Anda di halaman 1dari 6

NOTA KEBERATAN

( EKSEPSI )

Dalam perkara pidana atas nama Terdakwa:


Nama Lengkap : Arie Fatmaswari
Tempat Lahir : Bogor
Umur/tanggal lahir : 20 tahun 06 Januari 2004
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Jl. Sedap malam gg. Rampai IX B no. 8, Kesiman Denpasar Timur
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

Penahanan Terdakwa :
Ditahan oleh Penyidik Polsek Denpasar Timur : 10 Maret 2023 s/d 07 April 2023
Perpanjangan Penahanan Penuntut Umum : 08 April 2023 s/d 25 april 2023
Ditahan oleh Penuntut Umum : 26 April 2023 s/d 11 Mei 2023

Kepada
Yth. Ketua Majelis Hakim
Dalam Sidang Perkara No. 1112Pid.B/XX/2023/PN-DPS

di-
DENPASAR

Dengan hormat kami sampaikan,

Majelis Hakim yang terhormat,


Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang terhormat,

Terima kasih dan rasa hormat kami sampaikan kepada Majelis Hakim yang telah
memberikan kesempatan kepada kami, sehingga kami selaku Penasehat Hukum dari
Terdakwa ARIE FATMASWARI, dapat berbuat secara maksimal dalam awal persidangan ini.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa yang
dihadapkan di persidangan ini memanfaatkan waktu sejenak untuk memberikan
keberatan/ eksepsi terhadap dakwaan Sdr. Jaksa Penuntut Umum sebelum majelis hakim
yang terhormat melanjutkan pemeriksaan materi perkara ini lebih lanjut.

Setelah kami mempelajari dakwaan Sdr. Jaksa Penuntut Umum maka dapat disimpulkan
bahwa dakwaan tersebut dibuat secara kumulatif alternatif. Menurut kami, dakwaan Sdr.
Jaksa Penuntut Umum telah terdapat kekeliruan, dan tidak cermat
Dengan dikemukakannya keberatan/eksepsi ini dimaksudkan agar pemeriksaan perkara
Terdakwa dan saksi-saksi tidak perlu diteruskan dan diadakan, karena menurut hukum,
jika dari surat dakwaan dan bukti serta peraturan-peraturan hukum sudah dapat diketahui
bahwa unsur-unsur uraian delik (delictsomschrijving) tidak cermat, jelas dan lengkap
dicantumkan, maka perbuatan yang didakwakan bukanlah merupakan tindak pidana dan
oleh karenanya haruslah dibebaskan dari segala tuntutan hukum ( onslag van
allerechtsvervoeging) atau setidak-tidaknya dakwaan dinyatakan tidak dapat diterima,
maka perkara tersebut harus segera diputus atas dasar keberatan/eksepsi dengan tetap
mengindahkan ketentuan pasal 21 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004.

Majelis Hakim yang terhormat,


Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang terhormat,

Telah kita ketahui bersama, bahwa Undang-undang telah menentukan secara jelas dan
tegas tentang surat dakwaan sebagaimana ditentukan dalam pasal 143 ayat (2) KUHAP
yang pada pokoknya surat dakwaan tersebut harus memuat :
1. Nama lengkap, Tempat lahir, Umur atau Tanggal lahir, Jenis kelamin, Kebangsaan,
Tempat tinggal, Agama, dan Pekerjaan Tersangka/ Terdakwa;
2. Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu ditentukan.

Dari ketentuan tersebut di atas, jelaslah bahwa surat dakwaan adalah merupakan dasar
dari pemeriksaan dalam persidangan untuk mencari dan menemukan kebenaran materiil
(de materiel waarheid), sehingga apabila surat dakwaan tersebut dibuat tidak memenuhi
ketentuan tersebut, maka berdasarkan pasal 143 ayat (3) KUHAP surat dakwaan yang
demikian adalah batal demi hukum.

Bahwa, Sdr. Jaksa Penuntut Umum dalam Dakwaan yang diajukan oleh penuntut umum
menyebutkan nama terdakwa sebagai "ARY FATMASWARI". Namun, identitas
sevwrmnbenarnya dari terdakwa adalah "ARIE FATMASWARI". Kesalahan penulisan
tersebut merupakan hal yang penting untuk diperbaiki karena nama yang disebutkan
secara tidak tepat bisa menimbulkan kebingungan mengenai identitas sebenarnya dari
terdakwa. Dan terdapat kesalahan pengetikan yang signifikan pada Alamat tinggal
Terdakwa. Alamat yang tertulis di surat dakwaan adalah "Jl. Sedap malam gg. Rampai IX B
no. 8, Kesiman Denpasar Selatan." Namun seharusnya alamat tempat kejadian perkara
adalah "Jl. Sedap malam gg. Rampai IX B no. 8, Kesiman Denpasar Timur."

