Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

TAHUN AKADEMIK 2022 / 2023

JUDUL :
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN BULLYING
DIKALANGAN PELAJAR

Pengusul :
Mahasiswa/i Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Pamulang

Kontrak Nomor : 1085/C.11/LL.SPKP/UNPAM/III/2022

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS PAMULANG TAHUN 2022
i
ABSTRAK

Perkembangan hukum di indonesia dewasa ini sudah mengalami perubahan


yang sangat pesat yang berdampak kepada banyaknya problematika di setiap
bagian masyarakat, jika melihat begitu berkembangnya hukum tersebut maka
tindak kejahatan tidak hanya terjadi di lingkungan masayarakat saja akan tetapi juga
merambah ke kalangan pelajar dan juga generasi muda. Kejahatan yang sangat
marak terjadi dalam lingkungan sekolah adalah bullying.
Penindasan/Bullying didefinisikan sebagai perilaku agresif secara berulang
dengan tujuan menyakiti orang lain secara fisik ataupun mental. Karakteristik dari
Bullying merupakan perilaku yang berusaha untuk mengerahkan kekuasaan atas
orang lain. Bullying termasuk menyejek nama, menyakiti secara lisan dan tertulis,
terlebih banyak sekali terjadi di kalangan pelajar/sekolah.
Perundungan atau yang lebih dikenal dengan istilah Bulliying merupakan suatu
fenomena yang tidak asing lagi di indonesia adapun pihak ataupun pelakunya
biasanya terjadi dikalangan pelajar disekolah baik tingkat sekolah dasar atau
sekolah tingkat atas.
Tindakan bullying tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa. Saat ini bahkan
bullying kerap dilakukan oleh anak di sekolah. Sekolah yang dianggap merupakan
tempat belajar bagi anak untuk pencapaian masa depannya, dijadikan oleh anak
sebagai tempat menindas temannya yang lemah. Jika hal ini dibiarkan, akan
berdampak yang sangat serius baik bagi anak sebagai pelaku bullying maupun
sebagai korban.1
Kasus bullying di dunia pendidikan yang terjadi di tahun 2021.kemudian data dari
Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat pada tahun 2021 terdapat
17 kasus yang melibatkan pelajar dan pendidik.2
Untuk mencari alternatif pemecahan masalah diatas, maka diadakan sosialisasi dan
edukasi mengenai perlindungan hukum terhadap perbuatan bullying di kalangan
pelajar. Dengan tujuan untuk menambah pengetahuan mengenai perlindungan
terhadap anak dan langkah pencegahan dari tindakan bullying. Khalayak sasaran di
dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah. Santriwan dan santriwati
TPA/ TPQ AR-RIDHA, Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 28 Mei
2022 yang bertempat di TPA/ TPQ AR-RIDHA berlokasi di Jln Permata I Villa
Mutiara RT 05 RW 004 Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang
Selatan Provinsi Banten.

Berdasarkan evaluasi setelah dilakukan sosialisasi dan edukasi perihal


perlindungan hukum terhadap korban bullying tersebut para peserta mengalami
peningkatan pengetahuan dan pemahaman yang sangat baik berdasarkan hasil
postest yang dilakukan setelah kegiatan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini berjalan dengan amat lancar karena dukungan dari berbagai pihak, khususnya
partisipasi peserta yang sangat antusias dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
sosialisasi ini. Sehingga dengan demikian kegiatan sosialisasi ini hendaknya
kedepan dilakukan pada sasaran yang lebih luas lagi dan materinya dapat
dikembangkan lebih luas lagi sehingga pengetahuan dan pemahaman peserta
kegiatan dapat lebih meningkat lagi.

1
Damayanti, S., Sari, O. N., & Bagaskara, K. (2020). Perlindungan Hukum terhadap Anak Korban
Bullying di Lingkungan Sekolah. JURNAL RECHTENS, 9(2), 153-168.
2
https://kumparan.com/kumparannews/catatan-akhir-tahun-kpai-masih-banyak-kasus-bullying-
berujung-korban-meninggal-1xCdQQVB9QH
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan proposal kegiatan pengabdian kepada
masyarakat dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Bullying Di
kalangan Pelajar”. Pengabdian kepada masayarakat ini merupakan perwujudan
salah satu Tri Dharma Pergururan Tinggi khususnya di lingkungan program Studi
Ilmu Hukum.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. H. E. Nurzaman, AM., M.M., M.Si selaku Rektor
Universitas Pamulang yang banyak memberikan dukungan di dalam
kegiatan pengabdian masyarakat ini.
2. Bapak Dr. Oksidelfa Yanto, S.H., M.H. Dekan Fakultas Hukum
Universitas Pamulang yang telah banyak memberikan dorongan di
dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini.
3. Bapak Dr. Taufik Kurrohman, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum yang banyak memberikan kemudahan pada kegiatan
pengabdian masyarakat.
4. Dosen-dosen serta mahasiswa Program studi Ilmu Hukum yang ikut
terlibat dalam kegiatan pengabdian ini.
5. Kepala sekolah, guru dan siswa/i TPA/TPQ Ar-ridha yang telah
memberikan tempat dan waktu demi terlaksananya kegiatan pengabdian
masyarakat ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa proposal kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif demi
kesempurnaan proposal kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.
Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan
khasanah ilmu pengetahuan.
Pamulang,23 April 2022

Ketua Pengabdi

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN........................................i
ABSTRAK...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Gambaran Umum Situasi ......................................................................3
C. Rumusan Masalah .................................................................................6
D. Tujuan Kegiatan PKM...........................................................................6
E. Manfaat Kegiatan PKM.........................................................................6
F. Personil Pelaksana.................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. UU NO.35 THN 2014 TTG perubahan atas UU NO.23 THN
perlindungan anak (UU PA) ............................................................9
B. Selanjutnya penanganan anak yang berhadapan dengan hukum
mengacu pada Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) ..............................................12

BAB III METODE PELAKSANAAN


A. Kerangka Pemecahan Masalah .........................................................20
B. Realisasi Pemecahan Masalah ..........................................................20
C. Khalayak Sasaran ..............................................................................21
D. Tempat dan Waktu ............................................................................21
E. Metode Kegiatan ...............................................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan ..............................................................26
B. Pembahasan ...................................................................................... 35
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................35
B. Saran ................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 36
iv
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel 3.4 Susunan Acara Hari Pertama, Kedua dan Ketiga ......................23
Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Postest Peserta ................................................27
Tabel 4.2. Nilai Rata-Rata Pretest dan Postest Peserta ............................. 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Pemecahan Masalah ....................................19
Gambar 4.2. Nilai Rata-Rata Pretest dan Postest Peserta ...........................46

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bullying yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai perundungan


merupakan salah satu fenomena dalam bidang pendidikan yang menjadi pusat
perhatian dunia, karena membawa dampak negatif seumur hidup bagi siswa,
juga karena kontraproduktif dengan esensi pendidikan di sekolah (Arofa et
al., 2018)
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Undang-undang ini mengatur anak mendapatkan hak, perlindungan, dan
keadilan atas apa yang menimpa mereka.
Di jelaskan bahwa dalam Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak berbunyi:
"Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain
mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan:
a. Diskriminasi
b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual
c. Penelantaran
d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan
e. Ketidakadilan
f. Perlakuan salah lainnya.

Generasi penerus bangsa yaitu anak - anak sangat butuh memerlukan


perlindungan khusus dalam hukum hal tersebut harus berbeda dengan orang
dewasa, karena dengan fisik maupun mental anak belum matang dan dewasa.

