Anda di halaman 1dari 89

PENERAPAN BUDAYA ORGANISASI DALAM MENINGKATKAN

KINERJA PT. PLN (PERSERO) ULP TELAGA KOTA GORONTALO

Hasil Penelitian
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Mengikuti Ujian Sarjana S1 Administrasi Publik

Oleh

SAFINA IRSYADINA BADJEBER


941418006

JURUSAN S1 ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
ABSTRAK

SAFINA I. BADJEBER. 941418006. 2022 Penerapan Budaya Organisasi Dalam


Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo. Program
S1 Administrasi Publik, Universitas Negeri Gorontalo dengan Dosen Pembimbing
I Prof. Dr. Arifin Tahir, M.Si dan Dosen Pembimbing II Dr. Yanti Aneta, S.Pd
M.Si

Tujuan dari Penelitian Untuk mengetahui (1) Proses Implementasi Program


Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Mayarakat (PAMSIMAS) Di Desa
Butu Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, (2) Faktor-faktor yang
Menentukan Program Penyedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di
Desa Butu Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, dengan Indikator
Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi dan Struktur Birokrasi, Metode Penetilian
ini menggunakan Deskripsi Kualitatif dengan menggunakan sumber data yang
dilakukan melalui wawancara mendalam kepada infroman.
Temuan hasil Penelitian menunjukan bahwa Proses Implementasi Program
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) Di Desa
Butu Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango baik pada tahapan
Pencairan Dana Bantuan Langsung Masyarakat, Pelaksanaan Kegiatan Rencana
Kerja Masyarakat dan Penyelesaian Pelaksanaan. Pada umumnya sudah
terlaksanakan namun belum optimal. Pada tahap Pencairan Dana Bantuan
Langsung Masyarakat belum optimal dalam hal pencairan Dana dan kurang
transparansi dari Pemerintah. Pada tahap Pelaksnaan Kegiatan Rencana Kerja
Masyarakat dan tahap Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan sudah optimal karena
sudah sesuai dengan Pedoman dan Juknis Pamsimas yang ada. Faktor-faktor
yang Menentukan Program Penyedian Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat di Desa Butu Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango yang
meliputi Komunikasi, Sumber daya, Disposisi dan Struktur Birokrasi sudah
dilaksanakan dengan baik.

Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan Penyedian Air Minum dan Sanitasi


Berbasis Masyarakat
MOTO DAN PERSEMBAHAN

“ Rasulullah bersabda: Barangsiapa menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu,


Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)

“Yakinlah dengan kemampuan yang ada dalam dirimu, karena dengan


mempercayai kemampuanmu maka itu akan membuat dirimu sukses. Setelah
kamu yakin, kamu harus bertanggung jawab atas keyakinanmu, apapun yang
terjadi kamu harus bisa melewatinya.”
(Safina)

Dengan Ridho Allah SWT,

Kupersembahkan karya ini sebagai Dharma Baktiku kepada kedua

orang tua yang sangat berharga dalam hidupku, (Ayah Anas Badjeber dan Ibu

Fauziah Himran) yang telah mengorbankan waktu mereka untuk membesarkan,

mengasuh, mendidik hingga membiayai studiku, kerja keras dan tetesan keringat

yang tiada habisnya menjadikan motivasiku serta doa kedua orang tuaku demi

keselamatan dan tercapainya cita-citaku, dan untuk seluruh keluarga besarku yang

tiada henti-hentinya memberikan dukungan serta selalu berdoa demi tercapainya

cita-citaku.

ALMAMATERKU
TEMPAT AKU MENIMBA ILMU
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrohmanirrohiim...

Alhamdulillah, Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT

atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga skripsi dengan judul “Penerapan

Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga

Kota Gorontalo” dapat diselesaikan. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi

kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada para sahabat dan keluarganya yang

telah membawa perubahan dunia yang Insya Allah apa yang diajarkan sampai

kepada umatnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah

satu syarat dalam menyelesaikan studi program Sarjana (S1) Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri Gorontalo.

Penulis menyadari bahwa segala sesuatu yang dilakukan selama ini tidak

ada artinya tanpa rahmat dan hidayah yang diberikan oleh ALLAH SWT, baik

secara langsung maupun melalui perantara berbagai pihak yang telah banyak

membantu penulis. Oleh karena itu, selain rasa syukur yang mendalam, penulis

juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing (1) Prof.

Dr. Arifin Tahir, M.Si dan dosen pembimbing (2) Dr. Yanti Aneta, S.Pd., M.Si

yang telah memberikan masukan dan saran serta informasi yang sangat

bermanfaat bagi penulis khususnya dalam penyusunan proposal ini.

Serta berbagai pihak yang telah meluangakan waktu dan pikiran dalam

penyusunan Hasil Penelitian ini, serta dukungan, motivasi dan Doa serta Ridho

dari kedua orang tua Anas Badjeber dan Ibu Fauziah Himran, serta bantuan dari
semua pihak, dengan segala kerendahan hati, peneliti menyampaikan penghargaan

dan ucapan terima kasih yang sedalam - dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eduart Wolok, ST, MT selaku Rektor Universitas Negeri

Gorontalo,

2. Bapak Dr. Harto S. Malik, M.Hum selaku Wakil Rektor I Universitas

Negeri Gorontalo,

3. Ibu Dr. Ir. Yuniarti Koniyo, MP selaku Wakil Rektor II Unversitas Negeri

Gorontalo,

4. Ibu Prof. Karmila Machmud, S.Pd, M.A., Ph.D selaku Wakil Rektor III

Universitas Negeri Gorontalo,

5. Bapak Prof. Dr. Phil. Ikhfan Haris, M.Sc selaku Wakil Rektor IV

Universitas Negeri Gorontalo,

6. Ibu Dr. Hj Zulaecha Ngiu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Gorontalo,

7. Ibu Dr. Rahmatiah, S.Pd, M.Si Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Gorontalo,

8. Bapak Drs. Joni Apriyanto, M.Hum selaku Wakil Bidang Administrasi

Keuangan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo,

9. Bapak Sainudin Latera, S.Pd., M.Si selaku Wakil Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo,

10. Ibu Dr. Fenti Prihatini Dance Tui, S.Pd.,M.Si selaku Ketua Jurusan Studi

Sarjana Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Gorontalo.
11. Bapak Rustam Tohopi, S.Pd, M.Si selaku Sekertaris Jurusan ilmu

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

12. Ibu Dr. Fenti Prihatini Dance Tui, S.Pd, M.Si selaku Dosen Penguji I yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan ilmu dan kontribusi

demi memperbaiki skripsi ini,

13. Bapak Dr. Yacob Noho Nani, S.Pd, M.Si selaku Dosen Penguji II yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan ilmu dan kontribusi

demi memperbaiki skripsi ini,

14. Bapak Prof. Dr. Arifin Tahir, M.Si selaku dosen Pembimbing I dan dosen

Pembimbing II Ibu Dr. Yanti Aneta, S.Pd., M.Si yang telah membantu

memberikan arahkan dan masukan serta meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran untuk mengarahkan, membimbing dan menyempurnakan skripsi

ini,

15. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Administrasi di lingkungan Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo yang telah banyak membantu

dan memberikan berbagai pengetahuan dalam bidang Ilmu Administrasi

Publik,

16. Bapak dan Ibu serta Staf Kantor di lingkungan PT. PLN (Persero) ULP

Telaga Kota Gorontalo

17. Kedua orang tua Anas Badjeber dan Fauziah Himran yang tidak pernah

lelah merawat dam menyekolahkan saya sampai pada titik ini. Dan untuk

Saudara dan Saudari sekandung saya Safira Meidina Badjeber dan Fauzan
Badjeber yang selalu memberikan dukungan dan semangat buat saya

dalam penyelesaian Skripsi ini,

18. Sahabat karib Saya Rellygia Syahputri Lanti yang selalu ada buat

memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

19. Umi Non dan Aba Mat yang selalu ada membantu dan memberi dukungan

bagi saya.

20. Rekan-rekan Mahasiswa Prodi Administrasi Publik Angkatan 2018

Universitas Negeri Gorontalo yang berjuang bersama-sama dan saling

memberikan motivasi satu sama lain,

21. Teman-teman “Power Puff” saya Gia, Ria, Rani, Nadya, Pana, Lala, Nisa,

Nurul yang selalu memberikan semangat dalam menyusun skripsi ini.

22. Teman-teman seperjuangan saya “A_Terbaliq” dan Teman-teman Kelas A

yang selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi saya,

23. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga mendapat pahala yang

setimpal dari Allah SWT. Amin.

24. Last but not least I wanna thank me. I wanna thank me for believing in me.

I wanna thank me for doing all this hard work. I wanna thank me for

having no days off. I wanna thank me for never quitting. And I wanna

thank me for always being a giver.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh

karena itu, tidak semua hal dapat penulis deskripsikan dengan sempurna dalam
skripsi ini. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang

membangun dari semua pihak. Selanjutnya, penulis memohon maaf apabila

terdapat banyak kekurangan dan kesalahan pada skripsi ini. Penulis berharap

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun orang lain

yang membacanya. Amin.


i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR....................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Bekalang....................................................................................1
1.2 Fokus Penelitian.................................................................................8
1.3 Tujuan Peneltian................................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL


PENELITIAN.............................................................................................13
2.1 Ruang Lingkup Administrasi ...........................................................13
2.2 Dimensi Administrasi........................................................................16
2.3 Teori Organisasi................................................................................20
2.4 Budaya Organisasi............................................................................25
2.4.1 Definisi Budaya..........................................................................25
2.4.2 Definisi Organisasi......................................................................26
2.4.3 Definisi Budaya Organisasi........................................................28
2.4.4 Fungsi dan Manfaat Budaya Organisasi.....................................37
2.4.5 Indikator dan Dimensi Budaya Organisasi.................................39
2.4.6 Karakteristik Budaya Organisasi................................................41
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi....................44
2.6 Kinerja Organisasi..............................................................................47
2.6.1 Definisi Kinerja Organisasi.........................................................47
2.6.2 Indikator Kinerja Organisasi.......................................................51
2.7 Kajian Penelitian yang Relevan..........................................................54
2.8 Kerangka Konseptual Penelitian........................................................60
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................62
3.1 Latar, Waktu dan Tempat Penelitian.................................................62

ii
3.1.1 Latar Penelitian...............................................................................62
3.1.2 Waktu Penelitian.............................................................................62
3.1.3 Tempat Penelitian...........................................................................63
3.2 Pendekatan, Jenis dan Prosedur Penelitian........................................63
3.2.1 Pendekatan Penelitian.....................................................................63
3.2.2 Jenis Penelitian................................................................................64
3.2.3 Prosedur Penelitian.........................................................................65
3.3 Kehadiran Peneliti..............................................................................65
3.4 Data dan Sumber Data.......................................................................66
3.5 Teknik Pengumpulan Data.................................................................67
3.6 Pengecekan Keabsahan Data.............................................................69
3.7 Teknik Analisis Data..........................................................................70

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................74

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Budaya Kuat dan Budaya Lemah Robbins dan Coutler...............32
Tabel 2.2 : Penelitian Relevan.......................................................................54
Tabel 3.1 Waktu Penelitian............................................................................63
Tabel 3.2 Informan Tentang Penerapan Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan
Kinerja Pada PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo.....................68

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Penelitian..............................................61
Gambar 3.1 :Analisis Data Model Miles dan Huberman...............................73

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Budaya dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintahan maupun swasta

mencerminkan penampilan organisasi. Adanya budaya organisasi pada setiap

organisasi dianggap penting, karena budaya organisasi yang kuat akan

mempermudah dalam tercapainya tujuan organisasi, sebaliknya jika budaya

organisasinya lemah maka tujuan organisasi akan sulit dicapai. Budaya organisasi

menjadi ciri khas dari satu organisasi dengan organisasi lainnya, sehingga untuk

menerapkan budaya organisasi dengan baik, setiap pegawai baru yang akan

menjadi angota organisasi diberikan pembekalan tentang dasar-dasar budaya

organisasi.

Budaya organisasi mendorong terciptanya komitmen organisasi dan

meningkatkan konsistensi sikap pegawai, budaya menyampaikan kepada

karyawan bagaimana pekerjaan dilakukan dan apa saja yang bernilai penting. Bagi

pegawai itu sendiri budaya akan menghilangkan ketidak jelasan mengenai sudut

pandang seorang pegawai dalam menjalankan aktifitasnya pada organisasi namun

diharapkan kondisi seperti ini tidak merusak fungsi budaya itu sendiri. Terdapat

berbagai faktor dan sumber daya yang dimiliki dan mempengaruhi organisasi

dalam usaha mencapai tujuannya, salah satunya adalah manusia, namun dalam

perjalanan membangun organisasi sumber daya manusia mungkin akan

menghadapi masalah, karena sumber daya manusia berkaitan dengan kinerja

organisasi. Michael Zwell menyatakan bahwa dasar untuk keberhasilan organisasi

1
adalah kompetensi kepemimpinan, kompetensi pekerja, dan budaya organisasi

yang memperkuat dan memaksimumkan kompetensi Budaya organisasi tidak

hanya memberikan pandangan tentang nilai-nilai pada pegawai dalam berperilaku,

namun budaya organisasi juga memberikan pandangan tentang budaya dalam

bentuk artefak seperti logo organisasi, tata ruang gedung, bahasa atau jargon, dan

simbol-simbol yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam suatu

organisasi.

Pengelolaan keberagaman budaya organisasi diperlukan untuk mengatasi

masalah-masalah yang terjadi pada organisasi, dengan demikian diharapkan

organisasi mampu mengelola keberagaman dengan mengubah dari sifatnya

sebagai hambatan menjadi kekuatan budaya organisasi (Wibowo, 2011. 3).

