Anda di halaman 1dari 11

CARA GUGAT CERAI NIKAH SIRRI DAN ISBAT NIKAH

Asw ustadz, ada tetangga saya perempuan muda baru melahirkan 2 minggu, dia sudah 4 bulan ini
ditinggal suaminya karena keluarga suaminya tidak suka dengan ibu ini, dan dulunya pernikahan
mereka dilakukan secar sirri. Ibu ini sedang kesulitan biaya dan ada orang yang mau menikahi
dan membiayai ibu dan anak ini.
1. Apakah pernikahannya boleh dilakukan dan
2. bagaiman cara gugat cerai nikah sirri itu?

TOPIK KONSULTASI ISLAM


1. CARA GUGAT CERAI DALAM NIKAH SIRRI
2. HARTA WARISAN PENINGGALAN SUAMI, SIAPA SAJA YANG BERHAK?
3. MIMPI JADI KENYATAAN, DARI ALLAH ATAU SETAN?
4. CARA BERIBADAH DAN TAUBAT DENGAN BENAR
5. HADITS RANTING POHON MERINGANKAN SIKSA KUBUR
6. CARA KONSULTASI SYARIAH ISLAM

JAWABAN

RINGKASAN:

A. Kalau memang suami sudah meninggalkan istri dan tidak mau menafkahi istri dan anaknya,
maka sebaiknya istri mengirim utusan ke suami agar supaya suami menceraikan saja. Setelah
suami menceraikan, maka pihak istri boleh menikah lagi dengan pria lain dengan syarat masa
iddah sudah habi.

B. Kalau suami menolak untuk mentalak istri, maka istri bisa melakukan gugat cerai dengan salah
satu dua cara. Cara pertama: melakukan gugat cerai ke Pengadilan Agama dengan isbat nikah.
Cara kedua, dengan cara hakam (mengirim utusan) dari kedua pihak untuk menentukan status
pernikahan.

URAIAN

1. Selagi belum terjadi perceraian antara perempuam itu dengan suaminya, maka tidak boleh dan
tidak sah menikah dengan lelaki lain. Itu sudah jelas aturannya dalam Al-Quran. Allah berfirman
dalam QS An-Nisa' 4:24
ُ‫لُلَ ُكمُ اماُ َو َراء‬ ُ‫للاُِ َعلَ ْي ُك ُْمُ َوأ ُ ِح ا‬
ُ ُ‫اب‬َُ َ ‫تُأ َ ْي َمانُ ُك ُْمُ ِكت‬
ُْ ‫لاُ َماُ َملَ َك‬ُ ‫ساءُ ِإ‬
َ ِ‫صنَاتُُُ ِمنَُُالن‬ َ ‫َو ْال ُم ْح‬
ُ‫نُفَآتُو ُه ا‬
ُ‫ن‬ ُ‫سا ِف ِحينَُُفَ َماُا ْست َ ْمت َ ْعتُمُ ِب ُِهُ ِم ْن ُه ا‬ َ ‫ْرُ ُُم‬َُ ‫ص ِنينَُُ َغي‬ ِ ‫ذَ ِل ُك ُْمُأَنُت َ ْبتَغُوُاُْ ِبأ َ ْم َوا ِل ُكمُ ُّم ْح‬
َُُ‫للاَُ َكان‬
ُ ُ‫ن‬ ُ‫ض ُِةُإِ ا‬ َ ‫ض ْيتُمُبِ ُِهُ ِمنُبَ ْع ُِدُ ْالفَ ِري‬ َ ‫حُ َعلَ ْي ُك ُْمُفِي َماُت َ َرا‬ َُ ‫لَُ ُجنَا‬
ُ ‫ضةُُ َو‬ َ ‫نُفَ ِري‬ َ ‫أ ُ ُج‬
ُ‫ور ُه ا‬
ُ ‫َع ِليماُ َح ِكيما‬
Artinya: dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak
yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan
dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk
dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara
mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan
tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah
menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

2. Agar urusannya lebih mudah dan status hukum istri dan anak menjadi kuat, maka sebaiknya
pernikahan siri tersebut diresmikan terlebih dahulu ke pemerintah dengan cara melakukan isbat
nikah dan sekaligus mengajukan gugat cerai.

