JUDUL :
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN BULLYING
DIKALANGAN PELAJAR
Pengusul :
Mahasiswa/i Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Pamulang
1
Damayanti, S., Sari, O. N., & Bagaskara, K. (2020). Perlindungan Hukum terhadap Anak Korban
Bullying di Lingkungan Sekolah. JURNAL RECHTENS, 9(2), 153-168.
2
https://kumparan.com/kumparannews/catatan-akhir-tahun-kpai-masih-banyak-kasus-bullying-
berujung-korban-meninggal-1xCdQQVB9QH
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan proposal kegiatan pengabdian kepada
masyarakat dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Korban Bullying Di
kalangan Pelajar”. Pengabdian kepada masayarakat ini merupakan perwujudan
salah satu Tri Dharma Pergururan Tinggi khususnya di lingkungan program Studi
Ilmu Hukum.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. H. E. Nurzaman, AM., M.M., M.Si selaku Rektor
Universitas Pamulang yang banyak memberikan dukungan di dalam
kegiatan pengabdian masyarakat ini.
2. Bapak Dr. Oksidelfa Yanto, S.H., M.H. Dekan Fakultas Hukum
Universitas Pamulang yang telah banyak memberikan dorongan di
dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini.
3. Bapak Dr. Taufik Kurrohman, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum yang banyak memberikan kemudahan pada kegiatan
pengabdian masyarakat.
4. Dosen-dosen serta mahasiswa Program studi Ilmu Hukum yang ikut
terlibat dalam kegiatan pengabdian ini.
5. Kepala sekolah, guru dan siswa/i TPA/TPQ Ar-ridha yang telah
memberikan tempat dan waktu demi terlaksananya kegiatan pengabdian
masyarakat ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa proposal kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif demi
kesempurnaan proposal kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.
Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan
khasanah ilmu pengetahuan.
Pamulang,23 April 2022
Ketua Pengabdi
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN........................................i
ABSTRAK...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Gambaran Umum Situasi ......................................................................3
C. Rumusan Masalah .................................................................................6
D. Tujuan Kegiatan PKM...........................................................................6
E. Manfaat Kegiatan PKM.........................................................................6
F. Personil Pelaksana.................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. UU NO.35 THN 2014 TTG perubahan atas UU NO.23 THN
perlindungan anak (UU PA) ............................................................9
B. Selanjutnya penanganan anak yang berhadapan dengan hukum
mengacu pada Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) ..............................................12
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4 Susunan Acara Hari Pertama, Kedua dan Ketiga ......................23
Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Postest Peserta ................................................27
Tabel 4.2. Nilai Rata-Rata Pretest dan Postest Peserta ............................. 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Pemecahan Masalah ....................................19
Gambar 4.2. Nilai Rata-Rata Pretest dan Postest Peserta ...........................46
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Perlindungan hukum terhadap sebagai salah satu bentuk pembelaan
hukum terhadap hak kebebasan dan hak asasi anak dalam kaitannya dengan
kesejahteraannya, oleh karena itu anak harus memperoleh kesempatan yang
sebesar-besarnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik,
mental, sosial, berakhlak mulia, perlu melindungi anak dan mencapai
kebahagiaannya dengan menjamin pelaksanaan haknya dan diperlakukan
tanpa diskriminasi.
Menurut Komite Perlindungan Anak Indonesia telah mengidentifikasi
kasus yang melibatkan kelompok perlindungan anak antara 2011 dan 2016.
