Anda di halaman 1dari 14

PERMASALAHAN PADA MASA ANAK AWAL DAN AKHIR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi
Pengembangan Peserta Didik

Dosen pengampu : Prof. Dr. Mardianto M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 9

Zidane Ardino (0301222154)

Thoriq Zhorifabyan (0301222144)

Aulia Rahmadina Sinambela (0301222152)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS

ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2022/20
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala rahmat,
nikmat dan hidayah-Nya berupa ilmu pengetahuan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Psikologi Pengembangan Peserta Didik
dengan judul “Permasalahan Pada Masa Anak Awal dan Anak Akhir”. Serta shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Rasul pembawa rahmat bagi seluruh
manusia di semesta alam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Inovasi Pendidikan
yaitu Bapak Prof. Dr. Mardianto M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada kami. Dengan
harapan makalah ini dapat memberikan wawasan serta pengetahuan bagi kita semua. Kami
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pengampu agar penyusunan makalah dapat lebih
baik kedepannya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan berharap semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan serta pengetahuan bagi kita semua.

Medan, November 2023

Pemakalah

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

kanak-kanak ialah masa pembentukan karakter paling credible, pada tahap ini juga
anak mudah sekali diajarkan sesuatu hal yang bahkan sering dianggap sulit. Anak-anak
senang sekali mencoba sekalipun ia tidak bisa karena pada dasarnya anak-anak merasa
tertantang. Dalam bermain pun anak-anak pun dipancing oleh kemampuan motoriknya.
Sehingga memunculkan kreativitas luar biasa. Anak-anak perlu bimbingan dari orang tua
maupun lingkungan dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan motorik mereka.

Setiap anak yang lahir ke dunia, sangat rentan dengan berbagai masalah. Masalah
yang dihadapi anak, terutama anak usia dini, biasanya berkaitan dengan gangguan pada
proses perkembangannya. Bila gangguan tersebut tidak segera diatasi maka akan berlanjut
pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah. Pada
gilirannya, gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan anak yang optimal.
Dengan demikian, penting bagi para orang tua dan guru untuk memahami permasalahan-
permasalahan anak agar dapat meminimalkan kemunculan dan dampak permasalahan
tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang tepat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di Maksud Dengan Anak Awal dan Anak Akhir?


2. Jenis-jenis Permasalahan pada Anak?
3. Bagaimana Cara mengidentifikasi permasalahan pada anak?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Apa yang di Maksud Dengan Anak Awal dan Anak Akhir
2. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Permasalahan pada Anak
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara mengidentifikasi permasalahan pada anak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anak Awal dan Anak Akhir

1. Masa Awal Anak-Anak ( Early Childhood)

Periode awal anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa akhir
bayi hingga usia 5 atau 6 tahun: periode ini kadang-kadang disebut juga tahun-tahun pra
sekolah “pre school years”. Selama masa ini, anak belajar untuk menjadi lebih mandiri dan
memerhatikan dirinya. Mereka mengembangkan kesiapan sekolah (seperti mengikuti
perintah dan mengenal huruf) dan menghabiskan banyak waktu untuk bermain dengan
teman sebayanya.

Kemudian Jauh sebelum studi ilmiah tentang anak dilakukan,kenyataan yang telah
diterima ialah tahun-tahun pertama merupakan saat yang kritis bagi perkembangan anak.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh peribahasa “ guru kencing berdiri, murid kencing
berlari”. Dengan cara yang lebih puitis, Milton menyatakan fakta yang sama saat ia
menulis, ”masa kanak-kanak meramalkan masa dewasa, sebagaimana pagi meramalkan
hari baru.”

Dari penjelasan di atas menujukkan bahwa Masa awal anak-anak adalah periode
perkembangan yang merentang dari masa akhir bayi hingga usia 5 atau 6 tahun. periode
ini kadang-kadang disebut juga tahun-tahun pra sekolah “ preschool years”. Dan tahun-
tahun pertama ini merupakan saat yang kritis bagi perkembangan anak. Maka orang
tuanyalah yang sangat berperan penting pada masa ini untuk memebrikan contoh yang baik
kepada anaknya.1

2. Masa Pertengahan dan Akhir Anak (Midle and Late Childhood).

Periode ini adalah masa perkembangan yang terentang dari usia sekitar 6 hingga 10
atau 12 tahun. Masa ini sering juga disebut tahun-tahun sekolah dasar. Anak pada masa ini
sudah menguasai keterampilan dasar menbaca, menulis,dan matematik ( istilah populernya

1
Herlina, Biblioteraphy: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja Melalui Buku, (Bandung: Pustaka Cendekia Utama,
2013), 8

3
CALISTUNG : baca,tulis, dan hitung). Yang menjadi tema sentral perode ini adalah
prestasi dan perkembangan pengendalian diri.

