Anda di halaman 1dari 7

Simalungun, 19 Maret 2022

Hal : Eksepsi/ Keberatan Terhadap Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum


NO.REG.PERK. : PDS-01/SSA/Ft.1/IV/2022 Atas nama Terdakwa Esterlan
Br Sihombing

Kepada Yth,
Ketua/ Anggota Majelis Hakim Perkara Pidana
Nomor : 88/Pid.B/2020/PN Sim
Di –
Simalungun

Bapak/ibu majelis hakim yang kami muliakan,


Saudara jaksa Penuntut umum yang kami hormati,
Serta hadirin yang kami hormati.

Puji sykur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas
rahmat dan kasih sayang-Nya lah kita dipertemukan dalam Majelis yang sangat mulia ini.

Selanjutnya kami sampaikan terima kasih kepada Yang Mulia Majelis Hakim Pemeriksa
Perkara ini yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat menggunakan
waktu, guna mempelajari dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum, yang pada akhirnya
kesempatan tersebut juga kami manfaatkan untuk mengajukan eksepsi dalam perkara ini
untuk dan atas nama Terdakwa ESTERLON SIHOMBING. Ucapan yang sama juga kami
sampaikan kepada yang terhormat saudara Jaksa Penuntut Umum.

Majelis persidang yang kami muliakan,

Eksepsi yang kami sampaikan ini pada prinsipnya tidak terlepas dari upaya
penegakkan hak-hak dari tersangka yang pada proses pemeriksaan pendahuluan telah ada
pelanggaran, yang pada akhirnya sangat merugikan terdakwa. Kondisi mana, apabila
dipenuhi secara baik, maka bukan tidak mungkin, Terdakwa tidak akan duduk dikursi
pesakitan seperti yang kita lihat sekarang ini. Kemudian dalam eksepsi ini juga kami
menyoroti tentang surat dakwaan yang telah dibacakan Jaksa Penuntut Umum pada
persidangan tanggal 3 Maret 2022 yang lalu.
Sehubungan dengan adanya dakwaan dari Rekan Jaksa Penuntut Umum, maka
perkenankan kami menyampaikan Eksepsi atas nama ESTERLON SIHOMBING,
sebagai berikut :

Keberatan Terhadap Surat Dakwaan Tidak Cermat, Tidak Jelas Dan Tidak Lengkap
Bahwa sesuai dengan Pasal 143 (2) huruf b KUHAP, syarat materiil Surat Dakwaan
meliputi :
1. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang

didakwakan;
2. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai waktu dan tempat tindak

pidana itu dilakukan;


Yang dimaksud dengan uraian secara cermat, berarti menuntut ketelitian Jaksa
Penuntut Umum dalam mempersiapkan Surat Dakwaan yang akan diterapkan bagi
Terdakwa. Dengan menempatkan kata “cermat” paling depan dari tuntutan Pasal 143 (2)
huruf b KUHAP, pembuat UU menghendaki agar Jaksa Penuntut Umum dalam membuat
Surat Dakwaan selalu bersifat kongkrit dan teliti;
Uraian secara jelas berarti uraian kejadian atau fakta kejadian yang jelas dalam Surat
Dakwaan, sehingga Terdakwa dengan mudah memahami apa yang di dakwakan terhadap
dirinya dan dapat mempersiapkan pembelaan dengan sebaik-baiknya;
Uraian secara lengkap, berarti surat dakwaan itu memuat semua unsur (elemen) tindak
pidana yang didakwakan. Unsur-unsur tersebut harus terlukis secara bulat dan utuh di dalam
uraian fakta kejadian yang dituangkan dalam surat dakwaan;
Dalam surat dakwaan yang disusun oleh Penuntut Umum, terdapat ketidak-
cermatan, ketidak-jelasan dan ketidak-lengkapan mengenai tindak pidana yang didakwakan,
antara lain sebagaimana diuraikan berikut ini :
A. Mengenai uraian tindak pidana yang didakwakan
Bahwa surat dakwaan mengandung kesalahan-kesalahan fakta dan ketidakcermatan
dalam hal menguraikan peristiwa sebagaimana yang ditulis dalam surat dakwaan.
Sehingga terlihat terlalu dipaksakan untuk dikaitkan dengan pasal yang didakwakan oleh
Jaksa penuntut Umum;
Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 362 KUHPidana Jo Pasal (1)
ke-1 KUHPidana;
• Bahwa kasus yang menjerat dan menyeret Terdakwa Esterlan Br Sihombing dalam
persidangan khususnya sebagaimana yang didakwakan oleh yang terhormat jaksa dalam
dakwaannya pada pokoknya adalah tidak menjelaskan secara menyeluruh perbuatan yang
dilakukan, hal ini dikarenakan lahan dan tanaman sawit yang berada di atasnya adalah
milik Esterlan Br Sihombing yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Tanah (SKT)
yang di keluarkan oleh Kepala desa, tentunya kondisi ini masuk kedalam ranah hukum
perdata;
• Terdakwa adalah Pemilik tanah/tanaman sawit yang terletak
di Huta III Simangonai Nagori Jawa baru, Kecamatan Huta Bayu
Raja, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, dengan Luas Tanah + 48.945
M2 adalah Milik Jalongan Simbolon (almarhum) dan Esterlan Sihombing (Istri dari
Jalongan Simbolon), sesuai dengan bukti-bukti surat yang dimiliki oleh Terdakwa serta
keterangan saksi-saksi. Sementara Pelapor bukanlah pemilik tanah dan Rumah yang
berada di Nagori Jawa baru, Kecamatan Huta Bayu Raja, Kabupaten Simalungun,
Provinsi Sumatera Utara;
• Terdakwa dan Jalongan Simbolon (almarhum) selaku suami Terdakwa adalah yang
dulunya menanami tanaman sawit diatas tanas tersebut dibuktikan oleh keterangan saksi-
saksi;

Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Tidak Cermat, Tidak Jelas Dan Kabur (Obsccur Libel) Dan
Bukan Merupakan Tindak Pidana Akan Tetapi Merupakan Ruang Lingkup Dalam Bidang
Hukum Perdata

1. Terdakwa Tidak Pernah Diperiksa Sebagai Calon Tersangka

Bahwa sebagaimana diketahui Terdakwa tidak pernah dilakukan Pemeriksaan


dalam kapasitas Terdakwa sebagai calon tersangka, tetapi pihak Kepolisian langsung
menetapkan Terdakwa menjadi Tersangka; Sehingga hal ini mengakibatkan tidak
seimbangnya Terdakwa dapat melakukan klarifikasi terhadap apa yang dituduhkan oleh
Pihak Penyidik. Terdakwa tidak pernah diperiksa untuk pertama kali oleh pihak penyidik
pada saat setelah ditetapkan sebagai Tersangka;
Dengan demikian harus dibatalkan tentang dakwaan yang diajukan kepada diri Terdakwa
oleh Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini;
2. Tidak Pernah Ada Penyelidikan Atas Diri Terdakwa

Bahwa sebagaimana diakui baik oleh Terdakwa, bahwa penetapan tersangka atas diri
Terdakwa baru diketahui berdasarkan surat penetapan menjadi tersangka;
Bahwa hal itu senada dengan penyelidikan dan penyidikan, menurut Yahya Harahap, S.H.,
dalam bukunya yang berjudul Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:
Penyidikan dan Penuntutan (hal. 101), menjelaskan bahwa dari pengertian dalam KUHAP,
“penyelidikan” merupakan tindakan tahap pertama permulaan “penyidikan”. Akan tetapi
harus diingat, penyelidikan bukan tindakan yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi
“penyidikan”. Penyelidikan merupakan bagian yang tak terpisah dari fungsi penyidikan. Kalau
dipinjam kata-kata yang dipergunakan buku petunjuk Pedoman Pelaksanaan KUHAP, penyelidikan
merupakan salah satu cara atau metode atau sub daripada fungsi penyidikan yang mendahului
tindakan lain, yaitu penindakan berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan,
pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada penuntut
umum.
Lebih lanjut, Yahya Harahap menyatakan bahwa jadi sebelum dilakukan tindakan
penyidikan, dilakukan dulu penyelidikan oleh pejabat penyelidik, dengan maksud dan
tujuan mengumpulkan “bukti permulaan” atau “bukti yang cukup” agar dapat dilakukan
tindak lanjut penyidikan. Mungkin penyelidikan dapat disamakan dengan pengertian
“tindak pengusutan” sebagai usaha mencari dan menemukan jejak berupa keterangan dan
bukti-bukti suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana.
Yahya Harahap (Ibid, hal. 102) juga mengatakan bahwa jika diperhatikan dengan seksama,
motivasi dan tujuan penyelidikan, merupakan tuntutan tanggung jawab kepada aparat
penyidik, untuk tidak melakukan tindakan penegakan hukum yang merendahkan harkat
martabat manusia. Sebelum melangkah melakukan pemeriksaan penyidikan seperti
penangkapan atau penahanan, harus lebih dulu berusaha mengumpulkan fakta dan bukti,
sebagai landasan tindak lanjut penyidikan. Penyelidikan atas perkara orang lain tidak dapat
langsung dipakai pada penyelidikan atas nama Terdakwa. Dengan demikian jelas
berdasarkan uraian singkat diatas, kegiatan penyelidikan dan penyidikan merupakan 2 hal
yang tidak dapat berdiri sendiri dan dapat dipisahkan keduanya. Berkenaan dengan
Terdakwa tidak pernah diterbitkannya surat perintah penyelidikan atas diri Terdakwa, maka
dapat dikatakan tidak sah dan cacat hukum, untuk itu harus dibatalkan.