KPAI menyebutkan jumlah korban pelecehan lebih dari 50 sejak 2011 hingga
2016. Terakhir, pada 2016, jumlah korban mencapai 81. Angka ini ditemukan
pada kasus bullying yang terjadi di sekolah. Untuk jumlah pelaku bullying,
KPAI menemukan jumlahnya lebih dari 40 orang. Pada tahun 2016, jumlah
siswa yang menjadi korban bullying meningkat menjadi 93 orang.3
Bullying dapat terjadi dimana saja dan kapan saja selagi terdapat suatu
interaksi sosial yng sedang berlangsung anatar sesama manusia baik di
sekolahan ,tempat kerja, lingkungan sekitar tempat tinggal,lingkungan politik
dan lingkungan sosial lainya. Bullying biasanya terjadi di kalangan pelajar
atau sekolah merupakan hal yang sering di abaikan perilaku bullying tersebut
bisa dalam bentuk tindakan fisik seperti menendang dan menggigit, secara
lisan, misalnya dengan menyebarkan desas-desus dengan media perangkat
elektronik atau cyberbullying. Semua tindakan bullying, baik fisik maupun
verbal, akan berdampak pada kesejahteraan fisik dan psikologis korban.
3
Darmayanti, Kusumasari Kartika Hima, Farida Kurniawati, and Dominikus David Biondi
Situmorang. "Bullying di sekolah: Pengertian, dampak, pembagian dan cara
menanggulanginya." PEDAGOGIA 17.1 (2019): 55-66.
2
Akibatnmya korban bullying mengalami menderita baik secara fisik,
psikis dan sosial akibat luka, trauma, Selain itu bullying juga dapat
menjadikan prestasi seorang anak menurun karena sering merasa tertekan.
Untuk itu sebaiknya kita mencegah hal ini sehingga tidak akan terjadi lagi,
dengan cara memberikan hukuman bagi para pelaku dengan maksud sebagai
efek jerah, sehingga para pelaku yang masih duduk di bangku sekolah tidak
akan lagi dengan mudah melakukan penindasan bagi teman sebagainya,
Selain jaminan perlindungan selama proses penyidikan dan penyidikan, UU
No. 35 tahun 2014 sebagai perubahan atas UU No. Undang-undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU PA) juga memberikan
perlindungan hukum berupa rangkaian perlindungan khusus bagi anak
korban tindak pidana, yaitu: upaya pemulihan (rehabilitasi) baik di dalam
maupun di luar fasilitas, Berdasarkan pemaparan permasalahan diatas, maka
dipandang perlu untuk diadakan sosialisasi dan edukasi terkait perlindungan
hukum terhadap korban bullying
3
Taman pendidikan Al Qur’an atau disingkat TPA/TPQ memiliki
peranan penting sebagai tempat untuk mengajarkan Al Qur’an dan juga
menanamkan dasar-dasar agama bagi generasi muda Islam. Terbatasnya
panduan dan referensi yang ada kadangkala menjadi permasalahan tersendiri
dalam mengajar dan mengelola TPA. Oleh karena itu, buku ini disusun
sebagai panduan penting bagi para pengajar dan pengelola TPA/TPQ. Buku
ini berisi kumpulan materi TPA meliputi ilmu tajwid, doa- doa, dasar-dasar
agama (rukun iman, rukun Islam, tauhid, adab), thaharah, tatacara sholat dan
lainnya. Beberapa materi tambahan juga disedikan dalam buku ini seperti
kumpulan hadits pilihan, bahasa Arab dasar, dan permainan-permainan
sederhana.
Program TKA, TPA/TPQ cukup banyak berperan memberantas buta Al
Qur’an di Indonesia. Keberadaan TPA saat penting sekali untuk membentuk
masyarakat yang Islami. Generasi muda Islam harus difahamkan dengan Al
Qur’an dan dikenalkan dengan hal-hal dasar dalam agamanya sejak dini. Kita
patut berbangga dengan adanya orang-orang yang memiliki ketulusan dan
kesungguhan yang luar biasa dalam mengajar dan mengelola TPA mulai dari
takmir masjid, IRMAS (ikatan remaja masjid), pelajar/mahasiswa atau yang
lainnya. Mereka rela mengobarkan waktu dan tenaga untuk mendidik santri-
santri TPA. Saat ini di berbagai daerah di Indonesia juga telah didirikan
Badan Koordinator (Badko) TKA-TPA. Lembaga ini berfungsi sebagai
wadah untuk koordinasi dan sekaligus sebagai tempat untuk sharing
pengalaman para penyelenggara TPA.
