yang melingkupi dari

kebijakan itu sendiri. Paling tidak Pendekatan sistem ini dapat mewujud

pada indikator fokus sebagai berikut:

a) Sistem Regulasi yang dideskripsikan dalam bentuk sub sistem:

kepentingan publik, partisipatif, produktif. Dalam hal ini

pemerintah sebagai regulator dan juga sebagai implementor

(aparatnya), meyakini bahwa regulasi yang dibentuk benar-

benar untuk kepentingan publik, menggugah masyarakat sipil

dan enterpreneur lebih partisipatif, serta regulasi juga untuk

meningkatkan produktivitas layanan publik secara transparan

dan dapat dipertanggungjawabkan.

b) Sistem Nilai Budaya yang dideskripsikan dalam bentuk sub

sistem: Kearifan lokal, Kekerabatan, dan Ke-gotong royong-an.

Pemerintah (aparat pembuat/pengambil dan implementor

kebijakan), serta kalangan enterpreneur/Private Sector dan Civil

Society secara bersama mengokohkan dan menghormati sub

sistem kearifan lokal berupa : adat budaya, bahasa, etnis dan sub

etnis, menjaga kohesivitas kekerabatan serta gotong-royong

sebagai modal utama penggerak keberhasilan dan keberlanjutan

pembangunan.

25
c) Sistem Struktur dan Fungsi Organisasi yang dideskripsikan

dalam bentuk sub sistem: interaksi, interdependensi, integritas.

Pemerintah (aparat pembuat/pengambil dan implementor

kebijakan), serta kalangan enterpreneur/Private Sector dan Civil

Society secara bersama menyadari akan pentingnya struktur dan

fungsi organisasi dalam mengimplementasikan seluruh

kebijakan program kemasyarakatan, pemerintahan dan

pembangunan yang Model MSN-Approach dalam Implementasi

Kebijakan Publik didukung oleh adanya saling keterhubungan

antara pemerintah, masyarakat sipil dan enterpreneur (interaksi),

serta saling adanya ketergantuan (interdependensi) berikut

adanya keterpaduan antara pemerintah, masyarakat sipil dan

enterpreneur dalam kerangka mencapai tujuan bernegara dan

bermasyarakat.

c. Networking

Di era pembangunan saat ini, sangat tidak beralasan jika dalam

melaksanakan atau mengimplementasikan sebuah kebijakan untuk

kepentingan publik, masih mengandalkan atau mengedepankan semangat

sektoral, semangat kelompok, semangat individualistik. Yang tepat adalah

bahwa apapun yang dibangun untuk kepentingan publik, seyogyanya

mengedepankan semangat sinergitas dan jejaring kerjasama antar

stakeholder kebijakan publik.

26
Dalam perspektif implementasi kebijakan publik, maka sinergitas dan

jaringan kerjasama dalam prinsip simbiosis mutualisme, take and give

antara pihak government, private sector, and civil society mutlak

diwujudnyatakan dalam kerangka membangun untuk kepentingan publik.

Jejaring kerjasama hanya akan terwujud, jika ketiga pihak saling

menghargai dan mendukung eksistensi masingmasing. Pemerintah berperan

sebagai fasilitator, dinamisator, dan motivator pembangunan dalam nuansa

desentralistik, pihak swasta sebagai motor penggerak perekonomian publik

sekaligus mendukung percepatan implementasi kebijakan publik yang

berpihak kepada kepentingan publik, dan rakyat (civil society) di era

otonomi daerah sadar sedalam-dalamnya bahwa people power merupakan

energi dinamis baik sebagai objek maupun sebagai subjek dari kebijakan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Paling tidak pendekatan

jejaring kerjasama ini ini dapat mewujud pada indikator fokus sebagai

berikut:

a) Kemitraan Strategis, yang dideskripsikan dalam bentuk sub

sistem: kerjasama, kesetaraan, keterbukaan dan saling

menguntungkan (memberikan manfaat). Pemerintah, Private

Sector, dan Civil Society dalam menjalankan tugas dan

kewajiban dalam perspektif implementasi kebijakan sudah

Model MSN-Approach dalam Implementasi Kebijakan Publik

seharusnya mengandalkan dan menghandakan kerjasama dalam

spirit kesetaraan dan saling terbuka, serta saling memberikan

27
manfaat antar sesama, dalam kerangka mewujudkan

kepentingan bersama dalam membangun bangsa lebih utuh dan

komprehensif.

b) Sinergitas adalah Membangun dan memastikan hubungan

kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang

harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk

menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas yang

dideskripsikan dalam bentuk sub sistem: Aspek kelembagaan,

Kebijakan dan penganggaran program, Sumber daya manusia,

Data dan informasi, dan strategi monev terhadap kebijakan dan

program. Tujuan Sinergitas adalah mempengaruhi perilaku

orang secara individu maupun kelompok saat saling

berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, dimana

persepsi, sikap dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan.

Pemerintah, Private Sector, dan Civil Society dalam

menjalankan tugas dan kewajiban dalam perspektif

implementasi kebijakan sudah seharusnya memperhatikan aspek

kelembagaan, kebijakan dan penganggaran, sumber daya

manusia, dukungan data dan informasi, serta strategi Monev

yang secara efektif dilaksanakan.

c) Simbiosis Mutualisme, hubungan antara dua pihak yang berbeda

dan saling menguntungkan dalam aktivitas kemasyarakatan dan

pembangunan, yang dideskripsikan dalam bentuk sub sistem:

28
Saling membutuhkan, Saling menguntungkan, dan Saling

mendukung. Pemerintah, Private Sector, dan Civil Society dalam

menjalankan tugas dan kewajiban dalam perspektif

implementasi kebijakan sudah seharusnya mengedepankan

kehendak bersama untuk saling membutuhkan, saling

menguntungkan dan saling mendukung dalam perspektif

keberhasilan implementasi kebijakan publik.

Artikulasi konsep implementasi kebijakan ini menunjukkan adanya

perpaduan sejumlah elemen dari model-model implementasi kebijakan,

khususnya elemen model proses politik dan administrasi, model kesesuaian,

model linier dan model interaktif ke dalam suatu konstruksi model

deskriptif sistem determinan implementasi kebijakan. Kerangka konseptual

yang telah dibicarakan di atas mencakup dimensi dan indikator dari ketiga

model implementasi kebijakan yang diperkenalkan. Aspek yang secara

langsung mengacu pada model proses politik dan administrasi adalah

kesesuaian isi kebijakan dengan apa yang dilaksanakan, jenis manfaat yang

dirasakan oleh kelompok target dan perubahan yang terjadi melalui

implementasi kebijakan.

D. Konsep pendidikan gratis

Pendidikan gratis adalah skema pembiayaan pendidikan dasar dan

menengah yang ditanggulangi bersama oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota guna membebaskan atau meringankan biaya pendidikan

peserta didik. Pendidikan gratis merupakan program pemerintah. Program ini

29
sesuai yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2009 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Gratis di Provinsi Sulawesi Selatan. Pendidikan

gratis di Sulawesi Selatan bukan hal yang baru dilaksanakan oleh pemerintah

daerah. Sebelumnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur, Pangkep dan

Kabupaten Sinjai telah mencanangkan pendidikan gratis di daerahnya. (Susanti

dkk,2014)

Pro dan kontra tentang pendidikan gratis telah banyak di bahas di berbagai

media dan ranah publik lainnya. Para ahli pendidikan banyak yang berpendapat

bahwa program pendidikan gratis merupakan kebohongan publik dan

menyesatkan, seolah pendidikan di anggap komoditas. Di sisi lain masyarakat

kelas bawah merasa di ringankan dalam pembiayaan pendidikan bagi para anak-

anaknya dengan tidak perlu pusing untuk membayar spp atau iuran kepada

sekolah, meskipun pembiayaan pendidikan bukan hanya membayar iuran

sekolah.(Subarna,2014)

Paradoks juga terjadi di dalam peraturan perundang-undangan, konstitusi

UUD 1945 yang telah mengalami amandemen sebanyak empat kali, di dalamnya

memberi amanat yang sangat jelas dan terukur, bahwa Negara memprioritaskan

anggaran sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD untuk memenuhi

kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional, sehingga upaya peningkatan

mutu dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dasar dan menengah

menjadi skala prioritas. Hal tersebut di perkuat pula dengan di sahkannya UU

tetang pendidikan nasional yang menyatakan bwahwa pemerintah dan pemerintah

daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun

30
tanpa memungut biaya. Peraturan lain menyebutkan bahwa pendanaan pendidikan

menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat.

Terkait dengan penjelasan di atas mengenai pendidikan Schult dalam

Subarna (2014) memandang bahwa pendidikan menjadikan manusia sebagai

investasi, maka pendidikan memberikan pengaruh pada produktifitas suatu

negara. Sedangkan Von Thuner dalam Subarna (2014) memandang pendidikan

sebagai modal produktif dan merupakan barang modal yang memiliki fungsi

untuk produksi selanjutnya.

Pendidikan adalah kekuatan pokok dari suatu negara untuk mengembangkan

dan memberdayakan masyarakatnya. Apabila pendidikan suatu negara hancur

pastilah, negara tersebut akan mudah diombang-ambingkan oleh negara lain yang

ingin menjajah dan menguasainya. Begitu pentingnya pendidikan bagi masyrakat

sehingga setiap negara berlomba-lomba memajukan pendidikan untuk

membangun bangsanya lebih maju dan berharkat serta berwibawa.( Lestari

dkk,2014)

Sedangkan Menurut H. Horne dalam Susanti (2014), pendidikan adalah

proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi

makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan

sadar kepada tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual

emosional dan kemanusiaan dari manusia.

Telah ditetapkan dalam Pasal 31 Ayat 1 Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945 bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

31
Beberapa konsekuensi dapat diambil atas isi pasal dari konstitusi tertinggi di

Republik Indonesia tersebut. Pertama adalah bahwa belajar haruslah dilakukan

secara terus menerus, seumur hidup, dan berkelanjutan. Kedua, bahwa semua

lapisan masyarakat Indonesia harus dapat mengakses segala jenis dan tingkatan

pendidikan yang diperlukan dan sesuai untuknya. Ketiga, bahwa pemerintah wajib

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, baik

pendidigkan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, dan dapat memberi

keyakinan bahwa setiap individu dari masyarakat Indonesia dapat dan telah

mengenyam pendidikan yang layak.(Lestari dkk,2014)

Pada dasarnya pendidikan gratis merupakan penyelenggaraan pendidikan

yang tidak memungut dana dari orang tua, seluruh kebutuhan operasional

diupayakan lewat APBD, dan besaran dana dihitung sesuai unit cost tiap siswa.

Upaya pembebasan biaya pendidikan bagi peserta didik di sekolah merupakan

perwujudan dari upaya membuka akses luas bagi masyarakat untuk memperoleh

pendidikan yang merupakan hak dari setiap warga negara.(Yuliana dkk,2015)

E. Kerangka Pikir

Penelitian ini di latarbelakangi oleh hadirnya program pendidikan gratis di

kota palopo guna menjawab berbagai permasalahan khususnya di bidang

pendidikan. Yang mana ialah dewasa ini untuk mengenyam pendidikan di

butuhkan biaya yang tinggi, artinya bahwa hanya kalangan yang berada atau

dalam artian orang kaya saja yang dapat bersekolah, dan yang miskin pastinya

tidak mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.