Wirawan (2007,10), berpendapat bahwa budaya organisasi merupakan norma,

nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi yang terdapat dalam

isi budaya organisasi dan dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri,

pemimpin, dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada

anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi sehingga mempengaruhi

pola pikir, sikap, dan perilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk,

melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi.

Pengertian budaya organisasi di atas menggambarkan bahwa budaya

organisasi merupakan bentuk dari nilai-nilai sosial dalam suatu organisasi yang

dapat menjadi pedoman dalam menyelesaikan permasalah yang terjadi baik di

dalam maupun di luar organisasi dengan melakukan penanaman nilai-nilai

semenjak seseorang baru bergabung pada organisasi tersebut. Penanaman nilai-

2
nilai budaya organisasi berawal dari bagaimana pendiri perusahaan membuat

pedoman perilaku yang memuat budaya organisasi seperti apa yang akan di

implementasikan pada organisasinya. Budaya di organisasi dapat dilakukan

melalui proses sosialisasi budaya organisasi. Sosialisasi mencakup suatu kegiatan

di mana anggota organisasi mempelajari seluk beluk organisasi dan bagaimana

mereka harus berinteraksi dan berkomunikasi di antara anggota organisasi untuk

menjalankan semua aktivitas organisasi. Oleh karena itu, organisasi harus mampu

mengajak karyawan, terutama karyawan baru untuk melakukan penyesuaian

terhadap budaya organisasi yang menjadi pedoman dalam pencapaian kinerja

yang tinggi. (Sutrisno,2011.39).

Pengaturan budaya organisasi di dalam organisasi pada dasaranya terbentuk

karena manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi yang merupakan suatu

proses sosial dari suatu organisasi. Interaksi antar pegawai yang semakin tinggi

intensitasnya akan menghasilkan norma kelompok sehingga akan membentuk

suatu karakter yang konsisten. Berdasarkan kondisi tersebut maka suatu budaya

organisasi menjadi sangat penting karena kemampuan budaya organisasi dalam

mengarahkan perilaku yang pada akhirnya akan membentuk sikap dan

memberikan identitas pada organisasi. Menurut Edy Sutrisno, setiap organisasi

harus mampu mengajak pekerjanya terutama pekerja-pekerja baru untuk

menyesuaikan diri terhadap budaya organisasi yang menjadi pedoman dalam

mencapai kinerja yang baik. Budaya organisasi yang baik dapat diperoleh melalui

sosialisasi terhadap sumber daya manusia yang ada agar hasil dari proses

sosialisasi tersebut dapat berdampak positif terhadap produktivitas dan komitmen

3
terhadap organisasi yang pada akhirnya implementasi dari sosisalisasi budaya

organisasi akan mendukung dan mendorong sumber daya manusia untuk

mencapai sasaran yang diinginkan organisasi.

Setiap organisasi memiliki budaya sendiri yang sifatnya spesifik karena

kenyataan bahwa setiap organisasi mempunyai kepribadian khas (unik) (Carrel

dkk, 1997) yang dipengaruhi berbagai hal, antara lain; karakteristik dan struktur

organisasinya menurut Robbins (2001) dan MIT (2002), serta nilai dan norma

yang dianut anggotanya, kepercayaan, kebiasaan yang berlaku di dalam

organisasi, dan filosofi organisasi yang dianut (Ouchi, 1981). Hal ini mendorong

seseorang untuk berperilaku tertentu dalam organisasi yang dapat mempengaruhi

semua kegiatan karyawan dalam organisasi, baik bekerja, cara memandang

pekerjaan, bekerja dengan kolega, maupun melihat ke masa depan mereka dan

menjadi pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya (Gibson,

1996).

Budaya organisasi menunjukkan ciri-ciri, sifat, atau karakteristik tertentu yang

yang menunjukkan kesamaannya. Akar dari budaya organisasi adalah serangkaian

karakteristik inti yang secara kolektif dihargai oleh semua anggota organisasi.

karakteristik budaya organisasi menunjukkan cirri-ciri, sifat-sifat, unsur-unsur,

atau elemen-elemen yang terdapat dalam suatu budaya organisasi. Setiap

organisasi akan menampakkan sifat dan cirinya berdasarkan karakteristik budaya

organisasi yang dimilikinya (Wibowo, 2010:35).

4
Banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang menawarkan

berbagai produk dan pelayanan. Salah satunya adalah PT. PLN (Persero)

merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melayani kepentingan

umum dan bergerak di bidang pelayanan pembayaran rekening listrik, pelayanan

pemasangan baru dan perubahan daya, pelayanan keluhan pelanggan mengenai

pembacaan meter, pulsa listrik (Prabayar) dan sebagainya. Demi terselenggaranya

penyaluran aliran listrik, dibutuhkan sarana penghubung berupa saluran transmisi.

PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo merupakan perusahaan yang

berhubungan dengan penyaluran tenaga listrik di Gorontalo, yang terletak di Jln.

M. Thayeb Gobel Kel. Tapa, Kec. Sipatana, Kota Gorontalo. PT. PLN (Persero)

ULP Telaga Kota Gorontalo ini melayani kepentingan umum dan bergerak di

bidang pelayanan pembayaran rekening listrik, pelayanan pemasangan baru dan

perubahan daya, pelayanan keluhan pelanggan mengenai pembacaan meter, dan

listrik pintar (pulsa listrik/prabayar). Seperti halnya kebutuhan yang paling tidak

dapat dipisahkan dari masyarakat adalah listrik. Seiring dengan kemajuan

teknologi elektronik yang dapat membantu dan memudahkan masyarakat dalam

menjalankan rutinitasnya, seperti komputer, laptop, mesin cuci , kulkas , tv , dll

yang pada dasarnya memerlukan listrik. Hal ini yang menjadikan masyarakat

membutuhkan listrik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sebagai organisasi publik milik pemerintah, budaya yang terdapat pada

organisiasi akan lebih terlihat karena tujuan dari organisasi publik lebih kepada

memberikan manfaat untuk masyarakat dan tidak semata menjalankan

organisasinya untuk mendapatkan keuntungan. Organisasi harus mampu

5
mengelola sumber daya yang ada di dalamnya semaksimal mungkin guna

tercapainya visi dan misinya. Sumber daya manusia terpenting dalam suatu

organisasi adalah sumber daya manusia yang memberikan tenaga, bakat,

kreativitas dan usaha mereka terhadap organisasi. Kinerja yang diberikan kepada

pelanggan memiliki timbal balik langsung pada organisasi. Faktor yang

mempengaruhi kinerja tersebut antara lain budaya organisasi. Dan budaya

organisasi pun sangat mempengaruhi berjalannya sebuah sistem dalam

perusahaan, namun pada hakikatnya budaya organisasi tidak dapat berjalan

sendiri, melainkan terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi perkembanganya.

Pemahaman budaya organisasi sebagai kesepakatan bersama mengenai nilai-

nilai yang mengikat semua individu dalam sebuah organisasi seharusnya

nementukan batas-batas normatif perilaku anggota organisasi. Secara spesifik,

peranan budaya organisasi adalah membantu menciptakan rasa memiliki terhadap

organisasi, menciptakan jati diri anggota organisasi, membantu menciptakan

stabilitas organisasi sebagai sistem sosial dan menemukan pola pedoman perilaku

sebagai hasil dari norma-norma kebiasaan yang terbentuk dalam keseharian.

Budaya Organisasi dengan demikian berpengaruh kuat terhadap perilaku para

anggotanya. Nilai-nilai budaya organisasi yang dipengaruhi unsur-unsur falsafah

negara tersebut dapat membentuk sistem kerja dan lingkungan kerja yang disiplin,

efektif, efisien. Setiap pegawai yang menjadi bagian dari PT PLN berkewajiban

saling berbagi informasi dan pengetahuan di tempat kerja sebagai wahana belajar

bersama guna menghasilkan inovasi dan keputusan yang lebih baik, cepat, etikal,

dan akseptabel di berbagai bidang. (Code of Conduct PT PLN).

6
Budaya organisasi dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal dan

bertahan lama, yang jadi masalah tidak semua budaya organisai dapat menjadi

pendukung organisasi itu. Budaya itu hidup dalam perubahan dan kesesuaian.

Budaya itu sama seperti manusia. Manusia adalah kehidupan dan budaya juga

adalah kehidupan, artinya budaya organisasi selalu akan berkembang dengan

perubahan, kreativitas, inovasi, teknologi, strategi dan hati nurani yang

menginginkan perilaku baru. Budaya organisasi sebagai tindakan, harus mau

diubah untuk disesuaikan dengan strategi baru, agar dapat menjadi budaya yang

fleksibel dan lincah untuk mengikuti situasi dan kebutuhan

(http://www.kompasiana.com). Budaya menjadi kendala apabila nilai-nilai yang

dimiliki bersama tidak sejalan dengan nilai-nilai yang dapat meningkatkan

efektivitas sebuah organisasi.

Budaya organisasi pada PT PLN senantiasa membudayakan kebiasaan baik

seperti perlunya adaptasi pada lingkungan eksternal dengan cepat dan efektif

secara berkesinambungan dan senantiasa menjaga keutuhan internal guna

mewujudkan cita-cita bersama menjadi perusahaan kelas dunia yang mampu

membawa kehidupan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia. Adaptasi

eksternal dan integrasi internal harus dilakukan dengan semangat kebersamaan

yang kuat karena anggota organisasi PT PLN menjadi tumpuan utama perusahaan

untuk maju dan berkembang.

Permasalahan yang ada di PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo

adalah belum optimalnya penerapan budaya organisasi yaitu adanya pegawai yang

7
kurang mengerti dengan tugas yang diberikan oleh pimpinan sehingga akan

berdampak pada kinerja serta masih adanya pegawai yang tidak disiplin waktu

yakni adanya pegawai yang datang terlambat.

Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan, maka peneliti

tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul “Penerapan Budaya Organisasi

Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota

Gorontalo”

1.2 Fokus dan Sub Fokus

Berdasarkan uraian konteks penelitian di atas maka fokus dan sub fokus dalam

penelitian ini adalah:

1. Penerapan Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN

(Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo ,dilihat dari tujuh karakteristik :

a. Bagaimana Inovasi dan Keberanian Mengambil Risiko sebagai

penerapan budaya organisasi dalam meningkatkan kinerja PT. PLN

(Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo?

b. Bagaimana Perhatian pada Hal-Hal Rinci sebagai penerapan budaya

organisasi dalam meningkatkan kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga

Kota Gorontalo?

c. Bagaimana Orientasi Hasil sebagai penerapan budaya organisasi dalam

meningkatkan kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo?

d. Bagaimana Orientasi Orang sebagai penerapan budaya organisasi dalam

meningkatkan kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo?

8
e. Bagaimana Orientasi Tim sebagai penerapan budaya organisasi dalam

meningkatkan kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo?

f. Bagaimana Keagresifan sebagai penerapan budaya organisasi dalam

meningkatkan kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo?

g. Bagaimana Stabilitas sebagai penerapan budaya organisasi dalam

meningkatkan kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo?

2. Faktor yang mempengaruhi Penerapan Budaya Organisasi Dalam

Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo,

dilihat dari aspek:

a. Bagaimana Motivasi dapat mempengaruhi Penerapan Budaya Organisasi

Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota

Gorontalo.

b. Bagaimana Gaya Kepemimpinan dapat mempengaruhi Penerapan

Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero)

ULP Telaga Kota Gorontalo.

c. Bagaimana Komunikasi dapat mempengaruhi Penerapan Budaya

Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga

Kota Gorontalo.

d. Bagaimana Struktur Organisasi dapat mempengaruhi Penerapan Budaya

Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga

Kota Gorontalo.

9
e. Bagaimana Tingkat Formalitas Organisasi dapat mempengaruhi

Penerapan Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN

(Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo.

f. Bagaimana Nilai yang Dianut Individu dapat mempengaruhi

Penerapan Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN

(Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo.

1.3 Tujuan Peneltian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Penerapan Budaya

Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota

Gorontalo.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan Budaya Organisasi Dalam

Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo.

Yang meliputi tujuh karakterstik:

a. Inovasi dan Keberanian Mengambil Resiko

b. Perhatian pada Hal-Hal Rinci

c. Orientasi Hasil

d. Orientasi Orang

e. Orientasi Tim

f. Keagresifan

g. Stabilitas

10
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Penerapan Budaya

Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga

Kota Gorontalo. Yang meliputi aspek:

a. Motivasi

b. Gaya Kepemimpinan

c. Komunikasi

d. Struktur Organisasi

e. Tingkat Formalitas Organisasi

f. Nilai yang Dianut Individu

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

a) Menambah pengetahuan dan wawasan tentang penerapan budaya

organisasi dalam meningkatkan kinerja organisasi.

b) Menjadi bahan masukan dan bahan referensi untuk penelitian lanjutan

terkait dengan tema dan topik dalam penelitian ini.

b. Manfaat Praktis

a) Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat

khususnya yang berhubungan dengan budaya organisasi dalam

meningkatkan kinerja organisasi.

b) Bagi Peneliti

11
Sebagai sarana pembelajaran serta menambah pengetahuan penulis

tentang budaya organisasi yang ada di PT. PLN (Persero) ULP Telaga

Kota Gorontalo.

c) Bagi instansi

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya

di Kota Gorontalo terkait budaya organisasi dalam meningkatkan kinerja

organisasi.

d) Bagi Program Studi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan

referensi acuan penelitian berikutnya.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN


KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

2.1 Ruang Lingkup Administrasi Publik

Nicholas Henry (1995), memberikan rujukan tentang ruang lingkup

administrasi publik yang dapat dilihat dari topik-topik yang dibahas selain

perkembanagan ilmu administrasi publik itu sendiri antara lain:

1) Organisasi publik, pada prinsipnya berkenaan dengan model organisasi dan

perilaku birokrasi.