Keuntungan isbat nikah adalah isbat nikah untuk pasangan nikah siri berlaku surut. Artinya jika
saat isbat nikah pasangan siri tadi sudah memiliki anak, otomatis anak tersebut bisa mendapatkan
akta kelahiran dan hak-hak kependudukan lainnya. Setelah dilakukan isbat nikah dan pernikahan
keduanya diakui negara, maka proses perceraian pun akan menjadi lebih mudah sama dengan
yang resmi.

Prosedur Cara Melakukan Isbat Nikah

Itsbat Nikah adalah permohonan pengesahan nikah yang diajukan ke pengadilan untuk
dinyatakan sah-nya pernikahan dan memiliki kekuatan hukum. Itsbat Nikah hanya dapat diajukan
melalui Pengadilan Agama, bukan melalui Kantor Urusan Agama (KUA).

Syarat-syarat Isbat Nikah

1. Menyerahkan Surat Permohonan Itsbat Nikah kepada Pengadilan Agama setempat;


2. Surat keterangan dari Kantor Urusan Agama (KUA) setempat yang menyatakan bahwa
pernikahan tersebut belum dicatatkan;
3. Surat keterangan dari Kepala Desa / Lurah yang menerangkan bahwa Pemohon telah menikah;
4. Foto Copy KTP pemohon Itsbat Nikah;
5. Membayar biaya perkara;
6. Lain-lain yang akan ditentukan Hakim dalam persidangan.

Dasar hukum: Pasal 3 ayat (5) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pentjatatan Nikah,
Talak dan Rudjuk (UU 22/1946) dan Pasal 7 KHI.

Siapa yang Dapat Mengajukan Isbat Nikah dan Berapa Biayanya?

Permohonan isbat nikah dapat di ajukan oleh suami isteri, atau salah satunya, anak, wali nikah,
atau pihak lain yang berkepentingan yang ditujukan kepada Pengadilan Agama yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman pemohon.

Pengajuan isbat nikah dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan/permohonan perceraian.


Permohonan isbat nikah adalah termasuk perkara voluntair, tetapi jika salah seorang suami atau
isteri meninggal dunia, maka permohonan perkara isbat nikah seperti ini termasuk kontentius, dan
semua ahli warisnya harus dijadikan “pihak”.

Pihak Pemohon yang mengajukan isbat nikah, terlebih dahulu harus membayar panjar biaya
perkara, untuk PA. Bagi yang tidak mampu membayar biaya perkara, dapat mengajukannya
dengan Cuma-Cuma/prodeo.
Setelah pembayaran panjar biaya perkara dilakukan, kemudian pemohon mendaftarkan
perkaranya ke Pengadilan Agama dengan melampirkan bukti slip pembayarkan lewat Bank
tersebut, dan selanjutnya pemohon pulang dan menunggu panggilan sidang.

Ketua PA, membuatkan PMH dan majelis hakim yang ditetapkan harus segera membuatkan PHS/
penetapan hari sidang, yang sebelumnya diumumkan dalam waktu 14 hari melalui radio. Dan
setelah 14 hari diumumkan itu, baru sidang dapat dilakukan, dan pemohon dipanggil oleh juru
sita untuk menghadiri sidang itu, minimal 3 hari kerja sebelum sidang dilaksanakan.

Jika permohonan dikabulkan, Pengadilan Agama akan mengeluarkan Penetapan, salinan


penetapan ini dapat diambil dalam jangka waktu setelah 14 hari dari sidang pembacaan penetapat
tersebut/ sidang berakhir.

Salinan Penetapan dapat diambil sendiri atau mewakilkan kepada orang lain dengan surat kuasa,
dan selanjutnya salinan penetapan ini dibawa dan diserahkan kepada Kantor KUA tempat tinggal
pemohon, untuk dicatatkan dalam register dan menggantikannya dengan Buku Nikah. (Sumber:
http://goo.gl/81FKWh)

Gugat Cerai Nikah Siri dengan Hakam dan Tanpa Isbat Nikah

Kalau suami / istri tidak mau melakukan isbat nikah ke Pengadilan Agama, maka gugat cerai istri
pada suami dapat dilakukan melalui dua orang hakam atau muhakkam. Salah satu hakam adalah
utusan dari atau mewakili suami; sedangkan hakam yang satunya mewakili istri.

