Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi
persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
RAMDANI MUSTOFA TOHA
NIM :1112054100052
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas IImu Daku,ah dan llmu Korirunikasi
LJnttrk melnenuhi persyaratan mempet'oleh
Gelar SaUana Sosial (S Sos)
Oleh:
RAMDAI\I KIUSTOF'A TOHA
NIh{ : 1112054100052
Dibawah Birnbingan
Sidang Munaqasyah
Penguji I Pengriii [I
!
;, ftl
r.ft lt
j-] ? '18 \
Pembimbing
ii
SURAT PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Srata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah J akarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karta ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, rnaka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakata.
iii
ABSTRAK
Ramdani Mustofa Toha
1112054100052
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
3. Ahmad Zaky, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah tulus
ikhlas meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dengan sabar membimbing
dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepala Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri Tangerang Selatan, Ibu Hj.
Sumiyati, M.Pd yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian.
5. Ibu Isma Endah, S.Pd selaku kordinator penanggung jawab terapi Skh
Putra Putri Mandiri yang senantiasa membantu penulis dalam pelaksanaan
penelitian, beserta Rika Yunita Hanistantri, selaku Staff kantor.
6. Kedua Orangtuaku tercinta Drs. Mustofa, S.Pd dan Sri Windiarsih serta
kakakku Eko Pradipta, S. Kom dan adikku Rahmat Afifi yang tersayang,
atas doanya kepada Allah SWT, kasih sayang dan pengorbanan materi
yang telah tercurah selama ini.
7. Keluarga besar dari Ibu dan Bapak yang selalu memberikan semangat dan
dukungan, baik moral maupun materill selama ini.
v
8. Sahabat dekat tercinta Septi Deri Aditias, Nikmal Perdana Harahap,
Mahmud Yunus dan Yoga Febri Ramdani yang berjuang besama dalam
suka dan duka, serta saling memotivasi untuk segera menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
10. Teman-teman Kessos angkatan 2012 yang penulis banggakan dan terakhir,
11. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang
telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan skipsi ini.
Ramdani Mustofa
vi
DAFTAR ISI
vii
C. Anak Berkebutuhan Khusus……………………... 41
1. Pengertian anak berkebutuhan khusus…………. 41
2. Jenis anak berkebutuhan khusus dalam program. 42
viii
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A.Evaluasi Input……………………………………… 71
1. Variabel Klien…………………………………… 71
2. Variabel Staff/Terapis…………………………… 76
3. Variabel Program………………………………... 79
B.Evaluasi Proses…………………………………...... 92
1. Tahap Pelaksanaan Terapi Wicara……………........ 97
2. Tahap pelaksanaan Terapi Okupasi……………....... 103
C. Evaluasi Hasil……………………………………... 107
1. Dampak perubahan Klien yang mengikuti Terapi.. 108
2. Keberlanjutan Program…………………………. 110
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………….. 114
B. Saran-saran……………………………………… .. 116
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi……………………………………… 60
Gambar 3.2 Alur Pelayanan………………………………………….. 69
Gambar 4.1 Bagian luar ruangan Terapi ABK………………………. 84
Gambar 4.2 Bagian dalam ruangan Terapi Klasikal ABK………........ 85
Gambar 4.3 Bagian dalam ruangan terapi belakang kanan klien pecah. 86
Gambar 4.4 Wire game/alat peraga untuk melatik motorik…………… 87
Gambar 4.5 Beberapa alat-alat BPOT lainnya dalam terapi…………... 87
Gambar 4.6 Klien RA belajar mengelem dan menempelkan………….. 94
Gambar 4.7 Ibu Isma sedang membaca doa sebelum memulai terapi… 98
Gambar 4.8 Ibu Isma leher Klien untuk Memperbaiki pengucapan…… 100
Gambar 4.9 Terapis Membantu klien melatih mewarnai gambar……… 102
Gambar 4.10 Pak Sona Melakukan pemanasan sebelum memulai terapi. 104
Gambar 4.11 Terapis mengajarkan Rizky memasukan bola kedalam ring. 105
Gambar 4.12 Terapis membantu Rizky dalam permainan Balance……… 106
Gambar 4.13 Terapis membantu Rizky melatih otot tangan dalam climbing. 107
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Informan…………………………………………... 13
Tabel 2.1 Klasifikasi Anak Tunagrahita……………………………. 45
Tabel 2.2 Jumlah Anak kelas Tunagrahita yang mengikuti terapi…. 47
Tabel 2.3 Design Evaluasi Program Terapi ABK………………….. 51
Tabel 3.1 Identitas Sekolah………………………………………… 56
Tabel 3.2 Daftar Guru SKh Putra Putri Mandiri…………………… 57
Tabel 3.3 Data Kelas Rombel SKh Putra Putri Mandiri……………. 58
Tabel 3.4 Data Siswa Terapi SKh Putra Putri Mandiri…………….. 59
Tabel 4.1 Data Klien Tunagrahita ABK…………………………… 73
Tabel 4.2 Demografi Keluarga Klien………………………………. 75
Tabel 4.3 Terapis SKh Putra Putri Mandiri……………………….... 76
Tabel 4.4 Biaya yang dikenakan dalam terapi……………………… 91
Tabel 4.5 Data Klien Anak Tunagrahita……………………………. 93
xi
DAFTAR ISTILAH
xii
Profound Mentally Retarded : Tunagrahita Berat
OT :Occupational Therapy, adalah usaha untuk
menyembuhkan dan memulihkan melalui kegiatan
bermain dan belajar dilingkungannya guna
mengembalikan fungsi motorik
Patologis : Perilaku Menyimpang
PK : Pendidikan Khusus
PK-LK : Pendidikan Khusus Layanan Khusus
PPM : Putra Putri Mandiri
Preventif : Mencegah
Prognasis :Langkah bantuan yang diberikan berupa terapi
untuk mengukur kesulitan/masalah klien
Promotif : Penyuluhan
Purposeful activity : Aktivitas yang bermakna dan bertujuan
Rehabilitatif : Rehabilitas,
Retardasi Mental : Keterbelakangan/Gangguan kejiwaan Mental
SKh : Sekolah Khusus
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan buah hati yang sangat diinginkan oleh semua orang tua,
hak atas hidup dan merdeka serta mendapatkan perlindungan yang baik dari orang
tua, keluarga, masyarakat dan Negara.Kehadiran anak juga mempererat tali cinta
suami istri, tetapi juga sebagai penerus generasi yang sangat diharapkan dalam
sebuah keluarga. Namun tidak semua anak normal pada umumnya, sebab
khusus, membuat mereka memberikan perawatan ekstra agar anak mereka bisa
Menurut Suran dan Rizzo, 1979 dikutip oleh Frieda Mangunsong, Anak
Berkebutuhan Khusus ABK atau Anak Luar Biasa ALB adalah anak yang secara
maksimal, meliputi mereka yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat,
1
sebagai anak khusus/luar biasa, karena memerlukan penanganan yang terlatih dari
tenaga professional.1
Dalam Al-Qura‟n Allah AWT telah berfirman bahwa manusia diciptakan dalam
bentuk sebaik-baiknya yang tertulis dalam surah at-Tiin ayat 4 yang berbunyi :
yang sebaik-baiknya.”
sesungguhnya kesempurnaan manusia bukan hanya pada fisik dan psikisnya saja
khusus memang terlahir dalam kondisi yang sempurna dan baik dari fisik maupun
mental, tetapi Allah SWT tetap memuliakan mereka. Mengingat begitu mulianya
seseorang anak di mata Allah SWT, maka di Indonesia pun anak berkebutuhan
Dalam landasan yuridis taitu UUD 1945 pasal 31 yang berbunyi “Tiap-tiap
1
Frieda, Mangusong. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus jilid kesatu. LPSP3
UI. Depok. 2014.
2
Quraish, M.Shibab , Tafsir Al Mishbah, jilid 5, Jakarta: Lentera Hati, Cet. IX, 2002.
3
Endang, “Undang -undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003,
”https://endang965.wordpress.com/peraturan-diknas/uu-sisdiknas/artikel diakses pada tanggal 19
juli 2016.
2
menjelaskan bahwa pengajaran (pendidikan) berhak didapatkan oleh seluruh
warga negara bagaimanapun kondisi dari setiap warga negara tersebut termasuk
Selain itu juga dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pada bab IV pasal 5 ayat 1 yang berbunyi setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Dan
dalam pasal 5 ayat 2 berbunyi warga negara yang mempunyai kelainan fisik,
khusus. Serta dalam pasal 32 ayat 1 yang berbunyi pendidikan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti
khusus memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan khusus baik formal maupun
seperti halnya anak normal lainnya, sedangkan informal anak yang berkebutuhan
khusus seperti terapi yang dimaksudkan untuk memaksimalkan fungsi dalam diri
anak tersebut.
4
Ibid., Undang -undang republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003.
3
lebih 4,2 juta anak berkebutuhan khusus di Indonesia. Angka itu jika
menggunakan asumsi PBB, bahwa paling sedikit 10 persen anak usia sekolah
Indonesia menurut data BPS 2005 mencapai 42 juta orang. Sementara, Badan
Indonesia sekitar 7-10 persen dari total jumlah anak. Menurut data Sensus
Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2003, di Indonesia terdapat 679.048 anak usia
sekolah berkebutuhan khusus atau 21,42% dari seluruh jumlah anak berkebutuhan
khusus.5
pada anak pada umumnya, baik secara karakteristik dan jenisnya. Keadaan inilah
berkebutuhan khusus. Setiap LSM cara tersendiri dalam melakukan terapi, ada
yang dikenakan biaya dan ada juga yang tidak tergantung kebijakan, tergantung
dari kemampuan orang tua dari anak berkebutuhan khusus dalam kasus ini.
khusus yaitu Sekolah Khusus Putra-putri Mandiri yang berletak di Desa Sasak
Tinggi, Ciputat. Program terapi anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu
wujud pelayanan sosial dari sekolah khusus putra-putri cerdas mandiri. Dalam
5
Rafikmaeilana,”http://kbr.id/rafik_maeilana_/082015/_jangan_malu_punya_anak_berkebutuhan_
khusus_/75113.html diakses pada tanggal 19 juli 2016.
4
program ini Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri ini melakukan terapi kepada
Integrasi, dan Terapi Behavior tergantung dari kebutuhan pada anak. Sekolah
Khusus Putra Putri Mandiri ini lebih banyak menggunakan Terapi Wicara dan
Terapi Okupasi. Terapi Wicara tidak hanya digunakan kepada anak-anak tuna
rungu tetapi juga bisa digunakan untuk anak-anak yang mengalami keterlambatan
program yang disebut “IEP (Individual Education Program)” atau terapi anak
berkebutuhan khusus.
Mandiri telah memasuki tahun kelima pogram ini berjalan, terapi yang dilakukan
dari Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri sendiri sudah membantu anak-anak
pada sekolah khusus putra putri mandiri ini mengajarkan dan melatih kepada
Putri Mandiri sendiri, biasanya lebih banyak anak yang bertipe C (maksud dari
anak bertipe C disini adalah anak yang biasanya daya berpikirnya kurang atau IQ
nya dibawah rata-rata anak normal pada umumnya), lalu ada yang bertipe F (F
bisa dikatakan kategori anak autis), rata-ratanya maka dari itu Sekolah Khusus
Putra Putri Mandiri ini memiliki tujuan untuk melatih anak-anak tersebut agar
5
sampai 6 orang muridnya, hal ini bertujuan agar bisa mengembangkan potensi
bakat mereka dengan takaran pengajaran yang sedikit berbeda dengan anak
sekolah umum pada dasarnya.6 Dalam hal terapi yang ditawarkan kepada anak
berkebutuhan khusus di sekolah khusus putra putri cerdas mandiri, peneliti akan
pendidikannya sesuai tingkatan anak terbagi menjadi 3 hal yaitu, ringan, sedang
dan berat. Tujuannya sendiri dari anak tunagrahita ringan diharapkan mereka
menjadi warga Negara yang baik dan dapat bekerja sebagai bekal hidupnya, anak
sederhana dan anak tunagrahita berat dan sangat berat diharapkan mereka dapat
belajar bersama-sama dalam satu kelas tetapi kedalaman dan keluasan materi,
strategi lainnya seperti kooperatif dan strategi modifikasi tingkah laku. Metode
mengajar hendaknya harus dipilih agar anak belajar dengan melakukan karena
praktek rangsangan yang diperoleh melalui motorik akan cepat dipusat berpikir
6
Hasil Observasi Penelitian selama berlangsung dari bulan Oktober hingga Desember 2016.
7
Euis Nani M,Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Bandung: CV. Catur Karya Mandiri,
2000), h. 85.
6
dan tidak mudah dilupakan. Alat/media yang digunakan dalam pembelajaran anak
tanggapan tentang yang dipelajarinya, tidak mudah rusak, tidak berbahaya, tidak
setelah mempelajari salah satu bagian kecil dalam materi pembelajarannya dan
setelah itu barulah kita pindah materi berikutnya. Alat evaluasi sebaiknya
berbentuk kinerja dan hasilnya pun diolah secara kualitatif, sedangkan penilaian
(bersifat deskriptif). Untuk itu peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam tentang
program tersebut.
pada anak tunagrahita, peneliti akan lakukan adalah mengetahui sejauh mana
anak dampingan dari Sekolah Khusus Putra Putri mandiri. Dari hasil evaluasi
tersebut, akan menjadi referensi untuk Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri dalam
meningkatkan kualitas pogram terapi anak berkebutuhan khusus, oleh karena itu
Berdasarkan latar belakang diatas penulis menyusun kajian skripsi dengan judul
7
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
peneliti membatasi masalah yang akan dibahas yaitu Evalusi Program Terapi
Anak Tunagrahita disekolah Khusus Putra Putri Mandiri, yang dilaksanakan pada
2. Perumusan masalah
1.Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan peneliti dalam penelitian skripsi ini adalah:
8
b. Mengambarkan hasil evalusi program terapi individual education program
2.Manfaat penelitian
a. Segi Akademis
b. Segi praktis
9
2) Dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut dimasa
D. Metodologi Penelitian
data valid, akurat, dan signifikan dengan permasalahan, sehingga dapat digunakan
1. Pendekatan Penelitian.
penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis dari orang-
orang atau pelaku, yang diamati.8 Penelitian ini menggunakan metode penelitian
terapi anak berkebutuhan khusus dalam aspek input, proses dan hasil yang
8
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3.
10
2. Jenis penelitian
tersebut bisa berasal dari wawancara, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan
mengumpulkan data aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada,
dilakukan oleh orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari
a. Tempat penelitian.
khusus putra putri mandiri, di jalan aneka warga No.51 Ciputat, Desa
b. Waktu penelitian.
9
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), cet 12, h.
25.
11
4. Teknik pengumpulan data.
a.Studi literature :
b.Observasi :
c. Wawancara :
dengan salah satu guru pendidikan luar biasa sebagai kebutuhan dalam
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih
Kemudian Untuk memilih sample (dalam hal ini informan adalah kunci)
lebih tepat dilakukan secara sengaja. Teknik pengambilan sampel sumber data
10
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 137.
11
Ibid., h. 145.
12
Ibid., h. 138.
12
dilakukan dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap
paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan memudahkan peneliti dalam menjelajahi objek atau situasi sosial
yang diteliti. Selanjutnya, apabila dalam proses pengumpulan data sudah tidak
lagi ditemukan variasi informasi maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari
Tabel 1.1
Tabel Informan
No Informan Informasi yang ingin diperoleh Jumlah
1 Kepala sekolah Gambaran umum profil sekolah khusus putra putri 1 orang
mandiri?
2 Penanggung jawab Gambaran proses pelaksanaan program terapi sekolah 1 orang
program Terapi khusus putra putri?
3 Terapis Gambaran pelaksanaan terapi yang dilakukan oleh 1 orang
terapis kepada klien di sekolah khusus putra putri
mandiri?
4 Orang tua klien Gambaran tanggapan respon dan manfaat orang 4 orang
tua terhadap program terapi sekolah khusus putra
putri mandiri?
5 Klien Gambaran hasil terhadap klien yang mengikuti 3 orang
program terapi di sekolah khusus putra putri
mandiri?
Jumlah Total 10 orang
13
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 219.
13
6. Sumber data (primer dan sekunder)
a. Data Primer
Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan pada
kepala sekolah, guru-guru dan siswa sekolah khusus putra putri mandiri.
saran dari guru yang melakukan terapi, 3 siswa dipilih berdasarkan bakat
b. Data Sekunder
14
M. Djunaidi Ghony dan fauzan almansyur, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta :PT Pustaka
Bina Presindo. 1995), h. 306.
15
Ibid. Metode Penelitian Kualitatif, h. 307.
14
7. Analisa Data
Menurut Bogdan, analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Ada beberapa cara untuk menganalisa data, yakni sebagai
berikut:
terapi kepada anak berkebutuhan khusus maka data tersebut disusun dan
disajikan dalam bentuk narasi, visual, gambar, matrik, bagan dan lain
sebagainya.
Dalam hal ini penulis mengamati praktik yang dilakukan sekolah khusus putra
1. Bagi anak-anak yang ingin diterapi di sekolah khusus putra putri mandiri,
16
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung, alfabeta, 2010), h. 92.
17
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta, Intermedia, 1989), h.
212.
15
pengarahan yang baik kepada orang tua dalam melakukan terapi nantinya,
tentu dengan surat pengantar dari tenaga ahli, seperti dokter dan psikologi.
terapi yang akan digunakan kepada anak, siapa yang akan memegang
tersebut.
4. Pelaksanaan terapi akan dilakukan selama kurang lebih 3-4 bulan dengan
tidak menutup kemungkinan bahwa ada beberapa orang tua klien juga
18
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiati selaku kepala sekolah khusus putra putri mandiri
pada tanggal 20 Oktober 2016, pukul 13.00 WIB
16
8. Keabsahan Data
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai alat bantu analisis data dilapangan.20Dalam penelitian ini untuk keabsahan
data yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber, teknik dan waktu.
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugiyono,
yang berkaitan.
dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia
19
Ibid., h. 219.
20
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung, Alfabeta, 2010), h. 241.
17
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan data yang sahih
melalui observasi peneliti perlu mengadakan pengamatan tidak hanya satu kali
pengamatan saja. Dalam hal ini trigulansi waktu dilakukan guna untuk
pada pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam
pengecekan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang
berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (center
internet yang menjelaskan teori-teori tentang judul yang penulis ingin bahas, serta
lanjut, penulis kemukakan suatu tinjauan pustaka sebagai langkah awal dari
18
penyusunan skripsi yang peneliti buat agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-
kepustakaan, maka penulis menemukan skirpsi yang hampir sama dengan penulis
buat, tetapi dari berbagai segi berbeda, oleh sebab itu untuk menghindari hal-hal
1. Skripsi mahasiswa uin syarif hidayatullah, fakultas ilmu dakwah dan ilmu
2. Skripsi mahasiswa uin syarif hidayatullah, fakultas ilmu dakwah dan ilmu
sama dengan penulis, hanya berbeda pada titik fokus penelitian jika dalam
judul ini semua sampel dan penyandang pada anak yang diobservasi, maka
19
penulis lebih memfokuskan kepada anak tunagrahita, teknik terapi, sasaran
E. Sistematika Penulisan
khusus dan jenis anak berkebutuhan khusus dalam pogram terapi anak
berkebutuhan khusus.
khusus putra putri mandiri dari sejarah berdirinya sekolah khusus putra
putri mandiri, Visi dan Misi sekolah khusus putra-putri mandiri, Wilayah
20
dan materi program terapi anak berkebutuhan khusus serta kriteria klien
dengan tinjauan teoritis pada bab dua meliputi evaluasi input, evaluasi
evaluasi input, proses dan hasil sesuai dengan perumusan masalah serta
ditemukan.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi
proses dan dalam hal ini putusan nilai mengambil peranan penting
sehingga evaluasi dalam arti luas menyangkut segala proses yang diteliti.22
fungsi sumatif, formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang
utama. Fungsi formatif yaitu evaluasi yang dipakai untuk perbaikan dan
dan sebagainya).
21
Pius A. Partono dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya; Arkola, 1994), h.
163.
22
Suryatna Rafi‟I, Teknik Evaluasi, (Bandung; Angkasa, 1988), Cet, Ke-10, h. 10.
23
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h. 8.
22
Fungsi sumatif yaitu evaluasi yang digunakan untuk
“Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibuat oleh para
24
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program
Pendidikan dan Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h. 4.
25
Fredy S. Nggao, Evaluasi Program, (Jakarta:Nuansa Madani, 2003), h. 15.
23
pembuatnya atau tahap pembuatannya. Model-model ini dianggap model
mengemukakan bahwa ada tiga tipe evaluasi; yaitu evaluasi input (inputs),
evaluasi proses (process), dan evaluasi hasil (outcomes) ini dilakukan atas
a. Evaluasi Input
pelaksanaan suatu program. Tiga unsur utama yang terkait dengan evaluasi
26
Ibid., Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program
Pendidikan dan Penelitian, h. 13
27
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, pengembangan dan Intervensi Komunitas (Jakarta:
FEUI, 2001), h. 128.
24
1) Tujuan dan objektif, 2) Penilaian terhadap kebutuhan komunitas, 3)
2. Sampai tingkat mana para staff memiliki kualifikasi yang sesuai untuk
memberikan layanan?
layanan?
b. Evaluasi Proses
aktivitas program antara klien dengan staff terdepan yang merupakan pusat
28
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan masyarakat dan Intervensi Komunitas
(Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), (Jakarta: LPFEUI), h. 128-129.
29
Nurul Hidayati, S. Ag, M. pd, “Evaluasi Program”, (Fidkom: 2008), h. 60.
25
1. Apa yang akan dilakukan?
c. Evaluasi Hasil
Pertanyaan yang muncul dalam evaluasi ini adalah bila suatu program
program atau terjadi perubahan perilaku dari klien. Pertanyaan kunci yang
2) Apakah tujuan pelayanan pada klien tercapai pada tingkat yang sesuai
30
Ibid., Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan masyarakat dan Intervensi
Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), h. 129.
26
Pada evaluasi hasil ini terbagi menjadi lima bagian:
dengan outcomes.
outcomes.
layanan telah selesai. Dalam hal ini teknik prosedur yang digunakan
31
Ibid., h. 129.
32
Ibid., Nurul Hidayati, evaluasi program, h. 60-64.
27
b. Terlaksananya pendampingan anak dalam melakukan terapi, meliputi
dan terapis.
program itu berjalan dengan baik atau tidak.Jenis evaluasi yang peneliti
mengevaluasi kegiatan:
unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada.
33
Ibid., Isbandi Rukminto, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas”, h. 130-132.
28
2. Indikator keterjangkauan. Indikator ini melihat layanan yang
membutuhkan.
29
d. Menjadi media untuk memahami kemajuan-kemajuan yang telah
dicapai klien.
program.
masuk akal.
34
Ibid., h. 17.
30
melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah
luas.
B. Terapi
1. Pengertian Terapi
pengobatan”.36
diterima secara luas dan menjadi rujukan utama definisi yang dirumuskan
35
Ibid., Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan masyarakat dan Intervensi
Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), h. 127.
36
Ahmad Ramli. Kamus Kedokteran (Jakarta: Djambatan, 1999), cet ke 23 h. 354.
37
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, penerjemah: Kartini Kartono (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006), Ed.1, h. 507.
31
Grossman (1983) yang secara resmi digunakan AAMD (American
70.
32
b. Kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian (perilaku adaptif),
apabila seseorang hanya memiliki salah satu dari ciri-ciri tersebut maka
tunagrahita.
4. Mengubah kebiasaan.
33
7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan hubungan
interpersonal.
3. Jenis Terapi
dan terapi visual, namun dalam penulisan ini peneliti hanya akan
a. Terapi wicara
patologis dan kata wicara yang berarti media komunikasi secara oral
39
Purwandi, Buku Pegangan kuliah Psikoterapi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2003, h 39.
Artikel didapat download http://staff.uny.ac.id/sites/default/file/scan0003_6.pdf
34
seseorang dapat mengekspresikan ide, pikiran dan perasaan. Dengan
(articuration) lainnya.40
40
Mus TW, “Terapi Wicara,”http://mustwkupang.com/2012/01/terapi-wicara.html artikel diakses
tanggal 02 Oktober 2016.
35
DIII Terapi wicara disebut terapis wicara, gelar lulusan pendidikan
sebagai bahan yang harus dikaji dan dianalisa untuk membuat program
klien yang sebenarnya dan data yang didapat dari tenaga ahli sebagai
41
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 547/MENKESSKVI/2008 Tentang
Standar terapis Wicara.
36
pemeriksaan, maka dari itu terapis dan tenaga kerja lain seperti
sama.
penderita.
secara umum terdiri dari: (a) Tujuan dan program (jangka panjang,
untuk membuat42
42
Ikatwi, Kode Etik Terapi Wicara, http://ikatwipusat.tripod.com/kode-etik.html, diakses pada
tanggal 02 Oktober 2016.
37
Untuk menunjang keberhasilan terapi wicara yang dilakukan oleh terapis,
dibutuhkan berbagai alat media yang diperlukan dalam melakukan terapi wicara
menurut Itasari Atitungga “ media yang digunakan dapat berupa permainan sesuai
dengan usia dan kondisi anak, tujuannya untuk melatih kemampuan artikulasi, alat
yang dapat digunakan antara lain: balon tiup, bola pingpong, kertas, tisu, sedotan
dan sebagainya.43
b. Terapi okupasi
43
Itasari Arirtungga, Makalah Didslogia, (Jakarta:AtWYBW, 2007), h. 31
44
E.Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus.(Bandung: Yrama Widya, 2012),
h. 22.
38
kelainan mental, dan fisik dengan jalan memberikan suatu keaktifan
terapi okupasi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, seperti yang
yang melatih gerakan halus dari tangan dan integrasi dari gerakan
Menteri Kesehatan No. 571 tahun 2008 adalah profesi kesehatan yang
45
Sujarwanto, Terapi Okupasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus. (Jakarta: Depdikbud, 2005), h.
12.
39
menggunakan okupasi atau aktivitas terapeutik dengan tujuan
46
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 571/MENKES/SKVI/2008 Tentang
Standar Profesi Okupasi Terapis.
40
c. Terapi yang membuat klien mampu beraktivitas secara
dan tujuan dalam beraktivitas tersebut dan yang terakhir terapi yang
okupasional.
Anak Berkebutuhan Khusus ABK atau Anak Luar Biasa ALB adalah anak
yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari
fungsi kemanusiaannya.
maksimal, meliputi mereka yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat,
41
emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan intelegensi tinggi, dapat
(blind) dan kurang lihat (low vision; anak yang mengalami gangguan
pendengaran (tunarungu) terdiri atas tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of
47
Frieda, Mangusong. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus jilid kesatu. ( LPSP3
UI. Depok. 2014), h. 3.
42
berbahasa (dysphasia); dan mereka yang termasuk kelompok cerdas
48
Euis Nani M,Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Bandung: CV. Catur Karya Mandiri,
2000) h. 11
49
Agustyawati, dkk., Psikologi Pendidikan anak berkebutuhan khusus (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009) Cet 1, hal 136.
43
ketidak mampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa
50
Ibid., h.137
44
Tabel 2.1
Klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan skor IQ
Tingkat Kisaran Kemampuan Usia Kemampuan Usia Kemampuan Masa Dewasa
IQ Prasekolah(sejak Sekolah (6-20 tahun) (21 tahun keatas)
lahir 5 tahun)
Ringan 52-68 1.Bisa membangun 1.Bisa mempelajari 1.Biasanya bisa mencapai
kemampuan sosial pelajaran kelas 6 pada kemampuan kerja &
& komunikasi. akhir usia belasan bersosialisasi yang cukup,
2.Koordinasi otot tahun. tetapi ketika mengalami stress
sedikit terganggu. 2.Bisa dibimbing sosial ataupun ekonomi
3.Seringkali tidak kearah pergaulan memerlukan bantuan
terdiagnosis sosial.
3.Bisa di didik.
45
Golongan anak Tunagrahita
sipit dan miring, lidah dan bibir tebal dan suka menjulur, jari kaki
melebar, kaki dan tangan pendek, kulit kering, tebal, kasar dari keriput
51
Ibid., h. 144.
46
Beragammnya kondisi pada klasifikasi pada anak tunagrahita,
Tabel 2.2
SDLB 14 -
SMPLB 8 3
SMALB 4 -
Jumlah 26 3
pengambilan sampel klien berjumlah 3 anak, sampel 2 anak yang mengikuti kelas
terapi sebelum masuk kelas umum dan 1 anak yang sudah diterima dikelas
klasikal umum pelaksanaan terapi yang dilakukan pada bulan Januari-April, Mei-
dilakukan sebanyak 8 kali. Sehingga total yang dimaksimalkan dalam terapi IEP
47
b. Autisme.
diri sendiri.
52
Ibid., h. 236.
48
1. Pola interaksi sosial:
dalam bermain.
anak.
seusianya.
c. Bila anak bias berbicara sering tidak mengerti arti kata yang
diucapkannya.
49
f. Bila anak ingin sesuatu dia akan menarik tangan orang lain
diinginkan.
disatu sisi ada perilaku yang berlebihan, disisi lain ada perilaku
53
Ibid., Agustyawati, dkk, Psikologi Pendidikan anak berkebutuhan khusus, h. 252.
50
Berdasarkan teori diatas, maka penulis membuat alur kerangka
berpikir dalam penelitian evaluasi program terapi anak berkebutuhan
khusus, sebagai berikut:
Tabel 2.3
Design evaluasi hasil program terapi anak berkebutuhan khusus
c. Variable program:
1. Layanan yang
diberikan
2. Tujuan program
3. Mitra kerjasama
4. Donator
5. Keterjangkauan
lokasi
6. Sarana fasilitas
51
BAB III
PROFIL LEMBAGA
1. Sejarah berdirinya
Sejarah awal SKh PPM atau yang biasa disebut Putra Putri Mandiri
khusus (ABK), dan juga sudah adanya Lembaga sekolah swasta dan klinik
terapi.
52
Dari rasa keprihatinan dan latar belakang yang sama, dan juga
dan berubah nama menjadi Skh Putra Putri mandiri yang telah di
Mahmudah, SH.
selatan. SKh Putra Putri Mandiri Kota Tangerang Selatan ini menempati
area tanah milik sendiri dengan luas tanah 500 m 2 dan luas bangunan 247
sekolah.
53
2. Visi
3. Misi
tanggung jawab.
teknologi.
seluas-luasnya.
4. Kurikulum
54
3. Pengembangan potensi diri anak dengan kegiatan ekstrakulikuler.
5. Tujuan
lingkungan masyarakat.
keterampilan.
