Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan di masa akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan penulis selaku
penyusun dan bagi pembaca penulis minta maaf jika terjadi kesalahan. Akhir
kata penulis ucapkan terima kasih.
Emma F Silitonga
Medan, Maret 2022
BAB I. PENDAHULUAN
B. Identitas Buku
Buku Utama
Nama Buku : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Fadhila Suragala
Tahun Terbit : Maret 2021
Kota terbit : Depok
Penerbit : PT RajaGrafindo Persada
ISBN : 978-623-231-827-4
BAB I. KONSEP DASAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN
A. Apa Itu Psikologi Pendidikan?
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala Kejiwaan dan perilaku
manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, Baik individu maupun kelompok (Gage &
Berliner, 1992). Duceshne dan McMaugh (2016) menyatakan bahwa psikologi pendidikan
adalah cabang dari Psikologi yang mempelajari bagaimana kondisi siswa dan implikasinya
Pada proses pembelajaran. Artinya bahwa psikologi pendidikan bisa Berperan dalam
membuat sejumlah cara yang efektif dalam mengajar. Dapat dikatakan bahwa psikologi
pendidikan menekankan pada proses Belajar mengajar dan faktor-faktor yang
memengaruhinya, baik internal Maupun eksternal.
# Correlational research
Penelitian korelasional adalah suatu proses penelitian yang Bertujuan mencari hubungan,
baik positif atau negatif antara dua Atau lebih variabel. Dalam penelitian ini biasanya
digunakan metode Kuesioner atau angket. Penelitian AlFarisi & Herlanti (2020) Tentang
“Korelasi antara Keterampilan Proses Sains (KPS) dan Interaksi Siswa Terhadap Alat
Praktikum (ISTAP) pada Praktikum Biologi- Pembedahan dan Pengamatan Mikroskop di
SMA Tangsel”, Merupakan contoh penelitian korelasional.
# Experimental research
Riset ini dilakukan bila peneliti ingin mencari hubungan-hubungan Dalam situasi yang ada,
dan secara sistematis memanipulasi Variabel dalam usahanya menentukan sebab dan akibat.
Contoh Penelitian Ismawati & Bahrissalim (2013), tentang “Efektivitas Pelaksanaan
Pembelajaran Fikih melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” Dilakukan dengan pendekatan eksperimental, dengan
menempatkan Subjek penelitian ke dalam kelompok eksperimen yang diberi Treatmen model
pembelajaran PBL dan kelompok kontrol sebagai Pembanding.
# Action research
Action research adalah bentuk penelitian terapan yang didesain Untuk mencari solusi atas
masalah-masalah yang berhubungan Dengan sekolah atau kelas. Riset ini dapat dilakukan
oleh guru, Administrator sekolah, profesional di bidang pendidikan, dan Lain-lain; dapat
menggunakan metode deskripsi, korelasi atau Eksperimen.
Contoh: Peningkatan Executive Function pada Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Outdoor Play
di TK Islam As-Salam Depok Tahun Ajaran 2019/2020 (Akmalia, Fairuz & Sirom, 2020)
1. Nativisme
Menurut aliran ini perkembangan sepenuhnya ditentukan oleh Faktor pembawaan/faktor yang
dibawa sejak lahir. Nativisme Atau biologisme menekankan peranan bakat (natus, artinya
lahir). Hereditas adalah pewarisan sifat-sifat fisik dan psikologis serta pola Pertumbuhan
lainnya yang secara biologis diwarisi oleh setiap anak Dari orang tua melalui proses genetis.
Unsur-unsur pembawaan (potensi) dapat berupa ciri-ciri atau sifat-sifat fisik dan mental
Psikologis serta kemampuan berupa bakat, inteligensi, dan lain-lain.
2. Empirisme
Aliran empiris (empiricism) merupakan kebalikan dari aliran nativis, Yang menganggap
bahwa penentu perkembangan adalah faktor Lingkungan. Aliran yang mempunyai nama asli
“The school of British Empiricism” (aliran empirisme Inggris) ini tokoh utamanya adalah
John Locke (1632-1704). Doktrin aliran ini yang termasyhur Adalah “tabula rasa” yang
menekankan arti penting pengalaman, Lingkungan dan pendidikan. Artinya bahwa
perkembangan manusia Semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman
Pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir Dianggap tidak ada. Para
penganut empirisme menganggap bahwa setiap anak terlahir Dalam kondisi tabula rasa, atau
bagaikan kertas kosong, tak punya Kemampuan dan bakat apa-apa
3. Konvergensi (perpaduan)
Teori ini merupakan sintesis dari empirisme dan nativisme, yang Berusaha menggabungkan
unsur pembawaan maupun lingkungan. Bahwa perkembangan anak selain dipengaruhi oleh
pembawaan Atau hereditas juga dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan (environment)
diartikan sebagai milieu/alam sekitar, baik lingkungan sosial maupun nonsosial, atau baik
lingkungan fisik atau nonfisik. Paham konvergensi ini dipelopori oleh William Stern (1871-
1938) Dan Adler.
B. Prinsip-Prinsip Perkembangan
#. Learning contributes to development. Belajar berkaitan dengan
Peningkatan pemahaman, peningkatan kemampuan atau Keterampilan. Contoh: siswa yang
belajar berhitung sederhana, Dan kemudian mengaplikasikannya dalam mengerjakan soal-
soal Yang berbeda-beda bentuknya seperti berhitung menurun, soal Cerita, dan lain-lain,
maka kemampuan berhitungnya akan semakin Berkembang.
#. Experience enhances development. Pengalaman dapat memperkuat Perkembangan,
misalnya anak-anak yang mempunyai orang tua Yang mempunyai kebiasaan membaca dan
berdiskusi dengan Anak-anak akan memberi manfaat pada anak ketika belajar di Sekolah.
Contoh lain, anak yang mengeksplorasikan diri dalam Musik, olahraga, atau kegiatan-
kegiatan sosial lebih kapabel
#. Social interaction is essential for development. Interaksi sosial akan
Memberikan kesempatan pada anak untuk belajar berbagi, dan Membandingkan pengetahuan
dan keterampilan dengan anak-anak
Yang lain.
#. Development strongly depends on language. Dalam hal ini bahasa
Merupakan media dalam berpikir, berbagi ide dan pengalaman Sosial.
#. Development is continuous and relatively orderly. Kemampuan yang
Individu miliki diperoleh secara bertahap dan berkesinambungan, Tidak sekonyong-konyong
melompat dari satu kemampuan ke Kemampuan yang lain.
#. Individuals develop at different rates. Individu berkembang pada
Rentangan yang berbeda-beda; mungkin ada anak yang bisa Mencapai suatu kemampuan
tertentu lebih cepat (seperti berbicara, Berjalan) lebih cepat atau lebih lambat dari teman
seusianya.
#. Development is influenced by maturation, genetically controlled, age-related Changes in
individuals. Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan, Genetik dan terkait dengan usia
individu.
Keenam Fase tersebut dan tugas perkembangannya akan diuraikan berikut ini.
1. Fase bayi
Di bawah ini beberapa tugas perkembangan yang harus dilalui oleh Anak-anak di usia bayi
berdasarkan kematangan dan proses belajar Adalah:
# Belajar memakan makanan padat;
# Belajar berjalan;
# Belajar berbicara;
# Belajar mengendalikan pembuangan kotoran;
# Mempersiapkan diri untuk membaca;
# Belajar membedakan benar dan salah dan mulai mengembangkan Hati nurani (Hurlock,
2010).
