Anda di halaman 1dari 151

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL

DAN MENENGAH (UMKM) DI KOTA GORONTALO DI MASA PANDEMI


COVID-19

Hasil Penelitian
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Mengikuti Ujian Sarjana S1 Administrasi Publik

Oleh

RELLYGIA SYAHPUTRI LANTI


941418002

JURUSAN S1 ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
ABSTRAK

RELLYGIA SYAHPUTRI LANTI. 941418002. 2022 Implementasi Kebijakan


Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Gorontalo di Masa
Pandemi Covid-19. Program S1 Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Gorontalo dengan pembimbing I Prof. Dr. Asna Aneta, M.Si dan dosen
pembimbing II Dr. Ismet Sulila, S.E, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)Implementasi Kebijakan Pemberdayaan


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Gorontalo di Masa Pandemi
Covid-19 dan (2)Faktor-Faktor yang Menentukan Keberhasilan Implementasi
Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota
Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19, dilihat dari aspek pengembangan (enabling),
potensi (empowering) dan melindungi (protecting). Metode Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan bahwa (1)Proses Implementasi


Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota
Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19 meliputi aspek pengembangan (enabling),
potensi (empowering) dan melindungi (protecting) sudah dilaksanakan dengan baik
tetapi belum maksimal. karena terdapat salah satu aspek yang pengimplementasiannya
masih kurang baik antara lain pada aspek protecting dalam penelitian ini ditemukan
permasalahan bahwa tidak semua pelaku umkm mendapatkan protecting, diantaranya
masih ada masyarakat yang hingga saat ini belum juga terdaftar sebagai pelaku UMKM
di Kantor Dinas Tenaga Kerja Koperasi dan UMKM dikarenakan masih kurangnya
informasi mengenai tahapan-tahapan untuk mendapatkan bantuan BPUM yang
diberdayakan oleh pemerintah. (2) Faktor-Faktor yang Menentukan Keberhasilan
Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di
Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19, dilihat dari aspek logika kebijakan,
lingkungan tempat kebijakan dioperasikan, dan kemampuan Implementator kebijakan
sudah dijalankan dengan baik, tetapi masih belum maksimal karena dua faktor masih
belum terlaksana dengan baik. Dilihat dari Faktor pertama yakni Logika Kebijakan
sebagaimana yang diterapkan oleh Pemerintah Pusat yaitu mengeluarkan kebijakan
berupa bantuan modal kepada pelaku UMKM yang membutuhkan sebesar Rp2.400.000,
akan tetapi Program tersebut masih belum merata di kalangan UMKM dengan kata lain
pemberian bantuan modal tersebut belum merata. Faktor kedua adalah Lingkungan
Tempat Kebijakan Dioperasikan dimana Lingkungan Tempat Kebijakan Dioperasikan
masih sangat terbatas (belum menyeluruh).

2
Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM), Pandemi Covid-19

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar
baginya”
(QS. At Thalaq: 2-3)

Semangat ya…
Meskipun kata menyerah mungkin saja sering terlintas tapi nyatanya kita tetap bisa ada
di titik sekarang ini. Adalah hebat sudah berjuang dan bertahan sejauh ini. Bahunya
dikuatin lagi ya.. semesta memang suka bercanda.

(GIA)

Dengan Ridho Allah SWT,

Saya persembahkan skripsi ini kepada orang tua saya (Ayah Iwan Lanti & Ibu
Sundari adiko) yang telah membesarkan, mengasuh, mendidik hingga membiayai
studiku dan yang menjadi alasan terkuat untuk memakai toga serta yang telah
memberikan motivasi dan doa dalam keselamatanku dan tercapainya cita-citaku.
Terimakasih juga kepada keluarga dan sahabat yang telah memberikan semangat dan
doa selama menempuh pendidikan sarjana. Terimakasih juga kepada dosen-dosen
Administrasi Publik yang telah membimbing saya dan memberikan ilmu selama ini.
Skripsi ini dibuat dengan usaha dan tidak lupa dengan berdoa kepada Allah SWT,
semoga saja menjadi berkah dan berguna untuk banyak orang.

ALMAMATERKU MERAH MARON


TEMPAT AKU MENIMBA ILMU
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala anugrah dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19”. Salawat serta salam kepada junjungan

kita Nabi Besar Nabi Muhammad SAW yang insya allah limpahan rahmatnya akan

sampai pada kita semua selaku umatnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi

program Sarjana (S1) Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri

Gorontalo.

Penulis menyadari bahwa selama proses hingga terselesaikannya penyusunan

skripsi ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan

hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala

bantuan, dukungan serta saran yang telah diberikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya serta segala kemudahannya sehingga

peneliti sanggup menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan lancar.

4
2. Orang tua tercinta dan terkasih Papa (Iwan Lanti) dan Mama (Sundari Adiko)

terima kasih yang tak terhingga karena telah mencurahkan kasih sayangnya

selama ini , yang tidak pernah lelah merawat dan menyekolahkan saya sampai

pada titik ini. Semoga Allah Subhana Huwaa Ta’ala melimpahkan rahmat,

karunia dan keberkahan di dunia dan diakhirat, tak lupa juga semoga senantiasa

diberikan kesehatan dan umur panjang kepada kedua orang tua saya.

3. Saudara sekandung saya Revan Syahputra Lanti yang sangat saya cintai yang

selalu memberikan dukungan dan semangat buat saya dalam penyelesaian

Skripsi ini,

4. Bapak Dr. Ir. Eduart Wolok, ST, MT selaku Rektor Universitas Negeri

Gorontalo,

5. Bapak Dr. Harto S. Malik, M.Hum selaku Wakil Rektor I Universitas Negeri

Gorontalo,

6. Dr. Ir. Yuniarti Koniyo, MP selaku Wakil Rektor II Unversitas Negeri

Gorontalo,

7. Ibu Prof. Karmila Machmud, S.Pd, M.A., Ph.D selaku Wakil Rektor III

Universitas Negeri Gorontalo,

8. Bapak Prof. Dr. Phil. Ikhfan Haris, M.Sc selaku Wakil Rektor IV Universitas

Negeri Gorontalo

9. Ibu Dr. Hj Zulaecha Ngiu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Gorontalo,

5
10. Ibu Dr. Rahmatiah, S.Pd, M.Si Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Gorontalo,

11. Bapak Drs. Joni Apriyanto, M.Hum selaku Wakil Bidang Administrasi

Keuangan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo,

12. Bapak Sainudin Latera, S.Pd., M.Si selaku Wakil Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo,

13. Ibu Dr. Fenti Prihatini Dance Tui, S.Pd.,M.Si selaku Ketua Jurusan Studi

Sarjana Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo.

14. Bapak Rustam Tohopi, S.Pd, M.Si selaku Sekertaris Jurusan ilmu Administrasi

Publik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

15. Bapak Dr. H. Rosman Ilato, M.pd selaku Dosen Penguji I yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan ilmu dan kontribusi demi memperbaiki

skripsi ini,

16. Bapak Dr. Udin Hamim, S.pd, SH, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan ilmu dan kontribusi demi

memperbaiki skripsi ini,

17. Ibu Prof. Dr. Asna Aneta, M.Si selaku dosen Pembimbing I dan dosen

Pembimbing II Bapak Dr. Ismet Sulila, S.E., M.Si yang telah membantu

memberikan arahakn dan masukan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

untuk mengarahkan, membimbing dan menyempurnakan skripsi ini,

18. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Administrasi di lingkungan Fkultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Gorontalo yang telah banyak membantu dan

6
memberikan berbagai pengetahuan dalam bidang Ilmu Administrasi Publik,

19. Bapak dan Ibu serta Staf Kantor Desa di lingkungan Kantor Dinas Tenaga Kerja,

Koperasi dan UMKM

20. Rekan-rekan Mahasiswa Prodi Administrasi Publik Angkatan 2018 Universitas

Negeri Gorontalo yang berjuang bersama-sama dan saling memberikan motivasi

satu sama lain,

21. Kepada sepupu saya Chyntia Adiko yang selalu memberikan dukungan serta

selalu menjadi pendengar setia untuk keluh kesah selama ini.

22. Teman-teman seperjuangan saya (Safina, Nadia, Maura, Dyah) dan Teman-

teman Kelas A yang selalu memberikan dukungan dan motivasi, serta selalu

bersedia membantu penulis dalam proses perkuliahan semester pertama sampai

akhir masa studi.

23. Kepada sahabat saya Safina Irsyadina Badjeber yang sangat saya cintai dan

kasihi, sahabat semasa sekolah yang sampai saat ini masih sama-sama berjuang.

Terimakasih atas segala dukungan dan bantuan yang diberikan.

24. Kepada sahabat saya Raveina Khan Mohamad yang selalu memberikan

dukungan dan tidak pernah bosan mendengarkan keluh kesah saya.

25. Kepada sahabat saya Safira Meidina Badjeber yang selalu bersedia membantu

penulis dalam keadaan apapun.

26. Saskia, Fitra, Pia, Pina, Anti, Hiong teman-teman KKN Ibarat, terima kasih

karena sampai saat ini masih berteman akrab dan selalu memberikan semangat.

7
27. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu. Semoga mendapat pahala yang setimpal dari

Allah SWT.

28. Kepada diri sendiri, terima kasih sudah bertahan sejauh ini. Sudah menjadi kuat

walaupun banyak rintangan yang dihadapi tetapi masih memberikan

kesempatan kepada diri ini untuk bangkit dan melanjutkan proses yang ada.

29. Last but not least I wanna thank me. I wanna thank me for believing in me. I

wanna thank me for doing all this hard work. I wanna thank me for having no

days off. I wanna thank me for never quitting. And I wanna thank me for always

being a giver.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan

karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, tidak semua

hal dapat penulis deskripsikan dengan sempurna dalam skripsi ini. Maka dari itu,

penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari semua pihak.

Selanjutnya, penulis memohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dan kesalahan

pada skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis maupun orang lain yang membacanya. Amin.

Gorontalo, Juli 2022


Peneliti

Rellygia Syahputri Lanti


Nim: 941418002

8
DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................................i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xii
LAMPIRAN................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Konteks Penelitian............................................................................................1
1.2 Fokus dan Sub Fokus Penelitian.......................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL


PENELITIAN.............................................................................................................9

2.1 Kajian Pustaka..................................................................................................9


2.1.1 Paradigma Administrasi Publik..................................................................9
2.1.2 Konsep Kebijakan Publik...........................................................................20
2.1.3 Pemberdayaan UMKM...............................................................................22
2.1.4 Pentingnya Pemberdayaan UMKM............................................................25
2.1.5 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)............................................29
2.1.6 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)...............................31
2.1.7 Konsep Implementasi Kebijakan Publik....................................................32
2.1.8 Model-model Implementasi Kebijakan Publik...........................................33
2.1.9 Kebijakan Pemerintah Kota Gorontalo Dalam Pemberdayaan UMKM....40
2.1.10 Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Program atau Kebijakan...................42
2.1.11 Coronavirus Disaese 2019 (COVID-19)....................................................43
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan........................................................................46

viii
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian......................................................................54
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................57
3.1 Latar, Waktu dan Tempat Penelitian................................................................57
3.1.1 Latar Penelitian..............................................................................................57
3.1.2 Waktu Penelitian............................................................................................57
3.1.3 Tempat Penelitian..........................................................................................58
3.2 Pendekatan, Metode dan Prosedur Penelitian...................................................58
3.2.1 Pendekatan Penelitian....................................................................................58
3.2.2 Metode Penelitian..........................................................................................60
3.2.3 Prosedur Penelitian........................................................................................60
3.3 Kehadiran Peneliti............................................................................................60
3.4 Data dan Sumber Data......................................................................................61
3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................62
3.6 Pengecekan Keabsahan Data............................................................................63
3.7 Teknik Analisis Data........................................................................................66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................................70

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian..............................................................................70


4.1.1 Gambaran Umum Kota Gorontalo.................................................................70
4.2 Gambaran Umum Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19......72
4.3 Hasil Penelitian.................................................................................................74
4.3.1 Implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Gorontalo di Masa
Pandemi Covid-19..........................................................................................74
4.3.2 Faktor Yang Menentukan Keberhasilan Implementasi Kebijakan
Pemberdayaan UMKM Di Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19.......81
4.4 Pembahasan Penelitian....................................................................................87

BAB V PENUTUP......................................................................................................101

ix
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................101
5.2 Saran.................................................................................................................103

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................105
LAMPIRAN................................................................................................................109
CURICULUM VITAE...............................................................................................132

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Data UMKM Kota Gorontalo......................................................................3


Tabel 1.2 : Rekapitulasi Database Umkm Aktif Se-Kota Gorontalo Tahun 2016-2021 5
Tabel 2.1 : Penelitian Relevan......................................................................................46
Tabel 3.1 : Waktu Penelitian........................................................................................58
Tabel 3.2 : Nama Informan Sebagai Sumber Data Primer...........................................64

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Implementasi Menurut Edwards III..............................................34
Gambar 2.2 Model Implementasi Menurut Donald Van Meter dan Van Horn............37
Gambar 2.3 Model Implementasi Menurut Devid L. Weimer dan Aidan R. Vining...38
Gambar 2.4 Model Implementasi Menurut Charles Jhones.........................................39
Gambar 2.5 Model Implementasi Menurut Rippley dan Franklin...............................40
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Penelitian...............................................................55
Gambar 2.7 Kerangka Berfikir Penelitian....................................................................56
Gambar 3.3 Analisis Data Model Miles dan Huberman..............................................69

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Pedoman Wawancara.................................................................................109
Lampiran II Daftar Nama-Nama Informan Penelitian.................................................113
Lampiran IIITranskip Wawancara................................................................................114
Lampiran IV Surat Pengantar.......................................................................................124
Lampiran V Surat Izin Meneliti Dari Fakultas.............................................................125
Lampiran VI Surat Tugas Meneliti...............................................................................126
Lampiran VII Surat Keterangan Advis Dari Kesbangpol Kota Gorontalo..................127
Lampiran VIII Dokumentasi Penelitian.......................................................................128

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konteks Penelitian

Dunia sedang menghadapi pandemi Covid-19 tak terkecuali Indonesia.

Masuknya Covid-19 di Indonesia terhitung sejak bulan Maret 2020 hingga sekarang di

bulan Desember 2021. Tercatat pada tanggal 7 Desember 2021 terdapat pertambahan

kasus yang terkonfirmasi terkena Covid-19 sebanyak 4.084 pasien. Pertambahan kasus

yang terkonfirmasi pada masa covid-19 ini sangat berpengaruh pada berbagai sektor di

Indonesia, salah satunya ialah sektor ekonomi khususnya bisnis UMKM.

Dampak negatif akibat wabah Covid-19 ini menghambat roda pergerakan bisnis

UMKM di seluruh Indonesia. Banyak UMKM yang terpaksa gulung tikar karena harus

mengikuti aturan pemerintah untuk melakukan PSBB (Peraturan Sosial Berskal Besar)

bahkan hingga PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) terutama

usaha kecil seperti industri rumahan kuliner, kerajinan, butik, warung retail dan

sebagainya harus kehilangan Omzet penjualan, Sektor usaha mikro, kecil dan menengah

ini tentunya lebih rentan dalam menghadapi Covid-19, karena hampir semua UMKM

mengalami penurunan penjualan sebab ada peraturan pemerintah setempat untuk

melakukan PSBB hingga PPKM agar tidak terjadi kerumunan massa seperti terjadi

penutupan pasar-pasar baik pasar tradisional maupun modern, penutupan mall dan

restauran yang tentunya berdampak sangat serius pada kemampuan pengusaha-

pengusaha kecil tersebut untuk tetap terus berusaha sehingga terjadi dampak negative

secara langsung kepada kemampuan dan keberlangsungan usaha khususnya pelaku

UMKM.

1
Belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini, mendorong

pemerintah untuk terus memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi peluang bagi

UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan yang lebih cenderung

menggunakan modal besar (capital intensive). Eksistensi UMKM memang tidak dapat

diragukan lagi karena terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi,

terutama Di Masa krisis ekonomi.

Peranan penting yang dimainkan oleh UMKM, berorientasi pada pertumbuhan

ekonomi, pengembangan inovasi, serta penciptaan lapangan kerja, di seluruh lapisan

masyarakat (Cowling M, Liu W & Ledger A, 2015 ; Senderovitz M, 2016).

Sebelum terjadi Pandemi Covid-19 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

memiliki peran strategis dalam membantu pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusi

UMKM terhadap PDB Indonesia terus meningkat sampai sekitar 60%, Bahkan dari data

di kementrian UMKM berkontribusi sebesar 61,7 persen terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB), atau setara dengan Rp 8.952 triliun dari total Rp 14.837 triliun PDB

Indonesia.

Selanjutnya keberadaan UMKM juga dalam perekonomian nasional

mencerminkan peran penting UMKM dalam pencapaian tujuan pembangunan

berkelanjutan Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia, karena UMKM

dapat menjadi lini terdepan dalam pencapaian pilar ekonomi SDGs dengan penciptaan

dan pengadaan peluang lapangan kerja, daya cipta dan inovasi bisnis untuk

pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan dalam menghadapi era

2
globalisasi. Namun kondisi saat ini dalam menghadapi Pandemi Covid-19 telah

menuntut, Pemerintah harus aktif berupaya memberikan penanganan pencegahan virus

Covid-19, pemerintah juga bertekad untuk terus memulihkan perekonomian nasional.

Dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 dirasakan sektor UMKM yang ada

di Indonesia. Data dari Bank Indonesia menyebutkan sebanyak 87,5% UMKM

terdampak pandemi covid-19. Dari jumlah ini sekitar 93,2% diantaranya terdampak

negatif di sisi penjualan .(Saputra, 2021)

Di Kota Gorontalo sendiri jumlah Peserta UMKM Kota Gorontalo yakni

berjumlah 3856 peserta. Dari data tersebut terbagi atas 50 kelurahan yang memiliki

berbagai macam jumlah wirausaha perkecamatan tersebut.

Tabel 1.1
DATA UMKM KOTA GORONTALO

JUMLAH PER
NO NAMA KELURAHAN KECAMATAN JUMLAH
KECAMATAN
1 DULOMO SELATAN KOTA UTARA 96
2 DULOMO UTARA KOTA UTARA 36
WONGKADITI
3 KOTA UTARA 92
TIMUR
308
WONGKADITI
4 KOTA UTARA 21
BARAT
5 DEMBE II KOTA UTARA 43
6 DEMBE JAYA KOTA UTARA 20
JUMLAH PER
NO NAMA KELURAHAN KECAMATAN JUMLAH
KECAMATAN
7 LILUWO KOTA TENGAH 89
8 DULALOWO KOTA TENGAH 72
9 DULALOWO TIMUR KOTA TENGAH 78
460
10 PULUBALA KOTA TENGAH 43
11 WUMIALO KOTA TENGAH 115
12 PAGUYAMAN KOTA TENGAH 63
NO NAMA KELURAHAN KECAMATAN JUMLAH PER JUMLAH

3
KECAMATAN
13 TAPA SIPATANA 13
14 TANGGIKIKI SIPATANA 12
15 MOLOSIPAT U SIPATANA 12 58
16 BULOTADAA BARAT SIPATANA 10
17 BULOTADAA TIMUR SIPATANA 11
JUMLAH PER
NO NAMA KELURAHAN KECAMATAN JUMLAH
KECAMATAN
18 HELEDULAA UTARA KOTA TIMUR 138
HELEDULAA
19 KOTA TIMUR 89
SELATAN
20 IPILO KOTA TIMUR 70 337
21 MOODU KOTA TIMUR 9
22 PADEBUOLO KOTA TIMUR 10
23 TAMALATE KOTA TIMUR 21
JUMLAH PER
NO NAMA KELURAHAN KECAMATAN JUMLAH
KECAMATAN
24 TOMULABUTAO DUNGINGI 56
TOMULABUTAO
25 DUNGINGI 65
SELATAN
26 HUANGOBOTU DUNGINGI 37 213
27 LIBUO DUNGINGI 29
28 TULADENGGI DUNGINGI 26
JUMLAH PER
NO NAMA KELURAHAN KECAMATAN JUMLAH
KECAMATAN
29 LEKOBALO KOTA BARAT 100
30 DEMBE I KOTA BARAT 29
31 TENILO KOTA BARAT 85
32 PILOLODAA KOTA BARAT 94 631
33 MOLOSIPAT W KOTA BARAT 46
34 BULIIDE KOTA BARAT 107
35 BULADU KOTA BARAT 170
JUMLAH PER
NO NAMA KELURAHAN KECAMATAN JUMLAH
KECAMATAN
36 POHE HULONTHALANGI 25
37 DONGGALA HULONTHALANGI 168
38 TANJUNG KRAMAT HULONTHALANGI 76 808
39 SIENDENG HULONTHALANGI 20
40 TENDA HULONTHALANGI 519
JUMLAH PER
NO NAMA KELURAHAN KECAMATAN JUMLAH
KECAMATAN

4
41 LIMBA U I KOTA SELATAN 28
42 LIMBA U II KOTA SELATAN 42
43 LIMBA B KOTA SELATAN 39 222
44 BIAWU KOTA SELATAN 64
45 BIAWAO KOTA SELATAN 49
JUMLAH PER
NO NAMA KELURAHAN KECAMATAN JUMLAH
KECAMATAN
46 LEATO UTARA DUMBO RAYA 55
47 LEATO SELATAN DUMBO RAYA 94 549
48 TALUMOLO DUMBO RAYA 25
49 BOTU DUMBO RAYA 73
50 BUGIS DUMBO RAYA 302
JUMLAH 3586
Sumber: Kantor Dinas Tenaga Kerja, Korupsi dan UKM Tahun 2021

Adapun jumlah keseluruhan UMKM Kota Gorontalo dari Tahun 2019 sampai

dengan tahun 2021 yakni sebgai berikut:

Tabel 1.2
REKAPITULASI DATABASE UMKM AKTIF SE-KOTA GORONTALO
TAHUN 2016-2021
Klasifikasi Usaha
No Tahun Total
Mikro Kecil Menengah
1 2016 5151 2401 458 8020
2 2017 7795 2622 400 10817
3 2018 8598 2642 400 11540
4 2019 8770 2692 400 11862
5 2020 9792 2700 400 1289
6 2021 10282 3170 395 13847
Sumber: Kantor Dinas Tenaga Kerja, Korupsi dan UKM Tahun 2021

Dari data yang di dapatkan peneliti jumlah keselurahan wirausaha yang terdaftar

pada Kantor Dinas Tenaga Kerja, Korupsi dan UKM menunjukan bahwa banyak

wirausaha yang merasakan dampak dari adanya covid-19 yakni kurangnnya pembeli

hingga menyebabkan turunya omset penjualan.

