DI KABUPATEN LEBAK
SKRIPSI
Oleh :
TOMMY ADI PUTRA
NIM. 6661112166
iii
ABSTRACT
Healthy Lebak card stipulation is that because of the demands of society Lebak
District who do not have health insurance. Healthy Lebak card intended for
people who do not have health insurance, in order to have health insurance that is
financed by the government of Lebak. The purpose of this study was to determine
the application of the program and the factors that influence. This study examines
the implementation of the researchers used theoretical model implementation
Meter and Horn (Agustino, 2008). The method used is a qualitative method. The
instrument of this study is the researchers themselves while the source of the study
was the Social Service Lebak, Lebak District Health Office and Community lebak
card recipient healthy. Data was obtained through interviews, observation,
documentation and literature study using data analysis techniques according to
Irawan. Test data validity triangulation and check. Based on the research results
Implementation Cards Healthy in Lebak Lebak not working well because of lack
of financial support, and socialization for the Community. Recommendations are
given that increased budget, and Competition An employee of the Department of
Social Welfare and Department of Health and medical personnel in health centers
and hospitals
iV
KATA PENGANTAR
v
10. Dinas Sosial Kabupaten Lebak yang telah membantu serta memberikan data
untuk pengerjaan dan kelengkapan skripsi ini
11. Dwi Saptono dan Ade Mulyani, Ayah Mamah saya memanggilnya. Mohon
maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang terbaik dan belum bisa
membalas segala kebaikan kalian selama ini.
12. Bobby dan Dinno adik-adik saya yang menjadi motivasi tersendiri dalam
penyusunan proposal skripsi.
13. Teman-teman senasib dan seperjuangan Ubay, Dodi, Nendi, Agit, Randi,
Novega, Yenita, Erin, Ririn, Kikoy, Uca, dan teman-teman lainnya yang tidak
bisa ditulis satu persatu terima kasih untuk setiap kebaikan yang kalian berikan
selama ini dan diskusi-diskusi yang bermanfaat tentunya.
14. Kawan-kawan Jurusan Administrasi Negara FISIP UNTIRTA Reguler dan non
Reguler angkatan 2011
vi
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
vii
2.1.3 Kebijakan Publik ............................................................. 35
viii
3.7 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 82
ix
3. Karakteristik Agen Pelaksana ............................................... 142
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Hal
1.1 Masyarakat Jaminan Pelayanan Kesehatan .......................................... 8
4.6 Hasil Penilaian Atas Dimensi Karakteristik Agen Pelaksana ......... .144
4.7 Hasil Penilaian Atas Dimensi Sikap Para Pelaksana ...................... .145
x
DAFTAR GAMBAR
Hal
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
tertuang dalam dasar negara yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Sebagai sebuah negara yang menganut sistem demokrasi tersebut,
demokrasi di dalamnya.
Wujud dari demokrasi adalah otonomi daerah, di mana otonomi daerah menurut
berlaku. Salah satu pelaksanaan demokrasi dalam wujud otonomi daerah adalah
Dalam tataran teknis Pemilihan umum kepala daerah di atur dalam pasal 24
ayat (5) UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemilihan daerah dijelaskan
bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
1
2
dan ayat (3) dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang
bersangkutan.
kewenangan yang dimiliki oleh Bupati dibarengi dengan mekanisme kontrol (checks
and balances) yang memadai antara eksekutif dan legislatif, Kabupaten Lebak
Lebak, dengan luas wilayah 304.472 Ha merupakan salah satu daerah otonom di
Provinsi Banten, memiliki berbagai potensi sumber daya yang cukup memadai untuk
berdirinya pada tanggal 2 Desember 1828, Kabupaten Lebak telah dipimpin oleh 25
Kepala Daerah, dan hingga saat ini telah memasuki kepemimpinan Bupati Lebak
(Sumber:http://www.biropemerintahan.bantenprov.go.id/read/page-
wilayah Kabupaten perlu dikelola secara optimal melalui suatu proses penataan
ruang, Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah
2
3
disparitas regional yang bersifat makro bahwa Kabupaten Lebak adalah salah satu
dari 183 Daerah Tertinggal di Indonesia, yang sekaligus merupakan daerah terluas
dalam wilayah Propinsi Banten. Hal ini tentu berimplikasi terhadap kebutuhan
(Sumber:http://www.biropemerintahan.bantenprov.go.id/read/page-detail/profil-
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang
arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan
program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan
program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
jawaban Kepala Daerah pada setiap akhir tahun anggaran, berupa visi, misi yang
3
4
amanat Pasal 5 ayat (20) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
pelaksanaan program dan kegiatan Bupati dan Wakil Bupati Lebak terpilih.
Program Kartu Lebak Sehat, Kartu Lebak Pintar dan Kartu Lebak Sejahtera
yang dicanangkan dalam visi misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih saat berkampanye
tertuang dalam RPJMD Kabupaten Lebak yang diharapkan dengan adanya program
ini mampu untuk memajukan pembangunan di Kabupaten Lebak menjadi lebih baik.
Dana yang digelontorkan untuk Kartu Lebak Sehat yaitu 4,4 Miliar dengan kuota
18.720 Orang.
bidang kesehatan, pendidikan dan juga kesejahteraan agar wujud dari pembangunan
Kabupaten Lebak yang berintegritas mampu terwujud. Jika dilihat ke ranah nasional,
sebelum lahir program Kartu Lebak Sehat, Pintar dan Sejahtera, sebelumnya
pemerintah pusat telah membuat program Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia
Pintar dan Kartu Keluarga Sejahtera. Hal ini dapat menimbulkan data tumpang tindih
penerima bantuan kartu tersebut dengan Kartu Lebak Sehat – Kartu Indnesia Sehat,
Kartu Lebak Pintar – Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Lebak Sejahtera – Kartu
4
5
Keluarga Sejahtera. Hal ini pun diperjelas menurut Bapak Andi sebagai Staf
pada maret 2015 bahwa Kartu Lebak Sehat diperuntukan bagi yang belum menerima
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Kartu Lebak Sehat. Ini membuktikan
bahwa data Penerima Kartu Lebak Sehat belum akurat, dengan demikian dapat
menimbulkan tumpang tindih penerima program Kartu Lebak Sehat yang seharusnya
ataupun BPJS.
Program Kartu Lebak Pintar dan Kartu Lebak Sejahtera tidak menjadi fokus
dalam penelitian ini karena Kartu Lebak Pintar masih menjadi pembahasan di Dinas
Pendidikan tentang data siapakah yang berhak menerima program bantuan Kartu
Lebak Pintar. Pemerintah daerah mencatat 2.889 siswa SMA dan SMK, akan tetapi
banyak yang mendesak siswa Aliyah pun berhak mendapatkan Kartu Lebak Pintar.