4
TPQ tersebut merupkan salahsatu tempat belajar Al-quran yang paling
banyak muridnya karena para wali murid percaya akan integritas dan
pelayanan yang diberikan oleh pengajar - pengajar kepada murid – muridnya
sehinnga para orangtua/wali murid menaruh kepercayaan agar anak –
anaknya dibina dalam memahami Al-quran, dengan metode pengajaran yaitu
metode iqro, Metode Iqro` ini merupakan metode termasyhur yang digunakan
di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) atau TPQ (Taman Pendidikan Al-
Quran). Metode iqro` ini menggunakan model CBSA (Cara Belajar Santri
Aktif), penerapan Metode Pembelajaran Aktif untuk siswa, bahkan juga
menerapkan SAL (Pembelajaran Aktif Siswa).
5
C. Rumusan Masalah
6
2. Bagi Dosen Pengabdi
PERSONIL PELAKSANA
1. Ketua Pengabdi
Nama : Ahmad Sayuti
NIM : 191010201433
Status : Mahasiswa
2. Bendahara
NIM : 191010200422
Status : Mahasiswa
7
3. Sekretaris
Nama : Satrio Djara Talo
NIM : 191010200374
Status : Mahasiswa
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Barda Nawawi Arief, “Masalah Penegakan Hukum dan kebijakan Hukum Pidana dalam
Penanggulangan Kejahatan”, Jakarta: Kencana,2007, hal.61.
9
(1) Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat
dan bakat. (1a) Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan
pendidikan dari kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh
pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.
(2) Selain mendapatkan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (1a), Anak Penyandang Disabilitas berhak memperoleh pendidikan
luar biasa dan Anak yang memiliki keunggulan berhak mendapatkan
pendidikan khusus5
Selain hal tersebut, berdasarkan Pasal 64 UU Perlindungan Anak juga
menentukan bahwa perlindungan khusus ketika seorang anak bermasalah
dengan hukum dilakukan melalui: perlakuan secara manusiawi dengan
memperhatikan dari klasifikasi pada kisaran umur yang ditetapkan dan
pemberian keadilan di muka pengadilan anak yang objektif, tidak memihak,
dan dalam sidang yang tertutup untuk umum; penghindaran dari publikasi
atas identitasnya; pemberian pendampingan orang tua/wali
Ada dua kategori perilaku anak yang membuat ia harus berhadapan
dengan hukum. Pertama, status offence adalah perilaku kenakalan anak yang
apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan,
seperti tidak menurut, membolos sekolah, atau kabur dari rumah. Kedua,
juvenile deliquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan
oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum6
Khusus bagi anak yang melanggar hukum, menurut ketentuan Pasal 64
ayat (1) UU Perlindungan Anak ditujukan kepada anak yang melanggar
hukum dan anak yang menjadi korban tindak pidana. Berdasarkan Pasal 64
ayat (2) UU Perlindungan Anak, perlindungan anak yang melanggar hukum
dijamin dengan ketentuan :
a. Pelaksanaan hak secara manusiawi dengan martabat dan hak-hak anak.
5
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38723/uu-no-35-tahun-2014 diakses pada 1 juni 2022
jam 13:00
6
Kamaruddin Jafar, Restorative Justice Atas Diversi Dalam Penanganan Juvenile Deliquency (Anak
Berkonflik Hukum), Jurnal Al-‘Adl, Vol. 8, No. 2, Juli 2015, hlm. 94.
10
b. Penyediaan sarana dan prasarana khusus;
c. Penyediaan petugas pendamping khusus bagi anak sejak dini;
d. Pemantauan dan pencatatan terus-terusan terhadap perkembangan anak
yang berhadapan dengan hukum;
e. Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua
atau keluarga ; dan
f. Perlindungan dari pemberian identitas melalui media massa dan untuk
menghindari labelisasi.
Adapun bentuk perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan
dengan hukum tertuang dalam Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang No 23 tahun
2002 : “ Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum
sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan melalui :
a. Perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-
hak anak;
b. Penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini;
c. Penyediaan sarana dan prasarana khusus;
d. Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan terbaik bagi anak;
e. Pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan
anak yang berhadapan dengan hukum;
f. Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan
orangtua atau keluarga; dan
g. Perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan
untuk menghindari labelisasi.”