5
Melihat jumlah UMKM di Kota Gorontalo yang tidaklah sedikit, pemerintah

turut andil dalam menyusun berbagai skema program pemulihan ekonomi nasional

(program PEN) dalam upaya membangkitkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di

Indonesia. Piter Abdullah juga menuturkan bahwa program pemulihan ekonomi

nasional (Program PEN) yang terselanggara optimis dalam upaya membangkitkan

kembali perekonomian Indonesia yang saat ini melemah karena pandemi covid-19.

Dari pernyataan tersebut, tujuan penulis dalam penyusunan proposal penelitian

yakni untuk melihat bagaimana implementasi kebijakan pemberdayaan UMKM di Kota

Gorontalo di masa pandemi Covid-19 dengan judul “Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Gorontalo Di

Masa Pandemi Covid-19”

1.2 Fokus dan Sub Fokus Penelitian

Adapun fokus dan sub fokus pada penelitian ini dalam bentuk pertanyaan dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) Di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19?

b. Faktor-faktor apa saja yang menentukan keberhasilan Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan UMKM Di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19?

1.3 Tujuan Peneltian

1. Tujuan Umum

6
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Di Kota Gorontalo

Di Masa Pandemi Covid-19.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi

Covid-19.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menentukan keberhasilan

Implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM Di Kota Gorontalo Di Masa

Pandemi Covid-19.

1.4 Manfaat Penelitian

2.1 Manfaat Teoritis

a) Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pemberdayaan usaha mikro,

kecil dan menengah (UMKM) Di Masa pandemi covid-19

b) Menjadi bahan masukan dan bahan referensi untuk penelitian lanjutan terkait

dengan tema dan topik dalam penelitian ini.

2.2 Manfaat Praktis

a) Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat

khususnya yang berhubungan dengan pemberdayaan UMKM dan faktor-

faktor yang menentukan keberhasilan Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan UMKM di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19.

7
b) Bagi Peneliti

Sebagai wahana belajar serta diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan bagi peneliti tentang pemberdayaan UMKM dan faktor-faktor

yang menentukan keberhasilan Implementasi Kebijakan Pemberdayaan

UMKM di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19.

c) Bagi instansi

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya di

Kota Gorontalo terkait dalam memberdayakan Usaha Kecil, Mikro dan

Menegah (UMKM) Di Masa pandemi covid-19.

d) Bagi Program Studi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan

referensi acuan penelitian berikutnya.

BAB II

8
KAJIAN PUSTAKA DAN

KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Paradigma Administrasi Publik

Sebelum membahas tentang paradigm administrasi publik, maka terlebih

dahulu menjelaskan bagaimana konsep administrasi publik itu sendiri. Berbicara

mengenai konsep adminisrasi publik, konsep administrasi publik di Indonesia

bukanlah konsep baru, melainkan konsep administrai tersebut sudah ada sejak dari

dulu, hanya saja para pakar ilmuan telah mengganti istilah administrasi publik

menjadi administrasi negara.

Sondang P. Siagian (2008) mendefinisikan administrasi publik sebagai

keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan

atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Chandler & Plano dalam Keban (2004:3), mengatakan bahwa Administrasi

Publik adalah proses dimana sumber daya dan personel publik diorganisir dan

dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola

(manage) keputusan-keputusan dalam kebijakan publik.

Jhon M. Pfiffner dan Robert V. Presthus (1960:4), mendefinisikan

administrasi publik, adalah (1) meliputi implementasi kebijakan pemerintah yang

telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik, (2) koordinasi usaha-usaha

perorangan dan kelompok untuk melaksanakan kebijakan pemerintah. Hal ini

meliputi pekerjaan sehari-hari pemerintah, (3) suatu proses yang bersangkutan

9
dengan pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah, pengarahan kecakapan dan

tknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud

terhadap usaha terhadap sejumlah orang.

Nicholas Henry (1988), mendefinisikan administrasi publik adalah suatu

kombinasi yang kompleks antara teori dan praktik, dengan tujuan mempromosi

pemahaman terhadap pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat yang

diperintah, dan juga mendorong kebijakan publik agar lebih responsif terhadap

kebutuhan sosial. Administrasi publik berusaha melembagakan praktik-praktik

manajemen agar sesuai dengan nilai efektivitas, efisiensi dan pemenuhan kebutuhan

masyarakat secara lebih baik.

Dari beberapa definisi administrasi publik di atas, maka penulis menarik

kesimpulan bahwa administrasi publik adalah sekelompok orang yang didalamnya

terdapat sebuah proses kerjasama yakni untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya dan melibatkan sumberdaya yang diawali dengan

dikoordinasikan, diformulasikan, diimplementasikan hingga pada proses

pengelolaan keputusan kebijakan.

Perkembangan paradigma administrasi negara khususnya dari Nicholas

Henry (1984) dan Frederickson (1984), sudah cukup dikenal sebagai sarjana

administrasi publik di Indonesia seperti dapat kita lihat antara lain dalam tulisan-

tulisan Ali Mufiz (1984), Irfan Islamy (1984), Miftah Toha (1984) dan Adam

Indrawijaya (1985).

10
Nicholas Henry (1988:33-54), mengemukakan lima paradigma administrasi

publik, yaitu:

Paradigma pertama. Prinsip-prinsip administrasi negara (1927-1937), lokus

dari administrasi negara tidak merupakan masalah dalam paradigma ini, yang

dipentingkan fokusnya yaitu: “prinsip-prinsip administrasi” dipandang dapat berlaku

universal pada setiap bentuk organisasi dan setiap lingkungan sosial budaya. Pada

masa ini (1927-1937), administrasi memiliki prinsip-prinsip yang jelas. Prinsipnya

adalah administrasi negara dapat diterapkan di negara mana saja walaupun berbeda

kebudayaan, lingkungan, visi dan lainnya. Pada fase ini, administrasi negara

mencapai puncak reputasinya.

Paradigma kedua. Paradigma dikotomi antara politik dan administrasi (1900-

1926), fokus dari ilmu administrasi negara terbatas pada masalah-masalah

organisasi, kepegawaian dan penyusunan anggaran dalam birokrasi dan

pemerintahan. Sedangkan masalah-masalah pemerintahan, politik dan kebijaksanaan

merupakan substansi ilmu politik. Lokus paradigma ini adalah mempermasalahkan

di mana seharusnya administrasi negara ini berada. Pada masa ini, dibedakan

dengan jelas antara administrasi dan politik negara. Tonggak sejarah sebagai

momentum dari fase ini adalah tulisan dari Frank J. Goodnow dan Leonald D.

White. Di dalam bukunya Politics and Administration, ia berpendapat bahwa ada

dua fungsi pokok pemerintah yang amat berbeda satu sama lain. Dua fungsi pokok

yang dimaksud adalah politik dan administrasi. Menurut Goodnoe dan pengikutnya,

administrasi negara seharusnya berpusat pada birokrasi pemerintahan.

11
Paradigma Ketiga. Administrasi Negara sebagai ilmu politik (1950-1970).

Pada masa ini (1950-1970), secara singkat dijelaskan bahwa fase paradigma ini

merupakan suatu usaha untuk menetapkan kembali hubungan konseptual antara

administrasi negara dan ilmu politik. Konsekuensi dari usaha ini adalah keharusan

untuk merumuskan bidang ini paling sedikit dalam hubungannya dengan focus

keahliannya yang esensial. Umar (2004:5), menyebut bahwa pada fase ini

administrasi negara telah berkembang sebagai bagian dari ilmu politik. Dalam masa

ini, ada dua perkembangan baru yang patut dicatat, yaitu: (1) Tumbuhnya

penggunaan studi kasus sebagai suatu sarana yang bersifat epistemologis, (2)

Timbulnya studi perbandingan dan pembangunan administrasi sebagai salah satu

bagian dari ilmu administrasi.

Paradigma keempat, Administrasi Negara sebagai ilmu administrasi (1954-

1970). Pada masa ini (1954-1970), administrasi negara telah berkembang sebagai

ilmu administarsi. Perkembangan ini diawali dengan ketidaksenangan bahwa ilmu

administrasi dianggap sebagai ilmu kelas dua setelah ilmu politik. Sebagai suatu

paradigma, pada fase ini ilmu administrasi hanya memberikan focus, tetapi tidak

pada locusnya. Usaha pengembangan, terutama diperoleh dari pengaruh fakultas

administrasi perusahaan (school of business administration) mempercepat proses

mencari alternatif paradigma ilmu administrasi.

Paradigma kelima. Administrasi Negara sebagai ilmu administrasi negara.

Masa ini terjadi setelah tahun 1970. Pada masa ini, administrasi negara telah

berkembang menjadi ilmu administarsi negara, yaitu merambah ke teori organisasi,

12
ilmu kebijkaan (policy science), dan ekonomi politik. Dalam waktu singkat,

administrasi negara sebagai suatu bidang kajian telah menunjukkan warnanya

sendiri. Beberapa departemen, fakultas dan akademi baru administrasi negara

sebagai dan publik affairs bermunculan. Salah satu trend dari pertumbuhan

administrasi negara ini adalah terbentuknya asosiasi nasional dari fakultas-fakultas

tersebut (The National Association of School of Publik and Administration). Pada

tahun 1980 asosiasi ini telah mempunyai anggota lebih dari 200 institusi, dan lebih

dari 25.000 mahasiswa baik yang penuh ataupun yang parttime terdaftar dalam

program MPA (Master of Publik Administration) pada akhir tahun 1970.

1. Paradigma Old Publik Administration (OPA)

Paradigma ini merupakan paradigma yang berkembang pada awal kelahiran

ilmu administrasi negara. Tokoh paradigma ini adalah antara lain adalah pelopor

berdirinya ilmu administrasi negara Woodrow Wilson yang merupakan presiden AS

pada saat itu dengan karyanya “The Study of Administration” (1887) serta F.W.

Taylor dengan bukunya “Principles of Scientific Management”.

Dalam bukunya “The Study of Administration”, Wilson berpendapat bahwa

problem utama yang dihadapi pemerintah eksekutif adalah rendahnya kapasitas

administrasi. Untuk mengembangkan birokrasi pemerintah yang efektif dan efisien,

diperlukan pembaharuan administrasi pemerintahan dengan jalan meningkatkan

profesionalisme manajemen administrasi negara. Untuk itu, diperlukan ilmu yang

diarahkan untuk melakukan reformasi birokrasi dengan mencetak aparatur publik

yang profesional dan non-partisan. Karena itu, tema dominan dari pemikiran Wilson

13
adalah aparat atau birokrasi yang netral dari politik. Administrasi negara harus

didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen ilmiah dan terpisah dari hiruk pikuk

kepentingan politik. Inilah yang dikenal sebagai konsep dikotomi politik dan

administrasi. Administrasi negara merupakan pelaksanaan hukum publik secara

detail dan terperinci, karena itu menjadi bidangnya birokrat tehnis. Sedang politik

menjadi bidangnya politisi.

Ide-ide yang berkembang pada tahun 1900-an memperkuat paradigma

dikotomi politik dan administrasi, seperti karya Frank Goodnow “Politic and

Administration”. Karya fenomenal lainnya adalah tulisan Frederick W.Taylor

“Principles of Scientific Management (1911)”. Taylor adalah pakar manajemen

ilmiah yang mengembangkan pendekatan baru dalam manajemen pabrik di sector

swasta – Time and Motion Study. Metode ini menyebutkan ada cara terbaik untuk

melaksanakan tugas tertentu. Manajemen ilmiah dimaksudkan untuk meningkatkan

output dengan menemukan metode produksi yang paling cepat, efisien, dan paling

tidak melelahkan. Jika ada cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas di sector

industri, tentunya ada juga cara sama untuk organisasi publik.Wilson berpendapat

pada hakekatnya bidang administrasi adalah bidang bisnis, sehingga metode yang

berhasil di dunia bisnis dapat juga diterapkan untuk manajemen sektor publik.

Teori penting lain yang berkembang adalah analisis birokrasi dari Max

Weber. Weber mengemukakan ciri-ciri struktur birokrasi yang meliputi hirarki

kewenangan, seleksi dan promosi berdasarkan merit system, aturan dan regulasi

yang merumuskan prosedur dan tanggungjawab kantor, dan sebagainya.

14
Karakteristik ini disebut sebagai bentuk kewenangan yang legal rasional yang

menjadi dasar birokrasi modern.

Ide atau prinsip dasar dari Administrasi Negara Lama (Dernhart dan

Dernhart, 2003) adalah :

Fokus pemerintah pada pelayanan publik secara langsung melalui badan-

badan pemerintah. Kebijakan publik dan administrasi menyangkut perumusan dan

implementasi kebijakan dengan penentuan tujuan yang dirumuskan secara politis

dantunggal. Administrasi publik mempunyai peranan yang terbatas dalam

pembuatan kebijakan dan kepemerintahan, administrasi publik lebih banyak

dibebani dengan fungsi implementasi kebijakan publik

Pemberian pelayanan publik harus dilaksanakan oleh administrator yang

bertanggungjawab kepada “elected official” (pejabat/birokrat politik) dan memiliki

diskresi yang terbatas dalam menjalankan tugasnya. Administrasi negara

bertanggungjawab secara demokratis kepada pejabat politik. Program publik

dilaksanakan melalui organisasi hirarkis, dengan manajer yang menjalankan kontrol

dari puncak organisasi. Nilai utama organisasi publik adalah efisiensi dan

rasionalitas. Organisasi publik beroperasi sebagai sistem tertutup, sehingga

partisipasi warga negara terbatas peranan administrator publik dirumuskan sebagai

fungsi POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,

Reporting dan Budgetting).

2. Paradigma New Publik Management (PNM)

15
Pada tahun 1992 kemudian muncul paradigma yang sangat terkenal karena

bersifat Reformatif yaitu “Reinventing Government” yang dicetuskan oleh David

Osborn dan T. Gaebler (1992), dan kemudian dioprasionalkan oleh Osborn dan

Plastrik (1997). Pada dasarnya paradigma ini diinspirasikan oleh Presiden Reagan

melihat Pemerintah bukanlah pemecahan masalah, justru beliau melihat sebagai

masalah. Di dalam paradigma ini pemerintah harus bersifat:

a. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, haruslah menjadi pengarah dari pada

pelaksana.

b. Pemerintah sebagai milik masyarakat, haruslah lebih memberdayakan

masyarakat ketimbang terus-menerus melayani.

c. Pemerintah sebagai institusi yang hidup dalam kompetisi, haruslah

menyuntikkan semangat persaingan kepada masyarakat untuk mengembangkan

dirinya dengan menghadirkan lembaga swasta dalam menangani urusan-urusan

yang biasanya dimonopoli pemerintah misalnya air minum.

d. Pemerintah sebagai lembaga yang mempunyai misi, haruslah lebih memberi

kebebasan kepada masyarakat untuk berkreasi.

e. Pemerintah sebagai sebuah pabrik yang berorientasi kepada hasil dalam strategi

pembiyayaannya.

f. Pemerintah sebagai pelayanan masyarakat, haruslah lebih mementingkan

keputusan pelanggan, bukan hanya memenuhi apa yang menjadi kemauan

birokrasi.

16
g. Pemerintah sebagai badan usaha, harus pandai-pandai mencari uang bukan

hanya pintar membelanjakannya.

h. Pemerintah sebagai yang memiliki daya antisipatif, harus mencegah dari pada

menanggulangi.

i. Pemerintah sebagai pemegang kewenangan, harus menggeser pola kerja hirarki

ke model kerja partisipasi dan kerja sama.

j. Pemerintah sebagai pihak yang berorientasi kepada pasar, harus mendongkrak

perubahan lewat penguasaannya terhadap mekanisme pasar.

New Publik Management semua pimpinan didorong untuk menemukan cara-

cara baru yang inovatif untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan melakukan

privatisasi terhadap fungsi-fungsi pemerintah. Oleh karena itu urgensi New Publik

Management adalah sangat menekankan pada mekanisme pasar dalam mengarahkan

program-program untuk publik. New Publik Management dapat dipahami sebagai

suatu konsep baru yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien

yang dilakukan birokrasi dan atau pejabatnya.

Karena itu Vigoda dalam Keban (2005:34), mengungkapkan bahwa ada

tujuh prinsip-prinsip NPM, yaitu sebagai berikut:

1. Pemanfaatan manajemen profesional dalam sektor publik.

2. Penggunaan indikator kinerja.

3. Penekanana yang lebih besar pada kontrol output.

4. Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil.

5. Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi.

17
6. Penekanan gaya sektor swasta pada penerapan manajemen.

7. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam penggunaan

sumber daya.

NPM secara umum dipandang sebagai suatu pendekatan dalam administrasi

publik yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam dunia

manajemen bisnis dan disiplin yang lain untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas

kinerja pelayanan publik pada birokrasi modern.

3. New Publik Service (NPS)

Pada tahun 2003 atau kurang lebih sepuluh tahun kemudian muncul lagi

paradigma baru dalam administrasi publik yaitu “The New Publik Service” oleh J.V

Denhardt & R. B. Denhardt (2003). Keduanya menyarankan untuk meninggalkan

prinsip administrasi klasik dan Reinventing Government atau New Publik

Management, dan beralih ke prinsip New Publik Service. Di dalam buku Dendhardt

(2003), berjudul “The New Publik Service: Serving, not Steering”. Pada halaman

pendahuluan menyatakan NPS lebih diarahkan pada democracy, pride and citizen

dari pada market, competition and customers seperti sektor privat. Beliau

menyatakan “publik servants do not deliver customers servive, they deliver

democracy”. Oleh sebab itu nilai-nilai demokrasi, kewarganegaraan dan pelayanan

untuk kepentingan publik sebagai norma mendasar lapangan administrasi publik.

Denhardt (2003), The New Publik Service memuat ide pokok sebagai berikut:

a. Serve Citizen, Not Customers: kepentingan publik adalah hasil dari sebuah

dialog tentang pembagian nilai dari pada kumpulan dari kepentingan individu.

18
Oleh karena itu, aparatur pelayanan publik tidak hanya merespon keiginan

pelanggan (customer), tetapi lebih focus pada pembangunan kepercayaan dan

kolaborasi dengan dan antara warga Negara (citizen).

b. Seek the publik interest: Administrasi Publik harus memberikan kontribusi untuk

membangun sebuah kebersamaan, membagi gagasan dari kepentingan publik,

tujuannya adalah tidak untuk menemukan pemecahan yang cepat yang

dikendalikan oleh pilihan-pilihan individu. Lebih dari itu, adalah kreasi dari

pembagian kepentingan dan tanggung jawab.

c. Value Citixenship Over Entrepreneurship: Kepentingan publik adalah lebih

dimajukan oleh komitmen aparatur pelayanan publik dan warga negara untuk

membuat kontribusi lebih berarti dari pada gerakan para manajer swasta sebagai

bagian dari keuntungan publik yang menjadi milik mereka.

d. Think Strategically, Act Democraly: Pertemuan antara kebijakan dan program

agar bisa dicapai secara lebih efektif dan berhasil secara bertanggungjawab

mengikuti upaya bersama dan proses-proses kebersamaan.

e. Recognized that Accountability Is Not Simple: Aparatur pelayanan publik

seharusnya penuh perhatian lebih baik dari pada pasar. Mereka juga harus

mengikuti peraturan perundangan dan konstitusi, nilai-nilai masyarakat, norma-

norma politik, standar-standar profesional dan kepentingan Negara.

f. Serve Rather than Steer: Semakin bertambah penting bagi pelayanan publik

untuk mengunakan andil, nilai kepemimpinan mendasar dan membantu warga

mengartikulasikan dan mempertemukan kepentingan yang menjadi bagian

19
mereka lebih dari pada berusah untuk mengontrol atau mengendalikan

masyarakat pada petunjuk baru. Value People, not Just Productivity: Organisasi

publik dan kerangka kerjanya dimana mereka berpartisipasi dan lebih sukses

dalam kegiatannya kalau mereka mengoperasikan sesuai dengan proses

kebersamaan dan mendasarkan diri pada kepemimpinan yang hormat pada

semua orang.

g. Semua paradigma di atas menunjukan bahwa dalam dua dasawarsa terakhir,

telah terjadi perubahan orientasi administrasi publik yang sangat cepat.

Kegagalan yang dihadapi oleh suatu negara, telah disadari sebagai akibat dari

ketidakberesan administrasi publik. ini menunjukan bahwa perhatian terhadap

pengaruh administrasi publik semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa

paradigmana NPM kepada kepuasan pelanggan, NPS orientasinya kepada

kualitas pelayanan publik. karena objek dari disiplin Ilmu Administrasi Publik

adalah pelayanan publik sehingga yang utamanya dikaji adalah keberadaan

berbagai organisasi publik atau organisasi pemerintah/negara.

2.1.2 Konsep Kebijakan Publik

Istilah kebijakan (policy) seringkali penggunaannya dipertukarkan dengan

istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang

ketentuan-ketentuan, usulan-usulan dan rancangan besar. Syafiie (2006:104) (dalam

Tahir, 2015), mengemukakan bahwa kebijakan (policy) hendaknya dibedakan dengan

kebijaksanaan (wisdom) karena kebijaksanaan merupakan pengejawantahan aturan

yang sudah ditetapkan sesuai situasi dan kondisi setempat oleh person pejabat yang

20
berwenang. Untuk itu syafiie mendefinisikan kebijakan publik adalah semacam

jawaban terhadap suatu masalah karena akan merupakan upaya memecahkan,

mengurangi, dan mencegah suatu keburukan serta sebaliknya menjadi penganjur,

inovasi, dan pemuka terjadinya kebaikan dengan cara terbaik dan tindakan terarah.

Secara konseptual kebijakan publik dapat dilihat dari Kamus Administrasi

Publik Chandler dan Plano (1998:107) (dalam Pasolong, 2019), mengatakan bahwa

kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber-sumber daya

yang ada untuk memecahkan masalah publik atau pemerintah. Bahkan Chandler dan

Plano beranggapan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk investasi yang

kontinu oleh pemerintah demi kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam

masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut nerpartisipasi dalam pemerintahan.