Sedangkan Kartu Lebak Sejahtera tidak menjadi fokus penelitian karena baru
berjalan beberapa bulan sejak pertama dikeluarkan dan data yang berhak menerima
kepada peneliti pada maret 2015 bahwa Sekolah berbasis Agama seperti Tsanawiyah
dan Aliyah tidak diikut sertakan dalam program Kartu Lebak Pintar. Hal ini menjadi
5
6
banyak masyarakat Kabupaten Lebak yang belum mengetahui program ini. Salah
satunya peneliti melakukan wawancara kepada ibu Sutiah warga Desa Parungsari,
sebagai petani mengungkapkan kepada peneliti pada maret 2015 bahwa Sosialisasi
terhadap program kartu lebak sehat, kartu lebak pintar, dan kartu lebak sejahtera
tahap awal implementasi program ini belum merata, mengingat RPJMD ini baru
dan sinkronisasi program ini belum mampu dijalankan dengan baik oleh SKPD
stakeholder lain yang berkaitan dengan program Kartu Lebak Sehat, Kartu Lebak
leluasa memilih fasilitas kesehatan yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
sementara untuk rujukan, bisa di RSUD Malingping maupun RSUD Dr. Adjidarmo.
6
7
juga Kabupaten Lebak terus meluas sejalan dengan pelaksanaan JKN (Jaminan
Kesehatan Nasional) yang dilaksanakan Pemerintah Pusat dan Kartu Lebak Sehat
yang menjadi salah satu program unggulan daerah. (Sumber: setkab.go.id. perpaduan
masyarakat. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat yang mendaftarkan diri
menjadi peserta JKN ke BPJS Kesehatan Kabupaten Lebak. Hingga Agustus 2014,
sebanyak 17.405 orang telah mendaftar secara mandiri. Mereka bisa memilih tiga tipe
kelas yakni kelas III dengan membayar iuran Rp 25.500 per bulan, kelas II membayar
mulai dengan mengisi formulir pendaftaran, kemudian mendaftar dan akan mendapat
nomor virtual account dilanjutkan membayar iuran sesuai dengan kelas yang
observasi di lapangan, proses pendafataran hingga cetak kartu sekitar 1 jam, dan
begitu kartu sudah tercetak, maka pada saat itu juga kartu tersebut sudah bisa
Hingga saat ini, sebanyak 768.668 jiwa atau 61,5% dari total penduduk Lebak
kuota Kartu Lebak Sehat sebanyak 18.720 jiwa. Perinciannya sebanyak 16.436 jiwa
7
8
untuk kurang mamapu dan 2.284 untuk pimpinan pondok pesantren (1.853 jiwa),
kepala desa (340 jiwa) dan sekretaris desa (94 jiwa) yang belum memiliki jaminan
sebanyak 66.956 jiwa merupakan eks asuransi Askes PNS, TNI dan Polri serta eks
Jamsostek, sebanyak 17.405 jiwa merupakan peserta mandiri dan 9.086 jiwa
merupakan peserta Kartu Lebak Sehat yang terintegrasi dengan JKN. (Sumber:
(Sumber: Bantenpos.com).
8
9
Lebak Sehat yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Mereka berhak mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis, baik Rumas Sakit
dan bentuk penerapan dari sosialisasi tersebut seperti pelaksanaan Kartu Lebak Sehat.
Selain Kartu Lebak Sehat, diperlukan juga Puskesmas, Tenaga Medis, obat-obatan
permasalahan-permasalahan yang timbul dan ini menjadi fokus bagi Dinas Kesehatan
9
10
pelayanan kesehatan di Kabupaten Lebak ternyata masih dirasa kurang efektif oleh
dalam hal ini Dinas Sosial Kabupaten Lebak, belum bisa berjalan dengan baik karena
sosialisasi yang dilakukan dari program tersebut belum dilakukan dengan maksimal,
sosialisasi yang selama ini berjalan adalah di mana Dinas Sosial Kabupaten Lebak
bekerjasama dengan PSM, PKK, DKM, Karang Taruna untuk mendata masyarakat
penerima Kartu Lebak Sehat, sosialisasi juga dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten
Lebak dengan melibatkan para perangkat desa dalam pensosialisasiannya dan setiap
puskesmas dan perangkat desa membuat forum untuk membahas evaluasi dari data
10
11
sebulan sekali, data yang didapat bukan hanya dilaporkan dan dipertanggung
jawabkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, akan tetapi juga kepada Dinas
Kartu Lebak Sehat di Kabupaten Lebak yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial
Kabupaten Lebak haruslah dengan penuh tanggung jawab, agar tujuan dan sasaran
dari adanya program ini yang tentunya bertujuan memberikan pelayanan dalam
tetapi hal-hal seperti ini belumlah dipahami betul oleh para pegawai Dinas Sosial
Kabupaten Lebak, sehingga tujuan dari adanya program Kartu Lebak Sehat ini
dimiliki Dinas Sosial yang berjumlah 118.036 rumah tangga sasaran dari 737.130
kepala keluarga, akan tetapi data masyarakat miskin yang dimiliki Pemerintah
Kabupaten lebak memiliki perbedaan dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak
yaitu 185.123 rumah tangga sasara dari 737.130 kepala keluarga, disinyalir perbedaan
data inilah yang menjadi turut memicu ketidak akuratan data yang harusnya
menerima program Kartu Lebak Sehat, sehingga sasaran dari progam ini belum pada
target yang diinginkan. Belum berjalan maksimal ini dibuktikan masih banyaknya
11
12
bagaimana cara menjadi anggota dari Kartu Lebak Sehat dan bagaimana manfaat
yang didapatkan oleh masyarakat apabila terdaftar didalam program Kartu Lebak
Sehat tersebut.
Kabupaten Lebak yang didalamnya terdapat Program Kartu Lebak Sehat maka sudah
menjadi keharusan dari pegawai Dinas Sosial dituntut untuk paham dan menjalankan
Program Kartu Lebak Sehat ini yang dijalankan oleh Dinas Sosial semula dijalankan
oleh Dinas Kesehatan inilah yang membuat ketidaknyaman pegawai Dinas Sosial
dalam menjalankan program ini dikarenakan adanya rasa tidak nyaman karerena ada
rasa dianggap merebut program yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak.
Kabupaten Lebak ini dari segi Lingkungan sosial, ekonomi dan politik haruslah
dalam keadaan kondusif, namun dari segi politik kebijakan program ini sudah mulai
tidak konsisten, ini dibuktikan dengan adanya pemindahan penanggung jawab atas
kebijakan ini yang semula dipegang oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak lalu
ini bila mengalami hambatan harus mengadukannya ke Dinas mana yang sebenarnya
bertanggung jawab penuh akan Program Kartu Lebak Sehat ini. Dalam bidang
ekonomi tingkat kesejahteraan dari para pegawai pelaksana dari program ini haruslah
12
13
sejahtera sehingga akan adanya kesesuai antara kewajiban yang diemban dan hak
yang diterima sesuai dengan beban kinerja dan ini dapat meminimalisir
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah tersebut,
2. Program Kartu Lebak Sehat belum diketahui dan dipahami oleh masyarakat
dan sasaran dari adanya Program Kartu Lebak Sehat, sehingga tujuan dari adanya
program Kartu Lebak Sehat ini belumlah dirasakan optimal oleh masyarakat
Kabupaten Lebak
13
14
4. Adanya perbedaan jumlah data masyarakat miskin yang dimiliki BPS Kabupaten
5. Adanya rasa tidak nyaman dari Dinas Sosial Kabupaten Lebak dalam
menjalankan tugas karena ada rasa dianggap merebut program yang ada di Dinas
Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang masalah dan identifikasi
masalah dalam penelitian ini yaitu peneliti mencoba mencari tahu Implementasi
14
15
Setiap penelitian tentu akan memiliki suatu tujuan dari apa yang teliti tersebut.
Hal ini sangat perlu untuk bisa jadi acuan bagi setiap kegiatan penelitian yang akan
dilakukan. Karena tujuan penelitian merupakan tolak ukur dan menjadi target dari
kegiatan penelitian tersebut. Tanpa itu semua maka apa yang akan dilakukan akan
menjadi sia-sia. Maksud dan tujuan dari peneliti antara lain yaitu untuk mencari tahu
1) Secara Teoritis
2) Secara Praktis
a. Bagi pemerintah daerah atau instansi, diharapkan nantinya dapat dijadikan sebuah
penilaian yang logis bagi pemerintahan daerah untuk lebih serius dalam
perencanaan program yang baik terhadap pembangunan di kabupaten lebak.
b. Bagi masyarakat, diharapkan nantinya bisa mendapatkan dampak yang lebih baik
dari program pemerintah dalam upaya mewujudkan pembangunan di Kabupaten
Lebak yang optimal.
c. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat untuk menyandang gelar strata satu (S1)
dan bertambahnya ilmu pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
implementasi program.
15
16
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang yang menerangkan ruang lingkup dan kedudukan
masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari lingkup yang paling umum
yang selanjutnya mengarah kepada masalah yang paling spesifik. Kemudian yang
penelitian atau dengan masalah. Pembatasan masalah dan perumusan masalah dari
hasil identifikasi masalah tersebut ditetapkan masalah yang paling urgen yang
berkaitan dengan judul penelitian. Maksud tujuan penelitian, dalam hal ini
Kemudian terdapat juga kegunaan penelitian yang menjelaskan manfaat teoritis dan
praktis dari penelitian yang akan diteliti dan yang terakhir yaitu Sistemiatika
Penulisan yang menjelaskan isi dari BAB per BAB yang ada dalam penelitian.
tentang berbagai teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel berfikir
16
17
yang berdasarkan data yang diperlukan menyangkut masalah yang di angkat. Teknik
Terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara
jelas. Struktur organisasi dari populasi dan sampel yang telah ditentukan. Kemudian
terdapat deskripsi data yang menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah diolah
dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan. Kemudian
melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan dan pada akhir pembahasan
keterbatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam
BAB V PENUTUP
menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas, dan muah
dipahami dan Saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
17
BAB II
tindakan. Tiga hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin mengenal lebih
1. Teori merupakan suatu proporsi yang terdiri dari kontrak yang sudah
dapat jelas.
18
19
fenomena.
however has the same role as theory in physics, chemistry, or biology; that is
bahwa teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat
behavior in organizations”.
(2009:54) dapat dikemukakan bahwa teori itu berkenaan dengan konsep, asumsi
dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan, dan teori juga sebagai
istilah yang bersifat abstrak dan bermakna generalisasi. Contoh konsep dalam
berikut :
tahap yang krusial dalam proses kebijakan, dalam proses kebijakan ada beberapa
tersebut dapat mencapai tujuannya tidak lebih dan tidak kurang. Untuk
mengimplementasikan kebijakan publik maka ada dua plihan langkah yang ada
melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
Kebijakan Publik
Proyek Intevensi
Kebijakan
Intervensi
Publik/
Masyarakat/
beneficiares
“Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang
kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam
kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga
para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit
lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk dan cara yang memuaskan
semua orang termasuk mereka yang dianggap sebagai klien”.
menyangkut (minimal) tiga hal yaitu: (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan, (2)
adanya aktifitas atau kegiatan pencapaian tujuan dan (3) adanya hasil kegiatan.
suatu kegiatan. Sehingga pada akhirnya akan mendaptkan suatu hasil yang sesuai
dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Sebagaimana yang diungkapkan
apa-apa yang diperintahkan dan mengontrol urutan tahap dalam sebuah sistem dan
meminimalkan konflik dan deviasi dari tujuan yang ditetapkan oleh hipotesis
kebijakan.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diutarakan oleh Grindle dalam
Agustino, yaitu:
model kerangka kerja dalam membentuk keterkaitan antara kebijakan dan hasil.
Van Horn (1975) disebut juga dengan A model of the policy. Model
dikehendaki
luar.
yaitu:
tujuan yang ingin dicapai dengan melihat pada proses serta pencapaian
tujuan kebijakan yaitu pada dampak atau efek pada masyarakat secara
sendiri, yang terdiri atas isi kebijakan (Content of Policy) dan konteks
yang digunakan.
(1971), Hjren dan O’Porter (1981). Model ini dimulai dari identifikasi
keiingian publik yang menjadi target atau kliennya dan sesuai pula
156).
publik yang telah dipaparkan oleh beberapa tokoh di atas, maka peneliti
oleh Van Metter dan Van Horn. Peneliti memilih model Van Metter dan Van
Horn berdasarkan sub variable yang terdapat dalam model pendekatan ini yang
ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan sosio-kultur yang
ada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran dan dan sasaran kebijakan
terlalu ideal (utopis), maka akan sulit direalisasikan (Agustino, 2006). Van
Meter dan Van Horn (dalam Sulaeman, 1998) mengemukakan untuk mengukur
tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan, kinerja kebijakan
sasaran tersebut.
terhadap standar dan tujuan kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki
merupakan hal yang “crucial”. Implementors mungkin bisa jadi gagal dalam
yang menjadi tujuan suatu kebijakan (Van Mater dan Van Horn, 1974).
2. Sumber daya
telah ditetapkan secara apolitik. Selain sumber daya manusia, sumber daya
(dalam Van Mater dan Van Horn, 1974) bahwa: ”New town study suggest that
30
the limited supply of federal incentives was a major contributor to the failure
of the program”.
Van Mater dan Van Horn (dalam Widodo 1974) menegaskan bahwa:
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi
ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan
dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan displin. Pada konteks lain
diperlukan agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selaian itu, cakupan
pelaksana kebijakan.
organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas. SOP yang bersifat rutin
31
dalam kebijakan karena tidak sesuai dengan situasi atau program baru. SOP
perubahan dalam cara-cara yang rutin dari suatu organisasi, semakin besar
aktor-aktor dan badan-badan yang terlibat dalam suatu kebijakan tertentu dan
Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif, menurut Van Horn
dan Van Mater (Widodo 1974) apa yang menjadi standar tujuan harus
pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus
standar dan tujuan harus konsisten dan seragam (consistency and uniformity)
Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu
standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan
sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan itu, para pelaksana kebijakan dapat
mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu apa yang harus dilakukan.
kebawah di dalam organisasi atau dari suatu organisasi ke organisasi lain, dan
interprestasi yang tidak sama (inconsistent) terhadap suatu standar dan tujuan,
ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan
konsisten (accuracy and consistency) (Van Mater dan Varn Horn, dalam
Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn dalam Agustinus (2006): ”sikap
Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah
persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya bersifat top
harus diselesaikan”.
yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana (officials), tidak
juga merupakan hal yang “crucial”. Implementors mungkin bisa jadi gagal
menjadi tujuan suatu kebijakan (Van Mater dan Van Horn, 1974).
