Anda di halaman 1dari 10

PERKUMPULAN LEMBAGA ADVOKASI DAN PERLINDUNGAN

BINAR ASA
Jalan Sendawar Raya, Kampung Ngenyan Asa RT. 001. Kab. Kutai Barat

“UNTUK KEADILAN”
PLEDOI
(NOTA PEMBELAAN)
No. Perkara : 0167 /Pid.Sus/2023/PN Sdw

I. PENDAHULUAN
Majelis Hakim Yang Saya Muliakan
Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yang Saya Hormati

Salam Sejahtera bagi kita semua,

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat rahmat
dan karunianyalah sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk menghadiri jalannya persidangan pada hari ini.
Pada kesempatan ini izinkanlah saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Majelis hakim
yang mengadili perkara ini, yang dengan penuh kearifannya memimpin jalannya persidangan ini guna memperoleh
kebenaran materil dalam mengungkap perkara ini, hingga sampailah kita pada tahap pembelaan.

Tak lupa juga kami menyampaikan penghargaan yang kepada Penuntut Umum yang telah melaksanakan tugasnya
sebagai abdi Negara, dengan segala upaya membantu menemukan kebenaran materiil.

Berdasarkan Surat Penetapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kutai Barat Nomor : 167./Pid.Sus/2023/PN Sdw,
telah diperhadapkan terdakwa dengan identitas sebagai berikut :

Nama : BUDI ALIANSYAH Bin ERHAM (Alm)


Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat & Tanggal Lahir : Muara Bunyut, 27 Tahun / 04 Mei 1996
Agama : Islam
Alamat : Kamp. Muara Bunyut Rt.001 Kel. Muara Bunyut Kec. Melak Kab. Kutai Barat..
Pekerjaan :Swasta
Pendidikan Terakhir :SD (tidak tamat)
Kewarganegaraan :Indonesia

II. DAKWAAN

Majelis Hakim Yang Terhormat


Sdr. Jaksa Penuntut Umum Terhormat
Bahwa terdakwa atas perbuatannya dalam perkara pidana ini telah didakwa oleh Jaksa Penuntut sebagaiman
diaturan dan diancam pidana sebagai berikut :
Nota Pembelaan 1
1. Primair :Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 114 Ayat (1)
UU RI No.35 Tahun 2009 Tentag Narkotika.

2. Subsidair :Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 112 ayat (1)
dan Pasal 127 ayat (1) huruf a UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

DALAM TUNTUTAN
Bahwa penuntut umum dalam tuntutannya menyatakan terdakwa bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana
diatur dalam pasal 112 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa dengan pidana penjara selama 7(Tujuh) Tahun 6(enam) bulan dikurangi masa tahanan dan denda sebesar
Rp. 1.000.000.000,00(Satu Milyar Rupiah).

III. FAKTA PERSIDANGAN

Majelis Hakim Yang Terhomat


Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yang Terhormat
Dengan ini Terdakwa hendak mengajukan Nota Pembelaan atas Tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang
telah dibacakan pada hari Senin tanggal 28 Agustus Tahun 2023 sebagai berikut:
Bahwa kami, selaku Tim Penasehat Hukum Terdakwa telah membaca, meneliti, dan mencermati setiap proses
penyidikan, penuntutan, dan persidangan ini dengan seksama, maka dengan ini perkenankan kami untuk memberikan
pembelaan yang disusun semudah mungkin agar dapat dipahami dan dimengerti dengan sistematika sebagai berikut:

 Fakta-Fakta Persidangan
 Analisa Fakta
 Permohonan (Petitum)

FAKTA-FAKTA PERSIDANGAN
Bahwa pengertian bukti petunjuk secara a contrario, bahkan dalam praktek peradilan pun, sering mengalami
kesulitan untuk menerapkannya. Kekurang hati hatian mempergunakannya, putusan yang bersangkutan bisa
mengambang pertimbangannya dalam suatu keadaan yang samar. Untuk menghindari subyektif kita yang terlibat dalam
proses mengadili perkara A qou, mendorong pembuat undang-undang (KUHAP), agar penerapan dan penilaian alat
bukti pentunjuk dilakukan dengan arif dan bijaksana serta harus lebih dahulu mengadakan pemeriksaan dengan penuh
kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nurani.

Bahwa dalam ketentuan pasal 188 ayat 1 KUHAP dijelaskan “ Bahwa petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau
keadaan, yang karena persesuaian, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri,
menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya”

Bahwa kemudian dalam pasal 188 ayat 2 KUHAP menegaskan alat bukti petunjuk hanya dapat diperoleh dari
keterangan saksi,surat dan keterangan Terdakwa, kemudian ditegaskan pada ayat 3 penerapan dan penilaian alat bukti
pentunjuk dilakukan dengan “arif dan bijaksana serta harus lebih dahulu mengadakan pemeriksaan dengan penuh
kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nurani” ;

Bahwa untuk menemukan bukti petunjuk dalam Perkara A quo kami Tim Penasehat Hukum Terdakwa mencoba
menguraikan fakta fakta yang kami dapat dari keterangan saksi,terdakwa antara lain sebagai berikut;

KETERANGAN SAKSI-SAKSI
Keterangan Saksi bernama Fransiskus Kuleh Anak dari A.Paran,dibawah Sumpah :

Nota Pembelaan 2
1. Bahwa Saksi sewaktu dipersidang dalam persidangan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
2. Bahwa Saksi Menerangkan mengamankan terdakwa hari kamis tanggal 9 Februari 2023 sekira jam 11:00
Wita bertempat dirumah kost Kamp. Long Bagun Ilir Rt.01 Kec. Long Bagun Kab. Mahakam Ulu.
3. Bahwa saksi menerangkan pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas anggota kepolisian Polsek
Long Bagun yang sebelumnya mendapatkan informasi,terdakwa menyimpan narkotika jenis shabu-shabu
kemudian berdasarkan informasi tersebut Anggota Kepolisian Polsek Long Bagun langsung mengintai
disebuah rumah kost yang berada di Kamp.Long Bagun Ilir Rt.01 Kec. Long bagun Kab. Mahakam Ulu
kemudian anggota kepolisian Polsek Long Bagun langsung melakukan penangkapan terhadap terdakwa
dan melakukan penggeledahan pada diri terdakwa dan penggeledahan diarea kost yang kemudian didapati
barang bukti berupa 3(Tiga)poket kecil narkotika yang dibungkus dalam plastic bening yang disimpat
terdakwa diselah-selah kayu pondasi rumah kostan terdakwa tersebut,selain barang bukti tersebut Anggota
kepolisian Long Bagun juga mendapat barang bukti 1(satu) unit Handphone merk IPHONE 8 warna putih
dan 1(satu) buah dompet warna hitam lesmerah muda bertuliskan Rendy & Susi.
4. Bahwa saksi menerangkan berdasarkan keterangan terdakwa sebelumnya menkonsumsi narkotika jenis
shabu-shabu dengan cara memasukan kedalam pipa yang terbuat dari kaca bening kemudian kemudian
membakar dan menghisap.
5. Bahwa saksi menerangkan setelah ditimbang berat shabu-shabu tersebut 0,52 Gram.
6. Bahwa saksi menerangkan cek Laboratorium pemeriksaan urine pada terdakwa positive mengandung
methamphetamine.
7. Bahwa saksi menerangkan perbuatan terdakwa tersebut dilakukan tanpa izin/persetujuan dari menteri atas
rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan maupun adanaya kewenangan ataupun keahlian
terdakwa terhadap jenis terhadap narkotika tersebut dimana terhadap narkotika golongan 1 dilarangan
digunakan untuk kepentingan pengobatan dan hanya dan hanya digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terdakwa tidak mempunyai kapasitas itu.

Keterangan Saksi bernama Pilipus Anak dari Payong,dibawah Sumpah :


