Anda di halaman 1dari 202

STUDI KOMPARATIF PERAN LPMK (LEMBAGA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN) DALAM


PEMBANGUNAN KELURAHAN TAHUN 2015 DI KELURAHAN
BENDUNGAN DAN KELURAHAN CIWEDUS KOTA CILEGON
PROVINSI BANTEN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Ilmu Sosial padaKonsenterasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Oleh
Aan Sumarni
6661140462

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SULTANG AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2018
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa, dan selalu

ada jalan bagi mereka yang sering berusaha.”

Karya sederhana ini kupersembahkan


Untuk Kedua Orang TuakuYang selalu
memberikan semua yang terbaik bagiku Mudah-mudahan
ini adalah awal untuk ku menggapai apa yang ku
ingginkan dan beliau inginkan (amin)
ABSTRAK

Aan Sumarni, 6661140462. Studi Komparatif Peran Lembaga


Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Dalam Pembangunan
Kelurahan Tahun 2015 di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus.
Program Studi Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen pembimbing I :,
Rahmawati, M.Si., Dosen Pembimbing II : Maulana Yusuf, M.Si.

Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam


pembangunan di dua Kelurahan yaitu Kelurahan Bendungan dan Kelurahan
Ciwedus. Adapun yang dimaksud dengan peranan adalah serangkaian perilaku
yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik
secara formal maupun informal. Peranan didasarkan pada ketentuan dan harapan
peranan yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu
situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka sendiri atau harapan orang
lain menyangkut peranan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antar teori dan praktek di lapangan yang dilakukan oleh LPMK di
Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus. Penelitian ini menggunakan teori
berdasarkan Fungsi dan Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
dalam Sunyoto (2004) yaitu, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sebagai
Fasilitator, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Mediator, Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Motivator dan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Sebagai Dinamisator. Metode yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Studi Komparatif Peran (LPMK) Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan Dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 di Kelurahan
Bendungan dan Kelurahan Ciwedus bahwa terdapat perbedaaan antara partisipasi
masyarakat di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus, Partisipasi
masyarakat Kelurahan Ciwedus lebih baik secara mekanisme dalam mengatasi
kendala. Sehingga Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus perlu
menggerakan dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang
LPMK adakan untuk menjadi lebih baik.

Kata Kunci : Peranan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan


ABSTRACT

Aan Sumarni, 6661140462. Comparative Study The Role Of Urban Village


Community Empowerment Institution In The Development of Kelurahan In
2015 The Urban Village Of Kelurahan Bendungan And Kelurahan Ciwedus.
Departement of Public Administration. Faculty of Social and Political Sciences.
University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisor I : Rahmawati, M.Si. And
Advisor II : Maulana Yusuf, M.Si.

The role of the Kelurahan community empowerment agency (LPMK) in the


development of two villages, the urban village of Kelurahan Bendungan and
Kelurahan Ciwedus. As for what is meant by the role is a series of behaviors that
are expected in someone in accordance with the social position given both
formally and informally. The role is based on the role and role expectations that
explain what individuals must do in a particular situation in order to fulfill their
own expectations or other people’s expectations regarding the role. The purpose
of this study was to determine the relationship between theory and practice in the
field carried out by the village community empowerment institutions in the
Bendungan and Ciwedus villages. This study uses theory based on the function
and role of the urban community empowerment institutions in Sunyoto 2004,
namely, community empowerment institutions as facilitators, community
empowerment institutions as mediators, community empowerment institutions as
motivators, and community empowerment institutions as dynamicators. The
method used is descriptive research method with a qualitative approach. Data
collection techniques using observation, interviews, and documetation. The result
showed that a comparative study of the role of the urban village community
empowerment institutions in 2015 in the Bendungan and Ciwedus village that
there was a difference between community participation in the Bendungan village
and ciwedus village, the participation of the community of Ciwedus village was
better in a mechanism to overcome obstacles. So Bendungan village and Ciwedus
village need to move and invite yhe community to participation in the activities
that the village community empowerment institute is doing to be better.

Keywords :Role , Village Community Empowerment Institutions.


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Dengan mengucapkan alhamdulillahirabil’alamin, peneliti mengucapkan

syukur kepada ALLAH SWT, serta shalawat dan salam yang senantiasa tercurah

limpahkan kepada nabi Muhammad SAW, sahabat beserta seluruh kelurganya, karena

berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya, peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Studi Komparatif Peran LPMK (Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) dalam Pembangunan Kelurahan Tahun

2015 di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus Kecamatan Cilegon

Kota Cilegon Provinsi Banten”.

Maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada program Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten. Dengan

selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak

yang selalu mendukung peneliti. Peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, Drs., M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa

2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


3. Rahmawati, M.Si. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Kandung Sapto. N, M.Si. Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Listyaningsih, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Dr. Arenawati, M.Si. Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Rahmawati, M.Si. Pembimbing I yang senantiasa memberikan waktu untuk

membimbing disela-sela kesibukannya, serta terimakasih atas ilmu yang

sudah diberikan.

8. Maulana Yusuf , M.Si. Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan

membimbing serta memberi masukan yang begitu sangat berarti bagi penulis.

9. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

10. Seluruh Pihak LPMK di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus yang

telah mengizinkan dan membantu penulis dalam mengumpulkan data untuk

penulisan proposal penelitian ini.

11. Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus Kecamatan Cilegon yang telah

mengizinkan dan membantu dalam penelitian ini.

12. Ayahanda H. Rochiman dan Ibunda Hj. Munariyah, yang dengan doa dan

kasih sayangnya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas yang
membuat mereka tersenyum dan sebagai sumber kehidupan, sebagai

pembimbing utama, sebagai pendidik dan orang yang telah membesarkan

penulis dengan kesabaran dan kebijaksanaan, yang memiliki peran yang

sangat penting dan tak terhingga.

13. Untuk kakak-kakak tersayang ( A’dedi, A’yayat, T’ni, T’upit, A’Aris)

terimakasih atas semua doanya, terima kasih sudah menjadi tempat berkeluh

kesah selama di rumah dan juga untuk (A’erick, T’reni, T’sri, A’ade dan juga

keponakan tersayang Fathir, Raya, Dela, Rakan, Mahesa) terimakasih sudah

menjadi penyemangat untuk penulis selama ini.

14. Untuk sepupu-sepupuku Teh Iin, Teh Ima, Puput yang selalu memberikan

semangat dan dukunganya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

15. Sahabat-sahabat terbaikku selama ini, Lastri Kurniawati, Siti Ida Aida , Rizki

Amilia, Anissa Rizqiyah yang selalu setia dalam suka maupun duka, dan yang

selalu menjadi tempat untuk penulis berkeluh kesah serta selalu memberi

dukungan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

16. Sahabat-sahabatku Renita, Hera, Intan, Devi, Nina dan Feti yang telah

memberikan semangat dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.

17. Seluruh teman-teman Administrasi Publik 2014, atas kebersamaan yang

begitu besar selama empat tahun ini.


Akhirnya penulis mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan

terselesaikannya penusunan skripsi ini. Penulis meyadari masih banyak kekurangan.

Penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi semua pihak.

Serang, Oktober 2018

Aan Sumarni
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................... 1


1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................................ 12
1.3 BatasanMasalah............................................................................................... 12
1.4 RumusanMasalah ............................................................................................ 12
1.5 TujuanPenelitian ............................................................................................. 13
1.6 ManfaatPenelitian ........................................................................................... 13

1.7 SistematikaPenulisan....................................................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI


DASAR

2.1 Konsep Partisipasi Masyarakat ....................................................................... 19

2.2 Definisi Peran .................................................................................................. 26

2.3 Konsep Pemberdayaan Masyarakat ................................................................ 30

2.3.1 Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat ...................................... 33

2.3.2 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ........................................................ 36


2.3.3 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ........................................................ 39

2.4 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan ............................................ 41

2.5 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 44

2.6 Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 45

2.7 Asumsi Dasar .................................................................................................. 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ................................................................. 49

3.2 Fokus Penelitian .............................................................................................. 49

3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................................. 50

3.4 Variabel Penelitian .......................................................................................... 50

3.4.1 Definisi Konsep ...................................................................................... 50

3.4.2 Definisi Operasional............................................................................... 52

3.5 Instrumen Penelitian........................................................................................ 53

3.6 Informan Penelitian ......................................................................................... 54

3.7 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 55

3.8 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ................................................ 65

3.9 Teknik Uji Keabsahan Data ............................................................................ 67

3.10 Jadwal Penelitian........................................................................................... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ..............................................................................70

4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Bendungan ...............................................70

4.1.1.1 Visi Misi Kelurahan Bendungan ....................................................71


4.1.2 Gambaran LPMK Kelurahan Bendungan ...............................................72

4.1.2.1 Kepengurusan LPMK Bendungan .................................................73

4.1.3 Gambaran Umum Kelurahan Ciwedus...................................................74

4.1.3.1 Visi Misi kelurahan Ciwedus ................................................... 76

4.1.4 Gambaran LPMK kelurahan Ciwedus ....................................................77

4.1.4.1 Kepengurusan LPMK Ciwedus .................................................78

4.2 Informan Penelitian ..........................................................................................79

4.3 Deskripsi Data ..................................................................................................81

4.4 Analisis Data ....................................................................................................81

4.5 Reduksi Data ....................................................................................................83

4.6 Studi Komparatif Peran LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat


Kelurahan) Dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 Di Kelurahan
Bendungan dan Kelurahan Ciwedus ......................................................................85

4.6.1 Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan di Kelurahan


Ciwedus .................................................................................................92
4.6.2 Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan di Kelurahan
Bendungan ..........................................................................................110

4.7 Penyajian Data ...............................................................................................124

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................ 124

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ....................................................................................................138

5.2 Saran...............................................................................................................140

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan realisasi kegiatan pembangunan kelurahan tahun 2015 di


kelurahan bendungan dan kelurahan ciwedus ..........................................................8

Tabel 3.1 Daftar Informan......................................................................................55

Tabel 3.2 Pedoman wawancara narasumber: Ketua LPMK/Anggota ...................57

Tabel 3.3 Pedoman wawancara narasumber: Aparat Kelurahan ...........................60

Tabel 3.4 Pedoman wawancara narasumber: Masyarakat .....................................63

Tabel 3.5 jadwal penelitian ....................................................................................69

Tabel 4.1 Jenis potensi di Kelurahan Bendungan ..................................................70

Tabel 4.2 Jenis potensi di Kelurahan Ciwedus ......................................................75

Tabel 4.3 Informan penelitian ................................................................................80

Tabel 4.4 Perbandingan tingkat pendidikan anggota LPMK di Kelurahan


Bendungan dan Kelurahan Ciwedus ......................................................................85

Tabel 4.5 Hasil penelitian di Kelurahan Ciwedus ................................................128

Tabel 4.6 Hasil penelitian di Kelurahan Bendungan ...........................................131

Tabel 4.7 Hasil Penelitian di kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan .....133
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran ...........................................................................47

Gambar 4.1 Daftar hadir di Kelurahan Ciwedus ....................................................87

Gambar 4.2 Daftar hadir di Kelurahan Bendungan ............................................ 106


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu organisasi didirikan sebagai suatu wadah untuk mencapai suatu atau

beberapa tujuan. Organisasi tersebut harus mengelola berbagai dan rangkaian

kegiatan yang di arahkan menuju tercapainya tujuan organisasi. Pelaksanaan

rangkaian kegiatan dalam organisasi dilakukan oleh manusia (human being) yang

bertindak sebagai peserta dalam organisasi yang bersangkutan, maka dengan

sendirinya kinerja (performance) organisasi yang bersangkutan banyak tergantung

pada perilaku manusia yang terdapat dalam organisasi tersebut.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) adalah Lembaga

Kemasyarakatan yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat. Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat merupakan wahana partisipasi dan aspirasi masyarakat

dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu

pada masyarakat. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di dirikan untuk

meningkat kesadaran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendali pembangunan dapat meningkatkan kemampuan

masyarakat sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengolah dan

memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam (SDA). Peranan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebagai mitra kerja Pemerintahan adalah


2

menanamkan dan memupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat

desa/kelurahan.

(Sumber : Anonim ; Acuan Pembentukan LPM Tahun 2000).

Berawal dari terbentuknya Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) ,

LKMD membuat kesepakatn supaya melakukan temu LKMD tingkat nasional di

Bandung pada tanggal 18-21 juli 2000 telah berubah nama menjadi Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebagai mitra pemerintah harus dapat

memwujudkan peran dan fungsinya sebagai lembga sosial kemasyarakatan,

melalui kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat di kelurahan. LPM di pakai sebagi pengganti nama

LKMD. LPM di deklarasikan pada tanggal 21 juli 2000 melalui forum musyaarah

temu LKMD tingkat nasional di bnadung yang di ikuti oleh para utusan LKMD

se-Indonesia. Peserta hadir dengan membawa mandat penuh dari provinsinya

masing-masing untuk mempelajari, menelaah, dan membuat kesepakatan-

kesepakatan nasional tentang keberadaan lembaga sosial kemasyarakatan yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.

(Sumber: berugaqelen2010.wordpress.com/lembaga-desa/lkmd/)

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang

Pedoman Penataan Kemasyarakatan jelas menyebutkann terkait dengan tugas dari

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas membantu Lurah dalam pelaksanaan urusan

pembangunan, sosial kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Adapun

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam melakasanakan tugas sebagaimana di


3

maksud dalam pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) mempunyai tugas dan fungsi sebagai

berikut, Tugas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat : (a) Menyusun rencana

pembangunan yang partisipatif. (b) Menggerakan swadaya gotong royong

masyarakat. (c) Melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. Fungsi

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat : (a) Penampung dan penyalur aspirasi

masyarakat dalam pembangunan. (b) Penanaman dan pemupukan rasa persatuan

dan kesatuan masyarakat dalam rangka memperkokoh Negara kesatuan Republik

Indonesia. (c) Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada

masyarakat. (d) Penyusunan rencana, pelaksana, pengendali, pelestarian dan

pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif. (e) Penumbuh

kembangan dan penggerak swadaya gotong royong masyarakat. (f) Penggali,

pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta keserasian

lingkungan hidup. (Sumber : Peraturan Menteri Dalam Negeri No 5 Tahun 2007)

Lembaga kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat

sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra lurah dalam dalam

memberdayakan masyarakat yang merujuk pada Peraturan Walikota Cilegon No

38 tahun 2007 tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan

yang terdiri dari Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna (KT), dan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). ( Sumber : Perwal Cilegon )

Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud mempunyai tugas

membantu lurah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial

kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas


4

sebagaimana dimaksud lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi yaitu

penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat, penanaman dan pemupukan

rasa persatuan dan kesatuan Republik Indonesia, peningkatan kualitas dan

percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, penyusun rencana,

pelaksana dan pengelola pembanguna serta pemanfaat, pelestarian dan

pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif .

Lembaga Pemberdayaan masyarakat Kelurahan (LPMK) adalah lembaga

Kemasyarakatan yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat kelurahan,

merupakan wadah partisipasi dan aspirasi mayarakat dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu pada masyarakat

kelurahan, yang bertujuan untuk meningkatnya kesadaran masyarakat dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, meningkatnya partisipasi

masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendali pembangunan,

meningkatnya kemmapuan masyarakat sebagau Sumber Daya Manusia (SDM)

untuk mengelola dan memanfaatkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) terutama

dalam bidang agribisnis dan pariwisata, meningkatnya ekonomi kerakyatan dalam

upaya pengentasan kemiskinan. Dalam pembangunan kelurahan LPMK

merupakan mitra kerja dari pemerintah kelurahan. pemerintah kelurahan dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat yang mempunyai peran penting

dalam pembangunan. Kepala kelurahan mempunyai kedudukan sebagai pimpinan

pemerintah kelurahan dan unsur penyelenggara pemerintahan desa/kelurahan yang


5

mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintah, pembangunan dan

kemasyarakatan. Sumber: (ejournal.unsrat.ac.id)

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) harus terlebih

dahulu dapat memantapkan kedudukan yaitu sebagai mitra pemerintahan

kelurahan yang menampung dan memwujudkan aspirasi serta kebutuhan

masyarakat dibidang pembangunan yang secara organisasi berdiri sendiri dan

bersifat lokal. Dengan adanya lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan yang

mengayomi kehidupan masyarakat dalam pembangunan, memaksa untuk dapat

melaksanakan fungsinya agar pelaksanaan kegiatan pembangunan bisa berjalan

dengan lebih optimal dan menyeluruh di wilayah kelurahan. Saran dalam kendala

pelaksanaan fungsi adalah pemberdayaan fungsi lembaga pemberdayaan

masyarakat kelurahan guna mengatasi kendala intern kerjasama dengan

akademisi-akademisi atau pihak pemerintah daerah guna pelatihan pemberdayaan

masyarakat yang ditujukan kepada warga kelurahan dan pemberdayaan fungsi

dalam kendala ekstern komunikasi antara pemerintah dengan lembaga

pemberdayaan masyarakat kelurahan harus ditingkatkan, kelurahan diharapkan

dapat segera mengatasi hambatan-hambatan yang ada, untuk mengatasi hambatan

mengenai sarana prasarana Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(LPMK) kaitannya dengan operasional dari pemerintah kota dan penambahan

dana operasional lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan yang telah

dianggarkan dalam anggaran penapatan belanja kelurahan serta anggota lembaga

pemberdayaan masyarakat kelurahan diharapkan secara sukarela meluangkan

waktu untuk membahas masalah-masalah yang ada dan lebih berkonentrasi pada
6

fungsinya agar di dalam penerapan antar anggota lembaga pemberdayaan

masyarakat kelurahan dapat dilaksanakan melalui hubungan kerjasama yang baik.

Sumber : (sutoro, 2002;45-46)

Program pembangunan kelurahan adalah suatu usaha-usaha jangka panjang

yang mempunyai tujuan meningkatkan pembangunan pada suatu sektor tertentu

untuk mencapai beberapa proyek kelurahan. Program juga dapat dipahami

sebagai kegiatan sosial yang teratur mempunyai tujuan yang jelas dan khusus

serta dibatasi oleh tempat dan waktu tertentu, program pembangunan dibatasi atas

proyek-proyek pembangunan yang dilakukan melalui upaya - upaya secara sadar

dan terencana yang ada di Kelurahan. Pelaksanaan kegiatan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM) diawali dari musyawarah masyarakat tingkat

RT/RW yang dipelopori oleh pihak kelurahan sebagai pihak yang menjadi

fasilitator pembangunan. Selanjutnya hasil musyawarah yang telah dilakukan

ditingkat RT/RW maka akan dibawa ke musyawarah pembangunan tingkat

kelurahan, dimana di sini akan dibahas mengenai pembangunan kelurahan yang

akan dibangun. Dalam musyawarah yang dilakukan di kelurahan ini seluruh

aspirasi yang ada di RT/RW yang ada di kelurahan akan dibahas. Selanjutnya

dalam musyawarah ini akan dibahas pembangunan mana yang akan menjadi

prioritas dalam pembangunan nantinya, sehingga akan dapat menghindari

pembangunan yang hanya akan menguntungkan kepentingan kelompok tertentu.

( Sumber : http://jurnal.umrah.ac.id).

LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) di Kelurahan

Ciwedus dilihat dari Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan


7

pengendalian pembangunan sudah cukup baik dengan memanfaatkan potensi dan

menggerakan swadaya gotong royong. Berbeda dengan LPMK di Kelurahan

Bendungan dilihat dari partisispasi masyarakat yang dimana kurang aktif dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan dan kurang

menggerakan swadaya gotong royong masyarakat. Sejauh ini pula pelaksanaan

LPMK di Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan yang dimana sebagai

mitra dari lurah di dalam sistem pemerintahan kelurahan belum begitu

menunjukkan hal-hal yang menuju pada orientasi pembangunan yang baik. Masih

terdapat program-program pembangunan yang berbasis pemberdayaan belum di

laksanakan secara prioritas, bahkan ada yang sudah dilaksanakan tetapi tidak

menunjukkan hasil yang baik.


8

Tabel 1.2
PERBANDINGAN REALISASI KEGIATAN PEMBANGUNAN KELURAHAN TAHUN 2015
DI KELURAHAN CIWEDUS DAN KELURAHAN BENDUNGAN

KELURAHAN CIWEDUS KELURAHAN BENDUNGAN


No Nama Lokasi Volume No Nama Lokasi Volume
Kegiatan Rencana Realisas Anggaran Kegiatan Rencana Realisasi Anggaran
i
1. Perkerasan Link. 252 M2 260 M2 24.250.000 1. Pembuatan Jl. Pandawa 600 M2 650 M2 120.000.000
Paving Block Ciwedus Drainase RT. 014/004
Baru Rt.
01/02
2. Perguliran Link. 30 125.000.000 2. Pelatihan Las Kelurahan 10 Orang 10 Orang 10.000.000
Ekonomi Ciwedus Orang Bendungan
3. Tembok Link. 50 M3 56 M3 55.102.300 3. BPO TPTK Kelurahan 10.000.000
Penahan Pakuncen Bendungan
Tanah Rt. 11/03
4. Perkerasan Link. 450 M2 500 M2 69.897.700 4. Penguatan Kelurahan 10.000.000
Paving Block Pakuncen Kelembagaan Bendungan
Rt. 11/03 LPMK
5. Pelatihan Link. 3 Orang 10.000.000 5. Bantuan Kelurahan 205 RTS 205 RTS 59.040.000
SATPAM Ciwedus Raskin Gratis Bendungan
6. BOP TPTK Link. 10.000.000 6. Dana BML Kelurahan 205 RTS 205 RTS 82.000.000
Ciwedus Bendungan
7. Penguatan Link. 5.000.000
Kelembagaan Ciwedus TOTAL 291.040.000
LPMK
8. Bantuan Kelurahan 112 RTS 112 32.256.000
RASKIN Ciwedus RTS
Gratis
9. Dana BML Kelurahan 112 RTS 112 44.800.000
Ciwedus RTS
TOTAL 376.306.000
Sumber: LPMK Ciwedus dan LPMK Bendungan
9

Data di samping menunujukan bahwa realisasi kegiatan pembangunan di

Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan pada tahun 2015 memiliki

perbedaan kegiatan pembangunan, yang di mana dari data di samping peneliti

mengelompokkan menjadi 3 segi : 1). Segi infrastruktur, 2). Segi sosial, dan 3).

Segi pemberdayaan. 1). Segi infrastruktur berdasarkan data di samping

menunjukan bahwa dalam kegiatan pembangunan di Kelurahan Ciwedus meliputi

pengerasan paving block yang rencana 252 M2 namun realisainya 260 M2, tembok

penahan tanah (TPT) rencana 50 M3 namun realisasinya 56 M3. Untuk di

Kelurahan Bendungan meliputi pembuatan drainase saja yang rencana 600 M2

namun realisasinya 650 M2, 2). Segi sosial berdasarkan data di samping

menunjukan bahwa dalam kegiatan pembangunan di Kelurahan Ciwedus meliputi

bantuan raskin mengeluarkan anggaran sebesar Rp. 32.256.000, dana BML

mengeluarakan anggaran sebesar Rp. 44.800.000. Untuk di Kelurahan Bendungan

meliputi bantuan raskin anggarannya sebesar Rp. 59.040.000, dana BML

anggaran sebesar Rp. 82.000.000. 3). Segi pemberdayaan data disamping

menunjukan bahwa dalam kegiatan pembangunan di Kelurahan Ciwedus meliputi

pelatihan satpam yang diikuti 3 orang saja. Untuk di Kelurahan Bendungan

meliputi pelatihan las yang diikuti 10 orang.

Kegiatan pembangunan di Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan

tentunya memiliki perbedaan baik dari rencana kegiatan ataupun dalam realisasi

kegiatan yang akan dilaksanakan. Perbedaan juga terdapat pada jenis progran

kegiatan pembangunan baik di Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan

walaupun ada sebagian mempunyai kesamaan namun terdapat juga perbedaannya.


10

Perbedaan yang dapat dilihat dari program kegiatan yang direncanakan dan

dilaksanakan ialah dimana Kelurahan Ciwedus dalam merealisasikan kegiatan

pembangunan pada tahun 2015 lebih banyak kegiatan pembangunannya di

banding Kelurahan Bendungan yang cenderung lebih sedikit kegiatan

pembangunannya.

Setiap pembangunan khususnya pembangunan kelurahan tahun 2015 di

Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus tentunya memiliki perbedaan baik

itu dari program yang direncanakan ataupun program yang telah terealisasikan

walaupun sebagaian besar mempunyai kesamaan namun terdapat juga

perbedaannya.

Pada observasi awal penelitian peneliti menemukan beberapa kendala dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan di tahun 2015 antara lain :

Pertama, sosialisasi program kepada masyarakat yang dilakukan oleh LPMK

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) di Kelurahan Bendungan , jika

dilihat peran LPMK di Bendungan sangat kurang dalam mensosialisasikan

programnya sehingga masyarakat cenderung apatis terhadap pelaksanaan kegiatan

pembangunan yang ada baik dalam merencanakan pembangunan maupun dalam

melaksanakan kegiatan tersebut. Berbeda dengan LPMK di Kelurahan Ciwedus

yang dimana peran LPMK cenderung aktif dalam mensosialisaikan programnya

baik dalam perencanaan pembangunan yang dimana masyarakat ikut

berpartisipasi dan maupun dalam pelaksanaan kegiatannya sehingga pelakasanaan

kegiatan pembangunan berjalan dengan baik dan lancar


11

Kedua, setiap kegiatan pembangunan yang ada di wilayah Kelurahan

Bendungan, masyarakat kurang antusias terhadap kegiatan pembangunan yang

ada. Berbeda dengan Kelurahan Ciwedus di wilayah sana masyarakat itu lebih

antusias terhadap kegiatan pembangunan yang telah direncanakan oleh LPMK

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) itu sendiri dan disetiap

pembangunan yang berjalan masyarakat Kelurahan Ciwedus ikut bergotong

royong dalam meneyelesaikan pembangunan tersebut.

Ketiga, program yang ingin terlaksana oleh LPMK di Kelurahan Ciwedus

menjadi terhambat dikarenakan keterkaitan masalah tanah atau bisa dikatakan

perizianan tanah yang dimana disalah satu program yaitu pemasangan paving

block. Berbeda dengan LPMK di kelurahan Bendungan dimana dalam keterkaitan

dengan perizinan tanah tidak ada permasalahan saat melaksanakan program

pembangunan salah satunya pemasangan paving block.

Berdasarkan uraian masalah-masalah di atas maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian yang berjudul “ Studi Komparatif Peran LPMK

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) dalam Pembangunan

Kelurahan Tahun 2015 di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus

Kota Cilegon Provinsi Banten.”


12

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka

perlu diidentifikasi beberapa masalah yang akan dibahas yaitu :

1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendali

pembangunan yang dilaksanakan LPMK di Kelurahan Ciwedus lebih

aktif dibandingkan di Kelurahan Bendungan.

2. Perizinan tanah terkait masalah program pembangunan fisik di kelurahan

Ciwedus lebih sulit dibandingkan di Kelurahan Bendungan

3. Sosialisasi program pembangunan kepada masyarakat jauh lebih baik di

Kelurahan Ciwedus dibandingkan di Kelurahan Bendungan.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan pada :

Studi Komparatif Peran LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan)

dalam Pembangunan Kelurahan tahun 2015 di Kelurahan Bendungan dan

Kelurahan Ciwedus Kecamatan Cilegon.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

rumusan masalah yang akan dikaji adalah Bagaimana Peran LPMK dalam

Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 Perbandingan di Kelurahan Bendungan dan

Kelurahan Ciwedus?
13

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

Perbandingan Peran LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan)

dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 di Kelurahan Bendungan dan

Kelurahan Ciwedus Kecamatan Cilegon.

1.6 Manfaat penelitian

a) Secara Teoritis

1. Untuk mengetahui hubungan antar teori dan praktek yang ada di

lapangan

2. Untuk dapat memberikan input atau masukan mengenai peran LPM itu

sendiri

b) Secara praktis

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi LPM

di Kelurahan agar dapat memperbaiki serta meningkatkan peran

LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan).

2. Bagi peneliti dapat memberikan input dan menambah pengetahauan

dan wawasan serta melatih kemampuan menganalisis khususnya

dibidang manajemen publik.