3. Terdakwa Murni Merupakan Hubungan Hukum Keperdataan


a. Bahwa Terdakwa adalah Pemilik tanah/tanaman sawit yang terletak di Huta
III Simangonai Nagori Jawa baru, Kecamatan Huta Bayu Raja, Kabupaten
Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, dengan Luas Tanah + 48.945 M2
adalah Milik Jalongan Simbolon (almarhum) dan Esterlan Sihombing (Istri
dari Jalongan Simbolon), sesuai dengan bukti-bukti surat yang dimiliki oleh
Terdakwa serta keterangan saksi- saksi. Sementara Pelapor bukanlah pemilik
tanah dan Rumah yang berada di Nagori Jawa baru, Kecamatan Huta Bayu
Raja, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara (bukti surat
terlampir);
b. Bahwa tanah/tanaman sawit milik Terdakwa yang terletak di Huta III
Simangonai Nagori Jawa baru, Kecamatan Huta Bayu Raja, Kabupaten
Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, belum pernah dialihkan kepada pihak
lain (bukti surat terlampir);
c. Bahwa Terdakwa dan Jalongan Simbolon (almarhum) selaku suami terdakwa
adalah yang dulunya menanami tanaman sawit diatas tanah tersebut
dibuktikan oleh keterangan saksi-saksi (bukti surat terlampir);
d. Bahwa Terdakwa dan Jalongan Simbolon (almarhum) selaku suami terdakwa
dari dulunya yang memanen hasil sawit tersebut dibuktikan oleh keterangan
saksi-saksi;
e. Bahwa setelah Jalongan Simbolon (selaku suami Terdakwa) meninggal
dunia, maka yang meneruskan merawat dan memanen sawit teresebut adalah
Terdakwa;
Berdasarkan uraian sebagaimana kami jelaskan di atas, selanjutnya perlu kami
simpulkan sebagai berikut :
1. Bahwa, pengambilan hasil sawit di lahan Esterlan Br Sihombing bukanlah suatu
tindak pidana, karena perbuatan Esterlan Br Sihombing dilakukan di atas lahan
miliknya sendiri berdasarkan kepemilikan yang dimilikinya berdasarkan surat-surat
yang dikeluarkan oleh kepala desa (bukti surat Terlampir);
2. Bahwa Esterlan Br Sihombing berhak menguasai, mengelola dan memanen hasil
sawit tersebut karena lahan tersebut adalah miliknya berdasarkan surat-surat yang
dikeluarkan oleh kepala desa (bukti surat Terlampir);
3. Bahwa, keberadaan Edy Ronald Simbolon selaku pelapor tidak memiliki hak untuk
menguasai, mengelola dan memanen hasil sawit Milik Esterlan Br Sihombing, karena
Edy Ronald Simbolon tidak memilik alas hak sebagai pemilik tanah dan sawit tersebut
berdasarkan surat-surat yang dikeluarkan oleh kepala desa (bukti surat Terlampir);
4. Bahwa, akibat permasalahan ini, Esterlan Br Sihombing telah mengajukan Gugatan
Perdata di Pengadilan Negeri Simalungun dengan Nomor Perkara 95/Pdt G/2019/PN
Sim (Terlampir);
5. Selanjutnya, dalam pengadilan perdata dalam perkara No. 95/Pdt G/2019/PN Sim
pada agenda mediasi tanggal 5 Maret 2019, pihak Tergugat I Rotua Simbolon dan
Tergugat II Edy Ronald Simbolon dianjurkan oleh Hakim Mediator untuk
mengembalikan uang penjualan lahan sawit kepada Penggugat atau mengembalikan
tanah kepada Penggugat, dalam hal ini Esterlan Sihombing;
Atas uraian eksepsi/keberatan yang telah kami sampaikan dan atas dasar
ketentuan sebagaimana diatur serta ditegaskan Pasal 56 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP
maka dengan ini kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa Esterlan Br Sihombing
memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim pemeriksa perkara ini agar berkenan
menetapkan dan memutuskan : Menerima dan mengabulkan Eksepsi Penasehat
Hukum Terdakwa untuk seluruhnya;
1. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa/Penuntut Umum Batal Demi Hukum atau setidak-
tidaknya dinyatakan batal;
2. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa/Penuntut Umum Tidak Dapat Diterima;
3. Melepaskan Terdakwa Esterlan Br Sihombing dari segala tuntutan hukum (onslag van
rechtsvervolging);
4. Menyatakan menghentikan persidangan perkara aquo dan memerintahkan agar berkas
perkara dikembalikan kepada sdr. Jaksa/Penuntut Umum;
5. Menyatakan Terdakwa Esterlan Br Sihombing direhabilitasi harkat dan martabatnya
serta memulihkan nama baik Terdakwa;
6. Membebankan biaya perkara pada Negara; Atau :Apabila Majelis Hakim Yang Mulia
berpendapat lain mohon putusan hukum yang seadil-adilnya (ex aquo et bono)

Simalungun,19 Maret 2022

Hormat kami Kuasa Hukum

ROYKHAN ZIDNI,SH.,MH

Anda mungkin juga menyukai