2. Fase kanak-anak (childhood)
Adapun tugas-tugas perkembangan yang hendaknya dijalani oleh Anak pada periode ini
adalah:
# Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk Permainan-permainan yang umum;
# Membangun sikap yang sehat sebagai diri sendiri sebagai Makhluk yang sedang tumbuh;
# Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya;
# Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang Tepat;
# Menggunakan keterampilan-keterampilan dasar untuk Membaca, menulis dan berhitung,
mengembangkan pengertian Yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari;
# Mengembangkan hati nurani, pengertian, moral dan tingkatan Nilai;
# Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial Dan lembaga-lembaga;
# Mencapai kebebasan pribadi (Hurlock, 2010)
3. Fase remaja (adolescence)
Tugas-tugas perkembangan masa remaja umumnya berkenaan Dengan pencapaian dan
persiapan memasuki fase berikutnya (dalam Tohirin, 2005). Secara lebih rinci, tugas-tugas
perkembangan masa Remaja adalah sebagai berikut.
# Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan Teman sebaya yang berbeda jenis
kelamin sesuai dengan Keyakinan dan etika moral yang berlaku dalam masyarakat.
# Mencapai peranan sosial sebagai seorang pria atau wanita Selaras dengan tuntunan sosial
dan kultural masyarakatnya.
# Menerima kesatuan organ-organ tubuh sebagai pria atau Wanita dan menggunakannya
secara efektif sesuai dengan Kodratnya masing-masing.
# Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu Yang bertanggung jawab di
tengah-tengah masyarakat.
# Mencapai kemerdekaan atau kebebasan emosional dari orang Tua dan orang-orang dewasa
lainnya dan mulai menjadi dirinya Sendiri (person).
# Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan atau Kehidupan berkeluarga
(sebagai suami atau istri).
# Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai Pedoman bertingkah laku dan
mengembangkan ideologi untuk Keperluan kehidupan kewarganegaraannya
(6 bulan)
# Lebih sadar orang mana yang sudah dikenal/akrab dan mana Yang asing.
# Dapat menanggapi emosi orang lain dengan menangis, Tersenyum, atau tertawa
# Menikmati melihat diri mereka sendiri di cermin.
(9 bulan)
# Mulai menunjukkan kecemasan terhadap orang asing.
# Mungkin menangis jika tidak ada wajah yang dikenali.
# Mulai lebih menyukai beberapa mainan daripada yang lain.
(12 bulan)
# ain mainan favorit dengan orang yang sudah dikenal.
# Lebih interaktif (seperti menyerahkan mainan atau buku Atau membuat suara tertentu
untuk mendapatkan perhatian Pengasuh)
# menikmati permainan interaktif sederhana, seperti “ciluk ba”.
B. Balita dan anak prasekolah
Usia 18 bulan – 2 tahun
# Memiliki lebih banyak amarah dan menjadi lebih menantang Saat mereka mencoba
berkomunikasi dan mandiri.
# Mulai menyenangi permainan yang sederhana, seperti meniru Apa yang dilakukan orang
dewasa atau anak-anak lain.
# Menjadi tertarik untuk memiliki teman lain di sekitarnya, Tetapi lebih cenderung bermain
bersama mereka (permainan Paralel) daripada dengan mereka (permainan kooperatif).
Usia 3–4 tahun
# Mulai menunjukkan dan mengungkapkan emosi yang lebih Luas.
# Tertarik dengan permainan pura-pura, tetapi mungkin Membingungkan dan “membuat
percaya”.
# Bersikap baik dan perhatian secara spontan.
# Mulai bermain dengan anak-anak lain dan memisahkan diri Dari pengasuh dengan lebih
mudah.
# Masih suka mengamuk karena perubahan rutinitas atau tidak Mendapatkan apa yang
diinginkan.
C. Siswa sekolah dasar
Usia 5–6 tahun
# Menikmati bermain dengan anak-anak lain dan lebih Komunikatif serta mandiri.
# Menyadari batasan, tetapi tetap bersemangat untuk Menyenangkan dan membantu.
# Mulai memahami apa artinya merasa malu.
A. Inteligensi
1. Pengukuran Inteligensi
2. Anak Berbakat Intelektual (Gifted)
3. Terbelakang Mental (Mental Retarded)
B. Emosi
C. Motivas
1. Motivasi Intrinsik
2. Motivasi Ekstrinsik
D. Minat
E. Gaya Belajar
Melihat atau observasi langsung data-data di lapangan. Selain perbedaan individu dari aspek-
aspek psikologis seperti telah Dikemukakan, terdapat faktor lain yang dapat berpengaruh
terhadap Perkembangan dan proses belajar individu yaitu aspek budaya, bahasa, Status sosial
ekonomi, dan jenis kelamin atau gender.
1. Budaya
2. Budaya dan Dampaknya Kepada Perbedaan Individu
3. Perbedaan Bahasa
4. Jenis Kelamin
5. Status Sosial Ekonomi
A. Motor-skill
# Menghadirkan model.
# Memberi kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk Latihan secara simbolik.
# Memberi kesempatan kepada pembelajar untuk latihan Dengan umpan balik visual.
B. Proses kognitif
# Tampilkan model, baik yang didukung oleh kode-kode Verbal atau petunjuk untuk mencari
konsistensi pada Berbagai contoh.
# Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membuat Ikhtisar atau summary.
# Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau Strategi penerapan, beri kesempatan
pembelajar untuk Berpartisipasi secara aktif.
# Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi Ke berbagai situasi.
Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan, yaitu Sebagai berikut.
#.Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses Mental anak, tidak sekadar kepada
hasilnya. Guru harus Memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai Pada hasil
tersebut.
# Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan Keterlibatan aktif dalam kegiatan
# Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal Kemajuan perkembangan. Teori
Piaget mengasumsikan bahwa Seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan
Yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung dengan Kecepatan yang berbeda.
# Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi untuk perkembangan penalaran.
Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat
distimulasi dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat distimulasi.
3. Teori Belajar Discovery Learning Brunner
Menurut Bruner:
# Pertumbuhan intelektual ditandai dengan peningkatan Kemandirian tanggapan rangsangan
pertumbuhan.
# Tergantung pada pengembangan sistem informasi pengolahan Dan penyimpanan internal
yang menggambarkan realitas.
# Perkembangan intelektual melibatkan peningkatan kapasitas Untuk mengatakan kepada diri
sendiri dan orang lain, apa Yang telah kita lakukan dan apa yang akan kita lakukan dalam
Kata-kata atau dengan simbol-simbol.
# Interaksi sistematis antara guru dan siswa diperlukan bagi Perkembangan kognitif.
# Bahasa adalah kunci untuk perkembangan kognitif.
BAB IX MOTIVASI BELAJAR
Motivasi merupakan kekuatan yang menggerakkan dan mengarahkan Perilaku ke arah tujuan.
Kunci dari kekuatan itu ada di tangan masing-Masing individu.
Sering kali terjadi tumpang tindih antara motif dan motivasi. Motif Berkaitan dengan
motivasi yaitu suatu kebutuhan atau dorongan yang Mendorong orang untuk melakukan
sesuatu untuk merasa termotivasi.
A. Teori Motivasi: Pandangan Teori Behavior, Kognitif, Dan Humanis
1. Motivasi dalam Perspektif Behavioral
Dalam perspektif behavioral motivasi ditekankan pada imbalan dan Hukuman eksternal
sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Anak akan tergerak untuk melakukan
sesuatu karena adanya imbalan Atau reward yang akan didapatkan jika dia melakukan
sesuatu.
2. Motivasi dalam Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi Mereka. Perspektif
kognitif juga menekankan arti penting dari penetapan Tujuan, perencanaan dan monitoring
kemajuan suatu tujuan (Schunk & Zimmerman, 2008). Belakangan muncul minat besar pada
bahasan Motivasi menurut kognitif, terutama pada ide-ide seperti motivasi internal siswa
untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka dan juga Keyakinan bahwa mereka dapat
mengontrol lingkungan secara efektif.
