Anda di halaman 1dari 106

SKRIPSI

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT NELAYAN MELALUI PROGRAM BUDIDAYA IKAN

KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI DESA MUKUSAKI

KECAMATAN WEWERIA KABUPATEN ENDE

Disusun dan Diusulkan Oleh

MUHAMAD AJHAR

Nomor Induk Mahasiswa : 105641102916

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022
SKRIPSI

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT NELAYAN MELALUI PROGRAM BUDIDAYA IKAN
KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI DESA MUKUSAKI
KECAMATAN WEWERIA KABUPATEN ENDE

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diusulkan Oleh:

Muhamad Ajhar

Nomor Induk Mahasiswa : 105641102916

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

ii
iii
PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan


Masyarakat Nelayan Melalui Program Budidaya
Ikan Keramba Jarring Apung ( KJA ) Di Desa
Mukusaki Kecamatan Weweria Kabupaten Ende

Nama Mahasiswa : Muhamad Ajhar

Nomor Induk Mahasiwa : 105641102916

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Junaedi, SH., MH., M.Si Muhammad Randhy Akbar, S.IP., M.Si

Mengetahui:

Dekan Ketua Program Studi

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si
NBM: 730727 NBM: 1031102

iv
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Muhamad Ajhar

Nomor Induk Mahasiswa : 105641102916

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul : Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayan


Masyarak Nelayan Melalui Program Budidaya Ikan
Keramba Jaring Apung di Desa mukusaki kecamatan
Wewaria Kabupaten Ende

Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil
plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai dengan
aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 29 Juli 2022

Yang Menyatakan,

Muhamad Ajhar

v
ABSTRAK

MUHAMAD AJHAR : Peran Pemerintah Desa dalam pemberdayaan


Masyarakat Nelayan Melalui Program Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung
di Desa Mukusaki Kabupaten Ende (dibimbing oleh Junaedi dan Muhammad
Randy Akbar)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk Peran Pemerintah Desa


dalam proses Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Desa Mukusaki, metode
penelitian ini adalah metode kualitatif yakni memberikan gambaran secara
objektif terkait bagaimana keadaan sebenarnya objek yang diteliti dan tipe
penelitian yang digunakan adalah tipe fenomenologi. Data yang digunakan adalah
sumber data primer dan sumber data sekunder dengan jumlah informan sebanyak
5 orang. Dan dokumentasi. Teknik Analisis data dan digunakan dalam penelitian
ini yaitu Reduksi data, Penyajian data, dan Penarikan kesimpulan. Pengabsahan
data yang digunakan adalah Triangulasi sumber, Triangulasi teknik dan
Triangulasi waktu. Penelitian ini bertujuan mengetahui Peran Pemerintah
Keberlanjutan, Transparansi dan Akuntabilitas, Keadilan dalam Pemberdayaan
Masyarakat Nelayan di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Pemerintah Desa Dalam


Pemberdayaan Masyarakat Nelayan di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria
Kabupaten Ende ini menggunakan 3 indikator yaitu 1) Keberlanjutan 2)
Transparansi Dan Akuntabilitas 3) Keadilan guna mencapai tujuan dari penelitian
ini yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat dalam bernelayan . Faktor
pendukungnya adalah terlibatnya Pemerintah Desa Mukusaki melakukan
pembinaan terhadap masyarakat dan sebagian besar masyarakat juga ikut
merespon dengan baik sedangkan faktor yang menghambat Peran ini dikarenakan
beberapa masyarakat Nelayan masih rendah dalam proses pembudidayaan ikan
tidak mau bekerja dengan sesuatu hal yang serba singkat dan cepat tampa
memikirkan dampak yang akan mereka dapatkan nantinya. Tetapi masalah
tersebut sudah bisa terkendali oleh Peran Pemerintah.

Kata Kunci : Peran, Pemerintah Desa, Pemberdayaan, Nelayan

vi
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala


rahmat dan hidayah yang tidak henti diberikan kepada hamba-nya Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para
Keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai
manakala penulis skripsi yang berjudul “Peran Pemerintah Desa Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Program Budidaya Ikan Keramba
Jaring Apung ( KJA ) di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende”.

Skripsi yang Penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada


orang tua penulis Bapak Hasan Karo dan Ibu Nur Nona atas segala kasih
saying, cinta, pengorbanan serta do’a yang tulus dan ikhlas yang senantiasa beliau
panjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi pelita terang dan semangat yang
luar biasa bagi penulis dalam menggapai cita-cita, serta saudara-saudaraku
tercinta yang senantiasa mendukungan dan memberikan semangat hingga akhir
studi ini. Dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberi semangat dan
dukungan disertai segala pengorbanan yang tulus dan ikhlas.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud


tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terimah kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Makassar..
2. Ibu Dr.Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Dr. Junaedi, SH., MH., M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak
Muhammad Randhy Akbar, S.IP., M.Si selaku Pembimbing II yang
senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

vii
4. Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar
5. Para dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah memberikan bimbingan saran, petunjuk, dan
motivasi selama kurang lebih empat tahun perkuliahan.
6. Seluruh pegawai kantor Desa Mukusaki Kecamatan Weweria Kabupaten
Ende dan khususnya Narasumber yang telah responsive membantu penulis
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Kakak-kakak tersayang, yang senantiasa menyalurkan bantuan, semangat
dan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis.
8. ponakan-ponakan yang selalu memberikan semangat dan dukungan
kepada penulis.
9. Kepada temanku Umi Kamarun, S.Sos, yang selalu bersedia untuk
meluangkan waktunya membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
10. For my best friends, untuk sohib kampusku yang solid, Hasdiki S.IP,
Achmad Fadil Arif S.IP, Halim Jauhari, Riswandi, Asrul salmin,Andi
Arhinsa . Thanks so much atas dukungan, semangat, kebersamaan,
kekonyolan, canda dan tawa kalian selama ini. Kalian menjadi salah satu
catatan sejarah dalam perjalanan hidupku.
11. Teman-teman KKP Angkatan XX Kota Makassar Kelurahan Mangasa.
Wisdam, Dina Hermanto,. Terima kasih atas kebersamaan dan pengalaman
serta pelajaran yang sangat berarti dalam proses pengabdian diri di
Kelurahan Mangasa selama kurang lebih 2 bulan.
12. Kepada teman-teman kelasku Ilmu Pemerintahan A 2016, yang tidak dapat
penulis sebutkan namanya satu per satu, terimah kasih telah membantu
penulis selama proses perkuliahan, memberikan masukan, dan menemani
penulis dalam menghadapi masalah-masalah yang ada selama proses
perkuliahan, dan suskes untuk saudara ku semua.
13. Teman-teman Pejuang Senyum Sospol yang tidak dapat penulis sebutkan
namanya satu per satu, terimah kasih telah berbagi pengalaman, semangat,

viii
tawa dan canda selama proses perkuliahan

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata Sempurna. Oleh
karena itu, Kritik dan Saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini
sangat penulis harapkan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Billahi fii sabilil haq,fastabiqul khairat, wassalamu’alaikum wr.wb

Makassar, 29 Juli 2022

Muhamad Ajhar

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ iii


HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis ............................................................................................ 8
2. Manfaat Praktis ............................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 9


B. Pemerintah Dan Pemerintah Daerah ................................................................... 10
C. Pemberdayaan ..................................................................................................... 14
D. Masyarakat Nelayan ........................................................................................... 20
E. Kerangka pikir ..................................................................................................... 23
F. Fokus Penelitian .................................................................................................. 24
G. Deskriptif Fokus Penelitian ................................................................................ 25

x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................................................ 27


B. Jenis Penelitian Dan Tipe Penelitin .................................................................... 27
C. Sumber Data ....................................................................................................... 28
D. Teknik Pemilihan Informan ................................................................................ 29
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 30
F. Teknik Analisis Data .......................................................................................... 32
G. Teknik Keabsahan Data ..................................................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


1. Gambaran Umum Lokasi Desa Mukusaki Kecamatan Weweria
Kabupaten Ende ............................................................................................ 36
2. Sumber Mata Pencaharian Pokok Desa Mukusaki ....................................... 40
3. Profil Pemerintahan Desa Mukusaki .............................................................. 45
4. Visi dan Misi ................................................................................................. 51
5. Profil Nelayang Desa Mukusaki .................................................................... 52
6. Bantuan Sampan/Perahu dan Mesin Katinting Kepada Masyarakat
Nelayang Di Desa Mukusaki.......................................................................... 53
B. Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui
Program Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA) Di Desa Mukusaki
1. Peran Pemerintah Desa Dalam Program Budidaya Ikan Keramba Jaring
Apung (KJA) Di Desa Mukusaki Kecamatan Weweria Kabupaten Ende
a. Keberlanjutan (sustainability) ....................................................................... 56
b. Transparansi dan Akuntabilitas (Transparency and Accountability) ............. 59
c. Keadilan (Equity) .......................................................................................... 62
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Peran Pemerintah Desa Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Program Budidaya Ikan
Keramba Jaring Apung (KJA) Di Desa Mukusaki Kecamatan Weweria
Kabupaten Ende
1. Faktor Pendukung ........................................................................................... 66

xi
2. Faktor Penghambat ......................................................................................... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 69
B. Saran .................................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 70

LAMPIRAN ............................................................................................................. 73

xii
DAFTAR TABEL

Table 2.1..................................................................................................................... 9

Table 3.1..................................................................................................................... 30

Table 4.1 .................................................................................................................... 34

Table 4.2..................................................................................................................... 39

Table 4.3..................................................................................................................... 42

Table 4.4..................................................................................................................... 42

Table 4.5..................................................................................................................... 43

Table 4.6..................................................................................................................... 44

Table 4.7..................................................................................................................... 53

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 .............................................................................................................. 37

Gambar 4.2 ................................................................................................................. 50

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang

terdiri dari 17.504 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah perairan

mencapai 5,8 juta km2 atau sekitar 63 persen sama dengan tiga perempat dari

keseluruhan wilayah Indonesia. Indonesia memiliki garis pantai sepanjang,

yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Luas

perairan tersebut, termasuk didalamnya laut, memiliki potensi produksi lestari

ikan laut yang cukup besar, dengan asumsi sekitar 6,51 juta ton/tahun atau

8,2% dari total potensi produksi ikan laut dunia. Dari gambaran tersebut bahwa

menunjukan potensi kekayaan negara Indonesia sangat besar pada sektor

perikanan dan kelautan.Berdasarkan data diatas sebagian besar masyarakar

Indonesia sebagai nelayan Sonny Hari Hamadi, 2013 Survei Sosial Ekonomi

Nasional “Nelayan Kita”.

Undang-undang 45 Tahun 2009 mendefinisikan nelayan sebagai “orang

yang mata pencharianya melakukan penangkapan ikan”. Sedangkan

penangkapan ikan didefinisikan sebagai “kegiatan untuk memperoleh ikan di

perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara

apapun,termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,

mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan

mengawetkannya”. Secara sederhana,nelayan adalah orang yang melakukan

kegiatanpenangkapanikan.

1
2

Mata pencaharia nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian

hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukiman di daerah pinggir

pantai atau pesisir,kehidupan masyarakat nelayan tergantung pada hasil laut.