Caranya, mengangkat dua orang yang statusnya sebagai hakam dari pihak suami dan istri, yang
kapasitas keduanya sama dengan hakim. Kedua hakam sebaiknya orang yang mengerti agama
dan dikenal adil dan tahu apa tugas-tugas yang harus dilakukan.

Tentang hakam, dalam QS An-Nisa 4:35 Allah berfirman:


ُ‫وإنُخفتمُشقاقُبينهماُفابعثواُحكماُمنُأهلهُوحكماُمنُأهلهاُإنُيريداُإصالحا‬
ُ ‫ُإنُهللاُكانُعليماُخبيرا‬,ُ‫يوفقُهللاُبينهما‬

Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang
hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang
hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri
itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Kedua hakam ini berfungsi menjadi wakil dari suami dan istri apakah akan terus melanjutkan
perkawinan atau akan cerai. Dengan kata lain, kedua hakam ini memiliki otoritas untuk
memutuskan perkara suami-istri yang diwakili.

Kedua hakam hendaknya dipilih oleh masing-masing suami dan istri. Namun boleh tanpa pilihan
suami-istri. Dan suami-istri menyerahkan keputusan kepada keduanya apakah akan bercerai atau
melanjutkan pernikahan. Menurut mazhab Maliki, hakam dari pihak suami boleh menceraikan
tanpa izin dari si suami; sedangkan hakam dari pihak istri boleh melakukan gugat cerai (khuluk)
tanpa kerelaan pihak istri apabila semua itu dianggap yang terbaik.

Al-Baghawi dalam Tafsirnya, hlm. 2/210, menyatakan:


ُ‫ُويجوزُلحكمُالزوجُأنُيطلق‬،ُ‫ُيجوزُبعثُالحكمينُدونُرضاهما‬:ُ‫والقولُالثاني‬
ُ‫ُكالحاكمُيحكم‬،ُ‫ُإذاُرأياُالصالح‬،ُ‫دونُرضاهُولحكمُالمرأةُأنُيخلعُدونُرضاها‬
ُ ُ‫ُوبهُقالُمالك‬،ُ‫بينُالخصمينُوإنُلمُيكنُعلىُوفقُمرادهما‬

Artinya: Boleh mengutus dua hakam tanpa ijin pasutri. Dan boleh bagi hakamnya suami
melakukan talak tanpa ridho suami; dan boleh bagi hakamnya istri melakukan gugat cerai dengan
khuluk tanpa ijin pihak istri apabila keduanya menganggap itu yang baik sebagaimana keputusan
hakam di antara dua orang yang berkonflik walaupun tanpa persetujuan kedua pihak. Ini adalah
pendapat Imam Malik.

Baca detail: Cerai dalam Islam

__________________________

HARTA WARISAN PENINGGALAN SUAMI, SIAPA SAJA YANG BERHAK?

assalamualaikum..

suami saya meninggal sebelum anak kami lahir, kejadiannya tahun 2012 bulan 9. sekarang anak
kami (perempuan) sudah berumur 2 tahun tepat di tanggal 18 bulan in.. saat suami saya
meninggal, saya mendapatkan santunan dari perusahaan yang di transfer perusahan ke rekening
saya. keluarga suami menuntut saya membagi-bagikan uang tersebut ke pada mereka. orang tua
suami saya masih hidup dua2nya. mereka dan seluruh adik dari ayah suami saya mengklaim agar
uang itu di bagi bagi ke mereka, terutama ayah suami saya.

1. pertanyaannya, apakah mereka benar?


saya menolak hal itu, akibatnya saya dikucilkan dan ayah suami saya mendatangi atasan di kantor
saya, teman dekat saya dan teman dekat suami dan mengatai saya serakah. sehingga lingkungan
keluarga, di luar dan dalam kantor turut menghina saya. hingga akhirnya saya putuskan berhenti
bekerja dan pindah ke kota lain, sewa rumah dan berwiraswasta.

sebelum menikah suami saya memiliki 1 lahan ukuran satu pintu ruko dan 2 kebun sawit. satu
belum menghasilkan, tapi kebun itu lunas. yang kedua, sudah menghasilkan, tapi masih terikat
hutang. terhadap penjual, suami saya membayar lunas. uang untuk melunaskan itu di dapat
dengan mengambil kredit. tapi bukan atas nama suami saya (suami saya kerja di bank, tapi belum
pegawai tetap sehinga belum bisa mengambil kredit atas namanya). kredit di ambil atas nama 3
orang bibik nya. tapi pelunasan dibayarsuami saya tiap bulannya. dan setelah menikah, suami
saya 2/3 gaji nya untuk menutup kredit. sepertiga lagi untuk keperluan kami.

kami punya tabungan, tapi itu uang gaji saya. suami tidak mengambil gaji saya, tiap kali gajian,
uang saya dia minta untuk di tabung. setelah suami saya meninggal, ketiga bibik nya memaksa
saya melunasi (saat itu uang santunan dari perusahaan belum dapat dan saya tidak tau akan dapat)
di tangan yang ada uang tabungan. jadi saya lunasi. kemudian ayah suami yang mengurus panen
dll. tapi seiring waktu, hasil kebun di berikan sesuka hati mereka. dan waktu panen yang mulai
nggak menentu. saat suami saya meninggal dan keadaan jiwa saya nggak menentu, ayah suami
saya mengambil semua surat-surat berharga tanpa izin saya dari dalam tas suami saya dan
memberikan saya tas kosong. hal ini saya ketahui saat saya menyadari sikap nya. saat saya
mencoba panen kebun suami saya, dia mengusir tukang panen saya. katanya kebun itu sudah ada
sebelum kami menikah dan menjadi hak nya, dan tidak ada sangkut paud nya dg saya.

2. pertanyaan nya, kalo memang dia berhak atas kebun suami saya, kenapa bukan dia yang
membayar segala hutang suami saya? kenapa semua hutang, biaya pemakaman dan acara adat
mereka harus saya yang lunasi? apakah mereka benar? kalo memang saya tidak berhak, apa anak
kami juga tidak berhak? salah kah saya jika saya menilai ini semua kezaliman pada saya yg
sekarang janda anak nya dan kezaliman pada cucunya yang sekarang yatim? bagaimana
seharusnya saya menyikapi ini? dan suami saya punya sepeda motor yang setelah suami saya
meninggal, adik laki2nya mengambil kendaraan tsb tanpa ada bicara terlebih dulu dr saya. apakah
ini benar?

dan uang santunan yang saya dapat dari perusahaan saya buat asuransi anak saya. posisi sekarang
ini tidak ada yang menafkahi saya dan anak saya. saya juga masih punya keluarga, tapi baik
orang tua dan saudara menganggap saya beban. sehingga saya tidak diterima di rumah manapun.
selama ini saya mencoba untuk tidak memikirkan semua yang telah terjadi. tapi usaha saya masih
belum cukup untuk keperluan bulanan.

3. apa saya salah jika menempuh jalur hukum?


tolong berikan saya solusi dan tolong jelaskan bagaimana yang sebenarnya ttg ini semua.. atas
bantuannya saya ucapkan terimakasih banyak.

JAWABAN

1. Benar. Ahli waris dari suami anda bukan hanya istri dan anak tapi juga ayah, ibu dan saudara.
Detailnya sebagai berikut:
(a) Ayah mendapat bagian waris 1/6 (seperenam) dan asabah (sisa) -> 4/24
(b) Ibu mendapat bagian waris 1/6 (seperenam). -> 4/24
(c) Anak perempuan mendapat bagian 1/2 (setengah). -> 12/24
(d) Istri mendapat bagian 1/8 (seperdelapan). -> 3/24
Total = 23/24
(e) Sisanya yakni 1/24 diberikan pada saudara-saudara dan ayah juga.

CATATAN: Pembagian warisan harus dilakukan segera setelah almarhum meninggal dengan
syarat: (a) hutang-hutang harus dilunasi dari harta almarhum; (b) biaya pemakaman harus diambil
dari harta almarhum.

Baca detail: Hukum Waris Islam

2. Soal pelunasan hutang dan lain-lain sudah jelas harus diambil dari harta peninggalan
almarhum. Lihat jawaban poin 1. Kalau ternyata itu tidak terjadi, maka anda sebaiknya
mengkomunikasikannya pada ahli waris lain. Baik secara langsung atau dengan meminta tolong
orang lain untuk berbicara pada ahli waris lain.