2) Manajemen publik, yaitu berkenaan dengan sistem dan ilmu manajemen,

evaluasi program dan produktifitas, anggaran publik dan manajemen sumber

daya manusia.

3) Implementasi yaitu menyangkut pendekatan terhadap kebijakan publik dan

implementasinya, privantisasi, administrasi antara pemerintahan dan etika

birokrasi.

Dimock & Dimock (1992:26), membagi empat komponen administrasi

publik, yaitu:

1) Apa yang dilakukan pemerintah: pengaruh kebijakan dan tindakan-tindakan

politis, dasar-dasar, wewenanag, lingkungan kerja pemerintah, penentuan

tujuan-tujuan, kebijakan-kebijakan administratif yang bersifat ke dalam, dan

rencana-rencana.

2) Bagaimana pemerintah mengatur organisasi, personalia, dan pembiayaan

usaha-usahanya: struktur administrasi dari segi formalnya.

13
3) Bagaimana para administrator mewujudkan kerja sama. Aliran dan proses

administrasi dalam pelaksanaan, dengan titik berat pada pimpinan, tuntutan,

koordinasi, pelimpahan wewenang, hubungan dengan bagian-bagian,

pengawasan,, moril, hubungan masyarakat dan sebagainya.

4) Bagaimana pemerintah tetap bertanggung jawab: baik mengenai pengawasan

dalam badan-badan eksekutif sendiri, dan yang lebih penting lagi mengenai

pengawasan oleh badan-badan perwaklian rakyat, badan-badan yudikatif, dan

berbagai badan lain.

Nigro dalam Tjokroamisjojo (1978), adalah: seorang tokoh administrasi

publik dari Amerika Serikat, berpendapat bahwa yang termasuk ke dalam lingkup

administrasi negara adalah masalah “perumusan dan penentuan kebijakan”. Tetapi

kemudian dinyatakan bahwa administrasi publik bukan saja mempunyai fungsi

tradisional berupa “pelaksanaan kebijakan” tetapi juga “perumusan dan penentuan

serta penilaian hasil hasil pelaksanaan berbagai kebijakan negara”. Lebih lanjut

Nigro (1977), mengemukakan bahwa “para pejabat administrasi tidak hanya harus

membuat keputusan yang lebih banyak, tetapi juga memecahkan masalah yang

harus mereka atasi atau diharapkan dapat diatasi dalam mempraktikan kebijakan

mereka juga banyak mengalami kesulitan bahkan kadang kadang begitu sulit

Inu Kencana Syafiie dkk (1999:29), dalam Ilmu Administrasi Publik

Menguraikan ruang lingkup administrasi publik sebagai berikut:

1. Dalam bidang hubungan, peristiwa dan gejala pemerintahan meliputi: (a)

Administrasi pemerintah pusat, (b) Administrasi pemerintah daerah, (c)

Administrasi pemerintahan kecamatan, (d) Administrasi pemerintahan

14
kelurahan, (e) Administrasi pemerintah desa, (f) Administrasi pemerintahan

kotamadya, (g) Administrasi pemerintahan kota administratif, (h)

Administrasi departemen, (i) Administrasi non departemen.

2. Dalam bidang kekuasaan, meliputi: (a) Administrasi politik luar negeri, (b)

Administrasi politik dalam negeri, (c) Administrasi partai politik, (d)

Administrasi kebijakan pemerintah.

3. Dalam bidang peraturan perundang-undangan, meliputi: (a) landasan Idill, (b)

Landasan operasional.

4. Dalam bidang kenegaraan, meliputi: (a) Tugas dan kewajiban negara, (b) Hak

dan kewenangan negara, (c) Tipe dan bentuk negara, (d) Fungsi dan prinsip

negara, (e) Unsur-unsur negara, (f) Tujuan negara, (g) Tujuan nasional.

5. Dalam pemikiran hakiki, meliputi: (a) Etika administrasi publik, (b) Estetika

administrasi publik, (c) Logika administrasi publik, (d) Hakekat administrasi

publik.

6. Dalam bidang ketatalaksanaan, meliputi: (a) Administrasi pembangunan\, (b)

Administrasi perkantoran, (c) Administrasi kepegawaian, (d) Administrasi

kemeliteran,(e) Administrasi kepolisian, (f) Administrasi perpajakan, (g)

Administrasi pengadilan, (h) Administrasi perusahaan, mencangkup antara

lain: (i) Administrasi penjualan, (ii) Administrasi periklanan, (iii)

Administrasi pemasaran, (iv) Administrasi nistrasi perbankan, (v)

Administrasi perhotelan, (vi) Administrasi pengangkutan.

Dari penjelasan ruang lingkup administrasi publik tersebut di atas, dapat

dipahami bahwa aspek yang penting dalam menentukan ruang lingkup

15
administrasi publik, yaitu kepentingan publik. Adapun ruang lingkup administrasi

publik dalam pembahasan buku ini yaitu: (1) Kebijakan Publik, (2) Birokrasi

publik, (3) Manajemen publik, (4) Kepemimpinan, (5) Pelayanan Publik, dan (6)

Administrasi kepegawaian, (7) Kinerja (8) Etika administrasi publik.

2.2 Dimensi Administrasi Publik

Administrasi publik memiliki cakupan yang sangat luas dan kompleks dan

tergantung dari perkembangan kebutuhan dan dinamika permasalahan yang

dihadapi oleh masyarakat. Nicholas Henry dalam Keban (2008) menjelaskan

cakupan dari administrasi publik yang meliputi: (1) organisasi publik, yang pada

prinsipnya berkenaan dengan model organisasi dan perilaku birokrasi; (2)

manajemen publik, berkenaan dengan sistem, evaluasi, anggaran dan manajemen

sumber daya manusia; dan (3) implementasi, berkenaan dengan kebijakan publik,

privatisasi, hubungan antar pemerintah dan etika birokrasi. Shafritz dan Russell

(1997) mengupas cakupan administrasi publik dengan lebih detail melalui

berbagai unsur-unsur, seperti: (a) lingkungan politik dan budaya; (b) penerapan

lanjutan reinventing government; (c) hubungan antar lembaga pemerintahan, (d)

perkembangan teori manajemen dan organisasi; (e) perilaku organiasi; (f)

menajerialisme dan manajemen kinerja; (g) manajemen strategis sektor publik; (h)

kepemimpinan dan akuntabilitas; (i) manajemen personalia dan hubungan kerja;

(j) keadilan sosial; (k) manajemen keuangan; (l) auditing, akunting dan evaluasi;

(m) penghargaan dan etika(Shafritz, 1997).

Keban menyederhanakan cakupan administrasi publik yang sangat luas

dalam 6 (enam) dimensi strategis administrasi publik, dimana masing-masing

16
dimensi sangat menentukan dalam pencapaian tujuan (Keban, 2008). Bahkan

apabila satu unsur tidak berfungsi dengan baik maka akan mengganggu unsur-

unsur lainnya. Ke-enam dimensi administrasi publik tersebut adalah :

a. Dimensi Kebijakan

Shafritz dan Russell mendefinisikan kebijakan publik sebagai “a government

decides to do or not to do”, dimana hal ini berkenaan dengan respon terhadap

suatu isu politik(Shafritz, 1997). Peterson (2003) berpendapat bahwa kebijakan

publik dilihat sebagai aksi pemerintah dalam menghadapi masalah dengan

mengarahkan perhatian terhadap “siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana”.

oleh karenanya, kebijakan publik memiliki beberapa tahapan, yaitu : penetapan

agenda kebijakan (agenda setting), formulasi kebijakan (policy formulation),

adopsi kebijakan (policy adoption), implementasi kebijakan (policy

implementation), dan penilaian kebijakan (policy assesement) (Dunn, 2004).

Adapun beberapa isu terkait dengan kebijakan publik diantaranya: etika

kebijakan, reformasi kebijakan publik, partisipasi dalam kebijakan publik,

kualitas, efektivitas dan kapasitas kebijakan, serta kepalsuan kebijakan.

b. Dimensi Struktur Organisasi

Struktur birokrasi berkenaan dengan bagaimana aktivitas-aktivitas organisasi

distrukturkan atau dituangkan dalam suatu bentuk struktur dengan tujuan

membantu pimpinan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Struktur

organisasi dapat berbentuk struktur sederhana, struktur birokrasi mesin, struktur

birokrasi profesional, struktur divisi, dan struktur adhocracy. Menyusun struktur

17
organisasi yang efektif dan efisien tidaklah mudah karena sifat dari lingkungan

yang bervariatif. Sifat lingkungan ini mulai dari yang paling sederhana hingga

kompleks. Dari variasi sifat lingkungan ini, muncul dua bentuk desain organisasi,

yaitu organisasi yang bersifat mekanistis dan organisasi yang bersifat organik.

Sedangkan isu-isu penting dalam struktur organisasi antara lain: merebaknya

gejala parkinson, kompetensi, penentuan posisi atau jabatan, penentuan struktur

dan sentralisasi versus desentralisasi.

c. Dimensi Manajemen

Dimensi manajemen berkenaan dengan bagaimana menerapkan prinsip-

prinsip manajemen untuk mengimplementasikan kebijakan publik. Manajemen

publik membahas aspek-aspek umum organisasi dan merupakan gabungan fungis-

fungsi manajemen seperti planning, organizing dan controlling disatu sisi dan

sumber daya manusia, keuangan, fisik, informasi dan politik disisi lainnya. Dalam

perkembangannya, manajemen dituntut akuntabilitasnya melalui akuntabilitas

organisasi yang berkenaan dengan transparansi, keberhasilan ataupun kegagalan,

dan akuntabilitas individu yang berkenaan dengan profesionalitas administrator

publik.

d. Dimensi Etika

Administrasi publik selalu mengingatkan tentang etika karena etika

dianalogkan sebagai sistem sensor pada administrasi publik. Bertens dalam Keban

(2008) mendefinisikan etika dalam tiga arti penting: (1) nilai-nilai moral dan

norma-norma moral yang menjadi pegangan dalam bertingkah laku (sistem nilai);

18
(2) kumpulan asas atau nilai moral (kode etik); (3) ilmu tentang baik atau buruk

(filsafat moral). Etika dalam administrasi publik lebih dikenal dengan

administrative responsibility dan di Indonesia lebih dikenal dengan Kode Etik.

Dasar kode etik bagi administrator publik di Indonesia adalah Pancasila seta

norma etika yang bersifat universal sebagai penuntun tingkah lakunya.

e. Dimensi Lingkungan

Lingkungan diartikan semua faktor yang berada diluar organisasi yang

mampu mempengaruhi organisasi. Faktor diluar organisasi tersebut antara lain;

kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya dan hukum serta lingkungan khusus.

Lingkungan yang berbeda dalam suatu negara, akan menbentuk administrasi

publik yang berbeda. Lingkungan Indonesia yang sangat bervariatif membentuk

administrasi publik yang berbeda dengan negara-negara lain. Organisasi dapat

bertahan hidup ketika mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui

perubahan strategi, struktur dan budaya kerja. Adapun beberapa isu penting dalam

lingkungan administrasi publik di Indonesia seperti: tantangan dan kondisi

Indonesia, tantangan administrasi publik, tantangan ide pembangunan dari Barat

serta tantangan good governance yang makin gencar.

f. Dimensi Akuntabilitas Kinerja

Perwujudan komitmen dari akuntabilitas publik ditunjukkan dalam bentuk

kinerja, baik kinerja institusi maupun kinerja administrator publik. Penilaian

kinerja dilakukan dengan membandingkan antara pencapaian dengan standar yang

ada sehingga dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan produktivitas.

19
Salah satu parameter penilaian kinerja terdiri dari: (1) relevance, yaitu mengekur

keterkaitan atau relevansi antara kebutuhan dengan tujuan yang dirumuskan; (2)

efisiensi, yaitu perbandingan antara input dengan output; (3) efektivitas, yaitu

tingkat kesesuaian antara tujuan dengan intermediate outcomes (result) dan final

outcomes (impacts); (4) utility and sustainability, yaitu mengukur kegunaan dan

keberlanjutan antara kebutuhan dengan final outcomes (impacts).

2.3 Teori Organisasi

Teori organisasi merupakan sejumlah pemikiran dan konsep yang

menjelaskan atau memperkirakan bagaimana organisasi/kelompok dan individu di

dalamnya “berperilaku”, dalam berbagai jenis struktur dan kondisi tertentu

(Shafritz & Ott dalam Levy, 2009). Dari definisi tersebut, organisasi seperti juga

manusia memiliki perilaku yang bisa diamati dengan baik oleh orang di dalamnya

maupun oleh pihak luar. Ahli manajemen dan organisasi menyatakan teori

organisasi berakar dan telah ada sejak zaman purbakala atau abad pertengahan.

Namun studi formal tentang teori organisasi baru dilakukan ketika pabrik-pabrik

mulai dikenal di Inggris Raya (Shafritz & Ott dalam Levy, 2009).

Legaard sendiri membagi teori organisasi ke dalam tiga perspektif yang

merupakan wilayah utama yang menjadi pusat studinya (Legaard, 2010), yaitu:

a) Teori organisasi yang berfokus pada kinerja dalam menjalankan tugas dan

struktur;

b) Teori organisasi yang berfokus pada motivasi karyawan; dan

c) Teori organisasi yang berfokus pada penyesuaian dengan lingkungan sekitar.