Pada tahun 1997, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1997 Dalam kaitannya dengan Peradilan Anak (UU
Pengadilan Anak), fungsi pengadilan adalah melindungi anak-anak yang
menjadi kenakalan remaja. Tapi ternyata di UU Pengadilan Anak hanya
memperlakukan anak sebagai objek dan memperlakukan anak Anak yang
melanggar hukum cenderung melecehkan anak
11
B. Selanjutnya penanganan anak yang berhadapan dengan hukum
mengacu pada Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak (UU SPPA).
12
Korban, dan/atau Anak Saksi.
Pasal 20
Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh Anak sebelum genap berumur 18
(delapan belas) tahun dan diajukan ke
sidang pengadilan setelah Anak yang bersangkutan melampaui batas umur 18
(delapan belas) tahun, tetapi
belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun, Anak tetap diajukan ke
sidang Anak.
Pasal 21
(1) Dalam hal Anak belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau
diduga melakukan tindak pidana,
Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional
mengambil keputusan untuk:
a. menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali; atau
b. mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan
pembimbingan di instansi
pemerintah atau LPKS di instansi yang menangani bidang kesejahteraan
sosial, baik di tingkat
pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan ke pengadilan
untuk ditetapkan dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari.
(3) Bapas wajib melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program
pendidikan, pembinaan, dan
pembimbingan kepada Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.
(4) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Anak dinilai
masih memerlukan
pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan lanjutan, masa pendidikan,
pembinaan, dan pembimbingan
dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan.
13
(5) Instansi pemerintah dan LPKS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b wajib menyampaikan
laporan perkembangan anak kepada Bapas secara berkala setiap bulan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengambilan
keputusan serta program pendidikan,
pembinaan, dan pembimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 22
Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, Pembimbing Kemasyarakatan, Advokat
atau pemberi bantuan hukum
lainnya, dan petugas lain dalam memeriksa perkara Anak, Anak Korban,
dan/atau Anak Saksi tidak memakai
toga atau atribut kedinasan.
Pasal 23
(1) Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak wajib diberikan bantuan hukum
dan didampingi oleh Pembimbing
Kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak Korban atau Anak Saksi wajib
didampingi oleh orang tua
dan/atau orang yang dipercaya oleh Anak Korban dan/atau Anak Saksi, atau
Pekerja Sosial.
(3) Dalam hal orang tua sebagai tersangka atau terdakwa perkara yang sedang
diperiksa, ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi orang tua.
Pasal 24
Anak yang melakukan tindak pidana bersama-sama dengan orang dewasa
atau anggota Tentara Nasional
Indonesia diajukan ke pengadilan Anak, sedangkan orang dewasa atau
anggota Tentara Nasional Indonesia
14
diajukan ke pengadilan yang berwenang.
Pasal 25
(1) Register perkara Anak dan Anak Korban wajib dibuat secara khusus oleh
lembaga yang menangani
perkara Anak.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman register perkara anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Anak untuk melakukan kejahatan dan kegiatan kriminal dan dapat
dipaksa untuk menghadapi hukum dan sistem peradilan. Anak yang
melakukan tindak pidana ini kadang disebut sebagai anak yang bermasalah
hukum, Jika menelisik pada Pasal 1 (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang sistem peradilan pidana anak juga menjelaskan bahwa anak
yang melanggar hukum: dibawah berusia 18 tahun (8 tahun) dan diduga
melakukan kejahatan. "
Dalam berupaya Untuk melindungi anak-anak, peradilan anak harus
dimaknai secara luas. Namun demikian, sistem peradilan anak juga harus
dimaknai dengan memasukkan akar penyebab kejahatan anak dan upaya
pencegahannya. Selain itu, ruang lingkup peradilan anak mencakup berbagai
macam masalah yang kompleks, dari kontak awal dengan polisi anak, proses
pengadilan, kondisi penahanan, dan rehabilitasi, termasuk penjahat dalam
prosesnya.