Saat anak memasuki usia sekolah, terdapat banyak perubahan dalam pertumbuhan
dan perkembangannya, seperti tumbuh kembang fisik, kognitif, dan moral (Papalia, Olds
dan Feldman, 2010). Secara fisik, pertumbuhan anak pada masa ini dianggap melambat.
Anak usia sekolah tumbuh sekitar 1-3 inci setiap tahun dan bertambah 5-8 pon atau lebih.
Selanjutnya perkembangan kognitif anak 2 usia sekolah berada di tahap operasional
konkret (concret operational thought), artinya anak pada usia ini dapat menggunakan
operasi mental untuk memecahkan masalah konkret (aktual).

B. Jenis- Jenis Permasalahan Pada Anak

Permasalahan Perkembangan yang Terjadi pada Masa Kanak-kanak Khususnya


Permasalahan Perkembangan Belajar Siswa SD Prinsip-prinsip Belajar. Menurut
Soepartiuh Pakarsi di dalam bukunya belajar merupakan suatu interaksi antara anak dan
lingkungan.2 Menurut Imanuel Hitipeuw belajar adalah proses perubahan perilaku yang
relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan menurut Crow & Crow belajar
adalah suatu perubahan dalam diri individu karena kebiasaan, pengetahuan dan sikap.3

Dari pendapat-pendapat di atas dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu proses
kegiatan dari tidak tahu, tidak mengerti, menjadi tahu, mengerti dan bisa karena
pengalaman. Menurut Ingridwati Kumia bahwa di dalam belajar terdapat tiga ranah yang
satu sama lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan tegas. Ketiganya ialah: (1) ranah
kognitif (cognitive domain), (2) ramah afektif (affective domain), serta (3) ranah
psikomotor (psychomotor domain).

Guru-guru SD perlu melatih ketiga ranah belajar tersebut selama proses belajar
mengajar di SD berlangsung dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar. Apa yang
dimaksud dengan prinsip-prinsip belajar ? Prinsip-prinsip belajar adalah:

1. tujuan yang terarah

2
Pakasi, Socpartirah. 1981. Anak dan Perkembangannya. Jakarta: PT.Gramedia Hitieuw, Imanuel 2008. Belajar dan
Pembelajaran. Malang FIP Universitas Negeri Maling. Hlm.33
3
Kumia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.

4
2. motivasi yang kut
3. bimbingan untuk mengetahui hambatan dan bimbingan
4. cara belajar dengan pemahaman
5. interaksi yang positif dan dinamis antara individu dan lingkungan
6. teknik-teknik belajar
7. diskusi dan pemecahan masalah; serta mampu me h.64nerapkan apa yang telah
dipelajari dalam kegiatan sehari-hari.
8. Anak SD pergi ke sekolah bukan karena terpaksa, melainkan karena suatu
kebutuhan. 4

Oleh karena itu, orang tua dan guru hendaknya tidak memaksa anak agar belajar di
SD, melainkan mengarahkan anak bahwa dengan belajar di SD berarti mempersiapkan
hidup untuk masa depan. Apabila anak mengalami hambatan dan rintangan anak akan
memperoleh bimbingan dari guru sehingga apa yang dipelajari dapat dipahami dengan
mudah Hubungan yang positif dan dinamis antara guru dan orang tua memungkinkan anak
untuk belajar aktif.

Proses belajar memerlukan teknik-teknik yang bervariasi. Latihan dan ulangan


dapat memperkaya anak untuk belajar. Dengan metode diskusi dan pemecahan masalah
siswa SD belajar berani mengemukakan pendapat

A. Masalah Kesulitan Belajar

Ada tiga jenis kesulitan belajar yang seringkali ditemui dum perkembangan seorang anak.