14

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini dibagi kedalam lima bagian masing-masing terdiri dari

sub bagian, sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menerangkan atau menjelaskan ruang lingkup

dan kedudukan masalah yang diteliti. Bentuk penerangan dan penjelasan

dalam penelitian ini akan diuraikan secara deduktif, artinya dimulai dari

penjelasan yang berbentuk umum hingga menjelaskan ke masalah yang

lebih spesifik dan relevan dengan tema yang diambil.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang

akan diteliti,kemudian dikaitkan dengan tema/topik/judul penelitian.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan untuk menghemat waktu dan biaya

maka peneliti membatasi penelitian ini.

1.4 Rumusan Masalah

Perumusan masalah bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah

yang paling urgent yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam

bagian ini juga akan didifiniskan permasalahan yang telah diterapkan

dalam kalimat tanya.

1.5 Tujuan Penelitian


15

Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan

dilaksanakan penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi

dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah

penelitian.

1.6 Sitematika Penulisan

Menjelaskan isi bab per babnya dan menjelaskan urutan penulisan

skripsi ini secara keseluruhan.

BAB II : LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR

2.1 Landasan Teori

Landasan teori mengkaji teori dan konep yang relevan dengan

permasalahan penelitian, sehingga akan memperoleh konsep penelitian

yang jelas.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kaji penelitian yang perlu dilakukan

oleh penulis sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber

ilmiah.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikian menggambarkan alur pemikiran penliti sebagai

kelanjutan dari perbincangan kajian teori untuk memebrikan penjelasan

kepada pembaca mengenai asumsi dasanya.

2.4 Asumsi Dasar Penelitian


16

Asumsi dasar merupakan jawaban sementara dan akan diuji

kebenarannya.

BAB III : METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan dan metode yang akan

digunakan dalam penelitian ini.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian

penelitian yang akan dilakukan.

3.3 Lokasi Penelitian

Menjelaskan tempat atau locus penelitian yang akan dilakukan.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel yang

akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka

teori yang digunakan.

3.4.2 Definisi Operasional

Merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian dalam

rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel

penelitian dilengkapi dengan tabel matriks berisi dimensi, sub

dimensi dan nomor pertanyaan sebagai lampiran.

3.5 Instrumen Penelitian


17

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data

yang akan digunakan, dalam hal ini instrumennya adalah peneliti

sendiri akan disampaikan pedoman wawancara yang akan digunakan

dalam pengumpulan data dan obsevasi.

3.6 Informan Penelitian

Informan penelitian yaitu pihak yang memberikan informasi baik secara

lisan maupun tulisan kepada peneliti. Pemberian informasi biasanya di

dapatkan dengan cara wawancara dengan peneliti.

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Menjelaskan teknis analisis rasionalisasinya, yaitu memaparkan teknik

pengolahan dan analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini.

3.8 Jadwal Penelitian

Menjelaskan jadwal penelitian, beserta tahapan penelitian yang akan

dilakukan serta dilengkapi dengan tabel jadwal penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian

secara jelas, struktur organisasi serta hal lain yang berhubungan dengan

objek penelitian.

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah

menggunakan teknik analisis data yang relevan.

4.3 Temuan Lapangan


18

Menjelaskan hasil penelitiam yang telah diolah dari data mentah dengan

menggunakan analisa data kualitatif.

4.4 Pembahasan

Melakukan pembahsan lebih lanjut terhadap analisa data.

BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas

dan mudah dimengerti.

5.2 Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang

diteliti baik secara teoritis maupun praktis,

DAFTAR PUSTAKA

Pada bagian ini berisi daftar referensi yang digunakan dalam

penyusunan skripsi ini.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Memuat lampiran-lampiran yang dianggap perlu dan relevan, bersusun

secara berurutan yang dianggap perlu oleh peneliti karena berkaitan dengan data

penelitian dan sebagai bukti kuat dalam penyusunan penelitian.


19

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI DASAR

2.1. Konsep Partisipasi Masyarakat

Partisipasi sebagai suatu konsep dalam pengembangan masyarakat,

digunakan secara uum dan luas. Di dalam kamus besar bahasa indonesia

partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan

(keikutsertaan).

Partisipasi menurut menurut Nogi (2005) adalah keterlibatan seseorang dalam

kegiatan bersama yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembangunan,

terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Partisipasi menurut Steele adalah :

Merupakan unsur kunci pembangunan, pengertian partisipasi bukan semata-


mata melalui pilihan umum saja, ia juga mengandung suatu sistem yang
benar-benar menjamin terwujudnya hak sosial dan ekonomi, setelah hak-hak
sipil dan politik serta pendidikan kewarganegaraan. Di dalamnya harus ada
budaya parisipasi (aculture of participation) di mana rakyat membutuhkan
sejumlah kemampuan dan sumber daya untuk berperan.

Sedangkan menurut Keith Davis mengemukakan bahwa partisipasi adalah

“Participation can be defined as mental and emotional involvement of a person in

a group situation which encourages him to group goals and share responbility in

them”. Artinya partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang

kepada pencapaian dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.

Dalam definisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan

emosi. Sebenarnya partispasi adalah suatu gejala demokrasi di mana orang di ikut

sertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaaan dan juga ikut
20

memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat

kewajibannya. Partispasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun

bidang mental serta penentuan kebijaksanaan. Maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta

dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses

belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas

keterlibatannya.

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu

dengan sesamanya serta alam lingkungan disekitarnya dengan menggunakan

pikiran, naluri, perasaan, dan keinginan. Manusia memberi reaksi dan melakukan

interaksi dengan lingkungannnya, pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan

yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Istilah “rakyat” menunjuk pada

adanya jumlah yang besar dari “penduduk” yang memiliki kehendak umum

bersama (masyarakat sipil) dan dihadapkan pada pemerintah yang mengatur dan

memerintah kehendak tadi. Sehingga dengan demikian terdapat kepentingan akan

terprioritas yang jelas. Menurut Budiarjo bahwa masyarakat adalah keseluruhan

antara hubungan-hubungan yang di tata (societymeans a system of ordered

relation)”. Menurut Ralp masyarakat adalah setiap kelompok yang telah cukup

lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorgansisasikan

dirinya dan berfikir tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dengan batas-

batas tertentu.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menjadi hal yang sangat penting

ketika diletakkan di atas keyakinan bahwa masyarakatlah yang paling penting


21

tahu apa yang menjadi kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Maka di dalam partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dibagi dalam

empat tahapan Kaho yaitu: (1) Partisipasi dalam Proses Pembuatan Keputusan,

dalam tahap ini partisipasi masyarakat sangat penting, terutama karena putusan

politik yang diambil menyangkut nasib mereka secara keseluruhan. Masyarakat

hanya akan terlihat dalam aktivitas selanjutnya apabila mereka merasa ikut andil

dalam menentukan apa yang akan dilaksanakan. (2) Partisispasi dalam

Pelaksanaan, partisipasi ini merupakan tindakan selanjutnya dari tahap pertama,

partisipasi dalam pembangunan akan terlihat ketika masyarakat ikut serta dalam

memberi kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud

tenaga, uang, barang material, ataupun informasi yang berguna bagi pelaksana

pembangunan. (3) Partisipasi dalam Memanfaatkan Hasil Pembangunan, Tujuan

pembangunan adalah memwujudkan masyarakat adil dan makmur, maka dalam

tahap ini masyarakat masyarakat secara bersama akan menikmati hasil

pembangunan dengan adil tanpa ada pengecualian. Setiap masyarakat akan

mendapatkan bagian sebesar kontribusi atau pengorbanan yang diberikan.

Manfaat yang dapat diterima dalam pembangunan ini yaitu manfaat materialnya;

manfaat sosialnya; dan manfaat pribadi. (4) Partisipasi dalam Evaluasi, suatu

kegiatan dapat dinilai apabila memberi manfaat yang sepantasnya bagi

masyarakat. Maka dalam tahap ini, masyarakat diberi kesempatan untuk menilai

sendiri hasil yang sudah didapat dalam pembangunan, dan masyarakat menjadi

hakim yang adil dan jujur dalam menilai hasil yang ada.
22

Dari teori di atas yang dikemukakan oleh Bintoro dapat dilihat empat aspek

penting dalam rangka partisipasi dalam pembangunan yaitu: (1) Terlibatnya dan

ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme prose politik dalam suatu

negara turut menetukan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang di

lakukan oleh pemerintah. (2) Meningkatnya artikulasi (kemampuan) untuk

merumuskan tujuan-tujuan dan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu

yang sebaiknya. Oleh karena itu pemerintah perlu dikembangkan kemampuan

masyarakat dan terutama organisasi masyarakat sendiri untuk mendukung

pembangunan. (3) partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang

konsisten dengan arah, strtegi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses

politik. (4) adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif

dalam pembangunan yang berencana.

Menurut Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Kementrian Dalam

Negeri Republik Indonesia partisipasi meliput: (1) Disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat yang nyata. (2) Dijadikan stimulus terhadap masyarakat yang

berfungsi mendorong timbulnya jawabanyang dikehendaki. (3) Dijadikan

motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi membangkitkan tingkah laku yang

dikehendaki secara berlanjut, misalnya partisipasi horizontal. (4) Proyek

pembangunan yang dirancang secara sederhana dan mudah dikelola oleh

masyarakat dan menyalurkan aspirasi rakyat. (6) Peningkatan peran masyarakat

dalam pembangunan.

Menurut Sastropoetro dalam partisipasi masyarakat ternyata terdapat unsur-

unsur penting yaitu:


23

(1) Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil.


(2) Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh
pengertian yang menumbuhkan kesadaran. (3) Kesadaran yang didasarkan
kepada perhitungan dan pertimbangan. (4) Antusias atau partisipasi
(Enthoussiasme) yang menumbuhkan spontanitas, yaitu kesediaan dipaksa
orang lain. (5) Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan
bersama.

Menurut Bintoro hasil pencapaian tujuan-tujuan pembangunan memerlukan

keterlibatan aktif dari masyarakat pada umumnya. Keterlibatan aktif ini juga

disebut partisipasi, ada tiga aspek dalam partisipasi yaitu :

(1) Keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti


keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijkasanaan
pembangunan yang dilakukan pemerintah. (2) keterliabatan dalam memikul
beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Hal ini
dapat berupa sumbangan dalam mobilisasi sumber- sumber pembiayaan
pembangunan, kegiatan produktif yang serasi, pengawasan sosial atas
jalannya pembangunan dan lain-lain. (3) Keterlibatan dalam memetik hasil
dan manfaat pembangunan secara berkeadilan. Bagian-bagian daerah ataupun
golongan masyarakat tertentu dapat ditingkatkan keterlibatannya dalam
kegiatan produktif mereka, melalui kesempatan-kesempatan dan pembinaan
tertentu.

Sedangkan Sastropoetro mengemukakan bahwa dasar atau alasan adanya

partisipasi masyarakat yaitu:

(1) Pemerintah sebagai lembaga yang terbesar dan mempengaruhi kehidupan


dan tujuan hidup masyarakat, didirikan untuk melayani kepentingan
kesejahteraan umum dari rakyatnya yang merupakan sumber terbesar bagi
setiap negara, sehingga karenanya rakyat itu haruslah dilibatkan dan didorong
untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. (2) Untuk mencapai tujuan
dasar tersebut, biasanya pemerintah melancarkan rencana-rencana
pembangunan desa yang berujuan untuk memperbaiki tingkat hidup di daerah
pedesaan yang merupakan pemukiman sebagian terbesar rakyat. (3) Namun
demikian sifat-sifat khusus dari suatu proyek pembnagunan desa, program
program sedemikian mungkin tidak akan berhasil, kecuali bila terdapat
partisipasi masyarakat yang cukup. (4) Mengingat kepada luas lingkup nyata
dari suatu rencana pembanguan desa, pemerintah sekalipun tidak dapat secara
berhasil memenuhi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
program tersebut, namun baginya partisipasi masyarakat tetap diperlukan
karena faktor itu merupakan sumber tenaga manusia terbesar dengan biaya
sedikit.
24

Sedangkan mekanisme yang dapat melancarkan timbulnya partisipasi dalam

masyarakat yaitu :

(1) Bila mungkin, maka suara aklamsi di dalam proses pengambilan


keputusan, merupakan faktor ideal yang yang akan menjamin keberhasilan
dari setiap program, oleh karena hal demikian menunjukan telah tercapainya
keterlibatan yang bersifat menyeluruh dari masyarakat yang bersangkutan.
Namun demikian, faktor ideal tersebut sangat bergantung kepada aspek
budaya, kebiasaan, tradisi dan sistem nilai yang berlaku bagi masyarakat di
suatu negara. (2) Tingkat desa, konsultasi sederhana melalui suatu pertemuan
dalam bentuk “rumbuk desa” yang besar sangat perlu diadakan. Pertama-tama
untuk mencapai “feedback”yang maksimal dan gagasan-gagasan dari
masyarakat yang mungki tidak dapat menyertai suatu rapat desa yang besar,
namun demikian hasil dari konsultasi yang bersifat sederhana itu, kemudian
dapat lebih diuraikan dalam rapat-rapat yang lebih besar. (3) Semua rencana
pembangunan desa wajiblah berorientasi dan bersifar konsisten dengan
filsafat nasional, prinsip-prinsip dan tujuan negara. (4) Pemkrakarsa atau
“change again” yang bukan merupakan warga dari daerah opearsinya,
haruslah dilatih terlebih dahulu dalam hal ketrampilan , keahlian teknik dan
pengetahuan teknologi pengembangan sumber daya manusia guna
mlancarkan partisipasi masyarakat secara maksimal.

Pandangan Sastropoetro di atas mencerminkan bahwa partisipasi masyarakat

dalam tahapan-tahapan pembnagunan pada prinsipnya merupakan tahapan

pengambilan keputusan tentang rencana yang dilakukan. Tahapan selanjutnya

dalam pelaksaanaan kegiatan di lapangan yaitu menerima manfaat secara

proporsional, dan mengawasi program pembangunan yang dilaksanakan. Dengan

perencananaan pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat, berarti

sudah mempertimbangkan kebutuhan dan situasi lingkungan masyarakat. Hal ini

penting dalam tahapan proses selanjutnya, dimana masyarakat akan melaksanakan

program yang direncanakan. Jika mereka merasa ikut memiliki dan merasakan

manfaat program tersebut, maka diharapkan masyarakat dapat secara aktif

melakukan pengaawasan terhadap program. Sehingga penyimpangan -


25

penyimpangan dapat lebih dihindarkan, guna mencapai keberhasilan

pembangunan sesuai tujuan yang telah direncanakan.

Terkait dengan masyarakat dalam tahapan kegiatan pembangunan, (Siagian,

1989:108) menyatakan bahwa partisipasi dalam pengambilan keputusan

merupakan proses dalam memlih alternatif yang diberikan semua unsur

masyarakat, lembaga sosial dan lain-lain.

Ini berarti bahwa partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan sangat

penting, karena masyarakat dituntut untuk dapat menentukan apa yang ingin

dicapai, permasalahan apa yang dihadapi, alternatif apa yang kiranya dapat

mengatasi masalah itu, dan alternatif mana yang terbaik harus dilakukan guna

mengatasi permasalahan tersebut.

Maka disadari bahwa dalam perencanaan pembangunan peran masyarakat

sangat penting, namun kemampuan masyarakat pada umunya masih relatif

terbatas. Masih kurang dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan

sehingga diskusi intensif antara pihak berkepentingan (stakholder), baik dari

unsur pemerintah, akademi, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha terkait

perlu di selenggarakan untuk dapat saling melengkapi informasi dan menyamakan

persepsi tentang kebijakan yang akan diputuskan oleh aparat tersebut. Pusic

(dalam Adi, 2001: 206-207) menyatakan bahwa perencanaan pembangunan tanpa

memperhatikan partisipasi masyrakat akan menjadi perencanaan di atas kertas.

Berdasarkan pandangannya, partisipasis atau keterlibatan warga masyarakat

dalam pembangunan desa dapat dilihat dari 2 hal yaitu:

(1) Partisipasi dalam perencanaan, segi positif dari partisipasi dalam


perencanaan adalah prpogram-program pembnagunan desa yang telah di
26

rencanakan bersama sedangkan segi negatifnya adalah adanya kemungkinan


tidak dapat dihindari pertentangan antar kelompok dalam masyarakat yang
dapat menunda atau bahkan menghambat tercapainya keputusan bersama. Di
sini dapat ditambahkan bahwa partisipasi secara langsung dalam perencanaan
hanya dapat dilaksanakan dalam masyarakat kecil, sedangkan untuk
masyarakat yang besar sukar dilakukan. Namun dapat dilakukan dengan
sisitem perwakilan benar-benar mewakili warga masyarakat. (2) Partisipasi
dalam pelaksanaan, segi positif dari partisipasi dalam pelaksanaan adalah
warga bahwa bagian terbesar dari program (penilaian kebutuhan dan
perencanaan program) telah selesai dikerjakan. Tetapi segi negatifnya adalah
kecendrungan menjadikan warga negara sebagai objek pembangunan, dimana
warga hanya dijadikan pelaksana pembangunan tanpa di dorong untuk
mengerti dan menyadari permasalahan yang mereka hadapi dan tanpa
ditimbulkan keinginan untuk mengatasi masalah. Sehingga warga masyarakat
tidak secara emosional terlibat dalam program, yang berakibat kegagalan
seringkali tidak dapat dihindari.

2.2 Konsep Peran

Dalam penelitian ini, peran yang dimaksud yaitu Peran merupakan tugas

utama yang di harapkan oleh masyarakat berupa penanganan masalah

pembangunan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) salah

satu perangkat desa yang memiliki jabatan dalam menangani masalah kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan oleh pihak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.

Peran dalam ilmu sosia terkait megenai peran aktif yang berdampak positif bagi

kehidupan sosial.

Menurut Siagian (Sjafari, 2007: 151) peran serta adalah keterlibatan langsung

dari warga tanpa adanya dorongan yang kuat dari pihak luar. Dalam dalam hal ini

peran serta yang diharapkan tumbuh dan berkembang dari seluruh warga

masyarakatnya hendaknya meliputi:

1. Peran serta dalam pemikiran, misalnya dalam identifikasi masalah-masalah

yang perlu segera dibangun, membuat perencanaan pemabangunan, dan

sebagainya.
27

2. Peran serta dalam perhimpunan dana, misalnya memberikan sumbangan

uang dan bahan-bahan guna pembangunan.

3. Peran serta dalam penyelesaian tenaga, misalnya turut serta dalam kegiatan

kerja bakti melaksanakan pembanguan.

Sarwono (2006:215-230) menyatakan bahwa,

“Teori peran adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi,
maupun disiplin ilmu. Selain dari psikologi, teori peran berawal dari dan
masih tetap di gunakan dalam sosiologi dan antroplogi. Istilah “peran”
diambil dari dunia teater. Dalam teater, seseorang aktor harus bermain
sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia
diharapkan untuk berprilaku secara tertentu. Posisi aktor dalam teori itu
kemudian dianalogikan denga posisi seseorang dalam masyarakat.
Sebagaimana halnya dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan dari
padanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan
orang-orang lain yan berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari
sudut pandang inilah disusun teori-teori peran.”

Dalam teorinya Biddle & Thomas dalam Sarwono (2006:224) yang dimaksud

dengan peran adalah “Serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku

yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu”. Masih dalam buku Sarwono

(2006:215) pada teori Biddle & Thomas ini terbagi peristilahan dalam teori peran

kedalam empat golongan, yaitu:

a Orang-orang yang mengambi bagian dalam interaksi sosial.

b Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.

c Kedudukan orang-orang dalam perilaku

d Kaitan antara orang dan perilaku

Pertama, orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi

dalam dua golongan sebagai berikut:


28

a Aktor (actor, pelaku) yaitu orang yang sedang berperilaku menuruti suatu

peran.

b Target (sasaran) atau orang lain (other) yaitu orang yang mempunyai

hubungan dengan aktor dan perilakunya.

Aktor maupun target bisa berubah individu maupun individu (kelompok).

Hubungan antara kelompok dengan kelompok misalnya terjadi antara sebuah

paduan suara (aktor) dan pendengar (target).

Kedua, menurut Biddle & Thomas dalam sarwono (2006:216), ada lima

istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan peran :

a Expectation (harapan)

Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya

tentang perilaku yang pantas, yang ditujukan pada orang yang memiliki

peran-peran tertentu dalam masyarakat.

b Norm (norma)

Menurut Secord dan Backman (1964) dalam sarwono norma hanya

merupakan salah satu bentuk harapan. Jenis-jenis harapan menurut Secord

dan Backman adalah sebagai berikut :

1. Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu harapan tentang

suatu perilaku yang akan terjadi.

2. Harapan normatif adalah keharusan yang menyertai peran Biddle dan

Thomas membagi lagi harapan normatif ini ke dalam dua jenis yakni :

i. Harapan yang terselubung (covert): harapan itu tetap ada

walaupun tidak diucapkan.


29

ii. Harapan yang terbuka yaitu harapan yang diucapkan.

c Performance (wujud perilaku)

Wujud perilaku yaitu peran yang diwujudkan oleh aktor, Goffman dalam

sarwono (2006: 220) meninjau perwujudan peran ini dengan

memperkenalkan istilah permukaan (front), yaitu untuk menunjukan

perilaku-perilaku tertentu yang diekspresikan secara khusus agar orang

lain mengetahui dengan jelas peran si pelaku (aktor)

d Evoluation (penilain) dan sanction (sanksi)

Penilaian dan sanksi agak sulit dipisahakan jika dikaitkan dengan peran.

Biddle & Thomas dalam sarwono (2006:220) menyatakan bahwa kedua

hal tersebut didasarkan pada harapan masyarakat (orang lain) tentang

norma. Berdasarkan norma itu, orang memberikan kesan negatif atau

positif terhadap suatu perilaku. Kesan negatif dan positif inilah yang

dinamakan penilaian peran. Sedangkan yang dimaksud dengan sanksi

adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar

perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga hal yang tadinya

dinilai negatif menjadi positif.

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri untuk

mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang di

milikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Selanjutnya upaya tersebut

diikuti dengan memperkuat potensi ataua daya yag dimiliki oleh masyarakat itu

sendiri. Dalam konteks ini di perlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari
30

hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Perkuatan ini meliputi

langkah-langkah nyata, dan menyangku penyediaan berbagai masukan (input),

serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan

membuat masyarakat menjadi makin berdaya. (Kartasasmita, 1996)

Menurut Parsons dalam Suharto (2010: 58-59).

“Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi
terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupanya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memeproleh
ketrampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.”

Sumodiningrat (1999), mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat

merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat

kelembagaan masyarakat agar rakyat mampu memwujudkan kemajuan,

kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan.

Untuk itu upaya pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

harkat martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu

melepaskan diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain

pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan kemandiriran masyarakat.

Menurut Rappaport dalam Suharto (2010:59). “Pemberdayaan adalah suatu

cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu

menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.”

Dan Chambers dalam Suharto (2009:99).

“Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi


yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini membangun paradigma baru
dalam pembangunan, yakni yang bersifat “people- centered, participatory,
empowering, and subtainable”.
31

Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata mempengaruhi kebutuhann

dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses

kemiskinan lebih lanjut, yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan

sebagai upaya untuk mencari alternativ terhadap pertumbuhan-pertumbuhan di

masa lalu.

Dalam upaya meningkatkan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga

sisi.

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa

setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat

dikembangkan, artinya tidak ada msyarakat yang sama sekali tanpa daya.

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan

mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi

yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam

rangka ini diperlukan langkah-langkah positif, selain dari hanya

menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini mengikuti langkah-langkah

nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta

pembukaan akses kedalam berbagai peluang (opportunities) yang akan

membuat masyarakat makin berdaya. Dalam upaya pemberdayaan ini,

upaya yang amat pokok adalah meningkatkan taraf pendidikan, dan derajat

kesehatan, serta akses kedalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti

modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar., masukan


32

pemberdayaan ini menyangkut pembangunan sarana dan prasarana dasar

baik fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, jembatan, maupun sekolah, dan juga

fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat di jangkau oleh masyarakat ada

lapisan bawah, serta kesediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan,

dan pemasaran di pedesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang

keberadaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program-program umum

yang berlaku untuk semua, tidak selalu menyentuh pada lapisan

masyarakat ini.

3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi, dalam proses

pembedayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh

karena itu kekurang berdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena

itu, perlindungan dan pemihakan yang lemah amat mendasar sifatnya

dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi harus dilihat sebagai

upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta

eksploitasi yang kuat atas yang lemah.

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat, terutama

mereka yang miskin sumber daya, kaum perempuan dan kelompok yang

terabaikan lainnya, didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara

mandiri. Dalam pemberdayaan masyarakat, masyarakatnya yang menjadi aktor

dan penentu pembangunan. Dalam kaitan ini, usulan-usulan masyarakat

merupakan dasar bagi program pembangunan lokal, regional, bahkan menjadi titik

bijak bagi program nasional.


33

Menurut sumodiningrat (1999) dalam Totok Mardikanto & Poerwoko

Soebiato (2013:52) bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk

memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemmapuan yang mereka

miliki.

Dari berbagai uraian di atas maka, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah

proses atau upaya untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam berbagai aspek

untuk memperbaiki kehidupannya. Yang mana dalam melakukan pemberdayaan

masyarakat tentunya tidak dapat dilakukan secara sembarangan karena pada saat

ini banyak sekali program-program pemberdayaan masyarakat yng dilakukan oleh

pemerintah namun belum menuai hasil yang maksimal. Sehingga dalam

pemberdayaan masyarakat harus sangat diperhatikan agar output dari

pemberdayaan itu sendiri dapat tercapai. Sebelumnya dapat dilakukan

pendekatan-pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat agar pemberdayaan

menjadi tepat sasaran.

2.3.1 Pendekatan-Pendekata dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat dianggap perlu agar

pemberdayaan itu sendiri menjadi tepat sasaran. Dalam buku Suharto (2005:

67). Pelaksana proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan yang dapat

disingkat 5P, yaitu :

1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang secara optomal. Pemberdayaan harus

mampu membebaskan masyarakat dari sekar-sekar kultural dan struktural

yang menghambat.
34

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh kembangkan

segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang

kemandirian mereka.

3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok

lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya

persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat

dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap

kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada pegnhapusan

segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat

kecil.

4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat

mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.

Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh

kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam

masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan

keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh

kesempatan berusaha.
35

Dubois dan Miley dalam bukunya Suharto (2005: 68). Memberi

beberapa titik atau teknik yang lebih spesifik yang dapat dilakukan dalam

pemberdayaan masyarakat:

1. Membangun relasi pertolongan yang merefleksikan respon empati,

menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri (self-

determination), menghargai perbedaan dan keunikan individu,

menekankan kerja sama klien (client partnership)

2. Membangun komunikasi yang menghormati martabat dan harga diri

klien, mempertimbangkan keragaman individu, berfokus pada klien, dan

menjaga kerahasian klien.

3. Terlibat dalam pemecahan masalah yang memperkuat partispasi klien

dalam semua aspek proses pemecahan masalah, menghargai hak-hak

klien, merangkaian tantangan-tantangan sebagai kesempatan belajar dan

melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi.

4. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui ketataan

terhadap kode etik profesi, keterlibatan dalam pengembangan

profesional, riset, dan perumusan kebijakan, penerjemahan kesulitan-

kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik, penghapusan segala bentuk

diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan.

Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah bahwa banyak cara yang

dilakukan dalam tahap pemberdayaan masyarakat masing-masing tahap

tentunya memberikan gambaran bahwa dengan melakukan tahapan tersebut

pemberdayaan masyarakat akan berjalan dengan sesuai harapan. Namun


36

dalam tahapan pemberdayan masyarakat yang paling penting adalah

konsistensi dengan tujuan karena terkadang kondisi masyarakat yang tidak

selalu sama sewaktu-waktu dapat menyebabkan kegagalan dalam

pemberdayaan masyarakat.

2.3.2 Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Terdapat beberapa prinsip dalam pemberdayaan yaitu menurut Ife dan

Kartasasmita dalam bukunya Indrawijaya dan Pranoto (2011: 64-65), yaitu:

a) Prinsip partisipasi, bahwa kegiatan pemberdayaan dalam pelaksanaanya

harus lebih banyak melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat miskin

sendiri mulai dari tahap perencanaan program, pelaksanaan, pengawasan

sampai tahap memetik hasil.

b) Prinsip sustainability, mengarahkan hasil-hasil yang dicapai melalui

kegiatan pemberdayaan hendaknya dapat di lestarikan masyarakat sendiri

sehingga menciptakan pemupukan modal dalam wadah sosial ekonomi

setempat.

c) Prinsip demokratis, menghendaki agar rakyat dalam kegiatan

pemberdayaan perlu diberikan kesempatan dan keleluasan kepada dalam

hal untuk menentukan sendiri strategi dan arah pembangunan sesuai

dengan kebutuhan dan kapasitas yang mereka miliki.

d) Prinsip transparansi, mengisyaratkan bahwa kegiatan pemberdayaan itu

melibatkan berbagai pihak sehingga dalam pengelolaan sumber daya-

sumber daya. Terutama keuangan harus dilakukan secara transparan


37

(terbuka) agar semua pihak ikut memantau dan mengawasi penyaluran dan

mulai dari pihak sponsor sampai pada masyarakat sasaran.

e) Prinsip akuntabilitas, mengharuskan pengelolaan keuangan harus dapat

dilakukan oleh masyarakat dan pelaksana secara terpusat atau

tersentralisasi dengan petunujuk dan aturan yang ketat yang dilakukan

oleh pemerintah.

f) Prinsip desentralisasi, dimaksudkan bahwa pelaksaan kegiataan

pemeberdayaan bukan lagi dilakukan secara terpusat atau tersentarlisasi

dengan petunjuk dan aturan yang ketat yang dilakukan oleh pemerintah.

g) Prinsip profitable, memberikan pendapat yang memadai dan mendidik

masyarakat untuk mengelola kegiatan secara ekonomis.

h) Prinsip acceptable, mengarahkan agar bantuan yang diberikan kepada

kelompok sasaran hendaknya dikelola sedemikian rupa agar mudah

diterima dan didayagunakan oleh masyarakat sebagai pelaksana serta

pengelola.

i) Prinsip replicable, mengisyaratkan agar pengelola program pemberdayaan

agar dapat memperhatikan aspek pengelolaan dana dan pelestarian hasil

dapat dengan mudah digulirkan dan dikembangkan oleh masyarakat dalam

lingkup yang lebih luas.

Peran program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui bantuan

dana yang dapat diciptakan dari kegiatan sosial ekonomi dengan menganut

beberapa prinsip sebagai berikut :


38

1. Mudah diterima dan didayagunakan oleh masyarakat kelompok

sasaran (acceptable).

2. Dikelola oleh masyarakat secara terbuka dan dapat di

pertanggungjawabkan (accountable).

3. Memberikan pendapatan yang memadai dan mendidik masyarakat

untuk mengelola kegiatan secara ekonomis (profitable)

4. Hasilnya dapat dilestarikan oleh masyarakat (sustainable)

5. Pengelolaan dana dan pelestarian hasil dapat dengan mudah digulirkan

dan dikembangkan oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih luas

(replicable). (Gunawan Sumodiningrat, 1999).

Sumodiningrat (1999) juga mengemukakan indikator keberhasilan yang

dipakai untuk mengukur pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat

yang mencakup :

1. Berkurangnya jumlah penduduk miskin

2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan

penduduk miskin dengan memanfatkan sumber daya yang tersedia.

3. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.

4. Meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin

kuatnya pemodalan kelompok, makin rapinya sistem adminisitrasi

kelompok, serta makin luasnya interaksi sosial dengan kelompok lain.


39

5. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang

ditandai dengan peningkatan pendapatan keluaraga miskin yang

mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

Kesimpulan dalam penjelasan prinsip pemberdayaan masyarakat adalah

bahwa dalam mengukur keberhasilan sebuah pemberdayaan masyarakat

diperlukan indikator-indikator yang telah di jelaskan di atas namun indikator

yang terpenting dalam mengukur sebuah keberhasilan dalam pemberdayaan

masyarakat adalah terciptanya kemandirian masyarakat dimana masyarakat

dapat mengatasi sendiri permasalahan yang ada di lingkungannya tanpa

bergantung kepada pemerintah sehingga dalam hal ini pemerintah tidak lagi

menjadi fasilitator seperti yang saat ini kebanyakan terjadi.

2.3.3 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Suharto (2010: 59-60) pemberdayaan adalah sebuah proses

dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam

masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah

kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan

atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat

yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,

ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam

kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.


40

Pegertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai

indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai proses.

Schuler, Hashemi dan Riley dalam bukunya Suharto (2010: 63-66),

mengembangkan delapan indikator pemberdayaan, yang mereka sebut sebagai

empowerment index atau index pembedayaan. Keberhasilan pemberdayaan

masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut

kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan

kemampuan cultural dan poitis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat

dimensi kekuasaan, yaitu: kekuasaan di dalam (power within), kekuasaan

untuk (power to), kekuasaan atas (power over), kekuasaan dengan (power

with). Tabel merangkum indikator pemberdayaan.

1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau

wilayah tempat tinggalnya. Tingkat mobilitas ini dianggap tinggi jika

indivudu mampu pergi sendirian.

2. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk

membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari.

3. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu untuk

membeli barang-barang sekunder atau tersier.

4. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga: mampu

membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami/istri mengenai

keputusan-keputusan keluarga.

5. Kebebasan relatif dari dominasi keluarga


41

6. Kesadaran hukum dan politik: mengetahui salah seorang pegawai

pemerintah desa, anggota DPRD setempat, presiden, mengetahui

pentingnya memiliki surat nikah dan hukum-hukum waris.

7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes seseorang dianggap

berdaya jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain

melakukan protes.

8. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah,

tanah, aset produktif, dan tabungan.

2.4 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK)

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang

Pedoman Penataan Kemasyarakatan jelas menyebutkann terkait dengan tugas dari

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) sebagaimana dimaksud

dalam pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas membantu Lurah dalam pelaksanaan

urusan pembangunan, sosial kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Adapun Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam melakasanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) mempunyai tugas dan

fungsi sebagai berikut:

Tugas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat :

a Menyusun rencana pembangunan yang partisipatif.

b Menggerakan swadaya gotong royong masyarakat.

c Melaksanakan dan mengendalikan pembangunan.

Fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat :

a Penampung dan penyalur aspirasi masyarakat dalam pembangunan


42

b Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat

dalam rangka memperkokoh Negara kesatuan Republik Indonesia.

c Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada

masyarakat.

d Penyusunan rencana, pelaksana, pengendali, pelestarian dan

pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif.

e Penumbuh kembangan dan penggerak swadaya gotong royong

masyarakat.

f Penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta

keserasian lingkungan hidup.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam

pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas membantu desa dalam pelaksanaan urusan

pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan

masyarakat. Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan

memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/

kesenjangan/ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat dari indikator

pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi/ layak.

Untuk mengetahui seberapa besar peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan (Sunyoto Usman, 2004). ada beberapa indikator yang diuraikan

berdasarkan pada beberapa fungsi dan peranannya yaitu:

1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagai fasilitator:


43

Peranan LPM Kelurahan sebagai fasilitator adalah menfokuskan pada

mendampingi masyarakat di dalam melakukan rencana-rencana

pembangunan.

2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagai mediator:

Peranan LPM Kelurahan sebagai mediator dalam pembangunan adalah

mempunyai tugas mensosialisasikan hasil-hasil usulan rencana

pembangunan yang sudah ditetapkan dan dijadikan rancangan

pembangunan jangka menengah dan rancangan pembangunan kelurahan

terpadu kepada semua elemen masyarakat.

3. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagai motivator:

Kelurahan sebagai motivator menempatkan diri sebagai garda. Bimbingan,

pembinaan dan pengarahan dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan

atau proses memelihara, menjaga, dan memajukan organisasi melalui

setiap pelaksanaan tugas personal, baik secara struktural maupun

fungsional.

4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagai dinamisator:

Peranan LPM Kelurahan sebagai dinamisator adalah dapat

mengoptimalisasikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, LPM harus

jeli dan bijaksana dalam memantau dan melihat berbagai kegiatan di

masyarakat yang selalu dinamis, menempatkan dirinya di tengah-tengah

masyarakat untuk bisa langsung terjun mendorong masyarakat untuk lebih

berperan aktif terlibat dalam kegiatan pembangunan di masing-masing

wilayahnya.
44

2.5 Penelitian Terdahulu

Untuk bahan pertimbangan dalam penelitian ini dicantumkan hasil penelitian

terdahulu, dengan adanya penelitian terdahulu ini diharapkan akan mampu

memecah masalah dalam penelitian Perbedaan Peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan di Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan. dalam

penelitian terdahulu ini memiliki kesamaan dari segi Fokus, tema dan judul

namun lokusnya berbeda. Sehingga penelitian terdahulu ini sangat membantu

peneliti. Di bawah ini adalah hasil penelitian terdahulu yang telah peneliti baca:

Penelitian pertama yaitu yang dilakukan oleh Abid Muhtarom, Universitas

Islam Lamongan, 2016 dengan judul Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

dalam pembangunan desa di Kabupaten Lamongan. Dalam penelitiannya peneliti

an ini menggunakan penelitian metode deskriptif Kualitatif yang mendapatkan

hasil dari penelitiannya ialah untuk menjalankan fungsi dan perannya dalam

pembangunan harus sesuai dengan peraturan desa dan kelurahan yang sudah

dibuat. Namun ada beberapa fungsi yang baik untuk dijalankan guna

meningkatkan pembangunan.

Penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Firana,

Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang, 2014 dengan judul Peranan

LPM dalam Penyelenggaraan pembangunan Pemerintah di Kelurahan karas

Kecamatan Galang Kota Batam. Dalam penelitiannya, penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mendapatkan hasil dari

penelitiannya ialah bahwa partisipasi msyarakatnya sangat tinggi namun kurang


45

aktif dalam memberikan pendapatnya dan masyarakatnya kurang perhatian dalam

merawat keadaan fisik bangunan yang telah dibuat.

Adapun penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu untuk mengetahui

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan

Ciwedus dan Kelurahan Bendungan. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif, dengan berfokus pada perbedaan Peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK). Dan menganalisisnya menggunakan teori

Sunyoto, 2004 yang menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman

dalam menilai peran lembaga kemasyarakatan.

2.6 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan alur berfkir peneliti dalam penelitian, untuk

mengetahui bagaimana alur berfikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan

penelitian maka dibuatlah kerangka berpikir yang mengacu pada identifikasi

masalah yang dijabarkan pada bab 1 dan akan dikupas dengan teori yang

dijabarkan pada bab 2 dan akan dihasilkan kesimpulan yang akan memberikan

manfaat. Di bawah ini adalah kerangka berfikir dari penelitian Studi Komparatif

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam

pembangunan kelurahan Tahun 2015 di Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan

Bendungan.

Oleh karena itu penelitian ini mencoba membandingkan peran LPMK

Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan dengan menggunakan teori

Sunyoto,2004 yang menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman


46

dalam menilai peran lembaga masyarakat antara lain sebagai berikut : fasilitator,

mediator, motivator, dan dinamisator. Diharapkan dengan menggunakan teori

tersebut dapat mengetahui peran LPMK Kelurahan Ciwedus dan peran LPMK

Kelurahan Bendungan dan hasil akhinya mengetahui perbedaan peran LPMK di

Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan .


47

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Studi Komparatif Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat


Kelurahan (LPMK) dalam Pembangunan Kelurahan Tahun
2015 di Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan

Input :
1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendali pembangunan yang dilaksanakan LPMK di
Kelurahan ciwedus lebih aktif dibandingkan di Kelurahan
Bendungan
2. Perizinan tanah terkait masalah program pembangunan fisik
dikelurahan Ciwedus lebih sulit dibandingkan di Kelurahan
Bendungan.
3. Sosialisasi program pembangunan kepada masyarakat jauh
lebih baik di Kelurahan Ciwedus dibandingkan di
Kelurahan Bendungan.

Proses :
Menurut Sunyoto Usman, 2004 berdasarkan pada beberapa fungsi
dan peranannya LPMK:

1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai


Fasilitator
2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai
Mediator
3. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai
Motivator
4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai
Dinamisator

Output:
Gambaran Peran LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan) Kelurahan Bendungan dan Ciwedus.

(Sumber: Peneliti 2018)


48

2.7 Asumsi Dasar

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas maka peneliti

berasumsi bahwa penelitian tentang Studi Komparatif Peran Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam Pembangunan Kelurahan

Tahun 2015 di Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan belum optimal.


49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian Studi Komparatif Peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 di

Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus Kecamatan Cilegon, peneliti

menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena

dengan bentuk penelitian ini memungkinkan peneliti untuk dapat menggambarkan

dan melakukan perbandingan hal-hal terkait Peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 di Kelurahan

Bendungan dan Kelurahan Ciwedus Kecamatan Cilegon, guna memahami

fenomena apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dan dengan cara

deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan menggunakan metode ilmiah berupa wawancara mendalam,

studi dokumetasi dan observasi.

3.2 Fokus Penelitian

Agar penelitian lebih terstruktur dan sistematis, maka ruang lingkup

penelitian memfokuskan pada Studi Komparatif Peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 di

Keluarahn Ciwedus dan Kelurahan Bendungan. J adi fokus penelitian ini ada pada

perbedaan peran LPMK sedangkan lokus penelitian ini di Kelurahan Bendungan

dan Kelurahan Ciwedus.


50

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan

khususnya pada bagian kelembagaan masyarakat salah satunya Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). Dipilihnya lokasi ini dikarenakan

peneliti ingin mengetahui bagaimana perbedaan peran LPMK baik itu di

Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan dimana jika kita melihat dari

jumlah penduduk tidak berbeda jauh.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Variabel dari penelitian ini adalah Peran LPMK Kelurahan Ciwedus dan

Kelurahan Bendungan, menurut peneliti teori yang dapat diujikan untuk

mengetahui perbedaan peran LPMK adalah teori sunyoto 2004, peneliti

menggunakan teori tersebut karena ingin mengetahui perbedaan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan(LPMK). Berdasarkan permasalahan di

lapangan maka peneliti memutuskan untuk menggunakan teori Sunyoto,2004

untuk mengetahui bagaimana peran LPMK di Kelurahan Ciwedus dan

Kelurahan Bendungan.

1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Sebagai Fasilitator : Peranan

LPM Kelurahan sebagai fasilitator adalah memfasilitasi segala aktivitas

masyarakat mengenai program pembangunan yang direncanakan

kemudian di laksanakan. Sebagai fasilitator LPMK selain mengusulkan

pembangunan juga melakukan pendampingan masyarakat di dalam


51

melakukan rencana-rencana pembangunan di kelurahan dapat dilakukan

dengan melaksanakan musyawarah rencana pembanagunan / musrenbang.

2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Mediator : Peranan LPM

Kelurahan sebagai mediator dalam pembangunan adalah mempunyai tugas

mensosialisasikan hasil-hasil usulan rencana pembangunan yang sudah

ditetapkan dan dijadikan rancangan pembangunan jangka menengah dan

rancangan pembangunan kelurahan terpadu kepada semua elemen

masyarakat. LPMK mensosialisasikan hasil rancangan yang akan

diusulkan dalam musyawarah pembangunan melalui sosialisasi kerumah-

rumah warga kelurahan dan juga melalui bentuk undangan rapat

3. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Motivator : Peranan LPM

Kelurahan sebagai motivator menempatkan diri sebagai garda. Bimbingan,

pembinaan dan pengarahan dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan

atau proses memelihara, menjaga, dan memajukan organisasi melalui

setiap pelaksanaan tugas personal, baik secara struktural maupun

fungsional.

4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Dinamisator : Peranan LPM

Kelurahan sebagai dinamisator adalah dapat mengoptimalisasikan

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, LPM harus jeli dan bijaksana

dalam memantau dan melihat berbagai kegiatan di masyarakat yang selalu

dinamis, menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat untuk bisa

langsung terjun mendorong masyarakat untuk lebih berperan aktif terlibat

dalam kegiatan pembangunan di masing-masing wilayahnya.


52

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel

penelitian dalam rincian yang terukur atau disebut juga indikator

penelitian. Biasanya menggunakan tabel matriks, indikator dan nomor

pertanyaan sebagai lampiran. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif, maka dalam penjelasan definisi operasionalnya akan

dikemukakan fenomena-fenomena penelitian yang tentunya dikaitkan

dengan konsep teori yang digunakan menurut Sunyoto (2004) seperti yang

telah dijelaskan di dalam definisi konsep sebelumnya.

Definisi operasional ini disusun dengan fokus penelitian berdasarkan

apa yang akan peneliti kaji dan temukan saat di lapangan, kemudian akan

diolah dan dikembangkan sesuai dengan data yang diperoleh menjadi satu

rangkaian informasi yang dijabarkan dalam bentuk deskriptif sehingga

menjadi suatu hasil penelitian yang dapat di pertanggung jawabkan

keabsahan datanya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini dari

Sunyoto (2004) dengan beberapa indikator dan sub indikator dalam peran

LPMK. Adapun indikatornya :

1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai Fasilitator.

a Pendampingan pada saat kegiatan Musrenbang.

b Menyalurkan usulan rencana pembangunan.

c Masyarakat ikut menentukan prioritas usulan program.

d Masyarakat ikut dalam rapat yang diadakan.

2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai Mediator


53

a Mensosialisasikan hasil rancangan yang bersifat fisik maupun non

fisik.

b Mensosialisasikan usulan rencana pembangunan.

c Masyarakat ikut memberikan informasi bagi berjalannya program

pembangunan.

3. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai Motivator

a Ikut memanfaatkan pembangunan yang sudah dibangun.

b Ikut mengawasi dan memantau kegiatan pembangunan

c Masyarakat ikut merawat dan menjaga pembangunan yang sudah

dibuat.

4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai Dinamisator

a Menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat

b Ikut memantau dan mengawasi jalannya kegiatan pembangunan

c Ikut melakukan evaluasi pada program pembangunan

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain

merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena menggunakan

alat bukan manusia maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian

dengan kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu, hanya manusialah yang dapat

berhubungan dengan responden atau objek lainnya dan mampu memahami

kaitannya dengan keadaan di lapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi

instrumen utama adalah peneliti sendiri, karena dalam sebuah penelitian kualitatif

yang menjadi instrumen terpenting adalah peneliti sendiri.


54

Penelitian mengenai Studi Komparatif Peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 di

Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciweudus Kecamatan Cilegon, peneliti

kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan atas semuanya.

3.6 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian

sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitiannya. Jadi,

objek penelitian ini yaitu Studi Komparatif Peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 di

Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus Kecamatan Cilegon.

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan informan penelitiannya teknik

purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu yang memahami

fokus penelitian. Pada penelitian ini, penentuan informan dibagi menjadi dua yaitu

key informan dan secondary informan. Key informan sebagai informan utama

yang lebih mengetahui situasi fokus penelitian, sedangkan secondary informan

sebagai informan penunjang dalam memberikan penambahan informasi. Berikut

merupakan informan dalam penelitian Studi Komparatif Peran Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam Pembangunan Kelurahan

Tahun 2015 di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus Kecamatan

Cilegon.
55

Tabel 3.1.

Daftar Informan Penelitian

No Informan Keterangan

1. Sekertaris Lurah Kelurahan Bendungan Key Informan

2. Kasi Pemerintahan Kelurahan Bendungan Key Informan

3. Ketua LPMK Bendungan Key Informan

4. Anggota LPMK Bendungan Key Informan

5. Sekertaris Lurah Kelurahan Ciwedus Key Informan

6. Kasi Pemerintahan Kelurahan Ciwedus Key Informan

7. Ketua LPMK Ciwedus Key Informan

8. Anggota LPMK Ciwedus Key Informan

9. Masyarakat di Kelurahan Ciwedus Secondary Informan

10. Masyarakat di Kelurahan Bendungan Secondary Informan

(Sumber : Peneliti 2018)

3.7 Tehnik Pengumpulan Data

Sebuah penelitian ilmiah dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah

penelitian dan perlu dibuktikan kebenarannya dengan data-data yang ada di

lapangan. Teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulakan data sebagai

berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung adalah cara pengumpulan data

dengan menggunkan data tanpa danya pertolongan alat satndar lain. Observasi
56

adalah sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang

diselidiki.

Sebagai metode ilmiah observasi diartikan pengamatan dan pencatatan

dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang

sebenarnya tidak hanya sebatas pada pengamatan yang dilaksanakan secara

langsung maupun tidak langsung.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data denga

mengadakan studi penelaahan terhadap literatur-literatur, catatan-catatan,

buku-buku, laporan-laporan yang memuat informasi yang berkaitan dengan

topik penelitian. Sumber kepustakaan dapat diperoleh dari buku, jurnal,

majalah, hasil-hasil penelitian, dan sumber lain yang sesuai (internet, koran,

dan lain-lain) dalam hal ini peniliti melakukan studi kepustakaan melalui hasil

penelitian sejenis yang pernah dilakukan, jurnal ilmiah, maupun artikel atau

yang membuat konsep maupun teori, dokumen mapun gambar yang

dibutuhkan terkait dengan topik penelitian.

3. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang atau lebih untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dalam

penelitian kualitati bersifat mendalam (indepth interview). Pada penelitian ini,

peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur, dimana wawancara

dilakukan secara bebas untuk menggali informasi lebih dalam dan bersifat
57

dinamis, namun tetap terkait dengan pokok-pokok wawancara yang telah

peneliti buat terlebih dahulu dan tidak menyimpang dari konteks yang akan

dibahas dalam fokus penelitian tersebut.

Dalam sebuah wawancara tentunya dibutuhkan suatu pedoman wawancara.

Pedoman wawancara digunakan peneliti dalam mencari data dari para informan

dan memudahkan peneliti dalam menggali sumber informan untuk mendapatkan

informasi. Adapun pedoman wawancara yang telah peneliti susun yaitu sebagai

berikut :
58

Tabel 3.2
Narasumber : Ketua LPMK / Anggota LPMK
Pedoman wawancara
No Dimensi Pertanyaan Informan

1 Fasilitator 1. Bagaimanakah menurut bapak,


keterlibatan masyarakat dalam
perencanaan pembangunan yang
difasilitasi LPMK ?

2. Bagaimana partisipasi masyarakat


dalam menjalankan program
LPMK ?

3. Kapan LPMK mengadakan


musyawarah rencana pembangunan
tersebut ?

4. Menurut bapak, apakah ada


pendampingan dari pihak LPMK
pada saat kegiatan musyawarah
rencana pembangunan ?

5. Apakah LPM menyalurkan usulan- Ketua/Anggota


usulan rencana program LPMK
pembangunan yang ada di
kelurahan ?

6. Apakah ada hambatan-hambatan


dalam merencanakan program
pembanagunan yang LPMK
laksanakan ?

7. Apakah masyarakat ikut


menentukan prioritas usulan
program yang LPMK tentukan ?

8. Menurut bapak apakah program


LPMK ini benar-benar dibutuhkan
atau tidak ?

2 Mediator 1. Apakah LPMK mensosialisasikan


hasil rancangan yang bersifat fisik
maupun non fisik kepada
59

masyarakat ?

2. Apakah LPMK mensosialisasikan


usulan rencana pembangunan
kepada masyaarakat kelurahan?

3. Apakah ada hambatan-hambatan


dalam mensosialisasikan program
LPMK ?

4. Menurut bapak apakah masyarakat


pernah mengikuti setiap
diadakannya rapat LPMK ?

5. Menurut bapak, apakah LPM


mengajak masyarakat dalam
mengikuti rapat yang diadakan
oleh LPMK Kelurahan ?

6. Apakah masyarakat ikut


memberikan informasi bagi
berjalannya program pembangunan
?
7. Menurut bapak, sudah adakah
kesadaran masyarakat untuk ikut
dalam memberikan informasi bagi
berjalannya program pembangunan
?
3 Motivator 1. Apakah selama ini masyarakat
sudah memanfaatkan tempat yang
sudah dibangun LPMK Kelurahan
?
2. Bagaimana pemanfaatan
masyarakat terhadap pembangunan
yang ada di Kelurahan ?

3. Menurut bapak, apakah masyarakat


ikut merawat pembangunan yang
telah dibuat oleh LPMK Kelurahan
?
4. Bagaiamana masyarakat dalam
merawat pembangunan yang telah
dibuat oleh LPMK Kelurahan ?

5. Bagaimanakah menurut bapak,


60

dengan keikutsertaan masyarakat


dalam merawat pembangunan yang
sudah ada di Kelurahan ?

6. Apakah bapak, ikut memantau


kegiatan pembangunan yang
diadakan LPMK di Kelurahan ?

7. Bagaimana bapak memantau


kegiatan pembangunan yang
dilakukan LPMK Kelurahan ?

8. Bagaimana masyarakat menjaga


pembangunan yang sudah ada di
Kelurahan ?

4 Dinamisator 1. Sebagai pendamping program,


apakah ada pemantauan dan
pengawasan program dari pihak
LPMK ?

2. Bagaimana pemantauan dan


pengawasan terhadap jalannya
kegiatan pembangunan oleh LPMK
Kelurahan ?

3. Berapa lama pemantauan dan


pengawasan tersebut berjalan ?

4. Apakah LPMK melakukan evaluasi


terhadap kegiatan program
pembangunan ?

5. Bagaimana LPM mengevaluasi


kegiatan pembangunan di
Kelurahan tersebut ?
61

Tabel 3.3
Pedoman wawancara
Narasumber : Aparat Pemerintah Kelurahan
No Dimensi Pertanyaan Informan

1 Fasilitator 1. Bagaimanakah menurut bapak,


keterlibatan masyarakat dalam
perencanaan pembangunan yang
difasilitasi LPMK ?

2. Bagaimana partisipasi masyarakat


dalam menjalankan program LPMK
?
3. Kapan LPMK mengadakan
musyawarah rencana pembangunan
tersebut ?

4. Menurut bapak, apakah ada


pendampingan dari pihak LPMK
pada saat kegiatan musyawarah
rencana pembangunan ?

5. Apakah LPM menyalurkan usulan- Aparat Pemerintah


usulan rencana program Kelurahan
pembangunan yang ada di
kelurahan ?
6. Apakah ada hambatan-hambatan
dalam merencanakan program
pembanagunan yang LPM
laksanakan ?

7. Apakah masyarakat ikut


menentukan prioritas usulan
program yang LPM tentukan ?

8. Menurut bapak apakah program


LPM ini benar-benar dibutuhkan
atau tidak ?
2 Mediator 1. Apakah LPM mensosialisasikan
hasil rancangan yang bersifat fisik
maupun non fisik kepada
masyarakat ?

2. Apakah LPM mensosialisasikan


62

usulan rencana pembangunan


kepada masyaarakat kelurahan?

3. Apakah ada hambatan-hambatan


dalam mensosialisasikan program
LPMK ?

4. Menurut bapak apakah masyarakat


pernah mengikuti setiap
diadakannya rapat LPMK?

5. Menurut bapak, apakah LPMK


mengajak masyarakat dalam
mengikuti rapat yang diadakan oleh
LPMK Kelurahan ?

6. Apakah masyarakat ikut


memberikan informasi bagi
berjalannya program pembangunan
?
7. Menurut bapak, sudah adakah
kesadaran masyarakat untuk ikut
dalam memberikan informasi bagi
berjalannya program pembangunan
?
3 Motivator 1. Apakah selama ini masyarakat
sudah memanfaatkan tempat yang
sudah dibangun LPMK Kelurahan ?

2. Bagaimana pemanfaatan
masyarakat terhadap pembangunan
yang ada di Kelurahan ?

3. Menurut bapak, apakah masyarakat


ikut merawat pembangunan yang
telah dibuat oleh LPMK Kelurahan
?
4. Bagaiamana masyarakat dalam
merawat pembangunan yang telah
dibuat oleh LPMK Kelurahan ?

