Anda di halaman 1dari 98

SKRIPSI

EFEKTIVITAS TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
KABUPATEN MAROS

Oleh:

M. RISALDI IRWAN

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11180 16

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023
SKRIPSI

EFEKTIVITAS TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
KABUPATEN MAROS

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar
Sarjana Adminsitrasi Publik (S.Ap)

Disusun dan Diajukan Oleh:

M RISALDI IRWAN
Nomor Stambuk : 105611118016

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023

2
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Efektivitas Tugas Pokok dan Fungsi Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten

Maros

Nama Mahasiswa : M Risaldi Irwan

Nomor Induk Mahasiwa : 105611118016

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Nur Wahid, S.sos., M.Si Ahmad Taufik, S.IP M.AP

Mengetahui:

Dekan Ketua Program Studi

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr.Nur Wahid, S.sos., M.Si
NBM : 730727 NBM: 991742

3
HALAMAN PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar berdasarkan Surat Keputusan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

Nomor 0106/FSP/A.4-II/I/44/2023 sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

studi dan memperoleh gelar sarjana dalam Program Studi Ilmu Administrasi Negara

yang dilaksanakan di Makassar pada hari Senin, 15 Mei 2023.

TIM PENILAI

Ketua Sekretaris

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Andi Luhur Prianto,S.IP., M.Si
NBM : 730727 NBM : 992797

TIM PENGUJI

1. Dr. Hj. Fatmawati, M.Si ( )

2. Dr. Nur Wahid, S.sos., M.Si ( )

3. Nurbiah Tahir, S.sos., M.Si ( )

4. Ahmad Harakan, S.IP., M.H.I ( )

4
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : M. Risaldi Irwan

Nomor Stambuk : 10561 1118 016

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar skripsi penelitian ini adalah karya saya sendiri dan

bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan

sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 17 Mei 2023

Yang Menyatakan

(M. Risaldi Irwan)

5
Abstrak

M Risaldi Irwan, Nur Wahid dan Ahmad Taufik. Efektivitas Tugas Pokok
Dan Fungsi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Maros.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis terkait peran Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Desa di Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros. Pelaksanaan tugas
dan fungsi Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa harus melakukan pembinaan dan
memberikan dukungan dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah, Hal tersebut
menjadi salah satu tugas dan fungsi dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa
dalam memberikan kesejahteraan bagi masyarakat baik dalam kebijakan dan
pendampingan yang dilakukan bersama pemerintah setempat. Penelitian ini adalah
tergolong pada jenis penelitian deskriptif, sementara pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan kualitatif, Penelitian ini dilakukan di Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Kabupaten Maros. Informan pada penelitian ini ialah:
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros dan 5 Kepala
Desa yang ada di Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros. Data-data penelitian
diperoleh dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan
melalui observasi langsung, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsi dari
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros hanya bertugas untuk
membuat regulasi dan memberikan edukasi dan pelatihan kepada pemerintah
desa. Kemudian pemerintah desa yang berhadapan langsung dengan masyarakat
dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Adapun temuan dalam penelitian ini
ialah terkait kerjasama yang dilakukan telah berjalan dengan baik namun belum
melibatkan sektor privat yang lebih berpengaruh terhadap kemajuan masyarkat.
Kemudian kemampuan dari pemerintah desa serta masyarakat sudah diberikan
pelatihan khusus untuk menunjang skill dan keterampilannuya. Adapun sumber
penghasilan yang didapatkan dari upaya pemberdayaan yang dilakukan ialah
dengan adanya produktifitas kerajinan tangan dan pertanian, sedangkan untuk
pencapaian belum dianggap maksimal karena perubahan secara ekonomi
masyarakat belum terlalu mengalami peningkatan. Sehingga peran pemerintah
dalam menjalankan tugas dan fungsinya dianggap belum efektif dalam
memberikan perubahan terhadap masyarakat.

Kata Kunci: Efektifitas, Pemberdayaan Masyarakat, Kolaborasi

6
Abstack

M Risaldi Irwan, Nur Wahid and Ahmad Taufik. The Effectiveness of the
Main Duties and Functions of the Village and Community Empowerment
Service Maros Regency.
This study aims to analyze the role of the Village Community Empowerment
Service in Moncongloe District, Maros Regency. The implementation of the
duties and functions of the Village Community Empowerment Service must
provide guidance and provide support in the administration of regional
government. This is one of the duties and functions of the Village Community
Empowerment Service in providing welfare for the community both in policy and
assistance carried out with the local government. This research belongs to the type
of descriptive research, while the approach used is a qualitative approach. This
research was conducted at the Community and Village Empowerment Services in
Maros Regency. Informants in this study included: Head of the Maros Regency
Village Community Empowerment Service and 5 Village Heads in Moncongloe
District, Maros Regency. Research data obtained from primary data and
secondary data. Data collection was carried out through direct observation,
interviews and documentation. The data analysis technique used in this research is
descriptive qualitative.
The results of the study show that in carrying out the mandate and functions of the
Maros Regency Village Community Empowerment Service it is only responsible
for making regulations and providing education and training to the village
government. Then the village government deals directly with the community in an
effort to empower the community. The findings in this study are that the
collaboration that has been carried out has gone well but has not yet involved the
private sector which has more influence on the progress of society. Then the
ability of the government and the community has been given special training to
improve their skills and abilities. The source of income obtained from the
empowerment efforts carried out is the productivity of handicrafts and agriculture,
while the efforts have not been considered optimal because the changes in the
community's economy have not increased too much. So that the role of the
government in carrying out its duties and functions is considered not yet effective
in providing change to society.

Keywords: Effectiveness, Community Empowerment, Collaboration

7
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur mendalam penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yan

telah memberikan kenikmatan, kesehatan dan keberkahan yang luar biasa.

Shalawat dan salam tercurah atas nama baginda Rasulullah Muhammad SAW,

sebagai suri tauladan manusia sepanjang masa berserta keluarga dan para sahabat.

Berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Efektivitas Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa Kabupaten Maros”. Teristimewa dan ucapan terimakasih yang

setinggi-tingginya saya ucapkan kepada kedua orang tua Bapak H Irwan Sunarya

dan Ibu Hj Fatmawati yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang dan doa.

Serta Rika Ayu Lestari yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian

tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

8
3. Bapak Dr. Nur Wahid S.Sos., M.Si selaku Ketua Prodi dan Ibu Nurbiah Tahir,

S.Sos.,M.Ap selaku Wakil Ketua Prodi Jurusan Ilmu Administrasi Negara.

4. Bapak Dr. Nur Wahid S.Sos., M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Ahmad

Taufik S.IP, M.Ap Selaku Pembimbing II.

5. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan

ilmunya kepada penulis selama menempuh pendidikan di bangku perkuliahan

serta Staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah membantu penulis.

6. Teruntuk Andi Karmila Adnan S.Ap dan Kawan Kara yang sudah

memberikan segala dukungan dan motivasinya selama penulisan skripsi ini

berlangsung.

7. Seluruh pegawai pada Kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan

Kepala Desa yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis memohon maaf kepada semua pihak atas segala

kekurangan dan kekhilafan. Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang

sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat

menambah wawasan yang lebih luas dan sumbangan pemikiran kepada peneliti

maupun pembaca khususnya para mahasiswa Ilmu Administrasi Negara

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 17 Mei 2023

9
M Risaldi Irwan

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... iii
HALAMAN PENERIMAAN TIM................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... v
ABSTRAK.......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR........................................................................................ vii
DAFTAR ISI......................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................x
DAFTAR TABEL..............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu................................................................................8
B. Konsep dan Pengertian Efektivitas..........................................................10
C. Konsep Tugas Pokok dan Fungsi.............................................................13
D. Pembedayaan Masyarakat........................................................................16
E. Kerangka Pikir.........................................................................................20
F. Fokus Penelitian.......................................................................................21
G. Deskripsi fokus Penelitian.......................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian...................................................................25
B. Jenis dan Tipe Penelitian.........................................................................25

10
C. Informan Penelitian..................................................................................26
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................26
E. Teknik Analisis Data...............................................................................27
F. Teknik Pengabsahan Data........................................................................28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Kabupaten Maros........................................................ 30
B. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Maros................. 32
C. Hasil Penelitian......................................................................................... 40
D. Pembahasan Penelitian.............................................................................62

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................69
B. Saran........................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................73
LAMPIRAN........................................................................................................78
RIWAYAT HIDUP........................................................................................... 82

11
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir.................................................................................21


Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat
Desa Maros.....................................................................................40

12
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Angka Kemiskinan Kabupaten Maros Tahun 2020-2022 ................... 5


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................................8
Tabel 3.1 Informan..............................................................................................26

13
14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai penduduk yang

sangat banyak, maka diperlukan peningkatan pembangunan untuk menopang

kesejahteraan penduduknya. Sebagaimana yang telah di jelaskan bahwa

pembangunan nasional adalah usaha peningkatan kualitas manusia dan

masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.

Selain itu, tujuan Pembangunan Nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan

makmur yang merata material dan spiritual, serta menjalankan roda perekonomian

guna mewujudkan kesejahteraan Sosial.

Pemerintah adalah penyedia layanan publik yang dibutuhkan oleh

masyarakat, pemerintah harus bertanggung jawab dan terus berupaya untuk

memberikan pelayanan yang terbaik demi peningkatan pelayanan publik.

Aktivitas pelayanan sejatinya akan selalu menjadi bahasan dalam berbagai aspek

kelembagaan maupun organisasi pemerintah. Aspek pelayanan kian hari makin

berkembang luas pada tatanan organisasi pemerintah seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian maju. Para pemberi

pelayanan dituntut tidak hanya memberikan pelayanan standar namun di era

kekinian pelayanan prima yang mengedepankan kualitas dibutuhkan untuk

memberikan hasil yang lebih baik.

1
2

Pemerintah memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

yang sangat luar biasa banyak, pelayanan publik dari pemerintah sangat memiliki

peran penting bagi masyrakat karena tidak semua pelayanan publik disediakan

oleh swasta. Tujuan Pelayanan Publik diera sekarang memiliki urgensi yang

sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat diantaranya terciptanya pelayanan

yang profesional, efektif, efisien, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu,

responsif, adaptif, serta terwujudnya suatu pemerintahan yang baik.

Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah ialah melakukan

pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat. Dengan adanya upaya tersebut akan

mengantar masyarakat dalam proses untuk mampu menganalisa masalah serta

peluang yang ada serta mencari jalan keluar sesuai sumber daya yang mereka

miliki. Kehadiran dan keberadaan pemerintah dimaksudkan untuk melayani

masyarakat untuk upaya memberdayakan masyarakat dari segala lini (Sewell et

al., 2019). Pemerintah memiliki kewajiban untuk melayani masyarakat dalam

meningkatkan taraf kehidupannya (Kharazishvili et al., 2020). Oleh karena itu

kehidupan masyarakat sehari-hari sangat erat kaitannya dengan fungsi dan peran

dari pemerintah. Hal tersebut dimaksudkan untuk efisiensi dan memunculkan

peran dan kehadiran pemerintah sebagai upaya optimalisasi dalam memanfaatkan

sumber daya daerah yang bertujuan mempercepat proses peningkatan

kesejahteraan rakyat.

Pemberdayaan masyarakat itu sangatlah penting, karena masyarakat di

setiap daerah atau di setiap regional bahkan di setiap negara itu tidak seluruhnya

memiliki kesejahteraan tinggi memiliki kemandirian untuk memenuhi kebutuhan.


3

Untuk memenuhi aspek itu dalam meningkatkan kehidupnya maka perlu ada

upaya yang nyata dilakukan oleh pemerintah. Mengingat bahwa pemerintah

berperan dan bertanggungjawab penuh terhadap kondisi sosial ekonomi

masyarakatnya (Meseguer-Sánchez et al., 2020).

Menurut Mardikanto (2015) bahwa pemberdayaan masyarakat ialah proses

pembangunan yang membuat masyarakat berinisiatif untuk memulai proses

kegiatan sosial dalam mempebaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Dalam

mengembangkan masyarakat melalui pendekatan top-down tidak efektif

dikarenakan masyarakat tidak mempunyai tanggung jawab dalam

mengembangkan ide-ide baru yang lebih sesuai dengan kondisi tempat yang dapat

mengakibatkan ketergantungan. Namun masyarakat harus di berikan kepercayaan

penuh dalam pembangunan, dimana hasil yang berkelanjutan akan dicapai jika

masyarakat diberikan agar dapat menetukan proses pembangunan yang

dibutuhkan sendiri, sementara pemerintah dan lembaga lain mempunyai peran

sebatas mendukung serta memfasilitasi.

Isu pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pada era globalisasi

dan industri 4.0 semakin sering di bicarakan dalam forum-forum diskusi yang di

lakukan oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, nasional dan

internasional, dan dapat kita lihat melalui media massa bahkan sosial media.

Bahkan hal tersebut juga tertuang dalam program PBB yang tergabung dalam

tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yaitu salah satunya mengenai

Pengentasan segala bentuk kemiskinan di semua tempat, Mengakhiri kelaparan,

mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian


4

yang berkelanjutan dan, kehidupan sehat dan sejahtera (Chung & Park, 2016;

Olabi et al., 2022; Pizzi et al., 2020).

Berbicara tentang pemberdayaan masyarakat tidak lepas keterkaitannya

dengan pembangunan. Pembangunan yang di maksud disini adalah pembangunan

dalam berbagai aspek kehidupan, baik pembangunan ekonomi, pembangunan

budaya, pembangunan politik, dan lain-lain. Disamping pembangunan tersebut

meliputi pembangunan fisik dan nonfisik. Misalnya pembangunan fisik yang

berkaitan dengan pembangunan ekonomi meliputi pembangunan gedung pasar.

Dan contoh pembangunan non fisik untuk pembangunan ekonomi dapat

ditunjukkan dengan regulasi yang ada dan berlaku disetiap daerah yang

bersangkutan. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam kerangka penanggulangan

masalah kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui berbagai

program dan kegiatan yang dilaksanakan telah menghasilkan berbagai kemajuan,

antara lain pendapatan perkapita, penurunan jumlah penduduk miskin dan

meningkatnya kualitas hidup manusia secara merata. Namun demikian, krisis

ekonomi yang telah berdampak pada merosotnya tingkat kesejahteraan

masyarakat, diantaranya telah meningkatnya jumlah penduduk miskin dan

pengangguran.

Adapun salah satu OPD yang memiliki peran dalam upaya pemberdayaan

di tengah-tengah masyarakat ditingkat Kabupaten Kota ialah Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa Kabupaten Maros. Namun pada obsevasi awal yang dilakukan

jika dilihat dari peran OPD tersebut dalam upaya pemberdayaan masyarakat

belum bisa dianggap optimal oleh masyarakat. Jika dilihat dari data BPS tahun
5

mulai dari Tahun 2020 sampai 2022 menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin

di Kabupaten Maros mengalami penurunan yang signifikan. Adapun data tersebut

dapat melihat gambar berikut:

Tabel 1.1 Angka Kemiskinan Kabupaten Maros Tahun 2020-2023

Angka Kemiskinan Pertahun Ribu Jiwa Kabupaten


Maros
34.8

34.6

34.4

34.2

34

33.8

33.6

33.4
2020 2021 2022

Angka Kemiskinan Pertahun Ribu Jiwa Kabupaten Maros

Sumber: Data BPS Sulawesi Selatan, 2023

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, sekalipun berdasarkan data

dari tabel diatas menunjukkan penurunan angka kemiskinan, namun masih banyak

masyarakat yang belum merasakan dampak dari upaya pemerintah dalam

memberikan kesejahteraan. Peneliti menemukan kurangnya kehadiran dari Dinas

Pemerdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros yang turun langsung dalam

melakukan agenda pemberdayaan. Kemudian masih adanya masyarakat yang

belum berdaya dalam segi perekonomian serta sikap dan kurangnya partisipasi

dari masyarakat untuk ikut serta dalam agenda yang dilakukan oleh pemerintah

masih kurang.
6

Oleh karena itu melalui penelitian ini yang dilakukan disalah satu

Kecamatan yang ada di Kabupaten Maros yaitu Kecamatan Moncongloe untuk

melihat dan menganalisis secara langsung bagaimana peran dari Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Maros dalam melakukan upaya

pemberdayaan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Hal itu sesuai dengan upaya

dalam mempercepat kesejahteraan masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat

dan dalam rangka ini berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Maros Nomor 12

Tahun 2012 tentang organisasi dan tata kerja lembaga teknis Daerah Kabupaten

Maros.