1. Bahwa Saksi sewaktu dipersidang dalam persidangan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
2. Bahwa Saksi Menerangkan mengamankan terdakwa hari kamis tanggal 9 Februari 2023 sekira jam 11:00
Wita bertempat dirumah kost Kamp. Long Bagun Ilir Rt.01 Kec. Long Bagun Kab. Mahakam Ulu.
3. Bahwa saksi menerangkan pada waktu dan tempat sebagaiman tersebut diatas anggota kepolisian Polsek
Long Bagun yang sebelumnya mendapatkan informasi,terdakwa menyimpan narkotika jenis shabu-shabu
kemudian berdasarkan informasi tersebut Anggota Kepolisian Polsek Long Bagun langsung mengintai
disebuah rumah kost yang berada di Kamp.Long Bagun Ilir Rt.01 Kec. Long bagun Kab. Mahakam Ulu
kemudian anggota kepolisian Polsek Long Bagun langsung melakukan penangkapan terhadap terdakwa
dan melakukan penggeledahan pada diri terdakwa dan penggeledahan diarea kost yang kemudian didapati
barang bukti berupa 3(Tiga)poket kecil narkotika yang dibungkus dalam plastic bening yang disimpan

Nota Pembelaan 3
terdakwa diselah-selah kayu pondasi rumah kostan terdakwa tersebut,selain barang bukti tersebut Anggota
kepolisian Long Bagun juga mendapat barang bukti 1(satu) unit Handphone merk IPHONE 8 warna putih
dan 1(satu) buah dompet warna hitam lesmerah muda bertuliskan Rendy & Susi.
4. Bahwa saksi menerangkan berdasarkan keterangan terdakwa sebelumnya menkonsumsi narkotika jenis
shabu-shabu dengan cara memasukan kedalam pipa yang terbuat dari kaca bening kemudian kemudian
membakar dan menghisap.
5. Bahwa saksi menerangkan setelah ditimbang berat shabu-shabu tersebut 0,52 Gram.
6. Bahwa saksi menerangkan cek Laboratorium pemeriksaan urine pada terdakwa positive mengandung
methamphetamine.
7. Bahwa saksi menerangkan perbuatan terdakwa tersebut dilakukan tanpa izin/persetujuan dari menteri atas
rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan maupun adanaya kewenangan ataupun keahlian
terdakwa terhadap jenis terhadap narkotika tersebut dimana terhadap narkotika golongan 1 dilarangan
digunakan untuk kepentingan pengobatan dan hanya dan hanya digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terdakwa tidak mempunyai kapasitas itu.

Keterangan Saksi bernama Andreas Hang Anak dari Ding Jo,


dibawah Sumpah :
1. Bahwa Saksi sewaktu dipersidang dalam persidangan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
2. Bahwa Saksi Menerangkan mengamankan terdakwa hari kamis tanggal 9 Februari 2023 sekira jam 11:00
Wita bertempat dirumah kost Kamp. Long Bagun Ilir Rt.01 Kec. Long Bagun Kab. Mahakam Ulu.
3. Bahwa saksi menerangkan pada waktu dan tempat sebagaiman tersebut diatas anggota kepolisian Polsek
Long Bagun yang sebelumnya mendapatkan informasi,terdakwa menyimpan narkotika jenis shabu-shabu
kemudian berdasarkan informasi tersebut Anggota Kepolisian Polsek Long Bagun langsung mengintai
disebuah rumah kost yang berada di Kamp.Long Bagun Ilir Rt.01 Kec. Long bagun Kab. Mahakam Ulu
kemudian anggota kepolisian Polsek Long Bagun langsung melakukan penangkapan terhadap terdakwa
dan melakukan penggeledahan pada diri terdakwa dan penggeledahan diarea kost yang kemudian didapati
barang bukti berupa 3(Tiga)poket kecil narkotika yang dibungkus dalam plastic bening yang disimpat
terdakwa diselah-selah kayu pondasi rumah kostan terdakwa tersebut,selain barang bukti tersebut Anggota
kepolisian Long Bagun juga mendapat barang bukti 1(satu) unit Handphone merk IPHONE 8 warna putih
dan 1(satu) buah dompet warna hitam lesmerah muda bertuliskan Rendy & Susi.
4. Bahwa saksi menerangkan berdasarkan keterangan terdakwa sebelumnya menkonsumsi narkotika jenis
shabu-shabu dengan cara memasukan kedalam pipa yang terbuat dari kaca bening kemudian kemudian
membakar dan menghisap.
5. Bahwa saksi menerangkan setelah ditimbang berat shabu-shabu tersebut 0,52 Gram.
6. Bahwa saksi menerangkan cek Laboratorium pemeriksaan urine pada terdakwa positive mengandung
methamphetamine.

Nota Pembelaan 4
7. Bahwa saksi menerangkan perbuatan terdakwa tersebut dilakukan tanpa izin/persetujuan dari menteri atas
rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan maupun adanaya kewenangan ataupun keahlian
terdakwa terhadap jenis terhadap narkotika tersebut dimana terhadap narkotika golongan 1 dilarangan
digunakan untuk kepentingan pengobatan dan hanya dan hanya digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terdakwa tidak mempunyai kapasitas itu.

KETERANGAN TERDAKWA

1. Bahwa terdakwa menerangkan benar diamankan pada hari kamis tanggal 9 Februari 2023 sekira jam 11:00
Wita bertempat dirumah kost Kamp. Long Bagun Ilir Rt.01 Kec. Long Bagun Kab. Mahakam Ulu.
2. Bahwa terdakwa menerangkan benar dilakukan penangkapan dan penggeledahan pada diri terdakwa dan
penggeledahan diarea kost yang kemudian didapati barang berupa 3(Tiga)poket kecil narkotika yang
dibungkus dalam plastic bening yang disimpan terdakwa diselah-selah kayu pondasi rumah kostan.
3. Bahwa terdakwa menerangkan benar Narkotika jenis shabu-shabu tersebut untuk dirinya sendiri.
4. Bahwa terdakwa menerangkan tidak pernah menjual Narkotika kepada orang lain.

IV. ANALISA YURIDIS DAN UNSUR UNSUR PASAL YANG DIDAKWA

Majelis Hakim Yang Saya Muliakan


Sdr. Penuntut Umum Yang Saya Hormati

Bahwa sebagaimana tuntutan yang dibacakan sewaktu lalu dalam persidangan,saudara jaksa penuntut umum telah
berkeyakinan apabila terdakwa Daniel Bayu Sebastian Anak dari Sebastianus Ding telah terbukti melakukan tindak
pidana setiap orang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,menyimpan,menguasai,atau menyediakan narkotika
golongan 1 bukan tanaman,sebagaiman diatur dalam diatur dalam pasal 112 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika

Dihubungkan dengan surat tuntutan Jaksa Penuntut umum untuk dapat menyatakan terdakwa terbukti atau tidak terbukti
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada tuntutan,maka secara minimal yang harus diperhatikan adalah
mengenai “fakta” dengan “Stafbarehandeling” yang antara lain dapat dilihat dari beberapa sebagai berikut :

1. Apakah benar terdakwa telah melakukan perbuatan melawan hukum sehubungan dengan fakta-fakta yang
terungkap dipersidangan dikaitkan dengan unsur pasal 112 ayat (1) dan pasal 127 (1) huruf a UU Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika ?
2. Apakah benar terdakwa telah melakukan perbuatan dalam kategori memiliki,menyimpan,menguasai,dan
menyediakan narkotika golongan 1 untuk dirinya sendiri? Dan apakah sebab musabab dari fakta peristiwa
hukum ini ?
3. Bagamana pertanggungjawban pidana yang seharusnya dihubungkan dengan keseluruhan fakta yang
terungkap di persidangan ?

Perbuatan terdakwa dapat dipidana (Strafbarehhandeling) terletak pada wujud suatu perbuatan dalam ketentuan/pasal
yang mengaturnya bukan akibat dari perbuatannya sebagai bentuk dari delik materil. Sebagai bentuk delik Formil
konsekuensi hukumnya adalah seorang penuntut umum wajib membuktikan unsur esensial dari “Stafbarehandeling” atau
perumusan ketentuan yang didakwakan tersebut,begitu pula pembuktian terhadap unsur yang merupakan sarana
penggunaan dari“Stafbarehandeling” tersebut.

Sebelum kami sampai pada pembahasan mengenai analisis terhadap unsur-unsur yang didakwakan dan dituntut oleh
Rekan Jaksa Penuntut Umum kepada Terdakwa, maka ada beberapa hal yang patut kami sampaikan sehubungan
dengan perkara yang sedang dihadapi Terdakwa. Bahwa ketika para Pengguna Narkoba berhadapan dengan

Nota Pembelaan 5
Hukum,mau tidak mau,mereka harus menerima perlakuan yang sama dengan mereka yang berlaku sebagai pengedar
dan atau bandar Narkoba. Para penegak hukum akan memandang bahwasannya para pengguna Narkoba tidak lebih
pelanggar hukum yang harus dijerat oleh ketentuan hukum yang berlaku. Adilkah ini?

Bahwa,pada dasarnya penindakan bagi para pelanggar hukum adalah sangat diperlukan mengingat bahwa tujuan dari
hukum itu sendiri adalah untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan dalam kehidupan social yang dicederai oleh
pelaku tindak pidana namun demikian hukum juga tidak bertujuan sebagai instrumen balas dendam terhadap akibat
yang telah dilanggar oleh pelanggar tersebut. Dalam konteks demikian maka dalam masalah penindakan bagi para
pecandu narkoba tersebut dapat tergolong sebagai “korban” atau memang harus dianggap sebagai pelaku tindak
pidana.

Harus diakui sesungguhnya dalam pemberantasan peredaran dan penyalahgunaan Narkoba selalu ada pihak “korban”.
Pemahaman yang sulit adalah bagaimana membuktikan bahwa pecandu tersebut adalah sebagai “korban” mengingat
perbuatan penyalahguna itu sendiri sudah merupakan perbuatan pidana.

Pecandu adalah korban karena sesunggunya Negara melalui peraturan hukumnya telah mengatur dan mengupayakan
adanya vonis rehabilitasi sebagaimana diatur dalam pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103 Undang-Undang No. 35 Tahun
2009 tentang NARKOTIKA Jo PP Ditambah lagi pemahaman,bahwa pada dasarnya,pengguna narkoba memiliki
penyakit yang disebut adiksi,yakni ketergantungan pada narkoba. Singkatnya,mereka menuntut,supaya dalam perkara
penyalahgunaan narkoba dimana terdakwanya adalah seorang pecandu,vonis rehabilitasi lebih diutamakan
dibandingkan vonis penjara. Alasan dan pemahaman tersebut banyak di-amin-in oleh pakar-pakar hukum maupun
mereka yang berempati terhadap kasus-kasus narkoba dimasyarakat. Faktanya, penjara memang bukan tempat yang
tepat bagi para pencandu. Pemenjaraan yang bersifat mengurung, mengungkung dan menjauhkan para pecandu dari
asimilasi kehidupan social malah lebih menjatuhkan mentel mereka sebagai “criminal” yang pada akhirnya,kemungkinan
besar,dalam kehidupan penjara itulah para pencandu akan menjadi lebih “parah”.
Pemahaman serta issue diatas tampaknya harus berbenturan dengan sistem hukum pidana yang bersifat mengatur dan
pemahaman para pelaksana penegak hukum di negeri ini yang berdasarkan prinsip penegakkan hukum dan keadilan.
Atas dasar pandangan bahwa Indonesia adalah Negara hukum (rechstaat) maka Negara wajib mengembalikan
keseimbangan hukum atas pelangaran hukum yang ada dengan menindak tegas bagi pelanggarnya guna menegakkan
keadilan. Artinya, hukuman merupakan suatu hal yang mutlak bagi si pelanggar hukum guna
mencegah,memepertakutkan,memepertahankan tata tertib kehidupan bersama.

Hakim, dalam konteks tugasnya,menjalankan keadilan demi hasrat dari para pencari keadilan tampaknya tidak mengenal
bahwa “formalitas Legal Thinking” sehingga rasanya sulit memahami issue yang dikembangkan aktivis dan mereka yang
berempati pada masalah Narkotika, yang jelas-jelas dalam issue tersebut memposisikan 2 subjek hukum berbeda yakni
antara “Pelanggar” dan “korban”.

Karena dalam hukum pidana pada hakekatnya adalah mencari kebenaran material maka putusan hakim pun kelak
didasarkan pada hukum material. Inilah masalahnya, bagaimana mungkin menghukum pelanggar hukum yang
sebenarnya si pelanggar tersebut adalah korban dari kejahatan itu sendiri ?
Bahwasannya,prinsip pengambilan keputusan oleh hakim harus didasarkan pada prinsip-prinsip seperti:
V Memghukum yang bersalah membebaskan yang tidak bersalah;
V Kebebasan hakim;
V Mengadili secara kasuitik;
V Indubioproreo, dalam menjatuhkan putusan hakim harus disertai keyakinan (dalam kesangsian demi tertuduh).