3. Motivasi dalam Perspektif Humanis
Dalam perspektif humanis, motivasi ditekankan pada kapasitas siswa Untuk mengembangkan
kepribadian, kebebasan untuk memilih. Salah satu tokoh yang terkenal adalah Abraham
Maslow dengan teori Kebutuhan dasarnya (hierarchy of needs)
4. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar Diri siswa. Lingkungan
siswa, sebagaimana juga lingkungan individu Pada umumnya ada tiga yaitu lingkungan
keluarga, sekolah, dan Masyarakat.
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang Keberadaannya dalam proses
belajar tidak stabil, kadang-kadang Kuat, lemah dan bahkan hilang sama sekali, khususnya
kondisi-Kondisi yang sifatnya kondisional.
6. Upaya guru membelajarkan siswa
Upaya yang dimaksud di sini adalah bagaimana guru mempersiapkan Diri dalam
membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara Menyampaikannya, menarik
perhatian siswa dan mengevaluasi Belajar siswa.
C. Self Regulated Learning
Regulasi diri Dalam belajar (self regulated learning) adalah proses memunculkan dan
Memonitor sendiri pikiran, perasaan dan perilaku untuk mencapai Suatu tujuan.
Karakterisitik dari regulasi diri belajar menurut Winne (dalam Santrock, 2008):
1. Menetapkan tujuan-tujuan untuk memperluas pengetahuan mereka Dan terus-menerus
menahan motivasi mereka.
2. Mereka mengetahui emosi-emosinya dan mempunyai strategi-Strategi untuk
mengatur emosi mereka.
3. Pada waktu tertentu, mereka mengawasi perkembangannya Terhadap suatu tujuan.
4. Memperbaiki atau merevisi strategi-strategi mereka berdasarkan Kemajuan yang
sedang mereka lakukan.
5. Mengevaluasi rintangan yang dapat muncul dan melalukan Penyesuaian yang
diperlukan.
B. Prinsip-Prinsip Evaluasi
# Prinsip objektivitas
Prinsip objektivitas ini dapat terpenuhi dengan memperhatikan Ssasaran yang dinilai, cara
mengukur dan menilai, alat ukur dan Standar penilaian yang digunakan serta sikap
penilainya.
# Prinsip kontinuitas
Penilaian yang hanya Dilakukan di akhir program saja sebelum siswa menerima rapot atau
Ijazah tidak dapat dikatakan sebagai penilaian yang baik.
# Prinsip keseluruhan (komprehensif)
Sasaran yang akan dicapai dalam proses pendidikan dan Pembelajaran tidak hanya berkaitan
dengan aspek pengetahuan (kognitif) saja, melainkan seluruh aspek perkembangan siswa
Yang meliputi perkembangan fisik (psikomotorik), pengetahuan (kognitif) serta sikap dan
perilaku (afektif); karena itu evaluasi Pembelajaran yang baik seharusnya menilai pencapaian
keseluruhan Aspek hasil belajar tersebut.
BAB IV . PENUTUP
Saran
Menurut saya Buku ini sudah Bagus tetapi ada baiknya Jika buku ini di tujuan
Kepada anak SD materi pada buku jangan terlalu banyak dan lebih baik
menggunakan bahasa yang Mudah dipahami oleh anak SD Karena jika bahasa
yang digunakan saja tidak mudah di mengerti siswa maka minat mereka
membaca bukunya saja Siswa tidak ada minat
Alangkah baiknya Buku ini jangan menggunakan meteri yang banyak tetapi
tidak mudah untuk di pahami Siswa yang membaca buku ini
Kesimpulan
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala Kejiwaan
dan perilaku manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, Baik individu
maupun kelompok
Psikologi pendidikan menurut Walberg dan Haertel 1992 seperti Dikutip oleh
Lee Krause (2010) merupakan disiplin ilmu sendiri Yang menghubungkan
antara pendidikan dan psikologi.
Daftar pustaka
Suralaga, Fadhilah. 2021. Psikologi pendidikan. Depok : PT RajaGrafindo
Persada