5. Bagaimanakah menurut bapak,


dengan keikutsertaan masyarakat
dalam merawat pembangunan yang
sudah ada di Kelurahan ?
63

6. Apakah bapak, ikut memantau


kegiatan pembangunan yang
diadakan LPMK di Kelurahan ?

7. Bagaimana bapak memantau


kegiatan pembangunan yang
dilakukan LPMK Kelurahan ?
8. Apakah masyarakat ikut menjaga
pembangunan yang sudah ada di
Kelurahan ?

9. Bagaimana masyarakat menjaga


pembangunan yang sudah ada di
Kelurahan ?

4 Dinamisator 1. Sebagai pendamping program,


apakah ada pemantauan dan
pengawasan program dari pihak
LPM K?

2. Bagaimana pemantauan dan


pengawasan terhadap jalannya
kegiatan pembangunan oleh LPMK
Kelurahan ?

3. Berapa lama pemantauan dan


pengawasan tersebut berjalan ?
4. Apakah LPMK melakukan evaluasi
terhadap kegiatan program
pembangunan ?

5. Bagaimana LPMK mengevaluasi


kegiatan pembangunan di
Kelurahan tersebut ?
64

Tabel 3.4
Pedoman wawancara
Narasumber : Masyarakat
No Dimensi Dimensi Pertanyaan Informan

1 Fasilitator 1. Apakah LPMK mengundang


bapak/ibu dalam rapat untuk
merencanakan pembangunan di
Kelurahan ?

2. Apakah bapak/ibu pernah ikut


merencanakan pembangunan dalam
LPMK yang akan dilaksanakan di
Kelurahan ?

3. Apa saja yang bapak/ibu lakukan


dalam menentukan prioritas dalam
menyelenggarakan program
pemerintah yang akan dilaksanakan
di Kelurahan ?

4. Apakah bapak/ibu menemukan Masyarakat di


hambatan-hambatan dalam Kelurahan
memberikan usulan program yang Bendungan dan
akan dilaksankan di Kelurahan ? Kelurahan
Ciwedus
2 Mediator 1. Apakah bapak/ibu pernah mengikuti
rapat yang diadakan LPMK di
Kelurahan ?

2. Apakah LPMK mensosialisaikan


program pembangunan yang akan
diselenggarakan kepada masyarakat ?

3. Apakah sosialisasi yang diberikan


LPMK sampai kepada masyarakat ?

4. Bagaimana LPMK mensosialisasikan


prgram pembangunan di Kelurahan ?

5. Apakah bapak/ibu mengetahui


program apa saja yang diprioritaskan
oleh LPMK dalam pembangunan
Kelurahan ?
65

6. Apakah bapak/ibu ikut menentukan


program apa saja yang di prioritaskan
terlebih dahulu ?

7. Selama berjalannya program LPMK


Kelurahan, apakah bapak/ibu pernah
memberikan informasi bagi
berjalannya program pembangunan ?

3 Motivator 1. Apakah selama ini bapak/ibu sudah


memanfaatkan tempat yang sudah
dibangun LPMK Kelurahan ?

2. Bagaimana bapak/ibu memanfaatkan


tempat yang sudah dibangun LPMK
Kelurahan ?

3. Apakah bapak/ibu ikut merawat


tempat yang sudah dibangun oleh
LPMK Kelurahan ?

4. Bagiamana bapak/ibu merawat


tempat yang sudah dibangun oleh
LPMK Kelurahan ?

5. Apakah LPMK ikut merawat dan


menjaga tempat yang sudah dibangun
?
6. Bagaimana bapak/ibu merawat
tempat yang sudah dibangun LPMK ?

7. Apakah bapak/ibu ikut memantau


kegiatan pembangunan yang diadakan
?

8. Bagaimanakah LPMK dalam


memantau kegiatan pembangunan
Kelurahan ?

4 Dinamisator 1. Menurut bapak/ibu apakah selama


berjalannya program LPMK di
Kelurahan ada pemantauan atau
pengawasan oleh anggota LPMK ?

2. Apakah LPMK mengajak bapak/ibu


66

dalam menghadiri evaluasi


pembanagunan yang diadakan LPMK
?
3. Menurut bapak/ibu apakah
berjalannya program LPMK di
Kelurahan ada evaluasi terhadap
pembangunan ?

4. Apakah bapak/ibu pernah ikut dalam


rapat evaluasi terhadap pembangunan
yang dilaksanakan ?

5. Bagaimana bapak/ibu dalam


mengikuti rapat evaluasi
pembangunan yang diadakan LPMK?

6. Bagimanakah LPMK mengevaluasi


program pembangunan yang ada di
Kelurahan ?

7. Kapan diadakannya rapat evaluasi


pembangunan yang LPMK
laksanakan ?
(Sumber : Peneliti 2018)

4. Dokumentasi

Studi dokumentasi yakni setiap bahan tertulis, ataupun film, gambar, dan

foto-foto yang di persiapkan karena adanya permintaan seorang peneliti. Studi

dokumentasi dapar di artikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-

bahan tertulis yang di tertibkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi objek

penelitian.

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif teknik analisis data yang digunakan sudah jelas,

diarahkan untuk menjawab rumusan masalah. Analisis data dalam penelitian

kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai

di lapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah
67

dengan menggunakan teknik analisis data mengikuti konsep yang diberikan leh

Miles dan Huberman. Menurut keduanya, bahwa aktifitas dalam analisa data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada

setiap tahapan penelitian sehingga samapai tuntas dan datanya jenuh.

Analisis data kualitatif merupakan uapaya yang berkelanjutan, berulang dan

terus menerus. Masalah reduksi data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi

menjadi gambaran dari keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan

analisis yang saling usul menyusul. Namun dua hal lainnya itu senantiasa

merupakan bagian dari lapangan. Untuk lebih jelasnya, maka kegiatan analisis

data dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Reduksi data

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti: merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari

tema dan pola nya dan membuang yang tiak perlu. Data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila di perlukan.

2) Penyajian Data

Penyajian data merupakan, alur penting kedua dari kegiatan analisis.

Penyajian data paling sering di lakukan dlam penelitian kualitatif pada

masa lalu adalah bentuk teks naratif, tetapi ada beberapa bentuk

penyajian data dengan menggunakan grafik, matriks, jaringan dan


68

bagan. Maka dalam penelitian ini peneliti menyajikan data dalam

bentuk naratif.

3) Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Penarikan kesimpulan/ verifikasi merupakan, langkah menyimpulkan

dari temuan-temuan peneliti untuk dijadikan suatu kesimpulan

penelitian yang di kemukakan diawal masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak di temukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peeliti kembali ke lapangan untuk

mengumpulakan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan keismpulan yang kredibel. Oleh karena itu, kesimpulan

harus diverfikasi selama penelitian berlangsung.

3.9 Teknik Uji Keabsahan Data

Data hasil penelitian kualitatif dapat di percaya dan dapat di pertanggung

jawabkan jika menggunakan uji keabsahan data. Ada berbagai macam kriteria

untuk menguji keabsahan data, salah satunya melalui uji kredibilitas data yang

akan peneliti gunakan dalam penelitian ini. Namun peneliti hanya menggunakan

uji kredibilitas yang dilakukan melaui dua teknik pemeriksaan, yaitu triangulasi

serta member check yaitu:

1) Triangulasi

Triangulasi adalah proses check and recheck antara satu sumber data

dengan sumber data yang lainnya. (Irawan, 2006:5.34). sedangkan


69

menurut sugiyono (2011:273) Triangulasi dalam pengujian kredibilitas di

artikan sebagai pengecekan data dari berbagai cara, berbagai waktu,

seperti dijelaskan berikut:

a Triangulasi Teknik

yaitu untul menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda.

b Triangulasi Sumber

yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

c Triangulas Waktu

yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik

lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Ketiga macam triangulasi diatas, peneliti dalam melakukan analisis

data menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Sumber data pada

penelitian ini adalah aparat Kelurahan Bendungan, anggota Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan , masyarakat di Kelurahan

Bendungan dan aparat Kelurahan Ciwedus, anggota Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, masyarakat di Kelurahan Ciwedus

2) Mengadakan Membercheck

Membercheck merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data (sugiyono, 2011:276). Tujuan membercheck adalah


70

untuk mengetahui seberapa jauh data yag diperoleh sesuai dengan apa

yang diberikan oleh pemberi data.

3.10 Jadwal penelitian

Tabel 3.5

Jadwal Penelitian

2017 2018
No Kegiatan ags se o no d ja Fe M a me J Jul
p kt v es n b ar pr i u
n
1. Pengajuan Judul
2. Observasi Awal
3. Pengumpulan
Data
4. Penyusunan
Laporan
5. Seminar Ujian
Proposal
6 Revisi proposal
7 ACC Lapangan
8 Proses Pencarian
Data di Lapangan
9 Pengolahan Data
10 Penyusunan Data
Hasil Penelitian
11 Sidang Skripsi
12 Revisi Skripsi
71

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Bendungan

Kelurahan Bendungan adalah Kelurahan yang terletak di Kecamatan

Cilegon Kota Cilegon yang memiliki luas wilayah 106 Ha. Berbatasan

dengan Kelurahan Ciwaduk (sebelah utara), Kelurahan Karangasem

(sebelah selatan), Kelurahan Ciwedus (sebelah barat), dan Kelurahan

Ketileng (sebelah timur). Yang terdiri dari 19 (sembilan belas) Rukun

Tetangga (RT) dan 6 (enam) Rukun Warga (RW). Dengan tingkat

pertumbuhan penduduk rata-rata 10% setiap bulannya dengan jumlah

penduduk seluruhnya sebanyak 9.432 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki

4.793 jiwa dan perempuan 4,639 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan

penduduk setiap bulannya sekitar 10% sedangkan jumlah Kepala Keluarga

sebanyak 1.980 Kepala Keluarga.

Tabel 4.1

Jenis Potensi di Kelurahan Bendungan

No Jenis Potensi Lokasi Keterangan

1. Sumber Daya Alam Kel. Bendungan Meliputi: sarana penerangan


(PLN), sarana air bersih
(sumur gali, sumur pompa
dan PAM)
2. Sumber Daya Manusia Kel. Bendungan Mencakup jenis-jenis
pekerjaan penduduk di
Kelurahan bendungan yang
dapat diklasiikasikan menjadi
72

beberapa jenis yaitu petani,


buruh, wiraswasta, PNS,
pedagang, peternak, montir,
bidan, dokter dan lain
sebagainya.
3. Sumber Daya Kel. Bendungan Meliputi: lembaga
Kelembagaan pemberdayaan masyarakat
kelurahan, karang taruna,
PKK, RW,RT dan lembaga
lainnya.
4. Sumber daya sarana Kel. Bendungan Meliputi: sarana dan
prasarana prasarana pemerintahan,
transportasi, peribadata,
olahraga, pendidikan,
kesehatan, penerangan,
komunikasi dan air bersih
(Sumber : Kelurahan Bendungan)

Dari luas wilayah Kelurahan Bendungan yang mencapai kurang lebih

106 Ha, merupakan bagian wilayah Kecamatan Cilegon, yang mempunyai

beberapa potensi yang sangat potensial. Potensi Kelurahan Bendungan yang

mencakup sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya

kelembagaan dan sumber sarana dan prasarana, tingkat perkembangan dari

sumber potensi tersebut sangat potensial untuk ditingkatkan perkembangan

dan kemajuannya. Perlu dijelaskan dari potensi sumber daya alam di

Kelurahan Bendungan, tingkat perkembangannya masih relatif kecil,

mengingat kondisi pertanian,kehutanan, peternakan dan sumber daya alam

yang lainnya wilayah Kelurahan Bendungan kurang mendukunng. Hal ini

disebabkan karena tidak adanya / sempitnya lahan untuk tingkat

perkembangannya.
73

4.1.1.1 Visi Misi Kelurahan Bendungan

Visi :

“Memantapkan Kelurahan Bendungan yang maju, peduli dan mandiri.”

Misi :

1. Meningkatkan pelayanan ramah, cepat dan berbasis teknologi

informasi.

2. Menciptakan lingkungan yang religius.

3. Menciptakan lingkungan yang bersih, indah dan sehat.

4. Menciptakan lingkungan yang aman dan tertib.

5. Meningkatkan koordinasi dan konsolidasi dengan kelembagaan

masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat.

6. Meningkatkan kemandirian perekonomian masyarakat.

7. Membudayakan jiwa memberi dan gotong royong.

8. Meningkatkan masyarakat gemar membaca.

4.1.2 Gambaran Umum Lembaga pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan Bendungan

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan merupakan wadah

partisipasi masyarakat dalam pembangnan desa/kelurhan. Sumberr dana

yang digunakan dalam kegiatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di

Kelurahan Bendungan berasal dari dana operasional bantuan pemerintah

provinsi Banten dan pemerintah kota Cilegon, serta ada dana sukarela dar

masyarakat Kelurahan Bendungan.


74

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007

Tentang Pedoman Penataan Kemasyarakatan jelas menyebutkan terkait

dengan tugas dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) Mempunyai tugas membantu lurah dalam

pelaksanaan urusan pembangunan, sosial kemasyarakatan, dan

pemberdyaan masyarakat. adapun Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

dalam melaksankan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)

dan ayat (2) mempuyai tugas dan fungsi sebagai berikut :

Tugas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yaitu :

a Menyusun rencana pembangunan yang partisipatif

b Menggerakan swadaya gotong royong masyarakat

c Melaksanakan dan mengendalikan pembangunan

Fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakata yaitu:

a penampung dan penyalur aspirasi masyarakat dalam pembangunan

b penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan republik

indonesia

c peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada

msyarakat

d penyusunan rencana, pelaksna, pengendali, pelestarian dan

pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipastif

e penumbuh kembangan dan penggerak swadaya gotong royong

masyarakat.
75

f penggali, pendayagunaan dan pengembangna potensi sumber daya serta

keserasian lingkungan hidup.

4.1.2.1 Kepengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

Bendungan

1. Ketua : - Drs. Entus Mulyadi

2. Sekertaris : - Didi Rihadi Spd.i

3. Bendahara : - Rosyati

4. Bid. Pemb. Infrastruktur : - Sofan Sofian

: - Aceng Suandi

: - A. Riyanto

: - Aisah

: - Maryuni

5. Bid. Kom. dan Informasi : - Agus hasanudin

: - Sarino

4.1.3 Gambaran Umum Kelurahan Ciwedus

Kelurahan Ciwedus ditetapkan berdaasarkan Peraturan Daerah Kota

Cilegon Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Organisasi Perangkat

Daerah Kota Cilegon. Kelurahan Ciwedus merupakan salah satu

Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Cilegon Kota Cilegon, yang

berada pada ketinggian (MDPL) antara 15 m s/d 55 m dari permukaan

laut, dengan luas wilayah yang dimiliki adalah 175 Ha / 1,75 km 2 dengan

batas-batas wilayah yaitu :


76

- Sebelah utara perbatasan dengan Kelurahan Ciwaduk

- Sebelah selatan perbatasan dengan Keluarahan Bagendung

- Sebelah barat perbatasan dengan Kelurahan Taman Baru

- Sebelah timur perbatsan dengan kelurahan Bendungan

Berdasarkan RT RW Pemerintah Kota Cilegon bahwa peruntukan

lahan di Kelurahan Ciwedus sebagai wilayah zona pemukiman perkotaan,

maka presentase cakupan wilayah Kelurahan Ciwedus yaitu 80 % adalah

daratan pemukiman sedangkan 20 % adalah tegalan dan sawah.

Dengan semakin pesatnya perkembangan penduduk di Kelurahan

Ciwedus khususnya pengembangan perumahan di sebelah selatan, realaita

yang ada bahwa Kelurahan Ciwedus kedepan akan memiliki jumlah

penduduk terbanyak di wilayah Kecamatan Cilegon, sebagai gambaran

jumlah penduduk Kelurahan Ciwedus adalah sebagai berikut :

Jumlah penduduk : 10.167 Jiwa, 2794 KK

a. Laki-laki : 5.070 Jiwa

b. Perempuan : 5.097 Jiwa

c. Usia 0 – 15 : 1.827 Jiwa

d. Usia 15 – 65 : 7.035 Jiwa

e. Usia 65 ke-atas : 1.245 Jiwa

Kelurahan Ciwedus memiliki tipologi : persawahan, perladangan,

perkebunan, peternakan, pertambangan, kerajinan / industri kecil, jasa dan

perdagangan.
77

Tabel 4.2

Potensi Kelurahan Ciwedus

No Jenis Potensi Lokasi Keterangan

1. Sumber Daya Alam Kel. Ciwedus Meliputi: sumber daya air,


pertanian
2. Pendidikan Kel. Ciwedus Sarana dan prasarana
pendidikan, pelatihan/
ketrampilan
3. Sumber Daya Manusia Kel. Ciwedus Mencakup ketergantungan
dan kemamapuan,
pendidikan, mata
pencaharian, tenaga kerja,
keahlian dan pelatihan-
pelatihan.
4. Kelembagaan Kel. Ciwedus Peningkatan kelembagaan
meliputi; lembaga
pemerintahan,
kemasyarakatan, ekonomi,
pendidikan, keamanan,
maupun politik.
5. Perekonomian Kel. Ciwedus Peningkatan dan
pembinaan ukm / home
inustri.
6. Kimpraswail Kel. Ciwedus Melingkup; kebutuhan
sarana dan prasarana jalan
lingkungan, drainase,
pengelolan sampah, sarana
olaraga dan
sarana/prasarana lainya.
(sumber: Kelurahan Ciwedus)

Dari luas wilayah Kelurahan ciwedus yang mencapai 137 Ha,

merupakan bagian wilayah Kecamatan Cilegon, yang mempunyai

beberapa potensi yang sangat potensial. Untuk mencapai keberhasilan

dalam pembangunan yang selaras, seimbang dan sesuai kondisi kebutuhan

masyarakat, indikator yang terpenting dalam perumusa perencanaan


78

pembangunan harus menitik beratkan pada sektor potensi yang ada di

Kelurahan.

4.1.3.1 Visi dan Misi Kelurahan Ciwedus

Visi :

“ Terwujudnya Pelayanan Masyarakat yang Prima Menuju Masyarakat

yang Mandiri dan Pintar “

Misi :

1. Meningkatkan Kualitas Aparatur Pelayanan masyarakat Kelurahan

2. Meningkatkan Mutu Pelayanan Masyarakat yang Transparan dan

Akuntabel

3. Melengkapi Sarana dan Prasarana Penunjang Keiatan Pelayanan

Masyarakat

4. Meningkatkan Sinergisitas dan Kondusifitas Internal mauoun Eksternal

Kelurahan

5. Dan Mengembangkan Sistem Pelayanan Masyarakat yang Efektif dan

Efisien.

Tujuannya adalah meningkatkan sumber daya masyarakat yan

berhasil dan berdaya guna sera pengkatan kualitas dalam pelaksanaan

pemerintahan dibidang pelayanan masyarakat dalam mendukung

kebijakan pemerintah Kota Cilegon dan suksesnya pelaksanaan

pembangunan daerah secara makro.


79

4.1.4 Gambaran Umum Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan Ciwedus

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan merupakan wadah

partisipasi masyarakat dalam pembangnan desa/kelurhan. Sumberr dana

yang digunakan dalam kegiatan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di

Kelurahan Ciwedus berasal dari dana operasional bantuan pemerintah

provinsi Banten dan pemrintah kota Cilegon, serta ada dana sukarela dar

masyarakat Kelurahan Ciwedus.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007

Tentang Pedoman Penataan Kemasyarakatan jelas menyebutkan terkait

dengan tugas dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) Mempunyai tugas membantu lurah dalam

pelaksanaan urusan pembangunan, sosial kemasyarakatan, dan

pemberdyaan masyarakat. adapun Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

dalam melaksankan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dan

ayat (2) mempuyai tugas dan fungsi sebagai berikut :

Tugas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yaitu :

a Menyusun rencana pembangunan yang partisipatif

b Menggerakan swadaya gotong royong masyarakat

c Melaksanakan dan mengendalikan pembangunan

Fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakata yaitu:

a penampung dan penyalur aspirasi masyarakat dalam pembangunan


80

b penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan republik

indonesia

c peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada

msyarakat

d penyusunan rencana, pelaksna, pengendali, pelestarian dan

pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipastif

e penumbuh kembangan dan penggerak swadaya gotong royong

masyarakat.

f penggali, pendayagunaan dan pengembangna potensi sumber daya serta

keserasian lingkungan hidup..

4.1.4.1 Kepengurusan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

Ciwedus

1. Ketua : Ahmad Ahsan

2. Wakil Ketua : Anazmudin

3. Sekertaris : Umi Kulsum

4. Bendahara : Mawadah

5. Seksi Infrastruktur : - Ari Ruddy Yuliyawan

- Hamziah

6. Seksi Ekonomi : - Ade Amrulloh

- Pendi

7. Seksi Sosial : - Muhtadin

- Burahim
81

4.2 Informan Penelitian

Pada penelitian kali ini mengenai Perbandingan Peran Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam Pembangunan Kelurahan

Tahun 2015 di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus, peneliti

menggunakan metode penentuan informan dengan cara teknik purposive

sampling. Dalam penentuan informan secara purposive artinya bahwa informan

yang telah dipilih berdaarkan pada kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan apa

yang telah peneliti tetapkan sebelumnya. Adapun, mereka (informan) yang telah

dipilih merupakan oran-orang yang memiliki informasi terkait penelitian ini.

Dalam penelitian kali ini yang dijadikan sebagai informan merupakan Aparat

Pemerintah, RT/RW , Masyarakat dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan).

Pada bagian Aparat Pemerintah yang dijadikan sebagai salah satu Informan

yaitu Aparat Kelurahan di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus.

Selanjutnya lembaga kemasyarakatan yaitu LPMK (Lembaga Pemberdayan

Masyarakat Kelurahan) dan yang terakhir yaitu masyarakat yang meliputi RT,

RW dan masyarakat lainnya. Untuk memudahkan peneliti dalam penulisan, maka

peneliti memberikan kode untuk masing-masing informan sebagai berikut :

1. Kode I1 untuk pihak Aparat Kelurahan Ciwedus

2. Kode 12 untuk pihak Aparat kelurahan bendungan

3. Kode I3 untuk pihak LPMK Bendungan

4. Kode I4 untuk pihak LPMK Ciwedus


82

Tabel 4.3

Informan Penelitian

No Nama Informan Usia Keterangan Kode


1. Suherman 33 Thn Sekertaris Lurah Kelurahan
Ciwedus I1-1
2. Heru Sulistyo 52 Thn Kasi Pemerintahan I1-2

3. Dadang Iskandar 50 Thn Sekertaris Lurah Kelurahan


Bendungan I2-1
4. Omat Rohmat 34 Thn Kasi Pemerintahan I2-2

5. Drs.Entus mulyadi 50 Thn Ketua LPMK Bendungan


I3-1
6. Didi Rihadi 33 Thn Anggota LPMK Bendungan
I3-2
7. Ahmad ahsan 37 Thn Ketua LPMK Ciwedus
I4-1
8. Ari Ruddy Y 42 Thn Anggota LPMK Ciwedus I4-2

9. Hamziah 42 Thn Anggota LPMK Ciwedus 14-3

10 Sihaburomli 38 Thn Ketua RT 08 di Kel. Bendungan I5-1

11 Ahmad habibi 37 Thn Ketua RT 11 di Kel. Ciwedus I6-1

12. Rochiman 64 Thn Masyarakat Kel. Bendungan I5-2

4.3 Deskripsi Data

4.3.1 Operasional konsep

Deskripsi data merupakan hasil data yang diperoleh selama observasi di

lapangan. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa

data hasil dari wawancara. Data yang diperoleh yaitu berupa kata-kata yang

diamati dari hasil wawancara yang juga merupakan sumber utama dalam
83

penelitian kali ini. Sumber data ini kemudian di catat secara tertulis atau

dengan alat perekam yang digunakan selama wawancara di lapangan

berlangsung.

Dalam penelitian kali ini menggunakan teori berdasarkan pada

beberapa fungsi dan peranannya LPMK dalam Sunyoto Usman (2004) yang

mengemukakan bahwa dalam teori ini memiliki beberapa fungsi dan

peranannya yaitu: Fasilitator, Mediator, Motivator, Dinamisator. Metode

yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode kualitatif

dengan demikian data yang diperoleh yaitu berupa deskriptif berbentuk kata

dan kalimat yan dilakukan selama wawancara mendalam, hasil observasi dan

studi dokumentasi.

4.4 Analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu

menggunakan teknik analisis data menurut Miles & Huberman (2009:20) sebagai

berikut:

1) Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu proses pengumpulan data selama penelitian ini

berlangsung. Adapun proses pengumpulan data pada penelitian ini yaitu yang

berkaitan dengan Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

(LPMK) dalam Pembangunan Perbandingan di Kelurahan Ciwedus dan

Kelurahan Bendungan dilakukan dengan cara berawal dari pengumpulan data

dari LPMK terkait realisasi kegiatan pembangunan. adapun dalam

pengumpulan data teknik yang dilakukan dengan cara wawancara, observasi,


84

studi dokumentasi. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh valid dan bisa

dipertanggungjawabkan.

2) Reduksi Data

Dalam tahap kali ini yaitu reduksi data merupakan langkah selanjutnya

dimana peneliti mulai merangkum dan memilih-milih data mana saja yang

sesuai dan berkaitan dengan penelitian dengan cara memfokuskan hal yang

dianggap penting, mencari tema dan pola yang sesuai, dengan demikian akan

memberikan gambaran yang lebih jelas sehingga akan memudahkan peneliti

dalam mengumpulkan data yang selanjutnya akan dilakukan dan dalam

menyajikan data.

3) Penyajian Data

Dalam penelitian kali ini mengenai Peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam Pembangunan Tahun 2015

Perbandingan di Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan dalam

penyajian data yang menggunakan metode penelitian kualitatif menggunakan

penyajian data yang sistematif, dalam bentuk uraian singkat, bagan, kategori,

yang selanjutnya disajikan dalam kalimat yang naratif. Dengan penyajian

mana saja masalah-masalah yang terjadi dalam penelitian.

4) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Dalam penarikan kesimpulan didukung dengan bukti-bukti dan hasil

lapangan yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Adapun dengan cara

menghubungkan dengan hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi


85

yang telah dilakukan. Kemudia selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan yang

bisa dipertanggungjawabkan.

4.5 Reduksi Data (data reduction)

Analisis dalam penelitian kali ini dilakukan selama penelitian berlangsung.

Adapun dalam mereduksi dara yaitu mengumpulkan seluruh data yang telah

diperoleh selama di lapangan dan mencari mana saja tema-tema yang berkaitan

dengan penelitian. Pemberian kode-kode Informan dianggap juga penting karena

untuk mengetahui aspek-aspek mana saja yang berkaitana dengan penelitian dan

aspek jawaban yang dianggap sama dalam pembahasan penelitian. Ini bertujuan

untuk memudahkan proses reduksi data dalam penelitian, serta peneliti juga

melakukan kodefikasi identitas informan sebagai berikut :

1) Kode Q, menunujukan pertanyaan.

2) Kode Q,Q,Q menunjukan pertanyaan selanjutnya.

3) Kode I, menunjukan informan penelitian.

4) Kode I1, menunjukan pihak Aparat Kelurahan Bendungan.

5) Kode I2, menunjukan daftar informan dan urutan kategori Aparat

Kelurahan Ciwedus

6) Kode I3, menunjukan daftar informan dari pihak LPMK Bendungan.

7) Kode I4, menunjukan daftar informan dari pihak LPMK Ciwedus

8) Kode I5, menunujukan daftar informan dan urutan kategori Masyarakat di

Link. Kel. Bendungan

9) Kode I6, menunjukan daftar informan dan urutan kategori Masyarakat di

Link. Kel. Ciwedus.


86

Setelah melakukan kategorisasi dan pengkodean maka, ditemukan pola dan

tema yang sama terkait persoalan penelitian. Maka selanjutnya yaitu dilakukan

kategorisasi berdasarkan hasil dari jawaban-jawaban yang telah ditemukan.

Analisa data yang dilakukan selanjutnya yaitu menghubungkan dengan dimensi

yang dianggap sesuai dnegan permasalahan dalam penelitian. Adapun dimensi-

dimensi yang dipakai yaitu berdasarkan fungsi dan peranannya LPMK menurut

Sunyoto Usman (2004).