55
6. Tabel 3.1
Identitas Sekolah
2 N. I. S./N. P. S. N 69734142
3 N. S. S. -
4 Provinsi BANTEN
5 Otonomi -
6 Kecamatan CIPUTAT
10 Telepon 083892055988
11 Faxilime -
12 Daerah Perkotaan
15 Akreditasi -
19 Tahun Perubahan -
56
25 Jarak ke Pusat Kecamatan 15 Km
7. Tabel 3.2
57
12 Rika Yunita Hanistantri Ast. Guru GTY/Guru tetap yayasan
8. Tabel 3.3
SDLB C 14 2
Autis 17 3
SMPLB C 8 1
Autis 3 1
SMALB C 4 1
Autis 1
Jumlah 47 8
58
9. Tabel 3.4
DATA SISWA TERAPI
Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri54
No Nama Siswa/i Tempat Tgl Bulan Thn L/P Agama Jenis Nama Orang Pekerjaan
Ketunaan tua orangtua
54
Hasil studi dokumentasi profil umum sekolah khusus putra putri mandiri, pada tanggal 18 Oktober 2016
59
10. STRUKTUR ORGANISASI
Kepala Sekolah
Hj. Sumiyati
Penanggung jawab
program
Isma Endah
Kelompok jabatan
fungsional
Hj. Sumiyati
GTY
Hj. Sumiyati
Gambar 3.1 Struktur Hj. Sumiyati
Organisasi Sekolah khusus Putra Putri Mandiri
60
B. JENIS BIMBINGAN DAN KETERAMPILAN
1. Jenis Bimbingan :
d. Pemeliharaan kebersihan
f. Outbond
g. Olahraga
2. Jenis Keterampilan
a. Keterampilan menjahit
c. Keterampilan bengkel
d. Keterampilan kuliner
61
C. SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH
1. RUANG KANTOR
2. RUANG PENDIDIKAN
3. BANGUNAN LAINNYA
b. Gudang
c. Lapangan olahraga
e. Parkir kendaraan
62
D. PELAKSANAAN TERAPI SEKOLAH KHUSUS PUTRA PUTRI
MANDIRI
1. JANGKA WAKTU
2. SASARAN
a. Sasaran Utama :
Adalah anak tunagrahita dan anak autitsme yang merupakan target pencapain
b. Sasaran Penunjang :
3. PERSYARATAN
63
4. Wajib mematuhi tata tertib yang berlaku.
E. MITRA KERJA
Sekolah khusus putra putri mandiri ini masih dalam pembentukan mitra
kelembagaan yang hanya bersifat sementara (tidak permanen) dengan kata lain
hanya saat tertentu saja, Sekolah khusus putra putri mandiri ini akan bekerja sama
dengan lembaga lain, alasan sekolah khusus putra putri mandiri tidak bekerja
sama dengan lembaga lain adalah karena waktu yang dibutuhkan dalam
kurikulum mengajar tidak berjalan dengan baik atau sangat sedikit, setidaknya
disekolah swasta ini butuh waktu lima tahun untuk mendapatkan bantuan atau
kerja sama terutama yang bersifat resmi seperti bantuan dari pemerintah.
yang cukup baik walaupun masih dalam tahap pelaksanaan program yang selalu di
evaluasi setiap bulannya, seperti donatur perorangan yang peduli terhadap anak-
anak tersebut, KKG (kegiatan kerja guru) dengan SKh setangerang selatan-banten
lainnya sebagai kerja sama untuk membentuk wadah tenaga pengajar yang lebih
luas dan untuk saling membantu satu sama lain, Orang tua murid/wali (pada awal
64
Biasanya wali juga sering menjadi mitra disini yang saling terhubung
untuk saling memberikan saran dan kritik dari orang tua kepada pihak sekolah,
sehingga program yang diberikan sekolah khusus putra putri mandiri bisa
diantaranya Ibu Zahra, Ibu Lia, Ibu Uum, Pak Sona dan Ibu Isma sebagai
dalam dalam mengajari anak-anak disini, untuk bersaing tentunya dengan sekolah
1. kelas mandiri :
yang belum mandiri atau belum bisa melakukan sesuatu seorang diri
dengan benar contohnya salah satunya. Cara makan anak yang belum bisa
atau masih manja terhadap orang tua, maka program ini dibuat agar anak
bisa diajarkan dengan agar makan sendiri, biasanya anak akan dibimbing
55
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiati selaku kepala sekolah khusus putra putri mandiri,
pada tanggal 17 Oktober 2016, pukul11.00 WIB
65
tua nya selalu, dalam hal ini Sekolah khusus putra putri mandiri
benda ada berapa jumlahnya, cara makan yang biasanya anak yang
lebih baik lagi dalam melakukan suatu aktivitas sekaligus melatih motorik
2. kelas cerdas :
dalam hal yang disukai nya. Contohnya anak suka menari, menyanyi,
diharapkan bahwa anak-anak yang lain akan terbawa dalam dampak yang
klien yang akan mengikuti kegiatan program terapi anak berkebutuhan khusus
66
a) Usia anak yang diajukan dalam terapi dampingan berusia antara 4-15
tahun.
Berkebutuhan Khusus
kemungkinan lulusan diluar PLB/PK bisa menjadi terapis dengan syarat sudah
67
mengikuti pelatihan anak berkebutuhan khusus yang biasanya diselenggarakan
56
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiati selaku kepala sekolah khusus putra putri mandiri,
pada tanggal 17 Oktober 2016, pukul11.00 WIB.
68
I. ALUR PELAYANAN57
Sosialisasi program
Penerimaan
T. Okupasi
*Registrasi Assesmen
T. Wicara
*Identifikasi
*Keterampilan
Penyaluran Terapis Kuliner
*Bimbingan tambahan
dari keluarga/masyarakat
Kembali kepihak Assesmen
keluarga *Bantuan/pengembangan
diri sekolah dan KKG
Terminasi
Gambar 3.2 Alur pelayanan Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri
57
Hasil studi dokumentasi profil umum sekolah khusus putra putri mandiri, pada tanggal 18
Oktober 2016.
69
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
yang dilakukan Sekolah Khusus putra putri mandiri (PPM) Tangerang selatan.
Dalam bab ini metode analisis evaluasi program menurut Pietrzak, Ramler, Ford
dan Gillbert, mengemukakan ada tiga tipe evaluasi yaitu evaluasi input, evaluasi
proses, evaluasi hasil. Selain itu juga peneliti akan memasukan indikator dalam
sebagai alat ukur untuk menilai dalam pelaksanaan evaluasi program tersebut,
Akan tetapi dalam hal ini peneliti akan memfokuskan penjelasan mengenai
Evaluasi input meliputi 3 variabel yaitu; 1) variable klien terdiri dari aspek
usia, jenis ketunaan, wilayah tinggal, status dampingan, demografi keluarga klien,
2) variable staff terdiri dari pendidikan dan pengalaman yang dimiliki staff dan 3)
variable program terdiri dari layanan yang diberikan, tujuan program, mitra
meliputi jadwal terapi, data klien dan jenis terapinya, materi terapi, tahap
70
kapan program terapi selesai. Evaluasi hasil meliputi perubahan klien yang rutin
A. Evaluasi Input
1. Variabel klien
program terapi anak berkebutuhan khusus, klien yang menjadi fokus peneliti
adalah para anak dampingan yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
oleh Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri pada bab tiga halaman 64.
Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada variable klien program terapi
anak berkebutuhan khusus pada anak dampingan ketunaan tunagrahita. Total anak
berkebutuhan khusus yang terdaftar di Sekolah Khusus Putra Putri mandiri yaitu
berjumlah 26 anak. Namun dari jumlah 26 anak hanya sekitar 6 anak yang
mengikuti kegiatan program terapi anak berkebutuhan khusus. Pada halaman 59,
target yang ingin dicapai oleh Sekolah Khusus Putra Putri mandiri pada periode
keseluruhan anak penyandang tunagrahita, 3 anak klasikal terapi dan 1 anak kelas
terapi, artinya orang tua yang mengikut sertakan anaknya untuk mengikuti terapi
yang harusnya berjumlah 6 orang hanya 4 orang saja yang aktif hadir dan belum
Sebagian anak yang tidak mengikuti program terapi ini dikarenakan anak sudah
mandiri.
71
Pada variable klien program terapi pada anak berkebutuhan khusus,
peneliti akan menjelaskan mengenai latar belakang anak. Pada latar belakang anak
ini peneliti memfokuskan pada anak tunagrahita dalam aspek usia, jenis ketunaan,
wilayah tinggal dan status. Pada aspek jenis ketunaan, maka akan menentukan
jenis terapi yang mana cocok untuk klien yang mengikuti program terapi di
Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri. Pada aspek usia untuk mengikuti terapi ini
adalah usia 4 sampai 15 tahun sesuai dengan yang ditetapkan Sekolah Khusus
Putra Putri Mandiri pada halaman 65. Pada aspek wilayah tinggal tidak menutup
kemungkinan bagi diluar tempat tinggal Desa Sasak Tinggi Ciputat, bisa
Pada aspek status klien, Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri anak dampingan
yang mana akan diutamakan dalam program ini, namun tidak menutup
kemungkinan jika memang ada anak yang merupakan orang tua guru, kakak atau
adik dari dampingan, bahkan non dampingan seperti dari panti asuhan pun
terlibat, dengan memiliki syarat, tempat tinggal, memiliki kebutuhan khusus pada
anak dan berasal dari keluarga yang kurang mampu dalam hal ini dapat dilihat
dari upah pendapatan orang tua calon klien. Serta kondisi demografi keluarga dan
tanggungan.
Pada bulan Oktober 2016 terdapat 4 klien yang terdaftar dalam program
terapi anak berkebutuhan khusus di sekolah khusus putra putri mandiri yang aktif.
Ke 4 klien tersebut memiliki latar belakang usia, wilayah tinggal, status dan jenis
ketunaan yang di diagnosis, berikut akan peneliti jelaskan dalam tabel dibawah:
72
Tabel 4.1
Klien Tunagrahita yang mengikuti program terapi anak berkebutuhan khusus
No. Nama Klien Usia (Tahun) Jenis Ketunaan L/ Agama Status Wilayah
P Dampingan Tinggal
1 Fazila Rajni Imtinan 5 tahun Tunagrahita sedang P Islam Terapi Desa Cipayung
58
Hasil studi dokumentasi profil umum sekolah khusus putra putrid mandiri.
73
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa klien penyandang tunagrahita yang
khusus yang dilaksanakan oleh Sekolah Putra Putri Mandiri. Pada segi jenis
ketunaan dari 4 memiliki ketunaan yang sama hanya berbeda tipe atau ciri-cirinya
secara fisik yakni Tunagrahita ringan 2 anak dan Tunagrahita sedang 2 anak
(Sindroma Down/Mongoloid). Pada aspek usia, keempat klien memiliki usia yang
rata-rata 5 hingga 15 tahun. Pada segi wilayah tinggal, keempat klien tinggal di
wilayah non sekolah, rata-rata berasal dari luar wilayah Desa Sasak Tinggi
Ciputat.
Pada aspek status klien, terdapat 1 status klien terdiri dari 3 klien
merupakan klien baru yang mengikuti program ini dan masih dimasukan kelas
(terapi) dan 3 klien merupakan anak dampingan Sekolah Khusus Putra Putri
Mandiri yang sudah dimasukan kedalam kelas tetap (klasikal). Klien yang baru
keluarga klien yaitu peneliti mencari data mengenai pekerjaan orang tua dari klien
dan jumlah tanggungan dari keluarga anak. Dalam pengumpulan data demografi
keluarga klien, peneliti melakukan wawancara kepada orang tua anak mengenai
74
Tabel 4.2
Demografi Keluarga Klien
Sumber: Hasil studi dokumentasi staff sekolah khusus putra putri mandiri
Dari seluruh aspek berdasarkan data demografi klien, keempat klien ini sudah
memenuhi kriteria penerima layanan program terapi yang ditetapkan oleh Sekolah
Khusus Putra Putri Mandiri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang
disampaikan oleh kepala Sekolah Khusus Putra Putri Mandri mengenai kriteria
penerima program, sebagai berikut:
59
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai kepala sekolah pada rabu, 19 Oktober
2016, pukul 09.00 WIB.
75
keringanan biaya atau pembebasan biaya. Hingga bulan November 2016 jumlah
klien tunagrahita yang mengikuti program terapi anak berkebutuhan khusus
berjumlah 4 anak. Secara target yang ingin dicapai oleh Sekolah khusus putra
putri mandiri adalah 6 anak penyandang tunagrahita, sehingga dalam aspek target
jumlah persetiap angkatan periode tahun 2015-2016 belum terpenuhi oleh Sekolah
Khusus Putra Putra Mandiri.
2. Variabel staff.
Penulis menjelaskan pada variable staff yang sesuai dengan bab 2 pada
halaman 24 mengenai variable staff, yaitu aspek yang akan dievaluasi adalah dari
aspek latar belakang pendidikan staff dan pengalaman staff yang terlibat dalam
kegiatan evaluasi program terapi. Latar belakang pendidikan dan pengalaman
yang dimiliki oleh staff merupakan hal yang penting antara kesesuaian terapis
dalam kemampuan dan pendidikan yang dimiliki dengan program yang sedang
dijalankan.
Tabel 4.3
Terapis Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri
6 Juliatul Azizah Terapis Okupasi Sarjana Sosial Islam Guru Tetap Yayasan
(GTY)
76
Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri dalam pemilihan terapis anak
berkebutuhan khusus mengutamakan bagi lulusan tidak menutup kemungkinan
lulusan diluar PLB/PK bisa menjadi terapis dengan syarat sudah mengikuti
program pelatihan KKG (Kegitan Kerja Guru) yang diselenggarakan oleh dinas
pendidikan setempat, sesuai dengan bab 3 pada halaman 61. Pengetahuan dan
keahlian dalam melakukan terapis akan diperoleh oleh staff yang terlibat dalam
pengaplikasian pada program terapi ini.
Sedangkan pada aspek pengalaman sesuai dengan bab 3 pada halaman 61.
Mengenai pengalaman untuk menjadi terapis. Ibu Isma Endah yang memiliki
pengalaman dalam bidang terapi wicara yang didapatkan dalam perkuliahannya
pada waktu masih kuliah, browsing di internet, melakukan pelatihan ketika
praktik tugas dan seminar yang diikuti oleh terapis. Pernyataan tersebut
disampaikan oleh Ibu Isma mengenai pengalaman mendapatkan terapi wicara,
sebagai berikut:
77
“Diperkuliahan saya (Prodi-Pendidikan luar biasa, Fakultas Ilmu
Pendidikan)mendapatkan mata kuliah terapi anak, nah pengaplikasiannya
saya belajar dari senior dan dosen saya waktu itu. Praktik dengan terjun
kelapangan dan browsing dari internet sebagai bahan diskusi juga dari
dosen.”60
Berbeda dengan terapi okupasi yang dilakukan oleh Ibu Nur Hidayati yang
berluluskan D3 Fisioterapi, pengalaman dan keahlian yang didapatkan dalam
mengikuti KKG (kegiatan kerja guru) sebagai guru tetap yayasan pada tahun 2009
kurang lebih selama 7 tahun, sekarang beliau bekerja menjadi guru inklusi
menangani anak berkebutuhan khusus, selain pengalaman mengenai terapi yang
didapatkan oleh Ibu Nur Hidayati, beliau pun mengikuti KKG yang didalamnya
ada pelatihan, seminar, diskusi antar guru dari sekolah khusus lainnya yang
diadakan oleh dinas pendidikan setempat. Pernyataan tersebut disampaikan oleh
mengenai pengalaman dalam melakukan terapi okupasi, sebagai berikut:
yang dimiliki Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri dalam pelaksanaan program
pada bab tiga halaman 61. Semua staff atau guru tetap yayasan (GTY) bisa ikut
terlibat dalam program terapi dengan mengikuti KKG dan setiap terapis sudah
menjalankan tugas sesuai keahlian yang ingin didalami. Jumlah terapis yang
60
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Isma sebagai terapis wicara, pada rabu, 19 Oktober 2016,
pukul 10.45 WIB.