Pengertian lain yakni dari Keban (2004:55) (dalam Tahir, 2015), menurutnya

“Publik Policy dapat dilihat dari konsep filosifis, sebagai suatu produk, sebagai suatu

proses, dan sebagai suatu dan sebagai suatu kerangka kerja. Sebagai konsep filosofis,

kebijakan merupakan serangkaian prinsip, atau kondisi yang diinginkan, sebagai suatu

produk, kebijakan dipandang sebagai serangkaian kesimpulan atau rekomendasi, dan

sebagai suatu proses, kebijakan dipandang sebagai suatu cara dimana melalui cara

tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya, yaitu

program dan mekanisme dalam mencapai produknya, dan sebagai suatu kerangka

kerja, kebijakan merupakan suatu proses tawar menawar dan negosiasi untuk merumus

isu-isu dan metode implementasinya”.

21
Selain itu, Chaizi Nasucha (2003:37) (dalam Pasolong 2019), mengatakan

bahwa kebijakan publik adalah kewenangan pemerintah dalam pembuatan suatu

kebijakan yang digunakan ke dalam perangkat peraturan hukum. Kebijakan tersebut

bertujuan untuk menyerap dinamika sosial dalam masyarakat, yang akan dijadikan

acuan perumusan kebijakan agar tercipta hubungan sosial yang harmonis.

Berdasarkan beberapa uraian definisi kebijakan publik dari para ahli diatas,

dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan segala peraturan dan tindakan

pemerintah yang telah disusun serta dilaksanakan untuk kepentingan umum atau

masyarakat (publik).

2.1.3 Pemberdayaan UMKM

Menurut Hikmat (2010 : 3), mengartikan pemberdayaan adalah sebagai proses

pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan

keputusan tersebut. Pengambilan keputusan tersebut merupakan hasil dari perencanaan

yang dilakukan oleh orang dalam kegiatan organisasi baik keputusan secara individu

maupun kolektif berdasarkan aturan dan norma yang berlaku dalam organisasi.

Wuradji (2009 : 3) mengatakan bahwa, pemberdayaan adalah sebuah proses

penyadaran masyarakat yang dilakukan secara transformative, partisipatif, dan

berkesinambungan melalui peningkatan kemampuan dalam menangani berbagai

persoalan dasar yang dihadapi dan meningkatkan kondisi hidup sesuai dengan

harapan.

Chamber (1995), mengatakan bahwa Pemberdayaan masyarakat adalah konsep

pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun

22
paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat people-centered, participatory,

empowerment and sustainable, Lebih jauh Chamber menjelaskan bahwa upaya untuk

memberdayakan masyarakat (empowering) dapat dikaji dari 3 (tiga) aspek : Pertama,

ENABLING yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat

dapat berkembang. Kedua, EMPOWERING yaitu memperkuat potensi yang dimiliki

masyarakat melalui langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai

input dan pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat

semakin berdaya. Ketiga, PROTECTING yaitu melindungi dan membela kepentingan

masyarakat lemah.

Dalam UU No.20/2008 tentang UMKM, didefinisikan bahwa pemberdayaan

adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan

Masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha

terhadap UMKM sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang

tangguh dan mandiri. Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan

Pemerintah Daerah untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara

sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di

berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan

berusaha yang luas-luasnya. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui pemberian fasilitas bimbingan

23
pendampingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan

kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Pemberdayaan UMKM diselenggarakan sebagai kesatuan dan pembangunan

perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat. Dengan dilandasi

dengan asas kekeluargaan, upaya pemberdayaan UMKM merupakan bagian dari

perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,

keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh

rakyat Indonesia. Asas Kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh

UMKM dan Dunia Usaha secara bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat. Asas Efisiensi adalah asas yang mendasari pelaksanaan

pemberdayaan UMKM dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha

untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdayasaing. Asas

Berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses

pembangunan melalui pemberdayaan UMKM yang dilakukan secara

berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri. Asas

Berwawasan Lingkungan adalah asas pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan

tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan

hidup. Asas Kemandirian adalah usaha pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan

tetap menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian UMKM

(UU No. 20/2008).

24
Prinsip Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UU No. 20/2008)

adalah:

a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri.

b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan.

c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai

dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan 10

e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

Sedangkan Tujuan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UU

No. 20/2008) adalah:

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan

berkeadilan.

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri, dan

c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan

daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan

ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

2.1.4 Pentingnya Pemberdayaan UMKM

Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 240 juta orang (menurut sensus

2010), ternyata hanya 0,24 persen adalah para wirausaha (interpreneur), atau hanya

25
sekitar 400.000 orang yang berkecimpung dalam dunia usaha atau UMKM. Padahal

agar perekonomian Indonesia dapat berkembang lebih cepat diperlukan lebih dari 2

persen dari jumlah penduduk sebagai wirausaha atau berkecimpung dalam UMKM.

Singapura, sebuah negara kecil namun mempunyai 7 persen dari jumlah penduduknya

merupakan wirausaha dan mempunyai banyak UMKM. Peran Pemerintah melalui

Beberapa Program Pemberdayaan UMKM perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM) di Indonesia tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam

penyaluran kredit kepada UMKM. Setiap tahun kredit kepada UMKM mengalami

pertumbuhan dan secara umum pertumbuhannya lebih tinggi dibanding total kredit

perbankan. Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan

menengah yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil dan menengah

sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Berdasarkan UU

tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan

batasan tertentu kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan. Keberhasilan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia juga tidak terlepas dari dukungan

dan peran pemerintah dalam mendorong penyaluran kredit kepada UMKM.

Peran pemerintah dalam skim-skim kredit UMKM ini adalah pada sisi

penyediaan dana APBN untuk subsidi bunga skim kredit dimaksud, sementara dana

kredit/pembiayaan seluruhnya (100%) berasal dari bank-bank yang ditunjuk

pemerintah sebagai bank pelaksana. Selain itu pemerintah berperan dalam penyiapan

UMKM agar dapat dibiayai dengan skim dimaksud, menetapkan kebijakan dan

prioritas usaha yang akan menerima kredit, melakukan pembinaan dan pendampingan

26
selama masa kredit, dan memfasilitasi hubungan antara UMKM dengan pihak lain.

Pada dewasa ini skim kredit yang sangat familiar di masyarakat adalah Kredit

Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sehingga peranan Bank Indonesia dalam

pengembangan UMKM berubah menjadi tidak langsung. Pendekatan yang digunakan

kepada UMKM bergeser dari development role menjadi promotional role. Pendekatan

yang memberikan subsidi kredit dan bunga murah sudah bergeser kepada pendekatan

yang lebih menitikberatkan pada kegiatan pelatihan kepada petugas bank, penelitian

dan penyediaan informasi.Sabirin (2001) menjelaskan bahwa untuk memberdayakan

masyarakat golongan ekonomi lemah atau sektor usaha kecil adalah dengan

menyediakan sumber pembiayaan usaha yang terjangkau. Salah satu strategi

pembiayaan bagi golongan ini adalah usaha kredit mikro. Lembaga keuangan mikro

merupakan institusi yang menyediakan jasa-jasa keuangan penduduk yang

berpendapatan rendah dan termasuk dalam kelompok miskin. Lembaga keuangan

mikro ini bersifat spesifik karena mempertemukan permintaan dana penduduk miskin

atas ketersediaan dana. Bagi lembaga keuangan formal perbankan, penduduk miskin

akan tidak dapat terlayani karena Kesuksesan pemberdayaan UMKM akan terwujud

bila semua stakeholder berperan secara bersama-sama sesuai peran masing-masing.

Baik regulator termasuk Pemerintah Daerah, para pelaku UMKM dan dunia perbankan

yang dapat bekerja sesauai dengan tugas dan fungsinya, maka keberhasilan dan

kemajuan UMKM akan cepat terlaksana. Sehingga pada akhirnya peningkatan

penerimaan pajak dari sisi penggalian wajib pajak baru maupun nilai pajaknya akan

terus meningkat.

27
Pemerintah sebagai regulator, pada dasarnya telah banyak mengeluarkan

program atau skim yang telah disediakan untuk memberdayakan UMKM. Program ini

hendaknya terus dioptimalisasikan.

Program-program tersebut antara lain: Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), KKPE adalah kredit investasi atau modal kerja

yang diberikan dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, dan diberikan

melalui kelompok tani atau koperasi. Program Usaha Agrobisnis Pertanian (PUAP)

Usaha Rakyat (KUR), yang khusus diperuntukkan bagi UMKM dengan kategori usaha

layak, namun tidak mempunyai agunan yang cukup dalam rangka persyaratan

perbankan. KUR adalah Kredit atau pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi yang

tidak sedang menerima Kredit atau Pembiayaan dari Perbankan dan/atau yang tidak

sedang menerima Kredit Program dari Pemerintah pada saat permohonan

Kredit/Pembiayaan diajukan. Tujuan akhir diluncurkan Program KUR adalah

meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja.

KUR merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada UMKM dalam bentuk

pemberian modal kerja dan investasi untuk usaha produktif yang feasible namun

belum bankable. Tujuannya adalah tercapainya percepatan pengembangan sektor riil

(terutama sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan serta industri).

Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri (PNPM), Demikian juga program-program yang dikeluarkan oleh

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL). Program ini berangkat dari kepedulian dari BUMN untuk

28
memberdayakan UMKM melalui bagian laba sebesar 2,5 persen yang digunakan

untuk pemberdayaan UMKM. Disisi lain Kementrian Koperasi dan UMKM dan

Kementrian lainnya langsung melakukan pembinaan terhadap UMKM di seluruh

wilayah tanah air. Termasuk Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan

langsung melakukan pembinaan dan pemberian fasilitas pajak kepada UMKM.

Diharapkan juga pemberdayaan UMKM akan dilakukan oleh pihak swasta melalui

Corporate Social Responsibility (CSR) yang mereka miliki, antara lain melalui bapak

angkat, plasma, pembinaan manajemen dan berbagai kegiatan untuk pemasaran

produk UMKM. CSR diharapkan juga digulirkan oleh industri perbankan Indonesia

guna memberikan kemudahan dan akses kredit kepada para pelaku UMKM. Mengacu

pada sasaran dan arah kebijakan pemberdayaan UMKM sebagaimana uraian di atas,

maka diperlukan strategi pada tatanan makro, dan mikro melalui implementasi

program-program pemberdayaan UMKM seperti sebagai berikut : Insentif, Kebijakan,

Pendapatan, Negara,Pembebasan bea masuk, PPN tidak dipungut/dibebaskan, Fasilitas

PPh, Kebijakan Belanja, Negara, Subsidi Pajak Ditanggung Permerintah, Protektif.

2.1.5 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

UMKM merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja

dan berperan dalam proses peningkatan pendapatan masyarakat, bahkan dimasa krisis

UMKM dikenal mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah mendorong

usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk terus tumbuh sehingga bisa lebih

banyak menyerap tenaga kerja. UMKM diharapkan semakin berperan dalam menekan

angka pengangguran. Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan (Depkop, 2012)

29
mengungkapkan, pertumbuhan UMKM di Indonesia meningkat pesat dua tahun

terakhir. Bila dua tahun lalu jumlah UMKM berkisar 52,8 juta unit usaha,pada 2011

sudah bertambah menjadi 55,2 juta unit. Jumlah UMKM yang terus meningkat ini

diharapkan bisa sebanding dengan penyerapan tenaga kerja.

Dalam perekonomian Indonesia UMKM merupakan kelompok usaha yang

memiliki jumlah paling besar dan terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan

krisis ekonomi. Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan

Menengah telah diatur dalam payung hukum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa

kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah.

Menurut Rahmana (2008), beberapa lembaga atau instansi bahkan memberikan

definisi tersendiri pada Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah

Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM),

Badan Pusat Statistik (BPS), Keputusan Menteri Keuangan No 316/KMK.016/1994

tanggal 27 Juni 1994. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu

dengan yang lainnya.

Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

(Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk

Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih

paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan

30
memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha

Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang

memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000,

tidak termasuk tanah dan bangunan.

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas

tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja

5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki

tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai

perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai

penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva

setinggitingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri

dari : (1) badang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan

(pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan,

penambang, pedagang barang dan jasa).

2.1.6 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Menurut (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008) Tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah juga dijelaskan perbedaan kriteria UMKM dengan Usaha Besar

sebagai berikut:

31
1. Usaha Mikro: aset maksimal Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan omzet maksimal Rp

300,000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) per tahun.

2. Usaha Kecil: aset lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai

dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha dan omzet maksimal lebih dari Rp 300,000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta

rupiah) per tahun.

3. Usaha Menengah: aset lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha dan omzet lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 )lima puluh miliar)

per tahun.

4. Usaha Besar: aset lebih dari Rp Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan omzet lebih dari Rp

50.000.000.000,00 (lima puluh miliar) per tahun

2.1.7 Konsep Implementasi Kebijakan Publik

Kebijakan yang telah dibuat, perlu di implementasikan atau di laksanakan.

Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh policy maker bukanlah

jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Jadi

implementasi kebijakan merupakan tahapan pelaksanaan keputusan diantara

pembentukan sebuah kebijakan.

32
Dunn (1981:56) dalam Tahir (2015:53), memberikan argumennya tentang

implementasi kebijakan sebagai berikut:

“Policy implementation is essentially a practical activity, as distinguished from

policy formulation, which is essentilly theoretical. Yang artinya, Implementasi

kebijakan pada hakekatnya adalah kegiatan praktis, yang dibedakan dengan perumusan

kebijakan yang pada dasarnya bersifat teoritis.

Sementara itu, Josy Adiwisastra dalam prolognya pada buku Tachjan (2006:xii)

dalam Tahir (2015:54) menegaskan, bahwa “Implementasi kebijakan merupakan

sesuatu yang penting. Kebijakan publik yang dibuat hanya akan menjadi ‘macan kertas’

apabila tidak berhasil dilaksanakan”. Selanjutnya, masih menurut Josy Adiwisastra

dalam prolognya pada buku Tachjan (2006:xii) bahwa “Keberhasilan implementasi

kebijakan publik kadangkala tidak hanya memerlukan rasionalitas, tapi juga

kemampuan pelaksana untuk memahami dan merespon harapan-harapan yang

berkembang di masyarakat, dimana kebijakan publik tersebut akan dilaksanakan”.

Kemudian menurut Van Horn (Wahab, 1997) dalam Tahir (2015:55)

mengartikan implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh baik

individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta

yang diarahkan pada pencapaian-pencapaian tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam

kebijakan.

Berangkat dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

Implementasi kebijakan adalah salah satu tahapan paling penting untuk menentukan

33
bagaimana menyelesaikan konflik atau masalah yang terjadi di masyarakat dalam

menunjang sebuah keberhasilan suatu kebijakan publik. Implementasi kebijakan

merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk melihat apakah sebuah kebijakan public

berjalan sesuai dengan prosedur, apakah pemerintah dan masyarakat mendapat keadilan

atau kerugian dan keuntungan seperti halnya dalam Penelitian ini yaitu bagaimana

Implementasi kebijakan yang di terapkan oleh pemerintah terhadap pelaku UMKM

yang terdampak pandemi covid-19.

2.1.8 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik

Berikut beberapa model-model dari implementasi kebijakan:

1. Model George C. Edwards III

Edwards III (1980:9) dalam Tahir (2015:61), mengemukakan: “In our

approuch to the study of policy implementation, we begin in the abstract and ask:

What are the precondition foe succesful policy implementation? What are primary

obstacles to succesfull policy implementation?”. Setidaknya George C. Edwards III

mengatakan bahwa di dalam pendekatan studi implementasi kebijakan pertanyaan

abstraknya dimulai dari bagaimana pra kondisi untuk suksesnya kebijakan publik dan

kedua adalah apa hambatan utama dari kesusksesan kebijakan publik.

Untuk menjawab pertanyaan penting itu, maka Edwards III (1980:10) dalam

Tahir (2015:61) menawarkan dan mempertimbangkan empat faktor dalam

mengimplementasikan kebijakan publik, yakni: Communication, Resourches,

Dispotition or Attitudes, and Bureaucratic Structure, menjelaskan empat faktor

34
dimaksud yakni komunikasi, sumber daya, sikap pelaksana, struktur. Untuk jelasnya

dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Communication

Resourches

Implementation

Dispotition

Structure
Birokrasi

Gambar 2.1 Model Implementasi menurut Edwards III

a. Faktor Komunikasi

Faktor komunikasi ini menunjukkan peranan sebagai acuan agar pelaksana

kebijakan mengetahui persis apa yang akan mereka kerjakan. Ini berarti bahwa

komunikasi juga dapat dinyatakan dengan perintah dari atasan terhadap pelaksana-

pelaksana kebijakan sehingga penerapan kebijakan tidak keluar dari sasaran yang

dikehendaki. Dengan demikian komunikasi tersebut harus dinyatakan dengan jelas,

tepat dan konsisten.

b. Faktor Sumber Daya (Resourches)

Faktor sumber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi

kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistennya ketentuan-ketentuan atau

aturan-aturan suatu kebijakan, jika para personil yang bertanggung jawab

35
mengimplementasikan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber untuk

melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut tidak

akan bisa efektif.

Sumber daya yang penting meliputi staf dalam ukuran yang tepat dengan

keahlian yang diperlukan, informasi yang cukup dan relevan tentang cara utntuk

mengimplementasikan kebijakan dan dalam implementasi; kewenangan untuk

meyakinkan bahwa kebijakan ini dilakukan semuanya sebagai dimaksudkan; dan

berbagai fasilitas (termasuk bangunan, peralatan, tanah dan persediaan) di

dalamnya atau dengan memberikan pelayanan. Sumber daya yang tidak cukup akan

berarti bahwa undang-undang tidak akan diberlakukan, pelayanan tidak akan

diberikan, dan peraturan-peraturan yang layak tidak akan dikembangkan.

c. Faktor Sikap Pelaksana (Dispotition)

Sikap pelaksana merupakan faktor penting ketiga dalam pendekatan

mengenai studi implementasi kebijakan publik. Jika implementasi kebijakan

diharapkan berlangsung efektif, para pelaksana kebijakan tidak hanya harus

mengetahui apa yang harus dilakukan dan memiliki kapabilitas untuk

melaksanakan tetapi mereka juga harus mempunyai keinginan untuk melaksanakan

kebijakan tersebut. Jika para pelaksana mendapatkan disposisi yang baik terhadap

kebijakan tertentu, mereka cenderung melaksanakannya diluar yang telah

diharapkan pembuat kebijakan sebelumnya. Tetapi ketika perilaku dan perspektif

para pelaksana berbeda dari pembuat kebijakan, proses implementasi kebijakan

menjadi secara tak terbatas lebih membingungkan.

36
d. Faktor Struktur Birokrasi (Bureaucratic Strukture)

Meskipun sumber daya untuk mengimplementasikan kebijakan telah

mencukupi dan para pelaksana mengetahui apa yang harus dilakukan serta bersedia

melaksanakannya, implementasi kebijakan masih terhambat oleh inefesiensi

struktur birokrasi. Fragmentasi organisasi dapat menghambat koordinasi yang

diperlukan guna keberhasilan kompleksitas implementasi sebuah kebijakan yang

membutuhkan kerja sama dengan banyak orang. Hal ini menyebabkan terbuangnya

sumber daya yang langka, menutup kesempatan, menciptakan kebingungan,

menggiring kebijakan-kebijakan untuk menghasilkan tujuan silang, dan

mengakibatkan fungsi-fungsi penting menjadi terlupakan.

2. Model Donald Van Meter dan Carel Van Horn

Van Meter dan Van Horn (dalam Wibawa et al., 1994:19) dalam Tahir

(2015:71), “Merumuskan sebuah abstraksi yang menunjukkan hubungan antar

berbagai variabel yang mempengaruhi kinerja suatu kebijakan”. Selanjutnya Van

Meter dan Van Horn dalam Tahir (2015:71-72) mengemukakan ada enam variabel

yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni: 1) Standar dan sasaran kebijakan,

2) Sumberdaya, 3) Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktifitas, 4)

Karakteristik agen pelaksana, 5) Lingkungan ekonomi, sosial dan politik, 6) Sikap

para pelaksana. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Standar Aktivitas
dan implementasi dan
Tujuan Komunikasi antar
organisasi
KINERJA KEBIJAK
AKAN PUBLIK

37

Karakteristik dari Kecenderungan dari


agen pelaksana
pelaksana/Implem (disposition) dari
N PUBLIK
K
Kondisi
Sumberda
ekonomi, sosial
ya
dan politik

Gambar 2.2 Model Implementasi menurut Donald Van Meter dan Van Horn

3. Model Devid L. Weimer dan Aidan R. Vining

Pandangan Devid L. Weimwer dan Aidan R. Vining dalam Tahir (2015:76)

yang mengemukakan ada tiga kelompok variabel besar yang dapat mempengaruhi

keberhasilan implementasi suatu program, yakni:

1) Logika kebijakan,

2) Lingkungan tempat kebijakan dioperasionalkan, dan

3) Kemampuan implementator kebijakan.

Tiga kelompok diatas masing-masing harus senantiasa menjadi fokus

perhatian dan pengambil kebijakan.Model tersebut digambarkan sebagai berikut:

Logika
Kebijakan

Lingkungan
Kebijakan

Implementasi 38
Kebijakan

Kemampuan
Implementator
Gambar 2.3 Model Implementasi menurut Devid L. Weimer dan Aidan R. Vining

4. Model Charles O. Jones

Jones (1996:166) dalam Tahir (2015:81) mengatakan bahwa implementasi

kebijakan adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah

program dengan memperhatikan tiga aktivitas utama kegiatan. Menurut Jones

ketiga aktivitas tersebut dapat mempengaruhi implementasi kebijakan. Tiga

aktivitas dimaksud adalah:

a. Organisasi, pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit-unit serta

metode untuk menunjang agar program berjalan

b. Interpretasi, menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang

tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan

c. Aplikasi (penerapan), berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan rutin yang

meliputi penyediaan barang dan jasa.

Implementasi
Kebijakan
Organisasi

Interpretasi

Aplikasi

39
Gambar 2.4 Model Implementasi menurut Charles Jhones

5. Model Rippley dan Franklin

Ripleyy dan Franklin dalam Tahir (2015:95) mengemukakan bahwa kriteria

pengukuran keberhasilan implementasi kebijakan didasarkan pada tiga perspektif,

yaitu:

1. Perspektif kepatuhan birokrasi yang lebih rendah terhadap birokrasi di atasnya

2. Perspektif kelancaran rutinitas dan tiadanya masalah

3. Perspektif pelaksanaan yang mengarah kepada kinerja yang memuaskan semua

pihak terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan.

