Kepada Yth,
Ketua/ Anggota Majelis Hakim Perkara Pidana
Nomor : 88/Pid.B/2020/PN Sim
Di –
Simalungun
Puji sykur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas
rahmat dan kasih sayang-Nya lah kita dipertemukan dalam Majelis yang sangat mulia ini.
Selanjutnya kami sampaikan terima kasih kepada Yang Mulia Majelis Hakim Pemeriksa
Perkara ini yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat menggunakan
waktu, guna mempelajari dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum, yang pada akhirnya
kesempatan tersebut juga kami manfaatkan untuk mengajukan eksepsi dalam perkara ini
untuk dan atas nama Terdakwa ESTERLON SIHOMBING. Ucapan yang sama juga kami
sampaikan kepada yang terhormat saudara Jaksa Penuntut Umum.
Eksepsi yang kami sampaikan ini pada prinsipnya tidak terlepas dari upaya
penegakkan hak-hak dari tersangka yang pada proses pemeriksaan pendahuluan telah ada
pelanggaran, yang pada akhirnya sangat merugikan terdakwa. Kondisi mana, apabila
dipenuhi secara baik, maka bukan tidak mungkin, Terdakwa tidak akan duduk dikursi
pesakitan seperti yang kita lihat sekarang ini. Kemudian dalam eksepsi ini juga kami
menyoroti tentang surat dakwaan yang telah dibacakan Jaksa Penuntut Umum pada
persidangan tanggal 3 Maret 2022 yang lalu.
Sehubungan dengan adanya dakwaan dari Rekan Jaksa Penuntut Umum, maka
perkenankan kami menyampaikan Eksepsi atas nama ESTERLON SIHOMBING,
sebagai berikut :
Keberatan Terhadap Surat Dakwaan Tidak Cermat, Tidak Jelas Dan Tidak Lengkap
Bahwa sesuai dengan Pasal 143 (2) huruf b KUHAP, syarat materiil Surat Dakwaan
meliputi :
1. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan;
2. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai waktu dan tempat tindak
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Tidak Cermat, Tidak Jelas Dan Kabur (Obsccur Libel) Dan
Bukan Merupakan Tindak Pidana Akan Tetapi Merupakan Ruang Lingkup Dalam Bidang
Hukum Perdata
Bahwa sebagaimana diakui baik oleh Terdakwa, bahwa penetapan tersangka atas diri
Terdakwa baru diketahui berdasarkan surat penetapan menjadi tersangka;
Bahwa hal itu senada dengan penyelidikan dan penyidikan, menurut Yahya Harahap, S.H.,
dalam bukunya yang berjudul Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:
Penyidikan dan Penuntutan (hal. 101), menjelaskan bahwa dari pengertian dalam KUHAP,
“penyelidikan” merupakan tindakan tahap pertama permulaan “penyidikan”. Akan tetapi
harus diingat, penyelidikan bukan tindakan yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi
“penyidikan”. Penyelidikan merupakan bagian yang tak terpisah dari fungsi penyidikan. Kalau
dipinjam kata-kata yang dipergunakan buku petunjuk Pedoman Pelaksanaan KUHAP, penyelidikan
merupakan salah satu cara atau metode atau sub daripada fungsi penyidikan yang mendahului
tindakan lain, yaitu penindakan berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan,
pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada penuntut
umum.
Lebih lanjut, Yahya Harahap menyatakan bahwa jadi sebelum dilakukan tindakan
penyidikan, dilakukan dulu penyelidikan oleh pejabat penyelidik, dengan maksud dan
tujuan mengumpulkan “bukti permulaan” atau “bukti yang cukup” agar dapat dilakukan
tindak lanjut penyidikan. Mungkin penyelidikan dapat disamakan dengan pengertian
“tindak pengusutan” sebagai usaha mencari dan menemukan jejak berupa keterangan dan
bukti-bukti suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana.
Yahya Harahap (Ibid, hal. 102) juga mengatakan bahwa jika diperhatikan dengan seksama,
motivasi dan tujuan penyelidikan, merupakan tuntutan tanggung jawab kepada aparat
penyidik, untuk tidak melakukan tindakan penegakan hukum yang merendahkan harkat
martabat manusia. Sebelum melangkah melakukan pemeriksaan penyidikan seperti
penangkapan atau penahanan, harus lebih dulu berusaha mengumpulkan fakta dan bukti,
sebagai landasan tindak lanjut penyidikan. Penyelidikan atas perkara orang lain tidak dapat
langsung dipakai pada penyelidikan atas nama Terdakwa. Dengan demikian jelas
berdasarkan uraian singkat diatas, kegiatan penyelidikan dan penyidikan merupakan 2 hal
yang tidak dapat berdiri sendiri dan dapat dipisahkan keduanya. Berkenaan dengan
Terdakwa tidak pernah diterbitkannya surat perintah penyelidikan atas diri Terdakwa, maka
dapat dikatakan tidak sah dan cacat hukum, untuk itu harus dibatalkan.
ROYKHAN ZIDNI,SH.,MH