32
Program pendidikan gratis paripurna di kota palopo hadir untuk bagaimana

setiap anak usia dini atau usia didik mendapatkan kesempatan untuk mengenyam

pendidikan baik dari kalangan yang berada atau kaya, maupun dari kalangan yang

kurang mampu atau miskin. Namun dalam implementasi program tersebut mash

terdapat beberapa masalah di antaranya, keterlambatan dalam pencairan dana

program gratis, penyelewengan dana program, dan mutu pendidikan yang rendah

sehingga dengan adanya program pendidikan gratis di kota palopo dapat

mendorong atau meningkatkan mutu pendidikan.

Untuk mengetahui sejauh mana implementasi kebijakan program

pendidikan gratis di kota palopo maka penulis menganalisis dengan menggunakan

model kesesuaian korten dalam Tarigan (2008), yaitu ;

a. kesesuaian antara program dengan pemanfaat

b. kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana

c. kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana

Dengan adanya program pendidikan gratis paripurna dikota palopo,

diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada seputaran

pendidikan di kota palopo khusunya para anak usia sekolah yang tidak

mendapatkan kesempata utnuk mengenyam pendidikan.

Dengan demikian, meningkatnya mutu pendidikan maka juga mendorong

peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) yang mana adalah salah satu faktor

penentu kemajuan suatu daerah khususnya kota palopo. Dewasa ini setiap daerah

berlomba-lomba dalam memajukan daerahnya, maka dari itu yang paling utama di

benahi adalah maslaha pendidikan yang mana sebagai sarana bagi para generasi

33
untuk meningkatkan pribadi yang baik, berkarakter, berintelektual,dan bermoral

sesuai tuntunan agama dan negara, yang hal tersebut sebagai faktor terciptanya

generasi pelanjut yang di harapkan dapat memajukan daerahnya masing-masing

untuk membantu peningkatan kesejahteraan negara.

Dari beberapa teori yang dijelaskan pada tinjauan pustakasebelumnya akan

menggambarkan alur pada kerangka pikir dalam penelitian Model implementasi

MSN-Approach, studi: program pendidikan gratis di kota palopo.

Bagan Kerangka Pikir

Dinas Pendidikan Kota Palopo

MSN-Approach

Mentality System Networking

Pendidikan Gratis

34
F. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latarbelakang masalah kemudian

dirumuskan dalam rumusan masalah dan di kaji berdasarkan teori dalam tinjauan

pustaka. Adapun fokus penelitian ini yaitu tentang model MSN Approach

implementasi kebijakan publik dalam program pendidikan gratis di kota palopo.

G. Deskripsi fokus penelitian

a. Mentality adalah sejauh mana produk kebijakan pendidikan gratis kota

Palopo dapat menyentuh dan merubah perilaku dari pembuat

kebijakan dan siswa.

b. System merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah kompo

nen yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai suatu

tujuan. Dalam hal ini terkait pengimplementasian program pendidikan

gratis di kota Palopo.

c. Networking adalah hubungan kerjasama yang dilakukan oleh pembuat

kebijakan public terhadap baik pihak swasta ataupun masyarakat

dalam mendukung program pendidikan gratis di kota Palopo.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Waktu dalam penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama 2 (dua)

bulan terhitung dari tanggal 24 Agustus – 24 Oktober 2019 setelah seminar

proposal. Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kantor dinas pendidikan kota

palopo, salah satu sekolah di kota palopo, dan masyarakat sebagai sasaran

program. Dengan penelitian MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan

Program Pendidikan Gratis Di Kota Palopo.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

a. Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif, yakni mendeskripsikan

tentang MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan Program

Pendidikan Gratis Di Kota Palopo. Sehubungan dengan hal yang

diteliti adalah fenomena sosial, maka dibutuhkan informasi mendalam

melalui pendeskripsian berdasatkan ungkapan maupun bahasa

masing-masing informan sehingga dapat diungkap makna sebenarnya

dari informasi yang diperoleh.

b. Tipe penelitian ini adalah fenomologi yang dimaksudkan untuk

memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah yang diteliti

berdasarkan pengalaman yang telah dialami informan. Masalah yang

akan diteliti terkait MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan

Program Pendidikan Gratis Di Kota Palopo.

36
C. Sumber Data

Sumber data yakni tempat dimana peneliti memperoleh data yang

diperlukan selama melaksanakan penelitian. Adapun sumber data pada penelitian

ini yaitu :

1. Data Primer

Data primer merupakan data empiris yang diperoleh dari informan

berdasarkan hasil wawancara. Pada penelitian ini data yang di miliki peneliti

melalui hasil wawancara atau tanya jawab langsung dengan informan yang terlibat

dalam MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan Program Pendidikan

Gratis Di Kota Palopo.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh peneliti melalui dari berbagai laporan-laporan atau

dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis dan dikumpulkan yang

digunakan dalam penelitian MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan

Program Pendidikan Gratis Di Kota Palopo.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian ini adalah orang-orang yang dianggap mampu

memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya mengenai pelaksanaan

rekrutmen. Dalam peneltian ini informan yang peneliti maksudkan adalah

pegawai, baik pimpinan maupun bawahan yang terlibat MSN-Approach Dalam

Implementasi Kebijakan Program Pendidikan Gratis Di Kota Palopo.

Adapun yang akan dijadikan informan dalam penelitian ini adalah :

37
Tabel.1.InformanPenelitian

No. Informan

1. Dinas Pendidikan Kota Palopo

2. Pelajar Kota Palopo

3. Kepala Sekolah

4 Masyarakat

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan, penelitian ini menggunakan

duateknik pengumpulan data yakni :

1. Teknik observasi

Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan

pencatatan yang sistematis terhadap masalahh yang terkait dengan Program

Penddikan Gratis di ota Palopo. Kegiatan pengamatan terhadap objek penelitian

ini untuk memperoleh keterangan-keterangan data yang lebih akurat dan

mengetahui relevansi antar jawaban responden dan kenyataan yang terjadi

dilapangan dalam hal MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan Program

Pendidikan Gratis Di Kota Palopo.

2. Wawancara

Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengadakan tanya jawab secara

lisan dan mendalam terhadapa beberapa informan yang diambil sebagai sampel

baik dari pemerintah kota, kepala dinas pendidikan, maupun kepala sekolah serta

38
dari masyarakat di kota palopo yang dianggap mampu memberikan informasi

yang akurat terkait penelitian ini.

3. Dokumentasi

Teknik ini merupakan pengumpulan data melalui dokumen-dokumen atau

buku-buku yang berkaitan erat dengan MSN-Approach Dalam Implementasi

Kebijakan Program Pendidikan Gratis Di Kota Palopo sehingga menunjang

kerelevanan data. Metode dokumentasi digunakan untuk mengungkap serta

melengkapi informasi yang erat kaitannya dengan pokok dari permasalahan.

F. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini

dikemukakan oleh Miles dan A.Michael Hurman dalam Sugiyono (2012 : 92)

memiliki tiga langkah sebagai berikut :

1. Reduksi Data(Data Reduction)

Reduksi databerarti merangkum, memilih hal yang pokok dan memfokuskan

pada hal yang penting. Reduksi data juga berarti komponen pertama dalam

analisis data yang memperpendek, memprtegas dan membuang hal yang dirasa

tidak penting ataupun tidak berkaitan dengan fokus penelitian sehingga penarikan

kesimpulan dapat dilakukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah bentuk rakitan data dalam uraian singkat.

Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat

naratif. Hal ni dimaksudkan untuk memahami apa yangterjadi secara lebih mudah.

3. Penarikan Kesimpulan(Conclusion Drawing)

39
Langkah yang paling akhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan.

Kesimpulan penelitian mungkin mampu menjawab rumusan masalah yang telah

dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah serta rumusan masalah

dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah

peneliti ada di lapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif ialah temuan baru yang

sebelumny belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya

belum jelas menjadi jelas.

G. Pengabsahan Data

Menurut Sugiyono (2012:121) uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas

data, uji transferability, uji depenability, dan uji comfirmability. Keabsahan data

pada penelitian ini diperiksa menggunakan uji kredibilitas data dengan teknik

triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan dengan berbagai cara, berbagai

sumber, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga triangulasi dalam

keabsahan data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

1. Triangulasi sumber

Triagulasi sumber adalah membandingkan cara mengecek ulang derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membanding

apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi, membandingkan hasil

wawancara dengan dokumen yang ada pada pemerintah kota palopo,dinas

pendidikan kota palopo, kepala sekolah, serta masyarakat terkait MSN-Approach

Dalam Implementasi Kebijakan Program Pendidikan Gratis Di Kota Palopo

2. Triangulasi teknik

40
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini akan menggunakan

teknik observasi dan wawancara untuk mngecek data yang diperoleh dengan

teknik pengumpulan data sebelumnya.

3. Triangulasi waktu

Triagulasi waktu digunakan untuk validitas data yang ada kaitannya dengan

pengecekan data beberapa sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Perubahan suatu proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu

kewaktu. Untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi pada penelitian ini

akan diadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja, sehingga data

yang diperoleh di kantor walikota palopo, dinas pendidikan, kepala sekolah, serta

masyarakat valid.

41
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Kota Palopo

Kota Palopo adalah sebuah kota di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.

Kota Palopo sebelumnya berstatus kota administratif sejak 1986 dan merupakan

bagian dari Kabupaten Luwu yang kemudian berubah menjadi kota pada

tahun 2002 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 tanggal 10

April 2002. Pada awal berdirinya sebagai kota otonom, Palopo terdiri atas 4

kecamatan dan 20 kelurahan. Kemudian, pada tanggal 28 April 2005,

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 03 Tahun 2005, dilaksanakan

pemekaran menjadi 9 kecamatan dan 48 kelurahan. Kota ini memiliki luas

wilayah 247,52 km² dan pada akhir 2015 berpenduduk sebanyak 168.894 jiwa.

Kota Palopo yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2002 tanggal 10 April 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota

Palopo di Provinsi Sulawesi Selatan terletak pada 02°53'15" - 03°04'08" LS dan

120°03'10" - 120°14'34" BT dengan batas administratif sebagai berikut:

 Utara : Kecamatan Walenrang, Kabupaten Luwu

 Timur : Teluk Bone

 Selatan : Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu

 Barat : Kecamatan Walenrang dan Kecamatan Bassiang Tempe

Kota pantai ini terletak ± 364 km (lewat siwa) dan ± 390 km (lewat Toraja),

ke arah Utara dari kota Makassar, dan dilintasi jalan Arteri Primer Pare-Pare (via

42
Siwa) – Palopo dan jalan Kolektor Primer Pare-Pare (via Toraja) – Palopo.

Topografi kota Palopo relatif datar, ke arah bagian utara kota (kecamatan Wara

Utara) sedikit berbukit dan bergelombang. Kota Palopo berada pada ketinggian

yang bervariasi antara 0 – 99 m hingga 100 – 249 m di atas permukan laut.

Kemiringan lahannya antara 25 – 40 %. Curah hujan rata-rata 442 mm/bulan

dengan 20 hari hujan/bulan, yang terjadi antara bulan Juli sampai dengan

September. Curah hujan minimum terjadi pada bulan Januari sampai dengan

Maret dengan mencapai 108 mm/bulan dan 13 hari hujan/bulan.