Sebelum dibahas lebih jauh mengenai konsep kebijakan publik, kita perlu
mengakaji terlebih dahulu mengenai konsep kebijakan atau dalam bahasa inggris
sering kita dengar dengan istilah policy. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.
masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka
digunakan secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri Indonesia”, “kebijakan
ekonomi Jepang”, dan atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang
lebih khusus, seperti misalnya jika kita mengatakan kebijakan pemerintah tentang
debirokartisasi dan deregulasi. Namun baik Solihin Abdul Wahab maupun Budi
yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang
Winarno (2007:18) dianggap lebih tepat karena memusatkan perhatian pada apa
yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau
dimaksudkan. Selain itu konsep ini juga membedakan secara tegas antara
dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekadar suatu keputusan
atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di
Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai
bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan
sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkirnya kebijakan publik dapat bersifat
itu ternyata banyak sekali, tergantung dari sudut mana kita mengartikannya.
yang diusulkan oleh seorang kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan
dimaksud.
39
allocation of values for the whole society atau sebagai pengalokasian nilai-nilai
secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Laswell dan Kaplan juga
kondisi awal dan akibat-akibat yang bias diramalkan. Kebijakan publik itu harus
pihak beranggapan bahwa definisi tersebut masih terlalu luas untuk dipahami,
karena apa yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat mencakup banyak hal.
kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah diukur, karena ukurannya jelas
yakni sejauh mana kemajuan pencapaian cita-cita sudah ditempuh. Menurut Woll
40
kehidupan masyarakat.
(apapapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan).
publik semata. Di samping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu
juga merupakan kebijakan publik karena mempunyai pengaruh atau dampak yang
sama dengan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu. Terdapat beberapa ahli
definisi kebijakan publik sebagai “the autorative allocation of values for the
whole society”. Definisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik otoritas dalam
41
sistem politik (pemerintah) yang secara syah dapat berbuat sesuatu pada
system” yaitu para penguasa dalam sistem politik yang terlibat dalam urusan
sistem politik sehari-hari dan mempunyai tanggung jawab dalam suatu masalah
tertentu dimana pada suatu titik mereka diminta untuk mengambil keputusan di
kemudian hari kelak diterima serta mengikat sebagian besar anggota masyarakat
kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan
dengan mengikuti pendapat dari Anderson (1978) dan Dye (1978) menyebutkan
beberapa alasan mengapa kebijakan publik penting atau urgen untuk dipelajari,
yaitu:
1. Alasan Ilmiah
maka perhatian akan tertuju pada faktor-faktor politik dan lingkungan yang
perhatian tertuju pada dampak kebijakan tertuju pada sistem politik dan
2. Alasan professional
3. Alasan Politik
dapat menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan yang tepat pula.
melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu
beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik
Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita dalam mengkaji
ini dengan urutan yang berbeda. Tahap-tahap kebijakan publik menurut William
Dunn sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007: 32-34) adalah sebagai berikut:
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk
kebijakan para perumus kabijakan. Pada tahap ini mungkin suatu masalah tidak
disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus
pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Dalam tahap
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi
sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai
Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi,
unuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang
45
menilai apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah mencapai dampak
atau tujuan yang diinginkan atau belum. Secara singkat, tahap – tahap kebijakan
Penyusunan kebijakan
Formulasi kebijakan
Adopsi kebijakan
Implemantasi kebijakan
Evaluasi kebijakan
pekerjaan yang rumit dan kompleks dan tidak semudah yang dibayangkan.
dituntut memiliki tanggung jawab dan kemauan, serta kemampuan atau keahlian,
46
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal penting yang turut diwaspadai dan
Tidak jarang pembuat kebijakan harus memenuhi tuntutan dari luar atau
yang hingga saat ini belum profesional dan terkadang amat birokratik,
sebagai suatu yang salah dan perlu diubah. Kebiasaan lama tersebut sering
keputusan/kebijakan.
47
berperan besar.
1. Tujuan yang akan dicapai, hal ini mencakup kompleksitas tujuan yang
yang mengandung berbagai variasi nilai akan jauh lebih sulit untuk dicapai
diimplementasikan.
2010:31).
tujuan daripada sebagai perilaku atau tindakan yang serba acak dan
redistributif.
sasaran.
bebas.
pemahaman yang lebih baik terhadap hakikat kebijakan publik sebagai tindakan
yang mengarah pada tujuan, ketika kita dapat memerinci kebijakan tersebut
pemerintah yang dilakukan oleh actor-aktor lain, baik swasta maupun kalangan
pemerintah sendiri dalam sistem politik untuk melakukan tindakan tertentu atau
sebaliknya untuk tidak melakukan tindakan pada suatu masalah tertentu. Tuntutan
51
ini dapat bervariasi, mulai dari desakan umum, agar pemerintah berbuat sesuatu
hingga usulan untuk mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah
Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan
masyarakat.
Yaitu arah tindakan yang secara potensial tersedia yang dapat sumbangan
telah dilaksanakan. Hasil dari setiap tindakan tidak sepenuhnya stabil atau
diketahui sebelum tindakan dilakukan, juga tidak semua dari hasil tersebut
perumusan kembali.
kebutuhan, nilai dan kesempatan (Ackoff dalam Dunn, 2000:121). Dunn (2000-
prosedur umum yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia: definisi,
Anggaran tersebut untuk menunjang program unggulan Bupati dan Wakil Bupati
Lebak berupa Kartu Lebak Sehat (KLS) dengan sasaran 14.974 dengan target
sasaran 15.699. Melalui KLS yang saat ini terus dilakukan secara bertahap,
Para penerima Kartu Lebak Sehat ini nantinya akan mendapatkan jaminan
(RJTP dan RITP), pelayanan kesehatan tingkat lanjutan (RJTL dan RITL), dan
konsultasi medis, tindakan medis non spesialistik baik operatif maupun non
operatif, pelayanan obat dan medis habis pakai, transfusi darah sesuai dengan
mendapatkan pelanan Rawat inap yang meliputi. Perawatan inap non intensif
Tujuan dari hadir Kartu Lebak Sehat adalah agar di Kabupaten Lebak
Kabupaten Lebak
Sehat" melalui peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh Badan
"Kami berharap petugas Puskesmas dapat melayani kesehatan dasar sebanyak 144
jenis penyakit dengan optimal," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak
Maman Sukirman di Lebak. (Selasa 10 mei 2016, pukul 11.00 WIB, di Dinas
Kesehatan Kabupaten Lebak)
56
desa. Mereka mendapat bantuan penerima biaya iuran (PBI) peserta Badan
Semua warga yang memiliki kartu BPJS yang dibantu PBI itu gratis untuk
Lebak telah meningkatkan status Puskesmas dari 42 unit naik menjadi 43 unit.
Selain itu juga jumlah Pembantu Puskesmas (Pustu) yang berada di daerah
dikategorikan miskin atau tidak mampu di Kabupaten Lebak yang dimana sebagai
belanja daerah, dimana segala biaya yang timbul dibebankan kepada Anggaran
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga
lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air
hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak
tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat
SD.Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor,
atau barang modal lainnya
Yang dimana Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka bisa dikategorikan suatu
dan batas-batasnya yang tidak bisa diikuti manusia. Penduduk dan kepadatan
sejahtera adalah sebuah teori sosial ekonomi yang baik. Sepanjang sejarah,
manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat
dipergunakan dan dibagikan dengan baik. Kata sosial berasal dari kata “socious”
yang artinya kawan, teman. Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai
teman sepermainan, teman kerja, teman sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini
kawan adalah mereka (orang-orang) yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal
dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi
makhluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar
tanpa orang lain disekitarnya. Istilah Ekonomi secara etimologi berasal dari
bahasa yunani yaitu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya
mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini
dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas.
Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur
59
sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan
1990:42).
didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah
sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan
kebutuhan hidupnya.
atau masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan,
dan penghasilan. Berdasarkan hal ini maka keluarga atau kelompok masyarakat
itu dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Tan
Yaitu keluarga yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk
memenuhi tingkat hidup yang minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup yang
60
minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain karena tuntutan
kehidupan yang keras, perkembangan anak dari keluarga itupun menjadi agresif.
Sementara itu orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
anaknya.
yang diterima dapat ditabung dan digunakan untuk kebutuhan lain ataupun
penelitian terdahulu yang pernah peneliti baca sebelumnya yang tentunya sejenis
dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam mengolah atau
Sehat di Kabupaten Lebak. Walaupun lokusnya dan masalahnya tidak sama persis
penelitian ini. Berikut ini adalah hasil penelitian yang peneliti baca.
pembebasan biaya pelayanan kesehatan dasar sampai rawat inap kelas III di
Sulawesi Selatan yang tidak dapat mengatasi masalah kesehatannya karena alasan
ekonomi atau tidak memiliki biaya. Pemberian pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan pada masyarakat itu, diberlakukan pada 13 puskesmas dan rumah sakit
yaitu kartu Jamkesmas atau kartu Akses, dan apabila tidak memiliki kedua kartu
itu,maka akan terdaftar dengan program Jamkesda dengan persyaratan foto copy
KTP dan Kartu Keluarga. Kecamatan Curio adalah salah satu Kecamatan di
Kabupaten Enrekang yang berada pada 740 – 1.098 m diatas permukaan laut.
Luas Kecamatan Curio adalah 178,51 km2, yang terdiri dari 11 Desa. Jumlah
penduduk Kecamatan Curio 14.533 Jiwa yang terbagi dalam jumlah laki-laki
7.335 jiwa dan jumlah perempuan 7.198 jiwa. Sebagian besar penduduk 46
pada ayam buras dan sapi potog. Kecamatan Curio juga memiliki potensi di
62
bidang kehutanan seperti kayu pinus, damar, lebah hutan, dan tanam-tanaman
Kabupaten Lebak, yang dimana mengingat luas nya wilayahdi Kabupaten Lebak
keluarga miskin sedangkan kuota Provinsi Jawa Timur 10.710.051 jiwa dan Kota
ini diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang diberikan
pemerintah Provinsi Jawa Timur.Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah
Metter dan Horn, hasil dari penelitian yang dilakukan adalah bisa diketahui
Surabaya.
63
yang di dilakukan oleh peneliti adalah implementasi Kartu Lebak Sehat yang
anggaran nya diambil dari APBD Kabupaten Lebak, sedangkan penelitian yang
hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran
dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan
telaah penelitian. Kerangka pikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang
tentang hubungan antar-variable yang disusun dari berbagai teori yang telah
Implementasi kebijakan publik model Metter dan Horn (1975) disebut juga
dengan A model of the policy. Model pendekatan ini menjelaskan bahwa proses
publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Model
enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut. Secara rinci
sebagai berikut:
ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan sosio-kultur yang
ada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran dan dan sasaran kebijakan
terlalu ideal (utopis), maka akan sulit direalisasikan (Agustino, 2006). Van
Meter dan Van Horn (dalam Sulaeman, 1998) mengemukakan untuk mengukur
tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan, kinerja kebijakan
sasaran tersebut.
terhadap standar dan tujuan kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki
merupakan hal yang “crucial”. Implementors mungkin bisa jadi gagal dalam
yang menjadi tujuan suatu kebijakan (Van Mater dan Van Horn, 1974).
2. Sumber daya
telah ditetapkan secara apolitik. Selain sumber daya manusia, sumber daya
(dalam Van Mater dan Van Horn, 1974) bahwa: ”New town study suggest that
the limited supply of federal incentives was a major contributor to the failure
of the program”.
komunikasi. Sumber daya kebijakan ini harus juga tersedia dalam rangka untuk
terdiri atas dana atau insentif lain yang dapat memperlancar pelaksanaan
66
Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi
ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan
dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan displin. Pada konteks lain
diperlukan agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selaian itu, cakupan
pelaksana kebijakan.
Menurut Edward III, 2 (buah) karakteristik utama dari struktur birokrasi adalah
sebagai respon internal terhadap keterbatasan waktu dan sumber daya dari
organisasi yang kompleks dan tersebar luas. SOP yang bersifat rutin didesain
kebijakan karena tidak sesuai dengan situasi atau program baru. SOP sangat
perubahan dalam cara-cara yang rutin dari suatu organisasi, semakin besar
Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif, menurut Horn dan
Mater (dalam Widodo 1974) apa yang menjadi standar tujuan harus dipahami
standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus
standar dan tujuan harus konsisten dan seragam (consistency and uniformity)
Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu
standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan
sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan itu, para pelaksana kebijakan dapat
mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu apa yang harus dilakukan.
kebawah di dalam organisasi atau dari suatu organisasi ke organisasi lain, dan
interprestasi yang tidak sama (inconsistent) terhadap suatu standar dan tujuan,
ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan
konsisten (accuracy and consistency) (Van Mater dan Varn Horn, dalam
Menurut pendapt Metter dan Horn dalam Agustinus (2006): ”sikap penerimaan
warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka
rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat
Sikap mereka itu dipengaruhi oleh pendangannya terhadap suatu kebijakan dan
batas mana kebijakan itu dilaksanakan. Terdapat tiga macam elemen respon
kebijakan, kedua, arah respon mereka apakah menerima, netral atau menolak
kebijakan.
Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan
berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana (officials), tidak
juga merupakan hal yang “crucial”. Implementors mungkin bisa jadi gagal
implementasi kebijakan.
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir
mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal
Identifikasi yang kondusif.
Masalah:
1. Masih banyaknya masyarakat Kabupaten Lebak yang membutuhkan pelayanan
kesehatan akan tetapi belum menikmati Program Kartu Lebak Sehat.
2. Program Kartu Lebak Sehat belum diketahui dan dipahami oleh masyarakat
Kabupaten Lebak, karena masih rendahnya sosialisasi program oleh pemerintah
daerah Kabupaten Lebak.
3. Kurangnya pemahaman pegawai Dinas Sosial Kabupaten Lebak terhadap tujuan dan
sasaran dari adanya Program Kartu Lebak Sehat, sehingga tujuan dari adanya
program Kartu Lebak Sehat ini belumlah dirasakan optimal oleh masyarakat
Kabupaten Lebak
4. Adanya perbedaan jumlah data masyarakat miskin yang dimiliki BPS Kabupaten
Lebak dengan Dinsos Kabupaten Lebak yang menyebabkan penerimaan Kartu Lebak
Sehat untuk masyarakat miskin di Kabupaten Lebak, tidak akurat
5. Adanya rasa tidak nyaman dari Dinas Sosial Kabupaten Lebak dalam menjalankan
tugas karena ada rasa dianggap merebut program yang ada di Dinas Kesehatan
Kabupaten Lebak.