15
1. Intrinsik dari kenakalan anak yang berkonflik dengan hukum adalah :
a. Faktor Intelegensia;
b. Faktor usia;
c. Faktor kelamin;
d. Faktor kedudukan anak dalam keluarga,
2. Ekstrinsik dari kenakalan anak yang berkonflik dengan hukum adalah :
a. Faktor rumah tangga;
b. Faktor pendidikan dan sekolah;
c. Faktor pergaulan anak;
d. Faktor mass media.
16
situasi anak berkonflik. Anak-anak Hakkake Kanya adalah individu yang
melalui proses penting pertumbuhan dan perkembangan. Kondisi ini tentunya
memberikan harapan besar bagi anak untuk memiliki kesempatan untuk
memperbaiki kondisi dan perilakunya. Masyarakat juga mampu
mengungkapkan pemahaman dengan mampu berkembang lebih jauh di masa
depan, karena anak pada hakekatnya tidak mampu mandiri, tetapi juga
merupakan pihak yang menjadi ketergantungan dalam pemenuhan
kebutuhannya. masyarakat. Anda bisa meminimalisir tampilan anak yang
melanggar hukum.
18
BAB III
Permasalan
Pelajar sekolah kurang memahami terkait akibat yang ditimbulkan dari
perbuatan bullying dan konsekuensi yang didapat, baik dalam
prespektif hukum ataupun mentalnya serta pengaruh faktor internal dan
eksternal yang. buruk
Metode Pelaksanaan
Pemaparan dan edukasi materi perihal dampak buruk dari
perbuatan bullying serta faktor penyebabnya
19
Pemecahan Masalah
Meningkatkan pemahaman pelajar perihal dampak buruk
perbuatan bullying, perlindungan hukum bagi korban serta
penagan perbuatan bullying pada tahap peradilan anak, Contoh
kasus dan upaya pencegahan perbuatan bullying
b. Uapaya pencegahan
21
2) Tanggal : 25-27 Mei 2022
3) Waktu : 15.00-17.00
4) Tempat : TPA/ TPQ AR-RIDHA berlokasi di Jln Permata I Villa
Mutiara RT 05 RW 004 Kelurahan Sawah Baru
Kecamatan Ciputat Kota Tangerang
N
Jam Acara PIC
o
1 14:30-15.00 Registrasi Peserta Panitia
2 15.00-15.10 Pembukaan MC
Sambutan Ketua
3 15.10-15.20 Ahmad Sayuti
Pelaksana PKM
Sambutan
Ketua/wali kelas Ustadzah Naziroh,
4 15.20-15.30
S.Ag.(diwakilkan wali kelas
Pretest Materi
5 15.30-15.45 Panitia
Sosialisasi UU PA
Materi Sosialisasi
6 15.45-16.10 Panitia
UU PA Sesi I
22
2) Hari Kamis, 26 Mei 2022
2 15.00-15.10 Pembukaan MC
Sambutan Ketua
3 15.10-15.20 Ahmad sayuti
Pelaksana PKM
Serah terima
piagam
penghargaan dari
4 15.20-15.30 Prodi Ilmu Hukum Togi
Unpam Kepada
TPA/TPQ AR-
RIDHA
Serah terima
piagam
penghargaan dari
5 15.30-15.45 Togi
TPA AR-RIDHA
Kepada Prodi Ilmu
Hukum Unpam
Pretest Materi
Materi Sosialisasi
6 15.45-16.10 Satrio
Perlindungan
hukum Sesi I
23
Materi Persiapan
Materi Sosialisasi
7 16.10-16.50 Perlindungan Sayuti
hukum Sesi
II
N
Jam Acara PIC
o
1 14:30-15.00 Registrasi Peserta Panitia
2 15.00-15.10 Pembukaan MC
Sambutan Ketua
3 15.10-15.20 Ahmad sayuti
Pelaksana PKM
Sambutan Penutup
4 15.20-15.30 Ketua/wali kelas Ust. Dzikry (wali kelas)
TPA
Sambutan Penutup
5 15.30-15.45 Universitas Fariz rifqi hasbi S.H,.M.H
Pamulang
Edukasi dan
6 15.45-16.10 Sosialisasi Ahmad sayuti
UU PA
UU PA dan sistem
7 16.10-16.50 perlindungan Ahmad sayuti
hukum
Selesai/ penutup
16.50-17.00 Peserta dan Panitia
dan doa
24
E. Metode Kegiatan
25
2) Penyusunan publikasi baik ke dalam jurnal maupun ke dalam
media masa sebagai luaran dan bentuk pertanggung jawaban
kegiatan.
