Nomor: 420/P-IB/SAA/XII/2015
Lampiran: -
Perihal: Eksepsi (Nota Keberatan) an. Subroto bin Suparman Dalam Perkara
Pidana Reg. PDM-129/RP.8/08/2015
Kepada Yth.:
Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta
Cq. Majelis Hakim Perkara Pidana No.: 267/Pid.B/2015/PN.Yyk
D/a:
Jln. Kapas No. 10
Yogyakarta,
D. I. Yogyakarta
Dengan Hormat,
1
Majelis Hakim Yang Mulia,
Jaksa Penuntut Umum Yang Terhormat,
Segenap Pemerhati Sidang yang kami hormati.
Sebagaimana yang telah diketahui bersama, bahwa setiap perkara pidana, Surat
Dakwaan menduduki tempat yang sangat penting, karena Surat Dakwaan adalah
dasar dari pemeriksaan, sehingga Surat Dakwaan dapat diibaratkan sebagai suatu
“Mahkota Persidangan”. Karena begitu pentingnya Surat Dakwaan dalam sebuah
persidangan, maka dalam ketentuan Pasal 143 ayat (2) Undang Undang Nomor 8
Tahun 1981 (selanjutnya akan disebut dengan “KUHAP”) diatur bahwa Surat Dakwaan
harus jelas dan terinci memuat semua unsur tindak pidana yang didakwakan. Dengan
demikian, terdapat 2 (dua) syarat yang harus dipenuhi dalam suatu Surat Dakwaan,
yaitu:
Sehingga dari ketentuan pasal 143 ayat (2) KUHAP tersebut dapat dipahami bahwa
Surat Dakwaan HARUS sebagai sebuah voldoende en duidelijke opgave van het feit
atau sebuah uraian yang jelas memuat semua unsur tindak pidana yang didakwakan.
Kemudian Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP tersebut ditegaskan oleh Pasal 143 ayat
(3) KUHAP, yang mengatur bahwa dengan tidak dipenuhinya syarat materiil tersebut,
dakwaan menjadi BATAL DEMI HUKUM atau NULL AND VOID.
2
Sejalan dengan dasar yuridis tersebut, maka adalah tidak berlebihan apabila Kami
selaku Penasihat Hukum Terdakwa mengajukan beberapa Keberatan (Eksepsi)
terhadap Surat Dakwaan Sdr. Penuntut Umum No. Reg. : PDM-101/RP.7/11/2015,
tertanggal 19 November 2015 tersebut.
Perkenankan kami mengajukan Materi pokok kami dalam Surat Keberatan atau Eksepsi
ini, yang selengkapnya sebagai berikut:
Mencermati kembali Surat Dakwaan a quo yang diajukan oleh Penuntut Umum, secara
terang maka akan terlihat bahwa peristiwa hukum yang sebenarnya terjadi dalam
perkara ini adalah perihal tuduhan pemalsuan akta cerai yang dilakukan oleh
SUBROTO BIN SUDIYONO terhadap ANANDA ADIYATMA ILHAM alias ILHAM dan
SYIFA SALSABILA.
Bahwa dalam dakwaan tersebut pihak-pihak yang ada di dalam dakwaan tersebut baik
dari penggugat, saksi, hingga tergugat mayoritas domisili dari masing-masing adalah
berada di wilayah hukum Sleman. Sehingga menimbulkan terdapat kesalahan dalam
proses peradilan yang mana tidak sesuai dengan kompetensi relatif kewenangan
pengadilan yang mengadili seharusnya Pengadilan Negeri Sleman.
Pasal 84 KUHAP diatas mengatur bahwa Pengadilan Negeri yang berwenang adalah di
mana sebagian besar saksi bertempat tinggal. Dalam hal ini, Pengadilan Negeri Sleman
lebih berwenang mengadili perkara a quo dengan alasan sebagian besar saksi
berdomisili di daerah Sleman dibanding Yogyakarta di mana perbuatan pidana tersebut
dilaksanakan.
Dalam surat dakwaan disebutkan nama ANANDA ADIYATMA ILHAM alias ILHAM yang
namanya tercantum dalam akta cerai yang diduga palsu. ILHAM merupakan pihak yang
dapat dijadikan Saksi karena berhubungan dengan perkara a quo. Selain ILHAM, nama
lain yang disebutkan dalam surat dakwaan adalah AGUNG CAHYO selaku orang yang
menemani SYIFA SALSABILA dalam mengurus berkas administrasi pernikahan.
AGUNG juga merupakan seseorang yang dapat dijadikan saksi dalam perkara ini.
Diketahui bahwa ILHAM dan AGUNG pada saat ini berdomisili di Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dengan demikian, Pengadilan Negeri Yogyakarta tidak
berwenang mengadili perkara a quo dan Pengadilan Negeri Slemanlah yang
berwenang.
Dalam eksepsi ini Penasihat Hukum Terdakwa telah memeriksa identitas dari
pihah-pihak terkait dalam perkara pemalsuan ini yang tertera di dalam surat Dakwaan.