Dari beberapa prinsip-prinsip di atas, keyakinan hakim merupakan prinsip yang paling dominan, bahkan dapat
dikatakan,merupakan kekuasaan absolut dari hakim itu sendiri. Hal ini sebagaimana didukung Pasal 6 ayat 2 UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN yang meyatakan,
“Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah menurut undang-
undang, mendapatkan keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas
perbuatan yang didakwakan atas dirinya”.

Nota Pembelaan 6
Berdasarkan prinsip mengadili secara kasuistik, jika seorang terdakwa pecandu NAPZA menghendaki putusan dalam
bentuk rehabilitasi maka sekurang-kurangnya dengan 2 (dua) alat bukti ia harus membuktikan dan menyakinkan hakim
bahwasanya memang patut diberikan putusan rehabilitasi (pasal 183 KHUP). Bagi pecandu NAPZA yang sedang dalam
atau telah menjalani perawatan dan pengobatan namun mengulanggi perbuatannya tersebut tentunya tidak terlalu
bermasalah. Dengan bukti bahwa narkotika yang dimiliki, disimpan, dan/atau dibawa untuk digunakan, diperoleh secara
sah maka keyakinan hakim akan timbul bahwasanya memang si pecandu tersebut patut divonis (hukuman) masuk ke
panti rehabilitasi. Bagaimana pecandu NAPZA Yang memperoleh NAPZA tersebut secara tidak sah?

Tidak adanya pedoman pemidanaan dalam UU Narkotika maupun Psikotropika, mau tidak mau, selau memposisikan
pecandu sama dengan terdakwa penjual dan atau Bandar. Padahal dalam hitungan perkara, pecandu dan pengedar
sangat jauh perbedaannya. Pencandu lebih mengkonsumsikan NAPZA untuk dirinya sendiri sedangkan pengedar
tentunya ada motif yang ekonomis mengapa dia menjadi pengedar. Hakim seharusnya memahami perbedaan tersebut.
Apakah ada motif ekonommis dari terdakwa pecandu NAPZA tersebut. Jika tidak ada motif ekonomis maka sudah
seharusnya vonis yang dijatuhkan adalah vonis rehabilitasi bukan vonis penjara.

Majelis Hakim Yang Mulia,


Rekan Jaksa Penuntut Umum Yang Terhomat,

Mengenai pembuktian dalam suatu proses persidangan perkara pidana,merupakan tugas dari rekan jaksa penuntut
umumlah untuk mencari dan mendapatkan bukti yang diatur dalam KUHAP guna membuktikan kebenaran dan sebenar-
benarnya dan selengkap lengkapnya tentang :
 Perbuatan apakah yang dilakukan oleh terdakwa ?
 Apakah perbuatan terdakwa itu benar-benar sesuai dengan dakwaan atau tidak ?
 Apakah perbuatan terdakwa itu merupakan perbuatan pidana dan dapat dibuktikan sesuai dengan syarat-
syarat dari hukum pembuktian atau bukan merupakan perbuatan pidana ?
 Apakah perbuatan terdakwa itu telah memenuhi unsur unsur dari suatu perbuatan pidana atau
tidak,perbuatan itu sesuai dengan suatu peraturan atau undang undang dan lain-lain ketentuan yang
tentunya diperoleh dari bukti bukti yang diajukan ?

Mengenai Pembuktian sendiri atau bewjis,menurut pengetahuan kami ada 4(empat) teori tersebut :
Negative Wettelijk Bewijs Theorie
Positive Wettelijk Bewijs Theorie
Convention Intime
Convention Raissonee

Dalam hal ini kami tidak perlu membahas satu persatu pengertian dari keempat teori hukum tersebut,karena kami
sangat yakin majelis hakim yang mulia telah mengetahuinya secara jelas dan gambling,namun kami menyatakan bahwa
UU No. 8 Tahun 1981 yang lebih dikenal dengan KUHAP menganut system pembuktian “Negative Wettelijk Bewijs
Theorie” yaitu pembuktian yang harus didasarkan pada 2(dua) syarat yaitu :

Harus didasari kepada alat bukti yang diakui oleh undang undang atau sebagai alat bukti yang sah adalah alat
bukti yang diatur dalam pasal 184 KUHAP Yaitu :
1.Keterangan Saksi
2.Keterangan ahli
3.Surat
4.Petunjuk
5.Keterangan Terdakwa

Negative Bewijs, Pengertian Negative Bewijs yang dimaksud oleh undang undang adalah bahwa keyakinan hakim
saja tidak cukup untuk menyatakan seseorang bersalah,keyakinan hakim harus dibentuk dari paling kurang dua alat
bukti yang sah dan saling mendukung.