Kepatuhan
Birokrasi

Keberhasilan
Implementasi Kelancaran rutinitas
Kebijakan dan tiada masalah

Kinerja

Gambar 2.5 Model Implementasi menurut Rippley dan Franklin

2.1.9 Kebijakan Pemerintah Kota Gorontalo Dalam Pemberdayaan UMKM


Sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah serta Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

40
Republik Indonesia No. 01 Tahun 2020 tentang petunjuk teknis penggunaan Dana

Alokasi Khusus Nonfisik peningkatan kapasitas koperasi, usaha kecil, dan menengah.

Maka pemeritah kota Gorontalo mengeluarkan Surat Edaran Gubernur Gorontalo

nomor 510/DKUPP/512 Tahun 2020 tentang Penggunaan Produk IKM dan UMKM.

Yang berisi Himbauan kepada instansi Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam

membeli bahan keperluan sehari-hari agar memprioritaskan untuk menggunakan

produk usaha IKM dan UMKM,

Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan

pemberdayaan UMKM adalah  pemerintah bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI)

dan Otoritas jasa Keuangan (OJK) mewujudkan tiga kelompok kebijakan. Yakni

kebijakan restrukturisasi kredit UMKM dengan melakukan relaksasi penilaian kualitas

aset serta penundaan pokok dan subsidi bunga, kebijakan modal kerja dengan memberi

kredit modal kerja berbunga murah serta penjaminan kepada Askrindo dan Jamkrindo,

serta dukungan lainnya dengan pemberian insentif PPh final UMKM yang ditanggung

pemerintah, dan bantuan Presiden produktif usaha mikro.

Dana untuk kebijakan tersebut sebesar Rp 123,46 triliun dari Rp 695,2 triliun

yang dialokasikan khusus untuk menangani Covid-19 pada 2020.  Jika dirinci, yakni

subsidi bunga sebesar Rp35,28 triliun; penempatan dana untuk restrukturisasi sebesar

Rp78,78 triliun; belanja imbal jasa penjamin (IJP) sebesar Rp5 triliun, PPh final

UMKM ditanggung pemerintah DTP sebesar Rp2,4 triliun; serta pembiayaan investasi

kepada koperasi melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (LPDB KUMKM) sebesar Rp 1 triliun.

41
Sementara secara regional, Kepala Bappeda Provinsi Gorontalo Pak Budiyanto

Sidiki menyatakan, bahwa kebijakan pemerintah pusat sebetulnya terintegrasi juga

dengan kebijakan daerah. Refocusing dana-dana transfer pemerintah daerah, selama

pandemi Covid-19 digunakan untuk pemulihan ekonomi. Misalnya melalui Banpres

Produktif Usaha Mikro (BPUM) atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp 2,4

juta tahap pertama yakni Tahun 2020 dan kemudian tahap kedua yakni Tahun 2021

sebesar Rp 1,2 juta untuk pelaku UMKM di Gorontalo.

Tidak hanya itu saja, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo pun juga

menyiapkan bantuan program Stimulus Pemulihan Ekonomi Daerah (SPEDA) bagi

pelaku UMKM. Bantuan tersebut sudah diserahkan secara simbolis oleh Gubernur

Gorontalo, Rusli Habibie pada 30 Desember 2020. SPEDA sendiri adalah bantuan

pemprov melalui Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan dengan

mengalokasikan anggaran sebesar Rp3,5 miliar. Ada setidaknya 2.270 UMKM di tiga

kabupaten yakni Kabupaten Gorontalo Utara, Boalemo, dan Pohuwato. Adapun

besaran bantuan SPEDA ini untuk setiap pelaku UMKM adalah sebesar Rp1,5 juta.

Bantuan SPEDA sebetulnya adalah bantuan yang sudah disiapkan Pemprov

Gorontalo kepada pelaku UMKM yang tidak mendapat bantuan BPUM tadi. Cuma

memang alokasi bantuannya tidak terlalu besar, jadi jalan keluarnya adalah menyasar

usaha ultra mikro yang modalnya kecil dan terdampak pandemi COVID-19. Tapi

memang bertahap, di kucurkan pada 2020 dan mungkin akan sampai pada 2021.

Kemudian untuk total anggarannya yakni Rp 3 Miliar.

2.1.10 Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Progam atau Kebijakan

42
Dalam proses pelaksanaan program atau kebijakan pemerintah terhadap

pemberdayaan UMKM, terdapat faktor-faktor yang dikemukakan oleh David L.

Weimer Dan Aidan R. Vining (1999:396) dikutip dalam Subarsono ada tiga kelompok

variabel besar yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi program, yakni:

(1) logika kebijakan, (2) lingkungan tempat kebijakan dioperasikan, (3) kemampuan

Implementator kebijakan.

1. Logika dari suatu kebijakan ini dimaksudkan agar suatu kebijakan yang

diterapkan masuk akal (reasonable) dan mendapat dukungan teoritis.

2. Lingkungan tempat kebijakan tersebut dioperasikan akan mempengaruhi

keberhasilan implementasi suatu kebijakan.

3. Kemampuan Implementator keberhasilan suatu kebijakan dapat dipengaruhi

oleh tingkat kompetensi dan keterampilan dari para Implementator kebijakan.

2.1.11 Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum

pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini

dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan

manusia). Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih

belum diketahui. Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke

manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), Orang yang paling berisiko tertular

penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang

merawat pasien COVID-19 (Kemenkes RI, 2020). Tanda dan gejala umum infeksi

covid-19 termasuk gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak

43
napas. Masa inkubasi rata-rata adalah 5 - 6 hari dengan masa inkubasi demam, batuk,

dan sesak napas. Pada kasus yang parah, covid-19 dapat menyebabkan pneumonia,

sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian (Tosepu et al., 2020).

Indonesia adalah negara berkembang dan terpadat keempat di dunia, dengan

demikian diperkirakan akan sangat menderita dan dalam periode waktu yang lebih

lama. Ketika coronavirus novel SARS-CoV2 melanda Cina paling parah selama

bulan-bulan Desember 2019 – Februari 2020. Pada 27 Januari 2020, Indonesia

mengeluarkan pembatasan perjalanan dari provinsi Hubei, yang pada saat itu

merupakan pusat dari COVID-19 global, sementara pada saat yang sama

mengevakuasi 238 orang Indonesia dari Wuhan. Presiden Joko Widodo melaporkan

pertama kali menemukan dua kasus infeksi COVID-19 di Indonesia pada 2 Maret

2020 (Djalante et al., 2020). Pasien yang terkonfirmasi covid-19 di Indonesia berawal

dari suatu acara di Jakarta dimana penderita kontak dengan seseorang warga Negara

asing (WNA) asal Jepang yang tinggal di Malaysia. Setelah pertemuan tersebut

penderita mengeluh demam, batuk dan sesak nafas (WHO, 2020).

WHO mengumumkan COVID-19 pada 12 Maret 2020 sebagai pandemi.

Jumlah kasus di Indonesia terus meningkat dengan pesat, hingga Juni 2020 sebanyak

31.186 kasus terkonfirmasi dan 1851 kasus meninggal (PHEOC Kemenkes RI, 2020).

Kasus tertinggi terjadi di Provinsi DKI Jakarta yakni sebanyak 7.623 kasus

terkonfirmasi dan 523 (6,9%) kasus kematian (PHEOC Kemenkes RI, 2020). WHO

mengeluarkan enam strategi prioritas yang harus dilakukan pemerintah dalam

menghadapi pandemi covid-19 pada tangal 26 Maret, yang terdiri dari Perluas, latih,

44
dan letakkan pekerja layanan kesehatan; Menerapkan sistem untuk dugaan kasus;

Tingkatkan produksi tes dan tingkatkan layanan kesehatan; Identifikasi fasilitas yang

dapat diubah menjadi pusat kesehatan coronavirus; Mengembangkan rencana untuk

mengkarantina kasus; dan Refokus langkah pemerintah untuk menekan virus (WHO,

2020).

Wabah ini telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Virus ini

sempat membuat semua kegiatan sehari-hari manusia terhambat. Karantina saja

mungkin tidak cukup untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 ini, dan dampak

global dari infeksi virus ini adalah salah satu yang semakin memprihatinkan (Sohrabi

et al., 2020). Pemerintah Indonesia telah melakukan banyak langkah-langkah dan

kebijakan untuk mengatasi permasalahan pandemi ini. Salah satu langkah awal yang

dilakukan oleh pemerintah yaitu mensosialisasikan gerakan Social Distancing untuk

masyarakat. Langkah ini bertujuan untuk memutus mata rantai penularan pandemi

covid-19 ini karena langkah tersebut mengharuskan masyarakat menjaga jarak aman

dengan manusia lainnya minimal 2 meter, tidak melakukan kontak langsung dengan

orang lain serta menghindari pertemuan massal (Buana D.R, 2020).

45
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan diantaranya:

Tabel 2.1
Penelitian Relevan
Rumus
Nama Peneliti/Judul Metode
No. Masalah/Fokus Kesimpulan Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian Penelitian
Penelitian
1. Yuniar Citra Dewi Rumusan Masalah Dalam Hasil dari penelitian ini Implementasi Penelitian ini
Soedjito(2018)/ dalam penelitian penelitian ini antara lain: Pemerintah Kebijakan Pemerintah memaparkan
Implementasi ini adalah penulis Kota Malang belum Dalam Pengembangan implementasi
Kebijakan 1. Bagaimana menggunakan menindaklanjuti peraturan Dan Pemberdayaan kebijakan
Pemerintah Kota implementasi metode perundangundangan yang Usaha Mikro, Kecil pemerintah Kota
Malang Dalam kebijakan deskriptif lebih tinggi yaitu Undang- Dan Menengah Malang terhadap
Pengembangan Dan pemerintah Kota kualitatif Undang Nomor 20 Tahun (Umkm) UMKM dalam
Pemberdayaan Usaha Malang dalam dengan teknik 2008 tentang Usaha kurun waktu
Mikro, Kecil Dan pengembangan pengumpulan Mikro, Kecil dan tahun 2013
Menengah (Umkm) dan pemberdayaan data melalui Menengah (UMKM) ke hingga 2018
UKM di Kota wawancara dalam peraturan daerah
Malang dalam dan dan peraturan-peraturan

46
yang lebih rendah lainnya.
kurun waktu tahun
Dengan demikian,
2013 hingga 2018?
dibutuhkan kemampuan
2. Kendala apa
untuk menerjemahkan
saja yang terjadi
kesulitan dari hukum atau
dalam dokumentasi.
aturan ke dalam tindakan
pengembangan
termasuk didalamnya
dan pemberdayaan
sejumlah komponen yang
UKM di Kota
ternyata tidak ditemukan
Malang?
di lapangan.
2. Lisa Rumusan Masalah Dalam Hasil dari penelitian ini Menggunakan metode Penelitian ini
Anggreani(2017)/Im dalam penelitian in penelitian ini ialah kepatuhan dinas penelitian kualitatif menggunakan
plementasi Kebijakan adalah : penulis koperasi dan UMKM tori dari Marilee
Penanggulangan Bagaimana menggunakan menjalankan perintah S. Grindle
Kemiskinan Berbasis Implementasi metode yang mengacu pada dengan mengukur
Usaha Mikro Kecil Kebijakan kualitatif. Peraturan daerah keberhasilan
Menengah (UMKM) Penanggulangan nomor 02 tahun 2016 implementasi
Di Kabupaten Kemiskinan tentang dana bergulir. kebijakan melalui
Sidoarjo Berbasis Usaha Kemudian kemampuan dua variabel yaitu
Mikro Kecil Implementator variabel isi
Menengah melakukan apa yang kebijakan dan
(UMKM) Di dianggap tepat sebagai

47
keputusan pribadi dalam
menghadapi
pengaruh eksternal dan
faktor non-organisasional,
tau pendekatan faktual lingkungan
Kabupaten
Program dari kebijakan implementasi
Sidoarjo?
dinilai berhasil apabila kebijakan.
program tersebut
membawa
dampak seperti yang
dinginkan.
3. Ratnawaty Rumusan masalah Dalam Berdasarkan hasil Menggunakan metode Penelitian ini
Marginingsih dalam penelitian penelitian ini pembahasan dapat penelitian kualitatif tidak
(2021)/Program ini adalah penulis disimpulkan bahwa menganalisis
Pemulihan Ekonomi bagaimana menggunakan Program Pemulihan tentang
Nasional Sebagai Program metode Ekonomi Nasional (PEN) pemberdayaan
Kebijakan Pemulihan deskriptif memiliki dampak positif UMKM Di Masa
Penanggulangan Ekonomi Nasional kualitatif bagi sektor UMKM pada pandemi Covid-
Dampak Pandemi (PEN) sebagai masa pandemi covid-19 19
Covid-19 Pada Sektor kebijakan sebagai langkah kebijakan
UMKM penanggulangan yang diambil oleh
dampak pandemi pemerintah untuk

48
Covid-19 pada mendukung pemulihan
sector UMKM? perekonomian nasional
khususnya sektor UMKM
yang memiliki kontribusi
cukup besar. Stimulus
kebijakan penanganan
pandemi sektor UMKM
yang meliputi penundaan
pokok dan bunga UMKM
dan UMi, subsidi bunga
kredit dan UMi, insentif
perpajakan untuk UMKM,
penjaminan kredit modal
kerja untuk UMKM, Dana
Insentif Daerah (DID),
penyertaan bank dan
banpres produktif menjadi
strategi penyelematan
pelaku usaha UMKM
untuk mampu bertahan
pada masa pandemi dan
meningkatkan

49
produktivitas serta kinerja
UMKM.

4. Lili Marlinah Rumusan masalah Metode yang Program Pemulihan Objek dalam penelitian Dalam penelitian
(2021)/ dalam penelitian digunakan Ekonomi Nasional ini lebih memfokuskan ini lebih
Memanfaatkan ini adalah dalam diharapkan berjalan sesuai ke UMKM yakni mendalami
Insentif Pajak Bagaimana penelitian ini dengan tujuannya, PP No. bagaimana UMKM tentang insentif
UMKM Dalam memanfaatkan adalah dengan 23/2020 mengatur prinsip mampu untuk bertahan perpajakan yakni
Upaya Mendorong Insentif Pajak metode pelaksanaan program PEN (Survive) selama pajak penghasilan
Pemulihan Ekonomi UMKM Dalam deskriptif, yang terdiri atas asas pandemi dan juga (PPh)
Nasional Upaya Mendorong yaitu melalui keadilan sosial yang menggunakan metode
Pemulihan studi literatur, sebesar-besarnya untuk kualitatif
Ekonomi Nasional teori atau kemakmuran rakyat.
kepustakaan Sebagai salah satu
sehingga program PEN adalah
memberikan Insentif perpajakan, maka
gambaran yang dimaksud adalah
tentang aspek- pajak penghasilan (PPh)
aspek Pasal 21 ditanggung
kehidupan pemerintah (DTP),
tertentu dari pembebasan PPh Pasal 22
populasi impor selama 6 bulan,

50
percepatan restitusi pajak
masyarakat pertambahan nilai (PPN),
yang diteliti serta peringanan PPh
Pasal 25 sebanyak 30%.

5. Sudrajat/ Rumusan Masalah Dalam Untuk mewujudkan salah Dalam penelitian ini Penelitian ini
Pemberdayaan dalam penelitian penelitian ini satu Tujuan Pembangunan membahas tentang bertujuan untuk
UMKM dalam ini adalah penulis Milenium (MDGs) yaitu bagaimana mewujudkan
Mewujudkan Tujuan Bagaimana menggunakan menanggulangi Memberdayakan tujuan
Pembangunan Pemberdayaan metode kemiskinan dan kelaparan UMKM, dan juga pembangunan
Milenium UMKM dalam deskriptif dapat dilakukan dengan menggunakan metode millennium salah
(Penanggulangan Mewujudkan kualitatif pemberdayaan ekonomi kualitatif satunya adalah
Kemiskinan) Tujuan kerakyatan dalam hal ini menanggulangi
Pembangunan pemberdayaan UMKM. kemiskinan dan
Milenium UMKM merupakan salah kelaparan.
(Penanggulangan satu barometer
Kemiskinan) perekonomian nasional.
Pemberdayaan UMKM
merupakan langkah yang
strategis dalam
meningkatkan dan
memperkuat dasar

51
kehidupan perekonomian
dari sebagian besar rakyat
Indonesia, khususnya
melalui penyediaan
lapangan kerja dan
mengurangi kesenjangan
serta mengurangi tingkat
kemiskinan.

6. Karla Meiva Rumusan Masalah Metode yang Untuk pelaksanaan Dalam penelitian ini Dalam penelitian
Lumempow,dkk dalam penelitian digunakan program atau memfokuskan pada ini hanya
(2021)/ Implementasi ini adalah dalam implementasi kebijakan bagaimana menggunakan 2
Kebijakan Bagaimana penelitian ini Bantuan Bagi Pelaku implementasi kebijakan faktor sebagai
Pemerintah Dalam Implementasi adalah Usaha Mikro (BPUM) di pemerintah terhadap faktor penentu
Pengembangan UKM kebijakan deskriptif Kecamatan Kawangkoan UMK, kemudian yakni Isu
Pada Era Pandemi pemerintah Dalam kualitatif. Barat sudah berjalan menggunakan metode Kebijakan dan
Covid-19 di Pengembangan dengan baik, tetapi harus penelitian yang sama Lingkungan
Kecamatan UKM Pada Era lebih lagi melibatkan yakni deskriptif Implementasi.
Kewangkoan Barat Pandemi Covid-19 Pemerintah Desa dan kualitatif.
Kabupaten Minahasa di Kecamatan Pemerintah Kecamatan.
Kewangkoan Barat Bagi penerima Bantuan
Kabupaten Bagi Pelaku Usaha Mikro

52
(BPUM) agar dapat
mempergunakan dana
bantuan sebagaimana
mestinya yaitu sebagai
modal usaha untuk
mengembangkan
Minahasa
usahanya di era pandemi
Covid-19 agar dapat
tercermin perubahan atau
dampak dari pelaksanaan
program bantuan bagi
pelaku usaha mikro ini.

53
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah serta Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 01 Tahun 2020 tentang

petunjuk teknis penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik peningkatan

kapasitas koperasi, usaha kecil, dan menengah. Maka pemeritah kota

Gorontalo mengeluarkan Surat Edaran Gubernur Gorontalo nomor

510/DKUPP/512 Tahun 2020 tentang Penggunaan Produk IKM dan

UMKM.

Dalam penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM

di Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19 terdapat fokus dan subfokus

penelitian yakni: 1) Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil

dan Menegah di Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19 yakni dilihat dari teori

Chamber yang terdiri dari 3 aspek penting yaitu: a. Pengembangan/Enabling, b.

Potensi atau Daya/Empowering, c. Kemandirian dan Meberdayakan mengandung

arti Melindungi/Protecting. Kemudian dalam melihat 2) faktor-faktor yang

menentukan Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menegah di Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19 ini peneliti menggunakan

teori David L. Meimner dan Aidan R. Vining dalam Tahir (2015:76) yang meliputi:

54
(1) Logika Kebijakan, (2) Lingkungan Tempat Kebijakan Dioperasikan, dan (3)

Kemampuan Implementator Kebijakan.

Berdasarkan deskripsi tersebut, maka kerangka konseptual da kerangka

berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Penelitian

Grand Theory

Administrasi publik, adalah (1) meliputi implementasi kebijakan pemerintah


yang telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik, (2) koordinasi
usaha-usaha perorangan dan kelompok untuk melaksanakan kebijakan
pemerintah. Hal ini meliputi pekerjaan sehari-hari pemerintah, (3) suatu
proses yang bersangkutan dengan pelaksanaan kebijakan-kebijakan
pemerintah, pengarahan kecakapan dan tknik-teknik yang tidak terhingga
jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap usaha terhadap sejumlah
orang.

Middle Theory
Implementasi Kebijakan
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah di Kota Gorontalo di Masa
Pandemi Covid-19:
a. Pengembangan/Enabling
b. Potensi atau Daya/Empowering
c. Kemandirian dan Meberdayakan
mengandung arti Melindungi/
Protecting
Chamber 1995

Operational Theory
Faktor-faktor Penentu keberhasilan Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil dan Mengenah di Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19:
a. Logika Kebijakan
b. Lingkungan Tempat Kebijakan Dioperasikan
55
c. Kemampuan Implementator Kebijakan
David L. Meimner dan Aidan R. Vining dalam Tahir (2015:76)
56
INPUT
Kurangnya pembeli dan menurunnya omset
penjualan Usaha Mikro Kecil dan Menegah
(UMKM) di Kota Gorontalo Di Masa Proses
Pandemi Covid-19 a. Implementasi Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) Di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19:
a) Pengembangan/Enabling
b) Potensi atau Daya/Empowering
UU No. 20 Tahun 2008
Permen No. 01 Tahun 2020 c) Kemandirian dan Meberdayakan mengandung arti
Surat Edaran Gubernur Gorontalo No. Melindungi/Protecting
510/DKUPP/512 Tahun 2020 CHAMBER (1995)
b. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan Implementasi
Kebijakan Pemberdayaan UMKM Di Kota Gorontalo Di
Masa Pandemi Covid-19:
a) Logika Kebijakan
b) Lingkungan Tempat Kebijakan Dioperasikan
c) Kemampuan Implementator Kebijakan
David L. Meimner dan Aidan R. Vining dalam Tahir
(2015:76)

OUTPUT
Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan
Menegah (UMKM) di Kota Gorontalo Di
Masa Pandemi Covid-19
57
Gambar 2.7 Kerangka Konseptual

58
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Latar, Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Latar penelitian

Latar penelitian adalah dimana lokasi penelitian dilakukan. Penentuan

lokasi penelitian ini merupakan tahap yang sangat penting. Penelitian ini

bertempat di Kota Gorontalo. Peneliti memilih lokasi ini, didasarkan pada

pertimbangan bahwa di lokasi ini memiliki masalah yang membuat peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Implementasi

Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menegah dan faktor-faktor apa

saja yang menentukan keberhasilan Implementasi Kebijakan Pemberdayaan

UMKM Di Masa Pandemi Covid-19 Di Kota Gorontalo dengan mendeskripsikan

hasil temuan penelitian.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan dalam menyusun proposal ini kurang

lebih 10 bulan terhitung dari bulan November sampai bulan Agustus yang dimulai

dari proses penyusunan proposal sampai pada ujian.

59
Tabel 3.1

Waktu Penelitian

Uraian Kegiatan Tahun 2020-2021


No.
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu
Observasi dan
1. Penyusunan
Proposal
2. Bimbingan Proposal

3. Ujian Proposal dan


Revisi
4. Penelitian
Membuat Laporan
5. Penelitian dan
Bimbingan
Ujian Hasil
6. Penelitian dan
Revisi
7. Ujian Akhir Skripsi
8. Revisi Akhir

3.1.3 Tempat Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka lokasi

penelitian ini bertempat di Kota Gorontalo.

3.2 Pendekatan, Metode dan Prosedur Penelitian

3.2.1 Pendekatan Penelitian

60
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dengan alasan penelitian harus

terjun ke lapangan untuk menemukan dan melakukan observasi, sehingga dapat

menghayati langsung keadaan sebenarnya mengenai Kebijakan Pemberdayaan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-

19.

Sugiyono (2015) memaparkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat post positivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan tringulasi, analisis data bersifat

induktif atau kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi. Selain itu ia juga mengartikan bahwa penelitian kualitatif

lebih cocok digunakan untuk jenis penelitian yang memahami tentang

fenomena sosial dari perspektif partisipan. Secara sederhana, dapat pula

diartikan sebagai penelitian yang lebih cocok digunakan untuk meneliti kondisi

atau situasi si objek penelitian.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

61
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nasir, 2005:54 dalam Adriana

Rodina 2020). Dalam penelitian ini memperoleh gambaran serta mengetahui

bagaimana Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19.

3.2.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang membuat deskripsi, gambaran secara sistematis serta hubungan

antar fenomena yang diselidiki. Penelitian deskriptif menggambarkan dengan

menyeluruh dan lengkap setiap objek yang akan diteliti.

3.2.3 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif.

Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti

mungkin tentang suatu keadaan atau gejala-gejala lainnya. Dengan penelitian ini

dimaksudkan untuk memberi gambaran secara jelas tentang Implementasi

Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota

Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19.

3.3 Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti sangat penting dalam melakukan suatu penelitian. Hal

ini dikarenakan peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian sekaligus sebagai

62
pengumpul data. Kehadiran peneliti adalah untuk menemukan segala sesuatu yang

berhubungan dengan fokus dalam penelitian. Peneliti berusaha mengungkapkan

bagaimana Impelementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19.

Sebelum melakukan penelitian dan pengambilan data penelitian peneliti

terlebih dahulu sudah menyampaikan maksud dan tujuan peneliti melalui surat

penelitian yang dikeluarkan dari pimpinan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Gorontalo. Kemudian peneliti datang langsung ke lapangan untuk mencari

informasi serta data yang diperlukan dengan melakukan pendekatan terhadap

informan.

3.4 Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua yakni:

1. Data Primer

Menurut Suharsimi Arikunto (2013:172) dalam Jurnal Riset Akuntansi data

primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapat

melalui wawancara, jejak dan lain-lain. Data primer adalah data yang diambil

dan dikumpulkan langsung oleh peneliti tanpa adanya perantara yaitu dengan

mendapatkan informasi dan data langsung dari informan dan penanggung jawab

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di Masa Pandemi Covid-19.

Dalam hal ini Aparat di Kantor Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM

63
Provinsi Gorontalo, Serta Wirausaha yang sudah ada sebelum pandemi Covid-19

Tahun 2019 dan Wirausaha baru yakni pada Tahun 2021.

Peneliti bisa mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dengan

melakukan wawancara secara mendalam serta melakukan pengamatan secara

langsung terhadap aktifitas masyarakat mengenai Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Gorontalo Di Masa

Pandemi Covid-19.

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2012:139) dalam Jurnal Riset Akuntasi Sumber

sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca,

mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur,

buku-buku, serta dokumen. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari

dokumen-dokumen seperti laporan, jurnal penelitian, koran, majalah-majalah.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu bentuk pengumpulan data yang

bertujuan menggambarkan dan memaparkan keadaan yang ada di lokasi

penelitian. Menurut Sugiyono (2013: 27) metode pengumpulan data merupakan

penelitian lapangan (field research), dilakukan dengan cara mengadakan

peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data

64
primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono 2017 mengemukakan bahwa,

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian

ini alat yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan cara

observasi adalah dengan turun langsung melihat bagaimana Implementasi

Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota

Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19.

2. Wawancara

Menurut Esterberg dan Sugiyono (2015:72) wawancara adalah

pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi maupun

suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi

sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan mendatangi langsung

informan penelitian dan menanyakan kepada mereka beberapa hal yang

65
berhubungan dengan pokok permasalahan terkait dengan Implementasi

Kebijakan Pemberdayaan UMKM Di Masa Pandemi Covid-19. Wawancara

dilakukan secara mendalam untuk memperoleh data langsung melalui

serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait. Wawancara

dilakukan dengan cara menggunakan alat perekam serta mencatat beberapa

informasi di buku catatan guna menjamin informasi yang ditanyakan oleh

peneliti.

Tabel 3.2

Nama Informan Sebagai Sumber Data Primer

No. Nama Informan Jabatan


Keterangan

1. IT
Idarowaty Tanango Kepala Seksi UKM

2. Dono Defrianto Wantogia, Tenaga Kontrak Pendamping DW


SE UMKM
3. RS
Ryan Sawaku UMKM Owner Coffee Shop

4. OS
Ocen Sayabunga UMKM Toko Karawo

5. YI
Yulin Ismail UMKM Toko Buah

6. RK
Rita Karim UMKM Toko Asesoris

7. YY
Yayu UMKM Toko Berkah Wangi

66
8. UMKM Toko Pakaian Sekolah SA
Sundari Adiko
& Gorden
9. RB
Rining Bilalea UMKM Pakaian Jadi

10. UMKM Lapak Tzakir (rempah- SA


Sriwahyuni Annas
rempah)
11. UMKM Lapak Tina (rempah- SL
Supartina Labadtjo
rempah)
12. WD
Widya Daini UMKM Rumah Laundry

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2015:82) dokumentasi merupakan catatan peristiwa

pada waktu yang lalu, dan dapat berbentuk tulisan, gambar maupun karya-

karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini dokumentasi berupa

foto dan dokumen-dokumen yang berisi informasi terkait Implementasi

Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota

Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19.

3.6 Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang

dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data

yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji

credibility, transferability, dependability dan confirmability (Sugiyono,

2017:270).

67
1. Credibility (Derajat Kepercayaan)

Derajat kepercayaan terhadap data penelitian kualitatif yaitu

dilakukan dengan perpanjangan pengamatan peningkatan ketekunana dalam

penelitian triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis status negatif

dan membercheck.

2. Transferability (Validitas Eksternal)

Menurut Sugiyono (2007:276) mengemukakan Transferability

(Keteralihan) merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.

Validitas eksternal tersebut menunjukkan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.

3. Dependability (Reliabilitas)

Dependability dilaksanakan untuk menilai apakah proses penelitian

kualitataif bermutu atau tidak. Dalam hal ini dapat mengecek apakah peneliti

sudah cukup hati-hati dan apakah peneliti membuat kesalahan dalam

mengkonseptualisasikan rencana penelitiannya, pengmpulan data dan

pengintepretasiannya.

4. Confirmability (Obyektifitas)

Penelitian ini dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah

disepakati oleh banyak orang. Confirmability berarti menguji hasil penelitian

yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian

68
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian

tersebut telah memenuhi standar confirmability.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2018:244). Analisis data kualitatif

adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,

selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai di lapangan. Nasution (1988)

dalam Sugiyono (2018:225) menyatakan “Analisis telah mulai sejak

merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan

berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif,

analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan

pengumpulan data.

69
Dalam penelitian ini, teknik analisis datanya menggunakan analisis data

model Miles dan Huberman (1992) yang terdiri dari Reduksi Data, Penyajian

Data dan Verifikasi (Sugiyono, 2018:246).

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,

semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,

kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data akan

semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan

analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer

mini, dengan memeberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

Reduksi data adalah suatu bentuk anlisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan final

dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007:16).

70
b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) dalam

Sugiyono (2018:249) menyatakan yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.

Miles dan Huberman membatasi suatu peyajian data sebagai

sekimpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. dengan mendisplaykan

data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut.

c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutny. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

71
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian

dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga

diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Tabel 3.3
Analisis Data Model Miles dan Huberman

Pengumpulan Data
Penyajian Data

Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi
Reduksi Data BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kota Gorontalo

Kota Gorontalo lahir pada hari Kamis, 18 Maret 1728 M atau bertepatan

dengan Kamis, 06 Syakban 1140 Hijriah. Tepat tanggal 16 Februari 2001 Kota

Gorontalo secara resmi ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Gorontalo (UU Nomor

38 Tahun 2000 Pasal 7).

72
Menurut sejarah, kota Gorontalo terbentuk kurang lebih 400 tahun lalu dan

merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Pare-pare dan

juga Manado. Gorontalo pada saat it menjadi salah satu pusat penyebaran agama

Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gerontol, Bone. Seiring dengan

penyebaran agama tersebut Gorontalo menjadi pusat pendidikan juga perdagangan

masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow (Sulut), Buol Toli-Toli,

Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara. Kota in

menjadi pusat pendidikan dan perdagangan karena letaknya yang strategis yaitu

menghadap Teluk Tomini di bagian selatan dan Laut Sulawesi di bagian utara.

Kemudian di masa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan

dari Dunging di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua

kelurahan yaitu kelurahan Biawao dan juga kelurahan Limba B. Dengan letaknya

yang strategis yang menjadi pusat pendidikan juga perdagangan serta penyebaran

agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan

menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara

Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol

ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow.

Sebelum masa penjajahan keadaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan

yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan it tergabung

dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala a".

73
Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekuasaan

seorang asisten Residen di samping Pemerintahan yang tradisonal. Pada tahun 1889

sistem pemerintahan kerajaan dialihkan menjadi pemerintahan langsung yang

dikenal dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi lagi

perubahan dalam struktur pemerintahan Daerah Limo lo pohalaa dibagi atas tiga

Onder Afdeling yaitu:

Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, rakyat Gorontalo dipelopori oleh

Bpk. H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942.

Selama kurang lebih dua tahun yaitu sampai tahun 1944 wilayah Gorontalo

berdaulat dengan pemerintahan sendiri. Perjuangan patriotik yang menjadi tonggak

kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah

sekitar bahkan secara nasional. Oleh karena itu Bpk H. Nani Wartabone dikukuhkan

oleh Pemerintah RI sebagai pahlawan perintis kemerdekaan kota Gorontalo.

4.2 Gambaran Umum Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-

19

Di indonesia sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan

sumber pengehidupan yang sangat penting. Konsentrasi usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM) ini kebanyakan pada sector perdagangan, pangan, olahan

pangan, tekstil, garmen, kayu, produk kau dan produksi mineral non-logam.

74
Dewasa ini, seluruh negara Indonesia di dunia terserang Pandemi Covid-19,

sehingga WHO sudah menyatakan dunia dalam status Pandemi Covid-19 yang

awalnya muncul di Tiongkok dan merupakan penyakit menular. Pandemic Covid-

19 ini bukan hanya mengancam kesehatan masyarakat tetapi juga ikut mengancam

sector ekonomi, sosial dan politik Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

pemerintah untuk memerangi pandemik covid-19 ini, karena hampir seluruh sektor

terdampak covid-19 dan sektor ekonomi menjadi salah satu sektor yang mengalami

dampak pandemi yang serius.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha berskala

kecil yang dijalankan oleh segelintir masyarakat dalam melakukan aktivitas

ekonomi sehari-hari diberbagai bidang usaha. Menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 7 Tahun 2021 mengenai kriteria UMKM yang terdiri dari 3 hal yakni: (1)

Usaha Mikro memiliki kekayaan bersih tidak lebih dari Rp. 1.000.000.000, dan

penjualan tahunan tidak lebih dari Rp. 2.000.000.000; (2) Usaha Kecil memiliki

kekayaan bersih antara Rp. 1.000.000.000 sampai dengan Rp. 5.000.000.000, dan

penjualan tahunan antara Rp. 2.000.000.000 sampai dengan Rp. 15.000.000.000; (3)

Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih antara Rp. 5.000.000.000 sampai

dengan Rp. 10.000.000.000, dan penjualan tahunan antara Rp. 15.000.000.000

sampai dengan Rp. 50.000.000.000.

75
Kota Gorontalo merupakan salah satu Propinsi yang mengalami Pandemi

Covid-19 yang parah, hidupnya perekonomian di Kota Gorontalo tidak terlepas dari

pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dengan adanya Pandemi

Covid-19 pemerintah Kota Gorontalo mengeluarkan kebijakan untuk

memberdayakan pelaku UMKM yang terkena dampak dari Pandemi Covid-19.

Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM)

di Kota Gorontalo dilaksanakan sejak awal 2019.

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang meliputi:

menentukan informasi, wawancara dengan informan, meneliti dokumtasi, membuat

rekaman arsip, membuat reduksi data menyajikan data, menganalisis data, dan

mengimterpretasi hasil penelitian.

4.3 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat fokus dan subfokus penelitian yakni: 1)

Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menegah di Kota

Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19. 2) Faktor yang menentukan Implementasi

Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menegah di Kota Gorontalo di

Masa Pandemi Covid-19.

4.3.1 Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah di Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19

76
A. Pengembangan/Enabling

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Chamber 1995 bahwa

Pemberdayaan Masyarakat adalah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum

nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang

bersifat people-centered, participatory, kemudian upaya untuk memberdayakan

masyarakat (empowering) dapat dikaji dari 3 aspek dimulai dari

Pengembangan/Enabling yang dilakukan untuk menciptakan suasana yang

memungkinkan masyarakat dapat berkembang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi UKM Kota Gorontalo

menjelaskan bahwa:

“Perkembangan tentang kebijakan yang diberdayakan oleh


pemerintah terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di masa
Pandemi Covid-19 yakni pemerintah mengeluarkan kebijakan dari
kota, provinsi maupun daerah berupa Program Kegiatan Pemulihan
Ekonomi agar supaya para pelaku UMKM ini bisa berjualan lagi,
tetap bertahan walaupun pandemi setidaknya masih ada.” (IT, 8
JUNI 2022)

Hal ini senada dengan yang dijelaskan oleh salah satu masyarakat yang

merupakan pelaku UMKM yang berada di Kota Gorontalo bahwa:

“Benar saya adalah salah satu pelaku umkm yang terdaftar pada
kantor Dinas Tenaga Kerja, Koperasi da UMKM, sewaktu awal-awal
pandemi covid-19 kemarin saya benar mengalami penurunan omset
yang di sebabkan oleh kurangnya pembeli, kemudian saya
mendengar kabar bahwa pemerintah mengeluarkan kebijakan yakni

77
Bantuan modal atau BPUM sebesar Rp2.400.000 dan hanya sekali
itu saja.” (RT, 9 JUNI 2022)

Hal ini berbeda dengan yang dijelaskan oleh salah satu mayarakat pelaku

UMKM yang berada di Kota Gorontalo bahwa:

“Saya sudah selama 7 tahun yakni dari 2016 sampai 2022 ini belum
juga terdaftar pada kantor UMKM sehingga di masa krisis ekonomi
yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 kemarin saya tidak
menerima bantuan BPUM entah itu saya yang kurang paham atas
metode atau prosedur dari kantor UMKM atau usahanya saya yakni
Toko Karawo belum sempat di kunjungi atau di survei oleh Tenaga
pendamping dari kantor UMKM” (OS, 9 JUNI 2022)

Hal lain yang dijelaskan oleh Kepala Seksi UKM Kota Gorontalo

mengatakan kepada peneliti bahwa pelaksanaan program yang diinginkan pada isi

kebijakan sudah berjalan efektif, karena isi kebijakan yang dapat terjalankan,

berikut pernyataan beliau :

“Kemudian untuk bagaimana proses pemberdayaan dilakukan yakni


dari kementrian menyurat ke dinas provinsi terus di teruskan ke
kantor UMKM kabupaten kota dari sini diteruskan ke masing-
masing kelurahan, kita minta datanya itu dari kelurahan, usulannya
dari kelurahan, dengan syarat penerima BPUM itu mempunyai usaha
yang terus menerus aktif dan produktif tidak sewaktu-waktu, terus
juga harus dibuktikan dengan adanya surat izin usaha/surat
keterangan usaha, kemudian tidak mempunyai pinjaman (penerima
KUR). Kemudian dari kantor Disnaker ini sendiri harus ada Nomor
Induk Berusaha (NIB) yang tercatat sampai ke pusat, pengurusannya
juga sekarang berbasis online tetapi kalua ada pelaku usaha yang
tidak bisa mengakses disini ada tenaga pendamping UMKM dan
tenaga operator di bidang sosial daerah, mereka yang dampingi
membantu membuat NIB tersebut.” (IT 8 JUNI 2022)

78
Hal ini senada dengan yang dijelaskan oleh salah satu tenaga kontrak

pendamping UMKM di Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UMKM Kota Gorontalo:

“untuk prosenya kita lihat sesuai dengan data yang masuk dari
kelurahan, jadi kalau datanya sudah ada yang masuk dari kelurahan
maka kami hubungi satu persatu via telfon, sehari itu bisa turun ke 5-
10 pelaku UMKM dengan membahwa Lembar Hasil Kunjungan
(LHK), kemudian untuk turun ke pelaku UMKM ini tidak serta
merta hanya ambil data, tetapi tetap mendengar apa yang menjadi
keluhan masyarakat. Soal bagaimana kalau ada pelaku umkm yang
belum terdaftar di kantor, biasanya mereka itu langsung
menghubungi saya lewat Whatsup dan biasa juga ada yang datang
langsung kesini, hanya saja lebih banyak yang menghubungi lewat
Whatsup.” (DW, 8 JUNI 2022)

Berdasarkan pernyataan informan di atas terkait dengan peerkembangan

kebijakan yang di berdayakan oleh pemerintah terhadap pelaku UMKM

menunjukan bahwa: pemerintah Kota Gorontalo telah mengeluarkan kebijakan

berupa Program Kegiatan Pemulihan Ekonomi yakni di sebut sebagai BPUM

(Bantuan Produktif Usaha Mikro) tercatat dari 2019 sampai dengan 2021. Dan

untuk prosesnya yakni dari Kantor Kementrian menyurat ke dinas provinsi lalu di

teruskan ke kantor UMKM kabupaten kota kemudian diteruskan ke masing-masing

kelurahan, kantor UMKM meminta datanya dari kelurahan, dengan kata lain usulan

pelaku UMKM yang membutuhkan Bantuan Modal ini berasal dari kelurahan.

Kemudian selain melakukan pendataan kepada pelaku UMKM di beberapa sudut

Kota Gorontalo pihak terkait juga melakukan survey untuk mengetahui apakah

79
kebijakan pemerintah terhadap pemberdayaan UMKM di Kota Gorontalo telah

menyeluruh. Dan hasil survey tersebut di dapati bahwa masih ada pelaku UMKM

yang belum terdaftar di kantor Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UMKM sehingga

mereka yang membutuhkan bantuan modal tersebut belum sama sekali menerima

atau merasakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut.

B. Potensi atau Daya/Empowering

Aspek selanjutnya yaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui

langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan

pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin

berdaya.

Bersangkutan dengan potensi atau daya yang menjadi aspek kedua dalam

pemberdayaan masyarakat, peneliti mewawancarai Kepala Seksi UKM beliau

menjelaskan bahwa:

“Berbicara menegenai bagaimana cara meningkatkan potensi


pemberdayaan yang ada yakni dari kantor ini kami mengeluarkan
kebijakan Diklat yang setiap tahun dilaksanakan untuk pelaku
UMKM yang pemula, atau yang wirausaha baru terus juga wirausaha

80
lama yang sudah meningkat. Salah satunya Diklat Pemasaran,
prosesnya dilakukan secara offline, kemudian yang di ajarkan disitu
adalah cara agar bisa mendapatkan perizinan, berhubung sekarang
segala pengurusan berkas sudah berbasis online (digital). Selain itu
kita juga rutin lakukan evaluasi per-tiap tahun kepada pelaku
UMKM yang menerima bantuan apakah setelah mendapatkan
bantuan modal usahanya meningkat atau tidak.” (IT, 8 JUNI 2022)
Hal ini senada dengan apa yang dikatan oleh salah satu masyarakat yang

merupakan pelaku UMKM di Kota Gorontalo:

“saya termasuk peserta diklat pemasaran yang setiap tahun


dilaksanakan, awalnya saya tidak tahu menahu segala persoalan yang
berbasis digital, kemudian dari Kantor Dinas Tenaga Kerja, Koperasi
dan UMKM mengeluarkan kebijakan yakni mengadakan Pelatihan
Diklat Pemasaran yang bertujuan untuk mengajarkan saya
bagaimana cara-cara agar bisa mendapatkan surat perizinan melalui
online hingga pada bagaimana melakukan pemasaran via online.”
(RT, 9 JUNI 2022)
C. Kemandirian dan Memberdayakan mengandung arti melindungi/protecting

Untuk aspek terakhir dalam memberdayakan masyarakat atau pelaku UMKM

yang berada di Kota Gorontalo yakni melindungi dan membela kepentingan

masyarakat lemah.

Bersangkutan dengan Kemandirian dan Memberdayakan masyarakat dalam

artian Protecting peneliti mewawancarai Kepala Seksi UMKM di Kantor Dinas

Tenaga Kerja Koperasi dan UMKM, beliau menjelaskan bahwa:

“perlindungan terhadap UMKM yang kita bina selalu kita lakukan


dengan tidak memberikan bantuan untuk pelaku UMKM yang
memiliki pinjaman, maka dari itu gunanya kita disini sebagai wadah
bagi masyarakat untuk memberikan bantuan dan juga dengan

81
bersikap tegas kepada masyarakat untuk tidak memberikan bantuan
kepada pelaku umkm yang memiliki pinjaman. Hal ini perlu dan
penting untuk di perhatikan agar supaya mereka yang mendapatkan
bantuan bisa memanfaatkan bantuan dari pusat sebaik mungkin
untuk merangsang kembali usaha-usaha yang sempat terkena
dampak dari pandemi Covid-19.” (IT, 8 JUNI 2022)

Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh salah satu pelaku UMKM yang

terdaftar pada Kantor UMKM dan juga telah mendapat bantuan BPUM dari

pemerintah, beliau menjelaskan bahwa:

“saya sewaktu pertama kali di data oleh tenaga kontrak pendamping


yang diutus oleh Kantor Dinas Koperasi dan UMKM yang di data
duluan adalah sudah berapa lama usahanya saya, omsetnya naik
turun atau tidak dan kemudian di tanyalah kalau saya pernah
melakukan pijaman di bank-bank dan masih ada sisa hutang,
kebetulan saya sedang tidak melakukan ataupun memiliki pijaman di
mana pun, setelah itu pihak dari kantor UMKM ini kembali
mensurvey bagaimana perkembangan usaha saya apakah terus
menerus atau putus-putus dengan kata lain musiman.” (RT, 9 JUNI
2022)

Adapun hal yang berbeda yang peneliti temui dilapangan ketika

mewawancarai salah satu pelaku UMKM yang tidak mendapatkan bantuan BPUM

dari pemerintah, beliau menjelaskan bahwa:

“Saya sudah pernah disurvey sudah pernah juga di data dan di tanya-
tanya apakah pernah ada pinjaman atau masih ada pinjaman, saya
menjawab tidak. Namun sampai saat ini maish belum menerima
bantuan dari pemerintah seperti halnya yang di sampaikan oleh
peneliti” (YI, 9 JUNI 2022)

82
Berdasarkan pernyataan informan di atas terkait dengan Kemandirian dan

Memberdayakan mengandung arti melindungi/protecting menunjukan bahwa:

Perlindungan yang pemerintah lakukan untuk memberdayakan masyarakat yakni

dengan menanyakan atau mendata lebih dahulu apakah pelaku UMKM tersebut

pernah atau sedang memiliki pinjaman. Peneliti melakukan survey di beberapa

bagian sudut Kota Gorontalo dan menemukan beberapa fakta bahwa kebijakan

pemerintah belum sepenuhnya dilakukan karena ternyata di lapangan masih ada

beberapa masyarakat yang hingga saat ini belum juga terdaftar sebagai pelaku

UMKM di Kantor Dinas Tenaga Kerja Koperasi dan UMKM, dilihat dari hasil

wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu pelaku UMKM yang ber inisial

YI menunjukan bahwa beliau sedang tidak memiliki pinjaman, namun sepertinya

tidak terdata di kantor umkm di karenakan tidak memiliki Nomor Induk Berusaha

(NIB) yang tercatat sampai ke pusat.

4.3.2 Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Di Kota

Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19

Dalam proses Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah di Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19 tentunya tidak lepas

dari faktor-faktor yang menentukan keberhasilan kebijakan tersebut. Sebagaimana

83
faktor-faktor yang dimaksud menurut Devid L. Weimer dan Aidan R. Vining

sebagai berikut:

A. Logika Kebijakan

Logika kebijakan yang dimaksud dalam faktor pertama ini adalah kebijakan

harus masuk akal dan mendapat dukungan teoritis. Karena bagaimanapun sebuah

kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah untuk memberdayaakan pelaku

UMKM yang terkena dampak dari adanya Covid-19 ini haruslah masuk akal

(reasonable).

Berdasarkan hasil wawancara yang diungkapkan oleh Kepala Seksi Seksi

UMKM di Kantor Dinas Tenaga Kerja Koperasi dan UMKM, mengatakan kepada

peneliti bahwa kebijakan yang reasonable yang diinginkan pada isikebijakan sudah

berjalan dengan baik, berikut penyataan beliau:

“dari pihak kami sudah melakukan turun lapangan terhadap pelaku-


pelaku UMKM yang berada di Kota Gorontalo dan melihat
bagaimana sulitnya mereka untuk merangsang kembali usaha mereka
akibat pandemi covid-19 yang terjadi, dan kebanyakan dari pelaku-
pelaku UMKM ini sendiri banyak yang mengeluh akan kekurangan
modal usaha atau tidak adanya balik modal maka dari itu mereka
menginginkan bantuan berupa dana, saya rasa kalau untuk kebijakan
pemberdayaan yang di terapkan oleh pemerintah sudah cukup masuk
akal karena masyrakat menginginkan bantuan modal dan kemudian
dikeluarkanlah BPUM sebagai kebijakan untuk memberdayakan
masyarakat pelaku UMKM” (IT, 8 JUNI 2022)

84
Berdasarkan pernyataan Kepala Seksi UMKM di Kantor Dinas Tenaga

Kerja Koperasi dan UMKM Kota Gorontalo diatas peneliti melakukan survey

berupa turun langsung kelapangan dan melakukan wawancara kepada beberapa

pelaku umkm yang berada di Kota Gorontalo dan menemukan bahwa sebagian dari

mereka telah mendapatkan kebijakan dari pemerintah berupa BPUM tetapi

sebagiannya lagi belum sama skali mendapatkan bantuan tersebut selama masa

Pandemi Covid-19, berikut penyataan dari salah satu masyarakat UMKM yang

belum mendapatkan bantuan dana dari pemerintah:

“kebijakan dari pemerintah untuk memberdayaan usaha kami


belum seluruhnya menyeluruh dibuktikan dengan usahanya
saya yang bisa dibilang ikut merasakan dampak dari adanya
pandemic covid-19 yakni sempat tidak ada pembeli sama
sekali hingga menyebabkan turunnya omset penjualan, tetapi
saya sempat mendengar teman-teman saya sesame pelaku
umkm bahwa mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah
sebesar Rp2.400.000 dan menurut saya kebijakan itu masuk
akal akan tetapi yang tidak masuk akalnya kenapa saya tidak
dapat sedangkan teman sesama pelaku umkm lainnya
mendapatkan bantuan tersebut.” (RB, 9 JUNI 2022)
Pernyataan dari informan diatas terkait dengan logika kebijakan

menunjukkan bahwa: logika kebijakan yang diberdayakan oleh pemerintah sudah

masuk akal yakni dengan melihat keluhannya masyarakat pelaku umkm yang

terdampak covid-9 dengan mengeluarkan Program BPUM untuk para pelaku

UMKM sebesar Rp2.400.000, akan tetapi setelah peneliti melakukan survey

ternyata masih ada beberapa pelaku UMKM yang belum menerima bantuan terebut

85
atau dengan kata lain kebijakan tersebut belum serta merta merata di kalangan

UMKM. Hal ini di sebabkan atas kurangnnya pengetahuan masyarakat akan

informasi tentang pendataan Usaha Mikro, Kecil dan menegah yang berada di Kota

Gorontalo.

B. Lingkungan Tempat Kebijakan Dioperasikan

Lingkungan tempat kebijakan dioperasikan merupakan faktor kedua setelah

logika kebijakan yang menjadi faktor penentu keberhasilan implementasi

kebijakan. Kebijakan harus mendapat dukungan dari lingkungan sosial, politik,

ekonomi dan secara geografis. Kondisi sosisal-ekonomi sebuah masyarakat yang

maju, sistem politik yang stabil dan demokratis, dukungan baik dari konsituen

maupun elit penguasa dan budaya keseharian masyarakat yang mendukung akan

mempermudah implementasi sebuah kebijakan.

Berdasarkan hasil wawancara yang diungkapkan oleh Kepala Seksi UMKM

di Kantor Dinas Tenaga Kerja Koperasi dan UMKM kepada peneliti bahwa:

“lingkungan tempat kebijakan dioperasikan disesuaikan dengan data


yang masuk dari kelurahan dilihat dari kondisi sosial-ekonominya
mereka apakah benar-benar mengalami dampak dari adanya pandemi
covid-19 atau tidak, kemudian juga dilihat dari lingkungannya para
penguasa dan budaya masyarakat, maksudnya adalah apakah
lingkungan yang akan diimplementasikan kebijakan tersebut
dipengaruhi oleh kekuasaan dan kepentingan yang saling berkaitan
atau yang sering disebut dengan sebutan “orang dalam” maka dari itu
selalu dipantau dan diingatkan agar kebijakan pemerintahn untuk
memberdayakan pelaku umkm ini tepat sasaran dan bisa berjalan
secara efektif & efisien.” (IT, 8 JUNI 2022)

86
Tidak jauh berbeda dari pernyataan informan sebelumnya, informan lainpun

mengungkapkan sebagai berikut:

“memang benar dari pihak kami yakni Kantor Dinas Tenaga


Kerja Koperasi dan UMKM sebelum menentukan atau
menetapkan siapa-siapa saja yang pantas mendapatkan
Program merintah yakni BPUM kami meneliti dan menantau
apakah masyarakat yang akan mendapatkan bantuan tersebut
memang benar-benar terkena dampak dari covid-19 atau
hanya karena adanya kekuasaan dan kepentingan yang
berkaitan. Itulah sebabnya kami melakukan observasi
langsung ke tempat usahanya mereka.” (DW, 8 JUNI 2022)
Berdasarkan penyataan dari informan di atas terkait dengan lingkungan

tempat kebijakan dioperasionalkan menunjukan bahwa: penetapan atau penentuan

terkait dengan lingkungan tempat kebijakan dioperasionalkan dilihat dari sosial-

ekonominya pelaku umkm itu sendiri apakah benar-benar membutuhkan Progam

dari pemerintah akibat dampak dari pandemi covid-19 atau hanya mengandalkan

kekuasaan dan kepentingan orang-orang tertentu, dengan cara dari pihak Kantor

Dinas Tenaga Kerja,Koperasi dan UMKM mengutus Tenaga Kontrak UMKM

untuk melakukan survey langsung kelapangan dan juga melihat langsung keadaan

sosial-ekonominya para pelaku UMKM yang membutuhkan Program bantuan

modal dari pemerintah. Mengingat program bantuan dana daripemerintah tidaklah

sedikit yakni sebesar Rp2.400.000 sehingga mereka melakukan pengecekkan data-

data penerima bantuan dana dengan sangat teliti agar lingkungan tempat kebijakan

dioperasikan sudah benar dan tepat sasaran.

87
C. Kemampuan Implementator Kebijakan

Faktor terakhir yang menjadi penentu keberhasilan Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kota Gorontalo di Masa

Pandemi Covid-19 adalah Kemampuan Implementator Kebijakan. Kemampuan

Implementator kebijakan juga merupakan salah satu hal penting dalam pelaksanaan

kebijakan. Karena ketika Implementator tidak mengimplementasikan kebijakan

tersebut dengan baik maka akan menghambat proses terimplementasinya

kebijakan. Meskipun logika kebijakan dan lingkungan tempat kebijakan

dioperasikan sudah sesuai tetapi jika kemampuan Implementator dalam

mengimplementasikan kebijakan tidak berjalan dengan bak maka kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah dapat terhambat.

Bersangkutan dengan kemampuan Implementator kebijakan peneliti

mewawancari salah satu Tenaga Kontrak pendamping UMKM di Dinas Tenaga

Kerja, Koperasi dan UMKM Kota Gorontalo beiau mengatakan:

“berbicara soal kemampuan Implementator dalam


menerapkan kebijakan salah satu contohnya adalah sikap.
Nah bagaimana sikap kita dalam mendata, berhadapan
langsung dengan pelaku ukm, sopan dan santunnya kita
datang ke tempat usahanya mereka, bahkan adapula yang
sewaktu saya sampai di tempat usahanya mereka, itu mereka
sedang sibuk-sibuknya membuat produk yang mereka jual
seperti misalny kue, ketika saya datang itu mereka masih
sementara memanggang kue, dan sikap yang saya berikan
adalah mengucapkan salam kemudian memberi tahu identitas
saya siapa, dari mana dan untuk apa. Kemudian setelah itu

88
para pelaku umkm inipun memberitahu bahwa mereka lagi
sibuk dan kalau tidak keberatan saya di suruh tunggu
sebentar baru bisa melaukan survey lokaasi. Kurang lebih
seperti itu sih, asal kitanya sopan datang baik-baik, mereka
juga akan sangat sopan dengan kita, intinya komunikasi yang
baik dengan mereka itu sangat penting, dan juga sabarrr.”
(DW, 8 JUNI 2022)

Hal ini senada dengan pernyataan dari salah satu pelaku UMKM yang

sempat disurvey langsung oleh Tenaga Kontrak Pendamping UMKM, beliau

mengatakan bahwa:

“aduh benar sekali mereka itu kalau datang mengucap salam


dan dengan sabar menunggu saya yang kadang sering sibuk
dengan produk yang saya jual, tidak marah-marah, sehingga
kami juga senang di wawancarai oleh mereka, bahkan saya
tidak segan-segan untuk mmberikan produk saya secara
gratis, karena saya tahu mereka melakukan survey lapangan
ini tidak lain tidak bukan untuk membantu memberikan
batuan modal kepada saya.” (RB, 9 JUNI 2022)
Berdasarkan pernyataan dari informan di atas terkait dengan Kemampuan

Implementator Kebijakan menunjukan bahwa: Kemampuan Implementator

kebijakan sangat berpengaruh terhadap pelaku UMKM di Kota Gorontalo karena

keberhsdilsn Implementator dipengaruhi oleh tingkat kompetensi dan keterampilan

yang dimilikinya. Kemampuan Implementator yakni keterampilan dalam berbicara,

sopan dan berperilaku baik, kemudian baik organisasi atau perorangan memiliki

rasa tanggung jawab dalam memperoleh pelaksanaan dan pengawasan dari proses

implementasi tersebut. Senada dengan itu peneliti telah melakukan survey kepada

89
beberapa pelaku umkm yang telah di datangi atau di survey langsung oleh

Implementator kebijakan, peneliti menemuka bahwa kemampuan Implementator

dalam mengimplementasikan kebijakan terbilang sudah cukup baik, efektif dan

tepat, dimana para pelaku umkm ini merasa senang dan tidak merasa terganggu

ataupun keberatan akan datangnya para Implementator kebijakan.

4.4 Pembahasan Penelitian

1. Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah di Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19

Berdasarkan dengan tujuan penelitian yaitu, untuk m untuk meneliti dan

mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah di Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19 dengan fokus,

Pengembangan/Enabling, Potensi atau daya/Empowering, Kemandirian dan

memberdayakan mengandung arti melindungi/protecting dengan menggunakan

metode yang sudah ditetapkan dalam penelitian ini. Berdasarkan masalah yang

terjadi di lapangan, peneliti berusaha menggali dengan melakukan pengamatan dan

juga wawancara langsung dengan Kepala Seksi UMKM di Kantor DInas Tenaga

Kerja, Koperasi dan UMKM Kota Gorontalo. Data yang dikumpulkan melalui

observasi dipalangan selanjutnya deskripsi oleh peniliti dengan membandingkan

teori yang di gunakan dalam implementsi kebijakan.

a) Pengembangan/Enabling

90
Sesuai dengan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Chamber 1995

bahwa Pemberdayaan Masyarakat adalah konsep pembangunan ekonomi yang

merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam

pembangunan yang bersifat people-centered, participatory, kemudian upaya untuk

memberdayakan masyarakat (empowering) dapat dikaji dari 3 aspek dimulai dari

Pengembangan/Enabling yang dilakukan untuk menciptakan suasana yang

memungkinkan masyarakat dapat berkembang.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terkait dengan Fokus dan Sub

Fokus penelitian ditemukan bahwa, proses Pengembangan Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan UMKM di kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19 dilakukan

dengan mengidentifikasi penyebab terjadinya ketidakberdayaan masyarakat pelaku

UMKM. Identifikasi ini dilakukan dengan tsurvey langsung kelapangan kemudian

mewawancarai Kepala Seksi UMKM dan beberapa informan lainnya yakni Tenaga

Kontrak Pendamping UMKM dan beberapa masyarakat yang merukan pelaku

UMKM yang sudah ada sebelum adanya pandemi Covid-19 sampai sekarang 2022.

Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang dilakukan ditemukan bahwa

penyebab utama terjadinya ketidakberdayaan masyarakat pelaku UMKM di Kota

Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19 yakni Program kebijakan yang dikeluarkan

oleh pemerintah untuk memberdayakan masyarakat masih belum merata ke seluruh

masyarakat yang berada di Kota Gorontalo. Kemudian penyebab lainnya yaitu

91
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bagaimana proses agar bisa

mendapatkan Program BPUM dari pemerintah tersebut. Hal inilah yang memicu

terjadinya ketidakberdayaan masyarakat pelaku umkm di Kota Gorontalo di Masa

Pandemi Covid-19 salah satunya yakni turunnya omset penjualan hingga

menyebabkan beberapa pelaku umkm yang mau tidak mau harus gulung tikar atau

dengan kata lain tutup dan tidak berjualan lagi.

Keterkaitan penelitian ini dengan hasil penelitian Kristina Sedyastuti (2018)

bahwa dalam mengembangkan Usaha Mikro, Keci dan Menengah (UMKM) di

indonesia kebijakan pemerintah berhubungan dengan dukungan perbankan dalam

penyaluran kredit. Saat ini skim kredit yang sangat familiar dimasyarakat adalah

Usaha Kredit Rakyat (KUR), yang khusus di peruntukkan bagi UMKM dengan

kategori usaha layak, tanpa angunan.

Berdasarkan uraian sebelumnya terkait dengan Pengembangan/Enabling

kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk memberdayakan pelaku UMKM

belum sepenuhnya terlaksana dengan baik sehingga ditemukan dilapangan

penyebab utama dari ketidakberdayaan masyarakat pelaku UMKM di Kota

Gorontalo yakni kurang akan pengetahuan untuk mendaftarkan diri di kantor Dinas

UMKM sehingga mereka yang tidak terdaftar tidak mendapatkan bantuan modal

dari pemerintah sebesar Rp2.400.000 untuk merangsang kembali usaha yang

mereka miliki. Untuk proses identifikasi ini harus tetap dilakukan setiap tahunnya

92
untuk melihat perkembangan masalah pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19.

b) Potensi atau Daya/Empowering

Mekanisme selanjutnya untuk memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat

pelaku UMKM adalah dilakukannya kebijakan dari Kantor Dinas Tenaga Kerja,

Koperasi dan UMKM yaitu Diklat Pemasaran yang setiap tahun dilaksanakan.

Output dari memperkuat potensi atau daya yang miliki masyarakat ini adalah untuk

meningkatkan pemberdayaan masyarakat pelaku UMKM di Masa Pandemi Covid-

19.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terkait dengan potensi atau daya

terhadap pemberdayaan masyarakat pelaku UMKM di Kota Gorontalo ini sudah

dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Proses ini diawali dengan

menganalisis pengembangan kebijakan pemberdayaan yang dikeluarkan oleh

pemerintah. Hasil dari proses pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah

dalam upaya memberdayakan pelaku umkm tersebut dijadikan dasar dari

bagaimana mengembangkan potensi yang dimiliki masyarakat hingga pada

bagaimana cara memanfaatkan potensi pemberdayaan yang telah diberikan.

Keterkaitan penelitian ini dengan hasil penelitian Lili Marlinah (2021)

bahwa Pada Perautaran Pemerintah Nomor 23/2020 juga mengatur bahwa

93
Pemerintah dapat melakukan program pemulihan ekonomi melalui berbagai cara

yakni pengalokasian belanja Negara dengan memberikan subsidi bunga bagi

kelompok pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang terdampak Covid-19 dan

sudah berupaya melakukan restrukturisasi kreditnya pada perbankan, mengajukan

keringanan pada perusahaan pembiayaan agar mendapat atau memperoleh fasilitas

subsidi bunga untuk keringanan cicilan, penundaan pembayaran hutang pokok atau

jangka waktu yang diperpanjang. Program PEN ini ditujukan untuk membantu,

mendorong, meningkatkan daya beli masyarakat serta memulihkan perekonomian

Indonesia secara merata dan keseluruhan.

Program PEN dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Menganggarkan belanja

penanganan Covid-19 2. Melakukan perlindungan sosial melalui Bantuan sosial

kepada masyarakat berpenghasilan rendah 3. Membantu Pemda dan Sektoral

dengan program Padat Karya 4. Subsidi bunga UMKM 5. Pembiayaan Korporasi 6.

Insentif usaha berupa pajak.

c) Kemandirian dan Memberdayakan mengandung arti/Protecting

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Chamber 1995 upaya ketiga

untuk memberdayakan masyarakat yakni Protecting. Protecting yaitu melindungi

dan membela kepentingan masyarakat lemah. Untuk meningkatkan pasrtisipasi

masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan

masyarakatnya merupakan unsur penting, sehingga pemberdayaan masyarakat

94
sangat erat hubungannya dengan pementapan, pembudayaan dan pengalaman

demokrasi (Friedmann, 1994).

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terkait dengan Kemandirian dan

Memberdayakan yang Mengandung Arti Melindungi(protecting) terhadap

masyarakat pelaku UMKM di Kota Gorontalo belum terlaksanakan secara efektif.

Berdasarkan temuan peneliti dilapangan bahwa untuk mendapatkan bantuan modal

dari pemerintah para pelaku UMKM ini harus tidak memiliki pinjaman, itulah salah

satu bentuk protecting pemerintah terhadap masyarakat. Selain itu, peran

pemerintah disini sebagai wadah bagi masyarakat untuk memberikan bantuan dan

juga dengan bersikap tegas kepada masyarakat untuk tidak memberikan bantuan

kepada pelaku umkm yang memiliki pinjaman. Namun, meskipun telah ada

beberapa masyarakat yang berhasil mendapatkan bantuan modal dari pemerintah,

tetap saja peneliti masih menemukan permasalahan dilapangan bahwa tidak semua

pelaku umkm mendapatkan protecting seperti yang dijelaskan diatas yang

menyebabkan masyarakat sangat merasakan dampak dari adanya pandemi covid-19.

Oleh karena itu, pemerintah pusat agar dapat memberikan informasi lebih agar

masyarakat mengetahui dan paham atas prosedur untuk mendapatkan bantuan

modal tersebut.

Keterkaitan penelitian ini dengan hasil penelitian Sudrajat dalam Jurnal yang

berjudul Pemberdayaan UMKM dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan

95
Milenium (Penanggulangan Kemiskinan), bahwa Dalam rangka pemberdayaan

UMKM, keterlibatan stakeholder sangat menentukan keberhasilannya. Sejauh ini

keterlibatan stakeholder UMKM antara lain terdiri dari instansi pemerintah,

lembaga pendidikan, LSM, koperasi, perbankan dan asosiasi usaha. Menurut

Karsidi dan Irianto (2005) keterlibatan yang ada masih bersikap sendiri-sendiri dan

kurang intergratif antara stakeholder satu dengan yang lain. Langkah-langkah yang

harus ditempuh untuk mempercepat pemberdayaan UMKM antara lain; (1)

tersedianya SDM yang berkualitas dan professional, (2) tersedianya dukungan

regulasi yang kondusif, (3) tersedianya pengawasan yang efektif, (4) tersedianya

teknologi informasi yang murah, dan (5) tersedianya pembiayaan modal yang

mudah diakses (Baseline Report, 2000 dalam Assery, 2009).

2. Faktor-Faktor Yang menentukan keberhasilan Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Kota

Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19

Pelaksanaan suatu kebijakan ataupun program tentu tidak lepas dari faktor-

faktor penentu keberhasilan implementasi kebijakan, begitupun dengan pelaksanaan

kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kota Gorontalo di

Masa Pandemi Covid-19 tentu tidak lepas dari adanya faktor-faktor yang

menentukan keberhasilan jalannya program tersebut. Dalam penelitian ini faktor-

faktor yang menentukan keberhasilan Implementasi Kebijakan Pemberdayaan

96
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19

yaitu Logika Kebijakan, Lingkungan tempat kebijakan dioperasikan, dan

Kemampuann Implementator Kebijakan. Selain itu pihak-pihak yang terkait sebagai

pendukung Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19 yakni tidak lepas dari

masyarakat pelaku UMKM penerima bantuan, masyarakat pelaku UMKM yang

tidak menerima bantuan, Pihak Pendamping, Pihak Kantor Dinas Tenaga Kerja

Koperasi dan UMKM dan pemerintahan pusat. Dengan adanya peran dari pihak-

pihak yang terkait maka pelaksanaan Implementasi Kebihkan Pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19 akan

berjalan sesuai dengan tujuan dari program tersebut.

Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Gorontalo Di

Masa Pandemi Covid-19 yang ditemui ketika observasi di Kota Gorontalo, yakni:

a) Logika Kebijakan

Menurut Devid L. Weimer dan Aidan R. Vining (dalam Subarsono 2005)

faktor logika kebijakan ini menunjukkan bahwa kebijakan harus masuk akal dan

mendapat dukungan teoritis agar pelaksana kebijakan mengetahui persis apakah

kebijakan yang diterapkan kepada masyarakat masuk akal (reasonable). Dengan

demikian logika kebijakan tersebut harus diketahui dan di telaah dengan jelas, tepat

97
dan konsisten. Implementasi yang efektif akan terjadi apabila pembuat keputusan

atas kebijakan sudah mengetahui apa yang mereka terapkan. Hal itu dapat berjalan

apabila kebijakan yang di berikan masuk akal (reasonable).

Sesuai dengan hasil pengamatan dilapangan yang dilihat dari faktor logika

kebijakan bahwa logika kebijakan yang ditetapkan dan dilakukan oleh Pemerintah

Kota Gorontalo adalah dengan mengeluarkan Program BPUM untuk para pelaku

UMKM sebesar Rp2.400.000, kebijakan ini berasal dari keluhan-keluhan

masyarakat yang terkena dampak dari pandemi covid-19 tidak lain dan tidak bukan

yakni masyarakat mengeluhkan kurangnya pembeli hingga menyebabkan turunnya

omset penjualan dan berakhir buntu alias tidak ada jalan keluar selain mengeluhkan

bantuan modal kepada pemerintah pusat. Namun, peneliti melakukan survey

lanjutan ternyata masih ada beberapa pelaku UMKM yang belum menerima

bantuan terebut atau dengan kata lain kebijakan tersebut belum serta merta merata

di kalangan UMKM. Hal ini di sebabkan atas kurangnnya pengetahuan masyarakat

akan informasi tentang pendataan Usaha Mikro, Kecil dan menegah yang berada di

Kota Gorontalo.

Keterkaitan penelitian ini dengan hasil penelitian Yuniar Citra Dewi

Soedjito (2018) bahwa bila dilihat dari dari keefektifan suatu implementasi

kebijakan, maka implementasi kebijakan pengembangan dan pemberdayaan usaha

mikro, kecil dan menengah (UMKM) harus tepat dan masuk akal (reasonable).

98
Ketepatan ini dimaksudkan apakah targetnya dalam kondisi siap untuk diintervensi

atau tidak. Kesiapan yang dimaksud dalam hal kebijakannya apakah dalam kondisi

mendukung atau menolak.

Berdasarkan uraian sebelumnya terkait dengan logika kebijakan

sebagaimana yang diterapkan oleh Pemerintah Pusat sudah dijalankan dengan baik

karena pemerintah telah mendengarkan keluhan dari masyarakat akan adanya

dampak dari pandemi covid-19 dan kemudian mengeluarkan kebijakan berupa

bantuan modal kepada pelaku UMKM yang membutuhkan, akan tetapi Program

tersebut masih belum merata di kalangan UMKM karena dari survey dan penelitian

yang peneliti lakukan pemberian bantuan modal tersebut belum merata. Untuk itu

diperlukan pendataan lebih lanjut lagi dari pemerintah terhadap palaku-pelaku

UMKM yang benar-benar membutuhkan bantuan tersebut, karena masyarakat

pelaku UMKM inilah yang menjadi salah satu penentu keberhasilan dari program

ini.

b) Lingkungan Tempat Kebijakan Dioperasikan

Faktor penentu keberhasilan kedua dalam implementasi Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan UMKM yaitu Lingkungan Tempat

Kebijakan Dioperasikan. Menurut Devid L. Weimer dan Aidan R. Vining (dalam

Subarsono 2005) faktor lingkungan tempat kebijakan dioperasikan mempunyai

peranan penting dalam implementasi kebijakan, karena bagaimanapun lingkungan

99
implementasi itu sendiri mencakup sejauhmana perubahan yang diinginkan dari

sebuah kebijakan, apakah letak sebuah program sudah tepat, apakah sebuah

program didukung oleh sumberdaya yang memadai. Lingkungan implementasi

merupakan suatu tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat atau Sumber Daya

Manusia (SDM). SDM untuk merealisasikan tujuan yang tertuang dalam kebijakan

adalah variabel yang paling kursial. Aparat pemerintah harus memiliki

keterampilan dalam membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan

tujuan tersebut.

Sesuai dengan hasil pengamatan dilapangan yang dilihat dari faktor

lingkungan tempat kebijakan dioperasikan yang ada di Kota Gorontalo sudah

melaksanakan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang ada. Dengan adanya

tim pendamping UMKM yang melaksanakan mengimplementasikan Kebijakan

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Gorontalo di

Masa Pandemi Covid-19 sehingga dapat memudahkan dioperasikannya Program

Kebijakan Pemberdayaan ini. Dalam hal ini pelaksana Lingkungan Tempat

Kebijakan Dioperasikan Program Bantuan Modal adalah Tim Pendamping UMKM

Kantor Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UMKM Kota Gorontalo. Lingkungan

tempat kebijakan dioperasikan di Kota Gorontalo bisa dikatakan sudah sesuai.

Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian Karla Meiva Lumempow (2021)

bahwa Lingkungan Implementasi Kebijakan BPUM telah menggambarkan adanya

100
manfaat yang di dapati oleh sebagian besar masyarakat penerima BPUM, walaupun

masih ada sebagian kecil yang menerima dana bantuan tetapi tidak

mempergunakan dana tersebut sebagaimana mestinya sehingga menggambarkan

tidak adanya perubahan pada usahanya. Dan masih ada masyarakat yang tidak bisa

merasakan manfaatnya karena tidak menerima bantuan itu.

Berdasarkan uraian sebelumnya terkait dengan lingkungan tempat kebijakan

dioperasikan dapat disimpulkan bahwa Lingkungan Tempat Kebijakan

Dioperasikan masih sangat terbatas. Mengingat peneliti menemukan bahwa belum

semua pelaku umkm telah menerima bantuan modal dari pemerintah, hal ini

dikarenakan jumlah pelaku umkm yang sangat banyak membuat program ini tidak

dapat tersebar luas dan berjalan dengan optimal.

c) Kemampuan Implementator Kebijakan

Kemampuan Implementator Kebijakan merupakan faktor penentu

keberhasilan terakhir dalam pengimplementasian Kebijakan Pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil Dan Menengah Di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19 ini.

David L. Weimer mengemukakan bahwa meskipun logika kebijakan telah sesuai

dengan permasalahan dari sebuah kebijakan dan para pelaksana kebijakan telah

mengetahui apa yang harus dilakukan serta lingkungan tempat kebijakan tersebut

dioperasikan, implementasi masih akan terhambat oleh tingkat kompetensi dan

keterampilan dari Implementator kebijakan. Kemampuan Implementator kebijakan

101
akan memberikan kesan yang baik kepada masyarakat pelaku umkm yang

membutuhkan bantuan umkm dan akan otomatis dapat memudahkan

Implementator dalam melaksanakan kewenangannya.

Sesuai dengan hasil pengamatan dilapangan yang dilihat dari faktor

kemampuan Implementator kebijakan yang ada di Kota Gorontalo sudah

melakukan tugasnya dengan baik, sopan, santun, beradab dan bertanggung jawab.

Implementator dari kebijakan ini tidak lain adalah Tim Pendamping UMKM dari

Kantor Dinas Tenaga Kerja Koperasi dan UMKM. Tim pendamping UMKM sudah

bertanggung jawab dalam melakukan melaksanakan program ini dengan bertindak

seperti melakukan berbagai kegiatan maupun program seperti, survey langsung

kelapangan tempat para pelaku umkm menjalankan usahanya, sopan dalam

mewawancari pelaku umkm, serta dengan sabar menunggu akan siapnya pelaku

umkm untuk di wawancarai.

Keterkaitan penelitian ini dengan hasil penelitian Lisa Anggreani (2017)

bahwa implementasi kebijakan Keberhasilan kebijakan sangat ditentukan pada

tahap implementasinya sedangkan keberhasilan proses implementasi ditentukan

oleh kemampian Implementator, dalam penelitian ini terdapat dua yaitu: 1)

kepatuhan Implementator mengikuti apa yang diperintahkan oleh atasan. Hasil dari

penelitian pada poin pertama ini ialah kepatuhan dinas koperasi dan UMKM

menjalankan perintah yang mengacu pada Peraturan daerah nomor 02 tahun 2016

102
tentang dana bergulir. 2) kemampuan Implementator melakukan aoa yang dianggap

tepat sebagai keputasan pribadi dalam menghadapi pengaruh eksternal dan faktor

non-organisasional, atau pendekatan faktual.

Berdasarkan uraian sebelumnya terkait dengan kemampuan Implementator

kebijakan dapat disimpulkan bahwa sikap yang terapkan oleh Implementator

kebijakan sudah sangat baik dan efektif dalam pengupayakan pemberdayaan

kepada masyarakat umkm yang mendapatkan dampak dari adanya pandemi covid-

19.

103
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan pada bab

sebelumnya yang terkait dengan fokus dan sub fokus penelitian maka dapat ditarik

kesimpulan peneliti sebagai berikut:

1. Proses pengembangan Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19

sudah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme dan prosedur dimulai dari

kementrian menyurat ke dinas provinsi lalu diteruskan ke kantor UMKM

kabupaten kota kemudian diteruskan ke masing-masing kelurahan dengan

syarat penerima BPUM itu mempunyai usaha yang terus menerus aktif dan

produktif tidak sewaktu-waktu setelah menerima data dari kelurahan.

Mengenai kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, pemerintah

mengeluarkan kebijakan dari kota, provinsi maupun daerah berupa Program

Kegiatan Pemulihan Ekonomi atau BPUM sebesar Rp2.400.000 agar supaya

para pelaku UMKM ini bisa berjualan kembali. Aspek kedua adalah Potensi

atau daya/Empowering menunjukan bahwa pelaksanaanya sudah dilakukan

dengan baik dan juga melibatkan masyarakat, masyarakat yang terdaftar

104
sebagai pelaku UMKM terbukti sudah menjalankan program dari

pemerintah yakni meningkatkan potensi yang mereka miliki dengan

diadakannya pelatihan diklat pemasaran di setiap tahunnya. Dan aspek

terakhir adalah Kemandirian dan Memberdayakan Mengandung Arti

Melindungi/Protecting dimana tahap ini belum terlaksanakan secara efektif.

Berdasarkan temuan peneliti dilapangan bahwa untuk mendapatkan bantuan

modal dari pemerintah para pelaku UMKM ini harus tidak memiliki

pinjaman, itulah salah satu bentuk protecting pemerintah terhadap

masyarakat. Namun, meskipun telah ada beberapa masyarakat yang berhasil

mendapatakan bantuan modal dari pemerintah, tetap saja peneliti masih

menemukan permasalahan dilapangan bahwa tidak semua pelaku umkm

mendapatkan protecting, salah satunya masih ada masyarakat yang hingga

saat ini belum juga terdaftar sebagai pelaku UMKM di Kantor Dinas Tenaga

Kerja Koperasi dan UMKM padahal beliau sedang tidak memiliki pinjaman,

namun sepertinya tidak terdata di kantor umkm seperti yang dijelaskan

diatas yang menyebabkan masyarakat sangat merasakan dampak dari adanya

pandemi covid-19.

2. Faktor-faktor yang menentukan Implementasi Kebijakan Pemberdayaan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Gorontalo Di Masa

Pandemi Covid-19 satu faktor diantaranya sudah dilakukan dengan baik

105
sesuai dengan prosedur yang ada, namun dua faktor masih belum terlaksana

dengan baik. Dilihat dari Faktor pertama yakni Logika Kebijakan

sebagaimana yang diterapkan oleh Pemerintah Pusat sudah dijalankan

dengan baik karena pemerintah telah mendengarkan keluhan dari

masyarakat akan adanya dampak dari pandemi covid-19 dan kemudian

mengeluarkan kebijakan berupa bantuan modal kepada pelaku UMKM yang

membutuhkan sebesar Rp2.400.000, akan tetapi Program tersebut masih

belum merata di kalangan UMKM karena dari survey dan penelitian yang

peneliti lakukan pemberian bantuan modal tersebut belum merata. Faktor

kedua adalah Lingkungan Tempat Kebijakan Dioperasikan dimana

Lingkungan Tempat Kebijakan Dioperasikan masih sangat terbatas (belum

menyeluruh). Faktor terakhir adalah Kemampuan Implementator Kebijakan

dimana Implementator kebijakan memiliki sikap yang baik, sopan, santun,

beradab dan bertanggung jawab dalam melaksanakan program ini.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada peneliti ingin memberikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Pemerintah harus bisa lebih mendengarkan keluh-kesah masyarakat yang

terkena dampak dari pandemi covid-19.

106
2. Perlu adanya pemberian informasi lebih tentang pentingnya mendaftar

sebagai pelaku UMKM di kantor Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UMKM

agar jika sewaktu-waktu pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa

bantuan, masyarakat dapat merasakan bantuan yang diberikan oleh

pemerintah.

3. Perlu dilakukan pembinaan secara mendalam dan terus menerus akan

potensi-potensi yang ada di dalam diri masyarakat agar dapat memanfaatkan

potensi pemberdayaan yang telah diberikan oleh pemerintah.

4. Masyarakat perlu meningkatkan potensi dalam diri dengan mengikuti

pelatihan diklat pemasaran agar usaha yang digeluti semakin berkembang

mengingat saat ini sudah berada di era digital (online).

5. Pemerintah harus melakukan pendataan lebih lanjut lagi terhadap palaku-

pelaku UMKM yang benar-benar membutuhkan bantuan tersebut hinga ke

pelosok-pelosok Kota Gorontalo.

6. Perlu adanya survey menyeluruh di tiap-tiap bagian Kota Gorontalo yang

terdapat pelaku umkm yang mengalami dampak dari pandemi covid-19.

107
DAFTAR PUSTAKA
Syafiie, Inu Kencana. 2015. Ilmu Administrasi. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Administrasi.Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung :


Alfabeta

Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta :


Prenadamedia Group.

Sudaryanto, Ragimun. 2011. Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar


Bebas Asean. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat

Anggito, A. & Johan Setiawan. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Sukabumi:


CV Jejak.

Karsidi, R & Irianto, H. 2005. Strategi Pemberdayaan UMKM di Wilayah


Surakarta. Dalam Diskusi Regional Kerjasama Bank Indonesia Solo dengan
Badan Koordinasi Pembangunan Lintas Kabupaten/Kota Wilayah II
Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Hotel Sahid Raya Solo, 30 Juni 2005.

Sijabat, S. 2008. Potret Iklim Usaha Pemberdayaan UMKM. Infokop, 16. 1-17

108
Suarja, W. AR. 2007. Kebijakan Pemberdayaan UKM dan Koperasi Guna
Menggerakkan Ekonomi Rakyat dan Menanggulangi Kemiskinan.
http://smecda.com/deputi7/file_makalah/IPB-BOGOR.pdf.

Jurnal-jurnal Penelitan

Kristina, Sedyastuti. (2018). Analisis Pemberdayaan UMKM dan Peningkatan Daya

Saing Dalam Kancah Pasar Global

Wilfarda Charismanur, Anggraeni, dkk. (2021) Kebijakan Pemerintah Dalam


Pemberdayaan UMKM Di Masa Pandemi Covid-19 Di Indonesia

Arin Ramadhiani, Soleha. Kondisi Umkm Masa Pandemi Covid-19 Pada


Pertumbuhan Ekonomi Krisis Serta Program Pemulihan Ekonomi Nasional.

Kristina, Sedyastuti. (2018).Analisis Pemberdayaan UMKM dan Peningkatan Daya


Saing Dalam Kancah Pasar Global

Bappenas. (2020). Kajian Kebijakan Penanggulangan Dampak COVID-19 terhadap


UMKM Survei Kebutuhan Pemulihan Usaha Bagi UMKM Indonesia.

Putri, A. S. (2019). Peran UMKM dalam Perekonomian Indonesia.

Sudrajat, Pemberdayaan UMKM dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan


Milenium (Penanggulangan Kemiskinan)

Saputra, D. (2021). Survei BI : 87,5 Persen UMKM Indonesia Terdampak Pandemi
Covid-19.

Rahmana, Arief. 2008. Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Informasi Terdepan
tentang Usaha Kecil Menengah

109
Balitbang, Buleleng. (2020). Kajian Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap UMKM
Di Kabupaten Buleleng

Alief, Rakhman Setyanto, dkk. (2015). Kajian Strategi Pemberdayaan Umkm


Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas Kawasan Asen (Studi Kasus Kanpung
Batik Laweyan): Jurnal Etikonomi, 14(2), 205-220

Fidianing Sopah, dkk. (2020), Implementasi Kebijakan Pengetasan Kemiskinan


Melalui Pemberdayaan Umkm Di Kabupaten Sidoarjo: Jurnal Syntax Idea, 2(6)

Aldina, Hapsari & Rilus A. (2018). Hubungan Partisipasi Dalam Program


Pemberdayaan Umkm Dengan Tingkat Kesejahteraan Peserta: Jurnal Sains
Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat, 2(1), 1-12

Ni, Nyoman Sunariani, dkk. (2017). Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah (Umkm) Melalui Program Binaan Di Provinsi Bali: Jurnal Ilmiah
Anajemen Dan Bisnis, 2(1)

I Gede Yudha Pratama. (2020). Proses Kreatif Dalam Upaya Pemberdyaan Umkm
Melalui Rangkaian Acara Clinic Design – Std Bali Design Week: Jurnal Lentera
Widya, 2(1)

Ferry Duwi Kurniawan & Luluk Fauiah. (2014). Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil
Dan Menengah (Umkm) Dalam Penanggulangan Kemiskinan. 2(2), 103-220

Yuli Rahmini, Suci. Perkembangan Umkm (Usaha Mikro Kecil Dan Menengah) Di
Indonesia

Linawati, dkk. (2018). Pemberdayaan Umkm Perempuan Kota Denpasar Dibidang


E-Commerce. 17(1)

110
Heri Kurniawan, HS, dkk. (2020). Konsep Kebijakan Strategis Dalam Menangani
Eksternalitas Ekonomi Dari Covid-19 Pada Masyarakat Rentan Di Indonesia:
Indonesian Journal Of Social Sciences And Humanities, 1(2), 130-139

Kiki Amelia, Sari, dkk. (2021). Pemberdayaan Melalui Pelatihan Pemasaran Produk
Umkm Omah Jenang Blitar Di Masa Pandemi Covid-19: Jurnal ABDIMASA
Pengabdian Masyarakat, 4(2), 64-72

Nardi, Sunardi, dkk. (2020). Peran Manajemen Keuangan Dan Digital Marketing
Dalam Upaya Peningkatan Omset Pejualan Bagi Umkm Pasar Modern Intermodal
Bsd City Kota Tangerang Selatan Di Tengah Pandemi Covid-19: Jurnal Abdi
Masyarakat Humanis, 2(1), 20-27

Laily, Muzdalifah, dkk. (2020). Pemberdayaan Pelaku Umkm Menuju Umkm Go-
Digital Di Era Pandemi Covid-19 Dan Era New Normal Bagi Pelaku Umkm
Sidoarjo: Jurnal Seminar Nasional Sistem Informasi.

Regulasi:

Undang-Undang No. 20. Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM).

Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia
No. 01 Tahun 2020 tentang petunjuk teknis penggunaan Dana Alokasi Khusus
Nonfisik peningkatan kapasitas koperasi, usaha kecil, dan menengah.

Surat Edaran Gubernur Gorontalo nomor 510/DKUPP/512 Tahun 2020 tentang


Penggunaan Produk IKM dan UMKM.

111
LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan Wawancara

Hal: Permohonan menjadi Infoman Gorontalo, Juni 2022

Kepada Yth.

Bpk/Ibu/Sdr. Informan

Di tempat

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Dalam rangka penelitian untuk Skripsi dengan ini saya,

Nama : RELLYGIA SYAHPUTRI LANTI

NIM : 941418002

Status : Mahasiswi Program Studi S1 Administrasi Publik Universitas Negeri


Gorontalo

Memohon bantuan Bapak/ Ibu/ Saudara untuk menjadi informan dalam


penelitian ini. Saya mengharapkan Bapak/ Ibu/ Saudara dapat memberikan
informasi penelitian ini dengan baik dan lengkap.
Wawancara ini ditujukan untuk Bapak/ Ibu pegawai Di Kantor Dinas
Tenaga Kerja, Koperasi dan UMKM Kota Gorontalo. Data yang diperoleh dari

112
kuesioner ini akan saya gunakan untuk mengetahui “Kebijakan Pemberdayaan
Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) Di Kota Gorontalo Di Masa
Pandemi Covid-19”.