3. Jalur hukum sebaiknya menjadi jalan terakhir. Anda sebaiknya lakukan pendekatan personal
pada semua ahli waris dan terangkan semua duduk masalahnya. Kalau pendekatan kekeluargaan
tidak berhasil, maka jalur hukum adalah langkah akhir terbaik.

__________________________

MIMPI JADI KENYATAAN, DARI ALLAH ATAU SETAN?


Assalamualaikum wr. wb.

Ustad perkenalkan saya gun gun dari subang, mau bertanya soal mimpi yang menjadi kenyataan.
Begini, sewaktu dulu lagi sekolah di SMK saya bermimpi bertemu dengan seseorang dengan
umur sebaya yang mendatangi saya, dia memperkenalkan namanya dan alamat tempat tinggalnya,
setelah itu dia langsung berlalu pergi. Namun yang membuat saya kaget dan terheran-heran,
selang 3 hari setelah mimpi tersebut
saya di perkenalkan oleh teman saya dengan seseorang yang nama, alamat tempat tinggalnya, dan
postur tubuhnya hampir persis dengan yang saya mimpikan 3 hari sebelumnya.

Tidak cukup hanya satu kali itu saja, tiga minggu kemarin saya juga bermimpi membaca suatu
nama tempat yang saya sendiri belum tau tempat itu dimana, dan lalu yang membuat saya kaget,
ternyata besoknya saya mendapat rekan kerja baru yang nama tempatnya sama persis dengan
nama tempat yang saya impikan tadi malamnya.

Yang mau saya tanyakan kepada Ustad,


1. apakah kedua mimpi tersebut betul-betul dari Allah Swt, ataukah mungkin dari setan yang
bertujuan membuat diri saya menjadi ujub ?,
2. dan bila mimpi itu dari Allah Swt, apakah makna dan tujuan yang Allah kehendaki kepada
saya.

Saya tunggu jawaban emailnya Ustad, atas perhatianya saya ucapkan terima kasih

Wassalam.

JAWABAN

1. Hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu bahwa suatu mimpi itu berasal dari Allah atau dari
jin/setan. Kami hanya bisa mengatakan bahwa mimpi anda bisa berasal dari Allah atau dari jin.
Kedua kemungkinan itu sama-sama bisa terjadi walaupun kami lebih cenderung menilai itu
berasal dari jin. Namun anggaplah itu berasal dari Allah, maka itu suatu anugerah bagi anda.
Namun tidak ada alasan bagi orang yang mendapat anugerah seperti itu untuk ujub atau sombong
karena itu bukanlah sesuatu yang luar biasa. Dan kemampuan melihat sesuatu yang gaib itu tidak
hanya diberikan pada orang muslim, tapi juga tidak jarang dianugerahkan kepada orang-orang
non-muslim. Jadi, itu bukan pertanda anda menempati posisi yang istimewa di mata Allah. Itu
juga bukan pertanda anda sedang dihukum oleh Allah. Karena Allah bisa memberikan suatu
anugerah atau musibah kapanpun Dia suka tanpa pertimbangan apapun dalam logika manusia.
Yang terpenting di sini adalah bahwa apapun yang diberikan Allah pada manusia bagaimana kita
menyikapinya: apakah itu membuat kita semakin bertakwa atau semakin jauh dari-Nya? Itu yang
penting.

2. Seperti disebut dalam poin 1, makna dan tujuan adalah rahasia Allah. Namun yang terpenting,
jadikan itu sebagai jembatan untuk membuat kita lebih baik dalam arti lebih bertakwa dan lebih
bersyukur dengan cara melaksanakan perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya.