Nota Pembelaan 7
Selanjutnya disini kami selaku penasehat hukum dari terdakwa akan membahas mengenai unsur unsur pasal yang
didakwa dan dituntut kepada terdakwa berupa dakwaan Komulatif yaitu pasal 112 ayat(1) dan pasal 127 ayat (1)a UU RI
Nomr 35 tahun 2009 tentang NARKOTIKA yang terdiri atas hal hal sebagai berikut :

Unsur Pertama : Setiap orang

Bahwa unsur barang siapa atau setiap orang ini merupakan elemen delict dan bukan bestandeel delict dalam suatu
ketentuan yang terdapat pada pasal perundang undangaan yang tentunya harus dibuktikan oleh rekan Jaksa Penuntut
Umum berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan.Menurut hemat kami unsur barang siapa, atau setiap orang
haruslah dihubungkan dengan perbuatan yang telah didakwakan untuk selanjutnya dibuktikan apakah perbuatan
tersebut memenuhi unsur atau tidak sebagaimana terdapat dalam ketentuan pasal perundang undangan yang
mengaturnya. Kalau unsur perbuatan tersebut terpenuhi atau terbukti secaara sah dan meyakinkan,maka barulah unsur
barang siapa atau setiap orang dapat dinyatakan terpenuhi atau terbukti apabila memang unsur barang siapa atau setiap
orang tersebut dapat ditujukan diri terdakwa.

Dalam ini menurut pendapat kami yang dimaksud setiap orang dalam surat dakwaan rekan Jaksa Penuntut Umum jelas
ditujukan kepada manusia atau orang sebagai subyek hukum yang berfungsi sebagai hoofdader,dader,mededader,atau
uitloker dari perbuatan pidana (delik)yang telah memenuhi semua unsur dalam rumusan delik sebagaimana tertulis dan
tercantum pada dakwaan dan kemuadian kepadanya dapat diminta pertanggungjawaban pidana atas perbuatan
tersebut.

Barang siapa atau setiap orang sendiri pada dasarnya bukanlah unsur dalam praktek peradilan,kata barang siapa atau
setiap orang menjadi bahasan serta ulasan baik oleh Penuntut Umum maupun pengadilan. Setiap orang atau barang
siapa pada dasarnya mengandung prinsip persamaan kedudukan dimuka hukum (equality befor the law)sebagai suatu
asas hukum yang berlaku secara universal.Dan dalam melihat unsur setiap orang ini sendiri tidak dapat dilepaskan atau
dipisahkan dari konsep serta prinsip prosedur pertanggungjawaban pidana kepada seseorang atau korporasi.
Untuk hal ini mengikuti dari pembahasan yang diberikan rekan Jaksa penuntut Umum dalam requisitornya (Tuntutan)
kepada terdakwa Daniel Bayu Sebastian Anak dari Sebastianu Ding pada pokoknya kami sependapat bahwa unsur
barang siapa atau setiap orang ini telah terpenuhi karena terdakwa Daniel Bayu Sebastian Anak dari Sebastianu
Ding.merupakan seubyek hukum yang mampu bertanggungjawab dalam setiap tindakannya.