Kondisi topografi Kota Palopo berada pada ketinggian 0-1.500 meter dari

permukaan laut, dengan bentuk permukaan datar hingga berbukit dan

pegunungan. Tingkat kemiringan lereng wilayah cukup bervariasi yaitu 0 – 2%, 2

– 15%, 15 – 40% dan kemiringan diatas 40%. Kondisi topografi (ketinggian dan

kemiringan lereng) tersebut dipengaruhi oleh letak geografis kota yang merupakan

daerah pesisir pada bagian Timur, sedangkan pada bagian barat merupakan daerah

berbukit. Sebagian besar wilayah Kota Palopo merupakan dataran rendah, sesuai

dengan keberadaannya sebagai daerah yang terletak di pesisir pantai. sekitar 62,85

% dari luas Kota Palopo merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0–

500 m dari permukaan laut, 24,00 % terletak pada ketinggian 501– 1000 m dan

sekitar 14,00 % yang terletak diatas ketinggian lebih dari 1000 m.

Penduduk Kota Palopo pada akhir 2013 tercatat sebanyak 160.819 jiwa,

secara terinci menurut jenis kelamin masing-masing 78.509 jiwa laki-laki dan

82.310 jiwa perempuan, dengan demikian maka Rasio Jenis Kelamin sebesar

43
95,38 angka ini menunjukkan bahwa bilamana terdapat 100 penduduk perempuan

ada 95-96 penduduk laki-laki.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Kota Palopo

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan


(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa/KM2)
Wara Selatan 5.073 5.649 10.722 1.006
Sendana 3.047 3.010 6.057 163
Wara 16.518 17.883 34.401 2.994
Wara Timur 16.690 17.536 34.226 2.833
Mungkajang 3.599 37.580 7.357 137
Wara Utara 9.935 10.679 20.614 1.948
Bara 12.302 12.728 25.030 1.072
Tellu Wanua 6.263 6.086 12.349 360
Bwara Barat 5.082 4.981 10.063 186
Jumlah 78.509 82.310 160.819 650
(Sumber: BPS Kota Palopo 2015)

Berdasarkan tabel 6.1 menunjukkan penyebaran penduduk Kota Palopo di

setiap kecamatan sangat tidak merata atau cukup bervariasi. Kepadatan penduduk

di Kota Palopo 650 jiwa/km2. Kecamatan dengan kepadatan tertinggi Kecamatan

Wara dengan 2.994 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk

terendah Kecamatan Mungkajang yaitu 137 jiwa/km2.

Bidang pendidikan, status pendidikan penduduk Kota Palopo usia 7-24

tahun pada tahun 2013 sebanyak 61.281 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 236

orang tidak/belum pernah sekolah, 25.126 orang berstatus sekolah dan 14.381

orang tdak bersekolah lagi. Jumlah sekolah di Kota Palopo sebanyak unit, masing-

masing 76 unit SD, 20 unit SLTP, 13 unit SLTA, 19 unit SMK. Selain itu terdapat

44
4 unit MI dan 7 unit MTs dan 1 unit MA. Sedangkan jumlah

universitas/perguruan tinggi sebanyak 9 dan 5 unit sekolah jenjang pendidikan

akademi/diploma.

Untuk kegiatan pendidikan yang kemungkinan dapat memacu

perkembangan daerah sekitarnyayaitu di sekitar jalan Jend. Sudirman,Jl. Abdul

Razak, Jl. Anggrek dan Jl. DR. Ratulangi. Di kawasan – kawasan ini terdapat

beberapa perguruan tinggi seperti Universitas danSekolah Tinggi , seperti

Universitas Muhammadya, STIKIP Cokroaminoto, STIK Kesehatan, STAIN

Palopo. Selain itu juga terdapat kawasan baru kegiatan pendidikan menengah

yaitu di Kelurahan Maroangin yaitu adanya pengembangan SMK yang terpadu

dengan BBI.

Sampai saat ini, Kota Palopo telah mampu memanuhi kebutuhan pendidikan

bagi warganya mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi, sehingga untuk

warga di sekitar Palopo (kabupaten dan bakorwil) yang menginginkan pendidikan

yang lebih memadai atau lebih tinggi daripada yang dimiliki di wilayahnya,

biasanya memilih atau melanjutkan di Kota Palopo. Diantara banyak sekolah yang

ada di Kota Palopo yang banyak menjadi pilihan warga sekitar Palopo (Luwu,

Luwu Utara, Toraja Utara dan lainnya) seperti SMU Negeri 1, 2 dan 3, SMK 1

dan 3, SMK Keperawatan/Kebidanan/Farmasi, Universitas Andi Djemma,

Universitas Muhammadya, STIK/Akademi Kesehatan/ Kebidanan dan Universitas

Veteran Cokroaminoto. Fasilitas ini berlokasi di Jl. Imam Bonjol, Jl. Andi

Djemma, Jl. DR. Ratulangi , Jl. Anggrek, Jl. Balai Kota, Jl. Ahmad Razak dan jl.

Jend. Sudirman dan Jl. Tandipau.

45
2. Dinas Pendidikan Kota Palopo

Dinas Pendidikan untuk wilayah Kota Palopo, Sulawesi Selatan merupakan

instansi pemerintah yang bertanggungjawab tentang semua hal yang berkaitan

dengan pendidikan di wilayahnya. Bertugas melaksanakan urusan pemerintahan

Kota Palopo bidang pendidikan berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan,

serta melaksanakan tugas-tugas lain berkaitan dengan pendidikan yang diberikan

oleh Walikota / Bupati sesuai dengan bidang tugasnya.

Melalui kantor dinas pendidikan ini, pemerintah daerah bidang pendidikan

melakukan tugasnya pada wilayah kerjanya. Tugas tersebut mencakup

pembantuan urusan pendudukan, pengawasan, penyusunan program pendidikan

daerahnya, menyusun strategi, perumusan kebijakan pendidikan, hingga

memberikan layanan umum dalam hal pendidikan. Dinas pendidikan ini juga

menjadi pembina dan pemberi izin sekolah dari taman kanak-kanak, sekolah

dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, hingga lembaga

bimbel. Segera kunjungi kantor dinas pendidikan terdekat ini atau juga dapat

mengakses secara online website dinas pendidikan untuk mendapatkan informasi

lainnya.

Seperti Kita ketahui bersama, Pendidikan merupakan satu aspek penting

bagi pembangunan bangsa. Karena itu, hampir semua bangsa menempatkan

pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan

nasional. Sumber daya manusia yang bermutu, yang merupakan produk

pendidikan, merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu Negara.

46
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu

pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di

segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di

tingkat lokal, nasional, maupun global.

Penyelenggaraan pendidikan gratis merupakan salah satu solusi

permasalahan pendidikan bagi keluarga yang kurang mampu untuk dapat

mengenyam bangku pendidikan yang selama ini hanya ada dalam bayangan dan

angan-angan mereka saja. Keadaan ekonomi keluarga yang menyulitkan mereka

untuk melanjutkan sekolah dan siswa berprestasi mempunyai kesempatan untuk

melanjutkan sekolah. Dengan adanya kesempatan ini, menjadikan siswa yang

belajar di sekolah gratis mempunyai semangat yang berbeda dengan siswa dari

sekolah pada umumnya.

Salah satu bentuk kebijakan yang dibuat oleh pemerintah adalah kebijakan

sekolah gratis. Sekolah gratis adalah penyelenggaraan pendidikan tanpa

mengikutsertakan masyarakat (orang tua) dalam pembiayaan, khususnya untuk

keperluan operasional sekolah. Kebijakan pendidikan gratis yang dilaksanakan di

semua wilyah Indonesia ini bertujuan untuk menuntaskan program wajib belajar

sembilan tahun yang sudah diprogram oleh pemerintah sesuai dengan UU Nomer

20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pemerataan memperolah kesempatan belajar,

membantu meringankan biyaya sekolah dan untuk meningkatkan managemen

pendidikan dalam rangka mewujudkan standar biaya pendidikan berbanding lurus

dengan kualitas pendidikan.

47
Pemerintah Kota Palopo merupakan suatu daerah yang sangat serius dalam

membangun kualitas pendidikannya dari beberapa program yang dibentuk. Salah

satunya yang menjadi perhatian adalah program pendidikan gratis bagi tingkat

sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yang ada di kota Palopo. Program

pendidikan gratis tersebut diatur dalam Peraturan Walikota Palopo Nomor 70

Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program

Pendidikan Gratis Di Kota Palopo.

Program tersebut di beri nama program pendidikan gratis paripurna yang

menjadi program andalan dari pemerintah Kota Palopo. Di tahun 2019 pemerintah

kota Palopo mengusulkan anggaran sebanyak 3.8 Milyar untuk menjalankan salah

satu programnya yaitu pembagian seragam gratis kepada setiap pelajar tingkat

sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

48
Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Palopo

Kepala Dinas

Asnita Darwis, S.STP


Sekretaris Dinas

Asnita Darwis, S.STP

Sub Bagian Umum, Kepegawaian Sub Bagian Perencanaan,


dan Penyelenggaraan Tugas Keuangan, Evaluasi, Dan Tindak
Pembantuan Lanjut

Rusnadi, SE _________

Bidang Pendidikan Anak Usia Bidang Bidang


Dini, Pendidikan Nonformal dan Pembinaan Pendidikan Sekolah Pembinaan Pendidikan Sekolah
Informal Dasar Menengah Pertama

Drs. Mus Taufik, MM Andi Anto S.Sos _________

Seksi Seksi Seksi


Pembinaan Pendidikan Anak Usia Pembinaan Pendidik dan Tenaga Pembinaan Pendidik dan Tenaga
Dini Kependidikan SD Kependidikan SMP

Suyuti Zakir, SS Haslinda Tahir Gani Hasruddin, S.Pd

Seksi Seksi Seksi


Pembinaan Pendidikan Pembinaan Kelembagaan dan Pembinaan Kelembagaan dan
Keaksaraan dan Kesetaraan Sarana Prasarana SD Sarana Prasarana SMP

Jufri Pamin, SH Kadriatmaja Karim, ST Muh. Haris,SE

Seksi Seksi Seksi


Pembinaan Lembaga Kursus dan Pembinaan Peserta Didik dan Pembinaan Peserta Didik dan
Pelatuhan Pembangunan Karakter SD Pembangunan Karakter SMP

Nurmang, SE Drs. Syarmudin Drs. Najazi

Satuan Pendidikan

49
3. Karakteristik Profil Informan

Berikut ini merupakan informan dari penelitian terkait MSN-Approach

Dalam Implementasi Kebijakan Program Pendidikan Gratis Di Kota Palopo,

dimana informan merupakan orang-orang yang di anggap mampu menjawab

seputaran program pendidikan gratis. Informan dipilih secara bervarian mulai dari

unsur dinas pendidikan, kepala sekolah, siswa dan masyarakat sendiri yang

anaknya terkena program pendidikan gratis. Adapun informan tersebut dipaparkan

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Profil Informan

No. Nama Inisial Jenis Jabatan


Kelamin
1. Andi Anto, S.Sos AA L Bidang Pembinaan
Pendidikan Sekolah Dasar
2. Hasruddin, S.Pd HR L Bidang Pembinaan
Pendidikan SMP
3. Kartini KT P Kepala Sekolah SMPN 3
Palopo
4. Basri, M BS L Kepala Sekolah SMPN 8
Palopo
5. Riham Mujahid RM L Kepala Sekolah SD N 32
Lagaligo
6. Hj Sitti Baderia SB P Kepala Sekolah SDN 5
Salamae
7. Haris Hasan HH L Pelajar Sekolah SMPN 8
Palopo
8. Nurul NU P Pelajar Sekolah SMPN 3
Palopo
9. Faiz FZ L Pelajar SD N 32 Lagaligo

10. Ikram IM L Pelajar Sekolah SDN 5


Salamae
11. St. Hartika HT P Masyarakat

12. Abbas AB L Masyarakat

13. Randi Ilham RI L Masyarakat

50
B. Model MSN-Approach Dalam Implementasi Kebijakan Program

Pendidikan Gratis Di Kota Palopo

Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu aktivitas dalam proses

kebijakan publik yang menentukan apakah sebuah kebijakan itu bersentuhan

dengan kepentingan publik serta dapat diterima oleh publik. Dalam hal ini, dapat

ditekankan bahwa bisa saja dalam tahapan perencanaan dan formulasi kebijakan

dilakukan dengan sebaik-baiknya, tetapi jika pada tahapan implementasinya tidak

diperhatikan optimalisasinya, maka tentu tidak jelas apa yang diharapkan dari

sebuah produk kebijakan itu.

