Anda di halaman 1dari 8

A.

Analisis Situasi
1. Sejarah singkat SMAN 12 Surabaya
SMA Negeri 12 Surabaya merupakan salah satu Sekolah
Menengah Atas yang ada di, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Sama
dengan SMA pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di
sekolah ini ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari
Kelas X sampai Kelas XII.
Gedung SMANDALAS saat ini mulai dipakai tempat belajar
oleh siswa SMA Negeri 12 Surabaya sejak 9 Desember 1983 sesuai
SK. Menteri/No. 377/104.1.1/E5.83/SK. Sebenarnya SMA Negeri 12
Surabaya (SMANDALLAS) sudah berdiri sejak tahun 1982. Saat itu
gedung sekolah yang digunakan adalah SDN Pakal 1 No. 119, Benowo,
selama satu tahun kegiatan pembelajaran dilakukan disana sambil
menunggu proses pembangunan gedung SMANDALAS yang
ditempati sekarang selesai. Waktu itu guru-guru SMA Negeri 12 adalah
filialnya SMA Negeri 8 Surabaya, akan tetapi sekarang ini prestasi kita
tidak mau kalah dengan sekolah lainnya malah boleh dibilang dalam
hal yang lain bisa unjuk gigi. Walau begitu sekolah kita ini tetap
berjuang dan berjuang tuk maju dan berkembang sesuai tuntutan
zaman. Karena pada dasarnya, SMAN 12 Surabaya menjunjung tinggi
motto “SEMANGGI” yang berarti Semangat Tinggi.
SMAN 12 Surabaya merupakan sebuah instansi pendidikan
yang secara struktural berada dalam wilayah koordinasi Dinas
Pendidikan Nasional Kota Surabaya. Secara geografis, SMAN 12
Surabaya berlokasi Jl. Sememi Kidul No.1, Senemi, Kecamatan
Benowo, Surabaya, Jawa Timur, 60198 dengan Telp. 031-7406368.
SMAN 12 Surabaya terletak di Surabaya Barat.
Tak disangka, bahwa SMAN 12 Surabaya pernah mengukir
prestasi dibidang lingkungan. SMAN 12 Surabaya memanfaatkan
halaman sekolah seluas 15 x 8 m untuk membudidayakan tanaman
semanggi. Dimana semanggi ini biasanya diolah menjadi makanan
khas dari Surabaya. Dengan begitu, dengan inovasi SMAN 12 surabaya
dalam membudidayakan tanaman semanggi, mampu meperoleh
penghargaan Adiwiyata Tingkat Nasional pada tahun 2015.

2. Visi dan Misi SMAN 12 Surabaya


A. Visi :
Berakhlak Mulia, Kompetitif, Berprestasi, dan Berwawasan
Lingkungan
B. Misi :
1. Menginegrasikan Pendidikan Berkarakter dalam Setiap Kegiatan
Pembelajaran
2. Mengembangkan Budaya Religius dalam Perilaku Sehari – hari
3. Mengembangkan Sumber Daya Secara Optimal dalam Rangka
Mempersiapkan Lulusan di era Global
4. Mewujudkan Sekolah yang Peduli dan Berbudaya Lingkungan

3. Program Sekolah SMAN 12 Surabaya


1. Mengedepankan pembinaan karakter siswa melalui pembelajaran yang
integratif.
2. Memiliki kecakapan berpikir ilmiah.
3. Memiliki keterampilan berwirausaha melalui pendidikan muatan lokal.
4. Meningkatkan prestasi akademik siswa, baik prestasi dalam Ujian
Nasional maupun olimpiade sains.
5. Tercetaknya lulusan yang dapat diterima di Perguruan Tinggi Negeri.
6. Meningkatkan prestasi nonakademik siswa, baik di bidang seni
maupun olahraga.
7. Meningkatkan kemampuan berbahasa Asing, terutama bahasa Inggris.
8. Meningkatkan kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan hidup.
9. Menyelenggaran pendidikan lingkungan hidup.
10. Meningkatkan kemampuan guru dan siswa di bidang IT.
11. Meningkatkan pengembangan diri siswa melalui kegiatan
ekstrakurikuler.
12. Meningkatkan layanan edukasi siswa dengan pengadaan sarana
prasarana sekolah secara optimal.
13. Melaksanakan layanan konselor sebaya.
14. Meningkatkan layanan bimbingan koseling kepada siswa dan
walisiswa.
15. Membina hubungan kemitraan yang baik dengan lembaga lain.

4. Fasilitas dan Sarana Prasarana


Seperti halnya sekolah negeri lainnya, SMAN 12 Surabaya
memiliki gedung sekolah yang dilengkapi dengan beberapa fasilitas utama
dan pendukung. Dimana fasilitas yanga ada pada SMAN 12 Surabaya
tergolong baik dan layak sebagai tempat sarana belajar siswa.

a. Ruang Kelas
SMAN 12 Surabaya memiliki 31 ruangan kelas sebagai
tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, dengan perincian
masing-masing kelas sebagai berikut :
1. 7 ruangan untuk kelas X MIPA
2. 4 ruangan untuk kelas X IPS
3. 7 ruangan untuk kelas XI MIPA
4. 3 ruangan untuk kelas XI IPS
5. 8 ruangan untuk kelas XII MIPA
6. 2 ruangan untuk kelas XII IPS
b. Ruang Perpustakaan
c. Ruang Kepala Sekolah
d. Ruang Guru
e. Ruang Tata Usaha
f. Ruang UKS
g. Tempat Ibadah (Masjid)
h. Laboratorium Biologi
i. Laboratorium Kimia
j. Laboratorium Fisika
k. Laboratorium Bahasa
l. Laboratorium Komputer
m. Ruang sekretariat OSIS
n. Kantin Sekolah
o. Lapangan Sekolah
p. Kamar mandi / WC
q. Tempat parkir

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMAN 12


Surabaya dapat ditarik kesimpulan bahwa sarana maupun prasarana
yang menunjang kegiatan belajar mengajar telah tersedia cukup
lengkap.