61
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Nur hidayati sebagai terapis okupasi, pada rabu, 19
Oktober 2016, Pukul 10.30 WIB.
78
berada di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri berjumlah 6 orang. Dua terapis
wicara dan 4 terapis okupasi, tapi tidak menutup kemungkinan banyaknnya anak
yang datang terlambat pada saat terapi ketika diantarkan oleh orang tuanya.
3. Variabel Program
langsung dan memfokuskan pada aspek layanan yang diberikan, tujuan program,
sumber rujukan yang tersedia, donator, keterjangkauan lokasi terapi dan sarana
fasilitas yang disediakan oleh Sekolah Khusus Putra Putri mandiri. Pada aspek
Pada aspek sumber rujukan Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri memberikan
sumber rujukan pada orang tua yang mengikutsertakan anaknya dalam terapi.
Pada aspek donator lebih bersifat universal yang mana dalam pembiayaan
program terapi ini siapapun bisa terlibat. Pada aspek keterjangkauan lokasi terapi,
menjelaskan lokasi terapi mudah dijangkau oleh seluruh klien atau belum baik
dengan kendaraan umum maupun berjalan kaki. Pada aspek sarana fasilitas,
peneliti mencoba mengevaluasi yang mana sarana yang diberikan oleh Sekolah
khusus dan pada aspek pendanaan menjelaskan jumlah biaya yang dikenakan
79
Pada aspek layanan yang diberikan oleh Sekolah Khusus Putra Putri
Mandiri untuk anak berkebutuhan khusus yakni program terapi anak berkebutuhan
khusus dalam program ini mengikuti program yang ada dilembaga menjadi dua
jenis terapi yaitu terapi okupasi dan terapi wicara. Terapi okupasi dilakukan untuk
kekuatan halus pada klien dengan benar sehingga dapat berfungsi kembali dengan
Sedangkan pada terapi wicara dilakukan untuk anak berkebutuhan khusus yang
mempunyai kesulitan bicara, pengucapan kalimat dan bahasa yang kurang jelas
dan salah. Terapi wicara juga dapat digunakan kepada anak-anak yang kurang
mampu dalam berbicara untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain.
Dalam terapi wicara tentu akan membantu kelancaran berbicara dan bahasa klien.
Putra Putri Mandiri adalah untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus yang
membutuhkan terapi, namun untuk orang tua klien yang kurang mampu untuk
membiayai terapi, dalam hal ini Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri membentuk
program dengan tujuan anak berkebutuhan khusus yang memiliki anak dari
keluarga yang kurang mampu untuk mengikuti terapi. Tujuan dari program terapi
anak berkebutuhan khusus disampaikan oleh kepala Sekolah Khusus Putra Putri
80
“Tujuan kami yaitu membantu anak untuk mandiri dan
mengembangkan potensi minat anak. persiapan masuk kelas klasikal
dengan tujuan membantu kekurangan yang ada pada anak dan disini kita
ada dua tipe anak. Bagi anak yang belum masuk sekolah kita maupun
anak yang sudah diterima di sekolah kita. Kalau anak itu memiliki
kekurangan, nah nanti kita tambah dengan terapi, tetapi jika anak itu
berada diluar sekolah kita dan baru ingin masuk. Kita akan lakukan terapi
terlebih dahulu seperti yang sebelumnya untuk mengetahui kekurangan
anak yang diperlukan bagi anak.”62
Dilihat dari tujuan diatas sesuai dengan bab dua pada halaman 27, dimana
layanan yang diberikan oleh Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri sudah tepat
untuk klien anak berkebutuhan khusus dalam mengikuti program terapi. Dari hal
kepada klien, Sekolah Khusus Putra Putri akan melakukan Interview dan
Assesment kepada orang tua klien sebagai ketetapan yang diberikan sekolah.
tingkat penyandang yang diderita klien. Penentuan ini sangat penting sebelum
memulai terapi dengan melibatkan tenaga ahli seperti Dokter dan Psikolog,
62
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai kepala sekolah pada rabu, 19 Oktober
2016, pukul 09.00 WIB.
81
anak? Sehingga kita bisa mudah dalam membantu mengklarifikasi pada
anak dengan rujukan dari dokter atau psikologi itu.”63
Dari penjelasan diatas sesuai dengan tahapan terapi pada bab dua halaman
Anamnesa (Tenaga ahli seperti Dokter atau Psikolog), observasi dan melakukan
tes, jika sudah terlaksana baru klien dapat mengikuti terapi. Kemudian untuk
mitra kerjasama, Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri untuk program terapi anak
halaman 27, mitra kerja dalam program terapi anak berkebutuhan khusus di
mitra kerjasama harus mengeluarkan biaya sendiri bagi orang tua klien yang ingin
melakukan terapi di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri dengan meminta surat
keterangan dari tenaga ahli seperti Dokter atau Psikolog. Hal ini mengakibatkan
63
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai kepala sekolah pada rabu, 19 Oktober
2016, pukul 09.00 WIB.
64
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai kepala sekolah pada rabu, 19 Oktober
2016, pukul 09.16 WIB.
82
kurangnya layanan dari lembaga dengan mudah, nyaman dan murah bagi orang
tua klien yang kurang mampu dalam proses awal tes IQ dengan tenaga ahli medis
diluar Sekolah Putra Putri Mandiri, ditambah donator dalam program terapi anak
berkebutuhan khusus, sehingga cukup menyulitkan bagi orang tua klien yang
Selatan. Dilhat dari lokasi tempat terapi lokasinya cukup mudah dijangkau oleh
sebagian besar klien. Namun lokasinya masuk ke dalam gang masih bisa
Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri yang cukup dalam dan berada paling pinggir
membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk berjalan kaki menuju lokasi. Dinilai
dari indikator keterjangkauan yang sudah ada pada bab dua halaman 27, lokasi
mudah dicapai.
65
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai kepala sekolah pada rabu, 19 Oktober
2016, pukul 09.00 WIB.
83
Pada variable program yang disebutkan tentang sarana fasilitas, menurut
Pietrzak, Ramler, Ford dan Gillbert bab dua pada halaman 24, dijelaskan bahwa
sarana fasilitas program yang memadai harus sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sarana fasilitas yang dibutuhkan tentunya harus sesuai dengan program terapi
wicara dan 8 x 6 meter untuk terapi okupasi, didalam ruangan tersebut terdapat
beberapa rak buku, 1 papan tulis, 7 kursi dan 2 meja, 1 meja besar. 1 box yang
berisikan alat-alat BPOT terapi untuk anak terapi okupasi, namun isinya sedikit
karena banyak puzzle yang rusak dan hilang. wire game 2 buah dan 2 buah flannel
Gambar 4.1
Bagian luar ruangan terapi anak berkebutuhan khusus Terapi
66
Hasil observasi di ruangan terapi anak berkebutuhan khusus pada rabu, 19 oktober 2016.
84
Murid SMALB Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri, peneliti mencoba
mengobservasi selama berada dilembaga, terdapat tiga buah kran air yang biasa
digunakan untuk kegiatan seperti sholat berjama‟ah ketika masuk jam sholat
dzuhur.
yang digunakan sebagai penerangan cahaya dimana kondisi dalam ruangan terapi
yang sangat cukup gelap sehingga horden dalam ruangan yang terpasang harus
dibuka untuk penerangan dalam ruang terapi wicara ketika berlangsungnya terapi
yang dilaksanakan.
Gambar 4.2
Bagian dalam ruangan terapi klasikal anak berkebutuhan khusus
sudah selesai belajar dan didalamnya cukup rapih dengan beberapa benda-benda
penunjang penting, seperti 5 buah kursi dan 5 meja, 1 buah meja dan 1 buah
85
bangku, 1 papan tulis white board, 1 papan daftar nama siswa dan guru, sangat
berbeda dengan kelas terapi yang difokuskan pada one by one, 1 terapis 1 murid
face to face.
Gambar 4.3
Kondisi ruangan terapi kelas terapi kaca dibagian belakang pecah
.
Dinilai dari kondisi Ruangan terapi untuk kelas terapi sangat berbeda jauh
dengan ruangan terapi klasikal, peneliti menemukan keadaan kaca belakang yang
digunakan oleh orang tua untuk melihat kondisi anak mereka ketika sedang
Dalam hal ini, beberapa dikeluhkan oleh orang tua yang ingin mengetahui
sementara agar tidak membahayakan orang yang menunggu klien maupun untuk
terapis sampai sudah diperbaiki dan dibuka kembali. fasilitas yang diberikan
86
Gambar 4.4
Wire game/alat peraga untuk melatih motorik
Gambar 4.5
Beberapa alat-alat BPOT lainnya dalam terapi
87
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti menemukan beberapa
permainan BPOT untuk terapi yang jumlahnya tidak sesuai, bahkan ada beberapa
yang patah dan hilang. Peneliti mencoba menanyakan kepada Ibu Nur Hidayati
sebagai berikut :
sebagai berikut:
fasilitas seperti meja, bangku, papan tulis disetiap ruangan kelas maupun terapi
sudah memenuhi sesuai dengan hasil lapangan pada wawancara. Namun untuk
fasilitas seperti kaca dalam ruangan terapi wicara beberapa retak dan bahkan
67
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Nur hidayati sebagai terapis okupasi, pada rabu, 19
Oktober 2016, Pukul 10.30 WIB.
68
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai kepala sekolah pada rabu, 19 Oktober
2016, pukul 09.00 WIB.
88
pernah diganti karena pecah, namun kembali lagi rusak setelah diberikan oleh
Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri yang disebabkan anak tidak bisa mengontrol
emosinya dan untuk alat-alat BPOT yang rusak dan hilang beberapa didalam
ruangan terapi, serta tercampur keruangan lainnya. Hal ini dikeluhkan terapis
karena sering beberapa anak yang membawa mainan dan orang lain yang
menggunakan ruangan terapi dan dibiarkan tidak terkunci. Bulan Oktober 2015,
Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri telah menambah kelengkapan fasilitas yang
diutamakan terlebih dahulu seperti alat penunjang BPOT untuk terapi motorik
halus seperti 6 Lilin bentuk, 2 Flannel dan 2 puzzle game untuk terapi okupasi.69
Terapi wicara dan okupasi memiliki kebutuhan media terapi yang berbeda
sesuai dengan kebutuhan anak. Untuk terapi wicara dibutuhkan berbagai media
terapi seperti pada bab dua halaman 37. “Menurut Itasari Aritungga media yang
digunakan dapat berupa permainan sesuai dengan usia dan kondisi anak,
tujuannya untuk melatih kemampuan artikulasi, alat yang dapat digunakan antara
lain: balon tiup, bola pingpong, kertas, tisu, sedotan dan sebagainya.”70
apa dideritanya. tetapi dalam hal ini media untuk terapi wicara dalam program
69
Hasil Observasi diruangan terapi anak berkebutuhan khusus pada rabu, 19 Oktober 2016.
70
Itasari Aritungga, makalah Didslogia, (Jakarta: ATWYBW, 2007), h. 31.
89
“Kalau menurut saya sangat kurang. Untuk melakukan terapi
ruangan yang hanya berukuran 4 x 4 meter. Dan kurang tertutupnya
ruangan membuat suara-suara yang cukup berisik, karena kelas sd yang
dekat dengan ruangan terapi. Membuat anak tidak fokus pada kita tak
menarik perhatiannya dan alat-alat menarik perhatian untuk anak pun
banyak rusak dan hilang. Sehingga menyulitkan saya juga.”71
Media terapis yang kurang memadai pada pelaksanaan terapis okupasi
fasiilitas yang ada pada Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri, ditambah
pelaksanaan terapi yang dilakukan bersama dengan anak kelas SMP dan SMA
membuat pelaksanaan terapi tidak fokus yang menyebabkan klien yang sedang
terapi terganggu ketika melihat klien lainnya sedang terapi. Dapat dilihat dari
aspek sarana fasilitas yang ada di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri, peneliti
pada bab dua halaman 27 dan melihat unsur yang seharusnya menjadi peran
penting dalam membantu proses pelaksanaan program terapi itu benar-benar ada.
71
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Isma sebagai terapis wicara, pada rabu, 19 Oktober 2016,
pukul 10.45 WIB.
72
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Nur hidayati sebagai terapis okupasi, pada rabu, 19
Oktober 2016, Pukul 10.30 WIB.
90
Program ini belum memenuhi indikator ketersediaan karena sarana
fasilitas yang seharusnya tersedia, tidak ada dalam program terapi anak
berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri harus
melakukan pengkajian ulang terhadap sarana fasilitas dalam program terapi ini
program ini.
Dalam setiap program, tentu ada biaya yang harus dikeluarkan untuk
berkebutuhan khusus, namun tidak semua program diberikan dana setiap bulannya
Tabel 4.4
Biaya yang dikenakan dalam terapi anak berkebutuhan khusus
No Program terapi IEP Biaya satu pertemuan (1 minggu)
kurang mampu seperti yang disampaikan oleh Kepala Sekolah Khusus Putra Putri
91
“Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa ada beberapa orang tua
lain juga yang sangat kurang ekonominya, dengan menyertakan surat
keterangan tidak mampu (SKTM) dengan melakukan survei kerumah
orang tua klien dan menindak lanjuti akan diberikan keringanan biaya
atau pembebasan biaya.”73
Dinilai pada bab dua pada halaman 27, tentang indikator relevansi yang
mana. Oleh karena itu, pelayanan yang diberikan Sekolah Khusus Putra Putri
Mandiri perlu dilakukannya evaluasi untuk lebih mengutamakan keberpihakan
penerima manfaat untuk lebih selektif dalam menunjang keberhasilan program
IEP ini.
B.Evaluasi Proses
Dalam evaluasi proses sesuai dengan bab dua pada halaman 24 menurut
pietrzak, Ramler, Ford dan Gillbert. Yang memfokuskan pada aktivitas program
antara klien dengan staff sebagai pemberi layanan yang terlibat dalam suatu
program yang sedang berlangsung. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada
Program terapi anak berkebutuhan khusus memiliki dua jenis terapi yang
mengikuti program yang ada di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri, yaitu terapi
okupasi dan terapi wicara. Kedua terapi ini dilakukan secara bersamaan dengan
murid SD yang sudah selesai belajar dalam pelaksanaannya sedangkan untuk yang
73
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai kepala sekolah pada rabu, 19 Oktober
2016, pukul 09.00 WIB.
92
“Pelaksanaan program ini sudah terjadwal sesuai dengan yang diberikan
oleh pihak Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri, yaitu pada hari Senin sampai
terlaksana dengan baik, waktu yang dilakukan terapis kepada klien yaitu 60 menit.
Setiap terapis sudah mengetahui karakteristik klien sesuai jadwal yang diberikan
oleh pihak Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri, sehingga dalam proses
pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Berikut data klien tunagrahita beserta
terapinya:
Tabel 4.5
Data klien anak tunagrahita
Dalam evaluasi proses yang dilaksanakan yang dijelaskan pada bab dua
halaman 25, “menilai apakah layanan yang dibuat dalam program terapi anak
berkebutuhan khusus sudah tercapai dalam proses atau belum.” Tujuan dari
Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri dalam pelaksanaan program terapi anak
74
Hasil observasi penelitian selama berlangsung dari bulan Oktober hingga Desember 2016.
93
minat sesuai kebutuhan mereka. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala
Peneliti ketahui dalam hasil observasi yang melihat anak ketika sedang melakukan
terapi. Berikut dokumentasi yang didapatkan oleh peneliti, klien sedang berlatih
motorik halus.
Gambar 4.6
Klien RA belajar mengelem & menempelkan
75
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai kepala sekolah pada rabu, 19 Oktober
2016, pukul 09.09 WIB.
76
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai kepala sekolah pada rabu, 19 Oktober
2016, pukul 09.18 WIB.