Jumlah nelayan Indonesia 2,7 juta, diantaranya masih menggunakan alat

seperti Jala Jarimg, Bubu dan Pancing. Sistem kerja pada umumnya jam kerja

yang relatif singkat beberapa jam saja.Kondisi atau kebiasaan semacam ini

berdampak pada hasil tangkapan yang tidak optimal sehingga mengakibatkan

tingkat produksi rendah dan juga pendapatan mereka juga tidak optimal

akibatnya tingkat kesejahteraan nelayan pun rendah.Sistem kerja yang

beberapa jam saja antara lain juga disebabkan kapal dan alat tangkap ikan yang

mereka gunakan kurang bagus,selain itu kebiasaan kerja yang hanya beberapa

jam saja rupanya sudah menjadi kebiasaan. (www.mongabay.co.id)

Pada sisi lain jika kita melihat potensi sumberdaya ikan di wilayah

Indonesia yang begitu besar,namun kemampuan dan budaya nelayan kita masih

sangat terbatas. Sektor perikanan tangkap sesungguhnya merupakan sumber

kekuatan sosial ekonomi nelayan dan umumnya merupakan salah satu

penyangga sektor ekonomi nasional.Jika sektor ini dimanfaatkan secara

maksimal serta dikelola secara optimal oleh nelayan Indonesia,maka dapat

menjadi sumber ekonomi yang besar.Selain dari sisi jam kerja yang relatif

singkat perlu diketahui,di Indonesia untuk menjadi atau berprofesi

sebagainelayan sangatlah mudah karena tidak diperlukan persyaratan yang

khusus maupun formal sehingga siapapun bisa menjadi nelayan dan kapan pun

mereka mau,tidak dibatasi oleh waktu. Karena itu di negara indonesia masih
3

banyak dijumpai nelayan musiman,yakni nelayan yang melaut hanya pada saat

tertentu saja.(Retnowati, 2011).

Undang-undang No. 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan Dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, Dan Petambak Garam sangat

tergantumg pada sumber daya ikan, kondisi lingkungan, sarana dan prasarana,

kepastian usaha, akses permodalan, ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan

informasi sehingga membutuhkan perlindungan dan pemberdayaan.

Undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Bahwa

pemanfaatan sumber daya ikan belum memberikan peningkatan taraf hidup

yang berkelanjutan dan berkeadilan melalui pengelolaan perikanan,

pengawasan, dan sistem penegakan hukum yang optimal.

Di daerah pesisir Kabupaten Ende Desa Mukusaki hampir mayoritas

masyarakat yang bertempat tinggal di Dusun watubara Pantai adalah

masyarakat suku buton dimana mereka banyak bergelut atau memiliki mata

pencaharian sebagai nelayan oleh karena itu sebagian besar mereka bertempat

tinggal di daerah pesisir, dan bekerja sebagai nelayan dan tambak ikan. Sebagai

masyarakat yang masih kental dengan budaya mereka masih mempercayai

adanya hari-hari baik untuk pergi berlayar kepantai, sehingga adat sosial

budayanya masih dijunjung tinggi oleh masyarakat disana.

Kehidupan mayarakat pesisir Desa Mukusaki Pantai memiliki perbedaan

dalam aspek kehidupan di tengah-tengah masyarakat agraris penduduk

pedesaan, yang perbedaannya disebabkan oleh faktor lingkungan alam, karena

masyarakat pantai lebih dekat dengan laut yang dominan, sedangkan


4

masyarakat petani untuk lingkungan alam mereka dalam bentuk sawah,

jagung,mente, kakao dan kelapa dengan kondisi perbedaan ini, memungkinkan

mereka untuk memiliki sistem pengetahuan budaya yang berbeda untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.Masyarakat yang berada di daerah

pesisir di Desa Mukusaki Pantai Kecamatan Wewaria Kabupeten Ende

mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian dasar sebagai nelayan,

sehingga mereka sangat tergantung pada sumber daya laut. Sebagian penduduk

juga mengolah tanah mereka menjadi kolam ikan, yang memiliki peran penting

dalam kehidupan masyarakat pesisir. Pemberdayaan masyarakat di Desa

Mukusaki Pantai sangat penting dilakukan dan pemerintah beserta

perangkatnya harus berperan penting untuk memberdayakan warganya,

terutama merangsang, mendorong atau memotivasi mereka untuk menentukan

apa yang menjadi pilihan hidupnya. Tujuan pemerintah dalam pemberdayaan

masyarakat adalah untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, mengentaskan

kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat.Tingkat perkembangan nelayan di

Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende cukup pesat dan juga

masih banyak mengunakan alat seperti Jala Jaring,Bubu, dan Pancing dalam

penangkapan ikan Keramba Jaring Apung (KJA). Usaha penangkapan maupun

budidaya masih rendah dan lamban disebabkan karena keterbatasan modal atau

sarana produksi, keterampilan nelayan atau petani ikan yang masih rendah, dan

penyediaan sarana pasca panen yang belum memadai dan terjaminya

pemasaran hasil perikanan.


5

Kegiatan penangkapan ikan di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria

Kabupaten Ende pada umumnya masih sangat minim dan usaha pemeliharaan

atau budidaya ikan masih sulit di kembangkan karena kurangnya sarana dan

prasarana yang menggantungkan kehidupannya pada hasil perikanan dan

kelautan. (portal.endekab.go.id)

Pemerintah Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende telah

berupaya memberikan perhatian dan mengupayakan terlaksananya kegiatan

pemberdayaan nelayan, tetapi masih ada nelayan yang kesulitan dalam

meningkatkan taraf hidup dan berada di bawah garis kemiskinan sehingga

nelayan tidak dapat melakukan kegiatan pencaharian.Hal disebabkan oleh

kurangnya upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dalam pemberdayaan

nelayan seperti kurangnya pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan

pendampingan. Pemerintah Desa di sisi lain kurang memfasilitasi nelayan

dalam hal membina dan mencarikan mitra usaha yang tepat bagi nelayan serta

dukungan kemudahan akses informasi dan teknologi yang masih sulit

didapatkan oleh nelayan. Selain itu, pemerintah Desa perlu memberikan

dukungan kelembagaan bagi nelayan.

Fenomena lain yang dirasakan oleh masyarakat nelayan adalah kurangnya

perhatian pemerintah dalam melakukan sosialisasi terhadap program-program

kepada masyarakat nelayan dan seluruh pemangku kepentingan, khususnya

yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat nelayan. Melalui

sosialisasi yang menyeluruh diharapkan dapat memberikan informasi bagi


6

nelayan yang berdampak pada peningkatan produktifitas hasil perikanan dan

kelautan.

Berdasarkan deskripsi merupakan pusaran masalah yang terjadi pada

masyarakat nelayandi Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende

dalam pelayanan Keramba Jaring Apung ( KJA ) yang masih rendah budidaya

dan lamban disebabkan karena keterbatasan modal atau sarana produksi,

keterampilan nelayan, dan penyediaan sarana pasca panen yang belum

memadai dan terjaminya pemasaran hasil perikanan. Hal demikian seharusnya

mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah desa dalam mencarikan solusi

pemecahan masalah bagi masyarakat nelayan. Memberdayakan masyarakat

nelayan berarti menciptakan peluang bagi nelayan untuk menentukan

kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya

menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.

Selanjutnya permasalahan yang dihadapi nelayan Kabupaten Ende, antara

lain adalah ancaman ketidaksedian bahan bakar minyak: pencurian ikan,

penangkapan ikan berlebih,serta perubahan iklim, cuaca, dan tinggi gelombang

laut.Dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka dapat kita

mengetahui respon dan perilaku mayarakat terhadap pemerintah, maka penulis

akan membuat suatu penelitian dengan judul “Peran Pemerintah Desa Dalam

Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Program Budidaya Ikan

Keramba Jaring Apung (KJA) Di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria

Kabupaten Ende”

B. Rumusan Masalah
7

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, maka

dapat dirumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran Pemerintah Desa dalam Pemberdayaan Masarakat

nelayan melalui Program Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di

Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peran Pemerintah Desa dalam

pemberdayaan masyarakat nelayan melalui program budidaya ikan keramba

jaring apung (KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten

Ende ?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk:

1. Untuk mengetahui dan menggambarkan peran Pemerintah Desa dalam

pemberdayaan masyarakat nelayan melalui Program Budidaya Ikan

Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria

Kabupaten Ende.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

pemberdayaan masyarakat nelayan melalui Program Budidaya Ikan

Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria

Kabupaten Ende ?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:
8

1. Manfaat akademik, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam

pengembangan studi ilmu pemerintahan khususnya yang berfokus pada

kajian peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat nelayan.

2. Manfaat praktis, hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi seluruh

pemangku kepentingan dan menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi

pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat nelayan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1

PenelitianTerdahulu

Judul Metode Hasil


No Nama
Penelitian Penelitian Penelitian

1 Kaswandi Peran Pemerintah Metode Sesuai hasil penelitian

(2017) Daerah Dalam Penelitian penjelasan di atas menjadi

Pemberdayaan Yang salah satu faktor yang

Masyarakat Digunakan menghambat dalam

Nelayan Di Yaitu pemberdayaan nelayan

Kabupaten Metode sehingga nelayan merasa

Takalar Kualitatif dirugikan dan sulit

berkembang dan akhirnya

akan semakin terlilit

hutang karena adanya

ketergantungan dengan

pemilik modal yakni

tengkulak/juragan/pungwa

2. Titing Peran Pemerintah Metode Penelitian ini Untuk

9
10

purnama Dalam Penelitian mengetahui bagaimana

sari Pemberdayaan Yang peran pemerintah dalam

(2020 Masyarakat Digunakan pemberdayaan masyarakat

Nelayan Guna Yaitu nelayan di Dusun Lauwo

Meningkatkan Metode Pantai Kecamatan Burau

Ekonomi Di Kualitatif Kabupaten Luwu Timur

Dusun Lauwo dengan jenis Untuk mengetahui

Pantai penelitian bagaimana upaya

Kecamatan deskriptif pemerintah dalam

Burau Kabupaten pemberdayaan masyarakat

Luwu Timur nelayan guna

meningkatkan ekonomi di

Dusun Lauwo Pantai

Kecamatan Burau

Kabupaten Luwu Timur.

3. Hamdan Evaluasi Program Metode Hasil penelitiannya

(2017) Pemberdayaan penelitian menunjukkan bahwa

Ekonomi yang program PEMP di

Masyarakat digunakan Kabupaten Jepara

Pesisir di yaitu dikatakan cukup berhasil

Kabupaten Jepara metode karena terlihat dari segi

kualitatif. kelembagaan dengan


11

adanya pembentukan

kelompok, mekanisme

perguliran dana

penyerapan dana bantuan

yang dapat terlaksana

dengan baik

B. Pengertian Peran Pemerintah

Setiap manusia dalam kehidupannya masing-masing memiliki peran dan

fungsi dalam menjalankan kehidupan. Dalam melaksanakan perannya, setiap

manusia memiliki cara atau sikap yang berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi

oleh oleh latar belakang kehidupan sosialnya.

Menurut (Berry, 2003), mendefenisikan peran sebagai harapan- harapan

yang di kenakan pada individu yang menempat kedudukan sosial tertentu.

Harapan – harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan

oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan itu ditentukan oleh norma-norma

di dalam masyarakat. Dalam peranan itu terdapat dua harapan yaitu harapan yang

dimiliki oleh si pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang yang

menjalankan peranannya atau kewajiban- kewajibannya. Dari pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa peran adalah prilaku-prilaku yang ditunjukan oleh

seseorang karena kewajibannya dari jabatan atau pekerjaannya.

Menurut (Veithzal, 2004)peranan di artikan sebagai perilaku yang di atur

dan diharapkan seseorang dalam posisi tertentu. Selanjutnya menurut Ali (2000),
12

peranan adalah sesuatu yang menjadi bagaian yang memegang pimpinan yang

terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa.

Menurut (Rumlus et al., 2019)Peran adalah seperangkat harapan-harapan

yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Dari

beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu sikap,

tindakan atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang

terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan

hal-hal diatas dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan pemerintah

desa, peran tidak berarti sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan

merupakan tugas dan wewenang pemerintah desa.

(Lantaeda et al., 2017),mengemukakan: “Peranan merupakan aspek

dinamis dari kedudukan seseorang dan karena kedudukan itu ia melakukan suatu

tindakan atau gerak perubahan yang dinamis dimana dari usaha itu diharapkan

akan tercipta suatu keadaan atau hasil yang diinginkan. Tindakan tersebut

dijalankan dengan memanfaatkan kewenangan, kekuasaan, serta fasilitas yang

dimiliki karena kedudukannya”.

(Syahri, 2018)menyebutkan ada lima aspek penting dari peran, yaitu:

1. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan

harapannya, bukan individunya.

2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) – yaitu, perilaku

yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.

3. Peran itu sulit dikendalikan – (role clarity dan role ambiguity)


13

4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa

perubahan perilaku utama.

5. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama – seseorang yang

melakukan satu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.

Menurut (Tahir, 2015)membagi peran pemerintah ada tiga aspek peran,

yaitu:

1. Keberlanjutan (sustainability) Visi dan misi yang kuat dari

pemerintah kota dalam mengembangkan dan membangun kawasan

perkotaan sudah berjalan dengan baik.

2. Transparansi dan Akuntabilitas (Transparency and Accountability)

Efisiensi dalam tranparansi dan akuntabilitas tidak tercapai hal ini

terlihat dengan banyaknya pembangunan yang tidak sesuai dengan

aturan yang ada dan bahkan menimbulkan masalah baru yang malah

mengeluarkan banyak biaya.

3. Keadilan (Equity) Efektifitas akan rasa keadilan itu sudah terwujud

dengan baik sebab sudah melibatkan masyarakat pada setiap

kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah.

Menurut (Lantaeda et al., 2017)peran dibagi menjadi 3 yaitu sebagai

berikut:

1. Peran Aktif Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota

kelompok karena kedudukannya didalam kelompok sebagai aktifitas

kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan lainnya sebagainya.


14

2. Peran Partisipatif Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh

anggota kelompok kepada kelompoknya yang memberikan

sumbangan yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri.

3. Peran Pasif Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang

bersifat pasif, dimana anggota kelompok menahan dari agar

memberikan kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok

sehingga berjalan dengan baik.

Dari berbagai uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran merupakan

aspek dinamis dari kedudukan seseorang maupun sekelompok orang (organisasi)

apabila melaksanakan hak-hak serta kewajiban sesuai dengan kedudukannya

maka ia telah melakukan sebuah peranan. Jika dikaitkan dengan tindakan

pemerintah maka dapat dikatakan bahwa peran adalah tindakan-tindakan yang

dilakukan pemerintah terkait kedudukannya dalam pemerintahan. Sedangkan jika

peran dihubungkan dengan pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat

adalah posisi terkait pelaksanaan tugas pokok dan fungsi maupun kewajiban yang

seharusnya pemerintah daerah lakukan dalam menunjang pemberdayaan

masyarakat nelayandi Kabupaten Ende.

C. Pemberdayaan

Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan,

menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakatlapisan bawah

terhadap dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat.Posisi

masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung

pada kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektorkehidupan. Konsep


15

pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan dua cara

pandang.Pertama,pemberdayaan pemberian dari pihak luar seperti pemerintah,

melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak)

yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari

tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan,

perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan

tugas (kewajiban) negara secara given.

Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan

kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan

sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut

menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam

proses pembangunan dan pemerintahan (Eko, 2002). Permendagri RI Nomor 7

Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat,dinyatakan bahwa

pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam

pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan

kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1 ,

ayat (8) ).

(Adimihardja & H, 2001) “pemberdayaan masyarakat merupakan strategi

besar dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat (people based

development)”. Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk

meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal, melalui kesanggupan untuk

melakukan kontrol internal atas sumber daya material dan non-material yang

penting melalui redistribusi modal atau kepemilikan. Pendekatan ini melihat


16

bahwa permasalahan sosial yang ada dalam masyarakat bukan semata-mata akibat

penyimpangan prilaku atau masalah kepribadian, tetapi juga sebagai akibat

masalah struktural, kebijakan yang keliru, inkonsistensi dalam implementasi

kebijakan dan tidak adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Pembangunan yang bersifat sentralistik dapat menghambat tumbuhnya

kesadaran masyarakat bahwa masalah sosial yang ada merupakan masalah

masyarakat, sehinga mereka tidak mampu memanfaatkan potensi dan sumber

daya sosial yang ada untuk mengatasinya. Selain itu, kondisi struktural yang ada

tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengartikulasikan

aspirasi serta merealisasikan potensinya, sehingga masyarakat berada dalam

kondisi yang tidak berdaya. Dalam situasi inilah reorientasi paradigma

pembangunan menjadi kebutuhan yang mendesak.

Menurut Hikmat (2001) “konsep pemberdayaan dapat dilihat sebagai akibat

dari dan reaksi terhadap alam pikiran, tata masyarakat dan budaya yang

berkembang dalam sebuah masyarakat”. Pada awal kelahirannya, konsep

pemberdayaan bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif baru dalam

pembangunan masyarakat. Proses pemberdayaan dengan demikian merupakan

depowerment dari sistem kekuasaan yang bersifat absolut. Konsep pemberdayaan

menggantikannya dengan sebuah sistem yang baru, yang memberikan perhatian

penting pada gagasan manusia dan kemanusiaan (humanisme).

(Rumlus et al., 2019)merumuskan tiga upaya pokok dalam setiap

pemberdayaan masyarakat, yang disebut sebagai Tri Bina, yaitu: Bina Manusia,
17

Bina Usaha, dan Bina Lingkungan. Membicarakan konsep pemberdayaan, tidak

dapat dilepaspisahkan dengan konsep sentral, yaitu konsep Power (daya)

Prinsip dan Dasar Pemberdayaan Prinsip utama dalam mengembangkan

konsep pemberdayaan masyarakat menurut (Ulumiyah et al., 2013)ada lima

macam, yaitu:

1. Pendekatan dari bawah pada kondisi ini pengelolaan dan para stakeholder

setuju pada tujuan yang ingin dicapai untuk kemudian mengembangkan

gagasan dan beberapa kegiatan setahap demi setahap untuk mencapai

tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

2. Partisipasi dimana setiap aktor yang terlibat memiliki kekuasaan dalam

setiap fase perencanaan dan pengelolaan.

3. Konsep keberlanjutan: merupakan pengembangan kemitraan dengan

seluruh lapisan masyarakat sehingga program pembangunan berkelanjutan

dapat diterima secara sosial dan ekonomi.

4. Keterpaduan: yaitu kebijakan dan strategi pada tingkat lokal, regional dan

nasional.

5. Keuntungan sosial dan ekonomi: merupakan bagian dari program

pengelolaan.

Bertolak dari pendapat ini, berarti pemberdayaan tidak saja terjadi pada

masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, akan tetapi pada masyarakat yang

masih memiliki daya yang masih terbatas, dapat dikembangkan hingga mencapai

kemandirian (Winarni, 1998). Upaya pemberdayaan masyarakat harus dilakukan


18

di semua aspek baik politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, agama, dan lain-

lain.

Menurut Hikmat (2001), “Pemberdayaan masyarakat tidak hanya

mengembangkan potensi ekonomi masyarakat saja, namun juga harus mampu

meningkatkan harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga diri, serta

terpeliharanya tatanan nilai budaya masyarakat itu sendiri. Inti dari gerakan

pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan adalah dari, oleh, dan untuk

masyarakat, yang meliputi: (1) Perumusan konsep; (2) Penyusunan pola; (3)

Proses perencanaan; (4) Pelaksanaan gerakan pemberdayaan; (5) Pemantauan dan

penilaian hasil pelaksanaan; dan (6) Pengembangan pelestarian gerakan

pemberdayaan”Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan strategi dan

upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.

Menurut Ristinura (2017) Pemberdayaan masyarakat sangat penting dan

merupakan hal yang wajib wajib dilakukan mengingat pertumbuhan economic and

teknologyyang demikian pesatnya belakangan ini akan sangat mempengaruhi

kemampuan tiap individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

1. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan dari pemberdayaan masyarakat menunjuk pada keadaan atau

hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu meningkatkan

masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya dan memperkuat kekuasaan

atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti mempunyai

kepervayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata


19

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam

melaksanakan tugas kehidupannya (Edi Suharto 2005).

Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberdayaan

masyarakat yaitu membuat masyarakat berdaya dan mempunyai pengetahuan

serta keterampilan yang digunakan dalam kehidupan untuk meningkatkan taraf

hidup. Upaya pemberdayaan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, baik

pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat.

2. Proses Pemberdayaan

Pembedayaan masyarakat telah menjadi mainstream upaya

peningkatan kesejahteraan serta pengentasan kemiskinan. Dengan

pemberdayaan masyarakat maka pembangunan tidak mulai dari titik tidak

ada, tetapi berawal dari sesuatu yang sudah ada pada masyarakat.

Pemberdayaan berarti apa yang telah dimiliki oleh masyarakat adalah

sumberdaya pembangunan yang perlu dikembangkan sehingga makin nyata

kegunaannya bagi masyarakat sendiri.

Menurut (Sunartiningsih, 2016)Proses pemberdayaan kelompok

usaha bersama yaitu sebagai berikut;

a. Menganalisis situasi yang ada dilingkungannya serta memecahkan

masalah berdasarkan kemampuan dan keterbatasan yang mereka

miliki.

b. Penyuluhan Kelompok Usaha Bersama

c. Pelatihan Penangkapan

d. Pelatihan Budidaya
20

e. Bantuan Dana

f. Bantuan Alat dan Mesin

g. Evaluasi

D. Masyarakat Nelayan

Konsep atau pengertian nelayan memiliki pengertian yang luas dan

beragam, sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda. Sementara di

lapangan banyak subyek hukum lain yang bisa saja masuk dalam kategori

nelayan antara lain seperti nelayan pemilik, nelayan penggarap, nelayan

tradisional, dan nelayan kecil. Pengertian nelayan tersebar dalam berbagai

peraturan perundang-undangan yang memberikan makna berbeda, yaitu:

1. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU Nomor 31

Tahun 2004 tentang Perikanan, Pasal 1 angka 10 yang

mendefinisikan bahwa “nelayan adalah orang yang mata

pencahariannya melakukan penangkapan ikan”, serta ketentuan Pasal

1 angka 11 yang mendefinisikan “nelayan kecil adalah orang yang

mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan

berukuran paling besar 5 (lima) gross ton (GT)” Dalam UU ini

juga disebutkan pengusaha perikanan.

2. UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan pertanian,

perikanan, dan kehutanan mendefiniskan nelayan dalam Pasal 1 angka

13 yaitu perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang


21

mata pencahariannya atau kegiatan usahanya melakukan penangkapan

ikan.

3. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mendefinisikan

nelayan kecil adalah nelayan masyarakat tradisional Indonesia yang

menggunakan bahan dan alat penangkapan ikan secara tradisional,

dan terhadapnya tidak dikenakan surat izin usaha dan bebas dari

pajak, serta bebas menangkap ikan diseluruh pengelolaan perikanan

dalam wilayah Republik Indonesia.

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang perubahan atas

undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil jo. Undang-Undang Nomor 27 Tahun

2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil

Pasal 17 ayat (2) menjelaskan pengertian nelayan tradisional yaitu

nelayan yang menggunakan kapal tanpa mesin, dilakukan secara

turun temurun, memiliki daerah penangkapan ikan yang tetap, dan

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. UU ini juga

menyebutkan mengenai nelayan modern dan pengusaha perikanan

sebagai pemangku kepentingan utama dalam pengelolaan sumber daya

pesisir dan pulau-pulau kecil.

5. UU Nomor 16 Tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan memberikan

definisi nelayan menjadi beberapa kategori:

a. Pasal 1 huruf huruf b menjelaskan Nelayan pemilik ialah orang

atau badan hukum yang dengan hak apapun berkuasa atas sesuatu
22

kapal/perahu yang dipergunakan dalam usaha penangkapan

ikan dan alat-alat penangkapan ikan.

b. Pasal 1 huruf c menjelaskan definsi nelayan penggarap ialah semua

orang yang sebagai kesatuan dengan menyediakan tenaganya

turut serta dalam usaha penangkapan ikan laut. Batasan atau

definisi nelayan banyak dikemukakan oleh pakar, seperti

Panayotou, Berkes, Satria, Ostrom dan Schlager, serta Kusnadi.

Panayotou (1985) mengelompokan nelayan ke dalam empat

kelompok utama, yaitu subsistence, indigenous, commercial dan

recreation. Sementara itu nelayan komersial dikelompokan lagi

menjadi dua kelompok, yaitu nelayan artisanal dan nelayan

industri.

Menurut Kusnadi (2003), penggolongan sosial dalam masyarakat nelayan

dapat ditinjau dalam tiga sudut pandang, yaitu:

1. Dari segi penguasaan alat-alat produksi dan alat tangkap (perahu,

jaringdan perlengkapan lain), struktur masyarakat nelayan terbagi dalam

masyarakat pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh.Nelayan

buruh tidak memiliki alat-alat produksi dan dalam kegiatan produksi unit

perahu, nelayan buruh hanya menggunakan jasa tenaganya dengan

memperoleh hak-hak yang sangat terbatas. Dalam masyarakat pertanian

nelayan buruh identik dengan buruh tani. Secara kuantitatif nelayan

buruh lebih besar dibanding dengan nelayan pemilik.


23

2. Ditinjau dari segi skala investasi modal usahanya struktur masyarakat

nelayan terbagi ke dalam nelayan besar dan nelayan kecil. Disebut

nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam usaha

perikanan relatif lebih banyak, sedangkan nelayan kecil justru

sebaliknya.

3. Dipandang dari tingkat teknologi peralatan tangkap yang digunakan

masyarakat nelayan terbagi dalam nelayan modern dan tradisional.

Nelayan-nelayan modern menggunakan teknologi yang lebih canggih

dibandingkan dengan nelayan tradisional. Jumlah nelayannelayan

modern jauh lebih kecil dibanding dengan nelayan tradisional.

E.Kerangka Pikir

Pada era saat ini, masi sering kita jumpai keluhan nelayan yang tidak

mendapatkan bantuan peralatan laut terkhusus perberdayaan ikan keramba jaring

apung (KJA).Realita yang terjadi di Desa Mukusaki Kecamatan wewaria

Kabupaten Ende. masayarakat di desa tersebut kurang atau hanya sebagian yang

mendapatkan bantuan nelayan, dengan hal tersebut tidak terjadiya pemerataan

bantuan nelayan di Desa mukusaki terkhususnya pada bantuan keramba jaring

apung (KJA). Diangkat dari permasalahan diatas maka peneleti perlu melakukan

penyuluhan terhadap Pemerataan bantuan nelayan terhadap pemberdayaan

masyarakat nelayan melalui program budidaya ikan keramba jaring apung (KJA),

sehingga masayarakat di Desa Mukusuki mendapatkan pemerataan bangtuan

nelayan.
24

Kerangka Pikir

Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan


Melalui Program Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung(KJA)

Indikator Peran Pemerintah


( Tahir, M. 2015) Faktor Penghambat
Faktor Pendukung

Pemerintah Desa 1. Keberlanjutan 1.keterlibatan masyarakat


mampu bekerja sama 2. Transparansi dan Akuntabilitas
2.rendahnya sosialisasi
dengan baik guna
3. Keadilan penyuluhan
pemberdayaan
masyarakat nelayan

Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui


Program Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA)

F.Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan

Masyarakat Nelayan Melalui Program Budidaya ikan Keramba Jaring Apung

(KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende. Yang dimana

fokus penelitian ini memfokuskan tiga indikator yaitu : Keberlanjutan,

Transparansi,Keadilan.
25

G.Deskriptif Fokus Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian maka yang menjadi deskripsi dalam fokus

penelitian yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Keberlanjutan Visi dan misi yang kuat dari pemerintah kota dalam

mengembangkan dan membangun kawasan perkotaan sudah berjalan

dengan baik.

2. Transparansi dan Akuntabilitas Efisiensi dalam tranparansi dan

akuntabilitas tidak tercapai hal ini terlihat dengan banyaknya

pembangunan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada dan bahkan

menimbulkan masalah baru yang malah mengeluarkan banyak biaya.

3. Keadilan Efektifitas akan rasa keadilan itu sudah terwujud dengan

baik sebab sudah melibatkan masyarakat pada setiap kebijakan yang

akan diambil oleh pemerintah.

4. Faktor pendukung

Yang mendukungb atau mendorong terjadinya Peran Pemerintah

Desa yang baik pemberdayaan nelayan di Desa Mukusaki

Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende ,serta dukungan dari

mayarakat karena tanpa masyarakat pemerintah desa juga tidak akan

dapat mendeteksi atau mengetahui kendala – kendala yang dialami

oleh masyarakat nelayan.


26

5. Faktor penghambat

Faktor yang sifatnya menghambat dan menahan terjadinya segala

sesuatu dapat dilihat dari kendala yang ditemukan dalam proses

peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat nelayan di

Desa kaloling Kabupaten Ende. Yaitu kurangnya kepudulian

masyarakat dan tidak mudahnya meninggalkan yang instan dan

kurangnya kesadaran masyarakat.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan kurang lebih 2 (dua) bulan

selesai seminar pra penelitian. Penelitian ini akan dilakukan Di Desa Mukusaki

Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende. Adapun alasan saya memilih lokasi

penelitian tersebut karena ingin mengetahui sudah sejauh mana peran

pemerintahDesa dalam pemberdayaan masyarakat melalui program budidaya Ikan

Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten

Ende.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Berkaitan dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana peran

pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat melalui program budidaya ikan

Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten

Ende.Dalam mengatasi angka kemiskinan nelayan di kabupaten Ende maka jenis

penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu sudah

penelitian kualitatif yang berusaha untuk menemukan makna, menyelidiki proses,

individu maupun kelompok.Situasi dan mencari tau peran apa yang dilakukan

oleh pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat nelayan melalui program

budidaya ikan keramba jaring apung (KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan

Wewaria Kabupaten Ende.

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif (menggambarkan) dengan

melakukan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian melakukan penggambaran

27
28

tentang situasi atau kejadian. penelitian ini menghasilkan data-data berupa

informasi dari informan apa adanya dan sesuai dengan penelitian yang berkaitan

dengan peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat melalui program

budidaya ikan keramba jaring apung (KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan

Wewaria Kabupaten Ende.

C. Sumber Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi

pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data ada dua sumber data

yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data Primer

Data primer yaitu data empiris yang didapatkan peneliti dari informan

berdasarkan hasil wawancara. Jenis data yang ingin diperoleh adalah

bagaimana peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat nelayan

melalui program budidaya ikan (KJA) mengatasi angka kemiskinan nelayan

diDesa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende serta data-data lain

yang dibutuhkan untuk melengapi skripsi.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku,

dokumen/catatan, tulisan-tulisan karya ilmiah dari berbagai media, arsip-

arsip resmi yang dapat mendukung kelengkapan data primer.


29

D. Informan

Dalam penelitian kualitatif, informasi merupakan data yang diperoleh di

lokasi penelitian, dalam naskah atau sumber data. Dalam penelitian ini informasi

secara tidak acak, tetapi dengan pertimbangan dan kriteria tertentu. Untuk

kedalaman penelitian kualitatif pemilihan informan penelitian didasarkan pada

beberpa kriteria. Sebagai mana dikemukakan oleh Moleong (2005), yaitu:

1. Subyek telah lama dan intensif menyatudengan kegiatan atau aktivitas

yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti dan biasanya ditandai

dengan kemampuan memberikan informasi mengenai hal yang ditanya

peneliti.

2. Subyek masih terikat secara penuh aktif pada lingkungan atau kegiatan

yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti

3. Subyek yang mempunyai cukup waktu atau kesempatan untuk dimintai

informasi

4. Subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dikemas terlebih dahulu. Adapun yang menjadi sumber informasi dalam

penelitian ini antaralain:


30

Table 3.1 Informan Peneliti

No Nama Inisial Jabatan Keterangan

Fabinus Sandis Siaga,


1. FS Kepala Desa 1 orang
S.P

2. Samsudin Opu SO Sekdes 1 orang

Kelompok
3. Ahmad Saleh AS 1 orang
Nelayan

Kelompok
4. Abdul Kadir AK 1orang
Nelayang

5. Daniel Elias DE Masyarakat 1 orang

Jumlah 5 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif, sumber data primer adalah

penelitian yang melakukan tindakan dan anak yang menerima tindakan.

Sedangkan sekunder berupa data hasil wawancara, observasi, dokumentasi serta

triangulasi.

1. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang

sesuai dengan sifat penelitian karena mengadakan pengamatan secara

langsung atau disebut pengamatan terlibat dimana peneliti juga menjadi

instrumen atau alat dalam penelitian sehingga peneliti harus mencari data

sendiri dengan secara langsung atau mengamati dan mencari langsung ke

beberapa informan yang telah ditentukan sebagai sumber data.Metode


31

observasi ini peneliti memilih jenis observasi partisipatif adalah observasi

yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada situasi tertentu. Hal

ini agar memudahkan peneliti memperoleh data atau informasi dengan

mudah dan leluasa.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapandilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan

tersebut Moleong, (2010).Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur, yaitu wawancara dilakukan dengan mengajukan

beberapa pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan telah

disusun. Sebelumnya wawancara dilakukan peneliti terhadap orangtua anak

tentang kesulitan dalam belajar membaca dan menulis permulaan anak usia

dini.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk melengkapi data

dalam rangkaian analisis masalah penelitian. Data ini menyangkut hasil

observasi yang diamati. Data ini biasa berbentuk tulisan dan gambar atau

foto.
32

F. Teknik Analisis Data

Menurut (Sugiyono, 2013) analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara otomatis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara

terhadap informan dan juga adanya dokumentasi dilapangan tempat penelitian.

Deskripsi data yang digunakan yaitu menyusun dan mengelompokkan data

menjadi 2 (dua) sehingga bisa memberikan gambaran daya nyata. Analisis yang

dilakukan atas dasar data yang sebelumnya telah ditemukan karena mengingat

bahwa penelitian kualitatif itu menolak pra konsep sebelum ke lapangan tempat

penelitian. Adapun analisis data yang digunakan melalui 3 (tiga) tahap yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, peneliti

dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan banyak data di

lapangan, peneliti juga bisa menerapkan metode wawancara, observasi atau

berbagai dokumen yang berkaitan dengan peran pemerintah desa dalam

pemberdayaan masyarakat melalui program budi daya ikan keramba jaring

apung (KJA) di Kabupaten Ende.

2. Penyajian Data

Data yang telah direduksi sebelumnya, kemudian bisa disajikan dalam

bentuk deskripsi berdasarkan aspek-aspek yang ada dalam penelitian.

Biasanya di dalam penelitian ada banyak data yang didapatkan peneliti

tetapi tidak semua data yang didapatkan dipaparkan karena akan memakan

banyak waktu maka dari itu dapat dilakukan simpulan sehingga data yang

diperoleh bisa dijelaskan secara singkat dan jelas


33

3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam penelitian kualitatif adalah yaitu penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang telah disimpulkan

sebelumnya masih berubah kapan saja karena masih bersifat sementara akan

tetapi jika sudah ada bukti yang mendukung dan benar-benar valid dan

konsisten maka kesimpulan yang sebelumnya bisa dipercaya.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian mungkin bisa

menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi bisa

jadi juga tidak karena telah dijelaskan sebelumnya bahwa masalah dan

rumusan masalah bisa berubah dalam penelitian kualitatif ini masih bersifat

sementara dan bisa berkembang setelah peneliti sudah berada di lapangan.

G. Keabsahan Data

Salah satu cara yang paling penting dan mudah untuk menguji keabsahan

data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan triangulasi. Menurut

(Sugiyono, 2014) triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan waktu. Terdapat 3 (tiga) triangulasi menurut Sugiyono

yaitu sebagai berikut :

1. Triangulasi Sumber Data

Triangulasi sumber data yaitu untuk menguji kredibilitas terhadap data

yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber.
34

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas terhadap data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

waktu yang berbeda.

3. Traingulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data, untuk itu dalam

rangka pengujian kredibilitas data maka dapat dilakukan dengan cara

melakukan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi

yang berbeda.
35
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Desa Mukusaki Kecamatan Weweria

Kabupaten Ende

a. Sejarah Desa Mukusaki

Desa Mukusaki adalah hasil perpecahan struktur Pemerintahan dari

zaman pemerintahan kolonial Belanda dan Jepang. Swapraja yang

sekarang disebut Camat pada waktu itu berkedudukan di Wolowaru

(Swapraja Lio) serta Hamente (setingkat Desa) yang berkedudukan di

Boafeo maka desa Mukusaki adalah bagian dari Desa Boafeo yang batas

hamente Boafeo waktu itu adalah Ulu Wolo Mari Eko Dero Ria Lako

Waka.

Ketika pada zaman Orde Lama oleh pemerintah Orde Lama

tepatnya pada tahun 1963 maka struktur pemerintahan yang lama

dibubarkan atau dihapus dan diganti dengan struktur yang baru yakni

Swapraja diganti dengan kecamatan hamente diganti dengan Desa. Dari

hasil penghapusan struktur yang lama maka terbentuklah 4 (Empat) Desa

baru yakni:

1. Desa Boafeo

2. Desa Ratesuba

3. Desa Nabe

4. Desa Mukusaki

36
37

Dengan demikian terbentuklah Desa Mukusaki Bersama ketiga

Desa lainnya. Sistem Pemerintahan pada waktu itu dengan cara ditunjuk

langsung oleh pejabat tertinggi Daerah untuk menjadi Kepala Desa.

Adapun wilayah hukum Mukusaki terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu

Dusun Mukusaki,Dusun Elamelo dan Dusun Watubara dengan 12 RT dan

6 RW. Adapun batas-batas Wilayah Desa Mukusaki sebagai Berikut :

Tabel 4.1 batas wilayah desa Mukusaki

Batas Desa Kecamatan


Laut Flores Wewaria
Utara
Kelitembu Wewaria
Selatan
Desa Ekoae Wewaria
Timur
Desa Kobaleba Maukaro
Barat

Gambar 4.1. Peta Desa Mukusaki


38

b. Administrasi Desa

Pusat Pemerintahan Desa Mukusaki terletak di Dusun Mukusaki

dan untuk menuju kantor Desa Mukusaki secara administratif Desa

Mukusaki terbagi atas 3 (tigaa) Dusun Yaitu:

1. Dusun Mukusaki terdiri dari 2 RW dan 4 RT

2. Dusun Elamelo terdiri dari 2 RW dan 4 RT

3. Dusun Watubara terdiri dari 2 RW dan 4 RT

Setiap dusun dipimpin oleh seorang kepala Dusun dibantu oleh

ketua RW dan ketua RT. Sistem Pemerintahan yakni, Camat sebagai

penyelenggara tugas umum pemerintahan Desa dan kepala Desa pada

dasarnya bertanggungjawab kepada masyarakat Desa dan prosedur

pertanggungjawaban disampaikan ke Bupati melalui Camat.

Kemudian kepala Desa bersama dengan BPD wajib memberikan

keterangan laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat

c. Topografi Desa

Desa mukusaki memiliki topografi dataran rendah dengan

kerendahan ketinggian 0-1000 meter diatas permukaan laut

(mdpl)dengan bentuk permukaan lahan relatif datar, bergelombang

hingga perbukitan.kondisi fisik geografis terdiri dari dataran

rendah,berbukit dan sebagian merupakan areal pertanian ,perkebunan

dan perternakan . Sedangkan Iklim Desa Mukusaki memiliki iklim

tropis dengan rata-rata mencapai 32 c dimana hampir sama secara

geografis dengan daerah lainnya yang ada di KabupatenEnde yakni


39

memiliki 2 tipe musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Musim hujan di wilayah ini terjadi pada bulan Desember sampai

dengan masih sering terjadi hujan ,sehinnga terkadang musim di

daerah ini tidak bisa dipastikan ,ini merupakan fenomena alam yang

tidak bisa diprediksi.

d. Kelompok Nelayan

Kelompok nelayan sangat sangat berperan penting dalam

peningkatan pendapatan ekonomi , dimana ia tumbuh dan besar akan

menjadi bagian daripada lingkungannya karena telah dipengaruhi dan

mengambil sifat – sifat yang ada di sekitarnya. Adapun kelompok -

kelompok nelayan yang ada di Desa Mukusaki kecamatan Wewaria

Kabupaten Ende. Yang terdiri dari 2 kelompok 1 . tombo-tombo 2.

kerapu

Tabel 4.2 Kelompok Nelayan di Desa Mukusaki

Kelompok Nelayan Ketua Kelompok


Abdul Kadir
Tombo - tombo
Ahmad Saleh
Kerapu

.
40

2. Sumber Mata Pencaharian Pokok Desa Mukusaki

Sejarah nelayan keramba jaring Apung sudah berdiri sejak 2010. di desa

mukusaki sudah merupakan wilayah pesisir ,wilayah pesisir mayoritas dihuni

oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan .nelayan merupaka

suatu kelompok yang kehidupannya mereka tergantung langsung pada hasil laut,

baik itu dengan cara melekukan penangkapan atau pun budidaya, masyarakat

nelayan di desa mukusaki mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah

pemukiman yang dekat wilayah lokasi kegiatannya (laut). Sehingga masyarakat

yang berada di pinggir pantai mayoritas adalah masyarakat yang mata

pencahariannya tergantung dari laut.

Wilayah Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende memiliki

luas laut yang sangat besar, namun masyarakat nelayan yang kurang mampu

karena rendahnya tingkat pendapatan nelayan disebabkan berbagai faktor, seperti

kekurangan modal untuk mengembangkan usaha, menurunnya daya dukung

lingkungan yang membuat hasil tangkapan berkurang, rendahnya kualitas sumber

daya manusia, rendahnya mutu produk dan sebagainya .

Adapun kesadaran dari masyarakat untuk membentuk kelompok nelayan

karena melihat masyarakat yang menggunakan alat seadanya seperti mesin yang

tidak layak digunakan dan jaring apung Letak geografis juga merupakan faktor

adanya organisasi kelompok nelayan Kabupaten ende kecamatan wewaria desa

mukusaki. Karena kelompok nelayan merupakan lembaga nelayan. Pemerintah

desa mukusaki melihat bahwa Kabupaten Ende ini sangat berpotensi dengan luas
41

lautnya sehingga butuh untuk mengolah wilayah tersebut dengan baik maka

pemerintah desa mukusaki membangun untuk melakukan program untuk

meningkatkan kesejahteraan nelayan berupa programprogram Keramba Jaring

Apung (KJA) kepada nelayan- nelayan karena sebagian dari masyarakat nelayan

minim sekali terhadap barang yang digunakan oleh masyarakat nelayan,

pemerintah desa mukusaki juga melihat bahwa nelayan butuh pengawasan dan

bimbingan untuk menciptakan masyarakat nelayan yang sejahtera. Selain itu juga,

adanya organisasi kelompok nelayan di Kabupaten ende merupakan perpanjangan

tangan dari Pemerintah untuk memudahkan Pemerintah mengkordinir masyarakat

nelayan yang ada di Kabupaten Ende, flores timur. Dimana pemerintah

mempunyai sikap dasar bahwa penanggung jawab pembangunan kemaslahatan

nelayan adalah Pemerintah yang dibantu oleh organisasi kelompok nelayan yang

ada di Desa Mukusaki.

Sebagai wadah perhimpunan nelayan, pemerintah desa mukusaki sepakat

dan berkomitmen bahwa sudah waktunya masyarakat nelayan diberi otoritas

untuk mengolah laut. Karena masyarakat nelayan punya modal sosial untuk itu.

Oleh sebab itu, ini menjadi agenda terpenting, dan kelompok nelayan akan terus

mendorong Pemerintah desa dalam hal ini Departemen Keluatan & Perikanan

agar memberikan ruang fasilitas yang memadai seperti perahu mesin ketinting dan

juga jarring apung yang tepat guna untuk memudahkan dan peningkatan sumber

daya manusia , serta keberpihakan hukum agar nelayan menjadi aktor yang

berdaya.
42

Tabel 4.3 Pendapatan hasil Nelayan Pada Tahun 2022

N Penangkapa Pendapatan Perbulan Pendapatan Hasil


o n Nelayang November Desember Kg Rp
1. 2 ekor ikan 2 Kg Rp.960.000
2. 2 ekor ikan 2 Kg Rp.960.000
3. 1 ekor ikan 1 Kg Rp.480.000
30 ekor 35 ekor
4. 3 ekor ikan 3 Kg Rp.1.440.000
ikan ikan
5. 1 ekor ikan 1 Kg Rp.480.000
6. 1 ekor ikan 1 Kg Rp.480.000
7. 2 ekor ikan 2 Kg Rp.960.000
Jumlah Rp.5.760.000

Bisa kita lihat dari tabel di atas pendapatan nelayan itu merupakan

penghasilan 2 bulan yang berbeda,dan juga pendapatan nelayan perbulan

tidak menentu.maka dari itu adanya keramba sangat membantu

dalamperekonomian masyarakat nelayan yang ada di Desa Mukusaki

Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende.

Table 4.4 Pekerja Utama Penduduk Desa Mukusaki

No Jenis Pekerjaan Laki-laki perempuan

1 Nelayan 294 orang 1 orang

2 Petani 224 orang 390 orang

3 Buruh Tani - -

4 Pegawai Negeri Sipil 11 orang 11 orang

5 Pedagang Keliling - -

6 Peternak - -

7 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 3 orang 1 orang

8 Pengusaha Kecil dan Menegah - -


43

9 Dukun Kampung Terlati - -

10 Belum Bekerja 234 orang 403 orang

Jumlah 766 orang 806 orang

Secara umum kondisi ekonomi Desa Mukusaki lebih banyak

ditunjang oleh sektor perikanan dan kelautan, dan selebihnya Bersumber

di luar Desa . dan secara umum masyarakat Desa Mukusaki bermata

pencaharian sebagai berikut berdasarkan hasil penjajakan pekerja utama

penduduk Desa Mukusaki .

Khusus untuk potensi sumber daya alam ada beberapa hal yang

sangat mendukung pendapatan masyarakat yakni Perikanan dan kelautan

tangkapan hasil ikan yang dibudidayakan di desa Mukusaki adalah jenis-

jenis ikan diantaranya ikan kerampu,kerapu macan,kerapu sunu ,kerapu

tikus,kerapu hitam,hal ini terkait dengan kondisi laut yang sangat

produktif.

Tabel 4.5 Potensi Sumber Daya manusia Jumlah dan kepadatan

Penduduk Pada Tahun 2020

Jumlah Laki – laki 766 Orang

Jumlah Perempuan 806 Orang

Jumlah total 1.572 Jiwa

Jumlah Kepala Keluarga 390 kk

Kepadatan Penduduk 1.238 Per km


44

Penduduk merupakan bagian terpenting dalam suatu wilayah untuk

diperhatikan mengingat sebagai modal dasar dalam sebuah

pembanggunan,terutama penduduk yang ada di Desa Mukusaki yang

menjadi penentu arah masa depan sebuah daerah

Berdasarkan table diatas jumlah kepadan penduduk Desa Mukusaki

mengalami peningkatan dari tahun 2018 dengan jumlah penduduk dapat

kita lihat table dibawah ini.

Table 4.6 Jumlah Penduduk Pada Tahun 2018

Jumlah Laki – laki 563 Orang

Jumlah Perempuan 643 Orang

Jumlah Total 1.206 Jiwa

Jumlah Kepala Keluarga 330 kk

3. Profil Pemerintahan Desa Mukusaki

Desa Mukusaki terdiri dari 3 (Tiga) dusun, masing-masing kepala

dusun di rekomendasikan oleh warga yang berada di dusun tersebut dan

pengangkatannya ditentukan oleh kepala desa dengan masa jabatan 6 tahun.