5. Tenaga Pengajar & Staff SMAN 12 Surabaya

Total Tenaga pengajar di SMAN 12 Surabaya yaitu 56 orang


dan tambahan staff 10 orang.
BAB II
PELAKSANAAN PLP I

A. Karakteristik Peserta Didik


Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Sedangkan menurut, Sudarwan Danim (2010 :1)
“Peserta didik merupakan sumber utama dan terpenting dalam proses
pendidikan formal”.
Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang
diperoleh lingkungan. Agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang
optimal guru perlu memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik
bawaan merupakan karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis Untuk
mengetahui siapa peserta didik perlu dipahami bahwa sebagai manusia
yang sedang berkembnag menuju kearah ke dewasaan memiliki beberapa
karakteristik. 
Pada dasarnya pondasi karakter peserta didik dimulai dari jenjang
pendidikan SD. Karena masa SMA yang memiliki rentan usia 15-18 tahun
bisa dikatakan merupakan masa peralihan seseorang dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa atau lebih sering kita kena ; dengan istilah
masa remaja. Masa Remaja merupakan suatu tahap transisi menuju ke
status yang lebih tinggi yaitu status sebagai orang dewasa. Berdasarkan
teori perkembangan, masa remaja adalah masa saat terjadinya perubahan
perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek
kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Dengan begitu,
karakteristik peserta didik mampu dirubah dengan melatih kedewasaan
dan cara berpikir.
Dalam bukunya Psikologi Perkembangan (2011 : 26), deHurlock
menjelaskan bahwa istilah remaja atau adolescence berasal dari kata lain
adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah
adolescence, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan
mental, intelektual, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini
diungkapkan oleh piaget bahwa secara psikologis, masa remaja merupakan
usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, di mana
anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurannya dalam
masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak
aspek afektif yang kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Perubahan intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode
perkembangan ini.
Dengan begitu, terdapat perbedaan yang signifikan dalam
karakteristik peserta didik setiap jenjang yaitu di jenjang SMP, peserta
didik masih belum matang karena masih dalam masa pemahaman, Namun
pada jenjang SMA lebih dikuatkan kembali dan dilatih cara berpikir secara
abstrak sehingga dikaitkan dengan cara berpikir analisis.
Tidak semua peserta didik SMA dikatakan sebagai masa peralihan
yang mengedepankan ego, karena masa remaja sering terjadi masalah yang
sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ada dua
alasan adanya kesulitan tersebut. Pertama, kebanyakan remaja tidak
berpengalaman dalam mengatasi masalah mereka sebagian diselesaikan
oleh orang tua dan guru-guru sepanjang masa kanak-kanak. Kedua, karena
para remaja merasa diri mereka mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi
masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang tua dan guru-guru
(Hurlock, 2011: 48). Alasan-alasan tersebut memungkinkan siswa SMA
mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan karena mereka merasa mandiri,
ingin menyelesaikan masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang lain
terutama orang tua dan guru-guru (Hurlock, 2011: 49)
Dengan begitu perlu peran guru masa SMA ini agar peserta didik
harus lebih dikuatkan dalam memupuk rasa kerjasama dan lebih peduli
dengan lingkungan sekitar. Hal itu bisa dibuktikan dengan komitmen
peserta didik SMAN 12 Surabaya yang telah menandatangani berkas
bermaterai yang merupakan bukti fisik dalam menunjang komitmen
peserta didik terhadap dirinya sendiri dan pihak sekolah.

Dan untuk tolak ukur karakteristik peserta didik baik, kita bisa
belajar dengan kriteria karakteristik yang ditanamkan terhadap peserta
didik SMAN 12 Surabaya yaitu, peserta didik bisa menanamkan kejujuran.
Karena guru – guru lebih menekankan bahwa kejujuran lebih penting
dibandingkan prestasi. Hal itu bisa diobservasi selama sehari – hari. Selain
itu, karakteristik baik yang dijadikan patokan oleh SMAN 12 Surabaya
yaitu mandiri, kerjasama dan peduli lingkungan sekitar, baik hubungan
antar siswa dan guru serta hubungan antar siswa.
Tak bisa dipungkiri bahwa setiap peserta didik memiliki perbedaan
karakteristik. Dengan begitu, guru SMAN 12 Surabaya membuat
penggolongan karakteristik peserta didik dengan membuat kelompok
antara anak yang mampu dari sisi akademiknya yang dijadikan pioner
sedangkan anak yang kurang mampu dari sisi akademiknya bisa menjalin
kerjasama dan menggali ilmu antarsesama. Hal itu dilakukan agar lebih
mengenal karakteristik peserta didik masing – masing, namun hal itu tidak
untuk membedakan kualitas peserta didik melainkan bertujuan untuk
menjalin kerjasama. Untuk memahami perbedaan karakteristik peserta
didik dalam kelas secara masing – masing merupakan tugas guru agar
mengetahui perkembangan peserta didik selama pembelajaran. Dengan
adanya karakteristik peserta didik mampu mempengaruhi nilai sikap
peserta didik di sekolah, baik secara spiritual dan sosial.

Dapus
Fagan. 2006. Psikologi Remaja. PT Gramedia. Jakarta
Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Danim, Sudarwan. 2010. Pengantar Kependidikan. Bandung : Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai