SEKOLAH DASAR
MAKALAH
Oleh
Mayogo Setyo
150521602364
Offering B
Puji syukur terlimpahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia dan rahmatnya, sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat saya selesaikan
dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah belajar dan
pembelajaran. Makalah yang berjudul Pengaplikasian Teori Kognitif Pada
Pembelajaran Murid Sekolah Dasar yang berisi tentang bagaimana penerapan
pembelajaran di sekolah dasar. Pembelajaran siswa di Sekolah Dasar memiliki
permasalahan yang membuat pengajar menjadi sulit saat menyampaikan ilmu. Murid
Sekolah Dasar memiliki masa depan yang sangat panjang dibutuhkanya
penggungkapan materi yang lebih bagus.
Hal ini, akan mendapat proses pembelajaran yang lebih baik dari pembelajaran
pada usia dini. Berbeda dengan pembelajaran pada pendidikan paud, pendidikan paud
lebih banyak bermainnya dari pada Sekolah Dasar . Murid Sekolah Dasar lebih
memiliki sikap ingin tau yang sangat lebih terhadap apa yang diajarkan pada waktu
proses pembelajaran. Maka dari itu, makalah ini menjelaskan sedikit masalah yang
terjadi pada pembelajaran murid Sekolah Dasar dan bagaimana cara mengatasinya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Masa usia Sekolah Dasar merupakan periode emas (golden age) bagi
perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-
tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di
lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan aspek kepribadian,
kognitifnya
Untuk itu pendidikan anak untuk usia Sekolah Dasar dalam bentuk pemberian
rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk
mengoptimalkan kemampuan anak. Pembentukan kemampuan siswa di sekolah
dipengaruhi oleh proses belajar yang ditempuhnya. Proses belajar akan terbentuk
berdasarkan pandangan dan pemahaman guru tentang karakteristik siswa dan juga
hakikat pembelajaran.
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran.
2. Mengetahui rentang usia anak Sekolah Dasar dan karakteristik yang
dimilikinya serta peran guru dalam pembelajaran anak usia Sekolah Dasar.
3. Mengetahui karakteristik perkembangan usia Sekolah Dasar berdasarkan
Teori Perkembangan Kognitif
BAB II
PEMBAHASAN
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari
usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik
utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan
individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi,
kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan
fisik anak.
Tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelas rendah
dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-
kelas tinggi terdiri dari kelas empat, lima, dan enam (Supandi, dalam Anitah, dkk.,
2008). Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu antara 6 atau 7 tahun sampai 12
tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah, yaitu 6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun.
Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam rentangan anak usia dini. Masa
usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi sangat penting bagi kehidupan
seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu
didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Perkembangan siswa sekolah dasar usia 6-12 tahun yang termasuk pada
perkembangan masa pertengahan (middle childhood) memiliki fase-fase yang unik
dalam perkembangannya yang menggambarkan peristiwa penting bagi siswa yang
bersangkutan. Tahap perkembangan siswa dapat dilihat dari aspek Kognitif,
Psikososial, dan Moral.
Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-
rumusan seperti: Tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh J. Piaget,
Advance organizer oleh Ausubel, Pemahaman konsep oleh Bruner, Hirarki belajar oleh
Gagne, Webteaching oleh Norman, dan sebagainya. Berikut akan diuraikan lebih rinci
beberapa pandangan mereka.
1. Tahapan sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga
dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui
diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari
empat periode. Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui
fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Piaget berpendapat
bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial
penting dalam enam sub-tahapan:
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat
bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara
penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan
sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek
sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari
sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan
awal kreativitas.
2. Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati
urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis
yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi
dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-
objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak
memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek
dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak
kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan
objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau
bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya
berbeda-beda.
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam
sampai sebelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional
kongkrit, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat
pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas
pada objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan konservasi.
Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar adalah anak yang
sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun
pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing
aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari
ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual
pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.
Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru dituntut
untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan
kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar
kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak
dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk
pro aktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam
kelompok. Guru juga dituntut untuk harus menjadi model/teladan yang baik bagi siswa
serta guru harus berhati hati dalam bersikap, berbicara, dan berbuat karenaa akan
sangat bepengaruh terhadap kepribadian peserta didik.
Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas besar SD. Mereka dapat
meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali
mereka dengan senang hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya
tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok dan bertindak menurut cara cara yang
dapat diterima lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang
jujur.
Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan
membandingkannya dengan orang lain. Anak anak yang lebih mudah menggunakan
perbandingan sosial (social comparison) terutama untuk normanorma sosial dan
kesesuaian jenisjenis tingkah laku tertentu. Pada saat anakanak tumbuh semakin
lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi dan
menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri.
Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada
kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan
sebagai orang dewasa.Terjadi perubahan perubahan yang berarti dalam kehidupan
sosial dan emosional mereka. Di kelas besar SD anak lakilaki dan perempuan
menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya
berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional
yang serius Temanteman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya.
Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi. Remaja sering berpakaian
serupa. Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka dengan anggota kelompok teman
sebaya melalui pakaian atau perilaku.
Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada saat di SD kelas
rendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung kepada guru. Di awal awal
tahun kelas besar SD hubungan ini menjadi lebih kompleks. Ada siswa yang
menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak mereka ceritakan kepada
orang tua mereka. Beberapa anak pra remaja memilih guru mereka sebagai model.
Sementara itu, ada beberapa anak membantah guru dengan cara cara yang tidak mereka
bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Malahan, beberapa anak mungkin secara
terbuka menentang gurunya.
Maksudnya dalam usia yang masih dini anak cenderung untuk ingin bermain
dan menghabiskan waktunya hanya untuk bermain karena anak masih polos yang dia
tahu hanya bermain maka dari itu agar tidak megalami masa kecil kurang bahagia anak
tidak boleh dibatasi dalam bermain. Peranan guru SD yaitu harus mengetahui karakter
anak sehingga dalam penerapan metode atau model pembelajaran bisa sesuai dan
mencapai sasaran, misalnya model pembelajaran yang santai namun serius, bermain
sambil belajar, serta dalam menyusun jadwal pelajaran yang berat(IPA, matematika
dll.) dengan diselingi pelajaran yang ringan(keterampilan, olahraga dll.)
Pada umur anak SD, anak masih cengeng dan manja. Mereka selalu ingin
diperhatikan dan dituruti semua keinginannya mereka masih belum mandiri dan harus
selalu dibimbing. Peranan guru SD yaitu membuat metode pembelajaran tutorial atau
metode bimbingan agar kita dapat selalu membimbing dan mengarahkan anak,
membentuk mental anak agar tidak cengeng.
6. Anak usia SD Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain
Pada pendidikan dasar yaitu SD, anak susah dalam memahami apa yang
diberikan guru. Peranan guru SD harus dapat membuat atau menggunakan metode
yang tepat misalnya dengan cara metode ekperimen agar anak dapat memahami
pelajaran yang diberikan dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran yang diberikan
sedangkan dengan ceramah yang dimana guru Cuma berbicara didepan membuat anak
malah tidak memahami isi dari apa yang dibicarakan oleh gurunya.
Di dalam suatu interaksi social anak biasanya mencari perhatian teman atau
gurunya mereka senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan berbagai cara
dilakukan agar orang memperhatikannya. Peran guru SD untuk mengarahkan perasaan
anak tersebut dengan menggunakan metode tanya jawab misalnya, anak yang ingin
diperhikan akan berusaha menjawab atau bertanya dengan guru agar anak lain beserta
guru memperhatikannya.
Dalam kehidupan sehari hari anak mencari suatu figur yang sering dia lihat
dan dia temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang
yang ingin dia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata banyak anak yang terpengaruh
acara televisi dan menirukan adegan yang dilakukan disitu, misalkan acara smack
down yang dulu ditayangkan sekarang sudah ditiadakan karena ada berita anak yang
melakukan gerakan dalam smack down pada temannya, yang akhirnya membuat
temannya terluka. Namun sekarang acara televisi sudah dipilah-pilah utuk siapa acara
itu ditonton sebagai calon guru kita hanya dapat mengarahkan orang tua agar selalu
mengawasi anaknya saat dirumah. Contoh lain yang biasanya ditiru adalah seorang
guru yang menjadi pusat perhatian dari anak didiknya. Peranan guru SD harus menjaga
tindakan, sikap, perkataan, penampilan yang bagus dan rapi agar dapat memberikan
contoh yang baik untuk anak didik kita.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembelajaran di SD hendaknya:
Sri Anitah, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Udin S. Winataputra, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka
Hendro Darmojo dan Jenny R.E Kaligis. (1992). Pendidikan sekolah dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.