Berangkat dari maka penelitian ini akan mengkaji dan menganalisis terkait

bagaimana peran Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros

dengan mengangkat Judul Penelitian “Efektivitas Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang penelitian, maka dapat di rumuskan suatu

masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas dalam pelaksaanaan tugas pokok dan fungsi Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros ?

2. Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros ?


7

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang di lakukan tentu mempunyai sasaran yang mesti di

capai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentu harus jelas di ketahui

sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros.

2. Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan

tugas pokok serta fungsi Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten

Maros.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penilitian ini menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Secara teoritis

Penelitian di harapkan mampu memberikan konstribusi bagi perkembangan

studi ilmu administrasi negara dan menambah bahan bacaan bagi peneliti yang

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu administasi negara.

2. Secara metodologis

Penelitian dapat menjadi kajian dan rujukan bagi peneliti selanjutnya

utamanya bagi yang meneliti pada hal yang sama atau masalah yang sama

sesuai kebutuhan praktis maupun teoritis dalam hal pengembangan ilmu

pengetahuan.

3. Secara praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan, saran, ataupun wacana

serta dapat di jadikan sebagai bahan kajian bagi seluruh pihak terutama
8

pemerintah daerah kabupaten Maros terkhusus kepada Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa agar dapat meningkatkan efektivitas kerja dalam

mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang demokratis berdasarkan nilai-

nilai budaya masyarakat setempat terkhusus di Kecamatan Moncongloe.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bertujuan untuk sebagai pola dasar pendukung untuk

penelitian ini sebagai pembanding hasil-hasil penelitian untuk langkah

selanjutnya. Tentunya penelitian terdahulu ini berkaitan dengan pelaksanaan

manajemen bencana di ruang lingkup Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Berikut ini beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan objek

penelitian yakni sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Persamaan/Perbedaan
No. Nama/Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
1. Setiawan (2017) dengan Hasil penelitian Dari penelitian memiliki
judul Analisis Kinerja menunjukkan bahwa persamaan yaitu sama-
Badan Pemberdayaan pelaksanaan bantuan sama menganalisis
Masyarakat Dan pembangunan desa Badan Pemberdayaan
Pemerintahan Desa manajemen dalam Masyarakat Dan
(BPMPD) Kabupaten mengukur dari perspektif Pemerintahan Desa
Pelalawan dalam program kinerja Komunitas (BMPD). Sedangkan
Pengelolahan Bantuan Badan Pemberdayaan dan perbedaan nya yaitu
Pembangunan Desa Pemerintah Desa tidak bisa tempat penelitian dan
9

Terpadu Tahun 2013- dikatakan baik karena tidak aspek yang ingin diteliti
2015, bisa melakukan dimana satu ingin
penegembangan secara mengetahui efektivitas
merata. Rekomendasi dan kinerja.
penelitian ini adalah untuk
Sumber Daya Manusia PT
Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintah Desa
Kabupaten Pelalawan
diharapkan agar kinerjanya
tidak menurun dan untuk
masyakat desa diharapkan
partisipasi dan kerja sama
dalam upaya pembangunan
desa yang dilakukan oleh
Komunitas Badan
Pemberdayaan dan
Pemerintah Desa
Kabupaten Pelalawan.
2. Jaya Kadir dan Yunus Dari hasil penelitian dibagi Dari penelitian memiliki
(2013) dengan judul menjadi tiga dalam proses persamaan yaitu sama-
Analisis Implementasi implementasi dan tugas sama menganalisis
Tugas Pokok dan Fungsi utama dari Badan Badan Pemberdayaan
Badan Pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat Masyarakat Dan
Masyarakat dan dan Pemerintah Desa Pemerintahan Desa
Pemerintahan Desa (BPMPD) Polewali (BMPD). Sedangkan
(BPMPD) Kabupatenn Mandar fase pertama, perbedaan nya yaitu
Polewali Mandar. perumusan kebijakan tempat penelitian dan
teknis melalui perencanan aspek yang ingin diteliti
atrategis. Tahap kedua, dimana satu ingin
implementasi dan mengetahui efektivitas
peninjauan program dan implementasi.
kegiatan dalam mendukung
administrasi pemerintahan.
Tahap ketiga adalah
pelaksanaan tugas
pembinaan, pengarahan
dan pengawassan tugas dan
administrassi desa. Faktor-
faktor pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi Badan
Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintah Desa,
LSM, organisasi
masyarakat kemudian
faktor infrastruktur
10

pedesaan, faktor sumber


daya manusia dalam
BPMPD dan faktor
pendanaan
3. Aricahya Suyana dan Hasil analisis menunjukan Dari penelitian memiliki
Yuliarni (2014) dengan kinerja BPMPD dalam persamaan yaitu sama-
judul berjudul Analisis pengelolahan bantuan desa sama menganalisis
Kinerja Badan dalam hal perspektif Badan Pemberdayaan
Pemberdayaan keuangan menunjukkan Masyarakat Dan
Masyarakat dan kinerja BPMPD dalam Pemerintahan Desa
Pemerintah Desa pengelolahan bantuan Desa (BMPD). Sedangkan
(BPMPD) Kota Denpasar dalam perspektif keuangan perbedaan nya yaitu
dalam Pengelolahan menunjukkan kinerja tempat penelitian dan
Bantuan Kelurahan. kategori yang baik. Kinerja aspek yang ingin diteliti
Penelitian ini dilakukan dari perspektif pengguna dimana satu ingin
di BPMPD Denpasar. layanan menunjukkan mengetahui efektivitas
kategori kinerja yang baik. dan kinerja.
Kinerja dari perspektif
proses internal
menunjukkan kinerja yang
sangat baik sedangkan nilai
untuk perspektif
pembelajaran dan
pertumbuhan juga
menunjukkan kinerja yang
sangat baik. BPMPD
secara keseluruhan kinerja
dalam hal empat perspektif
dengan perhitungan indeks
komposit berada pada
kualifikassi yang baik
kinerja. Untuk
meningkatkan kinerja
pengelolaan bantuan Desa
disarankan untuk
memaksimalkan
perencanaan,
implementassi dan realisasi
anggaran, meningkatkan
penyebaran dan koordinasi
dengan desa untuk
mempercepat pencarian
bangsal bantuan.
11

B. Konsep dan Pengertian Efektivitas

a. Pengertian Efektvitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau

dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya

kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan

sasaran yang dituju. Efektivitas pada dasarnya menunjukkan pada taraf

tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien.

Pengertian efektivitas sesuai dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007

adalah merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah

ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

Sedangkan secara efektivitas menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, atau

dalam bahasa sederhana hal tersebut dapat dijelaskan bahwa: efektifitas dari

pemerintah daerah adalah bila tujuan pemerintah daerah tersebut dapat dicapai

sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan.

Menurut Dunn (2017) efektivitas adalah suatu kriteria untuk

menseleksi berbagai alternatif yang direkomendasikan didasarkan

pertimbangan apakah alternatif yang direkomendasikan tersebut memberikan

hasil (akibat) yang maksimal, lepas dari pertimbangan efisiensi. Efektivitas

merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah

ditentukan di dalam sebuah organisasi kegiatan ataupun sebuah program untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan hasil yang telah

dicapai (Bastaman et al., 2020; Mamonto et al., 2022).


12

Efektivitas adalah suatu pemanfaatan sarana prasarana (Lloyd et al.,

2017), sumber daya dalam jumlah tertentu yang sebelumnya telah ditetapkan

untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi (Alrowwad et al., 2020).

a. Hakikat efektivitas

Efektif adalah mencapai tujuan secara tepat atau memilih tujuan hak

untuk memilih beberapa jalan dan membuat pilihan di antaranya pilihan

lain. Efektif juga dapat diartikan sebagai ukuran keberhasilan dalam

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Calvanese Strinati & Barbarossa,

2021). Efisiensi adalah penggunaan sumber daya, sarana dan prasarana

Sejumlah tertentu sengaja ditetapkan terlebih dahulu agar Anda menang

jumlah waktu kerja (Amaliah, 2019). Kemudian Efisiensi adalah

Penggunaan sumber daya, tempat dan infrastruktur sampai batas tertentu

sengaja ditakdirkan untuk menghasilkan beberapa produk unggulan fungsi

layanan yang dilakukannya (Zulfa, 2022). Kinerja menunjukkan

keberhasilan apakah tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak.

Berdasarkan beberapa Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

efisiensi adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana yang telah

ditetapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan.

b. Manfaat Efektivitas

Efektivitas kerja bermanfaat dalam memberikan pelayanan kepada

orang lain atau kepada organisasi yang menggunakan produknya, seperti

halnya dengan organisasi yang memiliki tugas pokok dan fungsi menyusun

program organisasi yang bersangkutan. Tentunya melalui efektivitas


13

memberikan banyak hal yang dapat menunjang akreditasi serta value dari

sebuah organisasi, dan akan menambah peluang kerjasama serta relasi yang

akan membangun serta memajukan organisasi tersebut.

Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan

melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk

menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap

bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini, efektivitas

merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya

yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses,

maupun keluaran (output) (SYAM, 2020). Dalam hal ini yang dimaksud

sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta

metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien

apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan

dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan

memberikan hasil yang bermanfaat. Jadi suatu kegiatan organisasi di

katakan efektif apabila suatu kegiatan organisasi tersebut berjalan sesuai

aturan atau berjalan sesuai target yang di tentukan oleh organisasi tersebut.

Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu hal yang

sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut

pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta

menginterpretasikannya . Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka

seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas

berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat efektivitas
14

juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah

ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha

atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga

menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal

itu dikatakan tidak efektif.

Menurut Kettner, Moroney dan Martin (2008:262) terdapat kriteria

penilaian apakah suatu program efektif atau tidak, yaitu sebagai berikut:

1. Effort (Upaya) Effort (output) data provide feedback on the amount of

product and services (intermediate outputs) provided, the amount of

quality product and services (quality outputs) provided, and the number

service complementions (final outputs) achieved. Effort data memberikan

umpanbalik pada sejumlah produk dan pelayanan yang disediakan,

kualitas jumlah produk dan pelayanan yang disediakan, dan tercapainya

penyelesaian jumlah pelayanan).

2. Cost-Efficiency data provide a feedback on the costs of providing

program products and services, including intermediate outputs, quality

outputs, and final outputs (service completions). Cost efficiency date are

developed by computing costs per output: intermediate, quality, and

final. (Cost-Efficiency data memberikan umpan balik mengenai biaya

penyediaan produk program dan layanan, termasuk output menengah,

kualitas output, dan output akhir).

3. Result (outcome) data provide feedback on the extent to which a

program achieves its intended result (outcome), both intermediate and


15

final. Result (outcome) data can be monitored during implementation to

compare actual result achieved with planned result. (Result data

memberikan umpan balik tentang sejauh mana suatu program dapat

mecapai hasil yang telah ditetapkan (outcome) baik hasil sementara dan

hasil akhir. Result data dapat dipantau selama pelaksanaan untuk

membandingkan hasil aktual yang dicapai dengan hasil yang

direncanakan)

4. Cost-Effectiveness data provide feedback on the cost of achieving

program result (outcome), both intermediate and final. Cost effectiveness

data are developed by computing cost per intermediate outcome and per

final outcome. (Cost Effectiveness data memberikan umpan balik pada

biaya mencapai hasil program (outcome), baik hasil sementara dan hasil

akhir. Cost Effectiveness data biasanya hanya tersedia pada akhir tahun

program (evaluasi program) dan digunakan untuk mendokumentasikan

biaya mencapai hasil (outcome) untuk keperluan perencanaan kebijakan

dan untuk tujuan pelaporan pengukuran kinerja).

5. Impact (Dampak) Impact data provide feedback on the most difficult

assessment question of all: what happened to clients as a result of

participation in a program that would not have happened in the program’s

absence? To addres this question, impact data are usually generated using

social science research techniques, including the creation of a control

group for comparison purposes and the use of statistics to measure the

magnitud of the impact. (Impact data memberikan umpan balik pada


16

pertanyaan penilaian yang paling sulit dari semua yaitu: apa yang terjadi

dengan klien sebagai hasil dari partisipasi dalam program dan apa yang

tidak akan terjadi jika tidak adanya program? Untuk menjawab

pertanyaan ini, data dampak biasanya dihasilkan dengan menggunakan

teknik penelitian ilmu sosial, termasuk penciptaan kelompok control

untuk tujuan perbandingan dan penggunaan statistik untuk mengukur

besarnya dampak).

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Kettner, Moroney dan Martin

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suatu program dapat dikatakan efektif

apabila memenuhi kelima kriteria tersebut, yaitu: upaya/usaha (effort) yang

dilakukan oleh pemerintah dalam melaksanakan program sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai, efisien biaya (cost efficiency) dari pelaksanaan program, hasil

(result) dari pelaksanaan program dibandingkan dengan hasil yang ditetapkan

sebelumnya, efektivitas biaya (cost effectiveness) program yaitu besaran biaya

yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan program dan dampak (impact) yang

dirasakan langsung oleh masyarakat dari pelaksanaan program.

C. Konsep tugas pokok dan fungsi

Tugas pokok dan fungsi secara umum merupakan hal- hal yang harus atau

wajib di kerjakan oleh seorang anggota organisasi atau pegawai dalam sebuah

instansi secara rutin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk

menyelesaikan program kerja yang di buat berdasarkan tujuan, visi dan misi suatu

organisasi.
17

Tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) merupakan suatu kesatuan yang

saling memiliki keterkaitan antara tugas pokok dan fungsi. Dalam peraturan

perundang-undangan pun masih sering disebutkan bahwa suatu organisasi

menyelenggarakan fungsi-fungsi dalam rangka melaksanakan sebuah tugas

pokok.

1. Tugas pokok

Tugas pokok dimana pengertian tugas itu sendiri telahh di jelaskan

sebelumnya adalah suatu kewajiban yang harus di kerjakan, pekerjaan yang

merupakan tanggung jawab demi mencapai suatu tujuan

Adapun definisi tugas menurut para ahli, yaitu Stone dalam Moekijat

(1998:10) mengemukakan bahwa suatu tugas merupakan kegiatan pekerjaan

khusus yang di lakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dan definisi

lainnya yang menilai bahwa tugas yang merupakan suatu kegiatan spesifik

yang dijalankannya dalam organisas yait menurut John & Miner dalam

Moekijat (1998:10), mengatakan bahwa tugas adalah kegiatan pekerjaan

tertentu yang dilakukan untuk suatu tujuan khusus.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas pokok

adalah suatu kesatuan pekerjaan yang paling utama dan rutin dilakukan oleh

para pegawai dalam sebuah instansi yang memberikan suatu gambaran tentang

ruang lingkup atau kompleksitas jabatan atau organisasi demi mencapai tujuan

tertentu.

2. Fungsi
18

Pengertian fungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan

kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan. Adapun

menurut para ahli, definisi fungsi yaitu Sutarto dalam Zainal (2008:22) yaitu

fungsi adalah rincian tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain

untuk dilakuan seorang pegawai tertentu masing-masing berdasrakan

sekelompok aktivitas sejenis menurut sifat dan pelaksanaannya. Sedangkan

pengertian singkat dari definisi fungsi menurut Moekijat dalam Zainal

(2008:22), yaitu fungsi adalah sebagai suatu aspek khusus dari suatu tugas

tertentu.

Berdasarkan definisi tugas pokok dan fungsi diatas, dapat kita simpulkan

bahwa definisi tugas pokok dan fungsi adalah kesatuan pekerjaan atau kegiatan

yang dilakukan para pegawai yang memiliki aspek khusus seta saling berkaitan

satu sama lain berdasarkan sifat dan pelaksanaannya. Tugas pokok dan fungsi

merupakan penjabaran langsung dari tugas dan fungsi organisasi kedalam jabatan

yang dianalisis. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan hasil tugas pokok dan fungsi

yang tepat dan jelas untuk meningkatkan efektivitas pegawai dalam upaya

pencapaian tujuan organisasi, upaya awal yang harus dilakukan adalah

melaksanakan proses analisis pekerjaan yaitu proses pengumpulan data organisasi

mengenai hubungan dengan pekerjaan.