94
Keberhasilan dari tujuan program terapi anak berkebutuhan khusus tidak
hanya pada terapis, namun juga penanggungjawab program Sekolah Khusus Putra
Putri Mandiri. Pada bab dua halaman 25, pernyataan tersebut disampaikan oleh
kapan program akan selesai, hal ini juga berlaku dalam program terapi anak
bekebutuhan khusus yang memeliki batas waktu. Namun Kepala Sekolah Putra
Putri Mandiri tidak dapat memastikan kapan program ini akan selesai.
Hal ini tidak bisa ditentukan disebabkan ketanggapan cepat atau lambat
Klien yang mengikuti terapi di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri. Hal tersebut
tentunya berbeda dengan anak di sekolah umum. Materi terapi juga sudah
disesuaikan oleh dengan standar dari kurikulum nasional. Dalam terapi okupasi
yang dilakukan oleh terapis, materi yang diberikan bertujuan untuk melatih
77
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai kepala sekolah pada rabu, 19 Oktober
2016, pukul 09.08 WIB.
78
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai kepala sekolah pada rabu, 19 Oktober
2016, pukul 09.12 WIB.
95
motorik halus anak dan melatih kemampuan belajarnya. Pernyataan mengenai
materi terapi okupasi disampaikan oleh Ibu Nur Hidayati, sebagai berikut:
okupasi, materi terapi wicara yang dilakukan kepada anak tidak hanya untuk anak
wicara disampaikan oleh Ibu Isma Endah selaku terapis wicara, sebagai berikut:
79
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Nur hidayati sebagai terapis okupasi, pada rabu, 19
Oktober 2016, Pukul 10.30 WIB.
96
yang terpenting bisa berucap kata sederhana dahulu yang saya targetkan
dalam terapi ini.”80
Materi yang disampaikan oleh kedua terapis kepada peneliti dalam
wawancara sudah sesuai dengan pemberian materi ketika proses terapi dilakukan.
Hal ini diketahui peneliti ketika mengamati program terapi dilakukan. Masing-
masing terapi okupasi dan terapi wicara memiliki tahapan pelaksanaan yang
Tahapan pelaksanaan terapi wicara memiliki tahap yang sama pada setiap anak
ini peneliti mengamati tahap pelaksanaan terapi wicara yang dilakukan oleh Ibu
a. Klien FRI
Nama : Fazila Rajni Imtinan
Umur : 5 tahun
Alamat : Desa Cipayung, Tangerang selatan
Ketunaan : Down sindroma/ DS
Ayah : Dwi Kurniawan
Ibu : Diah Wulandari
Anak : ke 2 dari 4 bersaudara
Status : Kelas Terapi
80
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Isma sebagai terapis wicara, pada rabu, 19 Oktober 2016,
pukul 10.45 WIB.
97
Klien F (perempuan) umur 5 tahun, anak ke 2 dari 4 bersaudara pasangan
Bapak Kurniawan dan Ibu Dwi. Klien FR tinggal didaerah desa cipayung,
Sindroma. F mengikuti terapi di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri, status klien
masih masuk kedalam kelas terapi belum masuk kelas klasikal di Sekolah Khusus
Gambar 4.7
Ibu Isma membaca doa belajar Klien sebelum memulai terapi
Rajni Imtinan atau sering dipanggil Fafa. Ibu Isma memulai dengan mendudukan
Fazila disebuah kursi yang setiap sisi sampingnya ada penahan kayu dengan
tujuan agar anak tidak bisa pergi dari tempat duduknya. Kemudian posisi duduk
saling berhadapan one by one bertujuan agar klien fokus pada terapis, dinding
putih yang berada di belakang klien digunakan untuk menahan klien agar tidak
81
Hasil Observasi penelitian selama berlangsung dari bulan Oktober hingga Desember 2016.
98
beberapa alat bantu penarik perhatian agar klien fokus pada terapis yang
Kemudian Ibu Isma mulai memegang leher Fazila dan mengurutnya secara
berikut:
Ibu Isma: “Fazila ini ada gambar, hewannya kecil suka muncul pada malam hari
dan suka makan nyamuk. Tahu tidak namanya? (mengambar cical dalam sebuah
Fazila : (tidak merespon dan asik dengan dirinya sendiri yang melihat kesana
Fazila : “Tiii…”
Fazila : “Hehe…”
Fazila :… “Tiii..”
82
Hasil observasi dokumentasi pelaksanaan klien terapi wicara pada rabu, 19 Oktober 2016.
99
Ibu Isma : Bukan Fazila “Ciii… Ciii…”
“Fazila : Taaa…”
Ibu Isma pun memegang kembali wajah Fazila agar melihat kewajahnya
dengan tujuan meniru ucapan Ibu Isma. Hal ini bertujuan merupakan tahap terapi
wicara untuk melatih motorik otot mulut dengan maksud melatih pengucapan
Gambar 4.8
Ibu Isma memegang leher Klien untuk memperbaiki pengucapan
Fazila : „Ciiih…”
100
Fazila : “Ci”
“Ibu Isma : “Gak dengar ah… ibu mah. Ulangi ya, Ci-Cak” (Bu isma berucap
dengan mendesih)
seperti mata, hidung, telinga dan bibir dengan metode pengajaran yang sama
seperti sebelumnya dengan gerak tubuh lalu ke materi selanjutnya yaitu berhitung,
Fazila : “Saaa…u”
Ibu Isma : “Bukan Fazila, tapi Saa… tuu…” (memegang wajah fazila dan
Fazila : “Saa…u…”
Fazila : “Saaatuu”
Dan seterusnya hingga angka sepuluh yang dilakukan ibu isma selama
terapi okupasi, peneliti mengamati Ibu Isma yang mengajarkan Fazila meniup
101
Ibu Isma : “Fazila pegang ini dengan kedua tangannya ya, lalu tiup, fuuuh….”
didepan Faliza).
Ibu Isma pun memberikan sebuah peluit kedua peluit yang ada dimeja satu
Ibu Isma : “Fazila lihat ibu nak, fuuuh.. (memperagakan gerak mulutnya agar
Gambar 4.9
Terapis membantu klien melatih mewarnai gambar
cara memegang crayon warna yang baik dan benar, karena kemampuan motorik
halus Fazila masih kurang baik, sehingga dilatih dengan kegiatan mewarnai
102
gambar dengan dibantu oleh Ibu Isma dalam penerapannya, lalu memainkan wire
game melatih otot jari tangan untuk membiasakan bergerak agar tidak kaku yang
diakukan satu persatu dalam setiap buahnya. Terapi yang dilakukan oleh terapis
menit untuk menulis laporan tentang anak yang diterapi. Setelah selesai Ibu isma
Ibu Isma : “Ya Allah terima kasih atas pelajaran yang kudapatkan hari ini dan
b. Klien RA
Nama : Rizky Akbar
Umur : 10 tahun
Alamat : Perum Villa Permata Pamulang, Tangerang selatan
Ketunaan : Tunagrahita ringan
Ayah : Muhammad syarif
Ibu : Siti Aisyah
Anak : 3 dari 5 bersaudara
Status : Kelas Klasikal
83
Hasil observasi pada rabu, 19 oktober 2016. Pukul 11.00 WIB.
103
Terapi okupasi yang diterapkan oleh Pak Ahmad Sona terhadap klien
begitu sulit dalam melakukan terapinya, jika klien menolak. Maka Pak Ahmad
akan melakukan terapi behavior dengan tujuan melatih kepatuhan agar Rizky mau
Gambar 4.10
Pak Sona melakukan pemanasan sebelum memulai terapi
ruangan yang digunakan adalah ruangan okupasi dengan ukuran 8 x 6 m2, terdapat
beberapa alat-alat terapi seperti ring basket sederhana yang dibawahnya terdapat
climbing untuk dinaiki, 1 buah sepeda statis dan terdapat beberapa karpet
berada dibelakang terapis bertujuan untuk memfokuskan klien yang sedang terapi,
104
dari arah samping, yang diijinkan oleh terapis dengan beberapa kondisi permainan
tertentu, sehingga menutup titik buta klien untuk melihat Peneliti. Hal itu Peneliti
tidak dilewatkan.
Kemudian hal yang dilakukan adalah membaca doa mirip seperti yang
dilakukan dengan Ibu Isma sebelum mulai melakukan kegiatan terapis yaitu
berdoa terlebih dahulu agar diberikan kesembuhan bagi klien dan bermanfaat bagi
dirinya.
kepala, tangan, jari, dan kaki. Hal yang dilakukan pertama adalah melatih motorik
kasar klien dengan memberikan bola basket kepada Rizky dan memasukan
kedalam ring basket yang pendek. Ternyata Rizky sudah cukup baik dan
Gambar 4.11
Pak Sona mengajarkan Rizky memasukan bola kedalam ring
84
Hasil observasi penelitian selama berlangsung dari bulan Oktober hingga Desember. Kamis, 20
oktober 2016. pukul 11.00 WIB.
105
Kemudian Pak Sona memberikan pengarahan dengan memainkan game
Balance sebuah papan balok plastik berwarna kuning yang disusun oleh Rizky
untuk membentuk jalan lurus kedepan, Pak Sona berada ditengah dan menahan
tangan Rizky yang berjalan diatas jalur balok plastik untuk menjaga
keseimbangan klien. Dalam hal ini Rizky sedikit kesulitan dalam bergerak dan
Gambar 4.12
Terapis membantu Rizky dalam permainan Balance/keseimbangan
tangan dengan melakukan climbing pada tembok yang setiap dindingnya terdapat
pegangan untuk dinaiki. Dalam hal ini Rizky masih kesulitan untuk memegang
106
Gambar 4.13
Terapis membantu Rizky melatih otot tangan dalam game climbing
dengan tujuan mengurangi tegangan otot dan melenturkan sendi-sendi gerak yang
dilakukan sebelumnya lalu membaca doa penutup surat Al-„asr sebagai tanda
C Evaluasi Hasil
Dalam hal ini peneliti mengaitkan evaluasi hasil dengan bab dua pada
yang telah dilakukan. Evaluasi hasil hasil terbagi kedalam 5 bagian, namun dalam
hal ini peneliti akan menggunakan salah satu evaluasi tersebut, yaitu evaluasi
dampak dari perubahan anak yang mengikuti terapi dan keberlanjutan program
85
Hasil observasi pada kamis, 20 oktober 2016. pukul 12.10 WIB.
107
1. Dampak perubahan klien yang mengikuti terapi.
mengikuti terapi tidak terlihat begitu signifikan seperti halnya anak normal
lainnya. Umumnya perubahan yang terjadi pada klien yang mengikuti terapi anak
berkebutuhan khusus membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan tentunya klien
harus melakukan terapi secara rutin selama 3 hingga 4 bulan dengan pertemuan 24
sampai 32 kali.
Dampak perubahan klien yang ingin dicapai Sekolah Khusus Putra Putri
Mandiri, seperti melatih motorik halus dan melatih kelancaran berbicara. Setiap
yang rutin datang dalam mengikuti terapi tentunya memiliki perubahahan yang
cukup cepat. Salah satu klien yang mengikuti terapi wicara bernama Fazila Rajni
terapis dalam melakukan terapi satu sampai dua bulan yang dibutuhkan, “Dari
hasil laporan perkembangan anak yang dibuat oleh terapis terlihat jelas antara
anak yang rutin datang terapi dengan yang jarang datang mengikuti terapi”86 hal
tersebut dibenarkan oleh salah satu orang tua dari klien Fazila, sebagai berikut :
“Perubahannya ya. Kalau saya lihat anak menjadi lebih aktif dan
lebih mau mendengar perintah, dari sebelumnya suka gak mau dan gak
ngerti.”87
86
Hasil studi dokumentasi laporan perkembangan terapi anak berkebutuhan khusus pada jumat, 23
desember 2016.
87
Hasil wawancara dengan Ibu Diah Wulandari orang tua klien Fazila pada senin, 24 oktober
2016, pukul 10.52 WIB.
108
Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan klien Fazila, sebagai berikut:
masih tidak rutin dalam kehadirannya yaitu Ocha Funabella. Ocha Funabella
mengikuti terapi pada Senin dan Kamis, dikarenakan Ibunya menjaga warung
perubahannya sedikit lebih lama dibandingkan klien fazila yang sudah mampu
melakukan kegiatan motorik kasar dan halus, berbeda dengan Ocha Funabella
yang masih perlu dibantu dalam oleh terapis dalam melakukan kegiatan motorik
kasar maupun halus”89 pernyataan tersebut diucapkan oleh klien Ocha Funabella,
sebagai berikut:
“Cuma dikit paling kaya suka menghitung, suka baca. suka main
jepretan sama suka masak ayam (ucapan sederhana masih perlu dibantu
oleh Ibu Isma)”90
Berbeda hal dengan Terapi okupasi yang lebih menunjang kegiatan kemampuan
mengamati perubahan salah satu klien yang mengikuti terapi okupasi salah
terjadi kepada klien cukup terlihat setelah mengikuti program terapi. Pernyataan
tersebut diungkapkan oleh orang tua dari Rizky Akbar, sebagai berikut:
88
Hasil wawancara dengan Fazila Rajni Imtinan sebagai klien, pada senin, 24 oktober 2016,
pukul 11.35 WIB.
89
Hasil studi dokumentasi laporan perkembangan terapi anak berkebutuhan khusus pada jumat,
23 desember 2016.
90
Hasil wawancara dengan Ocha Funabella sebagai klien, pada senin, 24 oktober 2016, pukul
11.25 WIB.
109
“Perubahan dari Rizky, dia sudah mengerti beberapa perintah
mudah yang sudah dapat diikuti sih kalau saya lihat. cuma untuk
menghitung dan membaca tetap kesulitan.”91
Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan klien, sebagai berikut:
berbeda-beda sesuai dengan rutin kehadiran klien yang mengikuti terapi sesuai
dengan jenis ketunaan yang dimiliki setiap klien. Perubahan yang dialami klien
tidak begitu signifikan, mengingat klien yang mengikuti program terapi ini adalah
penanganannya.
b. Keberlanjutan Program
secara berkala yang dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. Evaluasi ini bertujuan
Khusus Putra Putri Mandiri. Setiap terapis yang melakukan terapi, tentunya harus
tersebut akan diberikan kepada Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri yang
kemudian akan dirapatkan dengan staff yang terlibat. Hasil laporan tersebut
nantinya akan menjadi masukan bagi program kegiatan terapi, dimana letak
91
Hasil wawancara dengan Ibu Siti sebagai orang tua klien, pada senin, 24 oktober 2016. pukul
10.30 WIB.
92
Hasil wawancara dengan Rizky Akbar sebagai klien, pada senin, 24 oktober 2016. pukul 10.00
WIB.
110
kekurangan dan kesalahan yang perlu dievaluasi nantinya, hal tersebut
yang datang mengikuti terapi sudah cukup baik, meskipun ada beberapa yang
kurang akan kehadiran anak yang tidak bisa mengikuti terapi, dimana rata-ratanya
selama 1 bulan rata-rata hanya relatif 6-8 setiap pertemuan. Namun kebijakan dari
Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri, bagi klien yang tidak bisa hadir bisa diganti
hari. Hal tersebut disampaikan oleh salah satu terapis, sebagai berikut:
biaya yang dikeluarkan cukup mahal, terutama bagi keluarga yang kurang
mampu. Program terapi anak berkebutuhan khusus yang diberikan oleh Sekolah
Khusus Putra Putri Mandiri sehingga membantu meringankan beban orang tua
93
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Nur Hidayati sebagai terapis okupasi, pada rabu 19
oktober 2016, pukul 10.30 WIB.
94
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Nur Hidayati sebagai terapis okupasi, pada rabu 19
oktober 2016, pukul 10.30 WIB.