4.6 Studi Komparatif Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan (LPMK) Dalam Pembangunan Tahun 2015 Di kelurahan

Bendungan dan Kelurahan Ciwedus.

Lembaga Pemberdayaan Masyaakat Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas membantu desa/kelurahan dalam

pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan

pemeberdayaan masyarakat, tujuan pemberdayaan masyarakat adalah

memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan dan

keterbelakangan/kesenjangan/ketidakberdayaan.

Peran dari lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan perbandingan di

Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan tersebut bisa kita liat dari beberapa

indikator pembahasan yang akan diuraikan oleh peneliti. Adapun indikator yang

diuraikan berdasarkan fungsi dan perannya yaitu : Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan Sebagai Fasilitator, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan Sebagai Mediator, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

Sebagai Motivator, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai


87

Dinamisator bagi pembangunan di Kelurahan tersebut. Berikut beberapa indikator

uraian yang menjadi pembahasan untuk mengetahui seberapa besarnya peran

LPMK Perbandingan di Kelurahan Ciwedus dan Bendungan dilihat dari tingkat

pendidikan anggota LPMK diantara lain sebagai berikut :

Tabel 4.4

Perbandingan Tingkat Pendidikan Anggota LPMK di Kelurahan Ciwedus

dan Kelurahan Bendungan

Kelurahan Ciwedus Kelurahan Bendungan

NO Nama Anggota Riwayat No Nama Anggota Riwayat


Pendidikan Pendidikan
1. Ahmad Ahsan SLTA 1. Drs. Entus mulyadi S1

2. Anazmudin SLTA 2. Didi rihadi S.Pd.i

3. Umi kulsum SLTA 3. Rosyati Tamat SD

4. Mawadah SLTA 4. Sofan sofian D3

5. Ari ruddy. Y SLTA 5. Aceng suandi D2

6. Hamjiah SLTA 6. A. riyanto D3

7. Ade amrulloh SLTA 7. Aisah SLTA

8. Pendi SLTA 8. Maryuni SLTA

9. Muhtadin SLTA 9. Agus hasanudin SLTA

10. Burahim SLTP 10. Sarino SLTA

Sumber : Kelurahan Ciwedus dan Kelurahan Bendungan


88

Berdasarkan tabel di atas bahwa anggota Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kelurahan Ciwedus berjumlah 10 orang dan

riwayat pendidikan para anggota LPMK di dominasi tingkat pendidikan yang

setara dengan SLTA. Dibanding dengan di Kelurahan Bendungan Jumlah anggota

LPMK sama dengan di Kelurahan Ciwedus yaitu 10 orang dan riwayat

pendidikan para anggota LPMK di Kelurahan Bendungan di dominasi dengan

tingkat pendidikan Diploma sampai sarjana, namun ada juga beberapa anggota

yang tingkat pendidikannya setara dengan SLTA.

LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) di Kelurahan

Ciwedus dilihat dari Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian pembangunan masyarakatnya sudah memanfaatkan potensi dan

menggerakan swadaya gotong royong. Sejauh ini pula pelaksanaan LPMK di

Kelurahan Ciwedus yang dimana sebagai mitra dari lurah di dalam sistem

pemerintahan kelurahan sudah menunjukkan hal-hal yang menuju pada orientasi

pembangunan yang baik. Berikut beberapa indikator uraian yang menjadi

pembahasan untuk mengetahui seberapa besarnya peran LPMK di Kelurahan

Ciwedus dilihat dari daftar kehadiran masyarakat dalam kegiatan rapat yang

diselenggarakan oleh LPMK dibawah ini gambar daftar hadir sebagai berikut:
89
90
91
92

Gambar diatas merupakan daftar hadir salah satu kegiatan rapat yang

diadakan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Ciwedus. Hal ini

terlihat bahwa partisipasi masyarakat yang ada di Kelurahan Ciwedus sangat

tinggi hal ini terbukti dari daftar hadir yang ada pada saat kegiatan rapat yang

diadakan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan atau pihak

Kelurahan.

4.6.1 Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan di Kelurahan

Ciwedus :

1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Fasilitator

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan yang yang disebut

sebagai Fasilitator di Kelurahan tersebut adalah LPMK sendiri memfasilitasi

segala aktivitas masyarakat yang menyangkut dengan program LPMK. Selain

sebagai Fasilitator dalam program pembangunan masyarakat, LPMK sendiri

merupakan pendamping terhadap perangkat-perangkat Kelurahan seperti RT

dan RW. Adapun peran yang dijalani oleh LPMK di Kelurahan Ciwedus

dilihat dari observasi awal sudah terlihat fasilitator dalam rancangan

pembangunan masyarakat. untuk dapat menjadikan Fasilitator yang baik

berikut peneliti akan mengkajikan beberapa sub indikator di dalamnya

sebagai berikut :

a Masyarakat ikut merencanakan pembangunan

Masyarakat yang ikut merencanakan pembangunan pada masing-

masing desa/kelurahan merupakan bentuk tanggungjawab masing-masing

desa/kelurahan untuk menumbuhkan rasa peduli tentang program yang


93

akan dilaksanakan di desa/kelurahan mereka demi tercapainya

pembangunan di segala bidang, baik pembnagunan bersifat fisik maupun

bidang nonfisik. Msyarakat diboleh untuk ikut merencanakan

pembangunan yang akan dilaksanakan kelurahan dan mereka harus bisa

bertanggungjawab dengan program yang telah mereka ajukan dalam

musrenbang tingkat kelurahan dan seterusnya. Adapun peneliti melakukan

wawancara I4-1 dengan ketua LPMK di Kelurahan ciwedus menyatakan

bahwa:

“masyarakat yang ada di Kelurahan Ciwedus alhamduliah sangat aktif

dalam kegiatan perencanaan pembangunan baik fisik maupun non fisik

yang diadakan oleh LPMK”. (Sumber: wawancara dengan Bapak Ahmad

Ahsan, Ketua LPMK Kelurahan Ciwedus pada hari jumat tanggal 02 maret

2018 pukul: 10:15 WIB di Kantor Kelurahan Ciwedus).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua LPMK Kelurahan Ciwedus

terakait dengan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan

menjelaskan bahwa di lingkungan Kelurahan Ciwedus masyarakat yang

ikut dalam perencanaan pembangunan sangat banyak bisa dikatakan sangat

aktif, hal ini dikarenakan masyarakat sangat sadar bahwa di setiap kegiatan

yang diadakan LPMK akan bermanfaat juga untuk masyarakat dengan

begitu masyarakat menyempatkan hadir dan ikut dalam perencanaan

pembangunan agar masyarakat dapat mengetahui rencana-rencana apa saja

yang akan dilaksanakan oleh LPMK.


94

Masyarakat yang aktif seperti kutipan wawancara di atas dalam

pembangunan di daerahnya itu akan mempercepat kemajuan khususnya di

bidang pemberdayaan masyarakat. hal ini juga karena partisipasi

masyarakat sangat tinggi, dimana mereka tidak harus digerakan terlebih

dahulu atau diajak untuk memberikan perhatiannya kepada pembangunan

termasuk dalam merencanakan kegiatan LPMK di Kelurahan Ciwedus.

Ikut merencanakan pembangunan bukan hanya pada bidang fisik tetapi

pada pemberdayaan ekonomi masyarakat Kelurahan juga dapat

disampaikan melalui LPMK Kelurahan Ciwedus. Masyarakat juga diberi

kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya berkaitan dengan

pencapaian tujuan LPMK Kelurahan Ciwedus. Dengan pertanyaan yang

sama, peneliti mendapatkan jawaban yang sama dapat kita lihat dalam

kutipan wawancara sebagai berikut :

“Pernah ikut, karena kan sekalian memberikan usulan dalam rencan-


rencana yang LPMK buat apalagi saya kan sebagai ketua RT harus
ikut sebagai perwakilan dari warga RT 11 kalo saya tidak ikut
nantinya saya gatau apa aja rencana-rencana pembangunan yang ada
di Kelurahan Ciwedus ini dan saya juga hadir dalam rapat juga atas
undangan dari pihak LPMK karenakan terkait rencana
pembangunan”. (Sumber Wawancara dengan Bapak Ahmad Habibi
selaku Ketua RT 11 pada hari minggu tanggal 04 maret 2018 pukul
09.00 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti mengetahui bahwa

masyarakat yang ada di lingkungan Kelurahan Ciwedus sangat aktif dalam

mengikuti kegiatan yang direncanakan oleh LPMK baik dalam

perencanaan pembangunan maupun kegiatan yang sedang berjalan.

Masyarakat yang aktif di dalam mengerakkan kemajuan pembangunan


95

kelurahan memainkan peranan penting dalam pembangunan khususnya

LPMK Kelurahan Ciwedus

Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang telah dilakukan

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan sebagai Fasilitator melalui LPMK Kelurahan

Ciwedus sangat baik, maka dapat diketahui bahwa di Kelurahan Ciwedus

,LPMK mampu menggerakan masyarakat dan memberikan kesadaran

akan pentingnya berpartisipasi dalam pembangunan Kelurahan.

b Masyarakat Ikut Menentukan Prioritas Usulan Program

Prioritas usulan yang ingin dibuat harus sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan juga mendesak dilaksanakan baik ditingkat desa maupun

Kelurahan Ciwedus. Di dalam ikut menentukan prioritas usulan yang ingin

dibuat merupakan bentuk peran masyarakat yang sangat penting karena

masyarakat yang lebih mengetahui pembangunan apa yang dibutuhkan

oleh masing-masing desa dan mendesak untuk dilaksanakan. Melalui

usulan program yang disampaikan oleh masyarakat kepada forum

musyawarah akan ditindaklanjuti melalui musyawarah prioritas usulan di

tingkat Kecamatan Cilegon. Adapun peneliti melakukan wawancara I4-3

dengan salah satu anggota LPMK Kelurahan Ciwedus sebagai berikut:

“Yang saya lakukan dalam menentukan prioritas dalam


penyelenggaraan program Kelurahan Ciwedus hanya untuk
kepentingan orang ramai atau masyarakat umum kan nantinya
masyarakat juga yang merasakan hasil pembangunan yang udah ada.”
(Sumber Wawancara dengan Ibu Hamziah selaku Anggota LPMK pada
hari Senin tanggal 12 maret 2018 pukul 11.00 WIB)
96

Berdasarkan wawancara dengan pihak anggota LPMK Kelurahan

Ciwedus menyatakan bahwa Masyarakat yang memiliki rasa peduli

dengan kemajuan pembangunan dapat ditunjukan dengan keikutsertaannya

di dalam memberikan usulan program LPMK Kelurahan Ciwedus antara

lain dengan ikut menentukan prioritas usulan program yang ingin dibuat

yaitu dengan hadir ketika rapat diadakan di desa maupun di Kelurahan

Ciwedus kecamatan Cilegon.

Selanjutnya peneliti juga mewawancarai 14-1 Ketua LPMK Kelurahan

Ciwedus. Kutipan wawancaranya sebagai berikut :

“Penentuan prioritas dapat dilihat dulu apa yang sangat dan amat
dibutuhkan masyarakat itu yang diprioritaskan untuk kepentingan
bersama dan ikut mensosialisaikan apa-apa saja yang sudah
diprogramkan pemerintah setelah itu disesuaikan dengan apa yang
menjdi kebutuhan masyarakat itu sendiri.” (Sumber Wawancara
dengan Ketua LPMK Bapak Ahmad Ahsan pada hari senin tanggal 12
maret 2018 pukul 14.00 WIB)

Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara maka, peneliti

mencoba menyimpulkan bahwa peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan sebagai Fasilitator sangat baik hal ini dapat dilihat

dari partisipasi masyarakat dalam ikut menetukan prioritas usulan program

yang ingin dibuat masing-masing. Hal ini terlihat dari hasil wawancara

oleh ketua LPMK Kelurahan Ciwedus bahwa dalam penentuan usulan

rapat prioritas masyarakat sangat merespon dengan baik tidak hanya

mendengarkan saja tetapi masyarakat ikut memberikan pendapatnya.


97

2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai Mediator

Lembaga Pemberdayaaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dianggap

sebagai mediator dalam pemabngunan yaitu LPMK sendiri yang memiliki

tugas untuk mensosialisasikan beberapa hasil usulan dari rencana

pembangunan yang sudah ditetapkan dan akan dijadikan pembangunan

jangka menengah kepada warga masyarakat. Untuk LPMK Kelurahan

Ciwedus sendiri mensosialisaikan rancangan pembangunan pada saat

melakukan pertemuanpertemuan yang nantinya akan diambil beberapa

menit untuk mensosialisasi program-program pembangunan tersebut.

Adapu hal yang menjadi penghambat dari program tersebut biasanya

dikarenakan faktor dari geografis. Untuk dapat menjadikan mediator yang

baik. Berikut ini peneliti akan mengkajikan beberapa sub indikator di

dalamnya sebagai berikut:

a Masyarakat Ikut Dalam Rapat Yang Diadakan

LPMK merupakan wadah aspirasi masyarakat, sehingga tidak akan

terlihat jelas peran LPMK seperti apa jika tidak adanya partisipasi dari

masyarakat sendiri dalam kegiatan yang dilakukan oleh LPMK. Tanpa

danya partisipasi dari masyarakat dalam kegiatan rapat, maka progrm

kebijakan pmerintah yang melalui LPMK di Kelurahan tersebut tidak

mungkin bisa bergerak, hal itu disebabkan tidak adanya masyarakat

yang ikut berpartisipasi. Namun tujuan dari LPMK sendiri adalah untuk

memandirikan dan memberdayakan masyarakat yang ada, baik itu di

desa maupun di Kelurahan. Untuk memperoleh informasi yang jelas


98

mengenai partisipasi masyarakat yang ikut dalam rapat yang diadakan

LPMK di Kelurahan Ciwedus, peneliti melakukan wawancara 1 4-3 yaitu

anggota LPMK di Kelurahan Ciwedus menyatakan bahwa:

“Selama ini pihak LPMK selalu mengundang perwakilan-


perwakilan masyarakat di setiap RT/RW nya melalui undangan
dengan perantara ketua rt/rw untuk hadir dalam setiap
diadakannya rapat, dan didapatnya respon yang baik dan antusias
dari masyarakat akan berapartisipasinya sanggat tinggi.” (Sumber
Wawancara dengan ibu Hamziah selaku anggota LPMK Kelurahan
Ciwedus pada hari rabu tanggal 21 maret 2018 Pukul 14:00 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas pihak anggota LPMK

menyatakan bahwa pihak LPMK selalu mengundang masyarakat dalam

kegiatan rapat yang diadakan oleh LPMK agar masyarakat dapat

mengusulkan rencana-rencana apa saja yang ingin di lakukan di

lingkungan Kelurahan Ciwedus. Kemudian selanjutnya peneliti

melakukan observasi ulang dengan mewawancarai I6-2 salah satu

masyarakat di Kelurahan Ciwedus sebagai berikut:

“kalau ada undangan rapat dari LPMK saya sempatkan hadir dan
banyak juga masyarakat dari perwakilan RT/RW yang hadir di
karenakan rapat ini menyangkut prioritas rencana pembangunan di
lingkungan Kelurahan Ciwedus yang dimana kita sebagai warga
masyarakat Kelurhan Ciwedus ingin tau apa saja pembangunan
yang diprioritaskan terlebih dulu”. (Sumber:: Wawancara dengan
Bapak Mahdum bahar salah satu masyarakat Kelurahan Ciwedus
pada hari senin tanggal 19 maret 2018 pukul 09:00 WIB.)

Hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa pihak LPMK dan

masyarakat sering menghadiri rapat yang diadakan LMK, tujuan beliau

ikut pastinya supaya bisa mengusulkan apa-apa saja yang menjadi

kegiatan prioritas yang akan dilakukan di Kelurahan Ciwedus.


99

b Masyarakat Ikut Memberikan Informasi Bagi Berjalannya

Program Pembangunan

Informasi pembangunan merupakan hal yang sangat penting bagi

LPMK, apalagi yang bersifat membangun. Masyarakat yang ikut

berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan diharapkan bisa

memberikan informasi mengenai berjalannya pembangunan dibuat oleh

LPMK Kelurahan Ciwedus. Adapun kegiatan pembangunan yang telah

direncanakan dan sedang berjalan tidak akan berjalan maksimal tanpa

adanya informasi dari masyarakat. baik menyampaikan melalui rapat,

maupun hanya melalui RT/RW setempat. Namun pada saat rapat yang

diadakan barulah RT/RW menyampaikan informasi yang didapatkan

dari masyarakat. selain itu masyarakat yang mengikuti rapat juga

memberikan informasi kepada LPMK Kelurahan Ciwedus. Adapun

peneliti melakukan wawancara I1-1 selaku sekertaris lurah di Kelurahan

Ciwedus sebagai berikut:

“Masyarakat disini sangat terbuka dimana masyarakat itu


memberikan informasi-informasi pada saat rapat yang diadakan
LPMK, jadi rapat yang diadakan LPMK tidak hanya sekedar rapat
tentang rencana-rencana pembangunan namun justru menjadi
sarana bagi masyarakat untuk memberikan informasi – informasi
yang berkaitan dengan kegiatan LPMK maupun diluar kegaitan
LPMK.” (Sumber Wawancara dengan bapak Suherman selaku
sekertaris lurah pada hari senin tanggal 18 maret 2018 pukul 14:10
WIB di Kantor Kelurahan Ciwedus)

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan informan

selanjutnya dengan pertanyaan yang sama dan jawaban yang peneliti

dapatkan sebagai berikut :


100

“Informasi dari masyrakat mengenai berjalannya pembangunan


tersebut sangat dirasakan sangat penting juga ya, karna berdampak
baik juga bagi kegiatan yang LPMK selenggarakan dan semua ini
untuk memperlancar rencana pembangunan atau pembangunan
yang sedang berjalan.” (Sumber wawancara dengan Bapak Ahmad
Ahsan Ketua LPMK pada hari selasa tanggal 27 maret 2018 pukul
11:00 WIB)

Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa masyarakat di

Kelurahan Ciwedus tingkat partisipasi nya sangat baik kita bisa lihat

dari keikutsertaan dalam menghadiri rapat dan memberikan informasi-

informasi pembangunan yang dimana dapat membantu untuk kemjauan

pembangunan yang ada di Kelurahan Ciwedus.

3. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Seabagi

Motivator

Motivator merupakan orang atau sekelompok yang mampu membuat

orang lain untuk bisa melkukan sesuatu. Di dalam LPMK sangat

dibutuhkan motivator yang bisa mendororng masyarakat yang ada di

Kelurahan untuk bisa melakukan apa yang bisa mereka lakukan demi

memwujudkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri yang sesuai keinginan

masyarakat. sehingga tantangan untuk LPMK Kelurahan Ciwedus sendiri

merupapkan cara membentuk para motivator-motivator pemberdayaan

masyarakat yang bisa memotivasi masyarakat di Kelurahan Ciwedus.

Berikut ini peneliti akan mengkajikan beberapa sub indikator di dalamnya

sebagai berikut :
101

a Masyarakat Memanfaatkan Pembangunan Yang Sudah Di

Bangun

Pembangunan di Kelurahan akan terwujud apabila kerjasama antara

Lembaga bersangkutan dan masyarakat. karena tugas LPMK sendiri

merupakan untuk mensejahterakan masyarakat dan tempat untuk

menyalurkan aspirasi masyarakat. masalah pembangunan yang ada di

Kelurahan Ciwedus sudah maksimal karena sudah adanya kerjasama

antara masyarakat dengan LPMK. Adapun peneliti melakukan

wawancara I1-2 selaku Kasi Pemerintahan Kelurahan Ciwedus sebagai

beriku:

“Masyarakat di sini sangat memanfaatkan dan menjaga


pembangunan yang ada, karena menurut mereka pembangunan
yang ada akan menguntungkan bagi mereka misalnya dengan
pembangunan pembuatan gardu pos ronda yang sudah terlaksana
dimana warga memanfaatka dengan mengunakan gardu tersebut ya
untuk tempat warga yang bertugas ronda dengan begitu terlihat
bahwa pembangunan gardu digunakan dengan sebaik-sebaiknya
dan semestinya” (Sumber Wawancara dengan Bapak Heru Sulistyo
selaku Kasi Pemerintahan Kelurahan Ciwedus pada hari senin
tanggal 19 maret 2018 pukul 10:20 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas terkait dengan pemanfaatan dan

menjaga pembangunan yang sudah ada, masyarakat sudah

memanfaatkan dan menjaga dengan baik pembangunan yang sudah

dibangun oleh LPMK. Hal ini dikarenakan pemanfaatan dan menjaga

pembangunan yang sudah ada merupakan hal yang penting karena

apabila tidak di manfaatkan dan dijaga maka akan sia-sia hasil

pembangunan yang sudah ada.


102

b Masyarakat Ikut Merawat Pembangunan Yang Sudah Ada

Merawat pembangunan yang ada di Kelurahan merupakan hal yang

sudah seharusnya dilakukan oleh masyarakat setempat agar

pembangunan yang diberikan oleh pemerintah merupakan perwujudan

dari kebiajkan pemberdayaan masyarakat, sehingga diharapkan

partisipasi dari masyarakat untuk menjaga dan merawat pembangunan

yang sudah ada maupun pembangunan yang masih dalam proses

perencanaan. Adapun peneliti melakukan wawancara I4-2 anggota

LPMK sebagai berikut:

“Kalo masalah merawat kegiatan pembangunan yang sudah ada


masyarakat disini cukup ikut merawat kok dari mulai pembangunan
fisik seperti pembangunan drainase, gardu pos ronda dan lain
sebagainya yang penting dari pihak kitanya selalu mengingatkan
akan merawat dan menjaga pembangunan yang sudah ada sih yang
dan warganya ada yang tanpa perlu kita iingatakan ada yang
langsung bergerak walaupun ada sedikit masyarakat yang kurang
peduli dengan merawat pembangunan yang ada.” (Sumber
Wawancara dengan Ari Ruddy y selaku anggota LPMK pada hari
sabtu 21 maret 2018 pukul 13:00 WIB)

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti mengetahui bahwa

setiap merawat dan menjaga hasil pembangunan yang sudah ada harus

adanya pengingatan dari pihak LPMK. Bisa dikatakan masyarakat akan

merawat dan menjaga apabila diingatkan oleh pihak LPMK bukan dari

masyarakatnya sendiri.

Selanjutnya kemudian peneliti melakukan wawancara dengan salah

satu masyarakat di Kelurahan Ciwedus sebagai berikut:


103

“kita sih dalam merawat dan menjaga pembangunan yang sudah


ada sebagai masyarakat ikut menjaga ya dan merawat walaupun
hanya membersihkan kayak menyapu yang pentingkan ada niatan
menjaga hasil pembangunan yang sudah ada tidak sama sekali cuek
sama hasil pembangunan yang sudah ada”.(Sumber: wawancara
dengan Bapak Mahdum Bahar salah satu masyarakat pada hari
minggu tanggal 19 maret 2018 pukul 09:00 WIB.)

Berdasarkan hasil wawancara di atas terkait dalam merawat dan

menjaga pembangunan yang sudah ada masyarakat masih banyak yang

belum peduli akan pembangunan yang sudah ada mereka cenderung

tidak peduli terhadap pembangunan yang ada. Apabila ada masyarakat

yang peduli itu dikarenakan adanya pengingatan dari pihak LPMK

untuk merawat dan menjaga pembangunan yang ada.

4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai


Dinamisator

Mengoptimalisasikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat LPMK

seharusnya lebih bijaksana dalam memantau serta melihat berbagai

kegiatan serta program yang ada di lingkungan masyarakat. selain harus

bijaksana pemantauan kegiatan masyarakat, LPMK juga diharapkan untuk

bisa menempatkan dirinya ditengah masyarakat dan mendorong

masyarakat untuk berperan aktif dalam program-program yang dibuat oleh

LPM. Layanan publik seprti pendidikan, kesehatan, transportasi serta lain-

lainnya, sudah mulai LPMK berikan, meskipun tidak belum maksimal

namun sudah ada perahatian dari LPMK untuk pendidikan mereka

memberikan nbantuan beasiswa dengan cara memasukan proposal ke


104

instansi-instansi dan bank-bank yang ada di Kota Cilegon. Adapn

pengawasan yang diperlukan untuk mengawasi perencanaan program yang

berbentuk pembangunan. dengan adanya pengawasan dari pihak lain selain

LPMK akan memperkecil dampak negatif yang mungkin saja akan timbul

dikemudian harinya. Berikut peneliti akan mengkajikan beberapa sub

indikator di dalamnya sebagai berikut :

a LPMK Kelurahan Melakukan Pemantauan dan Pengawasa

terhadap Kegiatan Pembangunan

Masyarakat ikut berperan dalam pelaksanaan operasional

pembangunan merupakan suatu hal yang memang sudah seharusnya

terjadi. Dengan keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan

operasional pembangunan sangat membantu berjalannya program-

program yang dilaksanakan LPMK Kelurahan beserta orang Kelurahan.

Kerjasama antara masyarakat dan pihak LPMK yang sangat baik

mampu memberikan kemajuan pembangunan yang ada di Kelurahan

Ciwedus. Adapun keberhasilan pembangunan merupakan tercapainya

semua program-program yang sudah direncanakan oleh pihak

pemerintah.

Program tidak akan bisa bisa tercapai apabila tidak ada kerjasama

antara pemerintah dan masyarakat setempat, sehingga untuk

mendapatkan pencapaianyang maksimal masyarakat harus bisa ikut

berpartisipasi dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatann, bai itu yang

bersifat tenaga, pikiran maupun materi agar apa yang dilakukan


105

masyarakat dapat termonitoring dengan baik, dan bahkan untuk

mnegetahui sudah sampai dimana program pemerintah yang telah di

fasilitator oleh LPMK Kelurahan tersebut. Adapun peneliti melakukan

wawancara I1-2sebagai berikut :

“Mereka dari pihak LPMK ikut memantau dan mengawasi


pembangunan yang sedang berjalan, karena setiap kegiatan
pembangunan harus adanya pengawasan dari pihak LPMK ataupun
Kelurahan agar sesuai rencana yang sudah di rencanakan jadi kalo
pihak LPMK ataupun Kelurahan tidak memantau atau mengawasi
nantinya apa yang direncankan dan dilaksnakan tidak sesuai
rencana yang sebelumnya udah dibuat.” (Sumber: Wawancara
dengan Bapak Heru kasi pemerintahan Ciwedus pada hari senin
tanggal 23 maret 2018 pukul 09:35 WIB)

Dari penjelasan yang telah dikemukakan oleh pihak aparat

pemerintah Kelurahan ciwedus peneliti mengetahui bahwa proses

pemantauan dan pengawasan yang dilakukan LPMK dilakukan dengan

cara memantau pembangunan yang sedang berjalan baik fisik maupun

non fisik agar rencana yang sudah direncanakan matang-matang

berjalan dan terlaksana sesuai yang sudah ditetapkan.