Dalam pelaksanaan pendidikan gratis di Kota Palopo penulis mencoba

menggunakan pendekatan MSN Approach (Mentality, System, Networking) yang

kemudian penulis paparkan pada gambar berikut ini:

Gambar: 2 Model Implementasi Kebijakan

51
Selanjutnya sebelum penulis membahas lebih jauh proses ilmplementasi

kebijakan publik pada proses pelaksanaan program pendidikan gratis terlebih

dahulu penulis paparkan jumlah sekolah dan jumlah anggaran yang di dapatkan

oleh sekolah melalui program pendidikan gratis seperti tabel berikut ini:

Tabel 4.3
No. Nama Sekolah Pagu Anggaran Uang Panjar Ket
1. SDN 1 Lalebata 111.900.000 9.325.000
2. SDN 2 Pincipute 33.300.000 2.775.000
3. SDN 3 Surutanga 123.300.000 10.275.000
4. SDN 4 Malimongan 68.300.000 5.692.000
5. SDN 5 Salamae 108.100.000 9.010.000
6. SDN 6 Bogar 66.000.000 5.500.000
7. SDN 7 Ponjalae 68.500.000 5.708.000
8. SDN 8 Salobulo 31.100.000 2.591.000
9. SDN 9 Matekko 29.200.000 2.433.000
10. SDN 10 Tomarundung 21.600.000 1.800.000
11. SDN 11 Dangerakko 64.200.000 5.350.000
12. SDN 12 Langkanae 134.700.000 11.225.000
13. SDN 13 Tappong 56.400.000 4.700.000
14. SDN 14 Temalullu 33.300.000 2.775.000
15. SDN 15 Salolo 28.400.000 2.366.000
16. SDN 16 Sampoddo 51.800.000 4.316.000
17. SDN 17 Benteng 73.100.000 6.091.000
18. SDN 18 Maroangin 85.600.000 7.133.000
19. SDN 19 Mappesau 12.000.000 1.000.000
20. SDN 20 Battang 20.300.000 1.692.000
21. SDN 21 Paredean 20.200.000 1.683.000
22. SDN 22 Murante 55.800.000 4.650.000
23. SDN 23 Batara 102.500.000 8.542.000

52
24. SDN 24 Temalebba 20.800.000 6.733.000
25. SDN 25 Sabbamparu 52.000.000 4.333.000
26. SDN 26 Pattene 98.800.000 8.233.000
27. SDN 27 Lebang 35.300.000 2.942.000
28. SDN 28 Mancani 52.600.000 4.383.000
29. SDN 29 Songka 53.200.000 4.433.000
30. SDN 30 Matirowalie 124.400.000 10.367.000
31. SDN 31 Salotellue 36.900.000 3.075.000
32. SDN 32 Lagaligo 134.800.000 11.233.000
33. SDN 33Kalukulajuk 32.200.000 2.683.000
34. SDN 34 Bara 63.200.000 5.267.000
35. SDN 35 Lamandu 42.500.000 3.542.00
36. SDN 36 Latuppa 29.400.000 2.450.000
37. SDN 37 Mawa 37.900.000 3.158.000
38. SDN 38 Bora 38.000.000 3.167.000
39. SDN 39 Kambo 42.800.000 3.567.000
40. SDN 40 Lappo 11.400.000 950.000
41. SDN 41 Batu Putih 51.400.000 4.283.000
42. SDN 42 Limpomajang 14.200.000 1.183.000
43. SDN 43 Takkalala 56.600.000 4.717.000
44. SDN 44 Rampoang 47.200.000 3.933.000
45. SDN 45 Padang Alipan 42.700.000 3.558.000
46. SDN 46 Buntu Batu 50.200.000 4.183.000
47. SDN 47 Tompatikka 97.700.000 8.142.000
48. SDN 48 A. Patiware 105.900.000 8.825.000
49. SDN 49 Mappatongko 24.000.000 2.000.000
50. SDN 50 Bulu Datu 74.000.000 6.167.000
51. SDN 51 Sumarambu 34.400.000 2.867.000
52. SDN 52 Salulete 26.000.000 2.167.000
53. SDN 53 Sawerigading 76.900.000 6.408.000

53
54. SDN 54 Salupikung 54.900.000 4.575.000
55. SDN 55 Padang Lambe 22.800.000 1.900.000
56. SDN 56 Bulan Tua 30.800.000 2.567.000
57. SDN 57 Pepabri 74.300.000 6.192.000
58. SDN 58 Tandung 28.500.000 2.375.000
59. SDN 59 Siguntu 17.500.000 1.458.000
60. SDN 60 Salu Battang 37.600.000 3.133.000
61. SDN 61 Tondok Jaya 39.600.00 3.300.000
62. SDN 62 Pamenta 28.500.000 2.375.000
63. SDN 63 Ponjalae Baru 93.800.000 7.817.000
64. SDN 64 To’bulung 56.800.000 4.733.000
65. SDN 65 Panjalesang 35.400.000 2.950.000
66. SD Islam Datuk Sulaiman 141.200.000 11.767.000
67. SD DDI II Palopo 37.700.000 3.142.000
68. SD Kartika VII-9 27.900.000 2.325.000
69. SD Advent 29.100.000 2.425.000
70. SD Islam Terpadu 88.700.000 7.392.000
71. MIS Datuk Sulaiman 49.000.000 4.083.000
72. MIS DDI Palopo 103.900.000 8.568.000
73. MIS DDI 3 Purangi 48.000.000 4.000.000
74. MIS DDI 4 Murante 12.000.000 1.000.000
75. SD Islam Fatahillah 17.500.000 1.458.000
76.. SD Muhammadiyah 1 52.500.000 4.375.000
77. SD Muhammadiyah II 44.200.000 3.683.000
78. SMPN 1 Palopo 231.500.000 19.292.000
79. SMPN 2 Palopo 208.500.000 17.375.000
80. SMPN 3 Palopo 241.380.000 20.115.000
81. SMPN 4 Palopo 227.750.000 18.980.000
82. SMPN 5 Palopo 123.750.000 10.312.500
83. SMPN 6 Palopo 187.000.000 15.583.000

54
84. SMPN 7 Palopo 110.000.000 9.167.000
85. SMPN 8 Palopo 209.750.000 17.479.000
86. SMPN 9 Palopo 151.500.000 12.625.000
87. SMPN 10 Palopo 68.000.000 5.677.000
88. SMPN 11 Palopo 22.250.000 1.854.000
89. SMPN 12 Palopo 66.150.000 5.512.000
90. SMPN 13 Palopo 19.980.000 1.665.000
91. SMP N 14 Palopo 90.000.000 7.500.000
92. SMP Cokroaminoto 29.530.000 2.461.000
93. SMP Integral Hidayatullah 21.500.000 1.792.000
94. SMP Datuk Sulaiman 197.600.000 16.467.000
95. MTs DDI I Palopo 19.170.000 1.597.500
96. MTs Datuk Sulaiman 56.830.000 4.736.000
97. MTsN Model Palopo 325.750.000 28.299.500
98. MTs Opu Dg. Risaju 16.200.000 1.350.000
99. SMP Muhammadiyah 27.250.000 2.271.000
100. SMP Nusantara Mancani 44.750.000 3.730.000
101. MTs DDI 3 Purangi 25.750.000 2.146.000
102. MTS Madani Jaya 29.000.000 2.417.000
103. MTs Al-Muhaimin Palopo 27.200.000 2.267.000
104. MTs Halima Tusa’Diah 27.200.000 2.267.000
105. SMPIT Wahda Islamiyah 21.700.000 1.808.000
Jumlah 7.066.140.000 590.000.000
(Sumber: Dinas Pendidikan Kota Palopo)

Berdasarkan tabel 4.3 jumlah pagu anggaran untuk 105 sekolah baik tingkat

sekolah dasar dan sekolah menengah pertama menerima anggaran sebesar

7.066.140.000 yang diangsur selama 12 bulan oleh pihak sekolah. Jumlah tersebut

sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah.

55
1. Mentality (Mental)

Sikap dan mental para aktor kebijakan dalam melaksanakan sebuah program

merupakan penentu keberhasilan implementasi kebijakan. Para pelaksana

kebijakan yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda kebijakan

publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk

dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya beberapa masalah masuk

ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini mungkin suatu

masalah tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan

menjadi fokus pembahasan.

Program pendidikan gratis di Kota Palopo berkaitan dengan program

pembangunan sumber daya manusia melalui bidang pendidikan. Tentu hal

tersebut menuntut aparatur pelaksana untuk lebih bertanggung jawab. Tuntutan

tanggung jawab berkenaan dengan mentality atau sikap para implementor dalam

melaksanakan setiap kebijaka n yang telah ditetapkan.

“Program pendidikan gratis merupakan kegiatan yang berorientasi


pada dana yang cukup besar dan mencakup permasalahan orang
banyak. Sehingga sangat membutuhkan prosedur yang baik,
kemampuan mengelola waktu, kemampuan menanggung segala
bentuk resiko sehingga program dapat dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan. Itu semua dapat terlaksana sebagai bentuk tanggung
jawab dari para implementor.” (Wawancara dengan AA pada
16/09/2019)

Hasil wawancara dengan informan AA mental para implementor dapat di

lihat dari bentuk tanggung jawab dalam menjalankan program yang terlihat dari

kemampuan pengelolaan waktu dengan model prosedur pelaksanaan yang disusun

secara matang.

56
Kebijakan publik ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau

tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak. Jadi, kebijakan publik

ini memiliki tujuan yang telah terarah sebelumnya. Kebijakan publik dapat

berbentuk positif maupun negatif. Secara positif, kebijakan melibatkan beberapa

tindakan pemerintah yang jelas dalam menangani suatu permasalahan. Sedangkan

secara negatif kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat

pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu tindakan atau tidak mengerjakan

apapun, padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan.

Pelaksanaan pendidikan gratis di Kota Palopo sangat baik dan terstruktur

karena dalam implementasinya semua stakeholder berperan sesuai dengan

porsinya masing-masing terlebih dalam pelaksanaannya semua bertanggungjawab

dengan baik dan prosedur yang transparan.