1
Perlindungan hukum terhadap sebagai salah satu bentuk pembelaan
hukum terhadap hak kebebasan dan hak asasi anak dalam kaitannya dengan
kesejahteraannya, oleh karena itu anak harus memperoleh kesempatan yang
sebesar-besarnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik,
mental, sosial, berakhlak mulia, perlu melindungi anak dan mencapai
kebahagiaannya dengan menjamin pelaksanaan haknya dan diperlakukan
tanpa diskriminasi.
Menurut Komite Perlindungan Anak Indonesia telah mengidentifikasi
kasus yang melibatkan kelompok perlindungan anak antara 2011 dan 2016.
KPAI menyebutkan jumlah korban pelecehan lebih dari 50 sejak 2011 hingga
2016. Terakhir, pada 2016, jumlah korban mencapai 81. Angka ini ditemukan
pada kasus bullying yang terjadi di sekolah. Untuk jumlah pelaku bullying,
KPAI menemukan jumlahnya lebih dari 40 orang. Pada tahun 2016, jumlah
siswa yang menjadi korban bullying meningkat menjadi 93 orang.3

Bullying dapat terjadi dimana saja dan kapan saja selagi terdapat suatu
interaksi sosial yng sedang berlangsung anatar sesama manusia baik di
sekolahan ,tempat kerja, lingkungan sekitar tempat tinggal,lingkungan politik
dan lingkungan sosial lainya. Bullying biasanya terjadi di kalangan pelajar
atau sekolah merupakan hal yang sering di abaikan perilaku bullying tersebut
bisa dalam bentuk tindakan fisik seperti menendang dan menggigit, secara
lisan, misalnya dengan menyebarkan desas-desus dengan media perangkat
elektronik atau cyberbullying. Semua tindakan bullying, baik fisik maupun
verbal, akan berdampak pada kesejahteraan fisik dan psikologis korban.

3
Darmayanti, Kusumasari Kartika Hima, Farida Kurniawati, and Dominikus David Biondi
Situmorang. "Bullying di sekolah: Pengertian, dampak, pembagian dan cara
menanggulanginya." PEDAGOGIA 17.1 (2019): 55-66.

2
Akibatnmya korban bullying mengalami menderita baik secara fisik,
psikis dan sosial akibat luka, trauma, Selain itu bullying juga dapat
menjadikan prestasi seorang anak menurun karena sering merasa tertekan.
Untuk itu sebaiknya kita mencegah hal ini sehingga tidak akan terjadi lagi,
dengan cara memberikan hukuman bagi para pelaku dengan maksud sebagai
efek jerah, sehingga para pelaku yang masih duduk di bangku sekolah tidak
akan lagi dengan mudah melakukan penindasan bagi teman sebagainya,
Selain jaminan perlindungan selama proses penyidikan dan penyidikan, UU
No. 35 tahun 2014 sebagai perubahan atas UU No. Undang-undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU PA) juga memberikan
perlindungan hukum berupa rangkaian perlindungan khusus bagi anak
korban tindak pidana, yaitu: upaya pemulihan (rehabilitasi) baik di dalam
maupun di luar fasilitas, Berdasarkan pemaparan permasalahan diatas, maka
dipandang perlu untuk diadakan sosialisasi dan edukasi terkait perlindungan
hukum terhadap korban bullying

B. Analisa Situasi Permasalahan

Taman Pendidikan Al Qur’an, disingkat TPA atau TPQ bukan sesuatu


yang asing di negara kita. Hampir di setiap masjid baik di desa maupun di
kota diselenggarakan TPA. Di beberapa tempat, selain TPA ada juga Taman
Kanak-Kanak Al-Qur’an (disingkat TKA). Kalau TPA ditargetkan untuk
anak usia sekolah dasar (SD) adapun TKA untuk anak usia dibawah itu (TK).
Selain itu ada pula Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang biasanya
ditujukan bagi yang sudah selesai TPA. Jenjang pendidikan Al Qur’an ini
juga disebutkan dalam Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, pada pasal 24 ayat 2:
“Pendidikan Al-Qur’an terdiri dari Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKQ),
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ), Ta’limul Qur’an lil Aulad (TQA), dan
bentuk lain yang sejenis.” Namun pada prakteknya seringkali seluruh jenjang
pendidikan Al Qur’an ini digabung dan disebut “TPA/TPQ”.

3
Taman pendidikan Al Qur’an atau disingkat TPA/TPQ memiliki
peranan penting sebagai tempat untuk mengajarkan Al Qur’an dan juga
menanamkan dasar-dasar agama bagi generasi muda Islam. Terbatasnya
panduan dan referensi yang ada kadangkala menjadi permasalahan tersendiri
dalam mengajar dan mengelola TPA. Oleh karena itu, buku ini disusun
sebagai panduan penting bagi para pengajar dan pengelola TPA/TPQ. Buku
ini berisi kumpulan materi TPA meliputi ilmu tajwid, doa- doa, dasar-dasar
agama (rukun iman, rukun Islam, tauhid, adab), thaharah, tatacara sholat dan
lainnya. Beberapa materi tambahan juga disedikan dalam buku ini seperti
kumpulan hadits pilihan, bahasa Arab dasar, dan permainan-permainan
sederhana.
Program TKA, TPA/TPQ cukup banyak berperan memberantas buta Al
Qur’an di Indonesia. Keberadaan TPA saat penting sekali untuk membentuk
masyarakat yang Islami. Generasi muda Islam harus difahamkan dengan Al
Qur’an dan dikenalkan dengan hal-hal dasar dalam agamanya sejak dini. Kita
patut berbangga dengan adanya orang-orang yang memiliki ketulusan dan
kesungguhan yang luar biasa dalam mengajar dan mengelola TPA mulai dari
takmir masjid, IRMAS (ikatan remaja masjid), pelajar/mahasiswa atau yang
lainnya. Mereka rela mengobarkan waktu dan tenaga untuk mendidik santri-
santri TPA. Saat ini di berbagai daerah di Indonesia juga telah didirikan
Badan Koordinator (Badko) TKA-TPA. Lembaga ini berfungsi sebagai
wadah untuk koordinasi dan sekaligus sebagai tempat untuk sharing
pengalaman para penyelenggara TPA.

TPA/ TPQ AR-RIDHA biasa dikenal dengan Taman Pendidikan al-


Qur'an, sebuah tempat yang indah dan nyaman, di dalam proses belajar dan
mengajar TPQ Ar-ridha mampu mencerminkan, menciptakan iklim yang
indah, nyaman dan menyenangkan. TPA/ TPQ AR-RIDHA berlokasi di Jln
Permata I Villa Mutiara RT 05 RW 004 Kelurahan Sawah Baru Kecamatan
Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Kode pos: 15413.

4
TPQ tersebut merupkan salahsatu tempat belajar Al-quran yang paling
banyak muridnya karena para wali murid percaya akan integritas dan
pelayanan yang diberikan oleh pengajar - pengajar kepada murid – muridnya
sehinnga para orangtua/wali murid menaruh kepercayaan agar anak –
anaknya dibina dalam memahami Al-quran, dengan metode pengajaran yaitu
metode iqro, Metode Iqro` ini merupakan metode termasyhur yang digunakan
di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) atau TPQ (Taman Pendidikan Al-
Quran). Metode iqro` ini menggunakan model CBSA (Cara Belajar Santri
Aktif), penerapan Metode Pembelajaran Aktif untuk siswa, bahkan juga
menerapkan SAL (Pembelajaran Aktif Siswa).

Prasarana yang ada pada TPA/TPQ AR-RIDHA ini juga cukup


lengkap diantaranya ruang kepala/pimpinan TPQ, pelayanan
administrasi,ruang unit produksi, ruang ibadah, ruang bersama, toilet, ruang
gudang, dan Ruang kelas, Selain dari prasarana yang ada dalam TPQ dan
juga dilengkapi dengan beberapa sarana penunjang yang ada dalamnya, hal
ini seperti beberapa ruangan yang dilengkapi oleh beberapa fasilitas yang
bagus dan juga cukup membuat nyaman untuk santri – santri dapat
mempraktekan ibadah dan sarana acara keperluan TPA/TPQ AR-RIDHA.
kerjasama ini dijalin untuk mendapatkan kepercayaan bagaimana TPA/TPQ
ini dapat membentuk santri – santri yang memiliki karakter keislaman
,keimanan dan ketaqwaan yang baik.
TPA/TPQ AR-RIDHA memilki jumlah 6 pengajar dengan komposisi
3 ustadz dan 3 ustadazah dan jumlah santri 50 dengan rincian 36 santri wati
dan 24 santri putra, dengan jenjang umur 10 – 17 dari SD sampai SMP dan
SMA, dimana dalam penerapan pembelajaran menggunakan metode
pempraktekan beribadah seperti sholat, shodaqoh dan ibadah – ibadah lainya
hal tersebut merupakan realisasi dari nilai – nilai ibadah yang telah di ajarkan
oleh para pengajar/ustdaz.

5
C. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dikaji melalui kegiatan Pengabdian


Kepada Masyarakat ini adalah :

1. Sejauhmanakah pengetahuan santri/murid TPA/TPQ Ar – ridha


terhadap Perbuatan bullying ?
2. Apa sajakah dampak buruk perbuatan bullying ?
3. Bagaimana upaya pencegahan dan solusi terhadap perbuatan bullying?

D. Tujuan Kegiatan PKM

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman terhadap


peserta kegiatan tentang perlindungan terhadap korban bullying dan dampak
buruk yang diterima oleh korban, Selain itu, kegiatan ini bertujuan pula
untuk:

1. Memberikan pengetahuan hukum kepada peserta kegiatan


khususnya hukum tentang perlindungan anak.
2. Memberikan pengetahuan jenis / macam perbuatan bullying.
3. Memberiakn solusi penjegahan terrhadap perilaku bullying
4. Sebagai kegiatan untuk memenuhi salah satu kewajiban Tri
Dharma Perguruan Tinggi yakni Pengabdian Kepada Masyarakat

E. Manfaat Kegiatan PKM

Adapun manfaat di dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Bagi Peserta Kegiatan

a. Menambah pengetahuan tentang bahaya Bullying, bagi satri –


santri TPA/TPQ AR-RIDHA
b. Menambah pengetahuan mengenai bentuk perlindungan terhadap
tindakan perilaku bullying

6
2. Bagi Dosen Pengabdi

a. Memenuhi salah satu kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi


yakni Pengabdian Kepada Masyarakat selain Pengajaran dan
Penelitian.
b. Membangun hubungan silaturahmi dan kerja sama antara
Universitas Pamulang dengan TPA/TPQ AR-RIDHA, Tangerang
Selatan.

PERSONIL PELAKSANA

Adapun personil pelaksana dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1. Ketua Pengabdi
Nama : Ahmad Sayuti

NIM : 191010201433

Status : Mahasiswa

Fakultas/Prodi : Hukum/Ilmu Hukum

Perguruan Tinggi : Universitas Pamulang

2. Bendahara

Nama : Togi Martua M.

NIM : 191010200422

Status : Mahasiswa

Fakultas/Prodi : Hukum/Ilmu Hukum

Perguruan Tinggi : Universitas Pamulang

7
3. Sekretaris
Nama : Satrio Djara Talo

NIM : 191010200374

Status : Mahasiswa

Fakultas/Prodi : Hukum/Ilmu Hukum

Perguruan Tinggi : Universitas Pamulang

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Undang-Undang No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-


Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU
Perlindungan Anak)

Perlindungan adalah pemberian atas kedamaian emosional, serta


keamanan yang dapat dirasakan secara nyata oleh pihak yang dilindungi baik
bersifat abstrak (tidak langsung) yakni dinikmati secara emosional maupun
konkret (langsung) yakni dapat dinikmati secara nyata berupa pembebasan
dari ancaman atau perendahan martabat kemanusiaan.4
Terkait perlindungan terhadap anak-anak yang diintimidasi, UU
Perlindungan anak, khususnya pasal 54 dan Pasal 9 ayat (1), yang menyatakan
bahwa: “Anak-anak masuk dan masuk lingkungan satuan pendidikan harus
dilindungi fisik, psikologis, kejahatan dan kejahatan seks lebih banyak dibuat
oleh pendidik, tenaga kependidikan, teman sekelas dan/atau bagian lain".
Dengan demikian anak sebagai korban bullying wajib mendapat pelindungan
hukum.
Sebagaimana ketentuan yang terdapat di pasal :
Pasal 54
(1) Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan
perlindungan dari tindak Kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan
kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan,
sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.
(2)Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
pendidik, tenaga kependidikan aparat pemerintah, dan/atau Masyarakat.
Pasal 9

4
Barda Nawawi Arief, “Masalah Penegakan Hukum dan kebijakan Hukum Pidana dalam
Penanggulangan Kejahatan”, Jakarta: Kencana,2007, hal.61.
9
(1) Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat
dan bakat. (1a) Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan
pendidikan dari kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh
pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.
(2) Selain mendapatkan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (1a), Anak Penyandang Disabilitas berhak memperoleh pendidikan
luar biasa dan Anak yang memiliki keunggulan berhak mendapatkan
pendidikan khusus5
Selain hal tersebut, berdasarkan Pasal 64 UU Perlindungan Anak juga
menentukan bahwa perlindungan khusus ketika seorang anak bermasalah
dengan hukum dilakukan melalui: perlakuan secara manusiawi dengan
memperhatikan dari klasifikasi pada kisaran umur yang ditetapkan dan
pemberian keadilan di muka pengadilan anak yang objektif, tidak memihak,
dan dalam sidang yang tertutup untuk umum; penghindaran dari publikasi
atas identitasnya; pemberian pendampingan orang tua/wali
Ada dua kategori perilaku anak yang membuat ia harus berhadapan
dengan hukum. Pertama, status offence adalah perilaku kenakalan anak yang
apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan,
seperti tidak menurut, membolos sekolah, atau kabur dari rumah. Kedua,
juvenile deliquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan
oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum6
Khusus bagi anak yang melanggar hukum, menurut ketentuan Pasal 64
ayat (1) UU Perlindungan Anak ditujukan kepada anak yang melanggar
hukum dan anak yang menjadi korban tindak pidana. Berdasarkan Pasal 64
ayat (2) UU Perlindungan Anak, perlindungan anak yang melanggar hukum
dijamin dengan ketentuan :
a. Pelaksanaan hak secara manusiawi dengan martabat dan hak-hak anak.

5
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38723/uu-no-35-tahun-2014 diakses pada 1 juni 2022
jam 13:00
6
Kamaruddin Jafar, Restorative Justice Atas Diversi Dalam Penanganan Juvenile Deliquency (Anak
Berkonflik Hukum), Jurnal Al-‘Adl, Vol. 8, No. 2, Juli 2015, hlm. 94.
10
b. Penyediaan sarana dan prasarana khusus;
c. Penyediaan petugas pendamping khusus bagi anak sejak dini;
d. Pemantauan dan pencatatan terus-terusan terhadap perkembangan anak
yang berhadapan dengan hukum;
e. Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua
atau keluarga ; dan
f. Perlindungan dari pemberian identitas melalui media massa dan untuk
menghindari labelisasi.
Adapun bentuk perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan
dengan hukum tertuang dalam Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang No 23 tahun
2002 : “ Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum
sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui :
a. Perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-
hak anak;
b. Penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini;
c. Penyediaan sarana dan prasarana khusus;
d. Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan terbaik bagi anak;
e. Pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan
anak yang berhadapan dengan hukum;
f. Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan
orangtua atau keluarga; dan
g. Perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan
untuk menghindari labelisasi.”
Pada tahun 1997, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1997 Dalam kaitannya dengan Peradilan Anak (UU
Pengadilan Anak), fungsi pengadilan adalah melindungi anak-anak yang
menjadi kenakalan remaja. Tapi ternyata di UU Pengadilan Anak hanya
memperlakukan anak sebagai objek dan memperlakukan anak Anak yang
melanggar hukum cenderung melecehkan anak

11
B. Selanjutnya penanganan anak yang berhadapan dengan hukum
mengacu pada Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak (UU SPPA).

Sebagaimana diatur dalam ktentuan acara peradilan pidana anak diantaranya:


Pasal 16
Ketentuan beracara dalam Hukum Acara Pidana berlaku juga dalam acara
peradilan pidana anak, kecuali
ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.
Pasal 17
(1) Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim wajib memberikan perlindungan
khusus bagi Anak yang diperiksa
karena tindak pidana yang dilakukannya dalam situasi darurat.
(2) Perlindungan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui penjatuhan sanksi tanpa
pemberatan.
Pasal 18
Dalam menangani perkara Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi,
Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja
Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial, Penyidik, Penuntut
Umum, Hakim, dan Advokat atau
pemberi bantuan hukum lainnya wajib memperhatikan kepentingan terbaik
bagi Anak dan mengusahakan
suasana kekeluargaan tetap terpelihara.
Pasal 19
(1) Identitas Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi wajib dirahasiakan
dalam pemberitaan di media cetak
ataupun elektronik.
(2) Identitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi nama Anak, nama
Anak Korban, nama Anak
Saksi, nama orang tua, alamat, wajah, dan hal lain yang dapat
mengungkapkan jati diri Anak, Anak

12
Korban, dan/atau Anak Saksi.
Pasal 20
Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh Anak sebelum genap berumur 18
(delapan belas) tahun dan diajukan ke
sidang pengadilan setelah Anak yang bersangkutan melampaui batas umur 18
(delapan belas) tahun, tetapi
belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun, Anak tetap diajukan ke
sidang Anak.
Pasal 21
(1) Dalam hal Anak belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau
diduga melakukan tindak pidana,
Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional
mengambil keputusan untuk:
a. menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali; atau
b. mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan
pembimbingan di instansi
pemerintah atau LPKS di instansi yang menangani bidang kesejahteraan
sosial, baik di tingkat
pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan ke pengadilan
untuk ditetapkan dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari.
(3) Bapas wajib melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program
pendidikan, pembinaan, dan
pembimbingan kepada Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.
(4) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Anak dinilai
masih memerlukan
pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan lanjutan, masa pendidikan,
pembinaan, dan pembimbingan
dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan.

13
(5) Instansi pemerintah dan LPKS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b wajib menyampaikan
laporan perkembangan anak kepada Bapas secara berkala setiap bulan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengambilan
keputusan serta program pendidikan,
pembinaan, dan pembimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 22
Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, Pembimbing Kemasyarakatan, Advokat
atau pemberi bantuan hukum
lainnya, dan petugas lain dalam memeriksa perkara Anak, Anak Korban,
dan/atau Anak Saksi tidak memakai
toga atau atribut kedinasan.
Pasal 23
(1) Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak wajib diberikan bantuan hukum
dan didampingi oleh Pembimbing
Kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak Korban atau Anak Saksi wajib
didampingi oleh orang tua
dan/atau orang yang dipercaya oleh Anak Korban dan/atau Anak Saksi, atau
Pekerja Sosial.
(3) Dalam hal orang tua sebagai tersangka atau terdakwa perkara yang sedang
diperiksa, ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi orang tua.
Pasal 24
Anak yang melakukan tindak pidana bersama-sama dengan orang dewasa
atau anggota Tentara Nasional
Indonesia diajukan ke pengadilan Anak, sedangkan orang dewasa atau
anggota Tentara Nasional Indonesia

14
diajukan ke pengadilan yang berwenang.
Pasal 25
(1) Register perkara Anak dan Anak Korban wajib dibuat secara khusus oleh
lembaga yang menangani
perkara Anak.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman register perkara anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Anak untuk melakukan kejahatan dan kegiatan kriminal dan dapat
dipaksa untuk menghadapi hukum dan sistem peradilan. Anak yang
melakukan tindak pidana ini kadang disebut sebagai anak yang bermasalah
hukum, Jika menelisik pada Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang sistem peradilan pidana anak juga menjelaskan bahwa anak
yang melanggar hukum: dibawah berusia 18 tahun (8 tahun) dan diduga
melakukan kejahatan. "
Dalam berupaya Untuk melindungi anak-anak, peradilan anak harus
dimaknai secara luas. Namun demikian, sistem peradilan anak juga harus
dimaknai dengan memasukkan akar penyebab kejahatan anak dan upaya
pencegahannya. Selain itu, ruang lingkup peradilan anak mencakup berbagai
macam masalah yang kompleks, dari kontak awal dengan polisi anak, proses
pengadilan, kondisi penahanan, dan rehabilitasi, termasuk penjahat dalam
prosesnya.

FAKTOR PENYEBAB ANAK – ANAK BERHADAPAN DENGAN


HUKUM
Menurut romli Atmasasmita, bentuk motivasi itu terdiri dari dua macam
yaitu :
Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik dalam
kenakalan
anak yang berkonflik dengan hukum, terdiri dari :10

15
1. Intrinsik dari kenakalan anak yang berkonflik dengan hukum adalah :
a. Faktor Intelegensia;
b. Faktor usia;
c. Faktor kelamin;
d. Faktor kedudukan anak dalam keluarga,
2. Ekstrinsik dari kenakalan anak yang berkonflik dengan hukum adalah :
a. Faktor rumah tangga;
b. Faktor pendidikan dan sekolah;
c. Faktor pergaulan anak;
d. Faktor mass media.

1. Kurangnya Pelabelan/pemahaman masyrakat

Pemahaman Masalah yang selalu dihadapi anak yang melanggar hukum


setelah beracara adalah masalah labeling, yang juga disebabkan oleh
kurangnya pemahaman dari masyarakat. Tidak hanya pelaku, tetapi juga saksi
dan korban, bahkan jika mereka adalah subjek dari label sosial ini, adalah
komunitas situasi yang ada di masyarakat, orang-orang dengan perspektif
mereka, opini subjektif dari berbagai jenis. sebuah ide negatif. Menurut
definisi, pelabelan dicetak oleh perilaku manusia, Situasi ini diperparah
dengan keengganan masyarakat untuk mencari pemahaman tentang situasi
anak yang melanggar hukum, sehingga konsekuensinya semakin terasa.
Beberapa dampaknya adalah diskriminasi, anak kehilangan kepercayaan diri
dan anak dibully oleh teman sebayanya. Tidak jarang anak yang bermasalah
hukum merasa tertekan dan stres, bahkan sebagai pelaku, saksi, bahkan
korban. Pentingnya melindungi nama atau privasi anak adalah yang
terpenting dalam proses persidangan. Hal ini juga berlaku untuk semua jenis
anak yang memiliki masalah hukum.
Dengan ini perlu akan suatu tindakan yang konkrit baik pemerintah
maupun pemangku kepentingan masyarakat untuk memahami situasi anak
berkonflik dan mendorong masyarakat lain untuk melakukan upaya perbaikan

16
situasi anak berkonflik. Anak-anak Hakkake Kanya adalah individu yang
melalui proses penting pertumbuhan dan perkembangan. Kondisi ini tentunya
memberikan harapan besar bagi anak untuk memiliki kesempatan untuk
memperbaiki kondisi dan perilakunya. Masyarakat juga mampu
mengungkapkan pemahaman dengan mampu berkembang lebih jauh di masa
depan, karena anak pada hakekatnya tidak mampu mandiri, tetapi juga
merupakan pihak yang menjadi ketergantungan dalam pemenuhan
kebutuhannya. masyarakat. Anda bisa meminimalisir tampilan anak yang
melanggar hukum.

2. Pola asuh/lingkungan keluarga

Masalah dengan anak nakal adalah situasi pengasuhan anak di


lingkungan rumah. Parenting menurut definisi, dikutip dari laman Stella
Maris (2019), dapat dipelajari dengan dua cara. Singkatnya, menurut
American Psychology Association (APA), pola asuh adalah pola asuh orang
dewasa yang bertujuan untuk memastikan bahwa anak-anak sehat dan aman.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
pengasuhan adalah pembinaan jasmani, emosi, sosial, intelektual, dan
spiritual. Kedua definisi tersebut tentunya konsisten dan saling melengkapi.
Dari definisi di atas juga jelas bahwa tujuan utama pengasuhan adalah untuk
memastikan bahwa anak memiliki pengalaman yang berharga dalam
memenuhi kebutuhan dan haknya untuk menjadi individu yang berkualitas

Pada hakikatnya, anak-anak adalah yang paling cerdas untuk dihadapi


dan ditiru oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk orang tuanya. Dilema
anak berhadapan dengan hukum setelah dikonsultasikan dengan lembaga
pemasyarakatan menjadi semakin serius ketika anak kembali ke masyarakat,
terutama keluarga, setelah mengikuti program di lembaga pemasyarakatan
anak khusus, namun tetap menjaga nilai baik di penjara. gaya keluarganya,
akan sulit untuk memutuskan pihak mana yang akan diprioritaskan nantinya
atas nilai yang diterimanya.
17
Maka dalam kaitanya tersebut Orang tua, keluarga,komunitas, dan
pemerintah harus mengambil langkah-langkah sinergis untuk mendukung
upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan hak anak yang tidak sesuai dengan
hukum yang diterapkan dengan baik, Upaya perlindungan anak bersifat
komprehensif dan tidak boleh tersegmentasi, karena anak bersifat rentan dan
sangat bergantung pada perintah dan apa yang dilihatnya. Oleh karena itu,
anak membutuhkan kesempatan perkembangan yang baik untuk memastikan
bahwa mereka tumbuh menjadi karakter yang berkualitas.

18
BAB III

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah

Kerangka pemecahan masalah di dalam kegiatan ini digambarkan


seperti pada gambar 1 dibawah ini. Berdasarkan permasalahan yang muncul
kemudian disusun berbagai alternatif untuk dapat memecahkan masalah,
selanjutnya dari berbagai alternatif tersebut dipilih alternatif yang paling
mungkin dilaksanakan. Berdasarkan pemikiran tersebut maka metode dalam
pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut :

Permasalan
Pelajar sekolah kurang memahami terkait akibat yang ditimbulkan dari
perbuatan bullying dan konsekuensi yang didapat, baik dalam
prespektif hukum ataupun mentalnya serta pengaruh faktor internal dan
eksternal yang. buruk

Metode Pelaksanaan
Pemaparan dan edukasi materi perihal dampak buruk dari
perbuatan bullying serta faktor penyebabnya

Diskusi dan sharing agar memberikan rangsangan daya pikir


peserta untuk menceritakan pengalaman dan juga
pengetahuannya mengenai permasalah bullying baik korban
atapun pelaku.

19
Pemecahan Masalah
Meningkatkan pemahaman pelajar perihal dampak buruk
perbuatan bullying, perlindungan hukum bagi korban serta
penagan perbuatan bullying pada tahap peradilan anak, Contoh
kasus dan upaya pencegahan perbuatan bullying

Meningkatkan pemahaman perihal konsekuensi hukuman


yang didapat dalam prespektif hukum positif diindonesia

B. Realisasi Pemecahan Masalah

Terkait pengaplikasikan pemecahan masalah di dalam kegiatan PKM


di TPA/TPQ AR-RIDHA ini dimana sasaran pesertanya adalah para
santriwan dan santriwati yang notabenenya merupakan pelajar yang
bervariatif baik tingkat SMP sampai SMA. Adapun tahapan dari sosialisasi
dan edukasi ini secara khusus dibagi menjadi tiga tahapan yang terdiri dari
tiga hari pelaksanaan kegiatan dengan materi dihari pertama yaitu UU PA dan
pada hari kedua adalah materi mengenai Perlindungan hukum bagi korban.
Kemudian pada hari terakhir di hari ketiga upaya pencegahan dan solusi
penyelesaian.
Adapun beberapa materi yang disampaikan pada hari pertama adalah:

a. Materi tentang sosialisasi UU PA

Pada hari pertama, materi yang disampaikan ialah mengenai


ruang lingkup dari UU PA, antara lain:
1) Tujuan dan funsi UU PA

2) Penerapan serta pelaksanaan UU PA


20
3) Pengertian dan ruang lingkup UU PA
4) Pengertian dan ruang lingkup anak

5) Jenis-jenis perlindungan hukum dan ancaman hukumannya

6) Contoh kasus dan upaya penangananya.

b. Uapaya pencegahan

Pada hari ketiga, materi yang disampaikan adalah uapaya


pencegaha dan solusi dari kausu perbuatan bullying maka demi
mengukur seberapa jauh pengetahuan peserta dibutalah bebrapa
pertanyaan, antara lain:
1) Menjawab pertanyaan dari materi pertama tentang UU PA
2) Menjawab pertanyaan materi pertama dampak buruk serta
konsekuensi perbuatan bullying baik bagi pelaku ataupun
korban
C. Khalayak Sasaran

Adapun khalayak sasaran dalam kegiatan PKM ini adalah santriwan


dan santriwati TPA/TPQ AR-RIDHA yang beralamat TPA/ TPQ AR-RIDHA
berlokasi di Jln Permata I Villa Mutiara RT 05 RW 004 Kelurahan Sawah
Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
Panitia PKM yang terdiri atas dosen-dosen dan mahasiswa Universitas
Pamulang, melakukan pengabdian kepada masyarakat khususnya di
lingkungan TPA/TPQ AR-RIDHA dengan sasaran santriwan dan santriwati
TPA/TPQ AR-RIDHA untuk mengoptimalkan kesadaran dan kebiasaan di
dalam melakukan perbuatan buruk dari bullying serta edukasi dampak buruk
dari perbuatan bullying.
D. Tempat dan Waktu

Adapun tempat pelaksanaan dari kegiatan Pengabdian kepada


Masyarakat dengan tema Sosialisasi dan edukasi Perlindungan Hukum
Terhadap Korban Bullying Di kalangan Pelajar adalah sebagai berikut :
1) Hari : Rabu s.d Jumat

21
2) Tanggal : 25-27 Mei 2022
3) Waktu : 15.00-17.00
4) Tempat : TPA/ TPQ AR-RIDHA berlokasi di Jln Permata I Villa
Mutiara RT 05 RW 004 Kelurahan Sawah Baru
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang

Adapun susunan acara kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini


ialah sebagai berikut :

1) Hari Rabu, 25 Mei 2022

N
Jam Acara PIC
o
1 14:30-15.00 Registrasi Peserta Panitia

2 15.00-15.10 Pembukaan MC

Sambutan Ketua
3 15.10-15.20 Ahmad Sayuti
Pelaksana PKM

Sambutan
Ketua/wali kelas Ustadzah Naziroh,
4 15.20-15.30
S.Ag.(diwakilkan wali kelas