Sehingga tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) merupakan kesatuan pekerjaan

atau kegiatan yang dilaksanakan oleh para pegawai yang memiliki aspek khusus

serta saling berkaitan satu sama lain menurut sifat atau pelaksanaannya untuk

mencapai tujuan tertentu dalam sebuah organisasi. Dalam setiap organisasi


19

pemerintahan, tugas pokok dan fungsi merupakan bagian tidak terpisahkan dari

keberadaan organisasi tersebut. Penetapan tugas pokok dan fungsi atas suatu unit

organisasi menjadi landasan hukum unit organisasi tersebut dalam beraktifitas

sekaligus sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan tugas dan koordinasi pada

tataran aplikasi di lapangan.

D. Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Maryani & Nainggolan (2019) pemberdayaan Masyarakat adalah

suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-

nilai yang dominan pada warganya. Menurut kodratnya, manusia tidak bisa hidup

menyendiri, tetapi harus hidup bersama bahkan berkelompok dengan manusia lain

yang dalam hubungannya saling membantu untuk mencapai tujuan hidup

berlandaskan kemampuan dan kebutuhan masing-masing atau dengaan istilah lain

adalah saling berinteraksi.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang desa

pemberdayaan masyarakat memiliki makna bahwa pemerintahan dalam

menyelenggarakan dan melaksanakan pembangunan di desa ditujukan untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan

kebijakan, program serta kegiatan yang sesuai dengan esensi dan prioritas

kebutuhan masyarakat.

Menurut Dubois dan Miley (1997) mengemukakan bahwa dasar-dasar

pemberdayaan antara lain meliputi :

a. Pemberdayaan adalah proses kerja sama antara klien dan pelaksana kerja

secara bersama- sama yang bersifat mutual benefit.


20

b. Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai komponen dan

kemampuan yang memberikan jalan sumber penghasilan serta memberikan

kesempatan.

c. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber- sumber penghasilan kapasitas untuk

menggunakan sumber pendapatan secara efektif.

d. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur paralel dari

perseorangan dan perkembangan masyarakat.

Membicarakan suatu konsep pemberdayaan masyarakat, tidak dapat

dilepas-dipisahkan dengann konsep sentral, yaitu konsep power (daya). Menurut

suriadi (2005: 54-55) pengertian pemberdayaan yang terkait dengan konsep power

dapat ditelusuri dari empat sudut pandang/perspektif, yaitu perspektif

pluralis,elitis,strukturalis dan pos strukturalis.

Pemberdayaan ditinjau dari persfektif pluralis, adalah proses untuk tolong

menolong untuk suatu kelompok masyarakat dan individu yang kurang beruntung

untuk bersaing secara lebih efektif dengan kepentingan lain dengan jalan

menolong mereka untuk belajar, dengan menggunakan keahlian dalam melobi,

menggunakan media yang berhubungan dengan tindakan politk, memahami

bagaimana bekerjanya sistem (aturan main), dm sebagainya. Oleh karena itu di

perlukan upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat untuk bersaing

sehingga tidak ada yang menang dan kalah, dengan kata lain, pemberdayaan

masyarakat adalah upaya untuk mengajarkan kelompok atau individu bagaimana

bersaing di dalam sebuah aturan.


21

Pemberdayaan ditinjau dari persfektif elistis adalah suatu upaya untukk

bergabung dan mempengaruhi para elitis, membentuk aliansi dengan elitis,

melakukan konfrontasi dan mencari perubahan pada elitis. Masyarakat yang tak

berdaya karena adanya power dan kontrol yang besar dari para elitis terhadap

media, pendidikan, partai politik, kebijakan publik, birokrasi dan sebagainya.

Pemberdayaan masyarakat di tinjau dari persfektif strukturalis adalah

sebuah agenda yang lebih menantang dan dapat dicapai apabila bentuk-bentuk

krtimpangan struktural dieliminir. Masyarakat tak berdaya dalam bentuk struktur

dominan yang menindas masyarakat, seperti : masalah ras, suku dan gender

dengan kata lain pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses pembebasan,

perubahan struktral secara fundamental, menantang penindasan secara struktural.

Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari persfektif post-strukturalis adalah

sebuah proses yang menantang dan mengubah diskurs. Pemberdayaan lebih

ditekankan pertama-tama pada aspek intelektual ketimbang aktivitas aksi; atau

pemberdayaan masyarakat adalah upaya pengembangan pengertian terhadap

pengembangan pemikiran baru, analistis, dan pendidikan daripada satu aksi.

Himawan (2003 55-56), memberikan suatu cakupan terhadap aspek

ketidakberdayaan rakyat, agar bisa memperlihatkan apa yang seharusnya menjadi

orientasi dari pemberdayaan masyarakat tersebut:

a. Masalah kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat yang begitu rendah.

Fokus dari permasalahan ini adalah terpenuhinya kebutuhan dasar seperti

makanan, penghasilan,kesehatan dan sebagainya


22

b. Masalah akses terhadap sumberdaya, sebagian masyarakat elit dan kelas

menengah memiliki akses dan kemudahan yang tinggi dan sebagian yang

lain dan tidak memiliki akses dan termarginal.

c. Masalah kesadaran, massa rakyat umumnya percaya bahwa keadaan

mereka terkait dengan nasib . sebagian dari golongan eliit

mensosialisasikan masalah ini secara sistematik, apakah melalui lembaga

pendidikan , media massa atau media lain.

d. Masalah partispasi, umumnya rakyat memiliki sebuah keterlibatan yang

sangat minim atau tidak sama sekali dalam proses pengambilan keputusan

yang menyangkut diri mereka sendiri. Dapat di simpulkan nasib rakyat

sangat di tentukan oleh golongan elit.

e. Masalah kapasitas untuk ikut memberikan kontrol dan mengendalikan

proses penyelenggaraan pemerintahan, kekuasaan dan berbagai relasi yang

ada.

Pemberdayaan masyarakat menjadi concern publik dan dinilai sebagai

salah satu pendekatan yang sesuai dalam mengatasi masalah sosial, terutama

kemiskinan (Roseland, 2000; van Niekerk, 2020), yang dilaksanakan berbagai

elemen mulai dari pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui Organisasi

Masyarakat Sipil (Abhayawansa et al., 2021).

Konsep pemberdayaan masyarakat dalam wacana pembangunan

masyarakat sering dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi jaringan kerja

serta kekuatan yang terletak pada setiap individu. Pemberdayaan sebagai proses

pengambilan keputusan, orang-orang yang mencapai tujuan kolektif di


23

berdayakan melalui kemandiriannya,bahkan suatu keharusan untuk lebih di

berdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan,

keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan. Aksi

pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberikan daya

atau kekuatan bagi masyarakat untuk dapat keluar dari permasalahan yang

dihadapinya (Popay et al., 2021).

E. Kerangka Pikir

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat masyarakat Indonesia yang dalam kondisi sekarang mampu melepaskan

diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain

pemberdayaan mampu memandirikan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

sehingga dapat terlepas dari belenggu kemiskinan. Sehingga Pemerintah

berperang dan memiliki tanggung jawa secara penuh untuk menjalankan

perannya. Begitupun yang harus dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Desa Kabupaten Maros yang memiliki tugas dan fungsi dalam memberikan upaya

pemberdayaan kepada masyarakat, khususnya yang berada di wilayah Kecamatan

Moncongloe. Sehingga dalam penelitian ini akan menggunakan teori dari Dubois

dan miley mengemukanan dasar-dasar pemberdayaan. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2.1: Kerangka Pikir

Efektivitas tugas pokok dan fungsi Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Desa Kabupaten Maros

Menurut Kettner, Moroney dan Martin terdapat 5 kriteria dalam mengukur efektivitas
program:
1. Effort (upaya)
2. Cost-Efficiency (efisiensi biaya)
3. Result (hasil)
4. Cost-Effectiveness (Efektivitas biaya)
24

Faktor Pendukung Faktor Penghambat:


1. Kerja sama 1. Kesejahteraan dan kualitas hidup
2. Kemampuan 2. Akses terhadap sumber daya
3. Sumber penghasilan 3. Kesadaran
4. Pencapaian 4. Partisipasi

Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pemberdayaan


Masyarakat Desa yang efektif

F. Fokus penelitian

Fokus penelitian merupakan bagian dari deskripsi teori dari kerangka

berfikir yang digunakan sebagai dasar dalam teknik pengambilan data agar tidak

terlalu luas dan bias. Adapun fokus penelitian ini ialah terkait tugas pokok dan

fungsi dinas khususnya pemberdayaan masyarakat desa di Kabupaten Maros.

Begitu pun tugas pokok dan fungsi sebagai acuan untuk menyelesaikan suatu

masalah agar masyarakat bisa meningkatkan harkat, martabat dan mampu terlepas

dari kata miskin. Fokus penelitian dalam mengkaji pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros dilihat dari:

1. Merumuskan kebijakan

2. Melaksanaan kebijakan pemberdayaan masyarakat desa

3. Melaksanaan evaluasi dan pelaporan pemberdayaan masyarakat

desa
25

Kemudian untuk mengukur efektivitas dari pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam penelitian ini antara lain

mengenai faktor pendukungnya yaitu:

1. Kerja sama (Cooperation)

2. Kemampuan (Ability)

3. Sumber penghasilan (Source of income)

4. Pencapaian (achievement)

Kemudian dilihat dari faktor penghambatnya ialah:

1. Kesejahteraan dan kualitas hidup

2. Akses terhadap sumber daya

3. Kesadaran

4. Partisipasi

G. Deskripsi fokus

Dalam penelitian ini dengan fokus penelitian tentang efektivitas tugas

pokok dan fungsi Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros serta

apa yang menjadi penghambat dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya,

yang akan menjadi indikator untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teori

dari Dubois dan Miley (1997) yaitu:

1. Kerjasama (Cooperation) penerimaa dari berbagai unsur yang baru pada

kepemimpinan suatu upaya menghindari terjadinya sebuah kecurangan atau

juga hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa terjadi di Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa Kabupaten Maros.


26

2. Kemampuan (Ability) sebagai komponen dan kemampuan yang memberikan

jalan ke sumber penghasilan dan memberikan kesempatan Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros.

3. Sumber penghasilan (Source of income) dan kapasitas untuk menggunakan

sumber-sumber pendapatan tersebut dengan secara efektif Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros.

4. Pencapaian (achievement) melalui struktur-struktur paralel dari perseorangan

dan perkembangan masyarakat Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa

Kabupaten Maros.

Kemudian jika ditinjau dari faktor penghambatnya sebagai berikut:

1. Kesejahteraan dan kualitas hidup, kualitas hidup adalah perasaan individu

tentang kesehatan dan kesejahteraannya dalam wilayah yang luas meliputi

fungsi fisik, fungsi psikologis dan fungsi sosial yang dirasakan oleh

masyarakat terkait kehadiran Dinas Pemberdauaan Masyarakat Desa

Kabupaten Maros

2. Akses terhadap sumber daya, merupakan bagaimana masyarakat dapat

mengakses baik dari segi informasi bahkan manfaat dengan adanya program

dan kebijakan dari pemerintah.

3. Kesadaran merupakan bagaimana pemerintah mengetahui tugas yang

diembannya serta masyarakat sebagai sasaran dari adanya suatu kebijakan

agar sama-sama terlibat dalam setiap adanya upaya pemberdayaan

masyarakat.
27

4. Partisipasi menyangkut bagaimana partisipasi pemerintah setempat dan

masyarakat yang berada dalam suatu wilayah untuk turut serta terlibat dalam

setiap kegiatan yang dilakukan.

BAB III

METODE PENELITIAN
28

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Berdasarkan judul penelitian “Efektivitas tugas pokok dan fungsi Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros” dilaksanakan 2 bulan setelah

diadakannya seminar proposal di Badan pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan

Desa di Jl. Bougenville No 6, Pettuadae, Kec Turikale, Kabupaten Maros,

Sulawesi Selatan 90516.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian efektivitas ini termasuk dalam penelitian empiris, dengan bentuk

kualitatif ialah dengan menguraikan, menjelaskan, dan menggambarkkan

sesuai dengan permasalahan hasil penelitian dan secara objektif. Metode

kualitatif juga disebut metode artistic, karena proses penelitian ini lebih

bersifat seni dan disebut juga metode Interpreetive (Sugiyono, 2014).

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan fenomenologi

dengan didukung data kualitatif sebagaimana penelitian berusaha untuk

membuktikan suatu fakta atau realita terikat dengan permasalahan yang terjadi

pada fokusdan lokus kajian penelitian yang tentunya berada pada penelitian.

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian kualitatif yaitu informan penelitian memahami

informasi tentang objek penelitian. Informasi yang dipilih harus memiliki kriteria

25 penelitian yang dilakukan. Informan


agar informasi didapatkan bermanfaat untuk

penelitian ini terdiri dari:


29

Tabel 3.1. Informan

No Informan Keterangan

1. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat 1 Orang


Desa Kabupaten Maros

2. Kepala Desa Se-Kecamatan Moncongloe 5 Orang

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti, dalam

penelitian ini untuk memperoleh informasi atau data yang akurat sehingga dapat

di pertanggungjawabkan sebagai suatu penelitian sosial yang ilmiah (Sugiyono,

2016). Adapun cara-cara tersebut dapat dibagi atas tiga bagian, yakni melalui:

Observasi atau pengamatan, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan

pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap gejala-gejala subyek

yang diselidiki. Fungsi observasi ini untuk menyaring dan melengkapi data

yang mungkin tidak diperoleh melalui interview atau wawancara.

2. Wawancara adalah proses untuk memperoleh keterangan agar tujuan

penelitian dengan cara Tanya Jawab, sambil bertatap muka antar peneliti dan

informan menggunakan alat yang digunakan interview guide (panduan

wawancara).

3. Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis.

Jadi dokumentasi adalah suatu teknik dimana data diperoleh dari dokumen

yang ada pada benda-benda tertulis, buku-buku, dan yang berkaitan dengan
30

objek penelitian. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara

jelas dan konkrit.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka

memperoleh hasil penelitian. Hal ini disebabkan, data akan menuntun kita kearah

temuan ilmiah bila dianalisis secara efektif. Analisis data merupakan langkah

lanjut untuk mengelolah data dari hasil penelitian menjadi data, dimana data

yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk

menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Teknik

analisi data yang digunakan untuk penelitian ini adalah model analisis interaktif

(interactive model of analisis). Dalam model ini terdapat tiga komponen pokok.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiono (2013) ketiga komponen tersebut

yaitu :

1. Reduksi data ialah komponen pertama analisis data yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan

mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat dilakukan.

2. Sajian data ialah suatu rakitan informasi yang memunngkinkan kesimpulan.

Secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya makna

peristiwanya menjadi lebih muda dipahami.

Penarikan kesimpulan dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus

mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ia temui dengan mencatat peraturan-

peraturan sebab akibat, dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan

yang dapat dipertanggung jawabkan.


31

F. Teknik Pengabsahan Data

Pengesahan data merupakan bentuk batasan berkaitan suatu kepastian, bahwa

yang berukur benar-benar ialah variabel yang ingin diukur. Salah satu caranya

ialah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan untuk

sebagi perbandingan untuk data tersebut. Triangulasi pada hakikatnya merupakan

multi metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis

data. Ide dasarnya ialah bahwa penomena yang diteliti dapat dipahami dengan

baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut

pandang, adapun bentuk triangulasi yaitu :

1. Triangulasi Sumber

Membandingkan cara mengecek ulang derajat suatu informasi yang

diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil

pengamatan dengan wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan

dokumen yang ada.

2. Triangulasi Teknik

Agar memperoleh data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

maka untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi Waktu
32

Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan

dengan pengecekan berbagai sumber dengan cara dan berbagai waktu.

Perubahan suatu proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari

waktu ke waktu sehingga untuk mendapatkan data yang sah harus melalui

observasi penelitian perlu diadakan pengamatan tidak hanya satu kali

pengamatan. Peneliti menggali informasi yang dibutuhkan terkait dengan

berbagai cara dan berbagai waktu.