“Program Pendidikan gratis di Kota Palopo berjalan dengan baik


karena semua stakeholder paham dengan porsi masing-masing terlebih
semua bertanggungjawab dengan perannya begitu pula pada
pelaksanaannya semua dilakukan secara transparan. Secara
keseluruhan sudah sangat baik koordinasi antara sesama pelaksanaan
sehingga dalam pelaksanaan tidak ada masalah.” (Wawancara dengan
HR pada 16/09/2019)

Hasil wawancara dengan informan HR dapat dilihat bahwa program

pendidikan gratis di Kota Palopo sudah berjalan sangat baik hal ini karena setiap

pelaksana telah melakukan koordinasi, begitupun pada wilayah pelaksanaan

semua telah bertanggung jawab sehingga pelaksanaan program dapat berjalan

secara transparan.

Produk kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pada dasarnya untuk

mengatur dan memudahkan para pelaksana kebijakan dalam menyelesaikan segala

57
pokok persoalan yang terjadi tergantung arah dan tujuan sebuah kebijakan di

keluarkan. Dalam pelaksanaan kebijakan tentu sangat di butuhkan kualitas dari

para aparatur pelaksana, mulai dari sikap, perilaku dan tanggung jawab dari para

aktor pelaksana kebijakan dalam merealisasikan sebuah kebijakan.

Program pendidikan gratis di Kota Palopo sejatinya ditujukan kepada

pelajar tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yang ada di Kota

Palopo, tentu dengan demikian merupakan tanggung jawab kepala sekolah untuk

melakukan tindakan manajerial sehingga program pendidikan gratis dapat

terealisasi seusai dengan tujuan pelaksanaannya. Mulai dari proses pendataan dan

jumlah kebutuhan sekolah yang di tangani masing-masing kepala sekolah.

“Pelaksanaan pendidikan gratis tentu harus tepat sasaran sesuai


dengan kebutuhan masing-masing setiap sekolah. Karena setiap
sekolah itu mempunyai permasalahan dan kebutuhan yang berbeda-
beda. Kalau di sekolah kami tentu awalnya melakukan pendataan
jumlah siswa, pendataan tenaga pengajar dan juga kebutuhan apa saja
yang dibutuhkan di sekolah. Kemudian kami menyusun anggaran, dan
mengajukannya kepada dinas terkait. Dari jumlah yang diberikan
kepada sekolah kami sudah cukup dalam memenuhi kebutuhan yang
ada di sekolah.” (Wawancara dengan KT pada 17/09/2019)

Hasil wawancara dengan KT dapat dilihat, peran dari kepala sekolah dalam

hal mewujudkan anggaran yang dibutuhkan tentu sangat penting, terlebih kepala

sekolah yang sangat mengetahui berbagai kebutuhan dan permasalahan yang ada

pada setiap sekolah masing-masing.

Proses pengimplementasian suatu kebijakan yang tepat sasaran merupakan

serangkaian proses mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap evaluasi yang

dilakukan bukan hanya para perumus kebijakan tetapi juga sasaran dari kebijakan.

58
Dalam melalui semua proses tentu sangat dibutuhkan kesiapan oleh semua pelaku

sehingga program yang di bentuk dapat berjalan sesuai dengan harapan.

Melalui hasil pendataan banyak sekolah di Kota Palopo yang masih

kekurangan tenaga pengajar, hal tersebut tentu menjadi problem tersendiri bagi

sekolah yang ada di Kota Palopo. Hadirnya program pendidikan gratis di Kota

Palopo merupakan angina segar bagi setiap kepala sekolah untuk melakukan

perekrutan tenaga pengajar tanpa harus sulit memikirkan upah yang akan di

berikan kepada tenaga pengajar tersebut.

“Program pendidikan ini tentu sangat membantu, seperti di sekolah


kami dan saya fikir juga di sekolah lain juga mengalami hal yang
sama, yaitu kekurangan tenaga pengajar. Kami tidak ingin merekrut
tenaga pengajar karena ketakutan akan kesulitan memberikan upah
kepada mereka, tetapi adanya program pendidikan gratis
permasalahan tersebut dapat terjawab. Dengan adanya program
pendidikan gratis ini tentu harus dimaksimalkan oleh para pengajar
untuk lebih giat lagi memberikan pendidikan kepada pelajar dan bagi
pelajar lebih rajin bersekolah tanpa ada alasan kesulitan biaya.” (Hasil
wawancara dengan RM 17/09/2019)

Hasil wawancara dengan RM dapat disimpulkan keberadaan pendidikan

gratis di harapkan meningkatkan peran tenaga pengajar untuk lebih giat dalam

menjalankan program belajar mengajar. Bagi para peserta didik kehadiran

program pendidikan gratis tentu tidak ada lagi alasan bagi pelajar untuk malas

bersekolah karena biaya kebutuhan sudah dipenuhi pemerintah kota Palopo.

Sebuah produk kebijakan mampu menjawab masalah yang terjadi di tengah

masyarakat. Segala bentuk permasalahan yang terjadi di masyarakat sudah

menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menyelesaikannya. Permasalahan

pendidikan bagi masyarakat kebanyakan terkendala pada persoalan biaya

sehingga banyak anak usia sekolah tidak melanjutkan pendidikan karena

59
kekurangan biaya. Tentu hal tersebut merupakan tanggung jawab dari pemerintah

terlebih pendidikan merupakan pilar utama dalam menopang kemajuan bangsa di

masa yang akan datang.

Lahirnya program pendidikan geratis di Kota Palopo menjawab

permasalahan dari beberapa masyarakat yang terkendala mahalnya biaya

pendidikan. Permasalahan tersebut berdampak kepada banyaknya anak yang tidak

mengenyam pendidikan karena keterbatasan biaya. Lahirnya program pendidikan

gratis segalah kebutuhan pelajar di sekolah dapat terpenuhi.

“Kalau sekolah di Palopo orang tidak membayar, baru dapat ki


seragam gratis, buku tidak di beli pokoknya semua kebutuhan ta’
dapat terpenuhi. Iye saya dengar juga itu program pendidikan gratis
semoga ada terus, sehingga tidak membebani siswa. Kalau begini
semangat orang belajar karena semua yang di butuhkan sudah dijamin
oleh sekolah” (Wawancara dengan FZ pada 18/09/2019).

Hasil wawancara dengan FZ dapat disimpulkan kehadiran program

pendidikan gratis di Kota Palopo memberikan kemudahan bagi pelajar dalam

memenuhi semua kebutuhan pelajar di Kota Palopo. Dengan demikian pelajar

lebih termotivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar setiap hari.

Kebijakan dapat diartikan secara singkat yaitu suatu keputusan yang diambil

pemerintah untuk memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat yang

menyangkut banyak kepentingan, sehingga keputusan yang diambil harus bijak

dan tepat. Harus bijak dan tepat maksudnya harus sesuai tidak direkayasa, karena

ini menyangkut masalah masyarakat, termasuk dalam dunia pendidikan. Banyak

anak usia sekolah tidak dapat melanjutkan pendidikan akibat terkendala biaya dan

problematika lainnya. Tentu pemerintah harus memunculkan solusi dari

permasalahan pendidikan tersebut.

60
Pemerintah Kota Palopo dalam menjalankan program pendidikan gratis juga

mengarah kepada bagaimana membina mental pelajar agar semakin semangat

dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar disekolah. Hal ini mengarah kepada

penyediaan infrastruktur yang ada disekolah yang membuat para pelajar merasa

nyaman dan segala kebutuhan pelajar dapat terpenuhi.

“Kami lebih semangat belajar di sekolah, tidak panas karena ada kipas
angin. Kata Kepala Sekolah kipas angin itu merupakan dana yang
digunakan dari program pendidikan gratis di sekolah. Kalau dulu
waktu tidak ada kipas angin kami menggunakan buku untuk kipas, apa
lagi sekarang sekolah sudah sampai sore.” (Wawancara dengan HH
pada tanggal 18/09/2019).

Hasil wawancara dengan informan HH dengan adanya program pendidikan

gratis yang diperuntukkan untuk sekolah-sekolah di Kota Palopo meningkatkan

semangat belajar dari para siswa, terlebih saat ini telah berlaku program one day

school.

Seperti yang diketahui produk kebijakan publik tentu mengarah kepada

standar perbaikan kehidupan masyarakat. Peningkatan SDM ditataran masyarakat

salah satunya melalui jenjang pendidikan baik secara informal apa lagi secara

formal. Permasalahan sekarang adalah banyak masyarakat yang tidak melanjutkan

pendidikannya akibat mahalnya biaya pendidikan, termasuk perlengkapan yang

mendukung kegiatan pendidikan. Tentu hal tersebut menjadi persoalan lain dan

fungsi dari kehadiran pemerintah adalah bertanggung jawab dalam menjalankan

fungsi tata pemerintahan bagi masyarakat.

Masyarakat Kota Palopo mengapresiasi program pemerintah Kota Palopo

terkait pendidikan gratis. Program tersebut diharapkan dapat berjalan sesuai

61
dengan sasaran yang telah ditetapkan agar tidak ada lagi masyarakat Kota Palopo

yang tidak sekolah karena terkendala biaya.

“Pendidikan itu merupakan hal yang paling sentral dalam kelanjutan


hidup bermasyarakat dan bernegara. Tentu dengan adanya program
pendidikan gratis dapat memudahkan bagi pelajar yang perekonomian
keluarganya menengah kebawah dapat menyekolahkan anaknya tanpa
terkendala biaya.” (Wawancara dengan HT tanggal 20/09/2019)

Hasil wawancara dengan informan HT, masyarakat sangat mengapresiasi

program pendidikan gratis yang di gagas pemerintah Kota Palopo. Keberadaan

program tersebut diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi masyarakat

yang memiliki ekonomi rendah dalam menjamin pendidikan pelajar.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan terkait Mentality implementasi

program pendidikan gratis merupakan tanggung jawab pemerintah Kota Palopo,

kriteria penting dalam implementasi kebijakan, dapat dikemukakan empat faktor

sebagai sumber masalah sekaligus prakondisi bagi keberhasilan proses

implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan

struktur organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Komunikasi suatu

program hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana.

Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan

konsistensi informasi yang di-sampaikan. Sumber daya, meliputi empat

komponen yaitu staf yang cukup (jumlah dan mutu), informasi yang dibutuhkan

guna pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas

atau tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan. Disposisi

atau sikap pelaksana merupakan komitmen pelaksana terhadap program. Struktur

birokrasi didasarkan pada prosedur operasional standar yang mengatur tata aliran

62
pekerjaan dan pelaksanaan kebijakan. Dengan demikian adanya program tersebut

para pelajar dan tenaga pengajar di Kota Palopo lebih termotivasi dalam

melaksanakan tugasnya masing-masing.

2. System (Sistem)

Kebijakan publik yang berbentuk program dalam menunjang kesejahteraan

masyarakat tidak terlepas dari perencanaan sampai tahap evaluasi. Sistem yang

baik tentu akan menghasilkan sebuah produk kebijakan yang baik pula. Para

pelaku kebijakan terlebih dahulu melakukan analisis masalah dan bagaimana

masalah tersebut dapat diselesaikan kemudian di bentuklah regulasi sesuai dengan

petunjuk perumusan sebuah kebijakan publik.

Pemerintah dalam membuat program terlebih dulu mengangkat sebuah

fokus yang menjadi permasalahan bagi masyarakat. Mulai dari Input yaitu

langkah awal yang mesti ditempuh dalam melaksanakan program pendidikan

gratis. Selanjutnya proses bagaimana penempatan kebijakan sehingga dapat

menyentuh seluruh lapisan yang menjadi sasaran dan output yang berkaitan

dengan bagaimana masyarakat tidak lagi kesulitan dalam menempuh pendidikan

akibat kekurangan biaya.

“Tentu keberhasilan program pendidikan gratis itu dapat dilihat dari


mulai pada penetapan masalah yaitu banyaknya anak usia pendidikan
tidak bersekolah karena tidak bisa membeli buku sehingga di buatkan
sebuah program untuk mengatasi itu. Kemudian untuk proses kita
mulai pada tahap pembagian sesuai kebutuhan sekolah masing-
masing, kenapa kita mengarahkan bantuan kesekolah bukan kepada
pribadi siswa masing-masing karena permasalahan biaya pendidikan
bagi siswa itu berasal dari sekolah. Sehingga jika sekolahnya yang
sudah kita penuhi dengan kebutuhan maka tidak perlu lagi
membebankan kepada siswa, dan terakhir hasil atau output kita bisa
melihat masyarakat merespon baik program ini dan tidak ada lagi
alasan bagi anak usia sekolah tidak bersekolah karena alasan

63
kekurangan biaya. Tentu sistem ini akan terus kami perbaiki
kedepan.” (Wawancara dengan AA pada 16/09/2019)

Hasil wawancara dengan informan AA dapat dilihat pelaksanaan program

pendidikan gratis benar-benar melibatkan seluruh stakeholder yang ada dalam

ruang lingkup dinas pendidikan. Terlebih kepada sistem regulasi yang secara

keseluruhan mengatur terkait program pendidikan gratis di Kota Palopo.

Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Implementasi program pendidikan gratis di Kota Palopo mengacu kepada

perwali No. 70 Tahun 2017 tentang sistem dan petunjuk pelaksanaan pendidikan

gratis di Kota Palopo. Dimana dalam keseluruhan penyelenggarannya para

pelaksana mempunyai acuan dalam sistem pelaksanaan pendidikan di Kota

Palopo.

“Terkait mekanisme dan sistem yang digunakan dalam


penyelenggaraan pendidikan gratis di Kota Palopo itu memiliki
petunjuk teknis yang telah di atur adalam peraturan Walikota. Dimana
para aparatur bekerja sesuai dengan petunjuk tersebut, yang terpenting
sekarang adalah bagaimana seluruh sistem tersebut dapat dilaksanakan
oleh semua pihak yang berkepentingan dalam program pendidikan
gratis tersebut, sehingga berjalan sesuai dengan perencanaan.
(Wawancara dengan HR pada 16/09/2019)

Hasil wawancara dengan informan HR terkait sistem pelaksanaan

pendidikan gratis di Kota Palopo telah tercantum dalam peraturan Wali Kota

Palopo. Informan mengharapkan regulasi tersebut dapat di laksanakan oleh semua

pihak yang berkepentingan.

64
Pelaksanaan kebijakan publik adalah implementasi atau penerapan suatu

kebijakan publik melalui program, aktifitas, aksi, atau tindakan dalam suatu

mekanisme yang terikat pada suatu sistem tertentu. Terbitnya kebijakan publik

dilandasi kebutuhan untuk penyelesaian masalah yang terjadi di masyarakat.

Sesuai dengan sistem yang berlaku dalam pelaksanaan program pendidikan

gratis di Kota Palopo, instansi Dinas Pendidikan terlebih dahulu melakukan

pendataan terhadap sekolah-sekolah yang akan di berikan bantuan selanjutnya

dirumuskan dan di tentukan jumlah anggaran yang ingin diberikan sesuai dengan

kebutuhan masing-masing sekolah. Jika anggaran yang diajukan telah di setujui

maka anggaran tersebut kemudian langsung di cairkan dengan bekerjasama

kepada pihak Bank Sulselbar yang akan langsung di terima secara bertahap oleh

Kepala Sekolah. Setelah sampai di sekolah pihak Kepala Sekolah kemudian

menggunakan anggaran tersebut untuk kepentingan belajar mengajar sesuai

dengan kebutuhan masing-masing disetiap sekolah.

“Jadi kita Kepala Sekolah melakukan pertemuan rutin dengan Dinas


Pendidikan Kota Palopo untuk membahas keperluan dan kebutuhan
dari setiap sekolah, dari pertemuan tersebut pihak Dinas Pendidikan
mengantongi data sehingga dapat merumuskan anggaran sesuai
dengan kemampuan APBD. Setelah anggaran tersebut di terima maka
akan dilakukan pencairan melalui rekening sekolah masing-masing
yang di ketahui oleh kepala Sekolah.” (Wawancara dengan SB pada
17/09/2019)

Hasil wawancara dengan informan SB terkait sistem pelaksanaan program

pendidikan gratis agar dapat berjalan efektiv sesuai dengan tujuan maka dilakukan

pertemuan dengan seluruh kepala sekolah dengan melibatkan Dinas Pendidikan

Kota Palopo terkait kebutuhan dari setiap sekolah, hasil dari pertemuan tersebut

menjadi acuan dari Dinas pendidikan dalam menyusun anggaran yang ingin

65
digunakan oleh setiap sekolah dan menjadi bahan pelaporan. Tentu kegiatan

program pendidikan gratis tersebut di harapkan dapat memenuhi semua kebutuhan

sekolah.

Pembiayaan pendidikan adalah segala pengeluaran ekonomi (dalam bentuk

uang) yang berasal dari input atau sumber-sumber tertentu, dalam hal ini

pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan langsung

dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Misalnya, iuran siswa seperti

SPP, sumbangan pembangunan gedung, dan lain-lain sangat jelas merupakan

biaya. Bagaimana biaya-biaya itu direncanakan, diperoleh, dialokasikan, dan

dikelola merupakan persoalan pembiayaan atau pendanaan pendidikan.

Sistem pelaksanaan pendidikan gratis di Kota Palopo mengarah kepada

pemenuhan kebutuhan sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.

Dibebaskannya pembayaran sekolah bagi setiap pelajar membuat sekolah harus

menerima bantuan terkait biaya yang harus dikeluarkan dalam memberikan upah

kepada tenaga pengajar yang ada disekolah.

“Terkait sistem regulasi dan bagaimana konsep pelaksanaan dari


program pendidikan gratis di Kota Palopo itu merupakan wewenang
dinas pendidikan. Saya melihat bahwa program ini mengacu kepada
peningkatan sistem belajar mengajar disekolah, terlebih sekarang
pelajar tidak di bebankan pungutan SPP seperti di era kami dahulu
sehingga adanya program pendidikan gratis memudahkan pihak
sekolah untuk membiayai upah tenaga pengajar, terlebih tenaga
pengajar yang masih sistem kontrak, dan kebutuhan buku dan sarana
dan prasarana lain yang mendukung sistem belajar mengajar
disekolah.” (Wawancara dengan BS pada 17/09/2019)

Hasil wawancara dengan informan BS dapat dilihat program pendidikan

gratis pada dasarnya merupakan sistem yang menunjang proses belajar mengajar

66
di sekolah. Pemberian upah tenaga pengajar dan pemenuhan sarana dan prasarana

di sekolah itu di biayai melalui program pendidikan gratis tersebut.

Pada tingkat provinsi dan kabupaten atau kota, anggaran untuk sektor

pendidikan sebagian besar berasal dari dana yang diturunkan dari pemerintah

pusat ditambah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dituangkan dalam

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Dalam upaya

pencapaian tujuan pendidikan, biaya pendidikan mempunyai peranan yang sangat

menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan

peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya proses pendidikan di

sekolah tidak akan berjalan dengan lancar.

Peranan pemerintah Kota Palopo dalam menjamin sistem pendidikan yang

berkemajuan kepada pelajar tanpa membebankan biaya kepada masyarakat atau

orang tua pelajar memudahkan beban dari pelajar. Para pelajar juga semakin

termotivasi terlebih bantuan dalam menunjang sistem pendidikan kedepan akan

terus dikembangkan.

“Tidak ada lagi biaya yang membebani pelajar di Kota Palopo semua
sudah di tanggung pemerintah, tentu ini kesempatan bagi kami untuk
lebih giat lagi belajar, tentu kami para siswa harus mematuhi segala
bentuk peraturan dan tata tertib yang berlaku, karena jangan sampai
jika kami melanggar aturan pemerintah mencabut peraturannya dan
kami para siswa kembali dibebankan biaya sekolah.” (Wawancara
dengan NU pada 18/09/2019).

Hasil wawancara dengan informan NU kebijakan program pendidikan gratis

di Kota Palopo lebih meningkatkan kesadaran pelajar di Kota Palopo untuk lebih

mematuhi sistem dan peraturan yang telah ditetapkan baik oleh pemerintah kota

maupun pihak sekolah.

67
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak

generasi yang berkualitas untuk meneruskan kehidupan berbangsa dan bernegara

di masa yang akan datang. Peranan pendidikan diantaranya adalah

mempersiapkan siswa agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk

disumbangkan bagi kesejahteraan umum sebagai warga negara yang aktif.

Pelajar sekolah SDN 05 Salamae mempunyai pandangan tentang pendidikan

gratis sebagai suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini

berdasarkan sosialisasi yang dilakukan oleh dinas pendidikan Kota Palopo,

sehingga bisa dipastikan struktur organisasi yang ada pada dinas pendidikan telah

berfungsi secara maksimal.

“Bagus kak karena ada pendidikan gratis tidak dibebankan sama siswa
pembayaran, sudah di biayai pemerintah. Seperti yang nesampaikan
orang dinas waktu datang kesekolah. Kalau semua kebutuhan sekolah
sudah di tanggung sama pemerintah.” (Wawancara dengan IM pada
18/09/2019)

Hasil wawancara dengan IM dapat dilihat bahwa sosialisasi yang dilakukan

dinas pendidikan Kota Palopo memberi isyarat bahwa seluruh stakeholder dalam

ruang lingkup dinas pendidikan berfungsi dengan baik dalam menjalankan

sistemnya masing-masing.

Kebijakan publik yang tersusun secara sistematis mulai dari tahap

perencanaan sampai pada evaluasi merupakan sebuah acuan untuk melihat

keberhasilan dari sebuah program dalam menjawab permasalahan dan kebutuhan

di masyarakat. Pendidikan merupakan sektor yang sangat sentral guna

pembangunan sumber daya manusia di suatu bangsa, sehingga permasalahan

terkait pendidikan menjadi fokus dari pemerintah untuk diselesaikan.

68
Kebijakan pendidikan gratis di Kota Palopo memunculkan banyak anggapan

dari masyarakat bahwa keseluruhan sistem pendidikan yang ada itu terkait biaya

dijamin oleh pemerintah Kota. Padahal pendidikan gratis itu ditujukan untuk

menggratiskan biaya operasional saja sehingga membantu meringankan biaya

pendidikan orang tua.

“Kami selaku masyarakat juga orang tua dari pelajar yang bersekolah
di Kota Palopo mengira bahwa pendidikan gratis itu semua kebutuhan
dan biaya pendidikan itu di tanggung pemerintah. Belakangan baru
saya mengetahui ternyata pendidikan gratis itu hanya pembantuan
pada wilayah operasional. Saya fikir kedepan sosialisasi harus
diperbanyak terus pendidikan gratis benar-benar harus menggratiskan
kegiatan pendidikan secara menyeluruh.” (Wawancara dengan AB
20/092019)

Hasil wawancara dengan AB menunjukkan bahwa sistem pendidikan gratis

masih belum di pahami secara keseluruhan oleh masyarakat terkait mekanisme

pelaksanaannya, sehingga kedepan pemerintah Kota harus lebih gencarmelakukan

sosialisasi kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan terkait sistem yang dilakukan dalam

implementasi kebijakan pendidikan gratis di Kota Palopo dengan membangun

sinergitas dalam ruang lingkup struktur institusi dinas pendidikan Kota Palopo

sehingga manejemen pelaksanaan program pendidikan gratis dapat berjalan

dengan baik. Kebijakan pemerintah kota palopo dalam pelaksanaan program

pendidikan gratis ini sangat baik dalam hal peningkatan pendidikan anak-anak

usia sekolah, sehingga tingkat buta huruf atau tidak bersekolah dapat berkurang.

Adanya program pemerintah terkait pendidikan gratis ini mampu untuk mengatasi

masalah pendidikan yang ada di kota palopo agar supaya semua anak yang usia

sekolah mendapatkan pendidikan yang layak tetapi, dalam pelaksanaannya masih

69
ada saja yang tidak sesuai karena adanya penyelewangan dana pendidikan.

Program ini dilaksanakan karena menganggap bahwa pendidikan di kota palopo

mengalami penurunan sehingga berdampak kepada anak yang mendapatkan

pendidikan. Selanjutnya fungsi regulasi yang di perjelas dengan petunjuk teknis

pelaksanaan program membuat sistem pelaksanaan program pendidikan gratis

terstruktur dan berjalan sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam program

pendidikan gratis di Kota Palopo yang mengacu kepada perwali No. 70 Tahun

2017 tentang sistem dan petunjuk pelaksanaan pendidikan gratis di Kota Palopo.

3. Networking (Kerjasama/Jaringan)

Keberhasilan suatu proses kebijakan ataupun program pemerintah daerah

tidak terlepas dari kerjasama yang dilakukan oleh stakeholder yang ada, di era

otonomi seperti sekarang ini menuntut perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan

publik. Sehingga setiap instansi pemerintahan yang ada di daerah seringkali

melakukan kerjasama baik dalam ruang lingkup sektor pemerintahan, sektor

swasta atau publik itu sendiri.

Pelaksanaan pendidikan gratis di Kota Palopo tidak terlepas dari kerjasama

semua pihak, dinas pendidikan Kota Palopo mengakui keberhasilan utama adalah

peran serta masyarakat yang dapat memahami secara keseluruhan sistem dalam

pelaksanaan pendidikan gratis sehingga dalam proses pelaksanaannya tidak

mengalami kendala yang cukup berarti.

“Program pendidikan gratis ini dapat terlaksana tidak terlepas dari


peran serta masyarakat dalam mendukung program tersebut.
masyarakat sangat mengapresiasi program, sehingga dalam
pelaksanaannya tidak banyak mengalami kendala. Masyarakat sangat
memahami betul sistem pelaksanaannya, dengan demikian masyarakat

70
mampu menjdi control dalam pelaksanaan program pendidikan gratis
di Kota Palopo.” (Wawancara dengan HR 16/09/2019)

Hasil Wawancara dengan informan HR dapat dilihat keberhasilan program

pendidikan gratis di Kota Palopo merupakan hasil dari kerjasama masyarakat

yang sangat memahami keseluruhan sistem pelaksanaan pendidikan gratis, dengan

demikian pelaksanaan program tersebut menjadi prioritas dalam pemerintahan

Kota Palopo.

Kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan

para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan

berkualitas yang dideskripsikan dalam bentuk sub sistem: Aspek kelembagaan,

Kebijakan dan penganggaran program, Sumber daya manusia, data dan informasi,

dan strategi money terhadap kebijakan dan program.

Hubungan kerjasama dalam pelaksanaan program pendidikan gratis tidak

terlepas dari kerjasama antar instansi dalam aspek keterbukaan. Mulai dari proses

perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan yang melibatkan semua stakeholder

yang berkepentingan dalam mendukung terlaksananya pendidikan gratis di Kota

Palopo.

“Tentu harus ada kerjasama dalam pelaksanaan kebijakan publik apa


lagi berbentuk program pendidikan gratis, kerjasama berkaitan dengan
keberhasilan pelaksanaan program. Beberapa intansi yang ditemani
bekerjasama adalah inspektorat selaku pengawas suatu kebijakan,
bank SulselBar sebagai bank daerah yang mencairkan anggaran dalam
pendidikan gratis, semua sekolah yang masuk dalam daftar penerima
pendidikan gratis dan masyarakat sendiri. Semua intansi yang terkait
saling berkorrdinasi demi terlaksananya dengan baik program
pendidikan gratis.” (Wawancara dengan AA 16/09/2019)

Hasil wawancara dengan informan AA dapat dilihat bahwa ada beberapa

instansi yang saling membangun hubungan kerjasama dalam terlaksannya

71
pendidikan gratis di Kota Palopo. Tentu keberhasilan program pendidikan gratis

di Kota Palopo tidak terlepas dari peran semua instansi yang mendukung

implementasi program tersebut.

Networking adalah membangun hubungan dengan orang lain atau organisasi

yang berpengaruh terhadap kesuksesan profesional maupun personal. Karena

networking lebih dari sekadar berkenalan, melainkan berbagi potensi dan

informasi, mendapatkan integritas dan mempengaruhi, dan menciptakan visi yang

mengarahkan kemampuan masing-masing individu untuk melakukan sesuatu

terhadap orang lain.

Proses networking dalam pelaksanaan pendidikan gratis di Kota Palopo

mengarah kepada tujuan bersama demi meningkatkan mutu pendidikan di Kota

Palopo. Pengembangan sumber daya manusia kedepannya akan sangat

menentukan kelanjutan estafet kepemimpinan dalam tujuan pembangunan di Kota

Palopo.

“Tentu pemerintah harus memiliki relasi yang kuat utamanya dalam


memastikan keberlanjutan pendidikan di Kota Palopo. Terkait dengan
pendidikan gratis bagi kami kepala sekolah adalah membangun sinergi
dengan sekolah-sekolah lain untuk saling bertukar fikiran terkait apa
saja yang harus di bangun dengan memanfaatkan anggaran dari
pendidikan gratis yang telah di canangkan oleh pemerintah Kota
Palopo.” (Wawancara dengan KT 17/09/2019).

Hasil wawancara denga KT dapat dilihat relasi yang di bangun terkait

networking dalam pelaksanaan pendidikan gratis di Kota Palopo lebih kepada

saling berbagi informasi pada wilayah penggunaan anggaran pendidikan gratis

sehingga penggunaan anggaran tersebut tepat sasaran.

72
Banyak tantangan yang dihadapi lembaga pendidikan saat ini, salah satunya

ialah bagian kemitraan sangat berperan dalam peningkatan mutu pendidikan.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka sekolah harus menjalin mitra yang

baik dengan masyarakat luas. Dalam pelaksanaan pendidikan, dibutuhkan

berbagai elemen yang sangat penting yang dapat mendukung pencapaian tujuan

pendidikan. Salah satu elemen yang penting dan dinilai dapat menentukan

keberhasilan tujuan pendidikan adalah peran lembaga pendidikan dalam menjalin

kerjasama.

Kepala sekolah SMPN 8 Kota Palopo menyebutkan keberhasilan program

pendidikan adalah dengan membangun relasi dengan masyarakat, karena tujuan

dari sebuah program adalah kepentingan masyarakat Kota Palopo.

“Kalau berbicara terkait relasi masyarakatlah yang sangat penting di


berikan pemahaman terkait program pendidikan gratis di Kota Palopo.
Karena masyarakat beranggapan bahwa program pendidikan gratis
adalah menggratiskan keseluruhan biaya bagi masyarakat usia
pendidikan. Sehingga sistem dan regulasi pelaksanaan pendidikan
gratis harus dapat di pahami oleh semua masyarakat.” (Wawancara
dengan BS tanggal 17/09/2019)

Hasil wawancara dengan informan BS dapat dilihat bahwa dalam

pelaksanaan pendidikan gratis di Kota Palopo pihak sekolah membangun

sinergitas dengan masyarakat dalam mensosialisasikan terkait sistem pelaksanaan

pendidikan gratis sehingga masyarakat dapat memahami proses pelaksanaannya.

Pendidikan sebagai suatu lembaga tidak langsung menghasilkan produk

tetapi terjadi melalui usaha pemberian jasa baik oleh tenaga pengajar, administrasi

maupun pengelola. Lulusan pendidikan bukan barang yang dapat dikonsumsi

bersamaan dengan waktu yang dihasilkan, bukan sesuatu yang berwujud. Output

73
pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan akhlak yang

dikehendaki dalam proses pendidikan yang dilakukan. Untuk menjamin terjadinya

proses pendidikan diperlukan dukungan dari berbagai unsur seperti manusia,

material, waktu, dan teknologi.

Jejaring kerjasama dalam mendukung program pendidikan gratis di Kota

Palopo harus melibatkan semua stakeholder yang berperan dalam implementasi

program tersebut. Dinas pendidikan Kota Palopo dalam upayanya

mengoptimalkan program pendidikan gratis maka di bentuklah sebuah forum yang

mempertemukan semua guru kurikulum yang dilaksanakan rutin setiap

minggunya.

“Dinas Pendidikan Kota Palopo dalam upayanya memaksimalkan


kebijakan pendidikan gratis, maka di bentuklah sebuah forum yang
rutin melakukan pertemuan di setiap minggunya untuk membahas
kurikulum pendidikan serta sistem yang akan di terapkan dalam
metode pembelajaran bagi siswa. Dengan demikian jejaring kerjasama
serta sinergitas dalam membangun kegiatan pendidikan di Kota
Palopo akan semakin maksimal.” (Wawancara dengan SB tanggal
17/09/2019).

Hasil wawancara dengan informan SB dinas pendidikan dalam upayanya

meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Palopo di bentuklah sebuah forum

yang akan semakin membangun sinergitas dalam memaksimalkan program

pendidikan gratis di Kota Palopo.

Relasi yang baik antara pembuat kebijakan dan masyarakat tentu menjamin

kesuksesan sebuah kebijakan yang dibuat. Pemerintah mempunyai tanggung

jawab untuk mentransparansikan segala bentuk program yang dibuat agar

masyarakat dapat memahami dan sebuah kebijakan dapat berjalan maksimal.

74
Kebanyakan masyarakat Kota Palopo terlebih bagi mereka yang mempunyai

anak usia sekolah tidak memahami sistem dan pelaksanaan dari pendidikan gratis.

Mereka beranggapan bahwa program pendidikan gratis menggratiskan

keseluruhan biaya perlengkapan sekolah pelajar tapi pada aspek penerapannya

masih banyak biaya yang harus di keluarkan orang tua untuk kebutuhan siswa di

sekolah.

“Pihak sekolah harus lebih banyak melakukan sosialisasi kepada


orang tua murid terkait program pendidikan gratis yang di terapkan di
Kota Palopo. Karena sepahaman kami program pendidikan gratis
tersebut menggratiskan keseluruhan biaya sekolah dari anak didik.
Tapi pada kenyataannya masih banyak kebutuhan sekolah dari sang
anak yang melibatkan orang tua siswa.” (Wawancara dengan HT
20/09/2019)

Hasil wawancara dengan informan HT dapat dilihat bahwa komunikasi

antara pemangku kepentingan dan masyarakat terkait program pendidikan gratis

pada tahap sosialisasi belum diketahui oleh masyarakat sehingga masih terjadi

kekeliruan tentang aspek penerapan program pendidikan gratis tersebut.