111
klien. Namun beberapa orang tua klien tidak memanfaatkan program yang sudah
program terapi. Dalam hal ini, Peneliti mengaitkan dengan indikator pemanfaatan
pada bab dua halaman 27 yaitu melihat seberapa banyak suatu layanan yang sudah
orang tua tidak memanfaatkan program terapi yang disediakan Sekolah Khusus
Putra Putri Mandiri dengan baik seperti mengantarkan anaknya untuk terapi.
halnya dengan program terapi anak berkebutuhan khusus, akan tetapi pihak
Sekolah Putra Putri Mandiri tetap menjalankan program selama 3-4 bulan dalam
95
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai Kepala Sekolah, pada rabu 19 oktober
2016, pukul 09.00 WIB.
112
“Monitoring untuk evalusi pastinya ada, kita lihat nih, apakah
anak yang mengikuti guru selama terapi ada perubahan tidak selama 3-4
bulan, jika tidak ada kita akan berkonsultasi dengan orang tuanya.
Menanyakan apa yang dilakukan dirumah, apa yang dikonsumsinya itu
juga sangat penting untuk kebaikan si anak.”96
96
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati sebagai Kepala Sekolah, pada rabu 19 oktober
2016, pukul 09.20 WIB.
113
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Anak Tunagrahita di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri, Ciputat, maka dapat
lembaga, merupakan bentuk upaya dari Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri yang
bertujuan membantu dan mengurangi beban para orang tua untuk mengantarkan
maupun terapi, yang mana PPM bukanlah lembaga dengan latar belakang orang-
orang yang berkelebihan, tapi memiliki tekad gotong royong dari beberapa
terapi, sehingga diharapkan mampu menghasilkan anak yang bermutu, kreatif dan
bahwa PPM di Ciputat, memiliki sejarah yang cukup panjang dari tahun 2009
hingga 2011 dan mengalami relokasi tempat sebanyak 3 kali. Jumlah klien anak
ketunaan tunagrahita relatif cukup banyak yang berjumlah 26 anak. PPM sangat
selektif ketika menerima klien yang ingin melakukan terapi, seperti sosialisasi
program seperti melengkapi administrasi yang ada. Sumber daya manusia (SDM)
tenaga professional yang berada di PPM dinilai cukup baik dimana para terapis
114
mendapatkan pelatihan khusus dari kegiatan kerja guru (KKG) yang
diselenggarakan setiap 4 bulan sekali. Para staff yang terlibat dalam kegiatan
terapi yang professional dan rapih serta ramah terhadap orang tua klien, namun
terdapat beberapa aspek yang perlu dilakukan perbaikan, yaitu donator, mitra
kerjasama, dan sarana-prasarana yang sangat kurang dan harus ditingkatkan untuk
dimana orang tua klien yang ingin mengikuti terapi harus mengikuti prosedur
yang ditetapkan lembaga, selain itu mitra kerjasama antara profesi dalam
orang tua harus ekstra mengeluarkan biaya lebih banyak untuk meminta surat
rujukan pengantar hasil tes dari dokter/psikologi dengan rujukan konsultasi antara
sekolah dan orang tua. Kemudian sarana dan prasarana seperti ruang kelas terapi
untuk terapi wicara yang berukuran 4 x 4 m2 dan hanya terdapat sekat triplek kayu
serta tak kedap udara sehingga suara berisik sering menganggu konsentrasi anak
kegiatan program terapi sudah sesuai dengan indikator efisiensi dan relevansi,
pelayanan dinilai relevan terhadap kepada klien yang mengikuti terapi di PPM.
pendekatan lembaga kepada orang tua melalui konsultasi membantu anak mereka
dalam proses pemulihan klien. Namun masalah keterlambatan beberapa orang tua
yang mengikut sertakan anak mereka yang harusnya sesuai jadwal pukul 11.00-
12.00 menjadi tidak sesuai pada jadwal sehingga terapis tidak dapat
115
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa PPM memberikan dampak yang lebih
baik, yakni merubah kondisi dan perilaku anak tunagrahita menjadi lebih positif,
mengerti instruksi yang dikatakan orang lain (tunagrahita sedang), bermain dan
B. Saran-saran
1. Sekolah:
baik bagi orang tua klien yang ingin ikut menyertakan anak mereka.
klien, agar orangtua dapat memantau dengan lebih jelas lagi anak
mereka.
116
b. Guna meningkatkan pengetahuan orangtua tentang terapi, ada baiknya
117
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, pengembangan dan Intervensi
Komunitas, Jakarta: FEUI, 2001.
Agustyawati. dkk. Psikologi Pendidikan anak berkebutuhan khusus, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
A Pius. M. Al-Barry, Dahlan dan Partono, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya;
Arkola, 1994.
Arikunto, Suharsimi. Penilaian Program Pendidikan, Yogyakarta: Bina Aksara,
1998.
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi, penerjemah: Kartini Kartono Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2006.
Ghony, M. Djunaidi dan Almansyur Fauzan. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta
:PT Pustaka Bina Presindo. 1995.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta,
Intermedia, 1989.
Hidayati, Nurul. S. Ag, M. pd, Evaluasi Program. Tangerang Selatan, Fidkom:
2008.
Itasari Arirtungga, Itasari, Makalah Didslogia, Jakarta:AtWYBW, 2007.
Kosasih, E. Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Yrama
Widya, 2012.
Mangusong, Frieda. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus jilid
kesatu. LPSP3 UI. Depok. 2014.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000.
Nani M Euis, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: CV. Catur Karya
Mandiri, 2000.
Nggao, Fredy S. Evaluasi Program. Jakarta: Nuansa Madani, 2003.
Rafi‟I, Suryatna. Teknik Evaluasi, Bandung; Angkasa, 1988.
Ramli, Ahmad. Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan, 1999.
Shibab, M Quraish. Tafsir Al Mishbah, jilid 5, Jakarta: Lentera Hati, Cet. IX,
2002.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.
118
Sujarwanto, Terapi Okupasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
Depdikbud, 2005.
Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk
Program Pendidikan dan Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008.
Artikel :
Ikatwi, Kode Etik Terapi Wicara, http://ikatwipusat.tripod.com/kode-etik.html.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 571/MENKES/SKVI/2008
Tentang Standar Profesi Okupasi Terapis.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 547/MENKESSKVI/2008
Tentang Standar terapis Wicara.
Internet :
Endang,“Undang -undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003,
”https://endang965. wordpress. com/peraturan-diknas/uu-sisdiknas.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&q=terapi+anak+tunagrahita&btnG=&o
q=tera.
Mus TW, “Terapi Wicara, ”http://mustwkupang.com/2012/01/terapi-wicara.html.
Purwandi, Buku Pegangan kuliah Psikoterapi, Universitas Negeri Yogyakarta,
2003. Artikel didapat download http ://staff. uny.ac.id /sites/ default/ file/
scan0003_6.pdf.
Rafikmaeilana,”http://kbr.id/rafik_maeilana_/082015/_jangan_malu_punya_anak
_berkebutuhan_khusus_/75113. html.
Dokumentasi :
Hasil observasi dokumentasi pelaksanaan klien terapi wicara, pada rabu 19
Oktober 2016.
Hasil observasi penelitian selama berlangsung dari bulan Oktober hingga
Desember 2016.
Hasil observasi ruangan terapi anak berkebutuhan khusus pada rabu, 19 oktober
2016.
Hasil studi dokumentasi laporan perkembangan terapi anak berkebutuhan khusus
pada jumat, 23 desember 2016.
Hasil studi dokumentasi profil umum sekolah khusus putra putri mandiri pada
tanggal 18 Oktober 2016.
119
Hasil studi dokumentasi staff sekolah khusus putra putri mandiri.
Wawancara :
Hasil wawancara dengan Ibu Diah Wulandari orang tua klien Fazila, pada senin,
24 oktober 2016.
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Aisiah sebagai orang tua klien, pada senin, 24
oktober 2016.
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Isma Endah sebagai terapis wicara, pada
rabu, 19 Oktober 2016.
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Nur hidayati sebagai terapis okupasi, pada
rabu, 19 Oktober 2016.
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sumiyati selaku kepala sekolah khusus putra
putri mandiri pada tanggal 17 Oktober 2016.
Hasil wawancara dengan Fazila Rajni Imtinan sebagai klien, pada senin, 24
oktober 2016.
Hasil wawancara dengan Febynda Putri sebagai klien, pada senin, 24 oktober
2016.
Hasil wawancara dengan Ocha Funabella sebagai klien, pada senin, 24 oktober
2016.
Hasil wawancara dengan Rizky Akbar sebagai klien, pada senin, 24 oktober 2016.
120
Laporan Deskripsi Perkembangan Terapi Anak Tunagrahita
c. Akademik :
- Untuk kehadiran, Ocha sangat kurang dalam mengikuti kegiatan terapi, sehingga
perubahan yang dialami klien cukup lama pada Ananda Ocha.
- Mengikuti kegiatan sekolah : menulis, mengambar sudah cukup baik.
d. Kebersihan :
- Ocha sudah sangat baik dalam menjaga kebersihan dikelas maupun dirinya sendiri
dalam merawat diri.
2. Terapi wicara
- Untuk pengucapan seperti vokal a, i, u, e, o. cukup baik dan bisa meniru ucapan
dari terapis bu isma, akan tetapi untuk sebuah pengucapan kalimat Ocha sangat
kurang begitu baik dalam melakukannya dan kurangnya konsentrasi anak yang
belum maksimal, di karena kan mudah lupa bagi anak tunagrahita. Karena dari
pihak sekolah tidak memiliki alat bantu yang standar dianjurkan internasional
Page | 1
dalam penerapannya, akan tetapi dalam hal ini. Terapis mengekreasikan dengan
alternatif alat lain yang fungsinya sama.
Page | 2
2. Rizky Akbar (ketunaan tunagrahita ringan) Umur 10 tahun.
1. Pengembangan diri
a. Motorik kasar & halus :
- Ananda Rizky sudah sangat baik dalam melakukan motorik kasar dan halus, terus
belajar dan ditingkatkan lebih baik lagi.
c. Akademik :
- Untuk kehadiran : Rizky sudah cukup baik dalam kehadirannya selama mengikuti
terapi, Rizky sakit 3 kali, namun Ananda Rizky mengikutinya dihari yang lain
sesuai kebijakan fleksibel terapi yang ada di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri.
- Mengikuti kegiatan : Ananda Rizky sangat baik dan aktif didalam kelas.
d. Kebersihan :
- Ananda Rizky kurang begitu baik dalam menjaga kebersihan di lingkungan
kelasnya, sering merobek kertas untuk bermain dan mengisengi teman sebayanya,
sedangkan untuk Rizky sendiri yang begitu aktif dalam bermain terutama
dibidang olahraga, debu dan kotoran kurang bisa merawat dirinya sendiri, Perlu
ditingkatkan kembali kebersihan dan pengawasan dari orang tua.
2. Terapi okupasi
- Ananda Rizky, sudah cukup baik dalam mengikuti beberapa kegiatan terapi yang
dilakukan para terapis, namun untuk berpikir dan membaca kalimat yang panjang
dan cepat menjadi kendala bagi Ananda Rizky, karena belum mampu mengikuti,
sehingga latihan-latihan dan belajar dirumah perlu ditingkatkan kembali dari
orang tua.
Page | 3
3. Febynda Putri (ketunaan tunagrahita ringan) Umur 14 tahun.
1. Pengembangan diri
a. Motorik kasar & halus :
- Ananda Febynda sudah sangat cukup dalam melakukan kegiatan motorik kasar
dan halus, latihan dirumah perlu ditingkatkan kembali.
c. Akademik :
- Untuk kehadiran : Ananda Febynda sangat bagus dalam kehadiran hampir full
dalam absensinya,1 atau 2 Febynda pernah tidak hadir dikarenakan sakit
- Mengikuti kegiatan : Febynda cukup baik dalam mengikuti intruksi yang
diberikan oleh para guru-guru dalam mengajarinya.
d. Kebersihan :
- Ananda Febynda sudah cukup baik dalam merawat diri sendiri untuk terlihat rapih
dan bersih, kemudian untuk ketanggapan dalam lingkungan sekitanya Febynda
sangat memahami untuk menjaga kebersihan dikelas salah satunya.
2. Terapi okupasi
- Ananda Febynda, melakukan terapi okupasi yang lebih diinginkan orang tua,
terutama dalam bidang akademiknya, untuk keaktifan Febynda dalam melakukan
kegiatan bisa diikuti, namun ketanggapan dan kepekaan yang bersifat spontan,
seperti menghitung dan membaca kalimat sederhana cukup menyulitkan klien,
sehingga dirumah masih harus sering latihan dengan giat.
Page | 4
Tangerang
(Isma Endah)
Page | 5
TRANSKRIP WAWANCARA
No Pertanyaan Jawaban
A Evaluasi input
1 Apa latar belakang tujuan Sejarah awal SKh PPM atau yang biasa
berdirinya program terapi di disebut Putra Putri Mandiri dulunya adalah
sekolah khusus putra putri sebuah komunitas ibu-ibu yang
mandiri(PPM)? mempunyai anak dengan keterbatasan
fisik, motorik dan juga hambatan dalam
belajar, merasa prihatin dengan kondisi
pelayanan pendidikan anak ABK.
Alasannya karena belum mendapatkan
pendidikan secara klasikal yang sama pada
sekolah pada umumnya dan juga
banyaknya orang tua yang memiliki anak
difabel sehingga kami berinisiatif sepakat
untuk membuat lembaga swadaya swasta
yaitu sekolah PPM ini. biaya juga menjadi
hambatan bagi orang tua juga yang
ekonominya pas-pasan. kalau ada yang
ingin masuk sekolah kita, kita tak
membatasinya, tapi kita tampung terlebih
dahulu untuk dilakukannya terapi, untuk
persiapan tahun depan masuk kelasnya,
tapi tetap jika pun anak itu belum siap
masuk, harus dilakukan terapi dahulu.
Sebelum dia bisa kita terima di sekolah
khusus PPM disini. tapi tidak menutup
kemungkinan bahwa ada beberapa orang
tua lain juga yang sangat kurang
ekonominya, dengan menyertakan surat
keterangan tidak mampu (SKTM) dengan
melakukan survei kerumah orang tua klien
1
dan menindak lanjuti akan diberikan
keringanan biaya atau pembebasan biaya.
2 Apa tujuan dari program terapi Tujuan kami yaitu membantu anak untuk
ini? mandiri dan mengembangkan potensi
minat anak dengan melakukan kegiatan
yang bersifat sederhana dan mampu
dilakukan anak. persiapan masuk kelas
klasikal dengan tujuan membantu
kekurangan yang ada pada anak dan disini
kita ada dua tipe anak. Bagi anak yang
belum masuk sekolah kita maupun anak
yang sudah diterima disekolah kita. Kalau
anak itu memiliki kekurangan, nah nanti
kita tambah dengan terapi, tetapi jika anak
itu berada diluar sekolah kita dan baru
ingin masuk. Kita akan lakukan terapi
terlebih dahulu seperti yang sebelumnya
untuk mengetahui kekurangan anak yang
diperlukan bagi anak.
3 Siapa saja yang menjadi sasaran Yah tujuannya yaitu untuk mencapai
program terapi di sekolah PPM? kemandirian pada anak, seperti bisa
menulis, memegang pensil dan sebagainya
gitu. Kontak mata dan perilaku pada anak
sekolah umumnya. Tujuan kita yang ingin
dicapai. Jadi tidak perlu membutuhkan
bantuan orang lain dan tidak menggangu
kegiatan anak yang lain ketika berada
dalam kelas.