6. Kurang kondusifnya lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang menghambat
berjalannya Program Kartu Lebak Sehat.
Teori
Metode Penelitian
Metode Penelitian kualitatif Deskriptif
Output
”Implementasi Program Kartu Lebak Sehat di Kabupaten Lebak ”
Outcome
peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti
Lebak.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
awam, metodologi bisa digunakan dalam konteks apa saja, misalnya: berpikir,
metodologi adalah:
variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tidak terbatas.
73
74
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan
peristilahannya.
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
75
motivasi dan tindakan yang secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
adalah objek yang alamiah atau natural setting sehingga metode penelitian ini
Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya tidak dimanipulasi
oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, data yang dihasilkan berbentuk kata,
mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti
dalam hal ini adalah implementasi program Kartu Lebak Sehat di Kabupaten
Lebak.
76
membatasi ruang lingkup materi kajian penelitian yang akan dilakukan yakni
di beberapa dinas dan daerah yang terkait dengan program Kartu Lebak Sehat ,
Kabupaten Lebak.
yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran antara penulis dan
1) Implementasi Kebijakan
2) Pembangunan Daerah
lebih tinggi dan memberikan tingkat kehidupan yang lebih tinggi pula
melalui organisasi sosial yang baik dan produksi modern. Jadi manusia
yang digunakan yaitu enam variabel menurut Van Metter dan Van Horn yang
informan dalam penelitian kualitatif ini yaitu dengan jalan peneliti memasuki
Menurut Patton dalam Denzin (2009: 290), alasan logis di balik teknik
penggunaan teknik tersebut disesuaikan dengan kondisi atau situasi yang ada di
di Kabupaten Lebak.
akan diuraikan daftar informan yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:
Tabel 3.1
Kategori Informan
I7 Key Informan
Kepala Puskesmas Rangkasbitung
I8 Kepala Puskesmas Bayah Key Informan
1. Peneliti sebagai alat yang peka dan dapat berkreasi terhadap segala
stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau
tidak bagi peneliti.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa
tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali
manusia.
81
Hal ini sejalan dengan pendapat Irawan, bahwa dalam sebuah penelitian
kualitatif yang menjadi instrumen terpenting adalah peneliti itu sendiri (Irawan,
bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu,
data secara lebih utuh dan alamiah dalam rangka memperoleh hasil penelitian
penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri karena peneliti
yang mengetahui fokus permasalahan yang terjadi pada lokus penelitian yang
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan
masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui:
1. Pengamatan/Observasi
aktivitas penelitian.
hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.
pihak-pihak yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas
peneliti. Dan juga peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari yang menjadi
sumber data penelitian. Sehingga diperlukan data yang akurat, lengkap, tajam
dan terpercaya.
2. Wawancara
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
pertanyaan itu. Maksud dari kegiatan wawancara dalam penelitian seperti yang
dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih dan terlebih dahulu
Wawancara perlu dilakukan lebih dari dua kali karena dua alasan utama.
orang saat itu dipengaruhi oleh pengalamannya dan bagaimana situasi saat itu
lebih pribadi.
informasi tambahan.
a. Pedoman Wawancara
Tabel 3.2.
Pedoman Wawancara
2 3. Bagaimana kesiapan
stakeholder dari program I2,I3,I4, I5, I6. I7
Kartu Lebak Sehat?
4. Bagaimna sarana dan
prasaran yang ada dalam I2,I3,I4, I5, I6.
menunjang dari program I7,I11,I12
Sumber Daya Kartu Lebak Sehat ?
5. Bagaimana dana dan
anggaran dalam menunjang
dari program Kartu Lebak I2,I3,I4,I5,I6, I7, I8,
Sehat ? I9,I10
1. Studi kepustakaan
2. Studi dokumentasi
diteliti.
atas data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung dari informan
penelitian. Dalam hal ini data primer diambil melalui wawancara (interview).
Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung berasal dari
informan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini data sekunder diperoleh melalui
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
mencari pola-pola yang terdapat di dalam data-data tersebut. Karena itu analisis
data dalam penelitian kualitatif tidak perlu menunggu sampai seluruh proses
pada saat pengumpulan data dan dianggap selesai manakala peneliti merasa
telah memiliki data sampai tingkat “titik jenuh” atau reliable (data yang didapat
telah seragam dan telah menemukan pola aturan yang peneliti cari). Maka, tidak
tetapi mampu memberikan kejelasan makna dari setiap fenomena yang diamati
sehingga implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai
6. Triangulasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan proses check and recheck antara
satu sumber data dengan sumber data lainnya.
7. Penyimpulan Akhir
Pada tahap ini, setelah data dianggap cukup dan dianggap telah
sampai pada titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka
kegiatan selanjutnya adalah peneliti membuat kesimpulan akhir dan
mengakhiri penelitian.
Gambar 3.1.
Proses Analisis Data Menurut Irawan
intensif lagi setelah kembali dari lapangan. Seluruh data yang tersedia, ditelaah
dan direduksi sehingga terbentuk suatu informasi. Satuan informasi inilah yang
93
ditafsirkan dan diolah dalam bentuk hasil penelitian sampai pada tahap
kesimpulan akhir.
1. Validitas
data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data
yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan
derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai, dan validitas
2. Reliabilitas
objek yang sama, maka akan mendapatkan data yang sama. Maka dalam
bersifat majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada data yang bersifat
keabsahan datanya pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Triangulasi
dokumentasi.
2) Member check
yang berasal dari pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati
oleh pemberi data, berarti data tersebut valid sehingga semakin kredibel.
95
Namun, jika data yang diperoleh peneliti tidak disepakati oleh pemberi
data, peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemeberi data dan apabila
Lebak.
96
Tabel 3.3.
Jadwal Penelitian
Tahun
No. Kegiatan 2014 2015
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
1. Observasi
Awal
2. Pengurusan
Perizinan
3. Tahap
Penyusunan
Proposal
4. Seminar
Proposal
5. Revisi
Proposal
6. Reduksi
Data
7. Penyusunan
laporan
akhir
8. Sidang
Skripsi
9. Revisi
Skripsi
Sumber : Peneliti, 2017
BAB IV
HASIL PENELITIAN
97
98
1. Struktur Organisasi
organisasi, dan tata kerja dinas daerah kabupaten lebak. Adapun yang
terkait dengan uraian tugas dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial adalah:
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat
:
1) Pelaksanaan penyusunan petunjuk teknis bimbingan sosialkeluarga
miskin/fakir miskin, Komoditas Adat Terpencil (KAT) dan Baduy,
Wanita Rawan Sosial Ekonomi, Pelatihan/pendidikan SDM
Kesejahteraan Sosial, Ketahanan Sosial Masyarakat, Keluaraga
Rumah Kurang Layaj Huni, Waria dan Keluarga Muda Mandiri
(KMM) ;
2) Pelaksanaan penyusunan petunjuk teknis bantuan sosial korban
bencana alam, korban bencana sosial, Keluarga Rentan, pekerja
migran terlantar, orang terlantar dan masyarakat yang tinggal di
daerah rawan bencana serta jaminan sosial.