Kesalahan pengetikan alamat ini memiliki dampak serius terhadap substansi dakwaan dan
proses hukum yang sedang berlangsung. Pengaruhnya terhadap kesaksian, bukti-bukti,
dan fakta-fakta yang terkait dengan lokasi kejadian dapat mengakibatkan kebingungan
dan ketidakpastian dalam pemahaman kasus ini.
Adanya perbedaan signifikan antara Denpasar Timur dan Denpasar Selatan mempengaruhi
identifikasi tempat tinggal yang secara esensial berbeda lokasi, infrastruktur, dan mungkin
saksi-saksi yang relevan untuk pembelaan terdakwa.

Oleh karena itu, kami memohon kepada pengadilan untuk memperhatikan kesalahan
pengetikan ini dan mempertimbangkan implikasinya terhadap keseluruhan proses hukum.
Kami mengajukan permohonan untuk perbaikan dan klarifikasi atas kesalahan ini demi
kejelasan dalam menetapkan fakta-fakta yang sesungguhnya dalam perkara ini.

Majelis Hakim yang terhormat,


Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang terhormat,
Para hadirin yang terhormat,

Bahwa, Bertitik tolak dari Berita Acara Pemeriksaan (BAP) untuk kemudian berlanjut pada
Surat Dakwaan yang diajukan Jaksa Penuntut pada persidangan perkara ini, pada
dasarnya adalah langkah penegakan hukum demi menemukan kebenaran materiil hukum
pidana. Dalam artian pula, bahwa proses yang kita jalani bersama-sama saat ini adalah
proses menegakkan prinsip-prinsip hukum pidana yang berlaku bagi segenap warga
negara tanpa pandang bulu, baik itu hukum pidana formil maupun hukum pidana materiil,
demi terwujudnya suatu kebanaran dan keadilan yang dituangkan dalam putusan majelis
hakim yang mulia yang sering diibaratkan sebagai perpanjangan tangan Tuhan di atas
dunia ini.

Proses persidangan perkara sendiri, merupakan suatu rangkaian proses dari mulai adanya
dugaan suatu tindak pidana yang kemudian berlanjut dengan penyelidikan dan penyidikan
dari Kepolisian untuk kemudian diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum guna melakukan
penuntutan dan dari Jaksa Penuntut Umum menyerahkan kepada Pengadilan yang
berwenang untuk mengadili guna dihasilkan suatu putusan hukum berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Dari rangkaian proses ini, tidak satupun yang berdiri sendiri-sendiri,
melainkan suatu rangkaian proses yang saling terkait guna melahirkan suatu penegakan
hukum yang bermartabat.

Proses persidangan peradilan pidana sendiri, berangkat dari adanya Surat Dakwaan yang
diajukan Jaksa Penuntut Umum. Posisi atau kedudukan surat dakwaan dalam penanganan
perkara pidana ini menempati posisi yang sangat penting Surat dakwaan sendiri yang
memuat berbagai uraian verbal tindak pidana yang di duga dilakukan terdakwa, haruslah
disusun berdasarkan bahan-bahan/fakta-fakta, kemudian ditarik dan disimpulkan dari hasil
pemeriksaan penyidikan yang sudah tertuang secara resmi dalam BAP yang dilimpahkan
penyidik ke Kejaksaan. Untuk kemudian berangkat dari bahan-bahan/fakta-fakta tersebut,
Penuntut Umum akan menuangkannya dalam suatu Surat Dakwaan guna mendakwa
seorang terdakwa dalam suatu proses persidangan perkara pidana.

Namun demikian, setelah memperhatikan apa yang tertuang dalam Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) di Kepolisian serta Surat Dakwaan yang telah disampaikan Jaksa
Penuntut Umum pada persidangan lalu, maka kami merasa perlu untuk menyampaikan
eksepsi ini. Bukan demi kepentingan terdakwa yang duduk pada kursi panas persidangan,
melainkan demi tegaknya hukum dan keadilan sesuai dengan seharusnya. Sudah
merupakan kewajiban bagi Penasihat Hukum untuk mengajukan
eksepsi/tangkisan/bantahan atas Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum apabila dalam
Surat Dakwaan tersebut ada sesuatu yang tidak sesuai dengan seharusnya dan/atau Surat
Dakwaan tersebut beramula dari sebuah proses yang menyalahi prosedur hukum.