20
Ahli organisasi lainnya yaitu Stepen P. Robbins (1995) membuat pembagian teori

organisasi ke dalam empat kategori antara lain sebagai berikut:

1) Teoretikus Tipe 1

a) Kelompok ini dikenal dengan aliran klasik.

b) Upaya: mengembangkan model organisasi secara universal.

c) Melihat organisasi sebagai sistem tertutup untuk mencapai tujuan dengan

efisiensi.

d) Para ahli: scientific management (Frederick W. Taylor), prinsip-prinsip

organisasi (Henry Fayol), teori birokrasi (Max Weber), dan teori

perencanaan rasional (Ralph Davis).

2) Teoretikus Tipe 2

a) Upaya yang dilakukan kelompok teoritikus ini adalah penyesuaian sifat

sosial organisasi, dan membentuk aliran hubungan antar manusia sehingga

disebut dengan human relations school.

b) Memandang organisasi sebagai seseuatu yang terdiri dari tugastugas

maupun manusia.

c) Para ahli: teori/kajian Hawthorne (Elton Mayo), teori sistem kerjasama

(Chester Bernard), teori X dan Y (McGregor), dan teori anti birokrasi

(Warren Bennis).

3) Teoretikus Tipe 3

a) Pendekatan kontinjensi (memilih antara mekanistik dan humanistik).

b) Para ahli: teori perspektif lingkungan (Katz & Kahn), kasus teknologi,

teori besaran organisasi (kelompok Aston).

21
4) Teoretikus Tipe 4

a) Memusatkan perhatian pada sifat politis organisasi.

b) Para ahli: batas-batas kognitif terhadap rasionalitas (March & Simon),

teori arena politik (Jeffrey Pfeffer).

1. Teori Organisasi Yang Berfokus Pada Kinerja Dan Struktur

a. Scientific Management

Teori ini lahir pada awal abad 20, dikembangkan oleh Frederick W. Taylor.

Karakteristik dari aliran ini adalah: 1). Ide dasar scientific management adalah

proses yang sistematis dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi produksi yang

diperoleh melalui analisis ilmiah dan berbagai percobaan. 2). Taylor meyakini

bahwa ouput yang maksimal dari sustu proses dapat dihasilkan dengan input yang

minimal (energi, sumberdaya). 3). Titik awal pemikiran Taylor adalah proses

kerja individu yang akan bergabung dalam suatu sistem proses. 4). Struktur

organisasi terbentuk mengikuti proses kerja yang ada 5). Dibutuhkan staff yang

memiliki spesialisasi untuk mengoptimalkan proses kerja, sehingga peran manajer

dalam memerintah akan berkurang 6). Dikategorikan sebagai pendekatan bottom-

up, karena memulai dari proses kerja individu.

Fenomena ini menciptakan aliran baru yang disebut Fordism. Scientific

management memiliki pengaruh yang menentukan dan panjang terhadap praktik

industri dan terhadap teori organisasi secara keseluruhan. Pada akhirnya teori ini

mendapat kritik keras dari pegawai dan manajer yang menerapkan pendekatan ini,

karena studi ini mengabaikan pendapat dan pemikiran mereka. Akibat dari

pertentangan ini dan berkembanganya pandangan/aliran humanity, teori scientific

22
management tidak dapat bertahan lama sebagai ideologi yang diikuti manajemen.

Namun pandangan-pandangan scientific management masih tetap dipakai sebagai

pedoman kerja bukan hanya di sektor industri tetapi juga di sektor jasa.

b. Administrative Theory

Pada waktu yang hampir bersamaan dengan Taylor, Henri Fayol

mengembangkan pendekatan lain yang bersifat rasional yang fokusnya

berlawananan dengan scientific management. Karakteristik dari teori administratif

Fayol antara lain:

a) Prinsip-prinsip administratif yang membentuk struktur hirarkis organisasi

berbentuk piramida, berfungsi sebagai dasar organisasi dalam menjalankan

aktivitas, yaitu dengan pendekatan top-down. Bandingkan dengan scientific

management yang menggunakan pendekatan bottom-up dengan titik awal

dari pekerjaan individu.

b) Pendekatan administratif memfokuskan pada dua prinsip dalam organisasi

yaitu Koordinasi dan Spesialisasi. Teori administratif yang dikemukan Fayol

mendapat kritik karena terlalu menyederhanakan kondisi administratif.

Seorang ahli yang mengkritik cukup keras adalah Herbert Simon.

c) Teori Birokrasi Weber

Teori Birokrasi Weber Teori Birokrasi dipelopori oleh Max Webber

(seorang sosiolog asal Jerman yang melakukan studi tentang organisasi antara

tahun 1800-1900). Webber memiliki pandangan yang berbeda dibanding

Taylor dan Fayol. Ia memasukkan perspektif sosial dan psikologis untuk

memahami tentang organisasi. Menurut Webber untuk memahami organisasi

23
dan strukturnya dapat dicari menggunakan konteks historis, dan ia

mengembangkan norma-norma yang seharusnya dijalankan oleh suatu

birokrasi (yang direfleksikan sebagai “pegawai publik”) antara lain: a)

pegawai publik sebaiknya bertindak seolah-olah dirinya adalah pemilik

birokrasi (kantor) dan tetap menjalankan tugas secara birokratis; dan b)

birokrasi sebaiknya terdiri dari pegawai publik profesional yang netral

sehingga struktur organisasi dapat berfungsi dengan lancar dan seefektif

mungkin.

Sehingga menurut Weber, Birokrasi adalah sebuah struktur administrasi

tertentu yang bekerja berdasarkan otoritas yang beorientasi legal dan peran (Scott

dalam Legaard, 2010), dengan ciri-ciri antara lain:

1. Terdapat pembagian kerja di antara anggota organisasi.

2. Terdapat hirarki secara administrative.

3. Terdapat sistem yang berorientasi pada peran, yang menggambarkan kinerja.

4. Terdapat pemisahan antara kepemilikan dan hak individu dengan kantor.

5. Seleksi staff berdasarkan kualifikasi teknis, dan pekerja berusaha mencapai

karir.

d) Teori Perilaku Administratif

Teori Perilaku Administratif (Herbert Simon) Studi yang dilakukan

Herbert Simon bertujuan mengkritisi pemikiran dan pemahaman individu

yang dikemukakan teori scientific management Taylor. Teori ini memahami

organisasi dari level analisis secara makro. Kritik Simon terhadap Taylor

diibaratkan pertarungan antara economic man dengan administrative man

24
dimana Simon melakukan pendekatan lebih humanis. Menurut Simon,

meskipun setiap individu berusaha mencari apa yang ia inginkan, namun pada

dasarnya ia tidak begitu peduli dengan keinginan dasarnya. Sehingga setiap

individu tidak akan melakukan tindakan rasional secara menyeluruh, akan

tetapi melakukan tindaka rasional yang terbatas.

2.4 Budaya Organisasi

2.4.1 Definisi Budaya


Menurut Edward B. Taylor dalam Sobirin (2009:50), kultur atau

peradaban adalah kompleksitas menyeluruh yang terdiri dari pengetahuan,

keyakinan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan dan berbagai kapabilitas lainnya

serta kebiasaan apa saja yang diperoleh seorang manusia sebagai bagian dari

sebuah masyarakat. Budaya merupakan keseluruhan sikap, keyakinan serta

kebiasaan yang telah melekat pada seseorang.

Talcott Parsons dalam Sobirin (2009:52), mengemukakan kultur terdiri

dari suatu pola yang terkait dengan perilaku dan hasil tindakan manusia yang

berlaku turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya yang terpisah dari

dan tidak terkait dengan hubungan biologis. Pengertian budaya yang dikemukan

oleh Talcott Parsons dapat disimpulkan bahwa budaya merupakan perilaku yang

akan terus-menerus ada dan sudah melekat pada manusia karena perilaku itu

sendiri akan berlaku dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Sobirin (2009:50), berpendapat bahwa pengertian budaya yang semula

bersifat generik seperti disebutkan di atas, selanjutnya mulai bergeser sejalan

dengan terjadinya evolusi kehidupan manusia yang terus mengalami

25
perkembangan. Dalam hal ini budaya tidak lagi dikaitkan semata-mata dengan

aspek kehidupan manusia secara umum tetapi mulai dkaitkan dengan manusia

sesuai dengan kelompok-kelompoknya. Oleh karena itu manusia tidak lagi

diperbandingkan dengan binatang tetapi diperbandingkan dengan manusia lain

khususnya antara satu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

Seseorang tidak akan terlepas dari lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kepribadian seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya dan agar

kepribadian tersebut mengarah kepada sikap dan perilaku yang positif tentunta

harus didukung oleh suatu norma yang diakui tentang kebenarannya dan dipatuhi

sebagai pedoman dalam bertindak (Koesmono, 2005). Mengenai kebudayaan

adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem

ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan

sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Manusia atau seseorang yang pada

dasarnya berada dalam kehidupan organisasi berusaha untuk menentukan dan

membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak, agar

dalam menjalankan aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan

perilaku dari masing-masing individu.

Sesuatu yang dimaksud adalah budaya dimana individu berada, seperti

nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan sebagainya, karena budaya dapat

membentuk sikap atau perilaku pada seseorang.

2.4.2 Definisi Organisasi


Konsep organisasi juga banyak dikemukakan oleh para ilmuwan seperti

halnya dengan budaya, ada begitu banyak teori-teori tentang organisasi.

26
Organisasi merupakan sebuah wadah yang terdapat dua orang atau lebih untuk

meencapai tujuan bersama atau tujuan yang telah disepakati. Suatu organisasi

dapat diartikan sebagai wadah dan proses kerja sama sekelompok orang untuk

mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian organisasi terdiri dari individu-

individu dan atau kelompok, sehingga hasil yang dicapai organisasi akan

tergantung pada hasil karya individu dan kelompok. Dengan kata lain, efektivitas

organisasi tergantung pada efektivitas individu dan kelompok.

Baharuddin dan Ali (2014:85), berpendapat konsep organisasi yang

berawal dari kodrat berorganisasi bagi manusia, di dalam perkembangan

selanjutnya mengalami dinamika dalam konsep yang disebabkan karena tidak saja

didasarkan oleh faktor manusia sebagai anggota dari suatu kerjasama dalam

memerankan kegiatan atas dasar pembagian kerja akan tetapi sejumlah faktor

yang berada di sekitar kerjasama yang terjadi, yaitu faktor lingkungan yang akan

memberi warna dan bentuk kerjasama atau bentuk organisasi yang diinginkan.

Torang (2013:25), menyatakan organisasi adalah sistem peran, aliran aktivitas dan

proses (pola hubungan kerja) dan melibatkan beberapa orang sebagai pelaksana

tugas yang didesain untuk mencapai tujuan bersama. Konsep organisasi yang

dikemukakan Torang dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan

sekumpulan orang-orang yang bekerja guna mencapai tujuan bersama.

Menurut Robbins dalam Torang (2013:25), organisasi adalah suatu entitas

sosial yang terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih dengan

batasan yang relatif teridentifikasi, yang berfungsi secara berkelanjutan untuk

mencapai seperangkat sasaran bersama. Etzioni dalam Torang (2013:25),

27
menyatakan bahwa kita dilahirkan dalam organisasi, dididik oleh organisasi dan

hampir semua diantara kita menghabiskan hidup kita bekerja untuk organisasi.

Organisasi dapat dikatakan bahwa organisasi adalah entitas sosial yang

dikoordinasikan secara sadar dengan batasan yang dapat diidentifikasikan dan

bekerja terus menerus untuk mencapai tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Torang (2013:26), mengemukakan bahwa organisasi memiliki beberapa

variabel yaitu:

a. Taksonomi organisasi

b. Struktur organisasi

c. Proses dalam organisasi

d. Individu dalam organisasi

2.4.3 Definisi Budaya Organisasi


Budaya organisasi identik dengan studi individu dan kelompok dalam

sebuah organisasi. Interaksi orang dalam sebuah organisasi menggambarkan

budaya pada organisasi tersebut. Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan-

tujuan perusahaan, sebaliknya yang lemah atau negatif menghambat atau

bertentangan dengan tujuan-tujuan perusahaan. Menurut Robbins (2003: 305)

budaya organisasi merupakan sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-

anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lain. Sistem makna

bersama ini, bila diamati dengan leboh seksama, merupakan seperangkat

karakteristik utama yang dihargai oleh suatu organisasi. Budaya organisasi

berkaitan dengan bagaimana karyawan mempersepsikan karakteristik dari suatu

budaya organisasi, bukan dengan apakah para karyawan menyukai budaya atau

28
tidak. Robbins dan Judge (2011:520) menegaskan “Budaya organisasi adalah

system makna bersama yang diselenggarakan oleh anggota yang membedakan

satu organisasi dengan organisasi lain”.

Edy Sutrisno (2010:2), mendefinisikan budaya organisasi sebagai

perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-

asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan

diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan

pemecahan masalah-masalah organisasinya. Budaya organisasi juga disebut

budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang telah

relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi (karyawan)

sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-masalah organisasi

(perusahaan). Menurut Schein dalam (Kaswan, 2017) mendeskrpsikan bahwa

Budaya organisasi nmerupakan anggapan yang tersirat yang dipelajari dan

dirasakan oleh anggota organisasi ketika anggota organisasi tersebut melakukan

aktivitas dengan pihak eksternal maupun internal. Robbins & Coulter (2012:63)

mengemukakan bahwa “Budaya organisasi atau organizational culture adalah

sehimpunan nilai, prinsip, tradisi dan cara bekerja yang dianut bersama oleh dan

memengaruhi perilaku serta tindakan para anggota organisasi”. Dalam

kebanyakan organisasi, nilai-nilai dan praktik-praktik yang dianut bersama

(shared) ini telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan zaman dan

benar-benar sangat memengaruhi bagaimana sebuah organisasi dijalankan.

Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak,

yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan

29
aktivitas kerja. Secara tidak sadar, tiap-tiap orang didalam suatu organisasi untuk

melakukan aktivitas kerja. Pacanowsky dan Trujillo menrapkan prinsip jaring

laba-laba pada organisasi. Baik karyawan ataupun manajer memintal jaring

mereka sendiri. Mereka memegang peranan penting dalam organisasi, dan

karenanya sangat penting untuk mempelajari perilaku mereka sehubungan dengan

perilaku mereka di dalam organisasi.

Sementara menurut Mas’ud (2004:68) budaya organisasional adalah

system makna, nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut bersama dalam suatu

organisasi yang menjadi rujukan untuk bertindak dan membedakan organisasi satu

dengan organisasi lain. Budaya organisasi menjadi identitas atau karakter utama

organisasi yang dipelihara dan dipertahankan.

Mas’ud juga menyatakan bahwa suatu budaya yang kuat merupakan

perangkat yang bermanfaat untuk mengarahkan perilaku, karena membantu

karyawan untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik sehingga setiap karyawan

pada awal karirnya perlu memahami budaya dan bagaimana budaya tersebut

terimplementasikan. Budaya yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap

perilaku dan efektifitas kinerja perusahaan karena menimbulkan antara lain:

1) Nilai-nilai kunci yang saling menjalin, tersosialisasikan, menginternalisasi,

menjiwai para anggota, dan merupakan kekuatan yang tidak tampak;

2) Perilaku karyawan secara tak disadari terkendali dan terkoordinasi oleh

kekuatan yang informal atau tidak tampak;

3) Para anggota merasa komit dan loyal pada organisasi;

30
4) Adanya musyawarah dan kebersamaan dalam hal-hal yang berarti sebagai

bentuk partisipasi, pengakuan dan penghormatan kepada karyawan;

5) Semua kegiatan berorientasi kepada misi atau tujuan organisasi;

6) Para karyawan merasa senang, karena diakui dan dihargai martabat dan

kontribusinya;

7) Adanya koordinasi, integrasi, dan konsistensi yang menstabilkan kegiatan-

kegiatan perusahaan;

8) Berpengaruh kuat terhadap organisasi dalam tiga aspek pengarahan perilaku

dan kinerja organisasi, penyebarannya pada para anggota organisasi, dan

kekuatannya yaitu menekan para anggota untuk melaksanakan nilai-nilai

budaya;

9) Budaya berpengaruh terhadap perilaku individual maupun kelompok.

Soehardi Sigit (2003:261-262) mengungkapkan dan menerangkan bahwa

budaya organisasi dikatakan kuat, jika nilai-nilai budaya itu disadari, dipahami

dan diikuti, serta dilaksanakan oleh sebagian besar para anggota organisasi.

Adapun tanda-tanda bahwa suatu budaya itu kuat adalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai budaya saling menjalin, tersosialisasikan dan menginternalisasi

pada para anggota;

2. Perilaku anggota (karyawan) terkendalikan dan terkoordinasikan oleh

kekuatan yang tak tampak (invisible) atau informal;

3. Para anggota (karyawan) merasa committed dan loyal pada organisasi;

4. Ada partisipasi para karyawan pada organisasi;

5. Semua kegiatan berorientasi pada misi dan tujuan;

31
6. Ada ‘sharedmeaning’ atau kebersamaan mengenai sesuatu yang dipandang

berarti bagi para karyawan;

7. Para anggota karyawan tahu apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh

dilakukan;

8. Ada perasaan rewarding pada anggota (karyawan), karena diakui dan

dihargai martabat dan kontribusinya;

9. Budaya yang berlaku sesuai dengan strategi dan menopang tujuan organisasi.

Tabel 2.1

Budaya Kuat versus Budaya Lemah

Budaya kuat Budaya Lemah

Nilai-nilai diterima secara luas Nilai-nilai hanya dianut oleh


segolongan orang saja di dalam
organisasi biasanya kalangan
manajemen puncak.

Budaya memberikan pesan yang konsisten Budaya memberikan pesan yang


kepada karyawan mengenai apa yang saling bertolak-belakang mengenai
dipandang berharga dan penting. apa yang dipandang berharga dan
penting.

Para karyawan sangat mengidentikkan jati Para karyawan tidak begitu peduli
diri mereka dengan budaya organisasi. dengan identitas budaya organisasi
mereka.

Terdapat kaitan yang erat diantara Tidak ada kaitan yang kuat antara
penerimaan nilai-nilai- dan perilaku para nilai-nilai dan perilaku para anggota
angggota organisasi. organisasi.

Sumber: Robbins dan Coulter (2010:65)

32
Menurut Pacanowsky dan O’Donnell Trujillo 1983 mengungkapkan

bahwa budaya organisasi mencakup semua simbol tindakan,rutinitas, percakapan

dan seterusnya dan makna-makna yang dilekatkan oleh anggota organisasi pada

simbol-simbol ini. Terdapat dua asumsi budaya organisasi yang dikemukakan

oleh Pacanoswsky dan O’Donnel Trujillo.

1) Anggota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan

yang dimiliki bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada

pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah organisasi. Inti dari

asumsi ini adalah nilai yang dimiliki oleh organisasi. Nilai value adalah

standar dari prinsip-prinsip dalam sebuah budaya yang memiliki nilai

intrinsic dari sebuah budaya. Nilai menunjukkan kepada anggota organisasi

mengenai apa yang penting yaitu karyawan lama membagi nilai-nilai yang

dianut perusahaan ke karyawan baru agar karyawan baru mempunyai

pemahaman makna yang sama terhadap nilai yang dianut sehingga dapat

bekerja secara bersama.

2) Penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting dalam budaya organisasi.

Asumsi kedua ini menyatakan bahwa realitas dan budaya suatu organisasi

juga ditentukan sebagian oleh simbol yang merupakan representasi makna.

Anggota organisasi menciptakan, menggunakan dan menafsirkan simbol

setiap hari. Sering kali simbol menyampaikan nila-nilai organisasi. Berbagai

simbol menjadi hal penting bagi budaya perusahaan.

Beberapa pendapat ahli lain mengenai budaya organisasi yang dikutip dari

Soetopo (2010:122-123), diantaranya:

33
a) Greenberg dan Baron (1995) menekankan budaya organisasi sebagai

kerangka kognitif yang berisi sikap, nilai, norma perilaku dan ekspektasi yang

dimiliki oleh anggota organisasi.

b) Peterson (1984) menyatakan bahwa budaya organisasi mencakup keyakinan,

ideologi, bahasa, ritual, dan mitos.

c) Creemers dan Reynolds (1993) menyimpulkan bahwa budaya organisasi

adalah keseluruhan norma, nilai, keyakinan dan asumsi yang dimiliki oleh

anggota di dalam organisasi.

d) Sonhadji (1991) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah proses

sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan

keyakinan terhadap organisasi.

e) Gibson, Ivanichevich, dan Donelly (1988) mengemukakan bahwa budaya

organisasi adalah kepribadian organisasi yang mempengaruhi cara bertindak

individu dalam organisasi.

Soetopo (2010:123), menyimpulkan dari beberapa pemaparan diatas

bahwa budaya organisasi berkenaan dengan keyakinan, asumsi, nilai, normanorma

perilaku, ideologi, sikap, kebiasaan, dan harapan-harapan yang dimiliki oleh

organisasi (dalam hal ini termasuk organisasi universitas swasta). Kotter dan

Heskett dalam Soetopo (2010:134), mengidentifikasikan dua tingkat budaya yakni

yang terlihat dan tidak terlihat. Tingkatan yang terlihat, terdapat pola tingkah laku

karyawan. Sedangkan pada tingkatan yang tidak terlihat, terdapat nilai-nilai yang

dimiliki bersama dan asumsi yang sudah dipegang lama. Tingkatan yang kedua ini

lebih sulit untuk diubah, akan tetapi perubahan pada tingkatan yang pertama yaitu

34
pada tingkatan yang terlihat, pola tingkah laku dan gaya, dalam jangka waktu

yang lama dapat menyebabkan perubahan dalam keyakinan yang lebih dalam

dipegang. Lebih lanjut, ditemukan juga bahwa ada budaya organisasi yang baik

untuk mengadaptasi perubahan dan melestarikan prestasi organisasi, dinamakan

budaya adaptif.

Torang (2013:106), menyatakan budaya organisasi sebagai kebiasaan yang

terus berulang-ulang dan menjadi nilai (value) dan gaya hidup oleh sekelompok

individu dalam organisai yang diikuti oleh individu berikutnya. Budaya

Organisasi dapat pula dikatakan bahwa budaya organisasi adalah norma-norma

yang disepakati untuk menuntun perilaku individu dalam organisasi. Budaya

organisasi merupakan dasar bagi pimpinan dan staff/anggota organisasi dalam

membuat perencanaan atau strategi dan taktik dalam menyusun visi misi untuk

mencapai tujuan organisasi. Menurut Robbins and Judge (2017) Budaya

organisasi mengacu pada suatu sistem berbagi arti yang dilakukan oleh para

anggota yang membedakan organisasi dengan organisasi lainnya.

Menurut Thompson dan Stickland dalam Torang (2013:106), budaya

organisasi menunjukkan nilai, beliefs, prinsip, tradisi dan cara sekelompok orang

beraktivitas dalam organisasi. Torang (2013:107), menyimpulkan bahwa, budaya

organisasi merupakan filosofi dasar organisasi yang terdiri dari dimensi keyakinan

(belief), norma (norm), nilai (value) dan sistem (system) yang dipandang sebagai

karakteristik inti dan menjadi dasar individu atau kelompok untuk beraktivitas

dalam organisasi.

35
Budaya organisasi mengarahkan perilaku pegawai untuk meningkatkan

kemampuan kerja, komitmen dan loyalitas, serta perilaku extra role seperti:

membantu rekan kerja, sukarela melakukan kegiatan extra, menghindari konflik

dengan rekan kerja, melindungi properti organisasi, menghargai peraturan yang

berlaku, toleransi pada situasi yang kurang ideal/menyenangkan, memberi saran

yang membangun, serta tidak membuang-buang waktu ditempat kerja. Budaya

organisasi memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku sumber daya

manusia (SDM) yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk

menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang (Oemar, 2013).

Indrawijaya (2010:198), mengemukakan kebudayaan organisasi adalah

keseluruhan nilai, norma-norma, kepercayaan-kepercayaan dan opini-opini yang

dianut dan dijunjung tinggi bersama oleh para anggota organisasi, sehingga

kebudayaan tersebut memberi arah dan corak kepada (way of thinking, way of

life) anggota-anggota organisasi tersebut, kebiasaan (customs) dan tradisi

(tradition). Budaya ini meliputi perilaku, bahasa, tata krama, tata susila, tradisi

berbagai macam seni, moral dan etik. Pada suatu ketika setelah berdiri dan hidup

cukup lama, suatu organisasi akan merupakan unit masyarakat dan unit

kebudayaan sendiri terkait dengan negara, bangsa, suku dan sebagainya.

Organisasi akan bergerak menuju ke unit budaya (cultural) mengalami

institusionalisasi dan organisasi ditanami suatu jiwa solidaritas, suatu esprit de

corps, senasib dan sepenanggungan.

Pengertian budaya organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya

organisasi merupakan tingkah laku atau kebiasaan yang dilakukan oleh individu

36
atau kelompok dengan nilai-nilai serta keyakinan untuk mencapai suatu

keberhasilan organisasi. Budaya organisasi akan kuat apabila individu-individu

yang ada di dalam organisasi tersebut mempunyai keyakinan untuk mencapai

tujuan organisasi.

2.4.4 Fungsi dan Manfaat Budaya Organisasi


Sobirin (2009:126), mengemukakan bahwa pada saat awal popularitas

budaya organisasi, para akademisi, konsultan, pelaku bisnis dan teoritisi

organisasi begitu yakin bahwa budaya organisasi merupakan variabel kunci yang

bisa mendorong keberhasilan perusahaan. Sebagai pedoman untuk mengontrol

perilaku anggota organisasi, budaya organsiasi memiliki manfaat dan fungsi yang

berguna bagi organisasi. Dari sisi fungsi, budaya organisasi mempunyai beberapa

fungsi.

Fungsi budaya organisasi menurut Robbins (2009: 248) adalah sebagai

berikut:

1. Budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang

lain;

2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi;

3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas

daripada kepentingan diri individual seseorang;

4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi

itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh

karyawan;

37
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan

membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Sedangkan menurut Sunarto (2005:8-9), budaya organisasi mempunyai

beberapa fungsi antara lain:

1) Budaya organisasi berfungsi sebagai pengikat seluruh komponen organisasi,

terutama pada saat organisasi menghadapi guncangan baik dari dalam

maupun dari luar akibat adanya perubahan;

2) Budaya organisasi merupakan alat untuk menyatukan beragam sifat,

karakter,bakat dan kemampuan yang ada didalam organisasi;

Uha (2013:15), berpendapat budaya organisasi membantu mengarahkan

sumber daya manusia pada pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Budaya

organisasi juga akan meningkatkan kekompakan tim antar berbagai departemen,

divisi atau unit dalam organisasi, sehingga mampu jadi perekat yang mengikat

orang dalam organisasi bersama-sama. Budaya organisasi membentuk perilaku

staff dengan mendorong percampuran core values dan perilaku yang diinginkan,

sehingga memungkinkan organisasi bekerja dengan lebih efisien dan efektif,

meningkatkan konsistensi, menyelesaikan konflik dan memfaslitasi koordinasi

dan kontrol.