1. Kesulitan belajar akademis

Kesulitan belajar akademis siswa sekolah dasar sering dinamakan kesulitan "CALISTUNG
(membaca, menulis, berhitung)

a. Kesulitan membaca dapat disebabkan karena gangguan pertumbuhan psikologis dan


juga hambatan didaktik-metodik. Seringkali anak SD mengenal bunyi huruf tetapi
mereka kesulitan membacanya apabila huruf itu dirangkakan menjadi kata. Disamping

4
Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alh Bahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga

5
itu anak SD juga mengalami ketidakmampuan membaca yang disebabkan karena
fiktor-faktor psikologis (gagap). Anak merasa malu ditertawakan teman-
temannya,sehingga terjadi kesulitan pada saat membaca. Gangguan membaca karena
anak kehilangan kemampuan membaca disebut aphasia. Ketidakmampuannya untuk
membaca karena gangguan fungsi saraf (neurologisnya rusak) disebut dyslexia.

b. Kesulitan menulis dapat disebabkan karena kemampuan psikomotor kurang terlatih.


Ketidakmampuan motorik melakukan encoding atau menyandakan lambang atau
bentuk-bentuk huruf tertentu, menyebabkan anak mengalami ketidakmampuan untuk
menulis. Seorang anak SD yang tulisannya buruk. sulit dibaca dan tidak rapi akibat
gangguan syaraf disebut disgraphia. Gerakkkan yang berlebih dan tidak normal
misalnya menghentak-hentakan kaki, bergoyang-goyang terus, berkedip-kedip
menggaruk-garuk kepala secara tidak teratur ddisebut hyperkenesis.

2. Kesulitan belajar karena gangguan simbolik

Kesulitan belajar karena gangguan simbolik antara lain siswa itu mampu mendengar, tetapi
tidak mengerti apa yang didengar. la juga mampu mengaitkan objek yang dilihat.namun
mengalami gangguan pengamatan (visual reseptive). Anak juga mengalami ganggan
geraak-gerik (motoraphasia) Siswa yang seperti ini sulit untuk dpat memahami suatu objek
sekalipun ia memiliki pendengaran yang normal

3. Kesulitan belajar karena gangguan nonsimbolik

Kesulitan belajar karena gangguan nonsimbolik adalah ketidakmampuan anak memahami


isi pelajaran karena ia mengalami kesulitan untuk mengenali kembali apa yang telah
dipelajarinya pada pelajaran sebelumnya. Ketidakmampuan pengamatan akan
menimbulkan gangguan keliru karena ia tidak mampu memanipulasi benda walaupun indra
motornya normal

Kesulitan Belajar yang telah disebutkan sangat berdampak pada proses belajar.
Namun, ada pula siswa SD yang karena proses kelahiran atau musibah mengalami cidera
otak, sehingga siswa itu tidak mampu untuk belajar. Ketidakmampuan untuk melakukan

6
tugas-tugas tertentu yang tidak dapat dilakukan anak-anak yang sebaya seperti mandi
sendiri, sikat gigi menulis, membaca disebut learning disability. Anak yang mengalami
kerusakan saraf. Anak yang mempunyai kecerdasan diatas rata-rata. namun prestasi
akademiknya rendah underachiever. Sedangkan anak yang lamban belajar dan tidak
mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat serta waktu belajarnya lebih lama
dibandingkan rata-rata anak seusianya disebut slow learner.

Apa yang dilakukan apabila ada murid SD yang mengalami kesulitan belajar seperti
yang dipaparkan tadi? Langkah awal yang perlu dilakukan adalah berbbicara dengan
kepala sekolah. Kemudian, melakukan pengamatan yang cermat dan mendalam Buatlah
Commulative Records (Anecdotal Records) setelah memperoleh informasi dan memahami
permasalahan belajar anak tersebut. Laki carilah penyuluhan atau referal untuk membuat
program Therapy atau Treatment.

B. Masalah Belajar Karena Gangguan Emosional

Setiap guru ingin mengajar murid-murid yang berperilaku baik dan pandai. Pada
umumnya seorang guru ingin membangun keberhasilan dalam proses belajar di kelas.
Sayangnya, tidak semua anak adalah anak yang baik dan pintar. Kadang kala ada juga anak
yang tergolong nakal di kelas dan suka mengganggu temannya maupun gurunya.