26
BAB IV
26
No. Nama Nilai Nilai Nilai Nilai
Pretest Pretest Postest Postest
Materi I Materi II Materi I Materi II
(25-05-22) (26-05-22) (27-05-22) (27-05-22)
1. Rajwa kimora 5 8 8 8
2. Nimas giana 6 8 8 8
3. M.fahriwijaya 7 6 7 8
4. Andra pratama 7 6 8 9
5. M. arkan 6 7 8 7
6. Arya abimanyu 6 6 8 8
7. M .Rasyid 6 7 9 8
8. M .Fathih 7 7 8 9
9. Mirza fathan 7 7 9 9
10. Khumaira 6 7 8 8
14. Alesha 7 7 8 8
15. Peni 7 8 9 9
16. Varisa 7 8 9 9
17. Rere 8 8 9 8
18. Dania 7 7 8 8
19. Mikaila 7 7 9 9
20. Winurlita 7 7 8 8
21. Arsya 6 7 8 8
27
B. Pembahasan
7
https://kumparan.com/kumparannews/catatan-akhir-tahun-kpai-masih-banyak-kasus-bullying-
berujung-korban-meninggal-1xCdQQVB9QH/2 diakses pada tanggal 4 juni 2022, pukul 09:00
29
bahwa: “Anak-anak masuk dan masuk lingkungan satuan pendidikan harus
dilindungi fisik, psikologis, kejahatan dan kejahatan seks lebih banyak dibuat
oleh pendidik, tenaga kependidikan, teman sekelas dan/atau bagian lain".
Didalam UU No. 35 Th. 2014 tentang Perubahan atas UU No. 23 Th. 2002
tentang Perlindungan Anak
30
Dalam hukum Indonesia, bullying itu sendiri tidak tercakup dalam
undang-undang akan taetapi diatur dalam peraturan khusus yang
mengaturnya karena bullying sendiri sangat luas.
Namun, dari segi perkara, unsur-unsur yang merupakan tindak pidana
intimidasi,kekerasan,penganiayaan dapat dijerat dengan beberapa pasal
yang sudah terdaftar dalam KUHP, khususnya pasal 310, 315 tentang tindak
pidana penghinaan, pasal 351 tentang penganiayaan, pasal 368 tentang
pemerasan dan intimidasi, maka Jika terjadi tindak pidana bullying bagi
pelaku di bawah umur dapat dijerat dengan dasar hukum yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-
Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu pasal 54, pasal
76 A, pasal 76 C dan pasal 80.
Adapun jika terjadi tindakan bullying pada medis sosial maka dapat
dijerat dengan dasar hukum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu pasal 27 ayat 3
dan pasal 27 ayat 4.
Terkait dengan pihak-pihak, peran dan tanggungjawab masing-masing
dalam upaya memberikan perlindungan terhadap anak dapat dilihat dalam
beberapa pasal yang ada di dalam UU Perlindungan Anak sebagai berikut: I.