Baca: Mimpi dalam Islam

__________________________

CARA BERIBADAH DAN TAUBAT DENGAN BENAR


Assalammu'alaikum wr.wb.
Maaf sebelumnya, saya lelaki yang ingin kembali ke jalan Allah SWT. kalau dulu saya sering gak
shalat, terkadang onani, anggota tubuh saya terkadang juga terkena air seni saya sendiri.
1. bagaimana cara mensucikan diri saya? agar saya dapat beribadah sesuai perintah Allah
SWT.mohon diterangkan

JAWABAN

1. Cara bertaubat adalah, pertama, mulai sekarang laksanakan shalat 5 waktu dengan teratur
setiap hari. Dan lakukan puasa Ramadan sebulan penuh. Jauhi segala larangan Allah.
Baca: Panduan Shalat 5 Waktu

Kedua, anda harus mengqodho puasa Ramadan yang pernah anda tinggalkan dan mengganti
shalat fardhu yang pernah tinggalkan. Ganti secara mencicil sesuai kemampuan anda.
Baca: Qadha Shalat

Baca juga: Cara Taubat Nasuha

__________________________

HADITS RANTING POHON MERINGANKAN SIKSA KUBUR

Ustadz apakah benar bahwa setiap ranting pohon yg ditaruh diatas makam ketika ziarah bisa
meringankan siksa kubur si mayit? Karena ada kalangan yg membantah hadist ini karena hadist
ini menerangkan bahwa Nabi hanya memberikan ranting diatas 2 makam. Sebagian Ulama
mengambil kesimpulan bahwa ranting pohon tidak bisa meringankan siksa si mayit karena Nabi
tidak memberlakukan terhadap semua makam, hanya 2 makam itu saja (khususon). Yang benar
bagaimana Ustadz? Dan jika benar bisa meringankan siksa, yang benar rantingnya ditancapkan
ditanah atau cukup hanya ditaruh saja?

JAWABAN

Teks asal dari hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim tersebut adalah sbb:
ُ
ُ‫عنُعبدُهللاُبنُعباسُرضيُهللاُعنهماُقالُ{ُمرُالنبيُصلىُهللاُعليهُوسلم‬
ُ‫ُفكانُلُيستتر‬:ُ‫ُوماُيعذبانُفيُكبيرُأماُأحدهما‬،ُ‫ُإنهماُليعذبان‬:ُ‫ُفقال‬،ُ‫بقبرين‬
ُ،ُ‫ُفشقهاُنصفين‬،ُ‫ُفكانُيمشيُبالنميمةُفأخذُجريدةُرطبة‬:ُ‫ُوأماُاآلخر‬،ُ‫منُالبول‬
ُ‫ُلعلهُيخفف‬:ُ‫ُلمُفعلتُهذاُ؟ُقال‬،ُ‫ُياُرسولُهللا‬:ُ‫فغرزُفيُكلُقبرُواحدةُفقالوا‬
ُ ‫عنهماُماُلمُييبسا‬

Artinya: Rasulullah melewati dua kuburan, lalu bersabda: Sungguh kedua penghuni kubur itu
sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar. Salah satu dari dua orang ini, (semasa
hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar
namiimah (mengadu domba). Kemudian beliau mengambil pelepah kurma basah. Beliau
membelahnya menjadi dua, lalu beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong. Para
sahabat bertanya, Wahai, Rasulullah, mengapa Anda melakukan ini? Nabi menjawab: Semoga
keduanya diringankan siksaannya, selama kedua pelepah ini belum kering.

Dalam memaknai hadits di atas, Ibnu Daqiq Al-Ied dalam Ihkamul Ihkam Syarah Umdatul
Ahkam, hlm. 1/107-109, mengutip beberapa pandangan ulama sbb:

ُ
ُ،ُ‫ُفوضعهاُعلىُالقبرين‬،ُ‫ُقيلُفيُأمرُ"ُالجريدةُ"ُالتيُشقهاُاثنتين‬:ُ‫لخامس‬
ُ‫وقولهُصلىُهللاُعليهُوسلمُ"ُلعلهُيخففُعنهماُماُلمُييبساُ"ُإشارةُإلىُأنُالنبات‬
ُ‫ُفلهذا‬،ُ‫يسبحُماُدامُرطباُفإذاُحصلُالتسبيحُبحضرةُالميتُحصلتُلهُبركته‬
ُ ُ.ُ‫اختصُبحالةُالرطوبة‬
ُ
ُ،ُ‫ُأنُالميتُينتفعُبقراءةُالقرآنُعلىُقبره‬:ُ‫ُأخذُبعضُالعلماءُمنُهذا‬:ُ‫السادس‬
ُ‫منُحيثُإنُالمعنىُالذيُذكرناهُفيُالتخفيفُعنُصاحبيُالقبرينُهوُتسبيح‬
ُ ُ.ُ‫النباتُماُدامُرطباُفقراءةُالقرآنُمنُاإلنسانُأولىُبذلكُوهللاُأعلمُبالصواب‬