Kepala desa sebagai kepala pemerintahan di Desa Mukusaki dalam

menjalankan pemerintahan dibantu oleh seorang sekretaris dan dua kepala

urusan dan dua sekretaris pembantu


45

Adapun kepala-kepala urusan tersebut, adalah ::

1. Kepala Urusan Keuangan

2. Kepala Urusan Umum

3. Sekretaris Pembangunan

4. Sekretaris Pemerintahan

Dalam pemerintahan terdapat berbagai tugas pokok dalam setiap

bidang masing-masing. .Adapun rincian tugas pokok/program kerja

desa Mukusaki antara lain sebagai berikut

Kepala Desa, yaitu:

a. Melaksanakan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan urusan

rumah tanggasen diri.

b. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam wilayah desa

c. Melaksanakan tugas pemerintah daerah.

d. Melaksanakan tugas dalam rangka pembinaan ketentraman

dan ketertiban masyarakat desa.

e. Melaksanakan koordinasi jalannya pemerintahan ,pembangunan dan

pembinaan kehidupan masyarakat di desa.

f. Membagi tugas pada bawahan sesuai tugasnya dan member petunjuk

pada bawahan secara lisan maupun melalui rapat staf dalam rangka

pembinaan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan.

g. Mengawasi tanah perkuburan agar tidak diam bila oleh pihak lain
46

h. Membuat laporan mutasi tanah di wilayah desa.

i. Melaksanakan pemungutan pajak bumi dan bangunan guna

menunjang pembangunan didaerah.

j. Mengawasi pemungutan PBB oleh petugas pemungut guna

tercapainya Target penerimaan PBB


47

k. Menggali dan memelihara sumber-sumber pendapatan dan kekayaan

desa.

l. Bertanggung jawab atas jalannya penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat di desa.

Sekretaris desa, yaitu::

a. Membantu kepala desa dalam melaksanakan tugasnya.

b. Memberikan pelaksanaan administrasi secara teknis disusun

organisasi pemerintah desa.

c. Menjalankan administrasi pemerintah, pembangunan dan

kemasyarakatan di desa serta memberikan pelayanan administrasi

kepada kepala desa

d. Melaksanakan urusan surat-menyurat ,kearsipan dan laporan.

e. Melaksanakan urusan keuangan

f. Melaporkan situasi keamanan dan ketertiban penduduk dari semua urusan

yang ada di wilayah kepala desa.

Bidang Pemerintahan, Yaitu:

a. Koordinasi dan melaksanakan pengendalian dalam rangka

penanggulangan bencana alam.

b. Memberikan pelayanan kepada masyarakat.

c. Melaksanakan pembinaan kegiatan pembinaan kesejahteraan keluarga

(PKK).
48

d. Membantu,membina dan menyiapkan bahan-bahan dalam rangka

musyawarah lembagaketahanan masyarakatdesa.

e. Penguatan sistemkeamanan lingkungan

f. Pembangunan danpemeliharaan poskeamanan lingkungan

g. Peningkatan kemampuan satuan pertahanan sipil/hansipdan satuan

perlindungan masyarakat/linmasdidesadankelurahan.

h. Penegakanketentraman danketertibanmasyarakat.

i. Penggerakan partisipasi masyarakat dalam membangun desa dan

kelurahan secara gotongroyong dan swadaya.

Bidang pembangunan, yaitu:

a. Menyiapkan bahan penyusunan program kebijakan penyelenggaraan

dusun hidup didesa Mukusaki

b. Menyiapkan bahan penyelenggaraan pembinaan dan perekonomian

dan pembangunan desa Mukusaki

c. Menyiapkan bahan penyusunan program dan pembinaan

pelayanan dan bantuan social kependudukan, pemberdayaan

perempuan, pemuda dan olahraga, pendidikan, kebudayaan

,keagamaan dan kesehatan masyarakatdi desa Mukusaki.


49

Bidang Umum, yaitu:

a. Menyiapkan bahan pembinaan, penyelenggaraan dan ketertiban

umum guna menegakkan peraturan perundang-undangan di desa

Mukusaki

b. Menyiapkan bahan pembinaan kependudukan, keluarga berencana,

bahan bumi dan bangunan, catatan sipil dan bencana alam.

c. Menyiapkan bahan pembinaan, kesatuan bangsa, organisasi politik,

organisasi kemasyarakatan dan lembaga-lembaga lain di desa

Mukusaki.

d. Monitoring dan evaluasi kegiatan-kegiatan.

e. Menyusun rencana tehnis sesuai bidang tugas masing-masing.

f. Melakukan perumusan kebijakan tehnis, pelaksanaan dan

pengendalian, pemberi pembinaan dan penerimaan sesuai tugasnya

serta pelaksanaan tugas pokok sesuai dengan kebijakan yang telah

ditetapkan oleh kepala desa.

Bidang Keuangan, yaitu:

a. Menyapkan dana pembinaan, dalam penyelengaraan program

kegiatan desa Mukusaki.


50

b. Menyiapkan dana kegiatan penyusunan program dan bantuan sosial

kepedudukan desa Mukusaki Menyiapkan dana penyelenggaraan

pembinaan perekonomian dan pembangunan desa Mukusaki.

c. Menyiapkan dana untuk penguatan sistem keamanan lingkungan.

d. Melaksanakan urusan keuangan.

e. Mengevaluasi rincian dana yang telah dianggarkan untuk kegiatan

tertentu.

f. Melaporkan rincian dana keuangan yang telah dianggarkan pada

wilayah desa Mukusaki.

Adapun struktur pemerintahan desa Mukusaki dapat dilihat pada bagan

berikut.

Gambar 4.2 Struktur Organisasi


51

4. Visi dan Misi


Visi

Terbangunnya tata kelola pemerintah desa yang

bercahaya ( bersih, cerdas, sehat, sejahtera, dan berbudaya)

guna mewujudkan desa Mukusaki yang adil makmur

bermartabat dan religious.

Misi

1. Menyelenggarakan pemerintahan desa yang bersih,

demokratis dan terbatas dari korupsi, kolusi dan

nepotisme serta bentuk-bentuk penyelewengan lainnya.

2. Menyelenggarakan pemerintahan yang melayani dan

mengayomi masyarakat.

3. Mengembangkan perekonomian masyarakat melalui

pemanfaatan potensi desa.

4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakt untuk mencapai

taraf kehidupan yang lebih baikdan berpendidikan.

5. Membanggun mental spiritual bagi seluruh birokrasi dan

masyrakat untuk mewujudkan desa mukusaki yang

religious dan bermartabat melalui peningkatan mutu

lembaga pendidikan dan keamanan yang ada.


52

5.Profil Nelayan Desa Mukusaki

Masyarakat nelayan yang ada di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria

Kabupaten Ende sudah ada sejak dulu kala masyarakat nelayan mereka

menangkap ikan dengan alat seadanya seperti pancing ,sapan dan mesin katinting

mereka sering terjadi kemacetan di laut jadi apa bila mesinnya bermasalah mereka

menggunakan dayung yang terbuat dari kayu kita bisa meraskan betapa sulitnya

nelayan yang di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende.jadi ada

inisiatifsendiri untuk membentuk kelompok-kelompok nelayan.

Dan adapun program yang dibuat oleh pemerintah desa mukusaki yaitu

program keramba jaring apung (KJA) pemerintah membuat program ini karna

melihat potensi laut yang sangat produktif.

Table 4.7 Pemberdayaan

No . Masalah nelayan Faktor- faktor masalah Konsep pemberdayaan

1. Masih kurang dalam akses Faktor ekonomi Akses permodalan

permodalan

2. Masih rendah dalam Faktor sosial Sosialisasi dan

pembudidayaan ikan penyuluhan

3. Pencurian ikan Faktor perilaku Latihan dan

keterampilan

4. Perubahan cuaca Faktor iklim Akses peralatan dan

perlengkapan
53

6. Bantuan Sampan/Perahu Dan Mesin Katinting Kepada Masyarakat


Nelayan Di Desa Mukusaki

Program berupa bantuan sampan/perahu mesin katinting kepada

masyarakat nelayan di desa mukusaki kecamatan wewaria Kabupaten Ende,

merupakan bantuan dari Pemerintah untuk memperbaiki kondisi nelayan yang

makin terpuruk diakibatkan harga bakar minyak yang makin meningkat dalam

setahun.Sehingga membuat para nelayan tradisional tidak mempunyai modal

untuk memperbaiki kapal mereka yang rusak apalagi mau membeli yang baru.

Problem ini menjadi permasalahan yang terjadi dikalangan masyarakat nelayan

yang membuat Kelompok nelayan Kabupaten ende prihatin dan mengambil

langkah kelompok nelayan Kabupaten Ende mengajukan proposal ke pemerintah

desa. Kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah Desa Mukusaki yang

menyerahkan bantuan sejumlah sampan/perahu katinting bagi kelompok nelayan

di Bagan Ende yang merupakan bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Ende.

Jenis perahu/sampan dan katinting yang diberikan kepada masyarakat nelayan

ende yang menerima bantuan dari Pemerintah ende yaitu berupa sampan/perahu

beserta mesinnya. Setiap tahun pemerintah menjalankan program pemberian 8-10

unit sampan/perahu mesin kepada kelompok nelayan di daerah tersebut dimana

setiap kelompok terdiri 7-8 orang nelayan.Mesin. Kriteria penerima bantuan

antara lain:

1. Warga Negara Indonesia (berdomisili Kabupaten Ende).

2. Nelayan wajib tergabung kedalam kelompok nelayan.

3. Belum pernah mendapat bantuan dari Dinas Perikanan & Kelautan/Pemerintah.


54

4. Memiliki kartu nelayan.

5. Tidak memiliki sampan/perahu.

Tujuan dari pemberian bantuan sampan/perahu mesin ini antara lain:

1. Untuk meningkatkan kapasitas usaha nelayan.

2. Meningkatkan jumlah sampan/perahu mesin yang berkualitas.

3. Meningkatkan produktivitas usaha penangkapan ikan.

4. Meningkatkan mutu hasil tangkapan.

5. Dan meningkatkan pendapatan nelayan.

B. Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan

Melalui Program Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA) Di Desa

Mukusaki

Setiap manusia dalam kehidupannya masing-masing memiliki peran dan

fungsi dalam menjalankan kehidupan. Dalam melaksanakan perannya, setiap

manusia memiliki earn atau sikap yang berbeda-beda hal ini dipengaruhi

oleh latar belakang kehidupan sosialnya. Peran merupakan aspek yang dinamis

dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia telah menjalankan suatu

peran.

Peranan merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atas

sekelompok orang dalam suatu peristiwa, dalam hal ini peran pemerintah

dalam melaksanakan fungsi dan tujuannya dalam pelayanan, pembangunan,

pemberdayaan, dan pengaturan masyarakat. Dapat dijelaskan kembali bahwa

peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan apabila seseorang


55

melaksanakan hak-hak serta kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka

iatelah melakukan sebuah peranan. Tujuan fundamental dari pemerintahan

adalah pemeliharaan keamanan dan keteraturan agar individu-individu dapat

menemukan kebahagiaan. Peran pemerintah dalam menciptakan keamanan dasar

hingga perhatian dalam urusan keagamaan dan kepercayaan serta mengontrol

ekonomi dan menjamin keamanan kehidupan sosial.

Tanggung jawab pemerintahan di daerah dalam rangka

memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat semakin kompleks,

dimana selain bertanggungjawab memberikan pelayanan dan pembangunan

Pemerintah daerah juga harus aktif untuk melaksanakan pemberdayaan

masyarakat. Pemeberdayaan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam berbagai aspek terutama aspek ekonomi, sehingga

diharapkan mampu menciptakan masyarakat secara mandiri.