Kewajiban dan tanggung jawab Negara dan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah (Diatur dalam Pasal 21 sampai Pasal 24 UU Perlindungan anak), yang
intinya adalah berkewajiban untuk memenuhi, melindungi, dan menghormati
Hak Anak, berkewajiban dan bertanggung jawab dalam merumuskan dan
melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan Perlindungan Anak,
berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana,
prasarana, dan ketersediaan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan
Perlindungan Anak, menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan
kesejahteraan Anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban Orang Tua,
Wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap Anak,
serta mengawasi penyelenggaraan Perlindungan Anak, Perlindungan Anak
dilaksanakan melalui kegiatan peran Masyarakat dalam penyelenggaraan
Perlindungan Anak. Pasal 72 UU Perlindungan anak menambahkan peran
31
serta masyarakat, media massa, dan pelaku usaha dalam perlindungan anak
sebagai berikut:
1. Peran masyarakat (baik orang perseorangan, lembaga perlindungan anak,
lembaga kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan, lembaga
pendidikan), dilakukan dengan cara: memberikan informasi melalui
sosialisasi dan edukasi mengenai Hak Anak dan peraturan perundang-
undangan tentang Anak; memberikan masukan dalam perumusan
kebijakan yang terkait Perlindungan Anak; melaporkan kepada pihak
berwenang jika terjadi pelanggaran Hak Anak; berperan aktif dalam
proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi Anak; melakukan
pemantauan, pengawasan dan ikut bertanggungjawab terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak; menyediakan sarana dan prasarana
serta menciptakan suasana kondusif untuk tumbuh kembang Anak;
berperan aktif dengan menghilangkan pelabelan negatif terhadap Anak
korban; dan memberikan ruang kepada Anak untuk dapat berpartisipasi
dan menyampaikan pendapat.
2. Peran media massa dilakukan melalui: penyebarluasan informasi dan
materi edukasi yang bermanfaat dari aspek sosial, budaya, pendidikan,
agama, dan kesehatan Anak dengan memperhatikan kepentingan terbaik
bagi Anak
3. Peran dunia usaha dilakukan melalui: kebijakan perusahaan yang
berperspektif Anak; produk yang ditujukan untuk Anak harus aman bagi
Anak; berkontribusi dalam pemenuhan Hak Anak melalui tanggung
jawab sosial perusahaan.
Aksi atau perbuatan bullying pun diatur untuk melindungi para korbannya.
berikut merupakan daftar dampak negatif dari adanya aksi bullying, sebagai
berikut :
33
yang selanjutnya disebut Anak Korban adalah anak yang belum berumur
18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental,
dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.”
Pelindungan hukum terhadap anak adalah salah satu upaya untuk membuat
kondisi yang di mana anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya,
sehingga negara memberikan pelindungan terhadap anak sebagaimana
layaknya orang tua kepada anaknya, maka penanganan anak yang berhadapan
dengan hukum juga harus dilakukan demi kepentingan terbaik bagi anak serta
berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dengan demikian ketentuan mengenai
penyelenggaraan pengadilan bagi anak dilakukan secara khusus.
34
No. Jumlah Total Nilai Total Nilai Total Nilai Nilai
35
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Husmiati, and Adi Fahrudin. "Perilaku bullying: asesmen multidimensi dan
intervensi sosial." Jurnal Psikologi Undip 11.2 (2012).
https://jabar.inews.id/amp/berita/ini-pasal-dan-ancaman-hukuman-terhadap-
pelaku- penganiayaan-anak, diakses tanggal 31 Mei 2022, pukul 15.00
http://bagianhukum.purwakartakab.go.id/wpcontent/uploads/2014/11/UU_NO_11_
2012.pdf, diakses pada tanggal 1 juni 2022, pukul 22:00
36
37
38
Lampiran 2. Surat Tugas Pengabdian
39
Lampiran 3. Surat Permohonan Pengabdian
40
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Pengabdian
41
Lampiran 5. Daftar Hadir (Absen) Kegiatan
42
Lampiran 6. Penggunaan Dana
Jenis
Satua Biaya satuan Total
Pembelanja Item Q
n (Rp) (Rp)
an
Konsumsi Makanan ringan 30 Box Rp. 10.000 Rp 300.000
43
Lampiran 7. Foto/Dokumentasi Kegiatan
44
45
Lampiran 8. Slide PPT/Materi PKM Mahasiswa
46
47
48
49