Robbins dalam Uha (2013:69), mengemukakan dalam sisi fungsi, budaya

organisasi mempunyai beberapa peran dalam organisasi, yaitu :

a) Budaya mempunyai suatu peran pembeda. Hal itu berarti bahwa budaya

organisasi menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan

yang lain.

38
b) Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi anggota organisasi.

c) Budaya organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada

sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual.

d) Budaya korporat itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.

Menurut Nelson dan Qiuck dalam Uha (2013:70), budaya organisasi

mempunyai empat fungsi dasar yaitu perasaan identitas dan menambah komitmen

organisasi, alat pengorganisasian anggota, menguatkan nilai-nilai dalam

organisasi dan mekanisme kontrol atas perilaku budaya yang kuat meletakkan

kepercayaan, tingkah laku dan cara melakukan sesuatu tanpa perlu dipertanyakan

lagi. Pastin dalam Uha (2013:70), mengemukakan budaya organisasi berakar

dalam tradisi, budaya mencerminkan apa yang dilakukan dan bukan apa yang

akan berlaku. Fungsi budaya organisasi dengan demikian sebagai perekat sosial

dalam mempersatukan anggota dalam mencapai tujuan organisasi berguna

ketentuan nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan atau

pegawai. Hal tersebut dapat berfungsi pula sebagai kontrol atas perilaku para

karyawan atau pegawai. Budaya organisasi memiliki fungsi yang sangat penting.

Fungsi budaya organisasi juga sebagai penentu batas-batas perilaku dalam arti

menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

2.4.5 Indikator dan Dimensi Budaya Organisasi


Budaya perusahaan merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks. Untuk

itu, di dalam pengukuran budaya perusahaan atau organisasi diperlukan indikator

yang merupakan karakteristik dasar budaya organisasi sebagai wujud nyata

39
keberadaanya. Berikut adalah indikator budaya organisasi yang dikemukakan oleh

Robbins & Coulter dalam Ardana (2009: 167):

1. Inovasi dan pengambilan risiko, yaitu kadar seberapa jauh karyawan didorong

untuk inovatif dan mengambil risiko;

2. Perhatian ke hal yang rinci atau detail, yaitu kadar seberapa jauh karyawan

diharapkan mampu menunjukkan ketepatan, analisis dan perhatian yang

rinci/detail;

3. Orientasi hasil, yaitu kadar seberapa jauh pimpinan berfokus pada hasil atau

output dan bukannya pada cara mencapai hasil itu;

4. Orientasi orang, yaitu kadar seberapa jauh keputusan manajemen turut

memengaruhi orang-orang yang ada dalam organisasi;

5. Orientasi tim, yaitu kadar seberapa jauh pekerjaan disusun berdasarkan tim

dan bukannya perorangan;

6. Keagresifan, yaitu kadar seberapa jauh karyawan agresif dan bersaing,

bukannya dari pada bekerjasama;

7. Kemantapan/stabilitas, yaitu kadar seberapa jauh keputusan dan tindakan

organisasi menekankan usaha untuk mempertahankan status quo.

Adapun indikator budaya menurut (Sutrisno, 2017) yaitu:

1) Inovasi dan keberanian mengambil risiko (innovation and risk talking),

adalah sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif

dan berani mengambil risiko. Selain itu bagaimana organisasi menghargai

tindakan pengambilan risiko oleh karyawan.

40
2) Berorientasi kepada hasil (outcome orientation), adalah sejauh mana

manjemen memusatkan perhatian pada hasil di bibandingkan perhatian pada

teknik dan proses yang di gunakan untuk meraih hasil tersebut.

3) Berorientasi tim (team orientation), adalah sejauh mana kegiatan kerja di

gorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individu-individu untuk

mendukung kerjasama.

4) Agresifitas (aggressiveness), adalah sejauhmana orang-orang dalam

organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya sebaik-

baiknya.

2.4.6 Karakteristik Budaya Organisasi


Soetopo (2010:171), berpendapat bahwa budaya organisasi tidak ada

begitu saja, tetapi harus diciptakan, dipelihara dan diperkuat, bahkan diubah agar

sesuai dengan tuntutan internal maupun eksternal organisasi. Budaya

mengimplikasikan adanya dimensi atau karakteristik tertentu.

Menurut Stephen P. Robbins (2004) dalam (Umar, 2008:208), untuk

menilai kualitas budaya organisasi suatu organisasi dapat dilihat dari sepuluh

karakteristik atau faktor utama, yaitu:

1. Inisiatif individual, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan dan

keindependenan yang dimiliki individu.

2. Toleransi terhadap tindakan berisiko, yaitu sejauh mana para karyawan

dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko.

41
3. Arah, yaitu sejauh mana organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran

dan harapan mengenai kinerja.

4. Integrasi, yaitu tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong

untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.

5. Dukungan dari manajemen, yaitu tingkat sejauh mana para manajer memberi

komunikasi yang jelas, bantuan, serta dukungan terhadap bawahan mereka.

6. Kontrol, yaitu jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan

untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku karyawan.

7. Identitas, yaitu tingkat sejauh mana para karyawan mengidentifikasikan

dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya daripada dengan kelompok

kerja tertentu atau dengan bidang keahlian profesional lainnya.

8. Sistem Imbalan, yaitu tingkat sejauh mana alokasi imbalan (misalkan

kenaikan gaji, promosi) didasarkan atas kriteria kinerja karyawan sebagai

kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih dan sebagainya.

9. Toleransi terhadap konflik, yaitu tingkat sejauh mana karyawan didorong

untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.

10. Pola-pola komunikasi, yaitu tingkat sejauh mana komunikasi organisasi

dibatasi oleh hierarki kewenangan formal.

Robbins (2005:485) yang merujuk pada tujuh karakteristik utama yang

merupakan hakikat budaya organisasi yang dikemukakan oleh Reilly Ill,

Chatman, dan Caldwell mengemukakan tujuh karakteristik budaya sebagai

berikut:

42
1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko, yakni sejauh mana karyawan

didorong untuk bersikap inovatif dan berani menambil resiko.

2. Perhatian pada hal-hal rinci yakni sejauh mana karyawan diharapkan

menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.

3. Orientasi hasil, yakni sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil

ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil

tersebut.

4. Orientasi orang, yakni sejauh mana keputusan-keputusan menajemen

mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada dalam

organisasi.

5. Orientasi tim, yakni sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada

tim ketimbang pada individu-individu.

6. Keagresifan, yakni sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif

ketimbang bersantai.

7. Stabilitas, yakni sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan

dipetahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.

Menurut Robbins (2008:257) bahwa masing-masing karakteristik ini

berada disuatu kontinum mulai dari rendah sampai tinggi, sehingga menilai

organisasi berdasarkan ketujuh karakteristik ini akan menghasilkan suatu

gambaran utuh mengenai kultur sebuah organisasi. Gambaran inilah yang

menjadi basis bagi sikap pemahaman bersama yang dimiliki para anggota

mengenai organisasi, bagaimana segala sesuatu dilakukan didalamnya dan cara

para anggota diharapkan berperilaku.

43
f.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi

Adapun Menurut (Tika, 2017) ada tujuh faktor yang sangat mempengaruhi

budaya organisasi yaitu :

1. Asumsi Dasar Dalam budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat

berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi

untuk berperilaku.

2. Keyakinan Yang Dianut Dalam budaya organisai terdapat keyakinan yang

dianut dan dilaksanakan oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini

mengandung nilai – nilai yang dapat berbentuk slogan atau moto, asumsi

dasar, tujuan umum organisasi/perusahaan, filosofi usaha, atau prinsip –

prinsip menjelaskan usaha.

3. Pemimpin atau Kelompok Pencipta dan Pengembangan Budaya Organisasi.

Budaya organisasi perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin

organisasi/perusahaan atau kelompok tertentu dalam organisasi atau

perusahan tersebut.

4. Pedoman Mengatasi Masalah Dalam organisasi/perusahaan, terdapat dua

masalah pokok yang sering muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan

masalah integrasi internal. Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan

asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama anggota organisasi.

5. Berbagi Nilai ( Sharing Of Value) Dalam budaya organisasi perlu dibagi nilai

terhadap apa yang paling diinginkan atau apa yang lebih baik atau berharga

bagi seseorang.

44
6. Pewarisan ( Sharing Of Value) Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh

anggota organisasi perlu diwariskan kepada angota - anggota baru dalam

organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam

organisasi/perusahaan.

7. Penyesuaian ( adaptasi ) Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap

peraturan atau norma yang berlaku dalam kelompok atau organisasi tersebut,

serta adaptasi organisasi/perusahaan terhadap perubahaan lingkungan.

Mondy dan Noe (1990) menyatakan bahwa rangkaian contoh perilaku dari

pemimpin perusahaan menjadi  akar dari budaya suatu perusahaan. Budaya suatu

perusahaan berakar pada.  Selain faktor kepemimpinan, faktor lain yang

mempengaruhi budaya organisasi perusahaan, yaitu :

1) Motivasi

Apa hal yang memotivasi karyawan dalam bekerja? Bentuknya bisa

bermacam-macam. Bisa berupa uang, apresiasi terhadap kerja keras

karyawan, atau perhatian terhadap lingkungan kerja.  

2) Gaya Manajemen Dan Kepemimpinan

Gaya manajemen dan kepemimpinan yang ada di perusahaan juga

dipengaruhi oleh struktur organisasi perusahaan. Hal-hal yang dipengaruhi

antara lain: kegiatan memimpin dan mengendalikan, kegiatan organisasi dan

mengendalikan karyawan. 

3) Komunikasi

Pola komunikasi yang berdampak positif bagi budaya perusahaan adalah yang

bersifat efektif.  Komunikasi yang efektif memudahkan pihak manajemen

45
untuk melakukan sosialisasi tujuan dan misi perusahaan, mengumumkan

aturan perusahaan, dan menginformasikan kebijakan-kebijakan yang

ditetapkan. 

4) Struktur Organisasi

Bidang yang digeluti organisasi memengaruhi budaya yang berlaku di dalam

organisasi tersebut. Perusahaan yang bergerak di bidang kreatif memiliki

budaya organisasi yang berbeda dengan organisasi pemerintahan.

Kompleksitas hierarki dan ukuran organisasi juga mempengaruhi hubungan

personal, kebebasan, dan proses komunikasi antar anggotanya.

5) Tingkat Formalitas Organisasi 

Organisasi dengan tingkat formalitas yang tinggi memiliki kecenderungan

untuk menghindari sesuatu yang tidak pasti, dan berpegang pada semua aturan

tertulisnya. Sedangkan, dalam organisasi dengan tingkat formalitas yang

rendah, karyawan justru dilatih untuk

menghadapi ketidakpastian secara kreatif dan mandiri.

6) Nilai yang Dianut Individu 

Nilai-nilai yang dianut tiap individu dalam suatu organisasi akan

mempengaruhi budaya organisasi secara keseluruhan. Misalkan, nilai akan

waktu, efisiensi, diri, tindakan, dan kerja. Contohnya, bila kebanyakan

individu yang berada dalam suatu organisasi tidak menghargai nilai

kejujuran, maka budaya perusahaan tersebut juga tidak menjunjung tinggi

nilai kejujuran. 

46
Ernawan (2001: 13) menjelaskan bahwa faktor budaya organisasi terdiri

dari faktor struktur sosial, faktor bahasa, dan faktor pendidikan. Sedangkan Tozi,

Rizzo, dan Carroll (dalam Munandar, 2010: 264) menjelaskan bahwa faktor-

faktor budaya organisasi terdiri dari faktor pengaruh eksternal, faktor nilai-nilai

masyarakat, dan faktor elemen organisasi. Kemudian Jones (2007: 187-193) juga

menjelaskan bahwa budaya organisasi dibentuk melalui interaksi empat faktor

utama faktor karakter perorangan (characteristics of organizational members),

faktor etika perusahaan (organizational ethics), faktor pembagian hak (property of

rights), dan faktor struktur organisasi (organizational structure).

Menurut (Wibowo, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi budaya

organisasi sebagai berikut:

1) Faktor Eksternal, segala sesuatu yang berada diluar organisasi, namum

mempunyai pengaruh besar terhadap organisasi dan budayanya.

2) Faktor Internal, organisasi disamping didukung oleh sumber daya yang

diperlakukan maka yang sangat besar perannya adalah budaya organisasi yang

dianut segenap sumber daya manusia dalam organisasi.

2.6 Kinerja Organisasi

2.6.1 Definisi Kinerja Organisasi

Kinerja organisasi merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat

dicapai dan mencerminkan keberhasilan suatu organisasi, serta merupakan hasil

yang dicapai dari perilaku anggota organisasi. Menurut Surjadi (2009:7), “Kinerja

organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi tercapainya

tujuan organisasi berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari

47
tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada

tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya”. Sedangkan menurut Baban Sobandi

(2006:176), “Kinerja organisasi merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh

organisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output,

outcome, benefit, maupun impact.

Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja"

yang menterjemahkan kata dari bahasa asing yaitu prestasi. Bisa pula berarti hasil

kerja. Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagai tingkat

pencapaian hasil. Kinerja bisa juga dapat dikatakan sebagai sebuah hasil (output)

dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi

terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja

juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu dalam suatu organisasi. Bagi suatu organisasi, kinerja

merupakan hasil dari kegiatan kerjasama diantara anggota atau komponen

organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.