Selanjutnya kemudian peneliti melakukan wawancara dengan

masyarakat di Kelurahan Ciwedus sebagai berikut:

“yang saya tau dari pihak LPMK atau aparat Kelurahan selalu
memantau ya, kegiatan pembangunan yang sedang berjalan dan
selalu mengawasi juga dari mulai memberikan arahan, memantau
kegiatan sampai mana prosenya seperti itu sih ” (Sumber:
wawancara dengan Bapak Mahdum Bahar pada hari minggu tanggal
22 maret 2018 puku 15:00 WIB)

Berdasarkan kesimpulan hasil wawancara di atas bahwa LPMK di

Kelurahan Ciwedus memiliki peran penting dalam setiap kegiatan


106

pembangunan salah satunya dengan memantau dan mengawasi kegiatan

yang sedang berjalan. Karena tanpa pengawasan dan pematuan apa

yang direncanakan dan dilaksankan dapat menuju ke arah yang

bertentangan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dengan adanya

pemantauan dan pengawasan dari pihak LPMK maka akan terlihat

bahwa tidak adanya lepas tangan dari pihak LPMK akan kegiatan yang

sedang berjalan maka dari itu masyarakat kan melihat adanya tanggung

jawab dari LPMK itu sendiri.

b LPMK Kelurahan Melakukan Evaluasi Pada Program

Pembangunan

Evaluasi pada program pembangunan memang seharusnya dilakukan

minimal setahun sekali, guna untuk mengetahui perubahan pembagunan

baik itu bersifat fisik maupun nonfisik. Kegiatan LPMK Kelurahan

merupakan peran serta masyarakat dalam memlihara hasil

pembangunan yang memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah

dibangun, melakukan pemeliharaan serta pemantauan baik dari pihak

LPMK sendiri maupun bersama pihak masyarakat yang ada di

Kelurahan Ciwedus. Adapun peneliti melakukan wawancara I4-1 sebagai

berikut :

“Evaluasi ditiap tahunnya LPMK selalu dilakukan,malah dijadikan


hal yang penting tiap tahunya, supaya mengetahui kondisi
pembangunan baik itu fisik maupun non fisik dengan mengundang
perwakilan-perwakilan masyarakat di Kelurahan Ciwedus.”
(Sumber: wawancara dengan bapak Ahmad ahsan selaku Ketua
LPMK pada hari senin tanggal 23 maret 2018 pukul 09:25 WIB)
107

Berdasarkan hasil wawancara di atas terkait evaluasi terhadap

pembangunan yang sudah diselenggarakan oleh LPMK peneliti

mengetahui bahwa disetiap kegiatan yang sudah terselenggara

diadakannya evaluasi agar mengetahui kendala-kendala apa saja ang

ditemui dilapangan saat pembangunan berjalan dan evaluasi sangat

diperlukan untuk mengetahui hasil pencapaian kegiatan pembangunan

baik fisik maupun non fisik.

LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) di Kelurahan

Bendungan dilihat dari Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan

dan pengendalian pembangunan masyarakatnya masih belum aktif dan juga belum

memanfaatkan potensi dan menggerakan swadaya gotong royong. Sejauh ini pula

pelaksanaan LPMK di Kelurahan Bendunggan yang dimana sebagai mitra dari

lurah di dalam sistem pemerintahan kelurahan belum begitu menunjukkan hal-hal

yang menuju pada orientasi pembangunan yang baik. Berikut beberapa indikator

uraian yang menjadi pembahasan untuk mengetahui seberapa besarnya peran

LPMK di Kelurahan Bendungan dilihat dari daftar kehadiran masyarakat dalam

kegiatan rapat yang diselenggarakan oleh LPMK dibawah ini gambar daftar hadir

sebagai berikut:
108
109
110
111

Gambar diatas merupakan daftar hadir salah satu kegiatan rapat yang

diadakan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Bendungan.

berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa partisipasi masyarakat di Kelurahan

Bendungan sudah cukup baik hal ini dikarenakan daftar hadir yang cukup banyak

dari partisipasi masyarakat yang hadir dalam kegiatan rapat yang diadakan oleh

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan atau pihak Kelurahan.

4.6.2 Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan di Kelurahan

Bendungan :

1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Fasilitator

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan yang yang disebut

sebagai Fasilitator di Kelurahan tersebut adalah LPMK sendiri memfasilitasi

segala aktivitas masyarakat yang menyangkut dengan program LPMK. Selain

sebagai Fasilitator dalam program pembangunan masyarakat, LPMK sendiri

merupakan pendamping terhadap perangkat-perangkat Kelurahan seperti RT

dan RW. Adapun peran yang dijalani oleh LPMK di Kelurahan Bendungan

dilihat dari observasi awal sudah terlihat fasilitator dalam rancangan

pembangunan masyarakat. untuk dapat menjadikan Fasilitator yang baik

berikut peneliti akan mengkajikan beberapa sub indikator di dalamnya sebagai

berikut :

a Masyarakat ikut merencanakan pembangunan

Masyarakat yang ikut merencanakan pembangunan pada masing-

masing desa/kelurahan merupakan bentuk tanggungjawab masing-

masing desa/kelurahan untuk menumbuhkan rasa peduli tentang


112

program yang akan dilaksanakan di desa/kelurahan mereka demi

tercapainya pembangunan di segala bidang, baik pembangunan bersifat

fisik maupun bidang nonfisik. Msyarakat diboleh untuk ikut

merencanakan pembangunan yang akan dilaksanakan kelurahan dan

mereka harus bisa bertanggungjawab dengan program yang telah

mereka ajukan dalam musrenbang tingkat kelurahan dan seterusnya.

Adapun peneliti melakukan wawancara dengan I3-2 sebagai berikut:

“di kelurahan bendungan masyarakatnya sebagian kurang aktif


dalam mengikuti kegiatan perencanaan pembangunan seperti dalam
kegiatan musrenbang padahal kegiatan ini sangat penting karena
masyarakat dapat mengusulkan rencana-rencana pembangunan
yang masyarakat butuhkan. (Sumber: wawancara dengan Bapak
Entus mulyadi, Ketua LPMK Kelurahan Bendungan pada hari rabu
tanggal 04 maret 2018 pukul: 10:15 WIB di Kantor Kelurahan
Bendungan).

Dari hasil wawancara dengan Ketua LPMK Kelurahan bendungan

terakait dengan partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan

perencanaan pembangunan menjelaskan bahwa di lingkungan

Kelurahan Bendungan masyarakat yang ikut dalam perencanaan

pembangunan sangat sedikit bisa dikatakan kurang aktif, hal ini

dikarenakan masyarakat belum menyadari bahwa di setiap kegiatan

yang diadakan LPMK akan bermanfaat juga untuk masyarakat begitu

sebaliknya.

Masyarakat yang kurang aktif seperti kutipan wawancara di atas

dalam pembangunan di daerahnya itu akan memperlambat kemajuan

khususnya di bidang pemberdayaan masyarakat. hal ini juga karena


113

partisipasi masyarakat yang kurang aktif, dimana mereka harus

digerakan terlebih dahulu atau diajak untuk memberikan perhatiannya

kepada pembangunan termasuk dalam merencanakan kegiatan LPMK

di Kelurahan Bendungan.

Selanjutnya kemudian peneliti melakukan wawancara dengan I5-2

sebagai berikut:

“sesekali ikut hadir dan untuk memberi masukan atau usulan terkait
rencana pembangunan, namun saya rasa kenyataanya masukan
yang diberikan jarang dipake. Jadi saya rasa kehadiran masyarakat
disini hanya sebagai pelengkap saja karna apa yang diusulkan dari
kita sebagai warga yang hadir tidak dipake malah justru yang
dilaksanakan usulan-usulan yang pihak Kelurahan
tentukan”(Sumber Wawancara dengan Bapak H.Rochiman salah
satu tokoh masyarakat pada hari minggu tanggal 10 april 2018 pukul
09.00 WIB)

Berdasarkan kesimpulan hasil wawancara di atas masyarakat yang

ikut merencanakan pembangunan pada masing-masing desa/kelurahan

merupakan bentuk tanggungjawab masing-masing desa/kelurahan untuk

menumbuhkan rasa peduli tentang program yang akan dilaksanakan di

desa/kelurahan, namun partisipasi masyarakat di Kelurahan Bendungan

dalam mengikuti kegiatan perencanaan pembangunan kurang aktif hal

ini di karena pihak LPMK kurang optimal dalam menampung masukan-

masukan dari masyarakat. .

b Masyarakat Ikut Menentukan Prioritas Usulan Program

Prioritas usulan yang ingin dibuat harus sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan juga mendesak dilaksanakan baik ditingkat desa

maupun Kelurahan Bendungan. Di dalam ikut menentukan prioritas


114

usulan yang ingin dibuat merupakan bentuk peran masyarakat yang

sangat penting karena masyarakat yang lebih mengetahui pembangunan

apa yang dibutuhkan oleh masing-masing desa dan mendesak untuk

dilaksanakan. Melalui usulan program yang disampaikan oleh

masyarakat kepada forum musyawarah akan ditindaklanjuti melalui

musyawarah prioritas usulan di tingkat Kecamatan Cilegon. Adapun

peneliti melakukan wawancara I3-2 sebagai berikut:

“dalam menentukan prioritas usulan dalam pembangunan ini kan


yang terpenting hanya untuk masyarakat banyak juga. tetapi tetap
kita melihat mana yang lebih masyrakat butuhkan tidak asal memilih
karena ini untuk masyarakat manfaatkan nantinya ” (Sumber
Wawancara dengan Bapak Didi rihadi anggota LPMK pada hari
Selasa tanggal 27 maret 2018 pukul 19.00 WIB)

Berdasarkan wawancara dengan pihak anggota LPMK Kelurahan

Bendungan menyatakan bahwa Masyarakat yang memiliki rasa peduli

dengan kemajuan pembangunan dapat ditunjukan dengan

keikutsertaannya di dalam memberikan usulan program LPMK

Kelurahan Bendungan antara lain dengan ikut menentukan prioritas

usulan program yang ingin dibuat yaitu dengan hadir ketika rapat

diadakan di desa maupun di Kelurahan Bendungan.

Selanjutnya peneliti juga mewawancarai 13-1 Ketua LPMK

Kelurahan Bendungan. Kutipan wawancaranya sebagai berikut :

“setiap melakukan penentuan prioritas dilihat dulu mana yang


sangat dan dibutuhkan oleh masyarakat itu yang diprioritaskan
untuk kepentingan bersama dan ikut mensosialisaikan apa-apa saja
yang sudah diprogramkan pemerintah setelah itu disesuaikan
dengan apa yang menjdi kebutuhan masyarakat itu sendiri misalnya
115

apakah yang dibutuhkan itu seperi pembuatan MCK dilihat dulu


seberapa pentingnya nih untuk masyarakat yang masih belum punya
MCK kalo banyak ya kita masukan lah ke rapat musrenbang kita
musyawarakan dalam tingkat kelurahan dan nantinya kita dapat
menemukan solusinya seperti apa. Namun kebanyakan masyarakat
menyerahkan ke pihak LPMK saja bagaimana hasil akhir nantinya”
(Sumber Wawancara dengan Bapak E ntus mulyadi selaku ketua
LPMKpada hari senin tanggal 09 april 2018 pukul 14.00 WIB)

Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara maka, peneliti

mencoba menyimpulkan bahwa peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan sebagai Fasilitator sangat baik hal ini dapat

dilihat dari partisipasi masyarakat dalam ikut menetukan prioritas

usulan program yang ingin dibuat masing-masing. Hal ini terlihat dari

hasil wawancara oleh ketua LPMK Kelurahan Bendungan bahwa dalam

penentuan usulan rapat prioritas masyarakat tidak merespon dengan

baik melainkan mereka menyerahkan semua nya kepada pihak LPMK

dan aparat kelurahan.

2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai Mediator

Lembaga Pemberdayaaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dianggap

sebagai mediator dalam pemabngunan yaitu LPMK sendiri yang memiliki

tugas untuk mensosialisasikan beberapa hasil usulan dari rencana

pembangunan yang sudah ditetapkan dan akan dijadikan pembangunan jangka

menengah kepada warga masyarakat. Untuk LPMK Kelurahan Bendungan

sendiri mensosialisaikan rancangan pembangunan pada saat melakukan

pertemuanpertemuan yang nantinya akan diambil beberapa menit untuk

mensosialisasi program-program pembangunan tersebut. Adapu hal yang


116

menjadi penghambat dari program tersebut biasanya dikarenakan faktor dari

geografis. Untuk dapat menjadikan mediator yang baik. Berikut ini peneliti

akan mengkajikan beberapa sub indikator di dalamnya sebagai berikut:

a Masyarakat Ikut Dalam Rapat Yang Diadakan

LPMK merupakan wadah aspirasi masyarakat, sehingga tidak akan

terlihat jelas peran LPMK seperti apa jika tidak adanya partisipasi dari

masyarakat sendiri dalam kegiatan yang dilakukan oleh LPMK. Tanpa

danya partisipasi dari masyarakat dalam kegiatan rapat, maka progrm

kebijakan pmerintah yang melalui LPMK di Kelurahan tersebut tidak

mungkin bisa bergerak, hal itu disebabkan tidak adanya masyarakat yang

ikut berpartisipasi. Namun tujuan dari LPMK sendiri adalah untuk

memandirikan dan memberdayakan masyarakat yang ada, baik itu di

desa maupun di Kelurahan. Adapun peneliti melakukan wawancara 13-2

yaitu anggota LPMK di Kelurahan Bendungan menyatakan bahwa:

“Pihak LPMK itu sudah mengundang masyarakat melalui


perwakilan rt/rw setiap diadakannya rapat, rapat yang diadakannya
yaitu seperti rapat kepengurungan oranisasi, rapat rencana kegiatan
kemasyarakatan dan lain sebagainya. namun begitu rapat yang
diadakan tidak banyak masyarakat yang hadir dan ada sebagian
juga masyrakat yang tidak hadir padahal kami mengundang
masyarakat agar sama-sama bersosialiasasi, dan merencanakan
kegiatan-kegiatan kemasyrakatan maupun kegiatan
pembangunan.”(Sumber Wawancara dengan Didi Rihadi sekertaris
LPMK Kelurahan Bendungan pada hari rabu tanggal 09 april 2018
Pukul 11:00 WIB)

Dari hasil wawancara di atas pihak LPMK menyatakan bahwa

pihak LPMK selalu mengundang masyarakat dalam kegiatan rapat yang


117

diadakan walaupun tidak banyak masyarakat yang mengikuti rapat yang

diadakan oleh LPMK padahal justru agar masyarakat dapat

mengusulkan rencana-rencana apa saja yang ingin di lakukan di

lingkungan Kelurahan Bendungan . Kemudian selanjutnya

peneliti melakukan observasi ulang dengan mewawancarai I5-1 salah

satu masyarakat di Kelurahan Bendungan sebagai berikut:

“undangan sih ada ya, tapi jarang hadir dalam rapat karena saya
rasa sekarang-sekarang ini kurang adanya keterbukaan dalam hal
anggaran yang digunakan dan lain sebagainya dari pihak LPMK
kepada masyarakat paling sebagai warga menyerahkan aja gimana
nantinya ikut aja apa yang diselenggarakan oleh LPMK atau Pihak
Kelurahan. (Sumber: Wawancara dengan Sihabu romli salah satu
RT di Kelurahan Bendungan pada hari senin tanggal 30 maret 2018
pukul 15:00 WIB.)

Hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa pihak LPMK kurang

terbuka kepada masyarakat hal menyebabkan masyarakat kurang

antusias dalam menghadiri rapat yang diadakan LPMK, tujuan beliau

ikut pastinya supaya bisa mengusulkan apa-apa saja yang menjadi

kegiatan prioritas yang akan dilakukan di Kelurahan Bendungan.

b Masyarakat Ikut Memberikan Informasi Bagi Berjalannya

Program Pembangunan

Informasi pembangunan merupakan hal yang sangat penting bagi

LPMK, apalagi yang bersifat membangun. Masyarakat yang ikut

berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan diharapkan bisa

memberikan informasi mengenai berjalannya pembangunan dibuat oleh

LPMK Kelurahan Bendungan. Adapun kegiatan pembangunan yang


118

telah direncanakan dan sedang berjalan tidak akan berjalan maksimal

tanpa adanya informasi dari masyarakat. baik menyampaikan melalui

rapat, maupun hanya melalui RT/RW setempat. Namun pada saat rapat

yang diadakan barulah RT/RW menyampaikan informasi yang

didapatkan dari masyarakat. selain itu masyarakat yang mengikuti rapat

juga memberikan informasi kepada LPMK Kelurahan Bendungan.

Adapun peneliti melakukan wawancara I2-1 selaku sekertaris lurah di

Kelurahan Bendungan sebagai berikut:

“di kelurahan bendungan masyarakatnya cukup aktif, ada beberapa


masyarakat yang aktif dengan memberikan informasi pada setiap
kegiatan rapat diadakan” (Sumber Wawancara dengan Bapak
Dadang Iskandar selaku sekertaris lurah pada hari senin tanggal 30
maret 2018 pukul 09:10 WIB di Kantor Kelurahan Bendungan)

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan informan 13-1

selanjutnya dengan pertanyaan yang sama dan jawaban yang peneliti

dapatkan sebagai berikut :

“masyarakat disini memberikan informasi mengenai kegiatan yang


sedang berjalan walalupun dari mulut ke mulut dengan begitu
kegiatan pembangunan akan berjalan dengan lancar dan makin
banyak masyarakay yang ikut dalam kegiatan pembangunan.”
(Sumber wawancara dengan Bapak Didi rihadi Sekertaaris LPMK
pada hari selasa tanggal 31 maret 2018 pukul 12:20 WIB)

Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa masyarakat di

Kelurahan Bendungan tingkat partisipasi nya masih kurang bisa dilihat

dari keikutsertaan dalam menghadiri rapat dan memberikan informasi-

informasi pembangunan yang dimana masyarakatnya cenderung pasif


119

padahal jika masyarakatnya aktif maka dapat membantu untuk kemjauan

pembangunan yang ada di Kelurahan Bendungan.

3. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Seabagi Motivator

Motivator merupakan orang atau sekelompok yang mampu membuat

orang lain untuk bisa melkukan sesuatu. Di dalam LPMK sangat dibutuhkan

motivator yang bisa mendorong masyarakat yang ada di Kelurahan untuk bisa

melakukan apa yang bisa mereka lakukan demi memwujudkan kesejahteraan

masyarakat itu sendiri yang sesuai keinginan masyarakat. sehingga tantangan

untuk LPMK Kelurahan Bendungan sendiri merupapkan cara membentuk para

motivator-motivator pemberdayaan masyarakat yang bisa memotivasi

masyarakat di Kelurahan Bendungan. Berikut ini peneliti akan mengkajikan

beberapa sub indikator di dalamnya sebagai berikut :

a Masyarakat Memanfaatkan Pembangunan Yang Sudah Di

Bangun

Pembangunan di Kelurahan akan terwujud apabila kerjasama antara

Lembaga bersangkutan dan masyarakat. karena tugas LPMK sendiri

merupakan untuk mensejahterakan masyarakat dan tempat untuk

menyalurkan aspirasi masyarakat. masalah pembangunan yang ada di

Kelurahan Bendungan sudah maksimal karena sudah adanya kerjasama

antara masyarakat dengan LPMK.

Partisipasi masyarakat yang masih tergolong rendah apabila

masyarakat tidak mau ikut bekerja dan bergabung didalam membangun

kelurahannya serta mensukseskan pembangunan yang dibuat oleh


120

LPMK. Adapun peneliti melakukan wawancara I2-2 selaku staff

Kelurahan Bendungan sebagai berikut:

“sudah, contohnya memanfaatkan gedung serbaguna untuk


mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya untuk kepentingan
kelurahan dan warga lainnya walaupun hanya sebagaian saja yang
memanfaatkannya namun tetap setidaknya masih digunakan atau
dimanfaatkan dengan sebaik baiknya”(Sumber Wawancara dengan
Bapak Omat Rohmat selaku staff Kelurahan Bendungan pada hari
senin tanggal 27 maret 2018 pukul 08:30 WIB)

Program LPMK merupakan program yang ditujukan untuk kelurahan

maka perlu partisipasi masyarakat kelurahan untuk ikut bekerja di dalam

pelaksanaan pembangunan yang akan dibuat. Adapun pembangunan-

pembangunan yang sudah dilaksanakan di kelurahan seperti pemasangan

paving block di gang-gang kecil, penyedian sarana MCK dan lain-lain

yang telah dinikmati oleh masyarakat Kelurahan Bendungan Kecamatan

Cilegon. Adapun peneliti melakukan wawancara I2-1 selaku sekertaris

Lurah Kelurahan Bendungan yang mengatakan sebagai berikut :

“sudah, salah satunya MCK yang dibangun dilokasi tempat saya


tinggal yang dimana MCK ini sangat dibutuhkan masyarakat disini
usulan ini juga dibantu oleh RT disini untuk diusulkan ke pihak
Kelurahan atau LPMK untuk di jadikan prioritas terlebih dulu karna
warga disini kebanyakan tidak punya MCK dan tidak lama
pembangunan MCK pun terlaksana ” (Sumber: wawancara dengan
Bapak Puryanto salah satu masyarakat di Kelurahan Bendungan
pada hari minggu tanggal 08 april 2018 pukul 16:00 WIB)

Dari hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa masyarakat

telah menikmati hasil pembangunan yang ada di Kelurahan mereka

walaupun partisipasi masyarakatnya kuran dalam kegiatan pembangunan,


121

hal ini dapat memberi gambaran bahwa warga setempat dapat

memanfaatkan bangunan yang telah dibuat.

Untuk memperkuat data dengan permasalahan di atas peniliti

melakukan wawancara I3-1 ketua LPMK sebagai berikut:

“menurut penilaian saya masyarakat sudah cukup memanfaatkan


pembangunan, khususnya di sarana prasarana mislanya
pembangunan MCK yang sudah terselenggarakaan atau yang udah
dibangun itu sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Kelurahan
Bendungan khusunya diwilayah lingkungan munjul” (Sumber:
wawancara dengan Bapak Drs. Entus ketua LPMK pada hari rabu
tanggal 04 april 2018 pukul 10:15 WIB.)

Berdasarkan hasil wawancara di atas terkait dengan pemanfaatan dan

menjaga pembangunan yang sudah ada, masyarakat sudah memanfaatkan

dan menjaga dengan baik pembangunan yang sudah dibangun oleh

LPMK. Hal ini dikarenakan pemanfaatan dan menjaga pembangunan

yang sudah ada merupakan hal yang penting karena apabila tidak di

manfaatkan dan dijaga maka akan sia-sia hasil pembangunan yang sudah

ada.

c Masyarakat Ikut Merawat Pembangunan Yang Sudah Ada

Merawat pembangunan yang ada di Kelurahan merupakan hal yang

sudah seharusnya dilakukan oleh masyarakat setempat agar

pembangunan yang diberikan oleh pemerintah merupakan perwujudan

dari kebiajkan pemberdayaan masyarakat, sehingga diharapkan

partisipasi dari masyarakat untuk menjaga dan merawat pembangunan

yang sudah ada maupun pembangunan yang masih dalam proses

perencanaan.
122

Partisipasi masyarakat di dalam perawatan pembangunan yang telah

dibuat merupakan rasa peduli karena masyarakatlah yang menikmati

hasil pembangunan tersebut. Adapun peneliti melakukan wawancara I2-2

staff Kelurahan Bendungan sebagai berikut:

“iya mau, tetapi hanya sebagian saja yang merawatnya mungkin


paling disekitaran hasil pembangunan yang sudah ada karena rasa
memiliki tersebut kurang, mereka berfikir yang sudah disediakan
rusak toh nanti pemerintah akan bantu lagi. Mereka tidak merasa
rugi karna dianggapnya itu bukan uang dari mereka” (Sumber:
wawancara dengan Bapak Omat Rohmat Kasi Pemerintahn
Kelurahan Bendungan pada hari jumat tanggal 12 april 2018 pukul
13:15 WIB)

Dari hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulakan bahwa

masyarakat belum menyadari untuk merawat bangunan yang telah

dibangun. Selanjutnya kemudian hal yang senada juga diungkapkan 15-2

oleh salah satu tokoh masyarakat sebagai berikut :

“kurang, masyarakat disini di Kelurahan Bendungan sebagian besar


hanya memanfaatkann dan urusan pemeiliharaan diserahkan
kepada pemerintah saja karena mereka lebih mengurusi kepentingan
dirinya sendiri” (Sumber: wawancara dengan Bapak H.Rochiman
pada hari selasa tanggal 10 april 2018 pukul 09:00 WIB)

Dari hasil wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

partisipasi untuk merawat bangunan yang telah dibuat masih rendah. Hal

ini dapat digambarkan dengan hasil wawancara di atas. Selanjutnya hal

senada juga di ungkapkan oleh 13-1 ketua LPMK sebagai berikut:

“itulah yang menjadi kendala dilingkungan masyarakat kami,


bangunan yang suda dibangun sudah difasilitasi, sebagian besar
mereka terlalu mengabaikan program yang diadakan LPMK.
123

(Sumber: wawancara dengan Bapak Drs.Entus Ketua LPMK


Bendungan pada hari rabu 04 april 2018 pukul 10:15 WIB)

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan masyarakat

maka dapat disimpulkan bahwa peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat sebagai motivator sudah baik, tetapi bertolak belakang

dengan keadaan masyarakat di Kelurahan Bendungan dalam perawatan

hasil pembangunan masih rendah sebab masih kurangnya perhatian

masyarakat merawat keadaan fisik bangunan yang telah dibuat.

4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Sebagai


Dinamisator

Mengoptimalisasikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat LPMK

seharusnya lebih bijaksana dalam memantau serta melihat berbagai kegiatan

serta program yang ada di lingkungan masyarakat. selain harus bijaksana

pemantauan kegiatan masyarakat, LPMK juga diharapkan untuk bisa

menempatkan dirinya ditengah masyarakat dan mendorong masyarakat untuk

berperan aktif dalam program-program yang dibuat oleh LPM. Layanan

publik seprti pendidikan, kesehatan, transportasi serta lain-lainnya, sudah

mulai LPMK berikan, meskipun tidak belum maksimal namun sudah ada

perahatian dari LPMK untuk pendidikan mereka memberikan nbantuan

beasiswa dengan cara memasukan proposal ke instansi-instansi dan bank-

bank yang ada di Kota Cilegon. Adapun pengawasan yang diperlukan untuk

mengawasi perencanaan program yang berbentuk pembangunan. dengan

adanya pengawasan dari pihak lain selain LPMK akan memperkecil dampak
124

negatif yang mungkin saja akan timbul dikemudian harinya. Berikut peneliti

akan mengkajikan beberapa sub indikator di dalamnya sebagai berikut :

a LPMK Kelurahan Melakukan Pemantauan dan Pengawasa

terhadap Kegiatan Pembangunan

Masyarakat ikut berperan dalam pelaksanaan operasional

pembangunan merupakan suatu hal yang memang sudah seharusnya

terjadi. Dengan keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan operasional

pembangunan sangat membantu berjalannya program-program yang

dilaksanakan LPMK Kelurahan beserta orang Kelurahan. Kerjasama

antara masyarakat dan pihak LPMK yang sangat baik mampu

memberikan kemajuan pembangunan yang ada di Kelurahan Bendungan.

Adapun keberhasilan pembangunan merupakan tercapainya semua

program-program yang sudah direncanakan oleh pihak pemerintah.

Program tidak akan bisa bisa tercapai apabila tidak ada kerjasama

antara pemerintah dan masyarakat setempat, sehingga untuk

mendapatkan pencapaian yang maksimal masyarakat harus bisa ikut

berpartisipasi dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatann, baik itu yang

bersifat tenaga, pikiran maupun materi agar apa yang dilakukan

masyarakat dapat termonitoring dengan baik, dan bahkan untuk

mengetahui sudah sampai dimana program pemerintah yang telah di

fasilitator oleh LPMK Kelurahan tersebut.