Sebagaimana telah diketahui bersama pada pasal 84 KUHAP yang berbunyi:
3
“Pengadilan negeri yang di dalam daerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal,
berdiam terakhir, di tempat ia ditemukan. atau ditahan, hanya berwenang mengadili
perkara terdakwa tersebut, apabila tempat kediaman sebagian besar saksi yang
dipanggil lebih dekat pada tempat pengadilan negeri itu daripada tempat kedudukan
pengadilan negeri yang di dalam daerahnya tindak pidana itu dilakukan.”
Berdasarkan identitas yang tertera di dalam surat dakwaan yang kemudian dalam
berkas administrasi dari pihak terdakwa itu terletak di daerah hukum yang berbeda
dengan pengadilan dimana perkara ini diselesaikan. Kemudian, perbedaan antara
tempat tinggal (domisili) terdakwa dari pengadilan yang menangani perkara ini tidak
memenuhi asas actor sequitor forum rei yang maa dalam hal ini pihak terdakwa
SUBROTO bin SUDIYONO bertempat tinggal di wilayah hukum Sleman namun proses
peradilan ini justru dilaksanakan di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Ketidaksesuaian
kompentensi relatif pengadilan yang berwenang mengadili menjadi salah satu pokok
materi exceptie dari Penasehat hukum yang mana hal ini yang menjadi sebuah
keberatan dari kami sebagai Penasehat Hukum.
Maka dari itu, dapat kami simpulkan bahwa Berdasarkan materi pokok nota keberatan
(exceptie) yang telah Penasehat Hukum jelaskan maka dalam hal ini menunjukkan
bahwa surat dakwaan TIDAK DAPAT KAMI TERIMA.
Bahwa dalam surat dakwaan, telah diuraikan tindak pidana yang diduga dilakukan oleh
Terdakwa, yakni tidak memenuhi isi Pasal 78 KUHP
- “Bahwa faktanya, Akta Cerai tersebut selesai setelah 9 (sembilan) bulan dan
kedua belah pihak bertemu pada tanggal 20 September 2002 sekaligus
dilakukannya penyerahan Akta Cerai seri M Nomor : 19523 Nomor Akta Cerai :
0612/AC/2002.PA/Yyk tertanggal pengurusan pada 7 Juni 2002 antara Ananda
Adiyatma Ilham dengan Syifa Salsabila”
- “Bahwa dilakukannya pelaporan pada tanggal 20 Oktober 2015 oleh BILA ke
Polsek Kotagede atas tuduhan pemalsuan akta cerai untuk memberikan efek
jera. “
- “Bahwa selanjutnya laporan diterima Polsek Kotagede lalu pada tanggal 22
Oktober 2015, SUBROTO ditangkap dan ditahan selama pemeriksaan perkara
oleh penyidik yang selanjutnya diproses pada tanggal 20 November 2015
dalam persidangan di Pengadilan Negeri Yogyakarta”
Telah memenuhi unsur daluwarsa dimana sudah merupakan waktu lampau untuk
menuntut tindak pidana
Satu dan lain hal, perkara dengan uraian sebagaimana dalam Surat Dakwaan Penuntut
Umum, adalah perbuatan daluwarsa sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 78
KUHP “
4
ke -1. Mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan dengan percetakan,
sesudah satu tahun;
Ke-2. Mengenai kejahatan yang diancam dengan denda, kurungan, atau pidana penjara
paling lama tiga tahun, sesudah enam tahun;
Ke-3. Mengenai kejahatan yang diancam dengan denda, kurungan, atau pidana penjara
lebih dari tiga tahun, sesudah dua belas tahun;
Ke-4. Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup, sesudah delapan belas tahun”
Bahwa tindak pidana pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara lebih dari tiga
tahun, sehingga masa daluwarsa penuntutan adalah selama 12 (dua belas) tahun.
Bahwa Dalam hal ini, unsur “telah digunakan” telah terpenuhi ketika akta cerai yang
diduga palsu tersebut akta cerai itu diserahkan kepada para Saksi yakni SAKSI ILHAM
dan SAKSI BILA, yakni pada 21 September 2002, yang telah digunakan sebagai bukti
telah terjadi perceraian antara Ilham dan Bila. Dengan telah terpenuhinya unsur “telah
digunakan” tersebut, maka daluwarsa penuntutan dihitung sejak akta cerai itu
diserahkan kepada Saksi ILHAM dan Saksi BILA yakni pada 21 September 2002 atau
kurang lebih 13 tahun yang lalu. Maka dari itu, Jaksa penuntut umum tidak berhak
melakukan penuntutan karena perbuatan pidana telah terjadi kurang lebih 13 tahun
sebelum dakwaan diajukan oleh JPU atau telah memenuhi unsur daluwarsa penuntutan
sesuai dengan ketentuan dalam pasal 78 jo. 79 KUHP.
Maka dari itu, dapat kami simpulkan bahwa Berdasarkan materi pokok nota keberatan
(exceptie) yang telah Penasehat Hukum jelaskan di atas maka dalam hal ini
menunjukkan bahwa surat dakwaan TIDAK DAPAT KAMI TERIMA
Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada perkara a quo tidak memenuhi
syarat materiil.
A. Dalam Dakwaan
Dakwaan Kesatu tidak cermat, jelas dan lengkap serta tidak terang (obscuur) antara
lain menyangkut tentang identitas dan uraian cara dilakukannya perbuatan pidana
pemalsuan yang didakwakan, sebagaimana syarat Surat Dakwaan, vide Pasal 143 ayat
(2) huruf b KUHAP.
5
Selanjutnya dalam dakwaan kesatu uraian poin ke-14, disebutkan:
“Bahwa ILHAM dan BILA menyepakati pembuatan surat Akta Cerai yang
dilakukan oleh SUBROTO pada hari dan tanggal yang tidak dapat diingat kembali pada
bulan Desember 2001 di Purbayan RT 03 RW 06 Purbayan Kec. Kotagede, Kota
Yogyakarta.”
Bahwa dari dakwaan yang disebutkan diatas menimbulkan pertanyaan akan delik
pemalsuan yang didakwakan kepada SUBROTO.
Sedemikian secara gramatikal maka Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum haruslah
memberikan pengertian dan gambaran secara sederhana dapat dimengerti uraiannya.
Jika mengacu pada Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan2 yang diterbitkan oleh
Kejaksaan Agung RI, tegas menyebutkan pengertian syarat Cermat, Jelas, dan
Lengkap (sebagaimana pasal 143 (2) huruf b), dan didapat bahwa dakwaan penuntut
umum in casu tidak memenuhi unsur Cermat, Jelas, dan Lengkap:
Cermat
Ketelitian Jaksa Penuntut Umum dalam mempersiapkan surat dakwaan yang
didasarkan kepada Undang-undang yang berlaku bagi terdakwa, serta tidak terdapat
kekurangan dan atau kekeliruan yang dapat dibuktikan, antara lain :
▪ apakah ada penerapan hukum/ketentuan pidananya sudah tepat, dalam perkara
ini tentu penerapan hukum yang dilakukan penuntut umum dapat disimpulkan
oleh para penasehat hukum adalah tidak tepat, sebab memasukkan perbuatan
dan tempat yang tidak cermat dalam konteks dakwaan perkara pidana yang
ditimpakan kepada Terdakwa.
Jelas
1
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka - Jakarta, Cetakan IV, 1996. (hal. 202, 410 dan 587)
2
Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan yang diterbitkan oleh Kejaksaan Agung RI, halaman 12.
6
Jaksa Penuntut umum harus mampu merumuskan unsur-unsur dari delik yang
didakwakan sekaligus memadukan dengan uraian perbuatan materiil (fakta) yang
dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan. Dalam hal ini harus diperhatikan jangan
sekali-sekali memasukan dalam uraian dakwaan antara delik yang satu dengan delik
yang lain yang unsur-unsurnya berbeda satu sama lain atau uraian dakwaan yang
hanya menunjuk pada dakwaan sebelumnya (seperti misalnya menunjuk pada
dakwaan pertama) sedangkan unsurnya berbeda, sehingga dakwaan menjadi kabur
atau tidak jelas (obscuur libel).
Lengkap
Uraian surat dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan
Undang-undang secara lengkap. Jangan sampai terjadi adanya unsur delik yang tidak
dirumuskan secara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan materialnya secara tegas
dalam dakwaan, sehingga berakibat perbuatan itu bukan merupakan tindak pidana
menurut Undang-Undang. Faktanya, uraian semua unsur yang didakwakan tidak
mampu melengkapi kebutuhan dalam pemenuhan unsur pidana pada pasal tindak
pidana penipuan sebagaimana didakwakan.
Sedemikian rupa sehingga dapat disimpulkan bahwa Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum a quo nyata-nyata tidak memenuhi kriteria tersebut.
Berdasarkan uraian argumen Penasehat Hukum diatas, maka tegas bahwa Surat
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak memenuhi persyaratan sebagaimana diatur
dalam ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP, dengan demikian berdasarkan
ketentuan Pasal 143 ayat (3) KUHAP adalah patut, adil, dan sesuai hukum apabila
Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum a quo dinyatakan BATAL DEMI HUKUM.
IV. PERMOHONAN
Berdasarkan segala hal di atas, adalah patut, adil, dan wajar apabila Penasihat Hukum
Terdakwa berikut Terdakwa SUBROTO bin SUDIYANTO, bermohon agar:
1. Menerima Nota Keberatan/ eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa untuk
seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Yogyakarta tidak berwenang memeriksa
dan memutus perkara pidana a quo;
3. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum No. Reg. Pkr.
PDM-101/RP.7/11/2015 perkara pidana a quo Batal Demi Hukum (Null and
Void);
4. Membebankan biaya perkara kepada Negara.
Namun apabila Majelis Hakim Pemeriksa berpendapat lain, maka Terdakwa berikut
Penasihat Hukumnya bermohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Atas kemurahan hati dan keadilan Majelis Hakim, tiada lain Terdakwa berikut Penasihat
Hukumnya menyampaikan terima kasih.
7
Yogyakarta, 3 Desember 2015
Hormat Terdakwa beserta Penasihat Hukumnya