4 Kriteria anak dalam program Tergantung kebutuhan anak, kan kita nanti
terapi seperti apa saja? meminta surat pengantar dari tenaga ahli
seperti dokter atau psikolog jadi anak itu
bisa dilihat kekurangannya. Tujuannya
untuk tes IQ dan mendiagnosis masuk
klasifikasi anak, kebutuhan dampingan apa
yang diperlukannya. Jadi kita tidak asal
menerima terapi, dasarnya apa ingin
melakukan terapi pada anak? Sehingga kita
bisa mudah dalam membantu
mengklarifikasi pada anak dengan rujukan
dari dokter atau psikologi itu.
5 Ada berapa jumlah sasaran anak Untuk sasaran anak sebenarnya umumnya
yang mengikuti kegiatan ada 47 murid yang mengikuti disekolah
program terapi di sekolah PPM? sini. Tapi saya lupa untuk jumlah
penyandang autisme dan tunagrahita ada
berapa saja. Nanti minta ke TU saja pada
2
mbak rika. Kalau jumlah anak yang
mengikuti dampingan terapi ada 7 anak. 4
anak yang baru masuk kelas klasikal dan 3
anak yang lainnya masih tahap kelas terapi
sebelum masuk kelas klasikal. Sebenarnya
banyak yang ingin terapi, karena
keterbatasan tenaga pendidik dari kita dan
juga waktunya, maka kita batasi anak-anak
yang benar-benar membutuhkan terapi
sekali.
6 Siapa saja yang terlibat dalam Untuk yang terlibat sebenarnya banyak
kegiatan program terapi ini? kaya Ibu Uum, Ibu Zahra, Ibu Lia, Ibu
Nur, Pak Sona kemudian Ibu Isma. Untuk
mitra lain dengan tenaga ahli seperti dokter
ataupun psikologi hanya berupa surat
pengantar untuk mendiagnosis kebutuhan
apa yang menjadi masalah pada anak gitu.
7 Apakah ada mitra yang terlibat Tidak ada, seperti yang saya sebutkan
dalam program terapi di PPM? sebelumnya karena kita bukan tim sukses
terapi tumbuh kembang anak, kecuali
kalau tumbuh kembang terapi yang
bermitra dengan rumah sakit atau yang
tenaga ahli lainnya. Paling kita hanya
bekerja sama dengan orang tua setiap
minggunya selama terapi berlangsung
seperti konsultasi konsumsi makanan yang
harus dijauhi pada anak seperti makanan
cepat saji, snack-snack ringan gitu.
8 Berapa biaya yang dikeluarkan Kita untuk biaya 65-100 ribu per jam,
oleh sekolah, bagi orang tua persekali bertemu. Systemnya One on One.
yang ingin diikutkan dalam satu anak satu guru satu ruangan.
program terapi di PPM?
9 Selain guru yang melakukan Kalau staff hanya bersifat membantu guru.
terapis disini, apakah staff juga Asisten guru gitu dan biasanya hanya
ikut serta dalam program terapi? menggantikan guru yang tidak bisa
melakukan terapis, karena sakit atau izin
ada tugas dari sekolah.
11 Apakah ada donator yang Kalau donator kita tidak ada, itu kembali
terlibat dalam program kegiatan ke individu. Pembayaran yang mengikuti
terapi ini? terapi kembali pada orang tua yang
mengikutkan anaknya saja. Per pricenya
berapa ya itulah yang dibayarkan oleh
orang tua murid gitu. Karena kita bukan
sukses terapi tumbuh kembang anak,
kecuali kalau tumbuh kembang terapi yang
bermitra dengan rumah sakit atau yang
tenaga ahli lainnya. Biasanya mereka
terapi biayanya diambilkan atau
dibayarkan oleh perusahaan. Karena kita
bentuknya sekolah yah.
12 Bagaimana sarana dan prasarana Banyak, kita BPOT alat-alat untuk pusat
yang diberikan sekolah khusus perhatian , alat-alat gambar, alat-alat
putra putri mandiri untuk angka, alat-alat huruf untuk anak
program terapi? tunagrahita. Kemudian untuk autism kaya
alat SI, jadi setiap ruangan sudah tersedia
pada ruangan setiap terapi. Tergantung dari
kebutuhan anak, memang ada beberapa
alat yang rusak bahkan hilang entah
kemana. Untuk membeli alat terapi itu
mahal, makanya kami kreasikan mencari
barang-barang yang mirip dengan alat
terapi dan mudah didapatkan, tentu dengan
kualitas yang cukup baik dan tidak mudah
rusak.
B Evaluasi proses
2 Apakah sekolah khsusus PPM Kalau untuk terapi kita ada standarnya, kita
menyediakan materi kegiatan ada kurikulumnya, jadi kita memakai ABA
terapi? (applied behavioral analysis) yang sudah
sesuai prosedur internasional jadi
standarnya memang begitu untuk
autismenya tapi untuk Tunagrahita kita
memang menggunakan dari direktorat
kurikulumnya, tapi untuk terapi yang
dasarnya dalam praktiknya kita
menggunakan ABA jadi ada sesuai
kurikulumnya sendiri.
4
3 Biasanya berapa lama program Kita melakukan terapi selama 3-4 bulan,
kegaiatan terapi ini berlangsung? tergantung dari kondisi anak dan tingkat
kehadirannya, yang akan mempengaruhi
maksimalnya terapi. Kalau anak itu 3
sampai 6 bulan selesai dan sudah mampu
untuk berbicara kita cukupkan, tapi ada
juga yang sampai 1-3 tahun. Jadi kembali
lagi peran orang tua juga sangat diperlukan
dalam hal ini gitu.
4 Pada hari apa saja biasanya Kita dari senin sampai jumat. sesudah
program kegiatan terapi ini pulang sekolah anak-anak pada jam 11 dan
dilakukan? pada saat itu kita mulai melakukan terapi.
C Evaluasi hasil
1 Apakah program kegiatan terapi Akan tetap berlanjut pastinya, tapi
di sekolah khusus PPM akan mungkin kita akan mengubah dari segi
dilanjutkan atau tidak? metode pendekatannya saja yang dilakukan
kepada anak. Tapi materi tetap sama sesuai
dari kurikulum diknas.
2 Apakah ada monitoring yang Monitoring untuk evalusi pastinya ada, kita
dilakukan oleh pihak sekolah lihat nih, apakah anak yang mengikuti guru
terhadap program kegiatan terapi selama terapi ada perubahan tidak selama
di sekolah khusus PPM ? 3-4 bulan, jika tidak ada kita akan
berkonsultasi dengan orang tuanya.
Menanyakan apa yang dilakukan dirumah,
apa yang dikonsumsinya itu juga sangat
penting untuk kebaikan si anak.
5
Transkrip Wawancara dengan Penanggung Jawab Program Terapi di Sekolah
Khusus Putra Putri Mandiri
No Pertanyaan Jawaban
A Evaluasi input
1 Apakah murid-murid yang sudah Masih ada banyak, kira-kira ada sekitar 10
tidak bersekolah di PPM, masih anak yang masih mengikuti terapi disini.
mengikuti program kegiatan Biasanya anak yang belum mandiri, masih
terapi/tidak? suka gak patuh, konsentrasi masih kurang.
Sehingga masih ada yang melakukan terapi
kembali dengan tujuan mengulang dengan
tujuan pembiasaan diri. Kadang kan anak
ada yang sudah tenang dan patuh , kalau
belum bisa ya diterapi lagi. Intinya anak-
anak harus lebih sering diberikan kegiatan
agar tidak mudah lupa.
2 Bagaimana proses dalam Jadi ini kita lihat kebutuhan anak itu apa,
menyeleksi anak, apakah butuh yang kurang dalam melengkapi proses
terapi/tidak? belajar itu apa. Jadi kita assessmen dahulu.
Kita cek perkembangan kognitifnya
bagaimana, motorik halus dan kasarnya
bagaimana, perkembangan sosialnya
bagaimana, kalau masih ada yang miss
dalam perkembangan anak tersebut.
barulah kita masukan kedalam terapi, tapi
jika anaknya tinggal akademisnya saja itu
bisa langsung masuk kelas. Jadi dia sudah
memiliki kepatuhan, kedisplinannya sudah
ada, kosentrasi tidak terganggu itu sudah
bisa masuk kelas.
6
misalnya motoriknya belum bagus itukan
berpengaruh kepada kemampuan
kemandirian anak dan pada saat itu kita
harus kasih terapi okupasi dulu, setelah itu
baru kita jelaskan kepada orang tua ,
kebutuhan anak itu seperti apa dan target
yang ingin kita kejar dari si anak ini apa,
lalu dengan sendirinya orang tua akan
memutuskan, tapi kadang orang tua anak
itu sendiri yang minta. Sebenarnya sangat
diwajibkan bagi orang tua ingin mengikut
sertakan anaknya, tapi ada beberapa orang
tua, bu saya kebentur waktunya jadi tidak
bisa. Kita masih mewajibkan jika si anak
ini belum bisa mandiri sehingga bisa
distrac/ mengganggu yang lain. Tapi jika
orang tua dirasa sudah melihat
perkembangan bagi si anak sudah terlihat
selama 3 bulan. Kami pun menghentikan
terapi kepada anak tersebut karena target
yang dicapai sudah selesai.
B Evaluasi proses
2 Apa tugas dari ibu dalam Tugas saya melakukan monitoring atau
program kegiatan terapi ini? pengawas dan juga mengevaluasi anak-
anak yang melakukan terapi selama
mengikuti kegiatan. Aspek motorik kasar
dan halus, perubahan tingkah laku agar
tidak distrac (mengganggu) anak yang lain
dan melakukan KKG dengan sekolah
khusus lainnya sebagai bentuk partisipasi
sharing dalam berbagi ilmu dan mencari
solusi penyelesaian yang dihadapi anak
dalam mencapai target.
7
Transkrip Wawancara dengan Terapis di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri
No Pertanyaan Jawaban
A Evaluasi input
1 Mengapa Ibu tertarik untuk Karena pada dasarnya anak-anak
menjadi terapis dalam kegiatan berkebutuhan khusus, memiliki peranan
program terapi ini? khusus yang kita fokuskan 20%
akademik dan 80% praktiknya.
Sehingga selain mengajar untuk
kemampuan anak, kita pun bisa melihat
kekurangan apa yang dimiliki anak dan
apa yang ingin kita capai pada anak
yang mengikuti terapi gitu.
3 Menurut Ibu, apakah sarana dan Belum, karena untuk biaya terapi
prasarana yang diberikan oleh menggunakan penunjang alat dari yang
pihak sekolah khusus PPM disarankan ABA itu sangat mahal bisa
sudah memadai dalam puluhan juta, belum banyaknya barang
melaksanakan kegiatan terapi? yang rusak dan hilang sedikit
menyulitkan saya dalam melakukan
terapi, Jadi kami menggunakan media
alternatif dengan alat bantu terapi anak
berkebutuhan khusus dengan fungsi
yang sama, tetapi lebih murah dan
aman. Kalau untuk terapi okupasi
menurut saya sudah cukup. Cuma saja
beberapa alat yang rusak dan hilang itu
yang cukup merepotkan sekali. Tapi
sekarang sudah mau ditambahkan lagi
dari Sekolah misalnya seperti Lilin
bentuk untuk melatih motorik halus
meremas, membulatkan dan sebagainya
8
lalu Flannel papan tempel dan puzzle
game baru yang sebelumnya pada
hilang
5 Apakah ada pelatihan yang Pelatihan khusus kita ada. tetapi harus
diberikan oleh pihak sekolah mengikuti proses KKG dalam
khusus PPM kepada Ibu terkait mengikuti pelatihan keterampilan
program kegiatan terapi ini? sebagai bekal dan syarat yang
disesuaikan dengan standar sekolah
kita. Jadi tidak asal melakukan terapi
saja, tapi di seleksi dulu.
B Evaluasi proses
1 Apa saja materi yang Ibu Kalau untuk materi sendiri sudah
berikan dalam kegiatan terapi ini ditetapkan oleh diknas, tapi untuk
serta alasannya? Mengapa harus praktiknya kita tidak ada batasan atau
mengambil materi tersebut? dibebaskan, sesuai dengan kondisi anak
saja, biasanya kita memakai BPOT alat-
alat untuk pusat perhatian, alat-alat
gambar, alat-alat angka, alat-alat huruf
gitu. Untuk praktiknya saya melakukan
hal yang sederhana seperti mengajarkan
menempelkan puzzle, bermain wire
game dan sebagainya. intinya saya
melihat mood anak lebih dahulu, jika
tidak ada kendala saya akan masuk
kemateri berikutnya, jika anak masih
belum menguasai materi, kita ulang
kembali sampai anak mampu mandiri,
ada salah satu orang tua yang meminta
9
anaknya supaya bisa menulis, maka
saya mengajarkan anak cara memegang
pensil yang baik dan benar dengan
dibantu. Melakukan pengulangan
secara terus menerus agar anak tidak
lupa kembali, nantinya anak akan
terbiasa dengan kegiatan tersebut.
3 Biasanya pada hari apa saja Jadwal kita dari hari senin sampai
kegiatan program terapi ini jumat. saya sendiri pun melakukan
dilakukan? terapi di hari senin, selasa dan kamis
gitu.
C Evaluasi hasil
1 Menurut pendapat Ibu, Awalnya ada beberapa anak yang takut,
bagaimana perubahan anak-anak karena pikir mereka asing kali melihat
yang mengikuti kegiatan terapi kita. Terus suruh salim gak mau,
ini? tersenyum tidak mau. Kita buat mereka
suka dulu dengan bernyanyi dan
bermain permainan yang disukainya.
Nah pada saat itu anak sudah mulai PD
(percaya diri), kemudian perubahannya
kita dilihat dari sebelumnya tidak mau
jadi mau, mulai mengerti intruksi, jadi
ada perubahan yang sedikitpun itu
sangat berarti untuk kita, jadi ada
perubahan atau tidaknya itu dari orang
tua mamahnya. Intinya saya mencari
cara dulu biar anak nyaman sama saya
dulu gitu.
11
Transkrip Wawancara dengan Terapis di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri
No Pertanyaan Jawaban
A Evaluasi input
1 Mengapa Ibu tertarik untuk Saya sih tertarik saja karena anak-anak
menjadi terapis dalam kegiatan berkebutuhan khusus kaya gini, kurang
program terapi ini? mendapatkan respon yang baik pada
masyarakat dan alasan lainnya karena
saya juga punya keponakan seperti ini,
jadi secara tidak langsung cukup
membantu juga ketika saya jadi terapis
3 Menurut Ibu, apakah sarana dan Kalau menurut saya sangat kurang.
prasarana yang diberikan oleh Untuk melakukan terapi ruangan yang
pihak sekolah khusus PPM hanya berukuran 4 x 4 meter. Dan
sudah memadai dalam kurang tertutupnya ruangan membuat
melaksanakan kegiatan terapi? suara-suara yang cukup berisik, karena
kelas sd yang dekat dengan ruangan
terapi. Membuat anak tidak fokus pada
kita tak menarik perhatiannya dan alat-
alat menarik perhatian untuk anak pun
banyak rusak dan hilang. Sehingga
menyulitkan saya juga.
12
5 Apakah ada pelatihan yang Tidak pernah ikut saya, soalnya tidak
diberikan oleh pihak sekolah ada waktunya. Paling ketika KKG saja
khusus PPM kepada Ibu terkait saya baru ikut serta.
program kegiatan terapi ini?
B Evaluasi proses
3 Biasanya pada hari apa saja Saya terapi di hari Senin, Selasa dan
kegiatan program terapi ini Jumat. setelah pulang sekolah sama
dilakukan? seperti guru-guru yang lain.