Pretest Materi
5 15.30-15.45 Panitia
Sosialisasi UU PA

Materi Sosialisasi
6 15.45-16.10 Panitia
UU PA Sesi I

7 16.10-16.50 Sesi pertanyaan Panitia

16.50-17.00 Selesai Peserta dan Panitia

22
2) Hari Kamis, 26 Mei 2022

No Jam Acara PIC

1 14:30-15.00 Registrasi Peserta Panitia

2 15.00-15.10 Pembukaan MC

Sambutan Ketua
3 15.10-15.20 Ahmad sayuti
Pelaksana PKM

Serah terima
piagam
penghargaan dari
4 15.20-15.30 Prodi Ilmu Hukum Togi
Unpam Kepada
TPA/TPQ AR-
RIDHA

Serah terima
piagam
penghargaan dari
5 15.30-15.45 Togi
TPA AR-RIDHA
Kepada Prodi Ilmu
Hukum Unpam

Pretest Materi
Materi Sosialisasi
6 15.45-16.10 Satrio
Perlindungan
hukum Sesi I

23
Materi Persiapan
Materi Sosialisasi
7 16.10-16.50 Perlindungan Sayuti
hukum Sesi
II

16.50-17.00 Selesai Peserta dan Panitia

3) Hari Jumat, 27 Mei 2022

N
Jam Acara PIC
o
1 14:30-15.00 Registrasi Peserta Panitia

2 15.00-15.10 Pembukaan MC

Sambutan Ketua
3 15.10-15.20 Ahmad sayuti
Pelaksana PKM

Sambutan Penutup
4 15.20-15.30 Ketua/wali kelas Ust. Dzikry (wali kelas)
TPA

Sambutan Penutup
5 15.30-15.45 Universitas Fariz rifqi hasbi S.H,.M.H
Pamulang

Edukasi dan
6 15.45-16.10 Sosialisasi Ahmad sayuti
UU PA

UU PA dan sistem
7 16.10-16.50 perlindungan Ahmad sayuti
hukum
Selesai/ penutup
16.50-17.00 Peserta dan Panitia
dan doa

24
E. Metode Kegiatan

Adapun metode kegiatan yang digunakan merupakan metode


pendidikan pedagogi. Metode ini dipilih karena peserta kegiatan ini sebagian
besar sudah mempunyai pengetahuan tentang topik yang dibahas. Adapun
tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Sebelum Kegiatan

Adapun tahap-tahap yang dilakukan sebelum kegiatan ialah


sebagai berikut :
1) Survei awal, tahap ini dilakukan survei ke lokasi penyuluhan
yang belokasi TPA/ TPQ AR-RIDHA berlokasi di Jln Permata I
Villa Mutiara RT 05 RW 004 Kelurahan Sawah Baru Kecamatan
Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
2) Penetapan lokasi, setelah survei dilakukan kemudian
ditetapkanlah lokasi pelaksanaan dan sasaran peserta kegiatan.
3) Penyusunan bahan dan materi pelatihan, meliputi slide dan hard
copy untuk peserta kegiatan.
b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Adapun tahap-tahap yang dilakukan pada saat pelaksanaan


kegiatan adalah sebagai berikut :
1) Pemaparan materi, tahapan ini untuk memberikan pemahaman
pada peserta kegiatan mengenai sistem perlindungan hukum dari
UU PA
2) Diskusi, tahap ini untuk memberikan rangsangan daya pikir
peserta untuk menceritakan perihal perbuatan bullying dan cara
menganinya
c. Tahap Pasca Kegiatan

Adapun tahap-tahap yang dilakukan setelah kegiatan adalah


sebagai berikut :
1) Penyusunan laporan akhir kegiatan berdasarkan data yang di
dapat dari peserta selama melakukan kegiatan ini.

25
2) Penyusunan publikasi baik ke dalam jurnal maupun ke dalam
media masa sebagai luaran dan bentuk pertanggung jawaban
kegiatan.

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan PKM ini dilaksanakan ke dalam bentuk pemaparan materi dan


diskusi serta edukasi tentang Undang-Undang Perlindungan Anak Pada
TPA/TPQ AR-RIDHA, Tangerang Selatan. Untuk dapat memahami
pentingnya undang-undang perlindungan anak (UU PA) pada kegiatan ini
mahasiswa/i Ilmu Hukum Universitas Pamulang yang terdiri sebanyak 5
(lima) orang yaitu Ahmad sayuti, Togi martua, dan Satrio Djara talo bertindak
sebagai personil kegiatan.
Peserta kegiatan sosialisasi yang terdiri atas santriwan dan santriwati
TPA/TPQ AR-RIDHA yang namanya terlampir dalam table dibawah ini telah
dilakukan pretest tentang pengetahuan awal apakah mereka memahami dan
mengerti pentingnya undang-undang perlindungan anak (UU PA) Maka
selanjutnya dilakukan post test untuk mengetahui apakah ada peningkatan
pemahaman dari materi yang telah disampaikan sebelumnya tentang undang-
undang perlindungan anak (UU PA)
Dimana nilai sebelum dilakukannya pemaparan materi (pretest)
dilakukan pada hari Rabu dan Kamis tanggal 25 dan 26 Mei 2022 sedangkan
nilai sesudah (postest) dilakukan pada hari jumat tangal 27 Mei 2022. Berikut
adalah table perbandingan nilai peserta baik sebelum (pretest) maupun
sesudah (postest) dilakukannya pemaparan materi mengenai undang-undang
perlindungan anak (UU PA):

26
No. Nama Nilai Nilai Nilai Nilai
Pretest Pretest Postest Postest
Materi I Materi II Materi I Materi II
(25-05-22) (26-05-22) (27-05-22) (27-05-22)

1. Rajwa kimora 5 8 8 8

2. Nimas giana 6 8 8 8

3. M.fahriwijaya 7 6 7 8

4. Andra pratama 7 6 8 9

5. M. arkan 6 7 8 7

6. Arya abimanyu 6 6 8 8

7. M .Rasyid 6 7 9 8

8. M .Fathih 7 7 8 9

9. Mirza fathan 7 7 9 9

10. Khumaira 6 7 8 8

11. Natasya rafifah 7 7 9 8

12. Nabila rahmadina 7 7 9 8

13. Tiara nur 8 7 9 9

14. Alesha 7 7 8 8

15. Peni 7 8 9 9

16. Varisa 7 8 9 9

17. Rere 8 8 9 8

18. Dania 7 7 8 8

19. Mikaila 7 7 9 9

20. Winurlita 7 7 8 8

21. Arsya 6 7 8 8

27
B. Pembahasan

Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),


kasus perundungan terhadap anak-anak paling banyak dialami oleh siswa
Sekolah Dasar. Pada masa pandemi, permasalahan perundungan semakin
merambah ke ranah daring. Peserta didik lebih rentan mengalami
perundungan secara langsung maupun secara daring ketika lebih banyak
beraktivitas menggunakan gawai.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah menemukan 17
kasus bullying yang melibatkan siswa dan pengajar di dunia
sekolah/akademis disepanjang tahun 2021.
Hal tersbut bukan hanya hanya terjadi di lingkungan pendidikan. Tetapi
tidak sedikit juaga yang berasal dari luar pendidikan tetapi melibatkan siswa
contohnya Pertempuran antar siswa/tawuran.
Dilansir dari kumparannews.com, bahwa menurut data rincian kasus bullying
yang terjadi sepanjang tahun 2021 berdasarkan pengumpulan data yang
dilakukan KPAI mulai 2 Januari hingga 27 Desember 2021;
Wilayah kejadian meliputi 11 provinsi, antara lain;
 Jawa Barat
 Jawa Timur
 Daerah Istimewa Yogyakarta
 DKI Jakarta
 Banten
 Kepulauan Riau
 Sulawesi Tenggara
 Kalimantan Utara
 NTT
 NTB
 Sumatera Selatan
Sedangkan untuk kabupaten/kota meliputi;
 Bekasi, Jabar
 Kota Bogor, Jabar
28
 Kabupaten Bogor, Jabar
 Bandung, Jabar
 Karawang, Jabar
 Kulonprogo, DIY
 Bantul, DIY
 Malang, Jatim
 Jakarta Selatan, Jakarta
 Tangerang Selatan, Banten
 Kota Batam
 Bau Bau, Sultra
 Kota Tarakan, Kalimantan Utara
 Alor, NTT
 Dompu, NTB
 Musi Rawas, Sumsel
Sementara untuk jenis kasus didominasi oleh tawuran pelajar dengan rincian;
 Kekerasan berbasis SARA, 1 kasus
 Bullying, 6 kasus
 Tawuran pelajar, 10 kasus7
Bullying dapat terjadi dimana saja dan kapan saja selagi terdapat suatu
interaksi sosial yng sedang berlangsung anatar sesama manusia baik di
sekolahan ,tempat kerja, lingkungan sekitar tempat tinggal,lingkungan politik
dan lingkungan sosial lainya. Bullying biasanya terjadi di kalangan pelajar
atau sekolah merupakan hal yang sering di abaikan perilaku bullying tersebut
bisa dalam bentuk tindakan fisik seperti menendang dan menggigit, secara
lisan, misalnya dengan menyebarkan desas-desus dengan media perangkat
elektronik atau cyberbullying. Semua tindakan bullying, baik fisik maupun
verbal, akan berdampak pada kesejahteraan fisik dan psikologis korban.
Terkait perlindungan terhadap anak-anak yang diintimidasi, UU
Perlindungan anak, khususnya pasal 54 dan Pasal 9 ayat (1), yang menyatakan

7
https://kumparan.com/kumparannews/catatan-akhir-tahun-kpai-masih-banyak-kasus-bullying-
berujung-korban-meninggal-1xCdQQVB9QH/2 diakses pada tanggal 4 juni 2022, pukul 09:00
29
bahwa: “Anak-anak masuk dan masuk lingkungan satuan pendidikan harus
dilindungi fisik, psikologis, kejahatan dan kejahatan seks lebih banyak dibuat
oleh pendidik, tenaga kependidikan, teman sekelas dan/atau bagian lain".
Didalam UU No. 35 Th. 2014 tentang Perubahan atas UU No. 23 Th. 2002
tentang Perlindungan Anak

Dalam pasal ini diatur mengenai pasal tentang perlakuan kekejaman,


kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak.

Pasal 76C UU No. 35 Th. 2014

“Setiap orang dilarang menempatkan membiarkan, melakukan, menyuruh


melakukan,atau turut serta melakukan kekerasan terhadap Anak”

Pasal 80 (1) UU No. 35 Th. 2014

“Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


76C,dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam)
bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta
rupiah)”

Pada umumnya seseorang/pelajar melakukan tindakan bullying terjadi


karena ada empat faktor utama, yakni (1) permusuhan,jengkel (2) merasa
insecure dan mencari atensi orang lain, artinya seseorang yang kurang
percaya diri seringkali ingin diperhatikan,biasanya dengan perbuatan
perundungan. Dengan melakukan hal tersebut, mereka akan merasa puas; (3)
perasaan dendam, yakni seseorang yang pernah disakiti maka akan
melampiaskanya pada orang lain, salah satunya adalah dengan melakukan
perundungan; dan (4) pengaruh negatif dari media, artinya bayak refresensi
buruk akibat sesuatu yang tersedia di media dengan nada konten
buruk,diantaranya berupa gambar kekerasan,hujatan dan lainya

30
Dalam hukum Indonesia, bullying itu sendiri tidak tercakup dalam
undang-undang akan taetapi diatur dalam peraturan khusus yang
mengaturnya karena bullying sendiri sangat luas.
Namun, dari segi perkara, unsur-unsur yang merupakan tindak pidana
intimidasi,kekerasan,penganiayaan dapat dijerat dengan beberapa pasal
yang sudah terdaftar dalam KUHP, khususnya pasal 310, 315 tentang tindak
pidana penghinaan, pasal 351 tentang penganiayaan, pasal 368 tentang
pemerasan dan intimidasi, maka Jika terjadi tindak pidana bullying bagi
pelaku di bawah umur dapat dijerat dengan dasar hukum yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-
Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu pasal 54, pasal
76 A, pasal 76 C dan pasal 80.
Adapun jika terjadi tindakan bullying pada medis sosial maka dapat
dijerat dengan dasar hukum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu pasal 27 ayat 3
dan pasal 27 ayat 4.
Terkait dengan pihak-pihak, peran dan tanggungjawab masing-masing
dalam upaya memberikan perlindungan terhadap anak dapat dilihat dalam
beberapa pasal yang ada di dalam UU Perlindungan Anak sebagai berikut: I.
Kewajiban dan tanggung jawab Negara dan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah (Diatur dalam Pasal 21 sampai Pasal 24 UU Perlindungan anak), yang
intinya adalah berkewajiban untuk memenuhi, melindungi, dan menghormati
Hak Anak, berkewajiban dan bertanggung jawab dalam merumuskan dan
melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan Perlindungan Anak,
berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana,
prasarana, dan ketersediaan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan
Perlindungan Anak, menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan
kesejahteraan Anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban Orang Tua,
Wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap Anak,
serta mengawasi penyelenggaraan Perlindungan Anak, Perlindungan Anak
dilaksanakan melalui kegiatan peran Masyarakat dalam penyelenggaraan
Perlindungan Anak. Pasal 72 UU Perlindungan anak menambahkan peran
31
serta masyarakat, media massa, dan pelaku usaha dalam perlindungan anak
sebagai berikut:
1. Peran masyarakat (baik orang perseorangan, lembaga perlindungan anak,
lembaga kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan, lembaga
pendidikan), dilakukan dengan cara: memberikan informasi melalui
sosialisasi dan edukasi mengenai Hak Anak dan peraturan perundang-
undangan tentang Anak; memberikan masukan dalam perumusan
kebijakan yang terkait Perlindungan Anak; melaporkan kepada pihak
berwenang jika terjadi pelanggaran Hak Anak; berperan aktif dalam
proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi Anak; melakukan
pemantauan, pengawasan dan ikut bertanggungjawab terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak; menyediakan sarana dan prasarana
serta menciptakan suasana kondusif untuk tumbuh kembang Anak;
berperan aktif dengan menghilangkan pelabelan negatif terhadap Anak
korban; dan memberikan ruang kepada Anak untuk dapat berpartisipasi
dan menyampaikan pendapat.
2. Peran media massa dilakukan melalui: penyebarluasan informasi dan
materi edukasi yang bermanfaat dari aspek sosial, budaya, pendidikan,
agama, dan kesehatan Anak dengan memperhatikan kepentingan terbaik
bagi Anak
3. Peran dunia usaha dilakukan melalui: kebijakan perusahaan yang
berperspektif Anak; produk yang ditujukan untuk Anak harus aman bagi
Anak; berkontribusi dalam pemenuhan Hak Anak melalui tanggung
jawab sosial perusahaan.

Penjatuhan sanksi terhadap pelaku tindak pidana khususnya pelaku


anak agar kembali berbaur dengan masyarakat. Pemberian
pertanggungjawaban pidana terhadap anak harus mempertimbangkan
perkembangan dan kepentingan terbaik anak di masa yang akan datang.
Penanganan yang salah menyebabkan rusak bahkan musnahnya bangsa di
masa depan, karena anak adalah generasi penerus bangsa dan cita-cita
negara.
32
DAMPAK NEGATIF BULLYING

Aksi atau perbuatan bullying pun diatur untuk melindungi para korbannya.
berikut merupakan daftar dampak negatif dari adanya aksi bullying, sebagai
berikut :

1. Menurunya kepercayaan diri


Salah satu bentuk bullying ialah body shaming, hal ini sering terjadi
yang dimana korbannya menurunya rasa kepecayaan diri, bimbang,
ataupun minder ketika bersosial terhadap orang lain
Dampaknya juga menyebabkan persaaan tertekan, bahkan dapat
menjadi depresi hingga aksi nekat bunuh diri. Bukan hanya itu saja, aksi
kurang menyenangkan secara fiik bisa juga menyebabkan nyawa
seseorang menghilang secara percuma.
2. Penyesalan yang mendalam bagi pelaku bullying
Penyesalan datang diakhir, biasanya terjadi pada pelaku pembullyan.
Waktu demi waktu penyesalan dan rasa bersalah pun akan muncul pada
saat korban perundungan mulai menjauh atau menghindar. Bahkan
perujung hukuma masuk penjara karena ulahnya sendiri. bila mana
melakukan tindakan merugikan tersebut hingga menyebabkan korbannya
kehilangan nyawa

Maka pengertian kekerasan dalam UU Perlindungan Anak,oleh karenanya


dapat disimpulkan bahwa bullying termasuk dalam bentuk kekerasan terhadap
anak.

“Pasal 1 angka 1 UU Perlindungan anak menyebutkan bahwa anak adalah


seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk pula
anak dalam kandungan. Selanjutnya anak sebagai korban menurut Pasal 1
angka 4 UU SPPA, merupakan “anak yang menjadi korban tindak pidana

33
yang selanjutnya disebut Anak Korban adalah anak yang belum berumur
18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental,
dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.”

Pelindungan hukum terhadap anak adalah salah satu upaya untuk membuat
kondisi yang di mana anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya,
sehingga negara memberikan pelindungan terhadap anak sebagaimana
layaknya orang tua kepada anaknya, maka penanganan anak yang berhadapan
dengan hukum juga harus dilakukan demi kepentingan terbaik bagi anak serta
berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dengan demikian ketentuan mengenai
penyelenggaraan pengadilan bagi anak dilakukan secara khusus.

Perihal perlindungan terhadap anak korban bullying, UU Perlindungan Anak


yakni Pasal 54 jo Pasal 9 ayat (1a) menyatakan bahwa: “Anak di dalam dan
di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan pelindungan dari tindak
kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang
dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau
pihak lain”. Berdasarkan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa anak wajib
mendapat pelindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual,
dan kejahatan lainnya. Dengan demikian anak sebagai korban bullying wajib
mendapat perlindungan hukum.

Berdasarkan materi yang telah dipaparkan, maka selanjutnya dilakukan


postest untuk mengetahui apakah adanya peningkatan pemahaman dari materi
yang disampaikan sebelumnya tentang undang-undang perlindungan anak
(UU PA) Berikut :
adalah perbandingan nilai-nilai peserta baik sebelum (pretest) maupun
sesudah (postest) dilakukannya pemaparan materi mengenai undang-undang
perlindungan anak (UU PA):

34
No. Jumlah Total Nilai Total Nilai Total Nilai Nilai

Peserta Pretest Pretest Postest Postest

Materi I Materi II Materi I Materi II

(25-05-22) (26-05-22) (27-05-22) (27-05-22)

1. 24 Orang 136 141 180 186

2. Nilai Rata-rata 65,9 78 82,7 88,6

Berdasarkan materi yang telah diuraikan diatas dan berdasarkan data


yang dihasilkan baik sebelum (pretest) atau sesudah (postest) dilakukan
pemaparan materi, pretest menunjukan pemahaman santriwan dan santriwati
tentang undang-undang perlindungan anak. dengan nilai rata-rata 65,9 atau
sekitar 66 % dari jumlah peserta untuk materi undang-undang perlindungan
anak, Setelah dilakukan sosialisasi selama 3 (tiga) hari pertemuan tentang
undang-undang perlindungan anak (UU PA), maka terjadi kenaikan
pemahaman dengan nilai rata-rata 78 atau sekitar 78 % dari jumlah peserta
untuk materi undang-undang perlindungan anak

35
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan santriwan dan santriwati TPA/TPQ AR-RIDHA terhadap


Undang-Undang perlindungan hukum dalam kegiatan ini masih kurang
apabila melihat hasil pretest.
2. Pengetahuan dan kesiapan sasetelah di lakukan sosialisasi Undang-
Undang perlindungan anak terjadi peningkatan yang sangat baik
berdasarkan hasil postest yang dilakukan setelah kegiatan.
B. SARAN

Adapun saran dari hasil kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan PKM ini diharapkan dapat berkelanjutan di TPA/TPQ AR-


RIDHA dengan tema yang berbeda untuk menambah wawasan santri -
santri di luar pelajaran lainya.
2. Kegiatan PKM selanjutnya antara Prodi Ilmu Hukum dan TPA/TPQ
AR-RIDHA diharapkan adanya bentuk perjanjian kerja sama
khususnya dalam kegiatan-kegiatan pendidikan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Husmiati, and Adi Fahrudin. "Perilaku bullying: asesmen multidimensi dan
intervensi sosial." Jurnal Psikologi Undip 11.2 (2012).

https://jabar.inews.id/amp/berita/ini-pasal-dan-ancaman-hukuman-terhadap-
pelaku- penganiayaan-anak, diakses tanggal 31 Mei 2022, pukul 15.00

http://bagianhukum.purwakartakab.go.id/wpcontent/uploads/2014/11/UU_NO_11_
2012.pdf, diakses pada tanggal 1 juni 2022, pukul 22:00

36
37
38
Lampiran 2. Surat Tugas Pengabdian

39
Lampiran 3. Surat Permohonan Pengabdian

40
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Pengabdian

41
Lampiran 5. Daftar Hadir (Absen) Kegiatan

42
Lampiran 6. Penggunaan Dana

Jenis
Satua Biaya satuan Total
Pembelanja Item Q
n (Rp) (Rp)
an
Konsumsi Makanan ringan 30 Box Rp. 10.000 Rp 300.000

Konsumsi Aqua gelas 1 Dus Rp. 500 Rp 20.000

Konsumsi Parcel buah 1 Keranja Rp. Rp 100.000


ng 100.000
Protokol Masker 1 Box Rp. 15.000 Rp 15.000
Kesehatan
Belanja Print Materi 30 Lembar Rp. 5000 Rp 150.000
bahan
Belanja Box Makanan 30 Pcs Rp. 1.000 Rp. 30.000
Bahan Ringan
Belanja Absen 2 Lembar Rp. 1000 Rp 2.000
Bahan
Belanja Plakat 2 Item Rp. 75.000 Rp 75.000
Bahan
Belanja Sertifikat 2 Item Rp. 5.000 RP 10.000
Bahan
Belanja Banner 1 2x1Met Rp. 60.000 Rp 60.000
Bahan er
Belanja Door Prize 4 Macam Rp. Rp. 100.000
Bahan 100.000
Belanja Bahan Materai 10 ribu 1 Lembar Rp. 10.000 Rp. 10.000

TOTAL PEMBIAYAAN Rp 872.000.000

43
Lampiran 7. Foto/Dokumentasi Kegiatan

44
45
Lampiran 8. Slide PPT/Materi PKM Mahasiswa

46
47
48
49

Anda mungkin juga menyukai