Kinerja merupakan hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya. Dengan demikian, kualitas kinerja karyawan dilihat

dari kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai tugas pokok dan

fungsinya. Untuk meningkatkan kinerja karyawan dibutuhkan seorang pemimpin

yang dapat mempengaruhi dan mengarahkan kegiatan organisasi serta

mengordinasikan tujuan agar dapat tercapai. Perkembangan organisasi diarahkan

pada terciptanya budaya yang mendorong dan menghargai kinerja karyawan.

48
Kinerja memerlukan strategi implementasi budaya organisasi yang dapat

dilakukan melalui proses sosialisasi budaya organisasi. Sosialisasi mencakup

suatu kegiatan dimana anggota organisasi mempelajari nilai-nilai yang terkandung

dan bagaimana mereka harus berinteraksi dan berkomunikasi untuk menjalankan

semua aktivitas perusahaan. Oleh karna itu, organisasi harus mampu

mengkoordinasi karyawan, terutama karyawan baru untuk melakukan

penyesuaian terhadap budaya organisasi yang menjadi pedoman dalam

pencapaian kinerja yang tinggi.

Menurut Keban, menyebutkan bahwa kinerja (performance) dalam

organisasi didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil “the degree of

accomplishment“ atau kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi

secara berkesinambungan (Keban,2004:43). Menurut Steers pengertian kinerja

organisasi adalah tingkat yang menunjukan seberapa jauh pelaksanaan tugas dapat

dijalankan secara actual dan misi organisasi tercapai (Steers,2003:67).

Sedangkan menurut Mahsun kinerja adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning

suatu organisasi (Mahsun,2006:25).

Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa kinerja organisasi adalah

seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dalam

rangka pencapaian tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan program/

kebijakan/visi dan misi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian Kinerja

dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi

49
yang telah ditetapkan. Para instansi sering tidak memperhatikan kinerja instansi

atau organisasi kecuali kinerja sudah amat buruk.

Kinerja suatu organisasi dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana

organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada visi dan misi yang sudah

ditetapkan sebelumnya. Untuk itu, diperlukan beberapa informasi tentang kinerja

organisasi informasi tersebut dapat digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap

proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini, sudah sejalan dengan tujuan

yang diharapkan atau belum. Faktanya, banyak organisasi tidak mempunyai

informasi tentang kinerja dalam organisasinya. Untuk mencapai hasil kerja

organisasi secara maksimal, setiap organisasi harus berusaha memenuhi tujuannya

dengan memnfaatkan sumber daya yang dimilikinya sambil menjamin

keberlanjutan organisasi jangka panjang.

Menurut Miner (1990) , kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan

dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah dibebankan

kepadanya. Setiap harapan mengenai bagaimana seseorang harus berperilaku

dalam melaksanakan tugas, berarti menunjukkan suatu peran dalam organisasi.

Suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi privat dalam

mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi

yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku

(actors) dalam upaya mencapai tujuan lembaga atau organisasi bersangkutan

(Prawirosentono, 1999 dalam Rudi, 20006, h.4).

Swanson dan Gradous dalam Sutrisno (2010, h. 173) , menjelaskan bahwa

dalam sistem berapapun ukurannya, semua pekerjaan saling berhubungan. Hasil

50
dari seperaangkat kinerja pekerjaan adalah masukkan bagi usaha kinerja lainnya.

Karena saling bergantung, apa yang tampaknya merupakan perolehan kinerja

yang kecil dalam suatu aspek pekerjaan dapat menghasilkan perolehan besar

secara keseluruhan. Jadi, produktivitas suatu sistem bergantung pada kecermatan

dan efisiensi perilaku kerja.

2.6.2 Indikator Kinerja Organisasi

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah

ditetapkan (Mahsun, 2006:71). Sementara menurut Lohman (2003) indikator

kinerja adalah suatu variable yang digunakan untuk mengekspresikan secara

kuantitatif efektifitas danefisiensi proses dengan pedoman pada target-target dan

tujuan organisasi (dalam Mahsun,2006:71).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, indicator kinerja adalah kriteria

yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang

diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Untuk menilai kinerja organisasi ini

tentu saja diperlukan indikator-indikator atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya

secara jelas, tanpa indicator yang jelas tidak akan ada arah yang dapat digunakan

untuk menentukan mana yang relatif lebih efektif diantara alternative alokasi

sumber daya yang berbeda, alternative desain-desain organisasi yang berbeda, dan

diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang yang berbeda.

Pengukuran kinerja adalah dapat diartikan sebagai pengukuran atas

kontribusi atau peran kerja dari seorang pekerja atau sekelompok unit kerja

terhadap pencapaian tujuan kerja organisasi, dapat bersifat kuantitatif dan

51
kualitatif. Indikator-indikator kinerja menurut Chester I. Barnanrd dalam Suyadi

Prawirosentono (2008:27-32), adalah sebagai berikut:

1) Efektivitas dan Efisiensi

2) Otoritas dan Efisiensi

3) Disiplin

4) Inisiatif

Beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja

birokrasi publik menurut Agus Dwiyanto dalam bukunya Reformasi kebijakan

Publik indikator-indikator atau kriteria-kriteria kinerja organisasi publik adalah

produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas.

Indikator-Indikator atau kriteria-kriteria tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga

efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio

antara input dengan output.

b) Kualitas Layanan

Kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan

kinerja organisasi pelayanan publik. Kepuasan masyarakat bisa menjadi

parameter untuk menilai kinerja organisasi publik. Keuntungan utama

menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah

informasi mengenai kepuasan masyarakat sering kali tersedia secara mudah

dan murah yang dapat diperoleh dari media massa dan diskusi publik.

c) Responsivitas

52
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan

program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhandan aspirasi

masyarakat. Responsivitas dimasukan sebagai salah satu indicator kinerja

organisasi publik karena responsivitas secara langsung menggambarkan

kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya,

terutama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas sangat

diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bukti

kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun

agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan programprogram

pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

d) Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar

atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

e) Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjukan pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh

rakyat, asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih

oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan

rakyat (Dwiyanto, 2008:50-51).

53
2.7 Kajian Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan diantaranya:

Tabel 2.2
Penelitian Relevan

Nama Peneliti/Judul Tujuan Metode


No. Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian Penelitian Penelitian

1. Nurdiana(2017)/ Tujuan penelitian Dalam Dari hasil penelitian ini Menggunakan Penelitian ini dalam
Budaya Organisasi Di ini adalah untuk penelitian ini maka untuk menilai penelitian kualitatif pembahasannya atau
Kantor Wilayah mengetahui penulis budaya organisasi yang pada teori-teorinya
Kementerian Hukum bagaimana budaya menggunakan ada pada Kantor
hanya membahas
Dan Hak Asasi organisasi yang Metode Wilayah Kementerian
Manusia Sulawesi ada pada Kantor Penelitian Hukum dan Hak Asasi tentang budaya
Selatan Wilayah kualitatif. Manusia Sulawesi organisasi tapi tidak
Kementerian Penelitian Selatan,dapat dilihat dari dengan kinerja
Hukum dan Hak kualitatif beberapa karakteristik
Asasi Manusia adalah budaya oganisasi, yaitu :
Sulawesi penelitian 1. Inisiatif individual,
Selatan. tentang riset yaitu tingkat tanggung
yang bersifat jawab, kebebasan dan
deskriptif dan keindependenan yang
cenderung dimiliki individu.
menggunakan 2. Arah, yaitu sejauh mana
analisis. organisasi tersebut

54
Proses dan menciptakan dengan jelas
makna sasaran dan harapan
(perspektif mengenai kinerja.
subjek) lebih 3. Sistem imbalan, yaitu
ditonjolkan tingkat sejauh mana
dalam alokasi imbalan (misalkan
penelitian kenaikan gaji, promosi)
kualitatif. didasarkan atas kriteria
kinerja karyawan sebagai
kebalikan dari senioritas,
sikap pilih kasih dan
sebagainya.
4. Pola-pola komunikasi,
yaitu tingkat sejauh mana
bentuk komunikasi
horizontal dan vertikal
organisasi yang dibatasi
oleh hierarki kewenangan
formal.
Dengan ke 4 karakteristik
budaya organisasi yang
ada di Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia
Sulawesi Selatan maka
karakteristik budaya ke
empatnya ini sudah cukup

55
baik dan dijalankan
dengan baik.
2. Amilia Dwi Tujuan penelitian Dalam Berdasarkan hasil Menganalisis bagaimana Metode yang
Meijiriani 2021/ ini adalah untuk penelitian ini penelitian, yaitu Secara budaya organisasi itu digunakan dalam
Pengaruh Budaya mengetahui penulis parsial budaya organisasi bisa meningkatkan penelitian ini adalah
Organisasi Dan seberapa besar memiliki pengaruh kinerja dalam suatu kuantitatif. Dimana
menggunakan
Lingkungan Kerja pengaruh budaya organisasi. dalam Pendekatan
metode signifikan terhadap kinerja
Terhadap Kinerja organisasi
kuantitatif pegawai. Secara parsial Penelitian ini yaitu
Pegawai Badan terhadap kinerja
lingkungan kerja memiliki pendekatan asosiatif
Pengawasan pegawai, untuk
Keuangan Dan mengetahui pengaruh signifikan untuk mengetahui
Pembangunan (Bpkp) seberapa besar terhadap kinerja pegawai hubungan setiap
Provinsi Sumatera pengaruh Secara simultan budaya variabel.
Utara lingkungan kerja organisasi dan lingkungan
terhadap kinerja kerja memiliki pengaruh
pegawai dan untuk signifikan terhadap kinerja
mengetahui pegawai pada Badan
seberapa besar
Pengawasan Keuangan dan
pengaruh budaya
Pengembangan (BPKP)
organisasi dan
lingkungan kerja Provinsi Sumatera Utara.
terhadap kinerja Maka bisa disimpulkan
pegawai Badan bahwa budaya organisasi,
Pengawasan lingkungan kerja terhadap
Keuangan dan kinerja pegawai yang ada
Pengembangan pada Badan Pengawasan
(BPKP) Provinsi Keuangan dan

56
Pengembangan (BPKB)
Provinsi Sumatera Utara
sudah cukup baik dan
signifikan. Khusunya pada
budaya organisasi terhadap
Sumatera Utara. kinerja, yaitu budaya
organisasi mempunyai
hubungan dan pengaruh
yang cukup kuat terhadap
kinerja.
3. Muhammad Akbar Tujuan dari Dalam Berdasarkan hasil Menganalisis Penelitian ini
Dkk (2020)/ penelitian ini penelitian penelitian dapat diambil penerapan budaya menggunakan
Penerapan Budaya Or adalah untuk ini, Simpulan bahwa pada organisasi dalam penelitian kualitatif
ganisasi dalam menganalisis buda penulis Dinas Kependudukan dan dengan pendekatan
meningkatkan kinerja
Meningkatkan ya organisasi menggunakan Pencatatan Sipil induktif. Serta
Kinerja Pada Dinas pelayanan metode Kabupaten Banjarnegara organisasi penelitian ini
Kependudukan Dan administrasi kualitatif telah menganalisis upaya
Pencatatan Sipil kependudukan dengan diimplementasikan buday apa yang dilakukan
Kabupaten pada Dinas pendekatan a organisasi,namun buday dalam penerapan
Banjarnegara Kependudukan induktif. a organisasi yang budaya organisasi.
Provinsi Jawa Tengah dan Pencatatan Pendekatan dilaksanakan masih
Sipil induktif terbatas pada
Kabupaten merupakan kegiatan-kegiatan
Banjarnegara cara berpikir sederhana yang tidak ber-
Provinsi Jawa untuk impact banyak terhadap
Tengah dalam ran memberikan keberlangsungan organisa
gka mewujudkan alasan si, adakalanya cara-cara

57
tertib yang yang digunakan
administrasi dimulai cenderung tidak
kependudukan dari efektif meningkatkan kua
pernyataanper litas kerja sel-sel
nyataan organisasi, minim
spesifik untuk inovasi/terobosan,sehingg
menyusun a terjadi ketidaksesuaian
suatu eksekusi di lapangan
argumentasi dengan perkembangan
yang bersifat zaman yang ada.
umum (Nazir, Komunikasi antara
2011). bawahan dan pimpinan
berlangsung secara
monoton, tidak ada sebuah
terobosan baru untuk
dapat mengubah sistem
komunikasi tersebut
supaya berlangsung
efektif dan efisien, semua
berjalan kaku, dan sebatas
mengikuti apa yang sudah
ada, adakalanya
komunikasi yang baik itu
melibatkan berbagai
cara/terobosan yang out of
the box tidak hanya
sekedar duduk,
berkumpul, dan berbicara,

58
namun juga harus tetap
memperhatikan faktor-
faktor potensial lain yang
dapatkan meningkatkan
tingkat kesuksesan dalam
komunikasi.
Pola komunikasi yang
baru ini, kemudian akan
berimbas kepada hasil
pemecahan masalah,
dengan pola baru ini
sejatinya organisasi dapat
menjadi lebih hidup, dan
menyesuaikan
tantangan zaman.