4. Analisis Kasus Negatif

Melakukan analisis kasus negatif berarti penelitian mencari data yang

berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila

tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti

masih mandapatkan data-data yang berlawanan dengan data yang ditemukan,

maka peneliti mungkin akan mengubah temuannya (Sugiyono, 2007:275).


33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Maros

1. Visi & Misi Kabupaten Maros

Visi: “Maros Sejahtera, Religius Dan Berdaya Saing”

Misi:

1) Meningkatkan Kualitas Penyelenggaraan Birokrasi Dan Pelayanan

Publik.

2) Meningkatkan Pembangunan Sumber Daya Manusia.

3) Meningkatkan Keterjangkauan Kebutuhan Dasar Dan Pelayanan Dasar

Secara Inklusif.

4) Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Daerah Berbasis Potensi Lokal.

5) Memantapkan Pembangunan Infrastuktur Ekonomi Dan Pemerataan

Wilayah.

6) Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup Dan Ketahanan Bencana.

2. Wilayah Administrasi Kabupaten Maros

Kabupaten Maros merupakan sebuah kabupaten yang terletak di

provinsi sulawesi selatan Indonesia, Kabupaten Maros terletak di bagian

barat sulawesi selatan, antara 40-50 derajat lintang selatan dan 109-129

derajat bujur timur. Luas Wilayah kabupaten Maros 1619,11 KM2 yang

terdiri dari 14 (empat belas) kecamatan yang membawahi 103

Desa/kelurahan, Kabupaten Maros merupakan wilayah yang berbatasan

langsung dengan ibukota propinsi Sulawesi Selatan, dalam hal ini adalah

30
34

Kota Makassar dengan jarak kedua kota tersebut berkisar 30 km dan

sekaligus terintegrasi dalam pengembangan Kawasan Metropolitan

Mamminasata.

Dalam kedudukannya, Kabupaten Maros memegan peranan penting

terhadap pembangunan Kota Makassar karena sebagai daerah perlintasan yang

sekaligus sebagai pintu gerbang Kawasan Mamminasata bagian utara yang

dengan sendirinya memberikan peluang yang sangat besar terhadap

pembangunan di Kabupaten Maros dengan luas wilayah 1.619,12 km2 dan

terbagi dalam 14 wilayah kecamatan. Kabupaten Maros secara administrasi

wilayah berbatasan dengan:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Bone

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kota Makassar

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Demikian pula sarana transportasi udara terbesar di kawasan timur

Indonesia berada di Kabupaten Maros sehingga Kabupaten ini menjadi tempat

masuk dan keluar dari dan ke Sulawesi Selatan. Tentu saja kondisi ini sangat

menguntungkan perekonomian Maros secara keseluruhan.

Pembagian Administratif pemerintahan Kecamatan adalah pembagian

wilayah administratif di Indonesia di bawah Kabupaten atau Kota. Kecamatan

terdiri atas desa-desa atau kelurahan-kelurahan. Kabupaten Maros terdiri atas

14 Kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 80 desa dan 23 Kelurahan. Pusat

pemerintahan berada di Kecamatan Turikale. Kecamatan tersebut:


35

1) Turikale
2) Maros Baru
3) Lau
4) Bontoa
5) Mandai
6) Marusu
7) Tanralili
8) Moncongloe
9) Tompobulu
10) Bantimurung
11) Simbang
12) Cenrana
13) Camba
14) Mallawa

B. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Maros

Kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Maros

berkedudukan di jalan Jl.Asoka No.1 Kabupaten Maros. Adapun tugas dan

fungsi dari struktur organisasi dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Kabupaten Maros sebagai berikut.

1. Kepala Dinas

Mempunyai tugas membantu Bupati menyelenggarakan Urusan

Pemerintahan di bidang bina pemerintahan desa, kelembagaan, penataan

desa dan partisipasi masyarakat serta pemberdayaan masyarakat desa yang

menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada

Kabupaten. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana Kepala Dinas

mempunyai fungsi:

a) perumusan kebijakan teknis dinas pemberdayaan masyarakat desa

dibidang pemberdayaan masyarakat dan pembangunan desa,

pemerintahan desa serta usaha desa dan teknologi pedesaan;


36

b) pelaksanaan kebijakan dibidang pemberdayaan masyarakat dan

pembangunan desa, pemerintahan desa serta usaha desa dan teknologi

pedesaan;

c) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dinas pemberdayaan masyarakat

desa dibidang pemberdayaan masyarakat dan pembangunan desa,

pemerintahan desa serta usaha desa dan teknologi pedesaan;

d) pelaksanaan administrasi dinas pemberdayaan masyarakat desa dibidang

pemberdayaan masyarakat dan pembangunan desa, pemerintahan desa

serta usaha desa dan teknologi pedesaan; dan

e) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

2. Sekretariat

Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan

koordinasi, pembinaan administrasi dan teknis operasional umum dan

kepegawaian, program dan keuangan serta memberikan pelayanan teknis

dan administrasi umum dan kepegawaian serta program dan keuangan di

lingkungan Dinas. Untuk melaksanakan tugas, Sekretaris melaksanakan

fungsi:

a) pengoordinasian pelaksanaan program kegiatan yang meliputi

administrasi program dan keuangan serta umum dan kepegawaian;

b) pengoordinasian ketatausahaan yang meliputi administrasi umum dan

kepegawaian serta program dan keuangan;

c) pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan yang meliputi


37

administrasi umum dan kepegawaian serta program dan keuangan;

d) pelaksanaan pembinaan, pengoordinasian program kegiatan seluruh

unsur organisasi Dinas; dan

e) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala Dinas terkait dengan

tugas dan fungsinya

3. Subbagian Umum dan Kepegawaian

Mempunyai mempunyai tugas melakukan pengelolaan administrasi

kepegawaian, melakukan urusan ketatausahaan, serta urusan rumah tangga

dan humas. Uraian tugas meliputi:

a) menyusun rencana kegiatan Subbagian Umum dan Kepegawaian


sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
b) mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c) memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam
lingkungan Subbagian Umum dan Kepegawaian untuk mengetahui
pelaksanaan tugas;
d) menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau menandatangani
naskah dinas;
e) mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya;
f) menyusun SOP berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
g) melakukan verifikasi dan pemutakhiran data pada aplikasi
kepegawaian;
h) menyusun analisis jabatan, analis beban kerja dan evaluasi jabatan
sesuai prosedur berdasarkan Peraturan Perundang-undangan sebagai
pedoman dalam melaksanakan tugas;
i) melakukan urusan kepegawaian yang meliputi kenaikan pangkat, KGB,
cuti, karis/karsu, taspen, karpeg, pensiun, mutasi, satya lencana karya
38

satya, pengembangan kompetensi, formasi, DUK, bezetting dan


mengelola absensi ASN lingkup Dinas;
j) melakukan penyiapan bahan dan mengelola administrasi surat tugas dan
perjalanan dinas pegawai;
k) melakukan penyusunan dan memproses administrasi umum meliputi
pengelolaan naskah dinas surat masuk/keluar, pengaturan
surat-surat/naskah dinas atau dokumen yang akan ditanda tangani olah
atasan, pendistribusian surat masuk dan surat keluar, pengarsipan
naskah dinas/dokumen, mengelola perpustakaan dan pendokumentasian
dokumen kegiatan lingkup Dinas;
l) melakukan penataan ruang kantor, menjaga kebersihan, dan keamanan
kantor;
m) melakukan administrasi perlengkapan meliputi pengadaan ATK,
materai, alat dan bahan pembersih serta perlengkapan rumah tangga
kantor;
n) melakukan penyiapan bahan dan menyusun administrasi pengelolaan
pengadaan barang dan jasa;
o) melakukan penyiapan bahan, mengoordinasikan dan memfasilitasi
kegiatan organisasi dan tatalaksana;
p) melakukan penyiapan bahan dan menyusun rencana kebutuhan,
pemeliharaan, dan penghapusan barang;
q) melakukan penyiapan bahan dan menyusun daftar inventarisasi barang
serta laporan inventaris barang Dinas;
r) melakukan penyusunan kp4 Aparatur Sipil Negara lingkup Dinas;
s) melakukan dan mengembangkan penerapan sistem informasi
kepegawaian berbasis teknologi informasi;
t) melakukan penyusunan konsep naskah dinas yang berkaitan dengan
subbagian kepegawaian dan umum baik secara lisan maupun tulisan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan;
u) menghimpun dan mengsosialisasikan Peraturan Perundang-undangan
meliputi pengadaan barang dan jasa serta kepegawaian;
v) melakukan kegiatan sosialisasi pengelolaan administrasi kepegawaian;
w) mengikuti workshop, sosialisasi dan bimtek dan rapat-rapat;
39

x) melakukan pengelolaan dokumen dan informasi hukum di lingkungan


Dinas;
y) melakukan koordinasi dan konsultasi dengan lembaga pemerintah atau
nonpemerintah, dalam rangka menyelenggarakan tugas dan fungsi;
z) menilai kinerja pegawai Aparatur Sipil Negara sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
aa) menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas Kepala Subbagian Umum
dan Kepegawaian dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan
sebagai bahan perumusan kebijakan; dan
bb) melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan, sesuai
dengan bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
tugas.
4. Subbagian Program dan Keuangan

Kepala Subbagian yang mempunyai tugas membantu Sekretaris

Dinas dalam melakukan pengumpulan bahan dan mengelola penyusunan

program, penyajian data dan evaluasi laporan kinerja serta penatausahaan

administrasi keuangan dan aset yang meliputi penyusunan anggaran,

penggunaan, pembukuan, pertanggungjawaban dan pelaporan,

administrasi pengadaan, pemeliharaan dan penghapusan barang keuangan

serta aset. Adapun Uraian tugas meliputi:

a) menyusun rencana kegiatan Subbagian Program dan Keuangan


sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
b) mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas;
c) memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam
lingkungan subbagian program dan keuangan untuk mengetahui
pelaksanaan tugas;
d) melakukan penyusunan rancangan, mengoreksi, memaraf dan/atau
menandatangani naskah dinas;
e) mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya;
40

f) melakukan penyusunan SOP berdasarkan ketentuan Peraturan


Perundang-undangan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
g) melakukan verifikasi dan pemutakhiran data pada aplikasi
kepegawaian;
h) menyediakan data Subbagian Program dan Keuangan dari pihak
terkait seperti Inspektorat Kabupaten/Propinsi, Badan Pemeriksa
Keuangan atau Perangkat Daerah lainnya;
i) melakukan penyusunan dokumen rencana strategis (renstra), rencana
kerja (renja), rencana aksi, Rencana Kerja Tahunan dan Indikator
Kinerja Utama lingkup Dinas;
j) melakukan penyusunan dokumen Kerangka Acuan Kegiatan, diagram
pohon, Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)/Dokumen Pelaksanaan
Aanggaran (DPA) pokok, pergeseran dan perubahan lingkup Dinas;
k) melakukan penyusunan arus kas lingkup Dinas;
l) melakukan penyusunan perjanjian kinerja untuk pejabat struktural
lingkup Dinas;
m) melakukan administrasi keuangan yang meliputi administrasi
kelengkapan usulan SPD, SPP dan SPM UP/GU/TU/LS serta gaji dan
tunjangan pegawai negeri sipil lingkup Dinas;
n) melakukan verifikasi administrasi keuangan dan pengesahan surat
pertanggungjawaban (SPJ) sesuai dengan pedoman dan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku sebagai bahan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
o) melakukan verifikasi bukti surat tanda setoran (STS) UP/GU/TU/LS;
p) melakukan penyusunan laporan keuangan bulanan, triwulan, semester
dan tahunan;
q) melakukan pelaporan realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, realisasi belanja modal evaluasi renja dan laporan
kinerja;
r) melakukan penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan
daerah (LPPD) dan sakip/lakip;
41

s) melakukan penyusunan gender analisi pathway (GAP) dan gender


budget staterment (GBS);
t) melakukan penyusunan konsep naskah dinas yang berkaitan dengan
program dan keuangan baik secara lisan maupun tulisan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan;
u) melakukan koordinasi dan konsultasi dengan lembaga pemerintah
atau nonpemerintah, dalam rangka menyelenggarakan tugas dan
fungsi;
v) mengoordinasikan penyusunan Produk Hukum Daerah di lingkungan
Dinas;
w) menilai kinerja pegawai Aparatur Sipil Negara sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
x) menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas Kepala Subbagian
Program dan Keuangan dan memberikan saran pertimbangan kepada
atasan sebagai bahan perumusan kebijakan; dan
y) melakukan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan,
sesuai dengan bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas.
5. Bidang Bina Pemerintahan Desa

Kepala Bidang yang melaksanakan tugas membantu kepala dinas

menyelenggarakan bina administrasi Pemerintahan Desa, bina

kelembagaan, tata laksana dan SDM Pemerintahan Desa serta

pengendalian penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Untuk melaksanakan

tugas Kepala Bidang Bina Pemerintahan Desa melaksanakan fungsi:

a) penyiapan bahan perumusan kebijakan bina administrasi


Pemerintahan Desa, bina kelembagaan, tata laksana dan SDM
Pemerintahan Desa serta pengendalian penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
42

b) penyiapan bahan koordinasi bina administrasi Pemerintahan Desa, bina


kelembagaan, tata laksana dan SDM Pemerintahan Desa serta
pengendalian penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c) penyiapan bahan penataan dan pelatihan bina administrasi
Pemerintahan Desa, bina kelembagaan, tata laksana dan SDM
Pemerintahan Desa serta pengendalian penyelenggaraan Pemerintahan
Desa; dan
d) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan
fungsinya.
6. Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan

Kepala Bidang yang melaksanakan tugas membantu kepala dinas

menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat Desa/Kelurahan serta

pemberdayaan kelembagaan masyarakat Desa/Kelurahan. Untuk

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Kepala Bidang Pemberdayaan

Masyarakat dan Kelembagaan mempunyai fungsi:

a) penyiapan bahan perumusan kebijakan pemberdayaan masyarakat


Desa/Kelurahan serta pemberdayaan kelembagaan masyarakat
Desa/Kelurahan;
b) penyiapan bahan koordinasi pemberdayaan masyarakat Desa/Kelurahan
serta pemberdayaan kelembagaan masyarakat Desa/Kelurahan;
c) penyiapan bahan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan pengaturan
teknis dibidang pemberdayaan masyarakat Desa/Kelurahan serta
pemberdayaan kelembagaan masyarakat Desa/Kelurahan; dan
d) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan
fungsinya.
7. Bidang Penataan dan Kerjasama Desa

Kepala Bidang mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam


menyelenggarakan penataan Desa dan fasilitasi Kerjasama Desa. Untuk
43

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Kepala Bidang Penataan dan


Kerjasama Desa, mempunyai fungsi:
a) penyiapan bahan perumusan kebijakan penyelenggaraan penataan Desa
dan fasilitasi Kerjasama Desa;
b) penyiapan bahan koordinasi penyelenggaraan penataan Desa dan
fasilitasi Kerjasama Desa;
c) penyiapan bahan pembinaan, bimbingan, pengendalian dan pengaturan
teknis penyelenggaraan penataan Desa dan fasilitasi Kerjasama Desa;
dan
d) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan
fungsinya.
8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

sesuai dengan bidang tenaga fungsional masing-masing berdasarkan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Adapun struktur organisasi di Kantor Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa Kabupaten Maros sebagai berikut.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas PMD Kabupaten Maros


44

C. Hasil Penelitian

Sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk

mengetahui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dan faktor – faktor Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa di kabupaten Maros, maka penulis melakukan

metode penelitian kualitatif dengan informan yang berkaitan dengan

pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa

Kabupaten Maros melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi

terhadap informan terkait. Perlu diketahui bahwa Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa Kabupaten Maros merupakan salah satu OPD yang memiliki

tugas dan fungsi dalam pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan

daerah dibidang pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Pembinaan

dan pelaksanaan tugas dibidang Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan

Desa dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa

harus melakukan pembinaan dan memberikan dukungan dalam penyelenggaraan

pemerintah di daerah. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat dalam menjalankan kehidupannya. Untuk mewujudkan

masyarakat yang sejahtera tentu pemerintah harus berupaya untuk melakukan

suatu gerakan transformasi dalam memberdayakan masyarakat.