Dalam “due process of law” sekalipun pihak Kepolisian dalam menjalankan fungsi
penyelidikan dan penyidikan telah diberi hak istimewa oleh undang-undang atau hak
privillege berupa: memanggil, memeriksa, menahan, menangkap, menggeledah, menyita
terhadap dan dari diri tersangka, akan tetapi di dalam melaksanakan hak-haknya tersebut
pihak kepolisian harus taat dan tunduk kepada prinsip The Right of Due Process, yaitu
tersangka berhak diselidik dan/atau disidik atas landasan “sesuai dengan hukum acara”.

Bertitik tolak dari asas ini, Kepolisisan dalam melaksanakan fungsi dan kewenangan
“penyidikan”, harus berpatokan dan berpegang teguh pada ketentuan khusus yang telah
diatur dan dituangkan pada Hukum Acara Pidana (Criminal Procedure) sebagaimana
terdapat pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 atau dikenal dengan istilah KUHAP
dan peraturan-peraturan lain yang mendukungnya.

Bahwa, setelah kami selaku penasihat hukum terdakwa mempelajari segala proses
penyidikan berikut surat-surat dan BAP yang ada dalam Berkas Perkara yang dilimpahkan
Oleh Sdr. Jaksa Penuntut Umum ke Pengadilan Negeri. Hal mana terdapat beberapa
kesalahan dan kekeliruan pada Identitas Terdakwa. Untuk lebih jelasnya kami uraikan
sebagai berikut:

1. Kesalahan pada penyebutan dan penulisan nama terdakwa sebagai "ARY


FATMASWARI". Namun, identitas sebenarnya dari terdakwa adalah "ARIE FATMASWARI".
2. Kekeliruan dalam Alamat Terdakwa. Alamat yang tertulis di surat dakwaan adalah "Jl.
Sedap malam gg. Rampai IX B no. 8, Kesiman Denpasar Selatan." Namun seharusnya
alamat tempat tinggal adalah "Jl. Sedap malam gg. Rampai IX B no. 8, Kesiman Denpasar
Timur."

Memperhatikan beberapa hal sebagaimana tersebut di atas, nampak jelas bahwa terdapat
beberapa pelanggaran prosedur dalam proses penyidikan sehingga muncul kejanggalan-
kejanggalan dalam BAP dan surat dakwaan Sdr. Jaksa Penuntut Umum. Oleh karena hal
itu, dakwaan Sdr. Jaksa Penuntut Umum dibuat berdasarkan hasil penyidikan yang cacat
hukum.

KESIMPULAN

Majelis Hakim yang kami muliakan, Kami sangat mengharapkan agar Majelis Hakim benar-
benar mempertimbangkan alasan dan argumentasi hukum yang dikemukakan dalam
eksepsi atau nota keberatan ini. Pertimbangkanlah eksepsi atau nota keberatan ini
berlandaskan asas sesuai dengan hukum acara ( due process) dan sesuai dengan hukum
(due to the law), sehingga dapat membenarkan dan mengabulkan kesimpulan yang kami
kemukakan di bawah ini :

1. Kekeliruan dalam penulisan nama Terdakwa


2. Kekeliruan Alamat tempat tinggal terdakwa

PERMOHONAN

Sesuai dengan alasan-alasan yang dikemukakan dan telah disampaikan di atas, kami Tim
Penasihat Hukum Terdakwa Arie Fatmaswari selanjutnya memohon kepada Majelis Hakim
yang memeriksa dan mengadili perkara ini mengambil keputusan :
1. Sdr. Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa tidak cermat, tidak jelas, dan tidak
lengkap sehingga batal demi hukum
2. Sdr. Jaksa Penuntut Umum untuk memperhatikan kesalahan pengetikan ini dan
mempertimbangkan implikasinya terhadap keseluruhan proses hukum.
3. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa ARIE
FATMASWARI perkara pidana Nomor: 1112/Pid.B/XX/2023/DPS, adalah Batal demi
hukum dan/atau dibatalkan
4. Memulihkan nama baik Terdakwa ARIE FATMASWARI.
5. Membebankan biaya perkara kepada Negara

Demikian eksepsi ini kami sampaikan, kiranya Tuhan yang Maha Esa memberikan petunjuk
dan bimbingan kepada Majelis Hakim yang mulia sehingga dapat memutuskan perkara ini
dengan seadil-adilnya dan demi keadilan berdasarkan ke-Tuhanan yang Maha Esa.
Hormat Saya,
Penasihat hukum Terdakwa ARIE FATMASWARI

Sonia Anggreni

Anda mungkin juga menyukai