Anak seperti itu cenderung tidak bisa diam la cenderung bergerak terus-menerus,
kadang suka berlarian, suka melompat-lompat,bahkan berteriak-teriak di kelas. Anak ini
sulit dikontrol la melakukan aktivitas sesuai dengan kemauannya sendiri la pun suka
mengganggu temannya bahkan gurunya. Anak ini disebut anak hiperaktif.

Ada lagi tipe anak yang cenderung cepat bosan la seringkali mengalihkan
perhatiannya keterbagai objek lain dikelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak
dapat memsatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung dikelas, ini disebut
sebagai distractility child.

Ada pula anak yang cenderung pendiam di kelas, pasif, atau sangat perasa sehingga
mudah tersinggung Karakteristik anak seperti ini cenderung tidak berani bertanya atau
menjawab, serta merasa kalau dirinya tidak mampu. Karena itu,is cenderung kurang berani
bergaul serta suka menyendiri. Anak seperti ini disebut poor self concept.

7
Ada pula anak yang cepat berekasi setiap guru memberi pertanyaan di kelas.
Namun jawaban yang diberikan seringkali tidak menunjukkan kemampuan berpikir yang
logis. Anak seperti ini ingin menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal cara
anak itu menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya. Anak seperti ini disebut
anak impulsive.

Di kelas ada pula siswa yang suka merusak benda-benda yang ada di sekitarnya.
Sikap agresif yang negatif dalam bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa
anak ini adalah anak yang bermasalah (trouble maker) Anak seperti ini cepat tersinggung
la bertempramen tinggi, yang mengarah kepada perilaku agresif. Anak seperti ini disebut
anak destructive behaviour.

Ada pula anak yang sering mengeharkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan
nada mengejek, arak ini cenderung menentang guru Anak seperti ini disebut distruptive
behaviour. Setiap tahun ajaran baru ada anak yang selalu bergantung pada orangtuanya.
Anak seperti ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk berani melakukannya sendiri,
la sangat bergantung pada orang-orang disekitarnya. Sikap orangtua terlalu overprotective
atau sangat melindungi membuat anak sangat tergantung Anak seperti ini disebut
dependency child.

Sosial ekonomi masyarakat Indonesia belum merata. Ada anak yang mempunyai
sosial ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh dan enggan untuk
mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru, karena dirinya merasa tidak
mampu. Anak seperti ini disebut withdrawl.

Ada pula anak-anak yang tidak meiliki kemampuan mental setara dengan anak-
anak yang sebya. Anak seperti ini sulit menganalisis, menangkap si mata pelajaran, dan
meraplikasikan apa yang dipelajari. Anak ini disebut learning disability.

Ada anak yang mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun syaraf.
Anak seperti ini cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak yang
sebaya. Anak seperti ini membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga khusus seperti anak yang menderita (Autism Disorder/ASD). Anak ini
dikelompokkan dalam kelompok learning disorder.

8
Ada pula anak yang mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun
prestasi. akademiknya di kelas sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat rendah.
Anak seperti ini cenderung menyepelekan tugas-tugas yang diberikan, dan PR sering
dilupakan. Anak seperti ini disebut anak underachiver.

Ada pula anak yang mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi, is merespon
dengan cepat. Anak seperti ini tidak bisa menerima kegagalan. Ia tidak mudah menerima
kritikkan dari supapun termasuk gurunya. Anak seperti ini disebut overachiver. Ada pula
anak yang sulit mengkap pelajaran di keks dan membutuhkan waktu yang lama untuk
mendapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya. Anak ini disebut anak slow learner.

Di kelas sering kita jumpai anak yang kurang peka dan tidak peduli terhadap
lingkungannya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul
dengan teman-temannya yang ada di kelas. la disebut social interseption child.

Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dia atas bimbingan yang dapat diberikan


seorang guru pada anak didiknya diantaranya:

1. Guru harus dapat masuk dalam dunia anak, melakukan interaksi bersama anak-
anak. Landasan yang hendaknya digunakan adalah ketuhan dan kasih sayang Guru
juga harus memahami keunikan individu anak. Hal ini memajukkan bahwa
2. setup anak memiliki keunikan tersendiri mereka membawa potensi yang tidak sama
antara satu dengan lainnya walaupun dia anak kembar.
3. Bantu dan bimbing anak pada saat yang tepat. Artinya bahwa guru penting untuk
bisa membaca kondisi saat itu sedang dirasakan oleh anak.
4. Instropeksi diri dan jangan cepat reaktif terhadap permasalahan yang sedang
dihadapi, hal ini magandung arti bahwa perlu adanya evaluasi terhadap berbagai
aspek yang memungkinkan munculnya permasalahan yang dihadapi.
5. Orang tua dan guru merupakan model bagi anak. Perlu dingat bahwa anak adalah
peniru ulung mereka mampu membaca situasi dan kondisi dan mampu mencontoh
apa yang dilakukan oleh orang dewasa yang ada disekitarnya. 6. Bangun kerjasama
antara orang tua dan guru.5

5
https://www.slideshare.net/annrachma/permasalahan-perkembangan-masa-kanak

9
C. Cara Mengidentifikasi Permasalahan Anak

Mengidentifikasi permasalahan anak diartikan sebagai upaya menemukan gejala-


gejala yang tampak pada penampilan dan perilaku anak dalam memperkirakan
penyebab masalah hingga bentuk bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.

Berbagai cara dapat dilakukan orang tua dan guru untuk mengetahui apakah anak
mengalami permasalahan atau tidak.

Cara-cara tersebut secara umum dibagi dua, yakni melalui tes dan non tes.

1. Tes

Tes merupakan salah satu alat bantu yang dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi permasalahan anak yang bersifat standar/baku. Bentuk tes ini dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan atau tugas –tugas yang harus dijawab atau dikerjakan
anak serta dibatasi oleh waktu. Di antara beragam jenis tes yang banyak dipergunakan,
di antaranya adalah:

a. tes bakat;
b. inteligensi;
c. prestasi;
d. diagnostik;
e. dan lain-lain.

2. Non-tes

Teknik non tes biasanya dipergunakan untuk mengidentifikasi permasalahan anak


dengan cara mengamati penampilan serta perilaku anak dalam aktivitas kesehariannya
sehingga cenderung lebih fleksibel bila dibandingkan dengan teknik tes. Di samping
itu, dipergunakan pula kumpulan hasil karya dan pekerjaan anak selama periode waktu
tertentu. Beberapa macam teknik non-tes yang populer, di antaranya adalah:

a. observasi;
b. wawancara;
c. angket;
d. portofolio;

10
e. catatan anekdot;
f. daftar cek;
g. skala penilaian;
h. sosiometri;
i. angket;
j. tugas kelompok;
k. dan lain-lain.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa kanak-kanak adalah masa paling vital yang terjadi dalam pertumbuhan dan
perkembangannya terutama dalam perkembangan motorik dan koginif. Pada masa ini
anak-anak mulai dibina untuk menciptakan karakter mereka sendiri melalui kontak
langsung dengan lingkungan setelah lepas dari keluarganya. Anak-anak dituntut untuk
mandiri, bisa bergabung dalam kelompok sosial agar anak-anak tidak menjadi kuper
(kurang pergaulan).

Selain itu juga pembinaan akhlak yang paling penting didalam keluarga. Orang tua
berperan penting mengarahkan anak-anaknya untuk berbudi pekerti yang elok. Pembiasaan
adab sejak dini membuat anak akan selalu menerapkan dalam segala ruang supaya tidak
terjadi hal-hal yang tidak di inginkan

Setiap permasalahan tentu memiliki solusi. Demikian pula permasalahan yang


dihadapi anak, merupakan suatu cara bagi orang tua dan guru untuk belajar memberikan
solusi yang terbaik bagi proses tumbuh kembang anak-anak mereka.

B. Saran

Dari makalah ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami
menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan serta kekeliruan dan masih jauh dari
kata sempurna dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
juga saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya

12
DAFTAR PUSTAKA

Herlina, Biblioteraphy: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja Melalui Buku, (Bandung: Pustaka
Cendekia Utama, 2013), 8

https://www.slideshare.net/annrachma/permasalahan-perkembangan-masa-kanak

Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Alh Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga

Kumia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.

Pakasi, Socpartirah. 1981. Anak dan Perkembangannya. Jakarta: PT.Gramedia Hitieuw, Imanuel
2008. Belajar dan Pembelajaran. Malang FIP Universitas Negeri Maling. Hlm.33

13

Anda mungkin juga menyukai