3) Pelaksanaan penyusunan petunjuk teknis pemberdayaan sosial,
Karang Taruna, TKSM/PSM/WPKS. Organisasi Sosial/Panti
Sosial, LSM, Lintas Sektoral dan Dunia Usaha, WKBSM,
101
:
1) Penyusunan rencana dan program kerja di bidang pembinan dan
pengawasan ketenagakerjaan, hubungan industrial, syarat-syarat
kerja, pengupahan dan jaminan sosial serta pembinaan kepada
lembaga pelatihan kerja swasta ;
2) Pelaksanaan pembinaan terhadap organisasi pekerja dan
pengusaha ;
3) Pelaksanaan pembentukan dan pembinaan koperasi karyawan ;
4) Pelaksanaan pembinaan dan pembentukan lembaga kerjasama
Bipartit dan Tripartit ;
5) Pelaksanaan penelitian terhadap pembuatan Peraturan Perusahaan
(PP) dan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) ;
103
Dalam menjalankan tugas dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Sosial,
perlu didukung oleh keberadaaan sarana dan prasarana, baik itu berupa
104
(perlengkapan operasional).
negara, abdi negara, dan abdi masyarakat yang dengan kesetiaan dan
fungsinya. Dinas Tenaga Kerja dan Sosial sebagai salah satu perangkat
Pembentukan ,Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan
Tabel 4.1
STRUKTUR ORGANISASI
KEPALA DINAS
pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Lebak sebagai berikut :
Tabel 4.1
Tingkat Pendidikan PNS Dinas Tenaga Kerja dan Sosial
NO PENDIDIKAN JUMLAH
Tabel 4.2
Jumlah laki-laki dan perempuan pegawai Dinas Tenaga Kerja
dan Sosial
yang telah diolah dari data mentah, dengan menggunakan teknik analisis data
yang relevan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif yang menghasilkan data baik berupa kata kata maupun
mendalam, kajian pustaka, serta studi dokumentasi yang sesuai dengan fokus
dimensi penilaian yang mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Donald Van
Metter dan Van Horn (Ali, Alam, 2012:110) diantaranya yaitu: Ukuran dan tujuan
tanpa adanya intervensi dari pikiran peneliti atau dengan kata lain data yang
bersifat apa adanya (verbatim). Langkah ke dua yaitu transkip data dengan cara
membaca ulang seluruh data yang sudah ditranskip, yang bertujuan untuk
menemukan hal-hal penting atau kata kunci dan selanjutnya diberikan kode.
Setelah itu adalah pembuatan koding, peneliti membaca ulang seluruh data
yang sudah di transkrip. Perlu ketelitian dalam membaca transkrip, pada bagian-
bagian tertentu dari transkrip itu peneliti akan menemukan hal-hal penting yang
perlu peneliti catat untuk proses berikutnya. Dari hal-hal penting ini dapat diambil
kata kuncinya dan diberikan kode, lalu Kategorisasi data, peneliti mulai
kategorisasi.
109
kesimpulan ini tidak dapat dicampur adukan dengan pemikiran dan penafsiran
peneliti. Adapun jika peneliti ingin memberikan penafsiran dari pemikiran peneliti
proses check and recheck antara satu sumber data dengan sumber data lainnya.
Terakhir adalah Penyimpulan akhir, setelah data dianggap cukup dan dianggap
telah sampai pada titik jenuh atau telah memperoleh kesesuaian, maka kegiatan
di Kabupaten Lebak. Seperti yang sudah peneliti kemukakan pada BAB III, dalam
Implementasi Program Kartu Lebak Sehat di Kabupaten Lebak baik dari pihak
yaitu key informan yang merupakan pihak yang memiliki kewenangan secara
Program Kartu Lebak Sehat di Kabupaten Lebak. Adapun lebih jelasnya dapat
Tabel 4.3
penelitian dengan didasari data yang peneliti proleh melalui hasil observasi,
Program Kartu Lebak Sehat di Kabupaten Lebak yang meliputi beberapa variabel,
adalah dari tujuan dan bagaimana kebijakan itu dilahirkan, dengan itu kinerja
dari implementasi kebijakan dapat diukur melalui tujuan dari kebijakan yang
telah ada, sebuah kebijakan dapat dikatakan berjalan dengan baik ialah
tujuan dari Program Katu Lebak Sehat , yang nantinya akan berdampak
dikatakan oleh I2 :
dikatakan oleh I3 :
dari I4:
Sehat ini adalah masyarakat miskin, dan dengan hadirnya program Kartu
dikatakan oleh I4 :
hasil peneliti atas dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan pada Program
bisa meningkat ini sesuai dengan visi dan Misi Bupati Kabupaten Lebak
RS Adjidarmo.
2 Sumber Daya
sumber daya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk
dijalankan.
daya waktu. Karena mau tidak mau ketika sumberdaya manusia yang
manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan dengan baik, tetapi
terbentur dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini pun
Karena itu sumberdaya yang diminta dan dimaksudkan oleh Van meter
Program Kartu Lebak Sehat ini Satuan Kerja Perangkat Daerah perlu
program tersebut.
ini masih cukup baik namun perlu di tingkatkan kembali supaya di dalam
Lebak Sehat ini karena selain Dinas Sosial yang mendata penerima
dan melakukan sosialisasi ada juga koordinasi yang dilakukan
dengan Puskesmas-puskesmas dan Rs Adjidarmo dalam menjalan kan
Program tersebut” (Rabu 18 Mei 2016 Pukul 10.00, di Dinas Sosial)
terdapat tiga Bidang yang dipimpin oleh eselon 3 (tiga) dan memiliki
data yang seharusnya diperoleh tidak sesuai dengan jangka waktu yang di
menunjang program Kartu Lebak Sehat ini masih kekurangan SDM, dan
ini.
121
Lebak Sehat di Kabupaten Lebak sudah ada upaya untuk itu, dimana
pernyataan I3:
I3:
Gambar 4.1
Alat Kesehatan test darah di Puskesmas
pun sudah cukup bagus, dimana ketersediaan alat kesehatan dan Dokter
spesialispun sudah selalu siap, jadi bilamana ada pasien di daerah yang tidak
disampaikan oleh I5 :
program Kartu Lebak Sehat dilakukan kordinasi juga dengan perangkat desa
Perangkat daerah yang dalam hal ini Dinas Sosial Kabupaten Lebak dan
kebijkan publik .
(public) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta
tidak sekeras dan tidak setegas pada gambar yang pertama.Selain itu
dilibatkan.
operasional.
Kartu Lebak Sehat Dalam hal ini pihak-pihak yang terlibat yaitu antara
lain Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Lebak dan Pegawai Dinas Kesehatan
Sosial Kabupaten Lebak dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dalam hal
berbagai pihak baik itu dari dinas terkait, berikut pernyataan dari I2 terkait
Kabupaten Lebak:
wawancaranya:
baik.