Adapun tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Desa Kabupaten Maros ialah:

1. Merumuskan kebijakan
45

2. Melaksanaan kebijakan pemberdayaan masyarakat desa

3. Melaksanaan evaluasi dan pelaporan pemberdayaan masyarakat desa

Adapun realisasi sesuai dari Tugas Pokok dan Fungsi dari Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa di Kabupaten Maros ialah:

1. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Meluncurkan Program Transfer

Anggaran Kabupaten berbasis Ekologi (TAKE), didasarkan pada nilai indeks

kinerja desa yang diukur berdasarkan empat aspek yakni perlindungan

lingkungan hidup, ketahanan bencana, serapan dana dan pembangunan desa

yang berkeadilan. Kebijakan insentif fiskal berbasis ekologi ini merupakan

stimulus dalam mendorong peningkatan kinerja desa.

2. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Maros,

menggelar launching aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) Online

2.0.3.

Aplikasi Siskeudes ini merupakan bentuk pemanfaatan teknologi dalam tata

kelola keuangan desa untuk mewujudkan akuntabilitas.

3. Dinas Pemberdayaan Masyarakat melakukan sosialisasi ke desa-desa dalam

memberikan edukasi, regulasi dan program yang harus dijalankan oleh

pemerintah desa dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di desa.

Maka dari itu dalam penelitian ini penulis menganggap terkait dengan

pelaksanaan tugas dan Fungsi dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa di

Kabupaten Maros khususnya di Kecamatan Moncongloe jika pelaksanaannya

diangappa efektif dengan menggunakan teori dari Dubois dan Miley (1997)
46

dikarenakan hal tersebut bisa menjawab apa yang menjadi masalah penelitian

sehingga dapat juga menjawab tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan.

Adapun indikator yang digunakan dalam teori tersebut yang kemudian

dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian ialah sebagai berikut:

1. Kerjasama (Cooperation)

Kerjasama (Cooperation) penerimaa dari berbagai unsur yang baru pada

kepemimpinan suatu upaya menghindari terjadinya sebuah kecurangan atau juga

hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa terjadi di Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa Kabupaten Maros. Kerjasama dalam suatu upaya dalam

menjalankan tugas pemerintah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan keterlibatan beberapa sektor. Organisasi non-

pemerintah memainkan peran kunci dalam pemberian layanan, pengentasan

kemiskinan dan pembangunan (James, 2003). Keterlibatan beberapa sektor baik

dari pemerintah dan swasta merupakan hal yang positif untuk dilakukan dalam

menjalankan tugas pemerintah agar dapat saling menguntungkan satu sama lain

(Doblinger et al., 2019).

Oleh karena itu kerjasama merupakan hal yang sangat penting dalam suatu

upaya dalam menjalankan kebijakan atau peran pemerintah untuk mewujudkan

suatu kehidupan masyarakat yang berorientasi pada kesejahteraan sosial. Hal

tersebut bisa memaksimalkan pencapaian tujuan dalam pemberdayaan

masyarakat dengan melibatkan beberapa pihak baik dari pemerintah setempat,

pihak swasta ataupun masyarakat desa secara langsung. Selain itu dengan adanya

kerjasama antar lintas sektor akan lebih memudahkan dalam pembagian tugas
47

serta pengawasan yang lebih efektif.

Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan I selaku Kepala Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros, mengatakan bahwa:

“Jadi dalam menjalankan tugas kami di Dinas PMD dalam pemberdayaan


masyarakat yang ada di Desa dan menjadi isu utama ialah bagaimana kita
bisa melibatkan seluruh kelompok-kelompok masyarakat dalam
pemberdayaan yang ada. Seperti kelompok perempuan yang jarang
dilibatkan, disabilitas dan lansia. Jadi harapan kami di pemerintah desa
sebenarnya mereka melibatkan partisipasi masyarakat dan lembaga-lembaga
yang ada di desa. Sehingga dalam pemberdayaan masyarakat yang ada di
desa bukan hanya menjadi tugas dari pemerintah desa seperti kelompok-
kelompok usaha (Wawancara pada tanggal 08/03/2023)”.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan tersebut dapat dikatakan bahwa

tugas dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros memiliki

tugas dalam merumuskan regulasi dan pembinaan kepada pemerintah desa yang

kemudian akan disampaikan kepada pemerintah desa dalam upaya pemaksimalan

pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa

dengan melibatkan beberapa sektor yang ada di lingkungan pemerintah desa.

Adapun wawancara yang dilakukan dengan M A selaku Kepala Desa

Moncong Loe, mengatakan bahwa:

“Kalau kerjasama dalam pemberdayaan masyarakart di desa Moncongloe


pasti kami lakukan, karena kami sangat terbantu dengan adanya hal tersebut.
Biasanya kami bekerjasama dengan PKK dan pemuda karang taruna,
kelompok tani dan kelompok usaha yang ada di desa. Tapi sebelum itu
biasanya kami mengadakan rapat terlebih dahulu dan tetap berkoordinasi
dengan orang-orang yang ada di Dinas Pemberdayaan Masyarakat
Kabupaten Maros. Supaya agenda pemberdayaan kami itu terarah dengan
menghadirkan kelompok-kelompok tadi (Wawancara pada tanggal
08/03/2023)”.

Seperti apa yang dilakukan oleh desa-desa lain dalam pemberdayaan

masyarakat terkait aspek kerjasama. Hal tersebut juga telah dilakukan oleh
48

pemerintah desa yang ada di Moncongloe, hal tersebut mengindikasikan bahwa

peran kolaborasi dalam pelaksanaan suatu program memang sangat penting

dalam mencapai tujuan. Selain itu kehadiran lintas sektor dalam pemberdayaan

masyarakat itu bisa memberikan alternatif-alternatif lain ketika menghadapi

kendala dilapangan.

Kemudian wawancara selanjutnya yang dilakukan dengan H. M N selaku

Kepala Desa Bonto Bunga, mengatakan bahwa:

“Dalam upaya pemberdayaan masyarakat jadi kami mengajak seluruh


lapisan masyarakat untuk terlibat dengan bersama-sama untuk mewujudkan
kesehahteraan masyarakat. Jadi sistem yang kami lakukan yaitu membentuk
tim atau kelompok di masyarakat sehingga dari kelompok tersebut bisa
membuat upaya dalam pemberdayaan lebih terarah. (Wawancara pada
tanggal 08/03/2023)”.

Berdasarkan penyampaian tersebut menunjukkan bahwa dalam upaya

pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Bonto Bunga sudah melibatkan

masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dengan bagaimana pemerintah desa

mengajak partisipasi dari lapisan masyarakat dan membentuk kelompok yang ada

dilingkungan desa agar mempermudah dalam mengontrol dan menjalankan

program pemberdayaan masyarakat desa Bonto Bunga.

Kemudian adapun wawancara yang dilakukan dengan M T selaku Kepala

Desa Moncongloe Bulu, mengatakan bahwa:

“Jadi kami pemerintah desa terkait dengan pemberdayaan kita libatkan PKK,
Karang Taruna, tokoh agama dan seluruh lapisan masyarakat agar bisa
bersinergi dalam memanfaatkan potensi yang ada di desa. Pertama kita
analisa dulu apa yang bisa dikembangkan di desa kemudian melakukan
pelatihan di desa. Kemarin kita melakukan pelatihan yang dilakukan oleh
pemuda desa dalam membuat kerajinan tangan (Wawancara pada tanggal
08/03/2023)”.

Berdasarkan penyampaian tersebut dari Kepala Desa Moncongloe Bulu


49

dapat dikatakan dalam aspek pemberdayaan masyarakat telah dilakukan

kerjasama yang dapat mendukung berlangsungnya upaya pemberdayaan

masyarakat desa seperti melibatkan beberapa pihak yang ada di Desa. Hal

tersebut menunjukkan sinergitas antara pemerintah desa dengan kelompok-

kelompok masyarakat untuk sama-sama mendukung upaya pemberdayaan

masyarakat yang ada di Desa Moncongloe Bulu.

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan D M selaku Kepala Desa

Bonto Marannu yang mengatakan bahwa:

“jadi kami dalam proses pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Bonto
Marannu itu biasa melibatkan kader PKK dan anak-anak Karang Taruna, hal
tersebut dilakukan supaya beban pemerintah desa bisa berkurang, selain itu
dampak yang ditimbulankan juga yaitu banyaknya ide dan tenaga partisipasi
yang ada di desa kami. Supaya ada sinergitas yang baik antara pemerintah
desa dan pihak-pihak lain yang ada di lingkungan desa kami (Wawancara
pada tanggal 08/03/2023)”.

Dari informasi yang disampaikan oleh informan diatas dapat indikasikan

bahwa pemerintah desa melakukan sinergitas dengan beberapa lintas sektor yang

ada di Desa Bonto Marannu dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa agar

dapat memiliki pembagian tugas yang jelas serta dapat memberikan inovasi-

inovasi yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa Bonto

Marannu.

Kemudian hal yang sama disampaikan oleh S selaku Kepala Desa

Moncongloe Lappara, mengatakan bahwa:

“Kalau tentang kerjasama yang dilakukan itu tentu kami bekerjasama dengan
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, sedangkan kalau diruang lingkup
desa yah paling dengan karang taruna, kader PKK dan masyarakat desa
sendiri. Jadi setiap koordinasi dan pelaksanaan pemberdayaan baik
sosialisasi dan proses pemberdayaan kami juga melibatkan mereka
(Wawancara pada tanggal 08/03/2023)”.
50

Dari penyampaian tersebut dapat dilihat bukan hanya pemerintah desa yang

berperan dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa yang ada di Desa

Moncongloe Lappara, akan tetapi hal tersebut juga melibatkan beberapa lintas

sektor baik ditingkat daerah dan yang ada di desa Moncongloe Lappara itu

sendiri.

Berdasarkan informasi dari hasil wawancara yang dilakukan oleh beberapa

informan yang ada, dapat dikatakan bahwa dalam upaya kerjasa terkati dalam

upaya pelaksanaan tupoksi dari Dinas Pemberdayaaan Masyarakat Desa

Kabupaten Maros hanya melakukan kerjasama dan melakukan pembinaan

terhadap pemerintah desa yang ada di Kecamatan Moncongloe saja. Sehingga

yang paling berperan dalam menjalankan tugas pemberdayaan yang berlandaskan

regulasi atau kebijakan yang dirancang oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Desa Kabupaten Maros untuk dilaksakan ialah dilakukan oleh pemerintah desa

masing-masing. Adapun kerjasama yang dilakukan oleh beberapa pemerintah

desa dalam mewujudkan upaya pengembangan desa telah melibatkan beberapa

sektor di lingkungan desa seperti organsasi pemuda, dan tokoh agama sehingga

hal tersebut bisa membantu dalam membina dan mengedukasi para pelaku usaha,

kelompok tani dan kelompok masyarakat yang lain untuk mendukung upaya

pemberdayaan masyarakat desa.

2. Kemampuan (Ability)

kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu

keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau

praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui


51

tindakannya. Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan atau

tugas berdasarkan keterampilan dan pengetahuan yang didukung oleh sikap kerja

mengatur pekerjaan (Sedyastuti et al., 2021). Pemberi kerja sering kali mencari

sekumpulan keterampilan tertentu dari pencari kerja yang sesuai dengan

keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tertentu (Kenayathulla

et al., 2019). Sehingga kemampuan (Ability) sebagai komponen dan kemampuan

yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan kesempatan

Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros dan pemerintah desa

dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros, mengatakan bahwa:

“Kalau berbicara tentang meningkatkan kemampuan dari masyarakat itu


merupakan tugas dari pemerintah desa, karena kami di Dinas PMD tidak
memiliki program pelatihan kepada masyarakat secara langsung jadi itu
tugasnya pemerintah desa, karena kami hanya menyusun kebijakan dan
pembinaan ke pemerintah desa saja. Secara langsung yang terlibat ke
masyarakat yah pemerintah setempat baik dalam memberikan edukasi dan
pembinaan secara mendalam. (Wawancara pada tanggal 08/03/2023)”.

Berdasarkan penyampaian tersebut mengindikasikan bahwa peran Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros hanya melakukan komunikasi

dan pembinaan hanya lintas sektor pemerintah desa, sehingga pemerintah desa

memiliki wewenang dan tanggung jawab langsung untuk memberikan edukasi

dan pembinaan dalam meningkatkan kualitas masyarakatnya sendiri. Sehingga

upaya pengembangan kapasitas dari keterampilan dari masyarakat desa hanya

menjadi tugas dari pemerintah desa.

Kemudian wawancara selanjutnya yang dilakukan dengan Kepala Desa


52

Bonto Bunga, mengatakan bahwa:

“Jadi kami melakukan sosialisasi kepada masyarakat dalam melaksanakan


kegiatan pemberdayaan masyarakat baik dalam kerja bakti dan gotong
royong. Apalagi mayoritas di desa kami kan banyak yang bertani jadi potensi
pertanian kami memberikan edukasi melalui kelompok tani melalui pelatihan
dan kami juga membina UMKM yang ada di desa kami seperti produksi
makanan atau kue tradisional untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
(Wawancara pada tangggal 08/03/2030)”.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari informan diatas dapat dikatakan

bahwa upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa Bonto Bunga dalam

pemberdayaan masyarakat agar dapat meningkatkan kemampuan masyarakatnya

ialah melakukan sosialisasi ditengah masyarakat serta memberikan pembinaan

melaluik kelompok pertanian dan kelompok usaha mikro masyarakat.

Adapun wawancara yang dilakukan dengan M A selaku Kepala Desa

Moncong Loe, mengatakan bahwa:

“Sebelum kami melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat,


terlebih dahulu kami mendapatkan arahan dari Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Desa Kabupaten Maros terkait sosialisasi terkait apa yang harus
kami lakukan, kemudian kami masukkan dalam salah satu poin dalam
rancangan pembangunan desa supaya jelas anggaran dan apa yang harus
kami lakukan. Ketika sudah rampung baru kami melakukan tahap
pengecekan terhadap masyarakat untuk melihat apa yang menjadi kebutuhan
dari masyarakat, setelah itu baru kami adakain sosialisasi baik dalam bentuk
rapat secara formal atau sosialisasi ditempat-tempat umum. Kemudian baru
kita semua memberikan pelatihan kepada masyarakat sesuai apa yang
menjadi minat dan kebutuhan mereka (Wawancara pada tanggal
08/03/2023)”.

Berdasarkan penyampaian dari informan tersebut dapat disimpulkan bahwa

ada beberapa tahapan dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Sekiranya

sebelum memberikan pelatihan dalam meningkatkan kemampuan atau

kompetensi masyarakat agar dapat menjalankan upaya pemberdayaan

masyarakat. Perlu adanya pematangan konsep dan perencanaan yang jelas agar
53

tujuan bisa dicapai dengan maksimal. Sehingga pelatihan yang berorientasi pada

kebutuhan masyarakat benar-benar sesuai dengan apa yang menjadi keinginan

masyarakat.

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan D M selaku Kepala Desa

Bonto Marannu yang mengatakan bahwa:

“Dari melibatkan lapisan masyarakat di desa kami jadi kami biasa adakan
sosialisasi dan pelatihan. Pelatihan yang dilakukan bukan hanya untuk
masyarakat yang ingin diberdayakan, namun pelatihan juga kami berikan
kepada pemerintah desa dan kelompok-kelpompok yang akan bekerjasama
dengan kami dalam pemberdayaan masyarakat desa. Biasanya kami
melakukan pelatihan di Kantor desa, termasuk pelatihan kursus menjahit,
wirausaha (Wawancara pada tanggal 08/03/2023)”.

Sesuai apa yang disampaikan informan diatas dapat dikatakan bahwa untuk

meningkatkan kemampuan baik dari pelaksana dan target sasaran pemberdayaan

masyarakat yang ada di Desa Bonto Marannu. Hal tersebut telah dilakukan

dengan metode sosialisasi dan pelatihan untuk menunjang keberhasilan dalam

tahap pemberdayaan masyarakat yang ada.

Kemudian adapun wawancara yang dilakukan dengan M T selaku Kepala

Desa Moncongloe Bulu, mengatakan bahwa:

“Jadi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat kami dalam mendukung


upaya pembangunan desa itu kita melibatkan beberapa kelompok masyarakat
baik dari pemuda desa bahkan tokoh agama, adapun upaya yang kami
lakukan ialah melakukan sosialisasi terlebih dahulu dan melihat apa potensi
dari masyarakat dan desa kami yang bisa dikembangkan, setelah itu kami
lakukan pelatihan seperti membuat kerajinan tangan (Wawancara pada
tanggal 08/03/2023)”.

Berdasarkan penyampaian tersebut dapat dilihat bahwa peran pemerintah

desa sangat aktif dalam memberikan sosialisasi dan pelatihan terhadap lapisan

masyarakat serta kesadaran masyarakat desa juga dinilai sangat mendukung apa
54

yang menjadi inisiatif dari pemerintah dengan melibatkan beberapa lintas sektor

agar dapat memberdayakan masyarakat yang ada di Desa Moncongloe Bulu.

Kemudian hal yang sama disampaikan oleh S selaku Kepala Desa

Moncongloe Lappara, mengatakan bahwa:

“terkait dengan peningkatan kemampuan dari masyarakat desa dalam


pemberdayaan masyarakat biasanya kami bersama kelompok PKK dan
karang taruna itu mengadakan pelatihan dan sosialisasi terhadap masyarakat
baik dalam memanfaatkan sektor pertanian agar dapat memiliki nilai jual
atau diolah sendiri untuk dijadikan produk makanan. Selain itu kami juga
memberikan bantuan modal usaha melalui bumdes, yang sekiranya bisa
memberi modal kepada masyarakat kami yang ingin berwirausaha
(Wawancara pada tangga 08/03/2023)”

Dari penyampaian informan tersebut dapat dilihat bahwa dalam upaya

peningkatan kompetensi dari segi kemampuan atau keterampilan masyarakat desa

dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa dilakukan suatu tahapan sosialisasi

dan pelatihan khusus terkait dengan apa yang menjadi kebutuhan dari masyarakat

yang ada di Desa Moncongloe Lappara.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari berbagai informan yang ada

diatas dapat dikatakakan bahwa keterampilan dan kemapuan sangat dibutuhkan

dalam meningkatkan kompetensi masyarakat untuk menunjang keberhasilan

pemberdayaan masyarakat. Sehingga peran pemerintah sangat penting untuk

memberikan edukasi dan pelatihan yang secara kebutuhan dapat memanfaatkan

potensi yang dimiliki oleh masyarakat dan potensi yang ada di desa. Sehingga

jika dilihat dari apa yang disampaikan oleh informan diatas bahwa Dinas

Pemberdayaan Desa Kabupaten Maros hanya memiliki tugas untuk membuat

regulasi dan melakukan pembinaan terhadap pemerintah desa yang ada di

Moncongloe. Sehingga yang paling terlibat dalam upaya meningkatkan kualitas


55

dan keterampilan masyarakat yang ada di desa ialah pemerintah desa masing-

masing. Hal tersebut sekiranya telah dilakukan oleh pemerintah desa dengan

melakukan sosialisasi bahkan melakukan suatu pelatihan untuk mendukung apa

yang menjadi kebutuhan dan menindaklanjuti potensi yang dimiliki oleh

masyarakat yang ada di desa.

3. Sumber penghasilan (Source of income)

Sumber penghasilan (Source of income) dan kapasitas untuk menggunakan

sumber-sumber pendapatan tersebut dengan secara efektif. ”the Source Concept

of Income” ini, penghasilan adalah penerimaan yang mengalir terus menerus dari

sumber penghasilan. Singkatnya, penghasilan muncul hanya apabila terdapat

sumber penghasilan yang berkesinambungan. Agar dapat mendapatkan sumber

penghasilan yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat maka dibutuhkan pemanfaatan potensi dari sumber daya yang ada.

Dinamika dan kemajuan yang dihadapi oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh

kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang ada (Schröder et al.,

2020). Berbagai kekayaan dan Potensi yang ada, Potensi Sumber Daya Alam

(SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), dan Sumber Daya Sosial dan budaya

yang ada jika tidak disertai dengan kapasitas masyarakat dalam mengelola dan

memanfaatkannya untuk mencapai perubahan, kemajuan dan kesejahteraan

(khususnya kesejahteraan ekonomi) (H. Saleh et al., 2020).

Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan I selaku Kepala Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros, mengatakan bahwa:

Jadi kita punya regulasi terkait bagaimana upaya dalam pemberdayaan


masyarakat desa. Sehingga itu akan menjadi acuan bagi pemerintah desa
56

untuk menjalankan kebijakan tersebut dengan memberikan pelatihan untuk


bisa memberi pemahaman terhadap masyarakat. Nah dari situlah pemerintah
desa bisa mendata dan meemanfaatkan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat baik secara skil individu untuk diberikan fasilitas dan
memanfaatkan potensi sumber daya yang lain seperti komoditi dan potensi
desa yang bisa dikelola untuk kemajuan masyarakat desa. (Wawancara pada
tanggal 08/03/2023)”.

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa peran dari Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa Kabupaten Maros hanya berperan merancang regulasi yang

dijadikan sebagai pedoman dalam pemberdayaan masyarakat desa agar dapat

memanfaatkan seluruh potensi desa yang dimiliki untuk bisa dijadikan sumber

penghasilan bagi masyarakat dan meningkatkan anggaran pendapatan dari desa.

Kemudian wawancara dilakukan dengan H.M N selaku Kepala Desa Bonto

Bunga, mengatakan bahwa:

“jadi untuk sumber penghasilan bagi masyarakat kami itu dari sektor
pertanian yang hampir sebagian besar masyarakat kami berprofesi sebagai
seorang petani jadi kami biasa memberikan program melalui BUMDes
dengan memberikan pupuk dan bibit, selain itu ada juga pelaku usaha yang
juga kami bina melalui BUMDesa juga (Wawancara pada tanggal
08/03/2023)”.

Berdasarkan penyampaian tersebut maka dalam meningkatkan penghasilan

masyarakat dalam mendukung upaya menjalankan kebijakan pemberdayaan

masyarakat desa dengan memanfaatkan potensi desa yang dimiliki, peran

pemerintah desa Bonto Bunga sudah memberikan pembinaan dan kemudahan

dalam memberikan modal terhadap petani dan pelaku usaha agar bisa produktif

dalam peningkatan kehidupan mereka.

Kemudian adapun wawancara yang dilakukan dengan M T selaku Kepala

Desa Moncongloe Bulu, mengatakan bahwa:

“Salah satu potensi yang dimiliki oleh masyarakat kami itu keterampilan
57

menjahit jadi ada yang dilakukan dirumah masing-masing dan tetap kami
fasilitasi dan kami bina juga supaya hal tersebut bisa menjadi sumber
penghasilan di masyarakat kami. Jadi kami survey dulu potensi masyarakat
kami, jadi setelah kami tau kita akan membina mereka dan tentu melibatkan
juga pihak swasta sehingga mereka bisa membuat kreativitas seperti
membuat baju kostum dan masker untuk dipasarkan. (Wawancara pada
tanggal 08/03/2023)”.

Berdasarkan penyampaian dari informan diatas dapat dikatakan bahwa

pemerintah desa sangat memperhatikan bagaimana kondisi masyarakat terkait apa

yang menjadi kekuatan atau kemampuan masyarakatnya untuk dapat

dimanfaatkan menjadi potensi yang dapat memberi penghasilan kepada

masyarakat. Peran pemerintah desa sangat dibutuhkan karena dapat memberikan

bantuan modal dan melakukan pembinaan secara terstruktur.

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan D M selaku Kepala Desa

Bonto Marannu yang mengatakan bahwa:

“Mayoritas sumber penghasilan di desa kami itu bertani dan usaha mikro,
jadi tapi kalau dari segi pertanian biasanya ada yang dikonsumsi sendiri dan
sebagian besar juga dijual. Sedangkan untuk usaha mikro itu seperti usaha
warung kecil-kecilan, sehingga upaya yang kami lakukan yah mendampingi
mereka baik melakukan pembinaan atau pemberian bantuan modal agar
usaha mereka terus berjalan (Wawancara pada tangga 08/03/2023)”.

Berdasarkan penyampaian dari informan diatas dapat dikatakan bahwa

dalam pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Bonto Marannu dilakukan

dengan proses pembinaan dan pemberian bantuan modal usaha kepada

masyarakat yang memiliki minat dalam kewirausahaan. Sehingga hal tersebut

secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan perekonomian

keluarganya dan mengurangi angka kesenjangan sosial yang ada di Desa Bonto

Marannu.

Kemudian hal yang sama disampaikan oleh S selaku Kepala Desa


58

Moncongloe Lappara, mengatakan bahwa:

“Jadi adapun sumber penghasilan dari masyarakat kami itu kebanyakan dari
sektor pertanian jadi untuk hasil pertanian yang ada itu biasa dijual langsung
atau dikonsumsi sendiri, jadi upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa
ialah membantu mendistribusikan pupuk subsidi dan memberikan bantuan
modal bibit melalui BUMDes (Wawancara pada tanggal 08/03/2023)”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa peran pemerintah

desa dalam upaya pemberdayaan masyarakat desanya ialah dengan

memanfaatkan BUMDes agar dapat menjangkau masyarakat yang berprofesi

sebagai petani dengan membentuk kelompok pertanian baik dalam memberikan

bantuan pupuk subsidi dan memberikan edukasi terkait pengelolaan pertanian

agar dapat memberikan penghasilan yang jauh lebih tinggi.

Adapun wawancara yang dilakukan dengan M A selaku Kepala Desa

Moncong Loe, mengatakan bahwa:

“Mayoritas masyarakat kami banyak yang bertani, ada juga yang menjadi
salah satu bagian dari pelaku usaha, jadi kalau di desa kami itu sumber
penghasilannya bervariasi, sehingga itulah yang menjadi tugas kami untuk
mendata sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Sehingga
disisi lain masyarakat kami bisa meningkatkan pendapatan mereka, sehingga
mereka produktif dan memiliki sumber penghasilan yang bukan hanya 1
daalam satu keluarga (Wawancara pada tanggal 08/03/2023)”.

Tidak jauh beda dengan apa yang disampaikan oleh informan-informan

sebelumnya bahwa mayoritas mata pencaharian dari masyarakat yang ada di

Kecamatan Moncongloe ialah sebagai petani dan menjadi pelaku usaha. Sehingga

hal tersebut menjadi sumber dari penghasilan mereka untuk meningkatkan

kualitas hidup mereka. Sehingga pemerintah setempat harus memberikan

pembinaan terhadap mereka agar dapat memaksimalkan potensi yang mereka

miliki.
59

Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh penulis terkait aspek sumber

penghasilan yang didapatkan oleh masyarakat dalam menunjang upaya

pemberdayaan masyarakat desa telah dilakukan oleh pemerintah desa dengan

melakukan obsevasi terhadai apa yang menjadi kebutuhan dari masyarakat,

kemampuan apa yang dimiliki oleh masyarakat sehingga dari informasi yang

didapatkan maka pemerintah desa memberikan pelatihan khusus bagu masyarakat

sesuai dengan apa yang menjadi keterampilan masyarakat. Selain itu dalam upaya

pemberdayaan masyarakat yang di lakukan oleh pemerintah desa ialah

memberikan modal awal dalam melakukan usaha baik dari sektor pertanian

ataupun dalam segi kewirausahaan melalui BUMDes yang ada di desa masing-

masing.

4. Pencapaian (achievement)

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan meraka

yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan akses kesejahteraan (Surya

et al., 2021). pemberdayaan masyarakat dikatakan berhasil apabila masyarakat

mampu secara mandiri meningkatkan kualitas hidup mereka tanpa adanya

ketergantungan pada pihak penyelenggara program (Tarpeh & Hustedde, 2021).

Sehingga hal tersebut menjadi hal yang sangat penting untuk mengukur

keberhasilan atau pencapaian (achievement) dalam upaya pemberdayaan

masyarakat melalui struktur-struktur paralel dari perseorangan dan perkembangan

masyarakat Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros.

Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan I selaku Kepala Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros, mengatakan bahwa:


60

“Jadi kalau terkait pencapaian sebenarnya yang lebih tau itu pemerintah desa
karena mereka yang secara langsung berinteraksi dengan masyarakat dengan
melakukan pembinaan karena tugas kami hanya membuat regulasi dan
pembinaan ke pemerintah desa saja. (Wawancara pada tanggal 08/03/2023)”.

Dari pernyataan tersebut kembali memperkuat bahwa yang peran Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros hanya sebatas menyusun

regulasi dan melakukan pembinaan kepada Pemerintah Desa sehingga terkait

perkembangan dan keberhasilan dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa

yang lebih mengetahui ialah pemerintah desa setempat.

Kemudian wawancara selanjutnya yang dilakukan dengan H.M.N selaku

Kepala Desa Bonto Bunga, mengatakan bahwa:

“Jadi ada beberapa masyarakat kami yang paling banyak berada dalam
sektor pertanian, disisi lain juga ada yang berwirausaha dengan
memproduksi makanan tradisional, dari situ kan bisa membantu masyarakat
desa untuk meningkatkan perekonomiannya. Jadi dari situ juga kami
melakukan pembinaan kepada masyarakat, sehingga di desa kami bisa
menjalankan sektor pertanian dan wirausahanya juga. Salah satu bantuan
yang kami lakukan kepada masyarakat itu pemanfaatan BUMDes jadi terkait
modal usaha pertanian dan yang lain itu bisa bekerjasama dengan BUMdes.
(Wawancara pada tanggal 08/03/2023)”

Berdasarkan penyampaian tersebut dalam upaya pemberdayaan masyarakat

desa yang ada di Desa Bonto Bunga dalam hal pencapaian yang dilakukan oleh

pemerintah desa ialah dengan memberikan fasilitas dan bantuan modal kepada

petani dan pelaku usaha yang ada melalui BUMDes, sehingga masyarakat dapat

mendapatkan modal untuk meningkatkan usaha yang dilakukan baik dari sektor

pertanian dan usaha mirko yang dilakukan.

Selanjutnya wawancara yang dilakukan dengan D M selaku Kepala Desa

Bonto Marannu yang mengatakan bahwa:

“Alhamdulillah semenjak kami memberikan bantuan modal usaha baik dari


61

sektor pertanian dan wirausaha, masyarakat kami banyak yang berpartisipasi.


Karena tidak bisa dipungkiri salah satu alasan kenapa masyarakat terkadang
tidak bisa mengembangkan kehidupannya karena biasanya terkendala
dengan modal. Sehingga hadirnya upaya yang kami lakukan sekiranya dapat
membantu masyarakat agar bisa mandiri dengan memanfaatkan apa yang
mereka miliki (Wawancara pada tanggal 08/03/2023)”

Jika dilihat dari segi ketercapaian baik dari partisipasi masyarakat yang ada

di Desa Bonto Marannu sudah memberikan dampak positif terhadap apa yang

telah dilakukan oleh pemerintah desa dalam upaya pemberdayaan

masyarakatnnya. Hal itu membuat masyarakat desa Bonto Marannu menjadi

lebih bersemangat untuk bekerja baik dalam segi pertanian atau kewirausahan

karena mendapatkan modal dari BUMDes.

Adapun wawancara yang dilakukan dengan M A selaku Kepala Desa

Moncong Loe, mengatakan bahwa:

“Kalau berbicara ketercapaian saya bisa katakan bahwa masih dalam proses
pengembangan, sehingga belum terlalu maksimal. Karena ada beberapa
kendala juga, karena kami anggarannya kurang sehingga harus kami bagi
untuk semua program, selain itu masih ada beberapa masyarakat yang belum
terlalu berpartisipasi, jadi mungkin nanti akan kami evaluasi apa yang
menjadi kekurangan supaya bisa diperbaiki lagi (Wawancara pada tanggal
08/03/2023)”.