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau

keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu

yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan

menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai dalam sebuah perubahan

sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan dan mempunyai

pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang

bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial dan mandiri dalam melaksanakan

tugas-tugas kehidupannya.
56

1. Peran Pemerintah Desa Dalam Program Budidaya Ikan Keramba

Jaring Apung (KJA) Di Desa Mukusaki Kecamatan Weweria

Kabupaten Ende

a. Keberlanjutan

keberlanjutan adalah daya tahan suatu sistem dan proses.

Prinsip pengorganisasian keberlanjutan merupakan suatu

pembangunan berkelanjutan, yang mencakup empat ranah yang

saling terhubung, yaitu ekologi, ekonomi, politik dan budaya. Ilmu

keberlanjutan merupakan kajian tentang pembangunan berkelanjutan

dan ilmu lingkungan.

Istilah keberlanjutan dapat didefinisikan sebagai proses sosio-

ekologis yang ditandai dengan pencapaian cita-cita yang sama. Cita-

cita menurut definisinya tak terjangkau dalam ruang dan waktu

tertentu. Namun, dengan terus-menerus, juga dengan pendekatan

yang dinamis, proses tersebut menghasilkan sistem berkelanjutan.

Pemerintah daerah Kabupaten Ende utamanya di desa

Mukusaki harus mampu memberikan solusi atau jalan keluar dari

permasalahan yang dihadapi oleh para nelayan saat ini. Terutama

harus ada peraturan daerah yang mengatur tentang pemberdayaan

masyarakat nelayan mengingat bahwa ikan merupakan salah

satu komoditas ekspor terbesar di kabupaten Ende. Peraturan yang

dibuat pemerintah harus memihak kepada masyarakat. Tapi untuk

saat ini masih belum ada peraturan yang dikeluarkan oleh


57

Pemerintah Kabupaten Ende mengenai pemberdayaan masyarakat

nelayan, hanya berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 50

Tahun 2015 tentang Pemberdayaan

Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan Kecil serta Undang-

Undang No.7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan

Nelayan, Pembudidaya Ikan. Berikut kutipan wawancara dengan

Fabianus Sandis siga, S.p selaku kepala Desa Mukusaki yang

mengemukakan bahwa:

"Untuk saat ini tidak ada peraturan daerah (perda) khusus yang
mengatur pemberdayaan masyarakat nelayan di Kabupaten
Ende. Kami hanya mengacu pada Undang-Undang No. 7 tahun
2016 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi
Daya Ikan.”
Berdasarkan wawancara dengan informan Fabianus Sandis

siga, S.p yang mengatakan bahwa tidak ada peraturan daerah yang

mengatur tentang pemberdayaan masyarakat nelayan di desa

Mukusaki. Pemerintah Daerah kabupaten Ende hanya mengacu

pada Undang-Undang No. 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Privinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembar Negara Nomor 82 dan

Tambahan Lembar Negara Nomor 4737), peran pemerintah di

daerah dilakukan oleh daerah yang diberikan hak otonomi daerah,

untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah.


58

Fungsi pemerintah dalam kaitannya dengan pemberdayaan

yaitu mengarahkan masyarakat kemandirian dan pembangunan demi

terciptanya kemakmuran, tidak serta merta dibebankan oleh

masyarakat. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya setiap

instansi terkait memiliki tanggungjawab terhadap peraturan atau

kebijakan baik itu yang dibuat oleh wewenang yang lebih tinggi

maupun kebijakan yang dibuat oleh ruang lingkup pemerintahan

daerah itu sendiri. Di Kabupaten Ende tentunya memiliki peranan

yang cukup besar dalam pemberdayaan masyarakat nelayan, oleh

karena itu dalam menjalankan tugas sebagai pelaksana dari

Undang-undang yang telah dibuat harus sesuai dengan apa yang

tercantum didalamnya. Seperti yang diungkapkan oleh Fabianus

Sandis Siga S.p selaku kepala desa yang menyatakan bahwa:

"Yang menjadi acuan kami selaku penanggungjawab terhadap


pemberdayaan nelayan yang ada di kabupaten Ende khususnya yang
ada di desa M u k u s a k i yaitu Undang-Undang No. 7 Tahun 2016
tentang perlindungan dan pemberdayaan masyarakat nelayan,
pembudi daya ikan. Ini adalah peraturan yang baru dikeluarkan
setahun lalu untuk menyempurnakan aturan yang sebelumnya.”

b. Transparansi dan Akuntabilitas

Transparansi dan akuntabilitas memiliki keterkaitan satu sama

lain. Transparansi menunjuk pada kebebasan memperoleh informasi.

Akuntabilitas menyangkut pertanggungjawaban ke-pada publik atas


59

setiap aktivitas yang dilakukan. Senada dengan pengertian dari

United Nation Development Program (UNDP), transparansi adalah

sistem informasi yang dikembangkan sehingga memungkinkan

masyarakat dapat meng-akses berbagai informasi mengenai

pelayanan publik. Sedangkan akun-tabilitas adalah standard dan

prosedur yang digunakan oleh pemerintah untuk mempertanggungja

waban tindakannya kepada pemilik mandat atau rakyat. Dalam

konteks ini, kalau suatu subyek telah transparan, maka hal itu perlu

dipertanggungjawaban dengan baik sehingga diperoleh suatu

kejelasan dan tidak kegaruan.

Berdasarkan hasil penelitan di lapangan menunjukkan

bahwa peran pemerintah sebagai regulator adalah menyiapkan

arah untuk menyeimbangakn penyelengaraan pembangunan

melalui penerbitan peraturan-peraturan . sebagai regulator

pemerintah memberikan acuan dasar kepada masyarakat

sebagai instrumen untuk mengatur segala kegiatan

pelaksanaan pemberdayaan. bahwa Pendekatan pemberdayaan

masyarakat dalam perkembangan masyarakat adalah penekanan

pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu

sistim yang mengorganisir diri mereka sendiri. pendekatan

pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya

diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan


60

sebagai objek, tetapi sebagai pelaku atau aktor yang

menentukan hidup mereka sendiri.

Ende merupakan sebagai salah satu Kabupaten yang kaya akan

ikan sehingga menjadikan Kabupaten Ende sebagai salah satu

produsen penghasil ikan yang baik di Provinsi N u s a T e n g g a r a

T i m u r . Walaupun menjadi penghasil ikan terbanyak di provinsi ini,

namun potensinya belum dapat dimanfaatkan secara optimal di

sebabkan oleh kurangnya produktivitas nelayan dalam peningkatan

mutu dan kualitas perikanan. Oleh karena Pemerintah Kabupaten

Ende khususnya pada desa Mukusaki memiliki peranan penting

dalam meningkatkan produktifitas nelayan. Berikut wawancara

kutipan wawancara dengan Samsudin Opu, selaku sekretasi desa

yang mengatakan bahwa:

"Peningkatan produktivitas masyarakat nelayan sangat penting


dalam rangka untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk
hasil laut karena sebagian besar nelayan masih menggunakan tehnik
tradisional serta peralatan yang kurang efisien".
Berdasarkan hasil wawaneara terhadap informan di

atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa masih banyak

nelayan di Kabupaten Ende Khususnya di Desa Mukusaki yang

menggunakan tehnik dan alat tangkap ikan yang sifatnya masih

tradisional sehingga kurang efisien.

Hal senada juga diungkapkan oleh Samsudin Opu,

selaku sekretaris desa yang mengatakan Bahwa:


61

"Saat ini sebagian besar nelayan di desa Mukusaki masih


menangkap ikan seeara tradisional tanpa bantuan teknologi.
Mereka pergi menangkap ikan tanpa mengetahui lokasi mana
yang menjadi tempat terbaik dengan memiliki banyak ikan,
sehingga mereka hams berkeliling di laut dan menghabiskan
banyak bahan bakar. Sementara jika mereka menangkap ikan
dari Rumpon pun mereka juga masih tidak mengetahui
rumpon mana yang memiliki banyak ikan".
Berdasarkan hasil wawaneara dengan informan

diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa perlu

adanya bantuan teknologi khusus untuk para nelayan sehingga

mereka tidak lagi menggunakan alat tradisional untuk

menangkap ikan, mengingatearn ini tidak efektif dan efesien

untuk para nelayan

c. Keadilan

(Robbins and Judge, 2008) mengatakan bahwa teori keadilan

(equity theory) adalah ketika karyawan merasa puas dengan keadilan

yang dirasakannya maka karyawan akan tetap setia pada organisasi.

Intisari dari teori keadilan ini adalah bahwa apabila seorang

karyawan mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya

tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi yaitu seorang akan

berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar atau mengurangi

intensitas usaha yang dibuat dalam pelaksanaan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya (Siagian, 2013).

Teori keadilan menjelaskan bahwa kepuasan seseorang

tergantung apakah ia merasakan ada keadilan (equity) atau tidak adil

(unequity) atas suatu situasi yang dialaminya. Teori ini merupakan


62

variasi dari perbandingan sosial. Menurut teori ini, seseorang akan

membandingkan rasio input hasil dirinya dengan rasio hasil input

orang bandingan. Jika perbandingan itu dianggapnya cukup adil,

maka ia akan merasa puas. Namun jika perbandingan itu tidak

seimbang dan justru merugikan (kompensasi kurang), akan

menimbulkan ketidakpuasan dan menjadi motif tindakan bagi

seseorang untuk menegakkan keadilan.

Lembaga sosial atau yang juga sering disebut sebagai

lembaga kemasyarakatan adalah kelompok sosial yang terbentuk

dari nilai , norma, adat istiadat, kepribadian dan unsur lain yang

berkembang di dalam suatu lingkungan masyarakat. Terbentuknya

lembaga sosial berawal dari keinginan dan kebutuhan masyarakat

akan keteraturan dalam menjalani kehidupan bersama, oleh karena

itu salah satu fungsi lembaga sosial adalah untuk mengatur tata cara

menjalin hubungan antar manusia. Pentingnya kelembagaan yang

ditaati oleh anggota komunitas nelayan, sehingga kepentingan dan

tujuan yang telah disepakati bersama dapat dilaksanakan dengan

baik serta kapasitas lembaga atau organisasi yang memperlihatkan

masyarakat untuk bekerja sama dalam memobilisasi sumber-sumber

daya yang tersedia guna menyelesaikan masalah-masalah dalam

komunitas nelayan.

Melalui kelembagaan inilah perlu diperkuat, dibimbing dan

didampingi agar kelembagaan kelompok nantinya dapat mandiri baik


63

dalam menjalankan usahanya, ataupun dalam mengatasi kesulitan

akses permodalan maupun pemasaran. Berikut nelayan dapat

mengembangkan dirinya, memudahkan kelompok untuk

mendapatkan akses permodalan dan pasar. Kelembagaan

kelompok adalah daftar kelompok nelayan penangkap ikan dan

kelompok nelayan pengelola ikan.

Di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende

terns berupaya menggenjot peningkatan hidupa para pelaku

perikanan dalam hal ini nelayan yang berada dipesisir desa

Mukusaki, sebagai salah satu upaya pemerintah dalam peningkatan

kesejahteraan nelayan dengan memberikan bimbingan teknis

(BIMTEK). Senada dengan pendapat diatas hasil wawancara dengan

masyarakat desa Mukusaki Ahmad Saleh selaku ketua kelompok

nelayan yang mengatakan bahwa

"kami didesa Mukusaki nelayan mendapatkan bimbingan dari


penyuluh , kami didampingi dan dibimbing bagaimana caranya
membudidayakan ikan dan kami masyarakat merasa pemerintah
telah melakukan perannya, namun bimbingan ini terkadang tidak
efektif karena hanya di hadiri oleh bebrapa nelayan saja karena
sosialisasinya kurang".

Dari hasil wawancara informan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa di Desa Mukusaki kecamatan Wewaria Kabupaten Ende telah

menjalankan perannya dlam melakukan bimbingan kepada nelayan

di desa Mukusaki kabupaten Ende dengan melakukan BIMTEK dan

penyuluhan kepada masyarakat nelayan meski belum sepenuhnya

berjalan dengan efektif karena kurangnya sosialasisai yang


64

dilakukan namun masyarakat sangat merasakan manfaat yang

diperoleh dengan adanya bimbingan yang dilakukan masyarakat

mengalami kemajuan dalam pembudidayaan ikan dan lainnya.