Program Kartu Lebak Sehat, berikut wawancara yang dilakukan oleh I6:
Implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena
selesaikan.
dinilai cukup baik dalam pemahaman tugas yang harus dilaksanakan, tapi
Lebak Sehat di Kabupaten Lebak ini sudah cukup dipahami oleh para
Sehat di Kabupaten Lebak yang dalam hal ini Pegawai di Dinas Sosial
seharusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil mau tidak mau harus merespon
baik mengenai disiplin ini, karena sebagai Pegawai Negeri Sipil itu
dari Pegawai Negeri Sipil di Dinas Sosial Kabupaten Lebak dan Dinas
mereka sebagai Pegawai Negri Sipil haruslah mentaati aturan yang ada .
sebagai berikut:
fasilitas kendaraan ambulans yang selalu siap, serta alat-alat medis yang
kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Begitu pula sebaliknya. Dari
dengan I 4 :
134
Kabupaten Lebak.
narasumber I4 :
sosialisasi.
6 Lingkungan Eksternal
Program Kartu Lebak Sehat. Karena dengan lingkungan eksternal yang baik,
Kabupaten Lebak maka diharapkan program itu akan berjalan dengan baik
dan mendapat hasil yang optimal akan tetapi bila lingkungan eksternal itu
tidak baik, kondusif serta mendukung akan hadirnya program tersebut maka
jalankan.
Sebagai berikut :
Lebak ini secara gratis. Program Kartu Lebak Sehat ini dijalankan oleh
SKPD terkait yaitu Dinas Sosial Kabupaten Lebak yang dimana bertugas
Kabupaten Lebak.
implementasi kebijakan publik menurut Donald Van Metter dan Carl Van
berikut :
maka hasil peneliti atas dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan pada
dengan baik dan juga dimana data terhadap masyarakat miskin yang
Tabel 4.4
Hasil Obsevasi Atas Dimensi Ukuran Dan Tujuan Kebijakan
dapat meningkat.
kesadaran yang baik yang dimiliki oleh Pegawai Negri Sipil akan berdampak
maka apa yang menjadi target dalam pelaksanaan tugas di harapkan dapat
2. Sumber Daya
dari sumber daya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik akan sulit untuk
diharapkan
di Kabupaten Lebak sudah cukup bagus terlihat dari adanya kesadaran dari
pegawai dan adanya upaya untuk mencapai tujuan dengan hasil yang
optimal.
data yang didapati maka hasil penilaian atas dimensi Sumberdaya adalah
sebagai berikut :
baik, Pegawai negeri Sipil di Dinas Sosial Kabupaten Lebak dan Dinas
dengan Tupoksi, ini tidak terlepas dari peran pimpinan Kepala Dinas Tenaga
Kerja dan Sosial Kabupaten Lebak dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak
yang menjadikan pertemuan rutin rapat per 3 bulan sebagai tempat untuk
Lebak Sehat di Kabupaten Lebak masih kurang, karena masih banyak nya
Kartu Lebak Sehat di Kabupaten Lebak, dana yang ada sekarang digunakan
Tabel 4.5
Hasil Penilaian Atas Dimensi Sumberdaya
daerah yang dalam hal ini Dinas Sosial Kabupaten Lebak dan Dinas
publik .
(public) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta
tidak sekeras dan tidak setegas pada gambaran yang pertama. Selain itu
dilibatkan.
oprasional.
berikut :
tahapan-tahapan guna mencapai tujuan agar bisa optimal, yaitu tahapan dan
yang bertanggung jawab atas sarana dan prasarana kesehatan adalah bagian
Kartu Lebak Sehat dapat dilihat dalam bentuk tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6
Hasil Observasi Atas Dimensi Karakteristik Agen Pelaksana
sebagai berikut :
mendalam, ini bias terjadi karena kurang pedulianya pegawai untuk membaca
dan memahami bagaimana hak dan kewajiban serta peranan pegawai dalam
Kartu Lebak Sehat sudah cukup baik, karena pegawai telah menyadari
sebagai Pegawai Negeri Sipil merupakan tanggung jawab dan harus mentaati
mestinya.
Program Kartu Lebak Sehat di Kabupaten Lebak bisa di bilang belum cukup,
fasilitas kendaraan dinas yang diberikan berdasarkan beban kerja masih dirasa
kurang karena mengingat dengan luas nya wilayah di Kabupaten Lebak , dan
ini juga seringkali menjadi hambatan para pegawai dalam menjalankan tugas
Kabupaten Lebak.
Tabel 4.7
Hasil Observasi Atas Dimensi Sikap (Disposition) Para Pelaksana
berikut :
Kabupaten Lebak
Lebak.
147
Tabel 4.8
Hasil Observasi Atas Dimensi Komunikasi Antar Organiasi Dan
Aktivitas Pelaksana
6. Lingkungan Eksternal
Tabel 4.9
Hasil Observasi Atas Dimensi Lingkungan Eksternal
Dari uraian pembahasan dan tabel 4.9 maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Lingkungan Ekonomi, Sosial maupun politik dari pegwai dan masyarakat
diperlukan sehingga dalam melaksanakan tugas dapat berjalan dengan baik dan
Kabupaten Lebak.
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Kabupaten Lebak belum optimal, hal ini dikarnakan beberapa faktor sebagai berikut
berjalan dengan optimal, karena apabila dilihat dari tujuan Kartu Lebak Sehat belum
terlihat, ini dibuktukan dengan masih banyaknya masyarakat Kabupaten Lebak yang
belum memiliki Kartu Lebak Sehat, dan masih minimnya anggaran untuk
Kedua, Faktor yang mendukung dari Implementasi Kartu Lebak Sehat ini
adalah kordinasi antar instansi terkait dalam hal ini adalah Dinas Sosial dan Dinas
sejauh ini telah berjalan dengan baik, dengan demikian setiap permasalahan dari
berjalannya program ini setidaknya dapat teratasi dengan koorinasi yang baik.
Lebak ini ialah masih kurangnya sosialisasi langusung kepada masyarakat, sehingga
masih didapati masyarakat yang belum terdata penerima Kartu Lebak Sehat.
150
151
5.2 Saran
membantu pihak Dinas Sosial Kabupaten Lebak dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Lebak dalam hal menerapkan kebijakan tentang Implementasi Program Kartu Lebak
terdepan dari baik atau tidaknya Implementasi Program Kartu Lebak Sehat
yang dalam hal ini Dinas Sosial Kabupaten Lebak dan Dinas Kesehatan
Program Kartu Lebak Sehat di Kabupaten Lebak ini bisa berjalan baik
dengan di dukung sarana dan prasarana yang baik juga bagi pegawai
Sehat.
sewaktu-waktu, maka agar data yang di dapat dapat akurat perlu dilakukan
____________. 2006. Politik & Kebijakan Publik. Bandung : AIPI – Puslit KP2W
Lemlit Unpad
Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Web:
2015.frofilkabupatenlebak.http://www.biropemerintahan.bantenprov.go.id/read/pag
e-detail/profil-kabupaten-leb/5/profil-kabupaten-lebak.html______ 14 Agustus
2015
2015.RPJMD.http://bappeda.lebakkab.go.id/web/?page_id=30/____pada 24
Maret 2015
BantenPos.com