59
2.8 Kerangka Konseptual Penelitian / Alur Penelitian

Dalam penelitian tentang Penerapan Budaya Organisasi Dalam

Meningkatkan Kinerja Organisasi PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota

Gorontalo dilihat dari tujuh karakteristik Menurut Robbins (2005:485)

yang dikemukakan oleh Reilly III, Chatman, Caldwell yaitu Inovasi dan

Keberanian Mengambil Resiko, Perhatian pada Hal-hal Rinci, Orientasi

Hasil, Orientasi Orang, Orientasi Tim, Keagresifan, Stabilitas. Sementara

itu, faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan budaya organisasi dalam

meningkatkan kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo

yaitu dilihat dari aspek 1) Motivasi. 2) Gaya Kepemimpinan. 3)

Komunikasi. 4) Struktur Organisasi. 5) Tingkat Formalitas Organisasi. 6)

Nilai yang Dianut Individu. Dengan demikian, penerapan budaya

organisasi dalam meningkatkan kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga

Kota Gorontalo, seluruh anggota bisa meningkat kinerjanya dengan

adanya pengukuran penerapan budaya organisasi tersebut.

Berdasarkan deskripsi diatas, maka kerangka konseptual dalam

penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut.

60
Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Adanya pegawai yang kurang Penerapan Budaya


KONDISI AWAL mengerti dengan tugas yang Organisasi Dalam
diberikan oleh pimpinan Meningkatkan Kinerja
sehingga akan berdampak Organisasi
pada kinerja serta masih
adanya pegawai yang tidak
disiplin waktu.

Penerapan Budaya Organisasi


Faktor-faktor Yang
dalam Meningkatkan Kinerja
Mempengaruhi Budaya
Organisasi ,dilihat dari tujuh
TINDAKAN Organisasi, dilihat dari
karakterisitk :
aspek:
a. Inovasi dan Keberanian
a. Motivasi
Mengambil Resiko
b. Gaya Kepemimpinan
b. Perhatian pada Hal-Hal
c. Komunikasi
rinci
d. Struktur Organisasi
c. Orientasi Hasil
e. Tingkat Formalitas
d. Orientasi Orang
Organisasi
e. Orientasi Tim
f. Nilai yang Dianut
f. Keagresifan
Individu
g. Stabilitas

Robbins (2005:485)

KONDISI AKHIR Optimalisasi budaya organisasi dalam

meningkatkan kinerja organisasi

61
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Latar, Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Latar penelitian

Latar penelitian adalah dimana lokasi penelitian dilakukan. Penentuan lokasi

penelitian ini merupakan tahap yang sangat penting. Penelitian ini bertempat di

Kota Gorontalo. Peneliti memilih lokasi ini, didasarkan pada pertimbangan bahwa

di lokasi ini memiliki masalah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Penerapan Budaya

Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota

Gorontalo tersebut dengan mendeskripsikan hasil temuan penelitian.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan dalam menyusun proposal ini kurang

lebih 4 bulan terhitung dari bulan September sampai bulan Desember yang

dimulai dari proses penyusunan proposal sampai pada ujian.

62
Tabel 3.1

Waktu Penelitian

September Oktober November Desember


No. Kegiatan 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Observasi
1.
Awal
Pengumpulan
2.
Data
Pengajuan
3.
Judul
Penerimaan
4.
Judul
Penyusunan
5.
Proposal
Bimbingan
6.
Proposal
Seminar
7.
Proposal

3.1.3 Tempat Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka lokasi

penelitian ini maka lokasi penelitian ini bertempat di PT. PLN (Persero) ULP

Telaga Kota Gorontalo.

3.2 Pendekatan, Jenis dan Prosedur Penelitian

3.2.1 Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dengan alasan penelitian harus

terjun ke lapangan untuk menemukan dan melakukan observasi, sehingga dapat

menghayati langsung keadaan sebenarnya mengenai Penerapan Budaya

63
Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota

Gorontalo. Sugiyono (2015) memaparkan bahwa metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat post positivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan tringulasi, analisis data

bersifat induktif atau kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna daripada generalisasi. Selain itu ia juga mengartikan bahwa penelitian

kualitatif lebih cocok digunakan untuk jenis penelitian yang memahami tentang

fenomena sosial dari perspektif partisipan. Secara sederhana, dapat pula

diartikan sebagai penelitian yang lebih cocok digunakan untuk meneliti kondisi

atau situasi si objek penelitian.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nasir, 2005:54 dalam Adriana

Rodina 2020). Dalam penelitian ini memperoleh gambaran serta mengetahui

bagaimana Penerapan Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN

(Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo.

3.2.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang membuat deskripsi, gambaran secara sistematis serta hubungan

64
antar fenomena yang diselidiki. Penelitian deskriptif menggambarkan dengan

menyeluruh dan lengkap setiap objek yang akan diteliti.

3.2.3 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Suatu

penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin

tentang suatu keadaan atau gejala-gejala lainnya. Dengan penelitian ini

dimaksudkan untuk memberi gambaran secara jelas tentang Penerapan Budaya

Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota

Gorontalo.

3.3 Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti sangat penting dalam melakukan suatu penelitian. Hal ini

dikarenakan peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian sekaligus sebagai

pengumpul data. Kehadiran peneliti adalah untuk menemukan segala sesuatu yang

berhubungan dengan fokus dalam penelitian. Peneliti berusaha mengungkapkan

bagaimana Penerapan Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN

(Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo.

Sebelum melakukan penelitian dan pengambilan data penelitian peneliti

terlebih dahulu sudah menyampaikan maksud dan tujuan peneliti melalui surat

penelitian yang dikeluarkan dari pimpinan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Gorontalo. Kemudian peneliti datang langsung ke lapangan untuk mencari

informasi serta data yang diperlukan dengan melakukan pendekatan terhadap

informan.

65
3.4 Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua yakni:

1. Data Primer

Menurut Suharsimi Arikunto (2013:172) dalam Jurnal RisetAkuntansi data

primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapat

melalui wawancara, jejak dan lain-lain. Data primer adalah data yang diambil

dan dikumpulkan langsung oleh peneliti tanpa adanya perantara yaitu dengan

mendapatkan informasi dan data langsung dari informan dan penanggung

jawab Penerapan Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN

(Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo. Dalam hal ini Manajer dan Pegawai di

PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo.

Peneliti bisa mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dengan

melakukan wawancara secara mendalam serta melakukan pengamatan secara

langsung terhadap aktifitas pegawai mengenai Penerapan Budaya Organisasi

Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo.

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2012:139) dalam Jurnal Riset Akuntasi Sumber

sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca,

mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur,

buku-buku, serta dokumen. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari

dokumen-dokumen seperti laporan, jurnal penelitian, koran, majalah-majalah.

66
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu bentuk pengumpulan data yang

bertujuan menggambarkan dan memaparkan keadaan yang ada di lokasi

penelitian. Menurut Sugiyono (2013: 27) metode pengumpulan data merupakan

penelitian lapangan (field research), dilakukan dengan cara mengadakan

peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data

primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono 2017 mengemukakan bahwa, observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian ini alat yang digunakan sebagai teknik

pengumpulan data dengan cara observasi adalah dengan turun langsung melihat

bagaimana Penerapan Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN

(Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo.

2. Wawancara

Menurut Esterberg dan Sugiyono (2015:72) wawancara adalah pertemuan yang

dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi maupun suatu ide dengan cara

tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna

dalam topik tertentu.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan mendatangi langsung

informan penelitian dan menanyakan kepada mereka beberapa hal yang

67
berhubungan dengan pokok permasalahan terkait dengan Penerapan Budaya

Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero). Wawancara

dilakukan secara mendalam untuk memperoleh data langsung melalui serangkaian

tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait. Wawancara dilakukan dengan cara

menggunakan alat perekam serta mencatat beberapa informasi di buku catatan

guna menjamin informasi yang ditanyakan oleh peneliti.

Tabel 3.2

Informan Tentang Penerapan Budaya Organisasi Dalam

Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota

Gorontalo

No. Narasumber
1. Supervisor PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo
2. Manager PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo
3. Pegawai-pegawai PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2015:82) dokumentasi merupakan catatan peristiwa pada

waktu yang lalu, dan dapat berbentuk tulisan, gambar maupun karya-karya

monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini dokumentasi berupa foto dan

dokumen-dokumen yang berisi informasi terkait Penerapan Budaya Organisasi

Dalam Meningkatkan Kinerja PT. PLN (Persero) ULP Telaga Kota Gorontalo.

68
3.6 Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang

dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data

yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji

credibility, transferability, dependability dan confirmability (Sugiyono,

2017:270).

1. Credibility (Derajat Kepercayaan)

Derajat kepercayaan terhadap data penelitian kualitatif yaitu dilakukan

dengan perpanjangan pengamatan peningkatan ketekunana dalam penelitian

triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis status negatif dan

membercheck.

2. Transferability (Validitas Eksternal)

Menurut Sugiyono (2007:276) mengemukakan Transferability (Keteralihan)

merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal

tersebut menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil

penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.

3. Dependability (Reliabilitas)

Dependability dilaksanakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitataif

bermutu atau tidak. Dalam hal ini dapat mengecek apakah peneliti sudah cukup

hati-hati dan apakah peneliti membuat kesalahan dalam mengkonseptualisasikan

rencana penelitiannya, pengmpulan data dan pengintepretasiannya.

69
4. Confirmability (Obyektifitas)

Penelitian ini dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah disepakati oleh

banyak orang. Confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan

dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi

dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi

standar confirmability.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2018:244). Analisis data kualitatif adalah

bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya

dikembangkan menjadi hipotesis.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai di lapangan. Nasution (1988)

dalam Sugiyono (2018:225) menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan

dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus

sampai penulisan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih

difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

70
Dalam penelitian ini, teknik analisis datanya menggunakan analisis data

model Miles dan Huberman (1992) yang terdiri dari Reduksi Data, Penyajian Data

dan Verifikasi (Sugiyono, 2018:246).

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama

peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan

rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data akan semakin banyak,

kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui

reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan

elektronik seperti komputer mini, dengan memeberikan kode pada aspek-aspek

tertentu.

Reduksi data adalah suatu bentuk anlisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan final dapat

ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007:16).

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

71
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini

Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2018:249) menyatakan yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks

yang bersifat naratif.

Miles dan Huberman membatasi suatu peyajian data sebagai sekimpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

apa yang telah dipahami tersebut.

c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutny. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang

valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian dari

satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga

diverifikasi selama penelitian berlangsung.

72
Gambar 3.1
Analisis Data Model Miles dan Huberman

Pengumpulan Data
Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Reduksi Data

73
DAFTAR PUSTAKA

Syafiie, Inu Kencana. 2015. Ilmu Administrasi. Yogyakarta : Pustaka Belajar.


Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Administrasi.Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung :
Alfabeta
Anggito, A. & Johan Setiawan. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Sukabumi:
CV Jejak.
Marisi, Butarbutar.,dkk. 2021. Teori Perilaku Organisasi. Medan: Yayasan Kita
Menulis.

Sulaksono, Hari. 2019. Budaya Organisasi dan Kinerja. Yogyakarta: CV Budi


Utama.

Suryani, Ni Kadek & E.H.J John. Kinerja Organisasi. 2018. Yogyakarta: CV


Budi Utama.

Sari, Eliana. 2009. Budaya Organisasi, Membangun Etos Kerja Profesional.


Jakarta: Jayabaya University Press.

Ulum, Ihyaul. (2017). Intelectual Capital. Malang: Universitas Muhammadiyah


Malang.

Sutrisno, Edy. 2018. Budaya Organisasi. Jakarta: Prenadamedia Group.

Jurnal-Jurnal Penelitian:

Lusana Resty, Ardiana., dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya


Organisasi Di Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Daerah Pati: Journal
of Social and Industrial Psychology. 1-9.

Maya Wulan, Pramesti. 2018. Dimensi - Dimensi Strategis Administrasi Publik


dalam Islam: Jurnal Politea. Vol 1,No. 1: 37-48.

Nurdiana. (2017). Budaya Organisasi Di Kantor Wilayah Kementerian Hukum


Dan Hak Asasi Manusia Sulawesi Selatan.

74
Aprillian Pravita Sari. (2013). Hubungan Antara Budaya Organisasi Dengan
Komitmen Organisasi Di Pt. Bank Bri Syariah Malang Raya.

Yuni Dwi Astuti. (2013). Hubungan Budaya Organisasi Dengan Kinerja


Karyawan Di Pt. Pln (Persero) Area Malang.

Ucih Mardiasih. (2019). Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Lingkungan Kerja


Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen.

BAB%20II%hapus.

Amelia Sri Yolanda. (2019). Implementasi Budaya Organisasi Dalam


Meningkatkan Kinerja PT PLN (Persero) Rayon Belanti Padang.

Finia Ilmyanti. (2012). Penerapan Budaya Organisasi Pada Pt Pln Unit P3b Jawa
Bali, Cinere-Jawa Barat.

Muchammad Latif Abdillah & Octavia Lhaksmi Pramudyastuti. (2020). Peran


Budaya Organisasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pt. Pln (Persero) Ulp
Temanggung. Jurnal Akuntanika. Vol 6, No. 2: 73-77.

Renni Safitri. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi Di


Kantor Kementrian Agama Surabaya.

Amilia Dwi Meijiriani. (2021). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Lingkungan


Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan (Bpkp) Provinsi Sumatera Utara.

Muhammad Akbar , dkk. (2020). Penerapan Budaya Organisasi Dalam


Meningkatkan Kinerja Pada Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Vol 12, No. 2: 365-385.

La Mansur, dkk. (2015). Karakteristik Budaya Organisasi Dan Hubungannya


Dengan Kinerja Organisasi Pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Di
Indonesia. 76-88.

75
NN. (2021). Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi.

https://actconsulting.co/apa-saja-faktor-yang-mempengaruhi-budaya-

organisasi/ .

76

Anda mungkin juga menyukai