Unsur Kedua : Tanpa Hak atau Melwan Hukum

Bahwa rangkaian perbuatan terdakwa dalam memiliki,menyimpan dan menguasai paket sabu seberat 0,52 Gram
kemudian menggunakannya dengan niat untuk suatu kenikmatan dan kesenangan sesaat,maka penasehat hukum
berpendapat bahwa pengertian memiliki,menyimpan,dan menguasai harus dikaitkan dengan tujuannya yaitu
pengguna/konsumsi diri sendiri.Hal ini wajar sebab menggunakan sabu-sabu berarti otomatis membeli,setelah membeli
pastilah memiliki dan menguasai setelah dipakai ada sisa pastilah disimpan. Hal ini dikuatkan dengan putusan MA No.
1071K/Pid.Sus/2012
“Bahwa ketentuan pasal 112 Undang Undang No.35 Tahun 2009 merupakan ketentuaan keranjang sampah atau pasal
karet.Perbuatan para pengguna atau pecandu yang menguasai atau memiliki narkotika untuk tujuan dikonsumsi atau
dipakai sendiri tidak akan terlepas dari jeratan pasal 112 tersebut. Pedahal pemikiran semacam ini adalah keliru dalam
menerapakan hukum sebab tidak mempertimbangkan keadaan atau hal hal yang mendasar terdakwa menguasai atau
memiliki barang tersebut sesuai dengan niat atau maksud terdakwa”.

Bahwa pemberantasan tindak pidana narkotika dan obat terlarang memang patut dikenakan ganjaran pidana maksimal
yang berfungsi memberi efek jera.Akan tetatpi Penasehat hukum berpendapat bahwa pemidanaan yang berat kepada
pelaku harus dikaji secara kasuitis dengan memperhatikan posisi/peran dan tingkat kesalahan terdakwa,fakta hukum
dalam perkara ini terdakwa hanyalah seorang pengguna bukan Bandar narkoba, atau kurir yang terlibat dalam peredaran
gelap atau pelaku produksi atau jual beli dalam skala yang berdampak luas dan membayakan masyarakat. Selain itu
sabu yang dikonsumsi terdakwa baru sebagian kecil dari 0,52 Gram yang menjadi barang bukti dari perkara ini.

Unsur Keempat : Penyalahgunaan Narkotika untuk diri sendiri.


Nota Pembelaan 8
Bahwa ketentuan yang terdapat pada unsur ini adalah suatu ketentuan yang tidak berdiri sendiri karena jelas dan tegas
ketentuan pada pasal 127 ayat(1) ini terhubung dengan ketentuan yang terdapat pada pasal 127 ayat(2) yang
menjelaskan ketentuan pada pasal 127 ayat (1) harus mempertimbangkan dan memperhatiakan ketentuan sebagaimana
terdapat pada pasal 54,dan pasal 103 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang ketentuan pasal inipun kemudian
terhubung dengan PP No. 25 Tahun 2011 tentang pelaksanaan wajib lapor pecandu narkotika.

V. KESIMPULAN

Majelis Hakim Yang Saya Muliakan


Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yang Saya Hormati

Bahwa sekarang tibalah kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa pada akhirnya nota pembelaan (PLEDOI)ini,pada
suatu kesimpulan yang kami yakini didasarkan pada bukti yang sah,bukti surat,keterangan terdakwa dan keterangan
saksi Jaksa Penuntut Umum, akhirnya sebagaimana telah kami uraikan dalam BAB IV Analisi Yuridis pada pembuktiaan
dakwaan Penuntut Umum yang mohon termuat dalam kesimpulan ini agar tidak mengungkapkan sesuatu yang
berulang.

VI. PERMOHONAN(PETITUM)
Majelis Hakim Yang Mulia

Bahwa berdasarkan uraian kami tersebut diatas, dengan mengingat ketentuan pasal 191 Ayat (1) KUHAP kami selaku
Tim Penasehat Hukum Terdakwa, memohon kepada Majelis Hakim kiranya dapat memutuskan sebagai berikut;

1. Menerima Nota Pembelaan Terdakwa untuk seluruhnya;


2. Membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan Penuntut Umum ( vrijspraak),

Dan atau jika Majelis Hakim berpendapat lain kami mohon keadilan bagi Terdakwa ( Ex Aequo Et Bono) atau setidak-
tidaknya memberikan pidana yang seringan-ringannya kepada Terdakwa;

Demikian pledoi ini kami bacakan dalam persidangan ini pada hari Senin., tanggal 28 Agustus 2023, atas perkenaan
Majelis Hakim, kami ucapkan terima kasih.

Hormat,
Penasehat Hukum,

YOSEPHA, S.H
Nota Pembelaan 9
ADHE REHATTA TARIGAN, S.H

Nota Pembelaan 10

Anda mungkin juga menyukai