Sejalan Dengan di atas Wawancara Dengan Abdul Kadir

selaku salah satu anggota Kelompok Nelayan yang mengatakan

bahwa:

“kami mendapatkan pelatihan dan bimbingan bagiman acara


mengelolah hasil perikanan dan bagaimana memanfaatkan hasil
perikanan dan juga meningkatkan pendapatan hasil perikanan,
masyarakat merasa senang dengan adanya pendampingan dan
pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah”.

Kegiatan tersebut untuk meningkatkan kemampuan dan

keahlian masyarakat nelayan yang sudah menjadi tanggung jawab

pemerintah sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat nelayan.

Kegiatan tersebut memberikan manfaat yang sangat besar bagi

nelayan di pesisir pantai dalam upaya menekan biaya operasioanal

penangkapan ikan dan meningkatkan hasil pendapatan nelayan

yang telah diberi bimbingan dan pelatihan.

Pemerintah daerah juga terkendala dalam melaksanakan

program-programnya. Seperti yang diutarnkan oleh seorang informan

setempat Daniel Elias selaku masyarakat desa yang mengatakan

bahwa:

"Penyuluhan sudah dilakukan sejak lama dengan mengundang


beberapa perwakilan nelayan untuk hadir ataupun mengunjungi
kelompok-kelompok nelayan, tetapi masih terkendala dengan
partisipasi masyarakat yang kurang berminat dalam kegiatan
penyuluhan, selain itu tim penyuluh datang disaat nelayan sendiri
65

yang meminta pertolongan agar didampingi. Jadi belum ada


penjadwalan rutinitas dalam penyuluhan dimasyarakat”.
Berdasarkan wawancara di atas dan penelitia di lapangan

menunjukkan bahwa pada dasamya pemberian penyuluhan kepada

masyarakat itu sudah dilakukan dengan dua earn yaitu dengan

mengundang masyarakat nelayan ke posko penyuluhan dan yang

kedua adalah tim penyuluh yang mengunjungi kelompok nelayan,

hanya saja masih banyak masyarakat nelayan yang kurang

partisipasinya untuk menghadiri penyuluhan ini.

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Peran Pemerintah Desa Dalam

Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Program Budidaya Ikan

Keramba Jaring Apung (Kja) Di Desa Mukusaki Kecamatan Weweria

Kabupaten Ende

Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Pemerintah Desa

Dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Program Budidaya Ikan

Keramba Jaring Apung (KJA) Di Desa Mukusaki Kecamatan Weweria Kabupaten

Ende, maka dapat dilihat dari segala hal yang mendukung dan mendorong

terjadinya peran Pemerintah Desa dalam pemberdayaan masyarakat nelayan,

sementara faktor penghambat dilihat dari berbagai kendala yang ditemukan dalam

Proses peran Pemerintah Desa dalam pemberdsyaan masyarakat nelayan untuk

penjelasan lebih lanjut.

1. Pendukung

Faktor Pendukung yakni semua faktor yang sifatnya turut mendorong,

menyokong, melancarkan, menunjang, membantu, mempercepat dan


66

sebagainya terjadinya segala sesuatu dan untuk memperoleh gambaran

tentang hal-hal yang mendukung atau mendorong terjadinya peran

pemerintah desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui

Program Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA), maka kami

melakukan wawancara informan Ahmad Saleh selaku Ketua kelompok

nelayan yang mengemukakan bahwa:

"Dalam rangka pemberdayaan bagi nelayan kami selalu memberikan


usaha yang terbaik agar para nelayan mendapatkan pengetahuan yang lebih
dalam mengelolah hasil perikanan dan tentunya kami menyesuaikan
dengan kompetensi dan kelahian yang dimiliki para nelayan pelatihan
ini berguna sebagai penunjang sekaligus sebagai pemberdayaan agar
earn pengelolaan, dan penanganan ikan secara tepat baik itu pra
maupun pasca penangkapan selain itu kami juga memfasilitas mereka
dengan memberikan bantuan berupa jaring, kapal dan alat tangkap ikan
lainnya yang mereka butuhkan".
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa salah satu

pendukung adalah adanya dukungan dari masyarakat karena tanpa

masyarakat pemerintah desa juga tidak akan dapat mendeteksi atau

mengetahui kendala-kendala yang dialami oleh kelompok nelayan.

Peneliti juga mewawancarai Fabianus Sandis Siga selaku Kepala Desa

mengemukakan bahwa:

“Kami selaku Pemerintah Desa mendukung penuh Keramba Jaring Apung


(KJA) apapun yang mereka butuhkan kita bantu, untuk keberhasilan
masyarakat desa Mukusaki dengan itu sangat perlu kerjasama tim yang baik.
baik dalam turun lapangan mensosialisasikan program-program yang
direncanakan”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kerja

sama dalam melakukan sesuatu itu sangatlah penting karena tanpa adanya

kerjasama yang baik tidak mudah untuk menyelesaikan masalah.


67

Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas dapat disimpulkan

bahwa terjadinya suatu proses perubahan pada masyarakat, diakibatkan

adanya faktor yang mendorongnya yaitu diantaranya didukung oleh kuatnya

komitmen dari kerja tim yang baik dari Pemerintah Desa sudah tersebar

melalui upaya-upaya yang dilakukan agar tercapainya kegiatan yang

dinginkan.

2. Penghambat

Di dalam proses perubahan tidak selamanya hanya terdapat faktor

pendukung saja, akan tetapi juga ada faktor pengambat pada penelitian ini

adalah semua jenis faktor yang sifatnya menghambat dan menahan

terjadinya segala sesuatu dapat dilihat dari kendala yang ditemukan dalam

proses peran pemerintah desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan

Melalui Program Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (Kja) Desa

Mukusaki Kecamatan Weweria Kabupaten Ende. Untuk mengetahui faktor

penghambat tersebut maka dilakukan wawancara dengan informan Ahmad

Saleh selaku ketua kelompok nelayan di Desa Mukusaki mengemukakan

bahwa:

“Dalam membudidayakan ikan anggota kami ini juga kurang dalam


segi pemahaman terhadap bagaimana cara memelihara ikan yang baik, hal
ini dikarenakan anggota kelompok kami memang dari masyarakat biasa
yang tidak mendalami pendidikan khusus terhadap budidaya ikan ini. Jadi
dalam pemeliharaan ikan ini kami mengandalkan sedikit pemehaman yang
kami ketahui dan mengikuti cara-cara yang telah kami lihat pada kelompok-
kelompok lain.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa yang

menjadi kendala dalam program budidaya ikan Keramba Jaring Apung


68

(KJA) desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende ini yaitu

pemahaman anggota tentang budidaya ikan masih rendah dan perawatan

yang kurang maksimal terhadap keramba budidaya dan ikan yang

dibudidayakan.
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pemerintah daerah kabupaten Ende telah melakukan berbagai upaya

dalam pemberdayaan nelayan dengan berdasar kepada UU No. 7 Tahun 2016

tentang perlindungan dan pemberdayaan nelayan pembudidaya. Peran

pemerintah telah berjalan dengan baik, masyarakat nelayan diberikan

pelatihan dan pendampingan melalui BIMTEK dan telah melakukan

peyuuhan kepada masyarakat nelayan di Desa Mukusaki. Pemerintah

dalam memberikan pendampingan, pelatihan dan peyuluhan bagi nelayan

masih terkendala dengan penyeseuaian waktu sehinga mempengaruhi

partisipasi kegiatan bagi nelayan.

B. Saran

1. Pemerintah daerah perlu memberikan perhatian yang serius terhadap

masyarakat nelayan dengan meningkatkan kegiatan pemberdayaan

kegiatan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, pendampingan,

peningkatan sarana dan lainnya.

2. Pemerintah daerah harus mampu berkerjasama dalam dan saling

bersinergi dalam pembangunan dan pemberdayaan nelayan khusunya di

Desa Mukusaki Kecamatan Weweria kabupaten Ende.

69
DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja,K.,&H,H. (2001). Participatory Researchappraisal” Dalam


Pelaksanaan Pengamdian Kepada Masyarakat. Humaniora Utama
Perss (HUP).
Berry, D. (2003). Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Raja Grafindo Persada

Hikmat, H. (2001). Strategi pemberdayaan masyarakat. Humaniora Utama Press

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ende

Kusnadi. 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.136


hlm.

Lantaeda, S. B., Lengkong, F. D. J., & Ruru, J. M. (2017). Peran Badan


Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Penyusunan Rpjmd
Kota Tomohon. Jurnal Administrasi Publik, 4(48).

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya..

portal.endekab.go.id

Retnowati, E. (2011). Nelayan Indonesia Dalam Pusaran Kemiskinan Struktural.


Perspektif, XVI(3), 149–159.

Rumlus, R., Johny, L., & Michael, M. (2019). Peran Pemerintah Desa Dalam
Pemberdayaan Masyarakat. Kemampuan Koneksi Matematis
(Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi), 53(9), 1689–
1699.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

70
71

Sunartiningsih. (2016). Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Instansi Lokal.


Aditya Media.

Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 dalam Sonny Hari Harmadi, “Nelayan
Kita”, Kompas 19 November 2014.

Syahri, M. A. (2018). Peran dan Wewenang Majelis Tuha Peut Dalam Membuat
Kebijakan Partai Aceh (Studi Kasus Dewan Pimpinan Partai Aceh).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, 3(1–22), 1–22.

Tahir, M. M. (2015). Good Urban Governance : Peran Pemerintah dalam


Pembangunan Wilayah Kecamatan di Kota Makassar. Jurnal Ilmu
Pemerintahan, 8, 9–15.

Ulumiyah, I., Gani, A. J. A., & Mindart, L. I. (2013). Peran Pemerintah Desa
Dalam Memberdayakan Masyarakat Desa (Studi Pada Desa
Sumberpasir Kecamatan Pakis Kabupaten Malang). Jurnal
Administrasi Publik Mahasiswa Universitas Brawijaya, 1(5), 890–
899.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang perubahan atas undang-


undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil

Undang-undang 45 Tahun 2009 mendefinisikan nelayan sebagai “orang yang


mata pencharianya melakukan penangkapan ikan”.

UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 2004


tentang Perikanan,

UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan pertanian.

UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

UU Nomor 16 Tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan


72

Veithzal, R. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Raja Grafindo


Persada.

www.mongabay.co.id
73

N
74

Gambar: Kantor Desa Mukusaki Kecamatn Wewaria Kabupaten Ende

Gambar: Wawancara Bersama Kepala Desa


75

Gambar: Wawancara Bersamaketua Kelompok Nelayan


76

Gambar: Anggota Kelompok Nelayan

Gambar: Ikan Keramba Jaring Apung ( KJA )


77

Gambar: Pemandangan Pantai Di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria


78

Gambar: Keramba Jaring Apung ( KJA )


79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

MUHAMAD AJHAR IGO, lahir di Watubara pada tanggal

03 Mei 1998. Anak kelima dari lima bersaudara pasangan

Ayah Hasan Karo dan Ibu Nur Nona. Penulis menyelesaikan

pendidikan Sekolah Dasar di SDN Negeri Watubara tahun

2010. Pada tahun itu juga penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama diSMPK Sinar Pelita Mukusaki hingga tamat pada

tahun 2013. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah

Negeri Ende dengan mengambil Jurusan Bahasa. Selanjutnya pada tahun 2016,

penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan mengambil program studi Ilmu

Pemerintahan. Pada tahun 2022 ini akan mengantarkan penulis untuk meraih

gelar Sarjana Strata Satu (S1) dengan menyusun karya ilmiah dengan “Peran

Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui

Program Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA) Di Desa Mukusaki

Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende’’.

92

Anda mungkin juga menyukai