Hampir sama dengan apa yang dialami dengan desa-desa yang ada di

Kecamatan Moncongloe bahwa untuk aspek ketercapaian baik dari segi tujuan

dan partisipasi masyarakat masih mengalami hambnatan. Sehingga hal tersebut

harus diselesaikan dengan cepat untuk memformulasikan kembali alternatif apa

yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dan pemerintah setempat agar dapat

mengatasi kendala dan hambatan dalam mencapai tujuan.

Kemudian adapun wawancara yang dilakukan dengan M T selaku Kepala

Desa Moncongloe Bulu, mengatakan bahwa:


62

“Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yah tentu ada


perubabahan yang cukup signifikan karena masyarakat kami dan lapisan
masyarakat mulai tersadar dalam upaya peningkatan perekonomian secara
mandiri bagi masyarakat. Akan tetapi belum terlalu maksimal karena tidak
semua masyarakat yang diberikan pelatihan itu bisa melanjutkan apa yang
menjadi penyampaian saat pelatihan tapi ada juga yang serius dan sudah bisa
menjalankan upaya dalam pemberdayaan masyarakat desa. (Wawancara
pada tanggal 08/03/2023)”.

Berdasarkan apa yang menjadi penyampaian dari informan diatas dapat

dikatakan perubahan dalam pencapaian terkait pemberdayaan masyarakat desa

belum terlalu maksimal karena masih minimnya kesadaran dan kebutuhan

masyarakat. Sehingga hal tersebut menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi

pemerintah desa agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam

upaya pemberdayaan masyarakat desa Moncongloe Bulu.

Kemudian hal yang sama disampaikan oleh S selaku Kepala Desa

Moncongloe Lappara, mengatakan bahwa:

“Kalau berbicara tentang pencapaiannha yah kalau dari aspek modal yah
lumayan membaik karena kami memanfaatkan BUMDes agar petani bisa
mendapatkan modal dari situ, bedanya dengan sebelumnya karena petani
biasanya meminjam ke koperasi yang lumayan tinggi suku bunganya,
sehingga itu bisa membebani masyarakat. Namun semenjak itu kami
memberikan alternatif kepada masyarakat yang berada dalam sektor
pertanian agar memanfaatkan BUMDes yang ada (Wawancara pada tanggal
08/03/2023)”.

Dari hasil penyampaian tersebut dapat dikatakan bahwa peran pemerintah

desa sangat memberikan dampak yang signifikan terhadap pemberdayaan

masyarakat dalam sektor pertanian karena dengan adanya BUMDes masyarakat

tidak perlu lagi melakukan transaksi peminjaman untuk modal pupuk dan bibit ke

koperasi lain. Sehingga hal tersebut dapat mengurangi beban biaya dalam proses

pertanian.
63

Berdasarkan apa yang menjadi informasi dari beberapa informan diatas

terkait dengan aspek pencapaian atau keberhasilan dalam pemberdayaan

masyarakat yang ada di Kecamatan Moncongloe dapat dikatakan tidak terlalu

maksimal, hal tersebur dibuktikan dengan minimnya perubahan yang terjadi dari

sektor perekonomian dan kesadaran masyarakat dalam mengembangkan potensi

yang dimiliki secara mandiri. Sehingga hal tersebut menjadi salah satu kelemahan

yang menghambat proses pemberdayaan masyarakat. Selain itu masih minimnya

kemampuan yang dimiliki oleh pemerintah desa dalam memanfaatkan potensi

desa dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat tidak terlalu terjun serta mengedukasi

langsung masyarakat dengan melibatkan sektor swasta yang lebih besar.

Berdasarkan hal tersebut maka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros ialah:

1. Merumuskan dan menetapkan Kebijakan, terkait dengan aspek ini jika dilihat

bagaimana peran Dinas Pemberdayaan Desa Kabupaten Maros sesuai dari

hasil wawancara dan observasi yang dilakukan. Maka Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa hanya membuat regulasi ditingkat kabupaten sebagai acuan

bagi pemerintah ditingkat dibawahnya untuk dijalankan dengan upaya

pemberdaayaan masyarakat desa. Sehingga jika Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa Kabupaten Maros telah merumuskan dan menetapkan

kebijakan, maka langkah selanjutnya ialah dengan mengadakan pertemuan

dengan seluruh pemerintah tingkat dibawahnya melalui sosialisasi.

2. Melaksanaan kebijakan pemberdayaan masyarakat desa, maka sesuai

dengan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan maka dapat


64

dikatakan bahwa Dinas Pemberdayaan Masyaarakat Desa Kabupaten Maros

dalam melaksanakan kebijakan yang telah diputuskan sebelumnya ialah

dengan melakukan sosialisasi kepada pemerintah setempat. Karena peran

Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa hanya membuat regulasi sehingga

yang berperan secara teknis ialah pemerintah setempat ditingkat desa.

Namun, dalam menjalankan perannya Dinas Pemberdayaan Desa

Kabupaten Maros melakukan proses sosialisasi dan monitoring ke desa-

desa.

3. Melaksanaan evaluasi dan pelaporan pemberdayaan masyarakat desa,

berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan. Maka dapat

dikatakan bahwa dalam menjalankan regulasi dari Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa Kabupaten Maros kurang adanya tahapan evaluasi

sehingga hal tersebut membuat upaya dalam pemberdayaan masyarakat

khususnya di Kecamatan Moncongloe kurang mengalami perubahan.

Kemudian jika dilihat dari aspek faktor penghambat dari pelaksanaan

pemberdayaan di masyakat yang ada di kecamatan Moncongloe ialah:

1. Kesejahteraan dan kualitas hidup

Jika dilihat dan dianalisis terkait apa yang disampaikan oleh informan diatas

yang mengatakan bahwa terkait persoalan kesejahteraan masyarakat yang

ada di kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros masih belum mengalami

perubahan yang signifikan. Sekalipun sebagian masyarakat memiliki usaha

baik dari segi kerajinan dan pertanian akan tetapi hal itu belum maksimal.

Selain itu faktor yang menjadi hal yang penting untuk ditangani ialah
65

pemerataan potensi yang dimiliki oleh masyarakat setiap desa harus bisa

dipetakan oleh pemerintah, baik pemerintah desa ataupun pemerintah di

tingkat kabupaten Maros.

2. Akses Terhadap Sumber Daya

Berdasarkan penyampaian dari berbagai informan terkait aspek terhadap akses

masyarakat dalam memaksimalkan sumber daya juga menjadi salah satu hal

yang menghambat pertumbuhan perekonomian masyarakat. Pemanfaatan dan

penyediaan sumber daya yang diberikan oleh pemerintah dianggap belum

maksimal, karena minimnya penyediaan fasilitas untuk menunjang masyarakat

agar bisa mandiri dalam upaya pemberdayaan. Apalagi secara regulasi

kurangnya keterlibatan pemerintah Kabupaten Kota dalam hal ini Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa untuk turun langsung ke masyarakat.

Karena hal itu dititik beratkan ke pemerintah desa masing-masing, sehingga

pemerintah desa yang secara langsung bertanggung jawab kepada

masyarakatnya.

3. Kesadaran

Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terkait kesadaran

masyarakat dalam hal pemberdayaan dan kerjasama yang dilakukan itu masih

dianggap kurang. Sehingga hal itu yang menjadi salah satu penghambat

keberlangsungan usaha pemberdayaan masyarakat yang ada di Kecamatan

Moncongloe Kabupaten Maros. Hal tersebut menjadi bukti bahwa sekalipun

regulasi dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah sudah sangat matang

untuk dijalankan, namun ketika tidak ada kesadaran dari masyarakat untuk
66

bisa bekerjasama dalam membangun kualitas hidup dan pola pikirnya, maka

hal itu sangat sulit untuk mencapai tujuan. Begitupun sebaliknya, peran

pemerintah setempat perlu melakukan edukasi yang benar-benar menyentuh

masyarakat.

4. Partisipasi

Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh informan yang telah diwawancarai

terkait bagaimana partisipasi masyarakat dalam upaya pemberdayaan yang

dilakukan oleh pemerintah. Sehingga dapat dikatakan bahwa partisipasi

masyarakat dianggap masih kurang, karena masih ada masyarakat yang

kurang melibatkan diri dalam program-program yang dilakukan oleh

pemerintah setempat. Banyak hal yang melatarbelakangi kurangnya partisipasi

masyarakat dalam masalah tersebut, salah satunya ialah program yang

diberikan oleh pemerintah tidak sesuai dengan minat masyarakat. Selain itu

kesadaran masyarakat juga menjadi salah satu hal yang sangat mempengaruhi

persoalan partisipasi masyarakat dalam upaya pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat yang ada di desa.

D. Pembahasan Penelitian

Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sangat dibutuhkan peran

pemerintah dalam memberikan suatu terobosan agar dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat. Hal itu sesuai dengan apa yang disampaikan oleh

Tarpeh dan Hustedde (2021) yang mengatakan bahwa pemerintah harus terlibat

secara langsung dalam upaya dalam menuntaskan permasalahan sosial dengan

melihat pembangunan secara berkelanjutan. Selain itu peru adanya regulasi yang
67

jelas dalam menjalankan upaya pemberdayaan masyarakat yang dapat mudah

dijalankan oleh seluruh pihak. Salah satu hal yang dapat mendukung

keberlangsungan upaya dalam pemberdayaan masyarakat adalah melibatkan

bergabai sektor yang ada di suatu negara.

Perlu diketahui bahwa keterlibatan dari berbagai sektor sangat memberikan

dampak positif terhadap kemajuan suatu negara termasuk dalam upaya

pemberdayaan masyarakat dalam menangani masalah sosial yang terjadi. Hal

tersebut juga telah disampaikan oleh Saleh dan Mujahiddin (2020) bahwa praktek

pemberdayaan masyarakat tidak hanya dipahami sebagai kegiatan perubahan

yang dilakukan dari dalam diri individu, masyarakat atau organisasi tetapi juga

membutuhkan dukungan dan dorongan dari pihak luar terutama dukungan dari

lembaga yang berperan dalam praktik pemberdayaan.

Adapun salah satu instansi pemerintah yang berperan dalam upaya

pemberdayaan masyarakat ialah Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa di

Kabupaten Maros yang memiliki tugas dan fungsi agar bisa menjalankan peran

dalam mengatasi masalah kesenjangan sosial yang terjadi di pedesaaan, sekiranya

menurut Dubois dan Miley (1997) dalam upaya pemberdayaan masyarakat

dapat dilihat dari segi kerjasama, kemampuan, sumber penghasilan dan

pencapaian. Adapun hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut:

1. Kerjasama

Kerjasama atau kolaborasi dalam upaya menjalankan suatu program

atau kebijakan merupakan hal yang sangat penting. Dampak positif yang

dihasilkan dengan adanya kerjasama dalam pelaksanaan suatu program


68

pemerintah, kerja sama tak hanya meringankan pekerjaan dalam sebuah

kelompok sosial, tapi juga bagus untuk menumbuhkan kekompakan dan rasa

saling percaya antar manusia. Dengan kerja sama, pekerjaan menjadi lebih

ringan dan efisien, serta melatih diri untuk terbuka dengan cara atau ide baru.

Hal tersebut diperkuat dengan apa yang disampaikan oleh Cheon et al, (2021)

dalam upaya kerjasama dapat yang saling menguntungkan bagi pihak yang

melakukan kemitraan.

Maka dari itu salah satu indikator yang penting dalam upaya

pemberdayaan masyarakat ialah terkait bagaimana kerjasama yang dilakukan

oleh pemerintah untuk mendukung upaya pemberdayaan masyarakat yang ada

di Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros. Jika dianalisis terkait

bagaimana kerjasama yang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Desa Kabupaten Maros dianggap masih belum maksimal karena adanya

keterbatasan terkait tugas dan fungsi yang dilakukan hanya sebatas membuat

regulasi dan pembinaan terhadap pemerintah desa. Sehingga hal tersebut

masih dianggap menjadi suatu hal yang perlu ditingkatkan oleh Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa agar dapat menarik investor dan melakukan

kerjasama secara berkelanjutan agar tidak terkesan Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa Kabupaten Maros hanya membebankan tugasnya kepada

Pemerintah Desa.

2. Kemampuan

Hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas skil dan

kemampuan masyarakat agar bisa mengembangkan dirinya secara mandiri


69

ialah perlu adanya pelatihan khusus yang sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi yang ada. Peningkatan kompetensi dalam upaya pemberdayaan

masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan

pemberdayaan masyarakat. Minimnya pemberdayaan masyarakat kemudian

berimplikasi pada tingkat kesejahteraan masyarakat dapat mengakibatkan

kualitas perekonomian masyarakat yang rendah (van Niekerk, 2020). Salah

satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan masyarakat

adalah melakukan sosialisasi agar dapat mengedukasi terkait apa yang harus

dilakukan kedepan. Kemudian tahapan selanjutnya ialah melakukan proses

pelatihan untuk meningkatkan pemahaman dan skill dari masyarakat.

Berdasarkan hal diatas jika dilihat dari upaya yang telah dilakukan oleh

Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros dan Pemerintah

Desa yang ada di Kecamatan Moncongloe telah berjalan dengan baik dengan

adanya suatu pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Desa Kabupaten Maros terhadap pemerintah desa yang ada di Kecamatan

Moncongloe. Sehingga hal tersebut kemudian diteruskan oleh pemerintah desa

untuk mendata dan melakukan sosialisasi terhadap masyarakatnya agar dapat

diberdayakan melalui pembentukan kelompok-kelopok usaha dengan

memberikan bantuan modal melalui BUMDes dan meningkatkan skill

masyarakat melalui pelatihan kewirausahaan agar bisa mandiri dalam

meningkatkan perekonomian mereka.

3. Sumber Penghasilan

Agar dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat maka tentu


70

dari hasil dari pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah bisa

memberikan penghasilan yang lebih untuk dapat digunakan oleh masyarakat

menjadi salah satu sumber pendapatan bagi mereka. Pemanfaatan potensi yang

dimiliki oleh masyarakat dan potensi yang dimiliki oleh desa harus dikelola

dengan baik agar bisa memberikan dampak yang maksimal. Salah satu

penelitian yang dilakukan oleh Purnmo et al, (2020) dalam upaya

pemberdayaan desa dan pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan

desa wisata harus berkelanjutan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa salah

satu upaya yang harus dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat ialah

pemerintah harus bisa memanfaatkan potensi desa agar bisa dijadikan suatu

objek wisata yang dapat menarik wisatawan yang dapat mendongkrak

perekonomian masyarakat desa. Disisi lain yang disampaikan oleh Handoyo et

al, (2020) bahwa dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa agar dapat

memberikan penghasiln lebih kepada masyarakat dan pemerintah desa, maka

pemerintah harus pandai dalam melakukan pemetaan dan pemanfaatan potensi

yang ada di desa.

Berdasarkan hal tersebut jika dilihat dari apa yang disampaikan

sebelumnya dan dibandingkan dengan kondisi sumber penghasilan dalam

pemberdayaan masyarakat yang ada di berbagai desa di Kecamatan

Moncongloe ialah mayoritas sumber penghasilan yang didapatkan oleh

masyarakat ialah dari sektor pertanian dengan komoditi singkong, jagung dan

padi, selain itu ada juga sektor dalam kewirausahaan seperti produksi kue

tradisional yang dilakukan dirumah dan keterampilan menjahit yang bisa


71

menjadi sumber penghasilan tambahan dalam pemberdayaan masyarakat.

Hanya saja jika dianalisis dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

belum meratanya pemberdayaan masyarakat sehingga perubahan yang terjadi

belum bisa dikatakan maksimal.

4. Ketercapaian

Salah satu indikator dari kesejahteraan masyarakat ialah tidak ada lagi

masyarakat yang masuk dalam jebakan kemiskinan. Sehingga disinilah peran

pemerintah agar dapat menyelamatkan masyarakatnya agar terhindar dari

kemiskinan dengan adanya program dan pembinaan secara berlejanjutan.

Salah satu hal yang menghambat pencapaian kesejahteraan masyarakat ialah

berpendapatan rendah, pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia yang

tertinggal, ketidakstabilan politik dan gejolak sosial seringkali menimbulkan

masalah dalam pembangunan nasional (Zhou et al., 2021). Sehingga disinilah

peran pemerintah dan lintas sektor dibutuhkan dalam upaya pemberdayaan

masyarakat menuju kesejahteraaan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

pemerintah dengan membuat regulasi dan pelaksanaan suatu program agar

dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dengan melalui

pemberdayaan diberbagai sektor.