Artinya: Kelima, dalam masalah "pelepah kurma yang dibelah jadi dua" dan sabda Nabi "Semoga
keduanya diringankan siksaannya" sebagian ulama berpendapat bahwa tumbuh-tumbuhan itu
bertasbih selagi ia masih basah. Dengan demikian, apabila tumbuhan itu bertasbih di dekat mayit,
maka si mayit mendapat berkahnya. Dan itu terjadi dalam keadaan tumbuhan yang masih basah.

Keenam, dengan penafsiran tersebut di atas, sebagian ulama memaknai hadits ini demikian:
bahwa mayit mendapat manfaat dari bacaan Al-Quran di atas kuburnya dari perspektif makna
yang sudah disinggung di muka dalam soal bahwa yang meringankan dosa dari mayit di dua
kuburan itu adalah bacaan tasbih pelepah korma selagi ia basah. Dengan demikian, maka bacaan
Al-Quran dari manusia yang hidup itu lebih utama dalam hal meringankan siksa ahli kubur.
Wallahu a'lam.

Kalangan ulama Wahabi, seperti Bin Baz, memiliki penafsiran berbeda. Dan biarlah mereka
punya tafsiran tersendiri yang berbeda.

Baca detail:
- Sampainya Hadiah Pahala pada Orang Mati
- Cara Menghadiahkan Bacaan Al-Quran pada Orang Mati

Masyarakat memahami Nikah Siri sebagai sebuah pernikahan yang tidak dicatat di Kantor
Urusan Agama (KUA) alias "nikah di bawah tangan".
Keberadaan nikah siri dikatakan sah secara agama, tapi tidak sah menurut hukum positif (hukum negara).

Ada juga pemahaman, nikah siri adalah nikah tanpa wali pihak istri. Jika nikah siri tanpa wali
begini, maka hukumnya tidak sah baik secara agama maupun secara hukum negara.

“Tidak sah suatu pernikahan tanpa seorang wali.” (HR. Khomsah).

“Wanita mana pun yang menikah tanpa mendapat izin walinya, maka pernikahannya batil (tidak sah);
pernikahannya batil; pernikahannya batil”. (HR Khomsah).

Rukun Nikah: Syarat Sah


Jika nikah tanpa dicatat negara (KUA) alias diam-diam, namun ada wali sah, menurut syariat
Islam itu sah selama memenuhi Rukun Nikah:

1. Ada Wali,
2. Dua orang saksi,
3. Ijab qabul.
Dari tiga rukun nikah di atas, yang sering jadi masalah adalah soal WALI. Menurut Islam, nikah
tanpa wali adalah batal.

"Barangsiapa diantara perempuan yang nikah dengan tidak seizin walinya, nikahnya itu batal.” (HR
Aisyah RA)

Yang berhak menjadi wali nikah adalah sebagai berikut:


1. Ayah/Bapak.
2. Kakek, yang dimaksud adalah ayahnya bapak, ke atas.
3. Saudara kandung laki-laki seayah seibu
4. Saudara kandung laki-laki seayah
5. Anak dari saudara kandung laki-laki (keponakan) seayah seibu
6. Anak dari saudara kandung laki-laki seayah
7. Paman dari jalur ayah dan ibu
8. Paman dari jalur ayah
9. Anaknya paman (sepupu) dari jalur ayah dan ibu
10. Anaknya paman dari jalur ayah
11. Pewaris-pewaris ashobah
12. Hakim

َ ‫س ْل‬
ُ‫طان‬ ُُّ ‫لَهُ َولِيُ َُل َمنُْ َول‬
ُّ ‫ِي ال‬
"Sultan (hakim) adalah wali bagi orang yang tidak memiliki wali" (Sunan Abu Dawud, no.2083, Sunan
At-Turmudzi, no.1102, Sunan Ibnu Majah, no.1879 dan Shohih Ibnu Hibban, no.4074).

Urutan di atas didasarkan pada kedekatan hubungan seseorang dengan ayah wanita yang dinikahkan.
Mana yang paling dekat hubungannya dengan ayah, maka dialah yang didahulukan.

Disunahkan Walimah/Resepsi untuk Publikasi

Risalah Islam mengajarkan, pernikahan harus diumumkan dan sebagai “alat bukti” (bayyinah)
sudah sah sebagai pasangan suami-istri sekaligus menghindari fitnah.

Rasulullah Saw mengajarkan umatnya untuk menyebarluaskan pernikahan dengan menyelenggarakan


Walimatul ‘Ursy. “Adakan walimah walaupun dengan seekor kambing”. (HR. Imam Bukhari dan
Muslim).

Nikah Siri banyak risikonya, seperti dalam kasus sengketa pernikahan, hak waris, dan
sebagainya yang diurus oleh pengadilan agama –karena tidak ada “alat bukti” buku nikah.

Jika ada buku nikah, padahal nikah tidak di KAU, maka dipastikan buku nikahnya palsu dan ini
sebuah kebohongan/penipuan yang hukumnya berdosa.

Fatwa MUI tentang Nikah Siri

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Saadi mengatakan, MUI tidak
menganjurkan nikah secara diam-diam (siri) karena pernikahan jenis itu tidak memiliki landasan
hukum atau pengakuan negara sehingga rentan terjadi sengketa tidak berkesudahan.

Meskipun nikah siri sah secara agama, kata dia, tapi pernikahan tersebut tidak memiliki kekuatan
hukum. Dengan tidak adanya kekuatan hukum, maka baik istri maupun anak berpotensi
menderita kerugian akibat pernikahan tersebut.

Dia mengatakan perkawinan seperti itu seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap istri
dan anak yang dilahirkannya, terkait dengan hak-hak mereka seperti nafkah ataupun hak
kewarisannya.

Tuntutan pemenuhan hak-hak tersebut, kata dia, seringkali menimbulkan sengketa. Sebab
tuntutan akan sulit dipenuhi karena tidak adanya bukti catatan resmi perkawinan yang sah.

Untuk menghindari kemudaratan, ulama sepakat bahwa pernikahan harus dicatatkan secara
resmi pada instansi yang berwenang.

Menurut dia, pernikahan di bawah tangan atau nikah siri hukumnya sah kalau telah terpenuhi
syarat dan rukun nikah. Rukun pernikahan dalam Islam antara lain ada pengantin laki-laki,
pengantin perempuan, wali, dua orang saksi laki-laki, mahar serta ijab dan kabul.

Akan tetapi, lanjut dia, pernikahan tersebut bisa menjadi haram jika menimbulkan mudarat atau
dampak negatif.

MUI juga telah mengeluarkan fatwa terkait pernikahan tersebut sesuai hasil keputusan Ijtima
Ulama se-Indonesia ke-2 di Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur tahun
2006.

Dia mengatakan MUI berpandangan tujuan pernikahan itu sangat luhur dan mulia untuk
mengangkat harkat dan martabat manusia yang tidak sekedar memenuhi kebutuhan nafsu
dasariah manusia saja yaitu hanya pemenuhan kebutuhan seks semata.

"Pernikahan merupakan institusi yang sakral yang harus dijaga dan dipelihara. Tidak boleh
direndahkan dan dijadikan sebagai komoditas perdagangan semata. Jika hal tersebut terjadi
maka sama halnya merendahkan nilai-nilai kemanusiaan," katanya dikutip Antara.

MUI juga pernah mengeluarkan fatwa khusus soal Nikah Siri Online tahun 2005. Menurut fatwa
MUI, praktik nikah siri online tidak dibenarkan dalam ajaran Islam dan masuk dalam kategori
haram.

Keharamanya disebabkan tidak ada rangkaian upacara sakral seperti yang diajarkan dalam
Islam. Nikah sirinya saja melanggar Undang-Undang, karena bisa dilaporkan ke KUHP,
walaupun itu dianggap sah.

Nah, jelas 'kan, bagaimana pengertian nikah siri dan hukum nikah sirri dalam Islam. Sah jika
memenuhi syarat dan rukun nikah, namun berisiko banget karena tidak diakui oleh hukum
negara. Artinya, nikah siri itu berisiko alias lebih banyak madhoratnya! Wallahu a’lam bish-
shawab. (www.risalahislam.com).*

Anda mungkin juga menyukai