Keberhasilan suatu pembangunan yang diinginkan oleh pemerintah

adalah terwujudnya semua program-program yang telah direncankan


125

dengan partisipasi secara langsung oleh masyarakat baik itu di dalam

pelaksanaan kerja maupun memberikan bantuan tenaga, pikiran maupun

materi yang bertujuan untuk mensukseskan pembangunan yang telah

diupayakan agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan oleh

pemerintah. Untuk itu LPMK sendiri semestinya melakukan pemantauan,

pengawasan terhadap kegiatan pembangunan. agar apa yang dilakukan

masyarakat dapat termonitoring dengan baik. Adapun peneliti melakukan

wawancara I5-2 sebagai berikut :

“menurut saya sih pihak LPMK melakukan pengecekan pada saat


diawal saja, dan dari kegiatan yang sedang berjalan sampai akhir
kegiatan sama sekali tidak ada lagi pemantauan secara berkala”
(Sumber: wawancara dengan Bapak H.Rochiman Masyarakat
Kelurahan Bendungan pada hari sabtu tanggal 14 april 2018 pukul
09:10 WIB)

Program LPMK Kelurahan ini merupakan program yang ditujukan

untuk kelurahan maka perlu partisipasi masyarakat kelurahan untuk ikut

bekerja di dalam pelaksanaan pembangunan yang akan dibuat. Adapun

pembangunan-pembangunan yang sudah dilaksanakan di Kelurahan

seperti pembangunan drainase, pemasangan paving block dan lain

sebagainya. Selanjutnya kemudian peneliti mewawancarai 15-1 ketua RT

08 di Kelurahan Bendungan sebagai berikut:

“pembangunan fisik yang sudah dibangun di daerah kami berjalan


semestinya, saya selama ikut dalam kegiatan pembangunan belum
pernah melihat anggota atau ketua dari pihak LPMK sendiri secara
langsung ada di lapangan.” (Sumber: wawancara dengan Bapak
Sihabu romli ketua rt pada hari jumaat tanggal 30 maret 2018 pukul
15:00 WIB)
126

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa peran

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagai dinamisator

tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat digambarkan dengan hasil

wawancara oleh masyarakat dan fasilitator kelurahan yang mengatakan

bahwa jika program pemerintah tersebut sudah selesai maka

masyarakatlah yang berhak menanggapi bagaimana baik dan tidaknya

sebab masyarakat langsung yang memanfaatkan hasil dari program

pemerintah tersebut.

b LPMK Kelurahan Melakukan Evaluasi Pada Program

Pembangunan

Evaluasi pada program pembangunan memang seharusnya dilakukan

minimal setahun sekali, guna untuk mengetahui perubahan pembagunan

baik itu bersifat fisik maupun nonfisik. Kegiatan LPMK Kelurahan

merupakan peran serta masyarakat dalam memlihara hasil pembangunan

yang memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah dibangun,

melakukan pemeliharaan serta pemantauan baik dari pihak LPMK sendiri

maupun bersama pihak masyarakat yang ada di Kelurahan Bendungan.

Adapun peneliti melakukan wawancara 15-2 sebagai berikut:

“baik tidaknya dari hasil pembangunan tersebut masyarakat yang


menentukan, dari pihak LPMK tidak ada melakukan pengecekean
kembali hanya awal kegiatan itu berjalan. ”(Sumber: wawancara
dengan Bapak Rochiman pada hari selasa 10 april 2018 pukul 10:25
WIB)

Selanjutnya kemudian peneliti mewawancarai pihak masyarakat


sebagai berikut:
127

“setau saya selama ini belum ada kegiatan evaluasi yang dilakukan,
dan tidak ada undangan juga untuk kegiatan pengevaluasian
padahal pengevaluasian ini sangat diperlukan, bila emang ada
undangan saya juga akan dateng mungkin sekarang apa yang
diperbuat itulah yang diterima masyarakat.”(Sumber: wawanacara
dengan Bapak Rohiman selaku masyarakat Kelurahan Bendungan
pada hari minggu tanggal 15 april 2018 pukul 14:00 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas terkait kegiatan evaluasi bahwa

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan sebagai

Dinamisator tidak berjalan dengan baik tidak dijalankan sama sekali.

Setelah terjadi pembangunan dan sampai selesai tiak dilakukan

pengeevaluasian mungkin pengevaluasian dilakukan tanpa mengundang

masyarakat hanya pihak anggota, ketua LPMK dan aparat pemerintah

Kelurahan tanpa adanya campur tangan masyarakat Kelurahan

bendungan.

4.9 Penyajian Data

Pembahasan pada penyajian data (Display Data) merupakan hasil analisis

dari fakta yang ditemukan di lapangan. Peneliti menggunakan teori berdasarkan

fungsi dan perannya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan dalam

Sunyoto Usman (2004) yang mengemukakan bagaimana peran LPMK

berdasarkan fungsi dan perannya.

4.10 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan penelitian merupakan hasil analisis dan fakta yang ditemukan

selama di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang digunakan yaitu teori

Sunyoto Usman (2004) yang bersudut pandang berdasarkan fungsi dan perannya

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang dimana proses ini harus dilakukan agar
128

mengetahui bagaimana peran dan fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

yang sebenarnya dan sesuai tidak dengan kegiatan yang telah direncanakan.

Adapun fungsi dan peranya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan yaitu

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Fasilitator, Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Sebagai Mediator, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sebagai

Motivator, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Dinamisator

Pembahasan tentang Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

dalam Pembangunan di Kelurahan Ciwedus dapat dikatakan lebih baik

dibandingkan dengan Kelurahan Bendungan sehingga perbedaan yang terasapun

sangat jauh. Artinya dalam menjawab rumusan masalah yang telah peneliti

uraikan di awal tentang bagimanakah Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan (LPMK) dalam Pembangunan Kelurahan Tahun 2015 Perbandingan di

Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus Kecamatan Cilegon? Di temukan

perbedaan yang cukup jauh.

Masih kurangnya kesadaran partisipasi masyarakat dalam kegiatan

pembangunan yang diadakan oleh LPMK Kelurahan Bendungan di karenakan

tentunya berbagai hal, baik dari sarana dan prasarana. Selain itu jika dilihat dari

segi kependudukan wilayah Kelurahan Bendungan hampir sama dengan

Kelurahan Ciwedus tetapi tingkat partisipasinya yang lebih tinggi adalah

Kelurahan Ciwedus. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teori

dalam menentukan fungsi dan perannya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan dalam menentukan perbandingan peran LPMK Kelurahan Bendungan

dan Kelurahan Ciwedus. Temuan lapangan yang telah peneliti temukan mengenai
129

perbedaan peran LPMK dalam pembangunan di Kelurahan Bendungan dan

kelurahan Ciwedus diantaranya:

Pertama, berdasarkan pengamatan peneliti tugas dan fungsi LPMK baik di

Kelurahan Bendungan maupun Di kelurahan Ciwedus tidak berbeda jauh

karena tugas dan fungsi telah disusun dimasing-masing wilayah, namun dalam

penerapannya Kelurahan Ciwedus lebih baik dibandingkan dengan Kelurahan

Bendungan.

Kedua, tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan yang

LPMK laksanakan di Kelurahan Bendungan kurang baik terlihat dari ke tidak

pedulian masyarakat dengan kegiatan pembangunan yang ada di bandingkan

dengan partisipasi masyarakat di Kelurahan Ciwedus sangat baik dilihat

dengan antusias nya masyarakat dimulai dalam mengikuti rapat sampai

kegiatan pembangunan mulai berjalan.

Ketiga, kesadaran masyarakat di Kelurahan Bendungan kurang baik dapat

dilihat dari masih adanya rasa peduli dalam kegiatan pembangungan dengan

memberikan masukan-masukan demi kemajuan kegiatan pembangunan

tersebut. Dibandingkan Kelurahan Ciwedus kesadaran akan peduli dengan

pembangunan yang sudah ada masyarakatnya terlihat aktif dari menjaga dan

merawat hasil pembangunan yang sudah ada.

Keempat, pemantauan dan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan

oleh pihak LPMK di kelurahan Bendungan hanya awalan saja tidak berkala,

sama hal nya di Kelurahan Ciwedus pihak LPMK hanya sesekali memantau

dan mengawasi saat awal berjalannya kegiatan pembangunan dan sampai


130

setelah selesai pun tidak ada lagi pemantauan dan pengawasan yang dilakukan

pihak LPMK dalam kegiatan pembangunan tersebut.

Kelima, merawat dan menjaga di Kelurahan Bendungan dapat dilihat dari

hasil penelitian diatas bahwa masyarakat di Kelurahan Bendungan cenderung

tidak peduli dengan bangunan yang sudah ada, dibandingkan dengan di

Kelurahan Ciwedus masyarakat lebih merawat dan menjaga hasil

pembangunan yang sudah ada walaupun tidak semua masyarakat menjaga dan

merawat.

Keenam, kegiatan pengevaluasian yang ada di Kelurahan Bendungan

kurang berjalan dengan baik karena tidak adanya campur tangan dari

masyarakatnya dan tanpa mengundang masyarakat dalam kegiatan

pengevaluasian hasil pembangunan, dibandingkan dengan Kelurahan Ciwedus

kegiatan pengevaluasian cukup berjalan dengan baik hal ini dikarenakan pihak

LPMK mengundang masyarakat dalam mengevaluasi hasil pembangunan

yang telah terrealisasi.


131

Tabel 4.5

Hasil Penelitian di Kelurahan Ciwedus

No Dimensi Indikator Hasil Penelitian

1. Fasilitator a. Masyarakat ikut Kelurahan Ciwedus partisipasi


merencanakan masyarakat dalam mengikuti
pembangunan perencanaan pembangunan sangat
aktif dan dapat dilihat dari data
kehadiran masyarakat di Kelurahan
Ciwedus hal ini dikarena kan
masyarakat disana sadar akan
pentingnya partisipasi dalam
merencanakan pembangunan.

b. Masyarakat ikut Kelurahan Ciwedus partisipasi


menentukan dalam menentukan proritas usulan
prioritas usulan program sangat aktif hal ini terlihat
program dari hasil wawancara oleh Ketua
LPMK Kelurahan Ciwedus bahwa
dalam penentuan usulan rapat
prioritas masyarakat banyak yang
hadir dan memberikan usulan-usulan
rencana pembangunan.

2. Mediator a. Masyarakat ikut Kelurahan Ciwedus masyarakat


dalam rapat yang begitu aktif hadir dan bisa dikatakan
diadakan sangat baik dalam menghadiri
kegiatan rapat yang diadakan oleh
LPMK .

b. Masyarakat ikut Masyarakat di Kelurahan Ciwedus


memberikan partisipasi dalam memberikan
informasi bagi informasi - informasi cukup baik hal
berjalannya ini dikarenakan masih banyaknya
program masyarakat yang turut memberikan
pembangunan informasi-informasi yang dimana
sangat penting bagi LPMK yang
dapat bersifat membangun

3. Motivator a. Masyarakat masyarakat ini sudah memanfaatkan


memanfaatkan dan dengan baik pembangunan yang
pembangunan sudah dibangun oleh LPMK. Hal ini
yang ada dikarenakan pemanfaatan dan
pembangunan yang sudah ada
132

merupakan hal yang penting karena


apabila tidak di manfaatkan dan
dijaga maka akan sia-sia hasil
pembangunan yang sudah ada.

b. Masyarakat Kelurahan Ciwedus dalam


merawat merawat pembangunan yang sudah
pembangunan ada masih sama-sama kurang baik
yang sudah ada sebab masih kurangnya perhatian
masyarakat merawat keadaan fisik
bangunan yang telah dibuat apabila
ada masyarakat yang peduli itu
dikarenakan adanya pengingatan dari
pihak LPMK untuk merawat dan
menjaga pembangunan yang ada.
Padahal Merawat pembangunan yang
ada di Kelurahan merupakan hal
yang sudah seharusnya dilakukan
oleh masyarakat setempat agar
pembangunan yang diberikan oleh
pemerintah merupakan perwujudan
dari kebijakan pemberdayaan
masyarakat.

4. Dinamisator a. Pemantauan dan Pemantauan di Kelurahan Ciwedus


pengawasan pihak LPMK ataupun Aparat
terhadap Kelurahan dalam kegiatan
pembangunan pemantauan dan pengawasan pada
saat pembangunan berjalan
dilakukan dengan baik. Hal ini
karenakan dengan adanya
pemantauan dan pengawasan dari
pihak LPMK maka akan terlihat
bahwa tidak adanya lepas tangan dari
pihak LPMK akan kegiatan yang
sedang berjalan maka dari itu
masyarakat akan melihat adanya
tanggung jawab dari LPMK itu
sendiri.

b. Evaluasi pada Kelurahan Ciwedus pihak LPMK


program mengadakan kegiatan evaluasi
pembangunan kegiatan pembangunan yang sudah
terselesaikan dengan mengundang
dan melibatkan masyarakat
Kelurahan Ciwedus hal ini dilihat
133

dari wawancara dengan masyarakat


yang mengatakan bahwa masyarakat
menerima undangan dari LPMK
untuk hadir dalam pengevaluasian
pembangunan .
Kegiatan evaluasi disetiap
kegiatan yang sudah terselenggara
diadakannya evaluasi agar
mengetahui kendala-kendala apa saja
yang ditemui dilapangan saat
pembangunan berjalan dan evaluasi
sangat diperlukan untuk mengetahui
hasil pencapaian kegiatan
pembangunan baik fisik maupun non
fisik.
134

Tabel 4.6

Hasil Penelitian Di Kelurahan Bendungan

No Dimensi Indikator Hasil Penelitian

1. Fasilitator a. Masyarakat ikut Partisipasi masyarakat dalam ikut


merencanakan merencanakan pembangunan di
pembangunan Kelurahan bendungan masih belum
maksimal atau belum adanya kesadaran
masyarakat untuk ikut hadir dalam
merencanakan pembangunan yang
dilaksanakan oleh pihak LPMK
Kelurahan Bendungan.

Partisipasi masyarakat dalam ikut


b. Masyarakat ikut menentukan prioritas usulan program
menentukan yang ingin dibut masing-masing. Hal ini
prioritas usulan terlihat dari hasil wawancara oleh Ketua
program LPMK Kelurahan Bendungan bahwa
dalam penentuan usulan rapat prioritas
masyarakat hanya hadir dan ikut
mendengarkan saja tapi no coment.

2. Mediator a. Masyarakat ikutt Masyarakat di Kelurahan Bendungan


dalam rapat yang dalam kegiatan rapat yang diadakan
diadakan oleh Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) masih
cukup baik hal ini dikarenakan masih
adanya beberapa masyarakat yang aktif
hadir dalam rapat yang diadakan dan
masyarakat beranggapan bahwa untuk
menghargai undangan dari LPMK.

Masyarakat di Kelurahan Bendungan


partisipasi nya masih kurang bisa dilihat
b. Masyarakat ikutt pada saat memberikan informasi-
memberikan informasi pembangunan yang dimana
informasi bagi masyarakatnya cenderung pasif padahal
berjalannya jika masyarakatnya aktif maka dapat
program membantu untuk kemjauan
pembangunan pembangunan yang ada di Kelurahan
Bendungan.
135

3. Motivator a. Masyarakat Pemanfaatan pembangunan yang sudah


memanfaatkan ada, di Kelurahan Bendungan tidak jauh
pembangunan berbeda dengan Kelurahan Ciwedus,
yang ada masyarakat dari kedua Kelurahan ini
sudah memanfaatkan dan dengan baik
pembangunan yang sudah dibangun
oleh LPMK. Hal ini dikarenakan
pemanfaatan dan pembangunan yang
sudah ada merupakan hal yang penting
karena apabila tidak di manfaatkan dan
dijaga maka akan sia-sia hasil
pembangunan yang sudah ada.

Kelurahan Bendungan dalam merawat


b. Masyarakat pembangunan yang sudah ada masih
merawat kurang baik sebab masih kurangnya
pembangunan perhatian masyarakat merawat keadaan
yang sudah ada fisik bangunan yang telah dibuat apabila
ada masyarakat yang peduli itu
dikarenakan adanya pengingatan dari
pihak LPMK untuk merawat dan
menjaga pembangunan yang ada.
Padahal Merawat pembangunan yang
ada di Kelurahan merupakan hal yang
sudah seharusnya dilakukan oleh
masyarakat setempat agar pembangunan
yang diberikan oleh pemerintah
merupakan perwujudan dari kebijakan
pemberdayaan masyarakat.

4. Dinamisator a. Pemantauan dan Pemantauan dan pengawasan dalam


pengawasan kegiatan pembangunan yang sedang
terhadap berjalan dari pihak LPMK atau dari
pembangunan pihak Aparat Kelurahan bendungan
hanya pada saat awal saja tetapi tidak
secara berkala.

b. Evaluasi pada Kegiatan evaluasi yang ada di LPMK


program Kelurahan Bendungan tidak berjalan
pembangunan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
hasil wawancara dengan masyarakat
bahwa mereka tidak pernah ada
undangan untuk menghadiri
pengevaluasian kegiatan pembangunan
yang ada.
136

Tabel 4.7

Hasil Penelitian

Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus

No Dimensi Indikator Hasil Penelitian Perbandingan

1. Fasilitator a Masyarakat ikut - Kelurahan Bendungan: - Partisipasi masyarakatnya


merencanakan Partisipasi masyarakat di kelurahan bendungan
pembangunan dalam ikut masih belum aktif secara
merencanakan keseluruhan tidak seperti
pembangunan di di kelurahan ciwedus yang
Kelurahan bendungan sangat aktif dalam
masih belum maksimal mengikuti kegiatan yang
atau belum adanya LPMK selenggarakan.
kesadaran masyarakat
untuk ikut hadir dalam - Kegiatan program yang
merencanakan sudah terealisai di
pembangunan yang kelurahan ciwedus lebih
dilaksanakan oleh pihak banyak dibandingkan di
LPMK Kelurahan kelurahan bendungan
Bendungan. kegiatan program hanya
beberapa saja tidak seperti
- Kelurahan Ciwedus: yang di kelurahan
Kelurahan Ciwedus ciwedus.
partisipasi masyarakat
dalam mengikuti - Dilihat dari tingkat
perencanaan pendidikan para anggota
pembangunan sangat LPMK di kelurahan
aktif dan dapat dilihat bendungan yang
dari data kehadiran mendominasi yaitu tingkat
masyarakat di Kelurahan Pendidikan sarjana,
Ciwedus hal ini dikarena berbeda dengan di
kan masyarakat disana kelurahan ciwedus tingkat
sadar akan pentingnya pendidikannya yang lebih
partisipasi dalam mendominasi yaitu tingkat
merencanakan pendidikan SLTA.
pembangunan.

b Masyarakat ikut - Kelurahan Bendungan:


menentukan Partisipasi masyarakat
prioritas usulan dalam ikut menentukan
program prioritas usulan program
yang ingin dibuat
masing-masing. Hal ini
137

terlihat dari hasil


wawancara oleh Ketua
LPMK Kelurahan
Bendungan bahwa dalam
penentuan usulan rapat
prioritas masyarakat
hanya hadir dan ikut
mendengarkan saja tapi
no coment.

- Kelurahan Ciwedus:
Partisipasi dalam
menentukan proritas
usulan program sangat
tinggi hal ini terlihat dari
hasil wawancara oleh
Ketua LPMK Kelurahan
Ciwedus bahwa dalam
penentuan usulan rapat
prioritas masyarakat
banyak yang hadir dan
memberikan usulan-
usulan rencana
pembangunan.
2. Mediator a. Masyarakat ikut - Kelurahan Bendungan:
dalam rapat Masyarakat di Kelurahan
yang diadakan Bendungan dalam
kegiatan rapat yang
diadakan oleh Lembaga
Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan
(LPMK) masih cukup
baik hal ini dikarenakan
masih adanya beberapa
masyarakat yang aktif
hadir dalam rapat yang
diadakan dan masyarakat
beranggapan bahwa
untuk menghargai
undangan dari LPMK.

- Kelurahan Ciwedus:
Masyarakat begitu aktif
hadir dan bisa dikatakan
sangat baik dalam
menghadiri kegiatan
138

rapat yang diadakan oleh


LPMK .

b. Masyarakat ikut - Kelurahan Bendungan:


memberikan Masyarakat di Kelurahan
informasi bagi Bendungan partisipasi
berjalannya nya masih kurang bisa
program dilihat pada saat
pembangunan memberikan informasi-
informasi pembangunan
yang dimana
masyarakatnya
cenderung pasif padahal
jika masyarakatnya aktif
maka dapat membantu
untuk kemjauan
pembangunan yang ada
di Kelurahan
Bendungan.

- Kelurahan Ciwedus:
Masyarakat di Kelurahan
Ciwedus partisipasi
dalam memberikan
informasi-informasi
cukup baik hal ini
dikarenakan masih
banyaknya masyarakat
yang turut memberikan
informasi-informasi
yang dimana sangat
penting bagi LPMK
yang dapat bersifat
membangun.

3. Motivator a. Masyarakat - Kelurahan Bendungan &


memanfaatkan Kelurahan Ciwedus:
pembangunan Pemanfaatan
yang ada pembangunan yang
sudah ada, di Kelurahan
Bendungan tidak jauh
berbeda dengan
Kelurahan Ciwedus,
masyarakat dari kedua
Kelurahn ini sudah
memanfaatkan dan
139

dengan baik
pembangunan yang
sudah dibangun oleh
LPMK. Hal ini
dikarenakan
pemanfaatan dan
pembangunan yang
sudah ada merupakan hal
yang penting karena
apabila tidak di
manfaatkan dan dijaga
maka akan sia-sia hasil
pembangunan yang
sudah ada.

b. Masyarakat - Kelurahan Bendungan &


merawat Keluarahan Ciwedus:
pembangunan Kelurahan Bendungan
yang sudah dan kelurahan Ciwedus
ada dalam merawat
pembangunan yang
sudah ada masih sama-
sama kurang baik sebab
masih kurangnya
perhatian masyarakat
merawat keadaan fisik
bangunan yang telah
dibuat apabila ada
masyarakat yang peduli
itu dikarenakan adanya
pengingatan dari pihak
LPMK untuk merawat
dan menjaga
pembangunan yang ada.
Padahal Merawat
pembangunan yang ada
di Kelurahan merupakan
hal yang sudah
seharusnya dilakukan
oleh masyarakat
setempat agar
pembangunan yang
diberikan oleh
pemerintah merupakan
perwujudan dari
kebijakan pemberdayaan
140

masyarakat.

4. Dinamisator a. Pemantauan - Kelurahan Bendungan:


dan Pemantauan dan
pengawasan pengawasan dalam
terhadap kegiatan pembangunan
pembangunan yang sedang berjalan
dari pihak LPMK atau
dari pihak Aparat
Kelurahan bendungan
hanya pada saat awal
saja tetapi tidak secara
berkala.

- Kelurahan Ciwedus:
Kelurahan Ciwedus
pihak LPMK ataupun
Aparat Kelurahan dalam
kegiatan pemantauan dan
pengawasan pada saat
pembangunan berjalan
dilakukan dengan baik.
Hal ini karenakan
dengan adanya
pemantauan dan
pengawasan dari pihak
LPMK maka akan
terlihat bahwa tidak
adanya lepas tangan dari
pihak LPMK akan
kegiatan yang sedang
berjalan maka dari itu
masyarakat akan melihat
adanya tanggung jawab
dari LPMK itu sendiri.

b. Evaluasi - Kelurahan Bendungan:


pada Kegiatan evaluasi yang
program ada di LPMK Kelurahan
pembanguna Bendungan tidak
n berjalan dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari
hasil wawancara dengan
masyarakat bahwa
mereka tidak pernah ada
undangan untuk
141

menghadiri
pengevaluasian kegiatan
pembangunan yang ada.

- Kelurahan Ciwedus :
Pihak LPMK di
Kelurahan Ciwedus
mengadakan kegiatan
evaluasi kegiatan
pembangunan yang
sudah terselesaikan
dengan mengundang dan
melibatkan masyarakat
Kelurahan Ciwedus ha
ini dilihat dari
wawancara dengan
masyarakat yang
mengatakan bahwa
masyarakat menerima
undangan dari LPMK
untuk hadir dalam
pengevaluasian
pembangunan .
Kegiatan evaluasi
disetiap kegiatan yang
sudah terselenggara
diadakannya evaluasi
agar mengetahui
kendala-kendala apa saja
yang ditemui dilapangan
saat pembangunan
berjalan dan evaluasi
sangat diperlukan untuk
mengetahui hasil
pencapaian kegiatan
pembangunan baik fisik
maupun non fisik
142

Berdasarkan tabel di atas hasil penelitian di Kelurahan Bendungan dan

Kelurahan Ciwedus menunjukan bahwa di setiap LPMK (Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan) yang ada di Kelurahan memiliki Peran yang sama antara

Kelurahan Ciwedus maupun Kelurahan Bendungan walapun berbeda-beda dalam

melaksanakan tugas-tugas yang akan dilaksanakan.

Kelurahan Bendungan, partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan

ataupun kegiatan yang LPMK adakan seperti rapat, musyawarah dan lainya

kurang aktif hal ini dikarenakan masyarakat menganggap kehadiran masyarakat

pada saat kegiatan rapat atau lainya hanya dijadikan sebagai pelengkap saja

namun keputusan tetap di pegang oleh pihak Kelurahan ataupun LPMK itu

sendiri.

Kelurahan Ciwedus, partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan

ataupun kegiatan yang ada sangat aktif hal ini dikarenakan masyarakat menyadari

akan pentingnya berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan ataupun

musyawarah yang diadakan oleh aparat Kelurahan.

Dari pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan diatas dapat

memberikan informasi secara keseluruhan dimana partisipasi masyarakat dalam

pembangunan di desa/kelurahan sangat penting dan sangat memberikan pengaruh

besar dalam pembangunan dengan berpartisipasi aktif dalam pemabangunan maka

akan dapat memwujudkan sebuah keberhasilan pembangunan yang ada di

desa/kelurahan menjadi lebih optimal dan maksimal dengan didampingi pihak-

pihak aparat kelurahan dan pihak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan

dalam menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.


143

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti dapat

mengambil kesimpulan bahwa dari penelitian Studi Komparatif Peran Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Dalam Pembangunan Kelurahan

Tahun 2015 di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus peneliti dapat

menarik kesimpulan secara keseluruhan adalah dimana Peran LPMK Kelurahan

sebagai Fasilitator, Mediator, Motivator, dan Dinamisator terdapat hasil yang

berbeda yaitu dari partisipasi masyarakat dalam kegiatan yang LPMK rencanakan

dari segi merencanakan pemabangunan, menentukan prioritas usulan program,

keikutsertaan masyarakat dalam rapat yang diadakan LPMK, memanfaatkan dan

merawat pembangunan yang ada, pemantauan dan pengawasan terhadap

pembangunan dan terakhir melakukan evaluasi apa tidak pada program

pembangunan yang sudah terealisasikan. Dengan melakukan perbandingan antara

Peran LPMK di Kelurahan Bendungan dan Kelurahan Ciwedus yang dimana

peneliti menyimpulkan bahwa Peran LPMK dalam pembangunan di Kelurahan

Ciwedus jauh lebih baik dibandingkan di Kelurahan Bendungan.


144

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, peneliti mengajukan

beberapa saran yang diharapkan dapat berguna untuk peningkatan peran LPMK

dalam pembangunan Kelurahan tersebut. Saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada aparat Kelurahan untuk memberikan perhatian

dengan mensosialisasikan program kepada masyarakat, menggerakan,

mangajak, atau mengundang masyarakat ntuk berpartisipasi sehingga

LPMK tidak berjalan dengan sendirinya serta perlu adanya pemahaman

yang baik tentang alur dan tahapan LPMK. Diharapkan kepada

fasilitator LPMK agar lebih memotivasi masyarakat agar kemandirian

masyarakat dapat terwujud.

2. Diharapkan kepada masyarakat untuk terlibat secara langsung didalam

LPMK baik kaum laki-laki maupun kaum perempuan sehingga

masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh

pemerintah untuk ikut serta dalam pembangunan di Kelurahan.

3. Diharapkan kepada pihak aparat kelurahan/desa, pihak LPMK dan

masyarakat untuk bekerjasama dalam hal merencanakan

pemabangunan, menentukan prioritas usulan program, keikutsertaan

masyarakat dalam rapat yang diadakan LPMK, memanfaatkan dan

merawat pembangunan yang ada, pemantauan dan pengawasan

terhadap pembangunan dan terakhir melakukan evaluasi program

pembangunan yang sudah terealisasikan sehingga terciptanya

keberhasilan pembangunan yang ada di desa/kelurahan.


145

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat


Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka


Utama.

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakata:


Balai pustaka

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu


Sosial. Depok: Fisip UI

Kaho, Josef Riwa. 2007. Prosfek Otonomi Daerah. Jakarta: PT.Raya Grafindo
Persada

Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. 2013. Pemberdayaan Masyarakat.


Bandung: Alfabeta.

Miles, Matihew B dan A. Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif.


Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press)

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Teori-Teori Psikologi sosial. Edisi Revisi.


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sastropoetra, Santoso. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin


dalam Pembangunan Nasional. Bandung : PT. Alumni

Siagian, Sondang P. 2009. Administrasi Pembangunan: konsep, dimensi dan


strateginya. Jakarta: Bumi Aksara.

Siagian H. 1989. Pokok-Pokok Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung

Sjafari, 2007. Pembangunan Masyarakat. Dalam Sjafari (Syunting), Community


Development sebagai Dasar Otonomi Daerah. Bogor. CDI Press

Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :


CV. Alfabeta
146

Suharto, Edi. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:


PT. Refika Aditama
Sunyoto Usman. 2004, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Syani, Abdul. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Lampung: Pustaka


Jaya.