4 Menurut pendapat Ibu, kendala Kalau dari saya moodnya si anak dulu,
apa saja sih yang dialami selama biasanya anak kalau gak mood. Harus
13
program terapi ini berlangsung? diajak bermain permainan atau
bernyanyi. Biasanya saya memakai
terapi behavior biar anak mau
memperhatikan kita kembali dengan
media mainan seperti puzzle hewan
atau angka.
C Evaluasi hasil
1 Menurut pendapat Ibu, Kembali lagi rutin atau tidaknya orang
bagaimana perubahan anak-anak tua yang mengawasi anaknya. Ada
yang mengikuti kegiatan terapi beberapa yang terlihat karena
ini? mengikuti saran kita karena rajinnya
dan menjauhi makananan cepat saji dan
snack-snack gitu. Ada juga yang
begitu-begitu aja malah lebih buruk.
Saya harap sih kalau bisa lebih baik lagi
kedepannya buat kerjasama orangtua
dengan kita juga. kan waktu terbanyak
menghabiskan waktu dirumah. Jadi
orangtua anak juga sangat penting
dalam hal ini.
14
Transkrip Wawancara dengan Orang Tua Klien di Sekolah Khusus Putra Putri
Mandiri.
No Pertanyaan Jawaban
A Evaluasi input
B Evaluasi proses
1 Apa saja kendala yang Kalau saya sih tidak ada kendala
Bapak/Ibu dalam mengikuti apapun.
kegiatan terapi ini?
C Evaluasi hasil
1 Perubahan apa saja yang Perubahannya ya. Kalau saya lihat anak
Bapak/Ibu rasakan setelah anak menjadi lebih aktif dan lebih mau
Bapak/Ibu mengikuti terapi ini? mendengar perintah, dari sebelumnya
15
suka gak mau dan gak ngerti.
2 Apa saja Bapak/Ibu harapkan Kalau harapan saya biar fazila jadi anak
dengan diadakannya program yang lebih mandiri saja. Saya kasian
terapi ini? kalau dia belum bisa mandiri ketika
dewasa nantinya.
16
Transkrip Wawancara dengan Orang Tua Klien di Sekolah Khusus Putra Putri
Mandiri
Informan : Ibu Siti Aisyah
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nama anak : Rizky Akbar
Hari/Tanggal wawancara : Selasa, 25 Oktober 2016
Waktu Wawancara : 12.00 s.d 12.15 WIB
Situasi informan saat wawancara : Ibu Siti Aisyah sedang menjemput anaknya
selesai terapi.
No Pertanyaan Jawaban
A Evaluasi input
1 Menurut Bapak/Ibu, ketika Saya sangat setuju, soalnya Rizky jadi
mengetahui adanya program banyak aktivitas selain dirumahnya dan
terapi anak berkebutuhan membantu risky biar sembuh.
khusus, bagaimana respon
kalian?
B Evaluasi proses
1 Apa saja kendala yang Kalau menurut saya, karena tidak lihat
Bapak/Ibu dalam mengikuti secara langsung proses terapi risky jadi
kegiatan terapi ini? belum tau apa bagus atau tidak. Kadang
saya jadi orang tua risky suka khawatir.
C Evaluasi hasil
1 Perubahan apa saja yang Perubahan dari risky, dia sudah
Bapak/Ibu rasakan setelah anak mengerti beberapa perintah mudah
Bapak/Ibu mengikuti terapi ini? yang sudah dapat diikuti sih kalau saya
17
lihat. cuma untuk menghitung dan
membaca tetap kesulitan.
2 Apa saja Bapak/Ibu harapkan Harapan saya, agar anak saya lebih
dengan diadakannya program mandiri dan terkendali dari sifat marah-
terapi ini? marahnya, yang kadang suka
menganggu orang disekitarnya.
3 Apa saja manfaat yang Manfaat dari risky yang saya lihat yah.
Bapak/Ibu rasakan dengan Sudah cukup mengendalikan marah,
adanya program terapi ini? tidak suka atau senangnya, kadang
kalau sedang kesal risky suka nendang-
nendang dan lempar-lempar barang
disekitarnya.
18
Transkrip Wawancara dengan Klien di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri.
No Pertanyaan Jawaban
A Evaluasi input
2 Mengapa adik mengikuti Ibu yang ngajak aku kesini, jadi aku
kegiatan terapi disini? ikut disini.
B Evaluasi proses
1 Materi pelajaran apa saja sih Kompter, musik suka vokal dan bass
yang sudah diajari oleh Ibu guru bisa dikit karena diajarin pak ma’ruf.
disini?
C Evaluasi hasil
19
Transkrip Wawancara dengan Klien di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri.
No Pertanyaan Jawaban
A Evaluasi input
1 Bagaimana perasaan adik selama Seneng karena diajar oleh bu isma, tapi
mengikuti kegiatan terapi ini? teman-teman gak soalnya nakal.
B Evaluasi proses
1 Materi pelajaran apa saja sih Ips, matematika, Pkn
yang sudah diajari oleh Ibu guru
disini?
C Evaluasi hasil
1 Perubahan apa yang dirasakan Suka baca buku, gak begitu suka
adik setelah mengikuti terapi berhitung, soalnya susah.
disini?
20
Transkrip Wawancara dengan Klien di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri.
No Pertanyaan Jawaban
A Evaluasi input
1 Bagaimana perasaan adik selama Suka kak, suka sama bu isma, terus gak
mengikuti kegiatan terapi ini? suka sama teman-teman soalnya suka
iseng pukul kak.
B Evaluasi proses
1 Materi pelajaran apa saja sih Pancasila, matematika, Ips (ucapan
yang sudah diajari oleh Ibu guru sederhana masih perlu dibantu oleh Ibu
disini? Isma)
C Evaluasi hasil
1 Perubahan apa yang dirasakan Cuma dikit paling kaya suka
adik setelah mengikuti terapi menghitung, suka baca. suka main
disini? jepretan sama suka masak ayam
(ucapan sederhana masih perlu dibantu
oleh Ibu Isma)
21
Transkrip Wawancara dengan Klien di Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri.
No Pertanyaan Jawaban
A Evaluasi input
1 Bagaimana perasaan adik selama Suka saja kak, suka sama bu ismanya
mengikuti kegiatan terapi ini?
B Evaluasi proses
1 Materi pelajaran apa saja sih gambar dan mengenal warna (ucapan
yang sudah diajari oleh Ibu guru sederhana masih perlu dibantu oleh Ibu
disini? Isma)
C Evaluasi hasil
1 Perubahan apa yang dirasakan Suka gambar dan mewarnai, soalnya
adik setelah mengikuti terapi suka (ucapan sederhana masih perlu
disini? dibantu oleh Ibu Isma)
22
PEDOMAN OBSERVASI
Evaluasi Proses
1 Tahap pelaksanaan Rabu, 19 Peneliti mengamati pelaksanaan
terapi wicara pada oktober 2016. terapi wicara kepada klien anak
klien Faliza. Fazila Rajni Imtinan atau sering
dipanggil Fazila. Ibu Isma memulai
Ketunaan : dengan mendudukan fazila disebuah
Tunagrahita sedang kursi yang setiap sisi sampingnya
(Down sindroma) penahan kayu dengan tujuan agar
anak tidak bisa pergi dari tempat
duduknya. Kemudian Ibu isma
mengangkat kedua tangan fazila
sebelum memulai terapi membaca
doa belajar, sebagai berikut :
Ibu Isma : Ya Allah tambahkan ilmu
kepadaku amiin. Kemudian ibu isma
mulai memegang leher fazila dan
mengurutnya secara berulang-ulang
selama 2 menit dan mulai
melanjukan dengan berkata sebagai
berikut:
Ibu Isma: “Fazila ini ada gambar,
hewannya kecil suka muncul pada
malam hari dan suka makan nyamuk.
Tahu tidak namanya? (mengambar
cical dalam sebuah buku tulis
fazila)”
Fazila : (tidak merespon dan asik
dengan dirinya sendiri yang melihat
kesana kemari ketika terapi).
Ibu isma : Fazila sayang lihat ibu
“Cii…”
Fazila : “Tiii…”
Ibu Isma : Bukan Fazila “ Ciii…”
Fazila : “Hehe…”
Ibu Isma : Kok Ketawa, Ih… ayo
“Ciii…”
Fazila :… “Tiii..”
Ibu Isma : Bukan Fazila “Ciii…
Ciii…”
Fazila : Cii.. (ucapnya pelan).
Ibu isma : “Cak..”
“Fazila : Taaa…”
Ibu isma : “Bukan fazila, tapi cii…
cak, ayo Ciii..”
2
Fazila “Ciicaaat….hehe” (tertawa
sendiri).
Ibu Isma : Bukan Fazila, tapi c-i-c-
a-k, Cicak”
Fazila : Ciicak” (ucapnya dengan
nada pelan).
Ibu isma pun memegang wajah fazila
agar melihat kewajahnya dengan
tujuan meniru ucapan Ibu isma. Hal
ini bertujuan merupakan tahap terapi
wicara untuk melatih motorik otot
mulut dengan maksud melatih
pengucapan yang dikatakan oleh Ibu
isma.
Ibu isma : “Fazila … lihat ibu
sayang, Cii…” (seperti mendesih)
Fazila : ‘Ciiih…”
Ibu isma : “Bukan fazila, Ci”
Fazila : “Ci”
Ibu isma : “Cak, Cicak”
Fazila : cicak, hehehe (ucap fazila
pelan yang dibarengi tertawa).
“Ibu isma : “Gak dengar ah… ibu
mah. Ulangi ya, Ci-Cak” (Bu isma
berucap dengan mendesih)
Fazila : “Cicak” (dengan nada yang
cukup jelas).
Setelah mengajarkan kata “Cicak”
kemudian dilanjutkan dengan kata
lain seperti mata, hidung , telinga
dan bibir dengan metode pengajaran
yang sama seperti sebelumnya
dengan gerak tubuh lalu kemateri
selanjutnya yaitu berhitung, seperti
sebagai berikut:
Ibu isma : “Sa-tu”
Fazila : “Saaa…u”
Ibu isma : “Bukan Fazila, tapi Saa…
tuu…” (memegang wajah fazila dan
memperagakan ucapan mulut bu
isma).
Fazil : “Saa…u…”
Ibu isma : “Saaa… Saaa…
Saaa…tu”
Fazila : “Saaatuuu”
Dan seterusnya hingga angka
sepuluh yang dilakukan ibu isma
selama melakukan terapi berulang-
3
ulang dalam melatih fazila. Faliza
juga melakukan terapi okupasi,
peneliti mengamati Ibu Isma yang
mengajarkan Faliza meniup balon,
seperti berikut ini:
Ibu isma : “faliza pegang ini dengan
kedua tangannya ya, lalu tiup,
fuuuh….” (belajar meniup dan
memperagakannya dengan
memanyungkan bibir Ibu isma
didepan faliza).
Faliza : furrt (masih belum lancar
dalam meniup)
Ibu isma pun memberikan sebuah
peluit kedua peluit yang ada dimeja
satu dipegang Ibu isma dan satu lagi
dipegang Fafa.
Ibu isma : “Faliza lihat ibu
nak,fuuuh.. (memperagakan gerak
mulutnya agar faliza mau
mengikuti).
Faliza : “fuuth…” (sudah bisa
meniup walaupun suaranya terputus-
putus).
Kemudian hal yang dilakukan ibu
isma adalah mengajarkan cara
memegang crayon warna yang baik
dan benar, karena kemampuan
motorik halus faliza masih kurang
baik, sehingga dilatih dengan
kegiatan mewarnai gambar dengan
dibantu oleh Ibu isma dalam
penerapannya, lalu memainkan wire
game melatih otot jari tangan untuk
membiasakan bergerak agar tidak
kaku yang diakukan satu persatu
dalam setiap buahnya. Terapi yang
dilakukan oleh terapis berlangsung
selama 60 menit, 45 menit untuk
pengajaran materi terapi dan 15
menit untuk menulis laporan tentang
anak yang diterapi. Setelah selesai
Ibu isma merentangkan tangan fazila
untuk berdoa, karena terapi sudah
selesai.
Ibu isma : “Ya allah terima kasih atas
pelajaran yang kudapatkan hari ini
dan sembuhkanlah aku. Amiin”
4
2 Tahap pelaksanaan Kamis, 20 Terapi okupasi yang diterapkan oleh
terapi okupasi pada Oktober 2016 Pak ahmad terhadap klien Risky
klien Rizky Akbar penyandang tunagrahita lebih
memilih melakukan pengulangan
Ketunaan materi yang diajarkan dikelas
Tunagrahita sebelumnya, alasannya tunagrahita
(ringan) ringan tidak begitu sulit dalam
melakukan terapinya, jika klien
menolak. Maka Pak ahmad akan
melakukan terapi behavior dengan
tujuan melatih kepatuhan agar Risky
mau mengikuti intruksi dari terapis.
Hal yang dilakukan adalah membaca
doa. sama yang dilakukan dengan
Ibu isma sebelum melakukan
kegiatan terapis yaitu berdoa terlebih
dahulu agar diberikan kesembuhan
bagi klien dan bermanfaat bagi
dirinya. Pengamatan yang peneliti
lihat tentang Rizky dalam melakukan
terapi okupasi adalah mengerakkan
tubuh risky untuk merelaksasikan
gerak otot kepala, tangan, jari, dan
kaki. Hal yang dilakukan pertama
adalah melatih motorik kasar klien
dengan memberikan bola basket
kepada Rizky dan memasukan
kedalam ring basket yang pendek.
Ternyata Rizky sudah cukup baik
dan memasukan bola kedalam
gawang ring basket. Kemudian Pak
sona memberikan pengarahan
dengan memainkan game Balance
sebuah papan balok plastik berwarna
kuning yang disusun oleh Rizky
untuk membentuk jalan lurus
kedepan, Pak sona berada ditengah
dan menahan tangan risky yang
berjalan diatas jalur balok plastik
untuk menjaga keseimbangan klien.
Dalam hal ini Rizky sedikit kesulitan
dalam bergerak dan menjaga
keseimbangan ketika berjalan. Pak
sona kemudian melakukan terapi
berikutnya melatih otot genggaman
tangan dengan melakukan climbing
pada tembok yang setiap dindingnya
terdapat pegangan untuk dinaiki.
5
Dalam hal ini Rizky masih kesulitan
untuk memegang pijakan climbing
sehingga tidak bisa lama dalam
memanjat. Setelah selesai Pak sona
melakukan pemanasan kembali
kepada Rizky dengan tujuan
mengurangi tegangan otot dan
melenturkan sendi-sendi gerak yang
dilakukan sebelumnya lalu membaca
doa penutup surat Al-‘asr sebagai
tanda selesainya terapi yang
dilakukan oleh Pak sona kepada
Rizky.
9
TRANSKRIP STUDI DOKUMENTASI
11
2 Nama klien, jenis Terlampir - Nama klien dan jenis
ketunaan dan jenis ketunaan yang diderita
terapi yang diikuti mewakili dalam profil
lembaga, akan tetapi
untuk fokus jenis terapi
yang terdapat pada
sekolah khusus putra
putri mandiri.
Dalam hal ini
penanggung jawab
program Ibu Isma
endah hanya
mengizinkan peneliti
untuk menyalin dalam
catatan observasi yang
dilakukan oleh terapis.
Klien yang mengikuti
terapi okupasi pada
anak tunagrahita lebih
banyak dibandingkan
yang mengikuti terapi
wicara.
Evaluasi Hasil
1 Laporan hasil Terlampir - Laporan hasil
perkembangan pekembangan klien
klien ketunaan C
(tunagrahita) yang
mengikuti terapi hanya
3 orang. Dari hasil
laporan perkembangan
anak yang dibuat oleh
terapis terlihat jelas
antara anak yang rutin
datang terapi dengan
yang jarang datang
mengikuti terapi.
12