Berdasarkan apa yang menjadi hasil dari penelitian yang dilakukan

terkait dengan pencapaian dalam pemberdayaan masyarakat yang ada di

Kecamatan Moncongloe dapat dikatakan belum terlalu maksimal, hal tersebut

dianggap karena prospek pemberdayaan yang dilakukan tidak terlalu

memberikan dampak yang signifikan terhadap pengembangan kualitas hidup


72

masyarakat. Disisi lain hal yang menjadi penyebab lemahnya pencapaian dari

pemberdayaan masyarakat ialah minimnya inovasi yang dilakukan oleh

pemerintah terhadap masyarakat desa, serta masih minimnya kesadaran dari

masyarakat desa itu sendiri dalam meningkatkan kemampuan mereka supaya

bisa mandiri dari perekonomian.

Adapun penghambat yang terjadi dalam upaya menjalankan tugas dan

fungsi dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kabupaten Maros ialah:

1. Masih kurangnya keterlibatan secara langsung Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dalam memberikan edukasi dan pendampingan kepada

masyarakat secara langsung. Hal tersebut dikarenakan komunikasi yang

dilakukan hanya sampai di pemerintah desa saja.

2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat terkait peran masyarakat dalam

pengembangan ekonomi dalam menunjang kesejahteraan masyarakat.

3. Kurangnya inovasi dari pemerintah setempat dengan melihat potensi-

potensi yang ada di masyarakat dan desa.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan apa yang menjadi tugas pokok dan fungsi dari Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Maros ialah:

1. Merumuskan Kebijakan, dalam aspek ini bisa dikatakan sudah efektif karena

dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Dinas Pemberdayaan


73

Masyarakat dan Desa Kabupaten Maros telah mengeluarkan regulasi atau

kebijakan sebagai pijakan dalam upaya pemberdayaan yang dilakukan

ditingkat desa.

2. Melaksanaan kebijakan pemberdayaan masyarakat desa, dalam aspek ini

dianggap sudah berjalan dengan baik karena Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Desa telah melaksanakan sosialisasi ke pemerintah ditingkat

desa terkait adanya regulasi dan pengawan yang dilakukan untuk upaya

pemberdayaan.

3. Melaksanaan evaluasi dan pelaporan pemberdayaan masyarakat desa, jika

dilihat dari aspek ini dianggap masih kurang maksimal karena minimnya

inovasi program yang dilakukan. Sehigga tahap evaluasi yang dilakukan

tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan

masyarakat.

Dari beberapa pembahasan dan serangkaian analisis yang telah penulis

lakukan dalam pemberdayaan masyarakat yang ada di Kecamatan Moncongloe di

peroleh kesimpulan terkait faktor pendukung dalam menjalankan tugas pokok dan

fungsi sebagai berikut:

1. Kerjasama

Dari segi kerjasama yang dilakukan


69 oleh pemerintah baik dari Dinas

Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Maros dan Pemerintah Desa yang

ada di Kecamatan Moncongloe belum maksimal karena keterlibatan sektor

swasta masih dianggap masih kurang. Hal tersebut membuat pelaksanaan

tugas dan fungsi pemerintah setempat dalam pemberdayaan masyarakat tidak


74

terlalu mengalami perubahan yang signifikan

2. Kemampuan

Jika dilihat dari segi upaya dalam peningkatan kemampuan sudah dijalankan

oleh pemerintah baik yang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Desa Kabupaten Maros dengan mengedukasi dan memberikan pemahaman

terkait regulasi kepada Pemerintah Desa yang ada di Kecamatan Moncong

Loe. Sehingga hal itu kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah desa dengan

memberikan pelatihan terhadap masyarakat untuk menunjang keberhasilan

pemberdayaan masyarakat desa.

3. Sumber Penghasilan

Berdasarkan pemberdayaan masyarakat desa yang ada di Kecamatan

Moncongloe sudah memberikan dampak positif akan teteapi belum terlalu

dirasakan secara signifikan oleh masyarakat desa. Karena tidak semua

masyarakat desa mampu meningkatkan kompetensi yang dimiliki dan potensi-

potensi yang dimiliki oleh desa juga belum dikembangkan secara maksimal.

Sehingga upaya pemberdayaan masyarakat jika dilihat dari sumber

penghasilan yang ada itu tidak terlalu memiliki dampak yang tinggi terhadap

kesejahteraan masyarakat.

4. Pencapaian

Dari segi pencapaian dalam pemberdayaan masyarakat jika dilihat dari proses

sosialisasi dan pelaksanaan sudah berjalan akan tetapi hasil yang didapatkan

belum bisa dkatakan maksimal karena perubahan yang terjadi dari segi

perekonomian dengan adanya upaya pemberdayaan yang dilakukan tidak

mengalami perubahan atau peningkatan secara signifikan.


75

Kemudian faktor penghambat dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa ialah:

1. Masih kurangnya keterlibatan secara langsung Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dalam memberikan edukasi dan pendampingan kepada

masyarakat secara langsung. Hal tersebut dikarenakan komunikasi yang

dilakukan hanya sampai di pemerintah desa saja.

2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat terkait peran masyarakat dalam

pengembangan ekonomi dalam menunjang kesejahteraan masyarakat.

3. Kurangnya inovasi dari pemerintah setempat dengan melihat potensi-potensi

yang ada di masyarakat dan desa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelian yang dilakukan, maka penulis memberikan saran

dalam pelaksanaan tupoksi dalam pemberdayaan masyarakat desa ialah:

1. Pemerintah ditingkat daerah dan pemerintah ditingkat desa harus memperluas

kerjasama yang melibatkan sektor swasta agar dapat memberikan dukungan

dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan

2. Perlu adanya pemetaan potensi dari masyarakat dan desa yang jelas agar dapat

memudahkan upaya pemberdayaan masyarakat.

3. Perlu adanya program khusus yang secara berkelanjutan supaya bisa

melakukan pemberdayaan berkelanjutan agar meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.
76

DAFTAR PUSTAKA

Aricahya, Suyana dan Yuliarmi, (2014) Analisis kinerja Badan Pemberdayaan


Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar pengelolaan bantuan
kelurahan, E-jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Abhayawansa, S., Adams, C. A., & Neesham, C. (2021). Accountability and
governance in pursuit of Sustainable Development Goals: conceptualising
how governments create value. Accounting, Auditing & Accountability
Journal, 34(4), 923–945. https://doi.org/10.1108/AAAJ-07-2020-4667
Alrowwad, A., Abualoush, S. H., & Masa’deh, R. (2020). Innovation and
intellectual capital as intermediary variables among transformational
leadership, transactional leadership, and organizational performance. Journal
of Management Development, 39(2), 196–222. https://doi.org/10.1108/JMD-
77

02-2019-0062
Amaliah, H. N. (2019). Sarana Prasarana Kantor Sebagai Penunjang Produktivitas
Kantor Yang Efektif Dan Efisien. Jurnal Manajemen Kantor, 1–14.
Bastaman, K., Nawawi, A., & Taharudin, T. (2020). Efektivitas Program Desa
Migran Produktif (DESMIGRATIF) Pada Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Subang. The World of Public Administration
Journal.
Calvanese Strinati, E., & Barbarossa, S. (2021). 6G networks: Beyond Shannon
towards semantic and goal-oriented communications. Computer Networks,
190, 107930. https://doi.org/10.1016/j.comnet.2021.107930
Cheon, E., Zaga, C., Lee, H. R., Lupetti, M. L., Dombrowski, L., & Jung, M. F.
(2021). Human-Machine Partnerships in the Future of Work: Exploring the
Role of Emerging Technologies in Future Workplaces. Companion
Publication of the 2021 Conference on Computer Supported Cooperative
Work and Social Computing, 323–326.
https://doi.org/10.1145/3462204.3481726
Chung, B. G., & Park, I. (2016). A review of the differences between ESD and
GCED in SDGs: Focusing on the concepts of global citizenship education. In
Journal of international Cooperation in …. cice.hiroshima-u.ac.jp.
https://cice.hiroshima-u.ac.jp/wp-content/uploads/2016/12/18-2-2.pdf
Doblinger, C., Surana, K., & Anadon, L. D. (2019). Governments as partners: The
role of alliances in U.S. cleantech startup innovation. Research Policy, 48(6),
1458–1475. https://doi.org/10.1016/j.respol.2019.02.006
Dunn, W. N. (2017). Public policy analysis: An integrated approach. Routledge.
Handoyo, P., Mudzakkir, M., Sudrajat, A., & Raditya, A. (2020). Social Mapping
and Development of Village Community Potentials. Proceedings of the 3rd
International Conference on Social Sciences (ICSS 2020).
https://doi.org/10.2991/assehr.k.201014.060
James, H. (2003). Cooperation and Community Empowerment in Myanmar in the
context of Myanmar Agenda 21. Asian-Pacific Economic Literature, 17(1),
1–21. https://doi.org/10.1111/1467-8411.t01-2-00020
Kenayathulla, H. B., Ahmad, N. A., & Idris, A. R. (2019). Gaps between
competence and importance of employability skills: evidence from Malaysia.
Higher Education Evaluation and Development, 13(2), 97–112.
https://doi.org/10.1108/HEED-08-2019-0039.
Kettner, PM, Moroney, RM, & Martin, LL (2015). Merancang dan mengelola
program: Pendekatan berbasis efektivitas . Publikasi Sage.
Kharazishvili, Y., Kwilinski, A., Grishnova, O., & Dzwigol, H. (2020). Social
Safety of Society for Developing Countries to Meet Sustainable
Development Standards: Indicators, Level, Strategic Benchmarks (with
Calculations Based on the Case Study of Ukraine). Sustainability, 12(21),
8953. https://doi.org/10.3390/su12218953
Lloyd, W. J., Pallickara, S., David, O., Arabi, M., Wible, T., Ditty, J., & Rojas, K.
(2017). Demystifying the Clouds: Harnessing Resource Utilization Models
for Cost Effective Infrastructure Alternatives. IEEE Transactions on Cloud
Computing, 5(4), 667–680. https://doi.org/10.1109/TCC.2015.2430339
78

Mamonto, S. I. P., Rachman, I., & Kumayas, N. (2022). Efektivitas Kinalang


Sebagai Aplikasi Pelayanan Publik Berbasis Elektronik Di Kota Kotamobagu
(Studi Di Dinas Komunikasi Dan Informatika Kota Kotamobagu).
GOVERNANCE, 2(1).
Maryani, D., & Nainggolan, R. R. E. (2019). Pemberdayaan masyarakat.
Deepublish.
Meseguer-Sánchez, V., Abad-Segura, E., Belmonte-Ureña, L. J., & Molina-
Moreno, V. (2020). Examining the Research Evolution on the Socio-
Economic and Environmental Dimensions on University Social
Responsibility. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 17(13), 4729. https://doi.org/10.3390/ijerph17134729
Olabi, A. G., Obaideen, K., Elsaid, K., Wilberforce, T., Sayed, E. T., Maghrabie,
H. M., & Abdelkareem, M. A. (2022). Assessment of the pre-combustion
carbon capture contribution into sustainable development goals SDGs using
novel indicators. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 153, 111710.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2021.111710
Pizzi, S., Caputo, A., Corvino, A., & Venturelli, A. (2020). Management research
and the UN sustainable development goals (SDGs): A bibliometric
investigation and systematic review. Journal of Cleaner Production, 276,
124033. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.124033
Popay, J., Whitehead, M., Ponsford, R., Egan, M., & Mead, R. (2021). Power,
control, communities and health inequalities I: theories, concepts and
analytical frameworks. Health Promotion International, 36(5), 1253–1263.
PURNOMO, S., RAHAYU, E. S., RIANI, A. L., SUMINAH, S., & UDIN, U.
(2020). Empowerment Model for Sustainable Tourism Village in an
Emerging Country. The Journal of Asian Finance, Economics and Business,
7(2), 261–270. https://doi.org/10.13106/jafeb.2020.vol7.no2.261
Roseland, M. (2000). Sustainable community development: integrating
environmental, economic, and social objectives. Progress in Planning, 54(2),
73–132. https://doi.org/10.1016/S0305-9006(00)00003-9
Saleh, A., & Mujahiddin, M. (2020). Challenges and Opportunities for
Community Empowerment Practices in Indonesia during the Covid-19
Pandemic through Strengthening the Role of Higher Education. Budapest
International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities
and Social Sciences, 3(2), 1105–1113.
https://doi.org/10.33258/birci.v3i2.946
Saleh, H., Surya, B., Annisa Ahmad, D. N., & Manda, D. (2020). The Role of
Natural and Human Resources on Economic Growth and Regional
Development: With Discussion of Open Innovation Dynamics. Journal of
Open Innovation: Technology, Market, and Complexity, 6(4), 103.
https://doi.org/10.3390/joitmc6040103
Schröder, P., Lemille, A., & Desmond, P. (2020). Making the circular economy
work for human development. Resources, Conservation and Recycling, 156,
104686. https://doi.org/10.1016/j.resconrec.2020.104686
Sedyastuti, K., Suwarni, E., Rahadi, D. R., & Handayani, M. A. (2021). Human
Resources Competency at Micro, Small and Medium Enterprises in
79

Palembang Songket Industry. https://doi.org/10.2991/assehr.k.210413.057


Sewell, S. J., Desai, S. A., Mutsaa, E., & Lottering, R. T. (2019). A comparative
study of community perceptions regarding the role of roads as a poverty
alleviation strategy in rural areas. Journal of Rural Studies, 71, 73–84.
https://doi.org/10.1016/j.jrurstud.2019.09.001
Surya, B., Suriani, S., Menne, F., Abubakar, H., Idris, M., Rasyidi, E. S., &
Remmang, H. (2021). Community Empowerment and Utilization of
Renewable Energy: Entrepreneurial Perspective for Community Resilience
Based on Sustainable Management of Slum Settlements in Makassar City,
Indonesia. Sustainability, 13(6), 3178. https://doi.org/10.3390/su13063178
SYAM, S. (2020). Pengaruh Efektifitas Dan Efisiensi Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Kantor Kecamatan Banggae Timur. Jurnal Ilmu Manajemen
Profitability, 4(2), 128–152. https://doi.org/10.26618/profitability.v4i2.3781
Tarpeh, S., & Hustedde, R. (2021). How faith-based organizations perceive their
role in community development: An exploratory study. Community
Development, 52(1), 61–76. https://doi.org/10.1080/15575330.2020.1831565
van Niekerk, A. (2020). Inclusive Economic Sustainability: SDGs and Global
Inequality. Sustainability, 12(13), 5427. https://doi.org/10.3390/su12135427
Zhou, S., Hu, A., Zhou, S., & Hu, A. (2021). How Did China Overcome the
“Poverty Trap”? China: Surpassing the “Middle Income Trap,” 33–69.
Zulfa, Z. (2022). Responsivitas administrasi pelayanan kesehatan dinas
kesehatan Kabupaten Sampang (perspektif keadilan sayyid qutbh).
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
80

LAMPIRAN
81
82
83
84

RIWAYAT HIDUP

M
Risaldi Irwan atau yang lebih dikenal

dengan Acaa lahir di Makassar, pada

tanggal 22 Oktober 1998. Anak kedua

dari dua bersaudara lahir dari pasangan

suami istri H Irwan Sunarya dan hj Fatmawati. Peneliti mulai bersekolah di

jenjang pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri 12 Pamanjengan dan selesai pada

tahun 2010. Selanjutnya di Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 30

Makassar dan selesai pada tahun 2013. Kemudian melanjutkan pendidikannya di

SMA Negeri 18 Makassar dan selesai pada tahun 2016. Karena memiliki

keinginan kuat dalam hal pendidikan peneliti melanjutkan jenjang pendidikan di

salah satu perguruan tinggi di Makassar yaitu Universitas Muhammadiyah

Makassar, dan terdaftar sebagai salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Negara, dengan nomor stambuk

105611118016. Pada tahun 2023 penulis berhasil mempertanggung jawabkan

hasil karya ilmiah di depan penguji yang berjudul “Efektivitas Tugas Pokok Dan

Fungsi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Maros”.

Anda mungkin juga menyukai