Tangkilisan, S.Nogi, Hessel. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo


Tjokromidjojo, Bintoro. 1988. Pengantar Administrasi Negara. Jakarta: LP3S.

Dokumen – Dokumen :

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan


Lembaga Kemasyarakatan

Peraturan Walikota Cilegon No 38 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Lembaga


Kemasyarakatan di Kelurahan

Sumber Lain :

http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/E-journal-F-I-R-A-N-
A-NIM-10056520136.Pdf

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/15513/15054
MEMBER CHECK

Nama : Ahmad Ahsan


Pekerjaan/Jabatan : Ketua LPMK Kelurahan Ciwedus
Umur : 48
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Link. ciwedus

PERTANYAAN:

1. Bagaimanakah menurut bapak keterlibatan masyarakat dalam


merencanakan pembangunan yang difaslitasi oleh LPMK?

Jawab: “masyarakat yang ada di Kelurahan Ciwedus alhamduliah sangat


aktif dalam kegiatan perencanaan pembangunan baik fisik maupun non fisik
yang diadakan oleh LPMK.”

2. Bagaimana LPMK menentukan prioritas usulan program yang diusulkan


oleh masyarakat kelurahan?

Jawab: “Penentuan prioritas dapat dilihat dulu apa yang sangat dan amat
dibutuhkan masyarakat itu yang diprioritaskan untuk kepentingan bersama
dan ikut mensosialisaikan apa-apa saja yang sudah diprogramkan pemerintah
setelah itu disesuaikan dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat itu
sendiri.”

3. Apakah msyarakat ikut memberikan informasi bagi berjalannya program


pembangunan?

Jawab: “Informasi dari masyrakat mengenai berjalannya pembangunan


tersebut sangat dirasakan sangat penting juga ya, karna berdampak baik juga
bagi kegiatan yang LPMK selenggarakan dan semua ini untuk memperlancar
rencana pembangunan atau pembangunan yang sedang berjalan.”

4. Bagaimanakah menurut bapak dengan keikutsertaan masyarakat dalam


merawat pembangunan yang sudah dibangun?

Jawab: ”Kalo masalah merawat kegiatan pembangunan yang sudah ada


masyarakat disini cukup ikut merawat kok dari mulai pembangunan fisik
seperti pembangunan drainase, gardu pos ronda dan lain sebagainya yang
penting dari pihak kitanya selalu mengingatkan akan merawat dan menjaga
pembangunan yang sudah ada sih yang dan warganya ada yang tanpa perlu
kita iingatakan ada yang langsung bergerak walaupun ada sedikit masyarakat
yang kurang peduli dengan merawat pembangunan yang ada.”

5. Apakah LPMK melakukan evaluasi terhadap setiap kegiatan program


pembangunan yang telah dilaksanakan?

Jawab: “Evaluasi ditiap tahunnya LPMK selalu dilakukan,malah dijadikan


hal yang penting tiap tahunya, supaya mengetahui kondisi pembangunan baik
itu fisik maupun non fisik dengan mengundang perwakilan-perwakilan
masyarakat di Kelurahan Ciwedus.”
MEMBER CHECK

Nama : Hamziah
Pekerjaan/Jabatan : Anggota LPMK Ciwedus
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Undulusi Link.Pakuncen

PERTANYAAN:
1. Menurut ibu apakah program LPMK yang sudah diprioritaskan benar-
benar dibutuhkan atau tidak?

Jawab: “program yang sudah diprioritaskan itu pasti sudah sangat


dibutuhkan oleh masyarakat dan saya dalam menentukan prioritas dalam
penyelenggaraan program Kelurahan Ciwedus hanya untuk kepentingan atau
kebutuhan orang ramai atau masyarakat umum kan nantinya masyarakat juga
yang merasakan hasil pembangunan yang udah ada.”

2. Apakah pihak LPMK mengajak masyarakat dalam mengikuti rapat yang


diadakan oleh LPMK?

Jawab: “Selama ini pihak LPMK selalu mengundang perwakilan-perwakilan


masyarakat di setiap RT/RW nya melalui undangan dengan perantara ketua
rt/rw untuk hadir dalam setiap diadakannya rapat, dan didapatnya respon
yang baik dan antusias dari masyarakat akan berapartisipasinya sanggat
tinggi.”

3. Apakah masyarakat ikut merawat pembangunan yang telah dibuat oleh


LPMK?

Jawab: “Kalo masalah merawat kegiatan pembangunan yang sudah ada


masyarakat disini cukup ikut merawat kok dari mulai pembangunan fisik
seperti pembangunan drainase, gardu pos ronda dan lain sebagainya yang
penting dari pihak kitanya selalu mengingatkan akan merawat dan menjaga
pembangunan yang sudah ada sih yang dan warganya ada yang tanpa perlu
kita iingatakan ada yang langsung bergerak walaupun ada sedikit masyarakat
yang kurang peduli dengan merawat pembangunan yang ada.”
4. Apakah selama ini masyarakat sudah memanfaatkan tempat yang sudah
dibangun LPMK?

Jawab: “karna pembangunan yang sudah dibangun lebih banyak dari segi
infrastruktur yaitu jalan-jalan kecil yang kita pasangi paving blok jadi
masyarakat lebih banyak memanfaatkannya menggunakannya jalan itu karena
dapat memudahkan masyarakat mengangkut hasil padi mereka dengan baik.
MEMBER CHECK

Nama : Suherman
Pekerjaan/Jabatan : Sekertaris Lurah Kelurahan Ciwedus
Umur : 33
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Link. Seruni RT 01/03

PERTANYAAN:
1. Menurut bapak apakah masyarakat ikut memberikan informasi bagi
berjalannya program pembangunan?

Jawab: “Masyarakat disini sangat terbuka dimana masyarakat itu


memberikan informasi-informasi pada saat rapat yang diadakan LPMK, jadi
rapat yang diadakan LPMK tidak hanya sekedar rapat tentang rencana-
rencana pembangunan namun justru menjadi sarana bagi masyarakat untuk
memberikan informasi – informasi yang berkaitan dengan kegiatan LPMK
maupun diluar kegaitan LPMK.”

2. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjalankan program LPMK?

Jawab: “untuk masyarakatya sangat berpartisipasi sekali setiap ada kegiatan


yang LPMK adakan dari mulai rapatnya sampai dilapanganpun masyarakat
sangat berpartisipasi sekali.”

3. Apakah ada hambatan-hambatan dalam merencanakan program


pembangunan yang LPMK laksanakan?

Jawab: “paling hanya kurangnya memberikan sosialisasi - sosialisasi ke


masyarakat tentang pembangunan fisik seperti pmasangan paving blok
mengenai ukuran per meter yang akan di psang paving blok.”

4. Apakah dari pihak aparat kelurahan mendampingi kegiatan program


pembangunan yang diadakan oleh LPMK?

Jawab: “ kita mendampingi dan ikut memantau sebagai pihak kelurahan


dalam kegiatan pembangunan yang direncanakan maupun yang sudah
berjalan.”
5. Menurut bapak apakah masyarakat ikut merawat pembangunan yang
telah dibangun oleh LPMK Kelurahan?

Jawab: “ sebelumnya udah ada pemberitahuan ke masyarakat untuk menjaga


dan merawat pembangunan yang sudah dibangun untuk merawatnya jangan
sampai dirusak tapi kembali lagi ke masyarakatnya dirawat apa tidak”
MEMBER CHECK

Nama : Heru Sulistyo


Pekerjaan/Jabatan : Kasi Pemerintahan di Kelurahan Ciwedus
Umur : 51
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Kavling Blok i

PERTANYAAN:
1. Apakah LPMK mensosialisasikan hasil rancangan yang bersifat fisik
maupun non fisik kepada masyarakat?

Jawab: “ sampai saat ini pihak dari LPMK selalu mensosialisasikannya dari
mulai rencana-rencana pembangunan sampai rencana yang ditetapkan untuk
diselenggarakan.”

2. Apakah masyarakat ikut menentukan prioritas usulan program yang


LPMK tentukan?

Jawab: “ selalu kami ikutsertakan masyarakat ke dalam menentukan prioritas


usulan yang ingin dilaksanakan dan masyarakatpun ikut turut adil dalam
menentukan program mana yang terlebih dahulu dilaksanakan.”

3. Bagaimana keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan


yang difasilitasi LPMK?

Jawab: “disetiap rapat yang diadakan khususnya mengenai perencanaan


pembangunan masyarakat sangat antusias untuk hadir dalam undangan rapat
karena masyarakat dapat mengusulkan rencana-rencana pembangunan apa
yang diinginkan dan dibutuhkan.”

4. Apakah LPMK mensosialisasikan usulan rencana pembangunan kepada


masyarakat di Kelurahan?

Jawab: “iya mensosialisasikan pastinya karena kalo tidak di sosialisasikan


masyarakat tidak tahu usulan rencana mana yang mau dilaksanakan oleh
LPMK.”
5. Menurut bapak apakah ada pendampingan dari pihak LPMK pada saat
kegiataan pembangunan berjalan?

Jawab: “ada salah satu anggota yang mendampingi proses kegiatan


pembangunan yang sedang berjalan untuk memantau proses pembangunan
itu.”
MEMBER CHECK

Nama : Ahmad Habibie


Pekerjaan/Jabatan : Ketua RT 11
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : link. pakuncen

PERTANYAAN:

1. Apakah LPMK mengundang bapak/ibu dalam rapat untuk merencanaka


pembangunan di Kelurahan?

Jawab: “iya LPMK mengundang dari perwakilan di setiap RT untuk hadir


dalam rapat.”

2. Apakah bapak/ibu pernah mengikuti rapat rapat yang diadakan LPMK


di Kelurahan?

Jawab: “Pernah ikut, karena kan sekalian memberikan usulan dalam rencan-
rencana yang LPMK buat apalagi saya kan sebagai ketua RT harus ikut
sebagai perwakilan dari warga RT 11 kalo saya tidak ikut nantinya saya gatau
apa aja rencana-rencana pembangunan yang ada di Kelurahan Ciwedus ini
dan saya juga hadir dalam rapat juga atas undangan dari pihak LPMK
karenakan terkait rencana pembangunan”

3. Apakah sosialisasi yang diberikan LPMK sampai ke masyarakat?

Jawab: “mengenai sosialisasi pembangunan seperti itu sih ada pada saat
kegiatan rapat di kantor kelurahan pihak LPMK memberitahu ke masyarakat
yang hadir dalam rapat itu.”

4. Bagaimana pihak LPMK dalam memantau dan mengawasi kegiatan


pembangunan yang sedan berjalan?

Jawab: “paling hanya mendampingi saja dan melihat proses pembangunan


sampai mana selain itu udah tidak ada lagi.”
MEMBER CHECK

Nama : Ary Ruddy Yuliawan


Pekerjaan/Jabatan : Anggota LPMK Ciwedus
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Link.ciwedus

PERTANYAAN:
1. Apakah LPMK mengundang bapak/ibu dalam rapat untuk merencanaka
pembangunan di Kelurahan?

Jawab: “masalah ngundang mah pihak LPMK selalu mengundang seperti


mengajak masyarakat turut hadir dalam kegiatan rapat maupun kegiatannya
lainnya.”

2. Apakah bapak/ibu pernah mengikuti rapat rapat yang diadakan LPMK


di Kelurahan?

Jawab: “kalau ada undangan rapat dari LPMK saya sempatkan hadir dan
banyak juga masyarakat dari perwakilan RT/RW yang hadir di karenakan
rapat ini menyangkut prioritas rencana pembangunan di lingkungan
Kelurahan Ciwedus yang dimana kita sebagai warga masyarakat Kelurhan
Ciwedus ingin tau apa saja pembangunan yang diprioritaskan terlebih dulu”
3. Apakah sosialisasi yang diberikan LPMK sampai ke masyarakat?

Jawab: “pemberitahuan atau sosialisasi sih ada dari LPMK dan saya rasa
sampai kalo tidak sampai mana mungkin kita sebagai masyarakat mau hadir
dalam kegiatan yang diadakan.”

4. Bagaimana pihak LPMK dalam memantau dan mengawasi kegiatan


pembangunan yang sedan berjalan?

Jawab: “kalo menurut saya pihak LPMK hanya pada saat awal saja
memantau atau mengawasinya dan paling selanjutnya seperti itu saja.”

5. Apakah bapak ikut merawat hasil pembangunan yang sudah ada?


Jawab: “Kalo masalah merawat kegiatan pembangunan yang sudah ada
masyarakat disini cukup ikut merawat kok dari mulai pembangunan fisik
seperti pembangunan drainase, gardu pos ronda dan lain sebagainya yang
penting dari pihak kitanya selalu mengingatkan akan merawat dan menjaga
pembangunan yang sudah ada sih yang dan warganya ada yang tanpa perlu
kita iingatakan ada yang langsung bergerak walaupun ada sedikit masyarakat
yang kurang peduli dengan merawat pembangunan yang ada.”
MEMBER CHECK

Nama : Entus Mulyadi


Pekerjaan/Jabatan : Ketua LPMK Kelurahan Bendungan
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Bima Kav.Blok H

PERTANYAAN:
1. Bagaimanakah menurut bapak keterlibatan masyarakat dalam
merencanakan pembangunan yang difaslitasi oleh LPMK?

Jawab: “di kelurahan bendungan masyarakatnya sebagian kurang aktif dalam


mengikuti kegiatan perencanaan pembangunan seperti dalam kegiatan
musrenbang padahal kegiatan ini sangat penting karena masyarakat dapat
mengusulkan rencana-rencana pembangunan yang masyarakat butuhkan.”

2. Bagaimana LPMK menentukan prioritas usulan program yang diusulkan


oleh masyarakat kelurahan?

Jawab: “setiap melakukan penentuan prioritas dilihat dulu mana yang sangat
dan dibutuhkan oleh masyarakat itu yang diprioritaskan untuk kepentingan
bersama dan ikut mensosialisaikan apa-apa saja yang sudah diprogramkan
pemerintah setelah itu disesuaikan dengan apa yang menjdi kebutuhan
masyarakat itu sendiri misalnya apakah yang dibutuhkan itu seperi pembuatan
MCK dilihat dulu seberapa pentingnya nih untuk masyarakat yang masih
belum punya MCK kalo banyak ya kita masukan lah ke rapat musrenbang kita
musyawarakan dalam tingkat kelurahan dan nantinya kita dapat menemukan
solusinya seperti apa. Namun kebanyakan masyarakat menyerahkan ke pihak
LPMK saja bagaimana hasil akhir nantinya”

3. Apakah masyarakat ikut merawat hasil pembangunan yang sudah ada di


Lingkungan Kelurahan Bendungan?

Jawab: “itulah yang menjadi kendala dilingkungan masyarakat kami,


bangunan yang suda dibangun sudah difasilitasi, sebagian besar mereka
terlalu mengabaikan program yang diadakan LPMK.
4. Bagaimanakah menurut bapak dengan keikutsertaan masyarakat dalam
merawat pembangunan yang sudah dibangun?

Jawab: “menurut penilaian saya masyarakat sudah cukup memanfaatkan


pembangunan, khususnya di sarana prasarana mislanya pembangunan MCK
yang sudah terselenggarakaan atau yang udah dibangun itu sudah
dimanfaatkan oleh masyarakat Kelurahan Bendungan khusunya diwilayah
lingkungan munjul”
MEMBER CHECK

Nama : Didi Rihadi


Pekerjaan/Jabatan : Sekretaris LPM Kelurahan Bendungan
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Purbaya Link.Palas

PERTANYAAN:
1. Apakah LPMK mengundang masyarakat dalam kegiatan rapat untuk
merencanakan pembangunan di kelurahan?

Jawab: “Pihak LPMK itu sudah mengundang masyarakat melalui perwakilan


rt/rw setiap diadakannya rapat, rapat yang diadakannya yaitu seperti rapat
kepengurungan oranisasi, rapat rencana kegiatan kemasyarakatan dan lain
sebagainya. namun begitu rapat yang diadakan tidak banyak masyarakat yang
hadir dan ada sebagian juga masyrakat yang tidak hadir padahal kami
mengundang masyarakat agar sama-sama bersosialiasasi, dan merencanakan
kegiatan-kegiatan kemasyrakatan maupun kegiatan pembangunan.”

2. Menurut bapak apakah masyarakat ikut memberikan informasi bagi


berjalannya program pembangunan?

Jawab: “masyarakat disini memberikan informasi mengenai kegiatan yang


sedang berjalan walalupun dari mulut ke mulut dengan begitu kegiatan
pembangunan akan berjalan dengan lancar dan makin banyak masyarakay
yang ikut dalam kegiatan pembangunan.”

3. Sudah adakah program yang diprioritaskan atau terealisasikan di


Kelurahan bendungan?

Jawab: “sudah, salah satunya MCK yang dibangun dilokasi tempat saya
tinggal yang dimana MCK ini sangat dibutuhkan masyarakat disini usulan ini
juga dibantu oleh RT disini untuk diusulkan ke pihak Kelurahan atau LPMK
untuk di jadikan prioritas terlebih dulu karna warga disini kebanyakan tidak
punya MCK dan tidak lama pembangunan MCK pun terlaksana ”
4. Apakah setiap kegiatan yang sudah terealisasikan ada kegiatan evaluasi
pembangunan?

Jawab: “ada, kegiatan evaluasi dilakukan apabila pembangunan itu sudah


terselesaikan dengan baik baru kita melakukan pengevaluasian dengan
mengundang perwakilan aparat kelurahan dan perwakilan masyarakat dari RT
atau RW.”
MEMBER CHECK

Nama : Dadang iskandar


Pekerjaan/Jabatan : Sekertaris Lurah Kelurahan Bendungan
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.KH.Umar RT 004/002

PERTANYAAN:
1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam kegiatan rapat atau kegiatan
pembangunan yang diadakan?

Jawab: “di kelurahan bendungan masyarakatnya cukup aktif, ada beberapa


masyarakat yang aktif dengan memberikan informasi pada setiap kegiatan
rapat diadakan”

2. Apakah ada hambatan-hambatan dalam merencanakan program


pembangunan yang LPMK laksanakan?

Jawab: “tidak ada, sampai saat ini pun program berjalan dengan lancar tidak
ada hambatan paling hanya sedikit tapi tidak terlalu masih bisa diatasi dengan
baik.”

3. Apakah dari pihak aparat kelurahan mendampingi kegiatan program


pembangunan yang diadakan oleh LPMK?

Jawab: “kami sebagai aparat kelurahan terus mendampingi kegiatan yang


dijalankan oleh LPMK dari mulai perencanaan pembangunan sampai
programitu berjalan masih terus kami pantau”

4. Menurut bapak apakah masyarakat ikut merawat pembangunan yang


telah dibangun oleh LPMK Kelurahan?

Jawab: “ada sebagian masyarakat disini masih kurangnya kesadaran dalam


merawat hasil pembangunan yang ada namun ada juga masyarakat yang ikut
merawat hasil pembangunan yang ada.”
5. Apakah LPMK melakukan evaluasi terhadap setiap kegiatan
pembangunan?

Jawab: “pengevaluasian pembangunan diadakan terus karna dirasakan


sangat penting akan adanya evaluasi seperti ini karna akan dapat berpengaruh
besar untuk pembangunan selanjutnya dan saya sebagai aparat kelurahan
hadir dalam kegiatan pengevaluasian ini.”
MEMBER CHECK

Nama : Omat Rohmat


Pekerjaan/Jabatan : Kasi Pemerintahan Kelurahan bendungan
Umur : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Sadewa Link.Palas

PERTANYAAN:
1. Apakah masyarakat sudah memanfaatkan hasil pembangunan yang
sudah dibangun di kelurahan bendungan?

Jawab: “sudah, contohnya memanfaatkan gedung serbaguna untuk


mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya untuk kepentingan kelurahan dan
warga lainnya walaupun hanya sebagaian saja yang memanfaatkannya namun
tetap setidaknya masih digunakan atau dimanfaatkan dengan sebaik baiknya”

2. Apakah ada kesadaran dari masyarakat untuk mau merawat hasil


pembangunan yang ada?

Jawab: “iya mau, tetapi hanya sebagian saja yang merawatnya mungkin
paling disekitaran hasil pembangunan yang sudah ada karena rasa memiliki
tersebut kurang, mereka berfikir yang sudah disediakan rusak toh nanti
pemerintah akan bantu lagi. Mereka tidak merasa rugi karna dianggapnya itu
bukan uang dari mereka”

3. Apakah LPMK mensosialisasikan hasil rancangan pembangunan kepada


masyarakat kelurahan?

Jawab: “disosialisasikan pastinya ke masyarakat agar masyarakat


mengetahui hasil rancangan pembangunan yang ingin dilaksanakan melalui
setiap RT/RW dan selanjutnya nanti RT/RW lah yang memberitahu ke warga
nya tentang hasil rancangan pembangunan itu.”
4. Apakah ada hambatan-hambatan dalam mensosialisaikan program
LPMK keapada masyarakat?

Jawab: “hanya dari RT/RW nya yang kurang memberitahu ke setiap warga
nya sehingga banyak warga dari salah satu RT yang tidak mengetahui
program LPMK sehingga warga menanyakan langsung ke pihak LPMK
mengenai program yang ingin dilaksanakan.”
MEMBER CHECK

Nama : Sihabu Romli


Pekerjaan/Jabatan : Ketua RT 08/06
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Bukit Tinggi Kav.Blok i

PERTANYAAN:
1. Apakah LPMK mengundang masyarakat dalam kegiatan rapat untuk
merencanakan pembangunan di kelurahan?

Jawab: “undangan sih ada ya, tapi jarang hadir dalam rapat karena saya
rasa sekarang-sekarang ini kurang adanya keterbukaan dalam hal anggaran
yang digunakan dan lain sebagainya dari pihak LPMK kepada masyarakat
paling sebagai warga menyerahkan aja gimana nantinya ikut aja apa yang
diselenggarakan oleh LPMK atau Pihak Kelurahan.

2. Apakah dari pihak LPMK melakukan pemantauan atau pengecekan


dalam kegiatan pembangunan?

Jawab: “menurut saya sih pihak LPMK melakukan pengecekan pada saat
diawal saja, dan dari kegiatan yang sedang berjalan sampai akhir kegiatan
sama sekali tidak ada lagi pemantauan secara berkala”

3. Apakah ada undangan untuk hadir dalam kegiatan pengevaluasian


pembangunan?

Jawab: “tidak ada, yang ada hanya undangan rapat kegiatan musrenbang
kalo untuk kegiatan pengevaluasian hasil pembangunan belum ada
pemberitahuan.”

4. Bagaimana LPMK mensosialisasikan program pembangunan di


Kelurahan?

Jawab: “sekedar memberitahu program-program apa saja yang di


rencanakan, apa saja program yang diprioritaskan terlebih dahulu lalu hasil
rancangan pembangunan dan lain sebagainya.”
5. Bagaimanakah pihak LPMK dalam memantau atau mengecek hasil
kegiatan pembangunan kelurahan?

Jawab: “baik tidaknya dari hasil pembangunan tersebut masyarakat yang


menentukan, dari pihak LPMK tidak ada melakukan pengecekean kembali
hanya awal kegiatan itu berjalan.
MEMBER CHECK

Nama : Rochiman
Pekerjaan/Jabatan : Tokoh Masyarakat
Umur : 64 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Bukit tinggi Kav.Blok i

PERTANYAAN:
1. Apakah bapak pernah ikut dalam merencanakan pembangunan yang
LPMK adakan di kelurahan?

Jawab: “sesekali ikut hadir dan untuk memberi masukan atau usulan terkait
rencana pembangunan, namun saya rasa kenyataanya masukan yang
diberikan jarang dipake. Jadi saya rasa kehadiran masyarakat disini hanya
sebagai pelengkap saja karna apa yang diusulkan dari kita sebagai warga
yang hadir tidak dipake malah justru yang dilaksanakan usulan-usulan yang
pihak Kelurahan tentukan”

2. Apakah masyarakat di kelurahan bendungan menjaga atau merawat hasil


pembangunan yang ada?

Jawab: “kurang, masyarakat disini di Kelurahan Bendungan sebagian besar


hanya memanfaatkann dan urusan merawat atau menjaga diserahkan kepada
pemerintah saja karena mereka lebih mengurusi kepentingan dirinya sendiri”

3. Menurut bapak adakah pihak LPMK ikut dalam pembanguann yang


sedang berjalan?

Jawab: “pembangunan fisik yang sudah dibangun di daerah kami berjalan


semestinya, saya selama ikut memantau dalam kegiatan pembangunan belum
pernah melihat anggota atau ketua dari pihak LPMK sendiri secara langsung
ada di lapangan.”

4. Apakah bapak pernah ikut dalam kegiatan rapat evaluasi hasil


pembangunan yang ada di kelurahan bendungan?

Jawab: “setau saya selama ini belum ada kegiatan evaluasi yang dilakukan,
dan tidak ada undangan juga untuk kegiatan pengevaluasian padahal
pengevaluasian ini sangat diperlukan, bila emang ada undangan saya juga
akan dateng mungkin sekarang apa yang diperbuat itulah yang diterima
masyarakat.”
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Wawancara dengan Bapak Suherman


(Sekertaris Lurah Kelurahan Ciwedus)

Wawancara dengan Bapak Heru Sulistyo


(Kasi Pemerintahan Kelurahan Ciwedus)
Wawancara dengan Ibu Hamziah
(Anggota LPMK Kelurahan Ciwedus)

Wawancara dengan Bapak Ahmad Ahsan


(Ketua LPMK Kelurahan Ciwedus)
Wawancara dengan Bapak Dadang Iskandar
(Sekertaris Lurah Kelurahan Bendungan)

Wawancara dengan Bapak Omat Rohmat


(Kasi Pemerintahan Kelurahan Bendungan)
Wawancara dengan Bapak Dadang Iskandar
(Sekertaris Lurah Kelurahan Bendungan)

Wawancara dengan Bapak Omat Rohmat


(Kasi Pemerintahan Kelurahan Bendungan)
Wawancara dengan Bapak Didi Rihadi
(Sekertaris LPMK Kelurahan Bendungan)

Wawancara dengan Ibu Mutmainah


(Anggota LPMK Kelurahan Bendungan)
CURRICULUM VITAE
Personal Data

AAN SUMARNI
Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Cilegon , 31 Agustus 1996

Status Perkawinan : Belum Menikah

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Tinggi / Berat Badan : 150cm 46kg

Alamat : Jln. Bukit Tinggi No. 208 Kavling Bloki RT 008


RW 006 Kelurahan Bendungan Kecamatan
Cilegon

Telepon : 081911121217

E-mail : Aan_sumarni3109@yahoo.co.id

Education

 2002-2008 : SD NEGERI BLOK I


 2008-2011 : SMP NEGERI 5 CILEGON
 2011-2014 : SMA NEGERI 1 CILEGON
 2014-Sekarang : S1 Ilmu Administrasi Publik (Manajemen
Publik), Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Additional Skill

Computer : Ms. Office (Word, Excel, Powerpoint)


Interpersonal Skill : Disiplin,jujur serta bertanggung jawab, kreatif,siap
berkembang dan dikembangkan.
Seminar

 2014 : Diskusi Publik Dynamic Governance Peluang dan


Tantangan
Di Indonesia
 2015 : Seminar Nasional Kebijakan Publik Untuk Solusi
Melawan
Asap
 2016 : Diskusi Publik Mewujudkan Generasi Muda Yang
Sehat dan
Bebas dari Penyalahgunaan Narkoba
 2016 : Seminar Nasional Peran Kebijakan Pemerintah
Dalam
Melindungi Produk UMKM
 2016 : Seminar Nasional dan Workshop Beasiswa Dalam
Tirtayasa
Research Competition and Festival “Teknologi
Untuk
Kearifan Lokal Indonesia”

Organization Experience

 2010-2011 : Anggota organisasi Paduan Suara di SMPN 5 CILEGON

 2012-2013 : Anggota organisasi Paduan Suara, Anggota PMR, Anggota di


SMAN 1 Cilegon
 2014 : Anggota Organisasi PANDAWA di Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa

Anda mungkin juga menyukai