Semua informasi yang terkumpul melalui wawancara ini hanya akan


digunakan untuk penelitian ini saja dan saya akan menjaga kerahasiaannya sesuai
dengan etika penelitian.
Atas kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya
Peneliti

RELLYGIA S. LANTI
PANDUAN WAWANCARA
941418002
Nama : .......................................................................

Jenis Kelamin : L / P

Usia : .......................................................................

Pendidikan Formal Terakhir: .......................................................................

Fokus/ Sub Fokus


Pertanyaan Penelitian
Penelitian

Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) Di Kota


Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19

1. Pengembangan/  Dapatkah Bapak/ Ibu/ Saudara/i


Enabling
menyampaikan kepada saya mengenai

Bagaimana perkembangan tentang kebijakan

yang diberdayakan oleh pemerintah terhadap

113
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kota

Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19?

 Saya ingin mengetahui pendapat Bapak/ Ibu/

Saudara/i mengenai kebijakan yang diberikan

oleh pemerintah terhadap Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah Di Masa Pandemi Covid-19,

bagaimakah proses Implementasi Kebijakan

Pemberdayaan dilakukan?

2. Potensi atau  Dapatkah Bapak/ Ibu/ Saudara/i


daya/empowering
menyampaikan kepada saya mengenai

bagaimanakah cara memanfaatkan potensi

pemberdayaan yang telah diberikan oleh

pemerintah?

 Apa yang Bapak/ Ibu/ Saudara/I lakukan agar

potensi-potensi yang ada dapat berkembang?

3. Kemandirian dan  Menurut Bapak/ Ibu/ Saudara/I seperti apa dan


memberdayakan
mengandung arti bagaimana bentuk dari protecting yang telah
melindungi/protecting
diberikan oleh pemerintah terhadap UMKM di

Masa Pandemi Covid-19?

114
Faktor yang menentukan Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Dan
Menengah (Umkm) Di Kota Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19

1. Logika Kebijakan  Dapatkah Bapak/ Ibu/ Saudara/i memberikan

informasi kepada saya mengenai apakah

kebijakan pemberdayaan yang diterapkan

pemerintah masuk akal (reasonable) dan juga

mendapat dukungan teoritis?

2. Lingungan tempat  Dapatkah Bapak/ Ibu/ Saudara/i memberikan


kebijakan dioprasikan informasi kepada saya mengenai bagaimana
dengan lingkungan atau tempat di
Implementasikannya Kebijakan Pemberdayaan
tersebut? Apakah lingkungan tempat
pengimplementasiannya kebijakan
pemberdayaan sudah sesuai?

3. Kemampuan  Dapatkah Bapak/ Ibu/ Saudara/i memberikan


Implementator kebijakan
informasi kepada saya mengenai bagaimana

sikap pelaksana dalam implementasi

Kebijakan Pemberdayaan UMKM Di Kota

Gorontalo Di Masa Pandemi Covid-19?

115
Lampiran II : Daftar Nama-Nama Informan Penelitian

No. Nama Informan Jabatan Keterangan

1. IT
Idarowaty Tanango Kepala Seksi UKM

2. Tenaga Kontrak Pendamping DW


Dono Defrianto Wantogia, SE
UMKM
3. RS
Ryan Sawaku UMKM Owner Coffee Shop

4. OS
Ocen Sayabunga UMKM Toko Karawo

5. YI
Yulin Ismail UMKM Toko Buah

6. RK
Rita Karim UMKM Toko Asesoris

7. YY
Yayu UMKM Toko Berkah Wangi

8. UMKM Toko Pakaian Sekolah & SA


Sundari Adiko
Gorden
9. RB
Rining Bilalea UMKM Pakaian Jadi

116
10. UMKM Lapak Tzakir (rempah- SA
Sriwahyuni Annas
rempah)
11. UMKM Lapak Tina (rempah- SL
Supartina Labadtjo
rempah)
12. WD
Widya Daini UMKM Rumah Laundry

Lampiran III Transkip Wawancara


Fokus/ Sub
No Fokus Pertanyaan Penelitian Narasumber dan Informasi
Penelitian

Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan


1.
Mengah di Kota Gorontalo di Masa Pandemi Covid-19
Pengembangan/ a. Bagaimana IT: Perkembangan tentang
Enabling perkembangan kebijakan yang diberdayakan oleh
tentang kebijakan pemerintah terhadap Usaha Mikro,
yang diberdayakan Kecil dan Menengah di masa
oleh pemerintah Pandemi Covid-19 yakni
terhadap Usaha pemerintah mengeluarkan
Mikro, Kecil dan kebijakan dari kota, provinsi
Menengah di Kota maupun daerah berupa Program
Gorontalo Di Masa Kegiatan Pemulihan Ekonomi
Pandemi Covid- agar supaya para pelaku UMKM
19? ini bisa berjualan lagi, tetap
bertahan walaupun pandemi
setidaknya masih ada.
RK: Benar saya adalah salah satu
pelaku umkm yang terdaftar pada

117
kantor Dinas Tenaga Kerja,
Koperasi da UMKM, sewaktu
awal-awal pandemi covid-19
kemarin saya benar mengalami
penurunan omset yang di
sebabkan oleh kurangnya pembeli,
kemudian saya mendengar kabar
bahwa pemerintah mengeluarkan
kebijakan yakni Bantuan modal
atau BPUM sebesar Rp2.400.000
dan hanya sekali itu saja.
OS: Saya sudah selama 7 tahun
yakni dari 2016 sampai 2022 ini
belum juga terdaftar pada kantor
UMKM sehingga di masa krisis
ekonomi yang disebabkan oleh
pandemi Covid-19 kemarin saya
tidak menerima bantuan BPUM
entah itu saya yang kurang paham
atas metode atau prosedur dari
kantor UMKM atau usahanya saya
yakni Toko Karawo belum sempat
di kunjungi atau di survei oleh
Tenaga pendamping dari kantor
UMKM.
RS: kebetulan saya tidak terdaftar
dikantor UMKM jadi saya tidak
tahu menahu persoalan ada atau
tidaknya kebijakan dari
pemerintah.
YI: tidak ada, belum pernah di
survey, belum pernah terima
bantuan dari pemerintah.
YY: kebetulan usahanya saya ini
ada bersamaan dengan datangnya
covid, jadi tidak begitu merasakan
dampak dari pandemi covid-19.
SA: tidak tahu, saya tidak tahu

118
kalau ada bantuan dari
pemerintah, saya juga belum
terdaftar di kantor umkm, saya
tidak tahu caranya mendaftar.
RB: Ya, saya sudah terdaftar di
kantor UMKM, waktu itu juga
saya sempat terima bantuan dari
pemerintah, cuman ya begitulah
banyak yang harus di biayai jadi
menurut saya masih kurang.
SA: saya belum dapat bantuan,
insyaallah siapa tahu habis
diwawancarai ini akan dapat
bantuan.
SL: sudah lama saya usaha
rempah-rempah, tapi belum dapat
bantuan, covid-19 kemarin juga
tidak ada, tidak ada dari pihak
pemerintah datang mensurvey.
WD: kebetulan saya ini hanya
karyawan disini, tapi saya sudah
dari sebelum covid sudah kerja
disini, sepengetahuannya saya
b. Kebijakan seperti laundry ini tidak dapat bantuan.
apa yang diberikan
oleh pemerintah
terhadap Usaha IT: proses pemberdayaan
Mikro, Kecil dan dilakukan yakni dari kementrian
Menengah Di Masa menyurat ke dinas provinsi terus
Pandemi Covid-19, di teruskan ke kantor UMKM
serta kabupaten kota dari sini diteruskan
bagaimanakah ke masing-masing kelurahan, kita
proses minta datanya itu dari kelurahan,
Implementasi usulannya dari kelurahan, dengan
Kebijakan syarat penerima BPUM itu
Pemberdayaan mempunyai usaha yang terus
tersebut dilakukan? menerus aktif dan produktif tidak
sewaktu-waktu, terus juga harus
dibuktikan dengan adanya surat

119
izin usaha/surat keterangan usaha,
kemudian tidak mempunyai
pinjaman (penerima KUR).
Kemudian dari kantor Disnaker ini
sendiri harus ada Nomor Induk
Berusaha (NIB) yang tercatat
sampai ke pusat, pengurusannya
juga sekarang berbasis online
tetapi kalua ada pelaku usaha yang
tidak bisa mengakses disini ada
tenaga pendamping UMKM dan
tenaga operator di bidang sosial
daerah, mereka yang dampingi
membantu membuat NIB tersebut.
DW: untuk prosenya kita lihat
sesuai dengan data yang masuk
dari kelurahan, jadi kalau datanya
sudah ada yang masuk dari
kelurahan maka kami hubungi satu
persatu via telfon, sehari itu bisa
turun ke 5-10 pelaku UMKM
dengan membahwa Lembar Hasil
Kunjungan (LHK), kemudian
untuk turun ke pelaku UMKM ini
tidak serta merta hanya ambil data,
tetapi tetap mendengar apa yang
menjadi keluhan masyarakat. Soal
bagaimana kalau ada pelaku
umkm yang belum terdaftar di
kantor, biasanya mereka itu
langsung menghubungi saya lewat
Whatsup dan biasa juga ada yang
datang langsung kesini, hanya saja
lebih banyak yang menghubungi
lewat Whatsup.
Potensi atau Bagaimana cara IT: Berbicara menegenai
Daya/Empoweri memanfaatkan potensi bagaimana cara meningkatkan
ng pemberdayaan yang potensi pemberdayaan yang ada
telah diberikan oleh yakni dari kantor ini kami

120
pemerintah? Apa yang mengeluarkan kebijakan Diklat
dilakukan agar potensi- yang setiap tahun dilaksanakan
potensi yang ada dapat untuk pelaku UMKM yang
berkembang? pemula, atau yang wirausaha baru
terus juga wirausaha lama yang
sudah meningkat. Salah satunya
Diklat Pemasaran, prosesnya
dilakukan secara offline,
kemudian yang di ajarkan disitu
adalah cara agar bisa mendapatkan
perizinan, berhubung sekarang
segala pengurusan berkas sudah
berbasis online (digital). Selain itu
kita juga rutin lakukan evaluasi
per-tiap tahun kepada pelaku
UMKM yang menerima bantuan
apakah setelah mendapatkan
bantuan modal usahanya
meningkat atau tidak.
RT: saya termasuk peserta diklat
pemasaran yang setiap tahun
dilaksanakan, awalnya saya tidak
tahu menahu segala persoalan
yang berbasis digital, kemudian
dari Kantor Dinas Tenaga Kerja,
Koperasi dan UMKM
mengeluarkan kebijakan yakni
mengadakan Pelatihan Diklat
Pemasaran yang bertujuan untuk
mengajarkan saya bagaimana
cara-cara agar bisa mendapatkan
surat perizinan melalui online
hingga pada bagaimana
melakukan pemasaran via Online.
Kemandirian Seperti apa dan IT: perlindungan terhadap UMKM
dan bagaimana bentuk dari yang kita bina selalu kita lakukan
Memberdayakan protecting yang telah dengan tidak memberikan bantuan
Mengandung diberikan oleh untuk pelaku UMKM yang
Arti pemerintah terhadap memiliki pinjaman, maka dari itu

121
Melindungi/ UMKM di Masa gunanya kita disini sebagai wadah
Protecting Pandemi Covid-19? bagi masyarakat untuk
memberikan bantuan dan juga
dengan bersikap tegas kepada
masyarakat untuk tidak
memberikan bantuan kepada
pelaku umkm yang memiliki
pinjaman. Hal ini perlu dan
penting untuk di perhatikan agar
supaya mereka yang mendapatkan
bantuan bisa memanfaatkan
bantuan dari pusat sebaik mungkin
untuk merangsang kembali usaha-
usaha yang sempat terkena
dampak dari pandemi Covid-19.
RT: saya sewaktu pertama kali di
data oleh tenaga kontrak
pendamping yang diutus oleh
Kantor Dinas Koperasi dan
UMKM yang di data duluan
adalah sudah berapa lama
usahanya saya, omsetnya naik
turun atau tidak dan kemudian di
tanyalah kalau saya pernah
melakukan pijaman di bank-bank
dan masih ada sisa hutang,
kebetulan saya sedang tidak
melakukan ataupun memiliki
pijaman di mana pun, setelah itu
pihak dari kantor UMKM ini
kembali mensurvey bagaimana
perkembangan usaha saya apakah
terus menerus atau putus-putus
dengan kata lain musiman.
YI: Saya sudah pernah disurvey
sudah pernah juga di data dan di
tanya-tanya apakah pernah ada
pinjaman atau masih ada
pinjaman, saya menjawab tidak.
Namun sampai saat ini maish

122
belum menerima bantuan dari
pemerintah seperti halnya yang di
sampaikan oleh peneliti
Faktor-Faktor Yang Menentukan Kebijakan Pemberdayaan Usaha
2. Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) Di Kota Gorontalo Di Masa
Pandemi Covid-19
Logika Apakah implementasi IT: dari pihak kami sudah
Kebijakan kebijakan pemberdayaan melakukan turun lapangan
UMKM di Kota terhadap pelaku-pelaku UMKM
Gorontalo di masa yang berada di Kota Gorontalo
pandemi covid-19 yang dan melihat bagaimana sulitnya
diterapkan pemerintah mereka untuk merangsang
masuk akal kembali usaha mereka akibat
(reasonable)? pandemi covid-19 yang terjadi,
dan kebanyakan dari pelaku-
pelaku UMKM ini sendiri
banyak yang mengeluh akan
kekurangan modal usaha atau
tidak adanya balik modal maka
dari itu mereka menginginkan
bantuan berupa dana, saya rasa
kalau untuk kebijakan
pemberdayaan yang di terapkan
oleh pemerintah sudah cukup
masuk akal karena masyrakat
menginginkan bantuan modal
dan kemudian dikeluarkanlah
BPUM sebagai kebijakan untuk
memberdayakan masyarakat
pelaku UMKM.
RB: kebijakan dari pemerintah
untuk memberdayaan usaha
kami belum seluruhnya
menyeluruh dibuktikan dengan
usahanya saya yang bisa dibilang
ikut merasakan dampak dari
adanya pandemic covid-19 yakni
sempat tidak ada pembeli sama
sekali hingga menyebabkan

123
turunnya omset penjualan, tetapi
saya sempat mendengar teman-
teman saya sesame pelaku umkm
bahwa mereka mendapatkan
bantuan dari pemerintah sebesar
Rp2.400.000 dan menurut saya
kebijakan itu masuk akal akan
tetapi yang tidak masuk akalnya
kenapa saya tidak dapat
sedangkan teman sesama pelaku
umkm lainnya mendapatkan
bantuan tersebut
Lingkungan Bagaimana dengan lingkungan tempat kebijakan
Tempat lingkungan atau tempat dioperasikan disesuaikan dengan
Kebijakan di di Implementasikannya data yang masuk dari kelurahan
Operasikan Kebijakan dilihat dari kondisi sosial-
Pemberdayaan tersebut? ekonominya mereka apakah
Apakah lingkungan benar-benar mengalami dampak
tempat dari adanya pandemi covid-19
pengimplementasiannya atau tidak, kemudian juga dilihat
kebijakan pemberdayaan dari lingkungannya para
sudah sesuai? penguasa dan budaya
masyarakat, maksudnya adalah
apakah lingkungan yang akan
diimplementasikan kebijakan
tersebut dipengaruhi oleh
kekuasaan dan kepentingan yang
saling berkaitan atau yang sering
disebut dengan sebutan “orang
dalam” maka dari itu selalu
dipantau dan diingatkan agar
kebijakan pemerintahn untuk
memberdayakan pelaku umkm
ini tepat sasaran dan bisa
berjalan secara efektif & efisien.
DW: memang benar dari pihak
kami yakni Kantor Dinas Tenaga
Kerja Koperasi dan UMKM
sebelum menentukan atau

124
menetapkan siapa-siapa saja
yang pantas mendapatkan
Program merintah yakni BPUM
kami meneliti dan menantau
apakah masyarakat yang akan
mendapatkan bantuan tersebut
memang benar-benar terkena
dampak dari covid-19 atau hanya
karena adanya kekuasaan dan
kepentingan yang berkaitan.
Itulah sebabnya kami melakukan
observasi langsung ke tempat
usahanya mereka.
Kemampuan Bagaimana sikap IT: di Dinas Dinas Tenaga Kerja
Implementator pelaksana dalam Koperasi dan UMKM memiliki
Kebijakan implementasi kebijakan tugas wewenang masing-masing,
pemberdayaan UMKM kalau untuk sikap pelaksana
Di Kota Gorontalo Di aparat ke masyarakat boleh
Masa Pandemi Covid- silahkan melakukan wawancara
19? langsung dengan Tenaga
Kontrak pendamping UMKM
karena dia yang selalu turun
lapangan dan bertemu langsung
dengan pelaku UMKM,
kemudian untuk sikap pelaksana
dari pusat saya rasa sudah di
jelaskan tadi bahwa prosesnya
sudah sangat baik begitupun
dengan sikap aparat yang dari
pusat.
DW: berbicara soal kemampuan
Implementator dalam
menerapkan kebijakan salah satu
contohnya adalah sikap. Nah
bagaimana sikap kita dalam
mendata, berhadapan langsung
dengan pelaku ukm, sopan dan
santunnya kita datang ke tempat
usahanya mereka, bahkan

125
adapula yang sewaktu saya
sampai di tempat usahanya
mereka, itu mereka sedang
sibuk-sibuknya membuat produk
yang mereka jual seperti misalny
kue, ketika saya datang itu
mereka masih sementara
memanggang kue, dan sikap
yang saya berikan adalah
mengucapkan salam kemudian
memberi tahu identitas saya
siapa, dari mana dan untuk apa.
Kemudian setelah itu para pelaku
umkm inipun memberitahu
bahwa mereka lagi sibuk dan
kalau tidak keberatan saya di
suruh tunggu sebentar baru bisa
melaukan survey lokaasi. Kurang
lebih seperti itu sih, asal kitanya
sopan datang baik-baik, mereka
juga akan sangat sopan dengan
kita, intinya komunikasi yang
baik dengan mereka itu sangat
penting, dan juga sabarrr.
RB: aduh benar sekali mereka itu
kalau datang mengucap salam
dan dengan sabar menunggu
saya yang kadang sering sibuk
dengan produk yang saya jual,
tidak marah-marah, sehingga
kami juga senang di wawancarai
oleh mereka, bahkan saya tidak
segan-segan untuk mmberikan
produk saya secara gratis, karena
saya tahu mereka melakukan
survey lapangan ini tidak lain
tidak bukan untuk membantu
memberikan batuan modal
kepada saya.

126
Lampiran IV Surat Pengantar

127
Lampiran V Surat Izin Meneliti dari Fakultas

128
Lampiran VI Surat Tugas Meneliti

129
Lampiran VII Surat Keterangan Advis dari KESBANGPOL Kota Gorontalo

130
Lampiran VIII Dokumentasi Penelitian

131
Wawancara dengan Ibu Idarowaty Tanango (Kepala Seksi UKM di Kantor Dinas
Tenaga Kerja, Koperasi dan UMKM)

Wawancara dengan Bapak Dono Defrianto Wantogia, SE (Tenaga Kontrak


Pendamping UMKM)

Wawancara dengan Bapak Ryan Sawaku (UMKM Owner Coffee Shop)

Wawancara dengan Ibu Ocen Sayabunga (UMKM Toko Karawo)

132
Wawancara dengan Ibu Yulin Ismail (UMKM Toko Buah)

Wawancara dengan ibu Rita Karim (UMKM Toko Asesoris)

Wawancara dengan ibu Yayu (Toko Parfum Berkah Wangi)

133
Wawancara dengan Ibu Sundari Adiko (UMKM Toko Pakaian Sekolah & Gorden)

Wawancara dengan Ibu Rining Bilalea (UMKM Pakaian)

Wawancara dengan Ibu Sriwahyuni Annas (UMKM Lapak Tzakir: Rempah-


rempah)

134
Wawancara dengan Ibu Supartina Labadtjo (UMKM Lapak Tina: Rempah-rempah)

Wawancara dengan Ibu Widya Daini: (UMKM Rumah Laundry)

CURICULUM VITAE

A. IDENTITAS PRIBADI

135
Nama : Rellygia Syahputri Lanti
Tempat Tanggal Lahir : Gorontalo, 06 Januari 2001
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kancil, Kelurahan Tenilo, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo
Jurusan : Administrasi Publik
Angkatan : 2018
Email : rellygialanti06@gmail.com
No. Handphone : 082187612142
Nama Orang Tua
Ayah : Iwan Lanti
Ibu : Sundari Adiko

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan Formal
a. TK : TK Harapan Tahun 2006
b. SD : SD N 46 Hulonthalangi Tahun 2012
c. SMP : SMP Negeri 2 Gorontalo Tahun 2015
d. SMA : SMA Negeri 1 Gorontalo Tahun 2018
e. Perguruan Tinggi :Universitas Negeri Gorontalo, Fakultas Ilmu Sosial,
Jurusan S1 Administrasi Publik
2. Pendidikan Non Formal
a. Peserta pada kegiatan Masa Orientasi Mahasiswa Baru (MOMB)
Universitas Negeri Gorontalo tahun 2018
b. Peserta pada kegiatan pelatihan Komputer dan Internet di Universitas
Negeri Gorontalo tahun 2018

136
c. Peserta pada kegiatan “Pena Bidikmisi Fakultas Ekonomi yang dikemas
dalam Bentuk Workshop Penulisan dan Sharing Session Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Bidikmisi Berprestasi tahun 2018
d. Peserta Pelatihan Kepemimpinan dan Organisasi Himpunan Mahasiswa
Prodi S1-Ilmu Administrasi Publik tahun 2019
e. Peserta Magang Reguler tahun 2021
f. Peserta pada kegiatan “Pelatihan Pengelolaan Referensi Dan Sitasi
dengan Software Mendeley” tahun 2020
g. Peserta pada kegiatan “Kuliah Kerja Nyata (KKN) TEMATIK” tahun
2022
h. Peserta Seminar Nasional dengan Tema “Winning In Disruptive Era,
Siap Menuju Indonesia Mandiri 2034” tahun 2018
i. Peserta Seminar Daring Nasional dengan Tema “Optimalisasi Potensi
Diri untuk Meningkatkan Produktivitas” tahun 2020
j. Peserta dalam Webinar Administrasi dengan Tema “Menjadi
Administrator Profesional dalam Pelayanan Publik di Masa Pandemi”
tahun 2021.

137

Anda mungkin juga menyukai