Hubungan kerjasama antara pemerintah daerah dan sektor swasta sangat

dibutuhkan dalam rangka mendukung sebuah program. Sektor swasta mungkin

tidak harus mengetahui secara keseluruhan dari mekanisme sebuah kebijakan

namun keterlibatan sektor swasta pada wilayah perencanaan sampai wilayah

pelaksanaan mampu menjadi motor penggerak kesuksesan dari sebuah kebijakan

public.

Pelaksanaan pendidikan gratis di Kota Palopo bagi sebagaian masyarakat

menilai sangat kaku karena hanya membangun kerjasama dengan sektor-sektor

yang ada pada wilayah pemerintahan, padahal jika pemerintah bijak sebuah

75
program selain memberikan peluang bagi siswa juga dapat memberdayakan

masyarakat pada wilayah usaha.

“Program pendidikan gratis di Kota Palopo yang menjadi terobosan


dari dinas Pendidikan pada dasarnya cukup baik. Namun hal tersebut
kurang maksimal karena hanya melibatkan sektor-sektor yang ada
pada wilayah mereka. padahal banyak masyarakat yang bisa di
berdayakan dengan adanya program pendidikan gratis tersebut.
Katakanlah misalnya tempat percetakan, tempat konveksi baju, sektor
seperti itu seharusnya tidak bisa lepas dari kegiatan belajar mengajar
siswa setiap harinya.” (Wawancara dengan RI tanggal 20/09/2019)

Hasil wawancara dengan RI dapat disimpulkan kehadiran program seperti

pendidikan gratis pada dasarnya selain memberikan manfaat bagi pelajar juga

memberikan manfaat bagi masyarakat yang bergerak di bidang usaha seperti

percetakan dan konveksi baju yang menyediakan segala perlengkapan dan

kebutuhan sekolah. Dengan demikian anggaran yang di gunakan dalam program

pendidikan gratis mampu di maksimalkan.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan terkait Networking atau

relasi dari dinas pendidikan Kota Palopo guna mendukung program pendidikan

gratis dengan membangun kerjasama dengan BUD (Bendahara Umum Daerah)

yang menyerahkan anggaran ke dinas penddidikan Kota Palopo, dan kemudian

dinas pendidikan Kota Palopo menyalurkan anggaran tersebut sesuai kebutuhan

pendidikan kesetiap sekolah, bekerjasama dengan inspektorat sebagai pengawas

pelaksanaan sebuah program, membentuk Tim Pengelola Sekolah/madrasah yang

dilakukan secara musyawarah, demokratis, transparan dan ditetapkan melalui

Surat Keputusan Kepala Sekolah;

Tim Pengelola sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari

76
a. Ketua : Kepala Sekolah;

b. Sekretaris : Unsur guru atau komite sekolah;

c. Bendahara : Guru atau staf tata usaha yang berpengalaman

mengelola keuangan dan,

d. Anggota : Unsur PTK sekolah/madrasah atau masyarakat yang

memiliki pengalaman di komite sekolah.

77
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mentality implementasi program pendidikan gratis merupakan tanggung

jawab pemerintah Kota Palopo, kriteria penting dalam implementasi

kebijakan, dapat dikemukakan empat faktor sebagai sumber masalah

sekaligus prakondisi bagi keberhasilan proses implementasi, yakni

komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi atau pelaksana dan struktur

organisasi, termasuk tata aliran kerja birokrasi. Komunikasi suatu program

hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal

ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan

konsistensi informasi yang di-sampaikan. Sumber daya, meliputi empat

komponen yaitu staf yang cukup (jumlah dan mutu), informasi yang

dibutuhkan guna pengambilan keputusan, kewenangan yang cukup guna

melaksanakan tugas atau tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan. Disposisi atau sikap pelaksana merupakan komitmen

pelaksana terhadap program. Struktur birokrasi didasarkan pada prosedur

operasional standar yang mengatur tata aliran pekerjaan dan pelaksanaan

kebijakan. dimana dengan adanya program tersebut para pelajar dan tenaga

pengajar di Kota Palopo lebih termotivasi dalam melaksanakan tugasnya

masing-masing.

78
2. System, Berdasarkan hasil observasi dilapangan terkait sistem yang

dilakukan dalam implementasi kebijakan pendidikan gratis di Kota Palopo

dengan membangun sinergitas dalam ruang lingkup struktur institusi dinas

pendidikan Kota Palopo sehingga manejemen pelaksanaan program

pendidikan gratis dapat berjalan dengan baik. Kebijakan pemerintah kota

palopo dalam pelaksanaan program pendidikan gratis ini sangat baik dalam

hal peningkatan pendidikan anak-anak usia sekolah, sehingga tingkat buta

huruf atau tidak bersekolah dapat berkurang. Adanya program pemerintah

terkait pendidikan gratis ini mampu untuk mengatasi masalah pendidikan

yang ada di kota palopo agar supaya semua anak yang usia sekolah

mendapatkan pendidikan yang layak tetapi, dalam pelaksanaannya masih

ada saja yang tidak sesuai karena adanya penyelewangan dana pendidikan.

Program ini dilaksanakan karena menganggap bahwa pendidikan di kota

palopo mengalami penurunan sehingga berdampak kepada anak yang

mendapatkan pendidikan. Selanjutnya fungsi regulasi yang di perjelas

dengan petunjuk teknis pelaksanaan program membuat sistem pelaksanaan

program pendidikan gratis terstruktur dan berjalan sesuai dengan target yang

telah ditetapkan dalam program pendidikan gratis di Kota Palopo yang

mengacu kepada perwali No. 70 Tahun 2017 tentang sistem dan petunjuk

pelaksanaan pendidikan gratis di Kota Palopo.

3. Networking, Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan terkait relasi

dari dinas pendidikan Kota Palopo guna mendukung program pendidikan

gratis dengan membangun kerjasama dengan BUD (Bendahara Umum

79
Daerah) yang menyerahkan anggaran ke dinas penddidikan Kota Palopo,

dan kemudian dinas pendidikan Kota Palopo menyalurkan anggaran

tersebut sesuai kebutuhan pendidikan kesetiap sekolah, bekerjasama dengan

inspektorat sebagai pengawas pelaksanaan sebuah program, membentuk

Tim Pengelola Sekolah/madrasah yang dilakukan secara musyawarah,

demokratis, dan transparan.

B. Saran

1. Pembangunan sektor pendidikan harus sesuai dengan perencanaan, arah

dan tujuan sasaran pendidikan nasional sebagai upaya pemerintah dalam

pelaksanaan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.

2. Pemerintah harus melakukan banyak sosialisai untuk merubah anggapan

masyarakat dengan adanya kebijakan pendidikan gratis adalah gratis

sepenuhnya.

3. Pihak sekolah sebagai implementor diharapkan dapat menjalankan

program ini dengan baik terutama dalam proses administrsi diharapkan

dapat lebih selektif agar manfaat kebijakan ini benar-benar dirasakan oleh

masyarakat tidak mampu.

80
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, L. (2008). Dasar-dasar kebijakan publik. Bandung: Alfabeta.
Akib, H. (2012). Implementasi kebijakan: Apa, mengapa dan bagaimana. Jurnal
Ilmiah Ilmu Administrasi Publik, 1(1), 1-11.
Akib, H., & Tarigan, A. (2008). Artikulasi konsep implementasi kebijakan:
Perspektif, model dan kriteria pengukurannya. Jurnal Kebijakan Publik.
Aneta, A. (2012). Implementasi Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan (P2KP) Di Kota Gorontalo. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
Publik, 1(1), 54-65.
Anggara,Sahya. (2014). Kebijakan Publik. Bandung : Pustaka Setia. Jakarta.
Feis, I. (2009). Implementasi kebijakan: perspektif, model dan kriteria
pengukurannya. Gema Eksos, 5(1).
Gita, S., & Anugrah, S. (2014). Studi Implementasi Program Pendidikan Gratis di
Kabupaten Tana Toraja. Jurnal Nasional FISIP Makasar.
Kadji, Y. (2008). Implementasi kebijakan dalam perspektif realitas. Tulung
Agung: Penerbit Cahaya Abadi.
Kadji, Y.(2015). Formulasi Dan Implementasi Kebijakan Publik. Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo Press
Kurniawan, B. D. (2011). Implementasi kebijakan sertifikasi guru dalam rangka
meningkatkan profesionalitas guru di Kota Yogyakarta. Jurnal Studi
Pemerintahan, 2(2).
Lestari, D. A., & Susena, E. (2014). Analisis Pendidikan Gratis Di SMA–SMK Di
Surakarta Menuju Pendidikan Indonesia Yang Berkeadilan. Jurnal
Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta, 1(2), 1-9.
Nugroho, R. (2014). Kebijakan Publik di Negara-negara
berkembang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pasolong, Harbani. (2008). Teori Administrasi Publik. Bandung: CV Alfabeta
Ramdhani, A., & Ramdhani, M. A. (2017). Konsep umum pelaksanaan kebijakan
publik. Jurnal Publik, 11(1), 1-12.
Subarna, B. (2014). Pendidikan Gratis Sekolah Menengah Pertama:: Antara
Harapan dan Kenyataan. Deepublish.
Gita, S., & Anugrah, S. (2014). Studi Implementasi Program Pendidikan Gratis di
Kabupaten Tana Toraja. Jurnal Nasional FISIP Makasar.

81
Suyahman, S. (2016). Pendidikan Untuk Semua Antara Harapan Dan Kenyataan
(Studi Kasus Permasalahan Pendidikan Di Indonesia). Prosiding Ilmu
Pendidikan, 1(2).
Tachjan, H., Mariana, D., & Paskarina, C. (2006). Implementasi kebijakan publik.
AIPI.
Widodo, J. (2007). Analisis kebijakan publik: Konsep dan aplikasi analisis proses
kebijakan publik. Malang: Bayumedia Publishing.
Winarno, B. (2012). Kebijakan publik: teori, proses, dan studi kasus: edisi dan
revisi terbaru. Center for Academic Publishing Service.
Yuliana, R., Widayati, W., & Taufiq, A. (2015). Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan Gratis pada Jenjang Sekolah Menengah di Kabupaten
Sukoharjo. Journal of Politic and Government Studies, 4(3), 261-270.

82
83
84
85
86
RIWAYAT HIDUP

Iqbal Muhammad Fadhullah, dilahirkan di Makassar

tanggal 18 Juni 1996. Penulis merupakan anak ke-1 dari

6 bersaudara dari buah kasih pasangan Ayahanda Abdul

Muis, S.Pi dan Ibunda Hariyani Hasyim, S.Pd. Penulis

mengawali pendidikan formal mulai pada tahun 2002 di

SD Negeri 154 Layar Putih dan tamat tahun 2008, pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan di PMDS (Pesantren Modern Datok Sulaiman) Palopo

dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun yang sama pula, penulis melanjutkan

pendidikan di SMA Negeri 1 Masamba dan tamat pada tahun 2014. Pada tahun

2014 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi yaitu

Universitas Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Pemerintahan S1.

Berkat Rahmat Allah SWT dan iringan doa dari keluarga serta teman-

teman. Perjuangan panjang penulis dalam penempuh pendidikan di Universitas

Muhammadiyah Makassar berhasil dengan tersusunnya skripsi yang berjudul

“MSN-Aproach Dalam Implementasi Kebijakan Program Pendidikan Gratis

di Kota Palopo”

87

Anda mungkin juga menyukai