Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN ANAK

Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak-anak awal dan anak-anak madya

KELOMPOK 3 :

NAMA:

1. Felesia Junisi Pasaribu 19022079


2. Lany Krisdayanti 19022094
3. Nabila Hatsya 19022100
4. Riri Afrila 19022123

DOSEN:

Rifdayetti,M.Pd

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah
serta hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan anak, dengan judul “
faktor yang mempengaruhi perkembangan anak-anak awal dan anak-anak madya”
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi teman-teman untuk mengetahui
tentang bagaimana perkembangan anak. kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kami.

Padang, 21 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar Belakang................................................................................................................

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................

C. Tujuan.............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….

A. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak-anak awal……………………………


B. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak madya……………………………….

BAB III PENUTUPAN……………………………………………………………………

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………..

Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Anak usia dini adalah anak kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik.2 Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia
6 tahun. Usia ini adalah usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak. Usia dini meripakan usia ketika anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. 3 Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan
memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Pada masa ini stimulasi seluruh
aspek perkembangan memiliki peran penting untuk tugas perkembangan selanjutnya.

1.2 Rumusan masalah

A. faktor yang mempengaruhi perkembangan anak-anak awal dan anak-anak madya

1. faktor lingkungan

2. faktor keluarga

3. faktor emosi

1.3 Tujuan

A. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan anak-anak awal dan anak-anak
madya

1. faktor lingkungan

2. faktor keluarga

3. faktor emosi
BAB II

PEMABAHASAN

A. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak-anak awal


Menurut Syamsu Yusuf LN, dalam buku Psikologi Perkembangan Anak & Remaja halaman
31 Periode awal anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa akhir bayi hingga
usia 5 atau 6 tahun: periode ini kadang-kadang disebut juga tahun-tahun pra sekolah “pre school
years”. Selama masa ini, anak belajar untuk menjadi lebih mandiri dan memerhatikan dirinya.
Mereka mengembangkan kesiapan sekolah (seperti mengikuti perintah dan mengenal huruf) dan
menghabiskan banyak waktu untuk bermain dengan teman sebayanya.Kemudian Jauh sebelum
studi ilmiah tentang anak dilakukan,kenyataan yang telah diterima ialah tahun-tahun pertama
merupakan saat yang kritis bagi perkembangan anak. Hal ini seperti yang dikatakan oleh
peribahasa “ guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Dengan cara yang lebih puitis, Milton
menyatakan fakta yang sama saat ia menulis, ”masa kanak-kanak meramalkan masa dewasa,
sebagaimana pagi meramalkan hari baru.” Dari penjelasan di atas menujukkan bahwa Masa awal
anak-anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa akhir bayi hingga usia 5 atau
6 tahun. periode ini kadang-kadang disebut juga tahun-tahun pra sekolah “ preschool years”. Dan
tahun-tahun pertama ini merupakan saat yang kritis bagi perkembangan anak. Maka orang
tuanyalah yang sangat berperan penting pada masa ini untuk memberikan contoh yang baik
kepada anaknya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan pada anak-anak awal adalah:

1. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak, diantaranya


adalah faktor lingkungan sekolah dan faktor lingkungan masyarakat

a. lingkungan Sekolah
Sekolah telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Mereka di sekolah bukan hanya
hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai kegiatan yang telah dirancang dan diprogram
sedemikian rupa. Karena itu disamping keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat berarti
bagi perkembangan anak.
Guru adalah orang-orang yang sudah dididik dan dipersiapkan secara khusus dalam bidang
pendidikan. Mereka menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang bisa menjadi
stimulus bagi perkembangan anak-anak lengkap dengan penguasaan metodologi
pembelajarannya.

Dalam konteks perkembangan anak, hal tersebut merupakan salah satu sisi keunggulan guru
dari pada orang-orang dewasa lain pada umumnya. Karenanya lazimnya pengalaman interaksi
pendidikan dengan guru di sekolah akan lebih bermakna bagi anak dari pada pengalaman
interaksi dengan sembarang orang dewasa lainnya. Dengan kata lain, interaksi pendidikan di
sekolah tidak hanya berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek pribadi lainnya.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa dilihat dari sisi perkembangan anak, sekolah berfungsi
dan bertujuan untuk memfasilitasi proses perkembangan anak, secara menyeluruh sehingga dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Meskipun tampaknya di sekolah itu sangat dominan dalam perkembangan aspek
intelektual dan kognisi  anak, namun sebenarnya sekolah berfungsi dan berperan dalam
mengembangkan segenap aspek perilaku termasuk perkembangan aspek-aspek sosial moral dan
emosi.

Dijelaskan oleh Bredekamp bahwa sasaran kurikulum sekolah yang tepat itu adalah :

1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak dalam semua bidang


perkembangan fisik, sosial, emosi dan intelektual guna membangun suatu fundasi untuk
belajar sepanjang hayat;
2. Mengembangkan harga diri anak, rasa kompoten dan perasaan-perasaan positif terhadap
belajar. Sekolah-sekolah di Indonesia juga tidak terlepas dari fungsi dan peranannya dalam
mengembangkan keimanan dan ketakwaan anak sehingga mereka menjadi manusia-manusia
yang beragama dan beramal kebajikan.

b. lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat mempunyai peranan dalam mengembangkan perilaku dan
kepribadian anak. Dalam masyarakat anak bergaul dengan teman sebayanya maupun yang lebih
muda atau bahkan yang lebih tua. Dari pergaulan inilah anak akan mengetahui bagaimana orang
lain berperilaku dan anak dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat
serta anak dapat berpikir dan mencari penyelesaiannya.

2. Faktor keluarga
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga adalah:
a. Pengasuhan
Menurut benzies 2009, Pengasuhan yang baik memerlukan waktu dan usaha. Kita tidak bisa
melakukannya dengan setengah-setengah, yang dibutuhkan anak bukan kuantitas waktu yang
diluangkan orang tua untuk anak-anaknya, tetapi yang lebih penting adalah kualitas pengasuhan
Diana baumrid (1971) berkeyakinan bahwa orang tua seharusnya tidak menghukum atau
bersikap dingin kepada anak-anaknya, orang tua seharusnya mengembangkan aturan-aturan dan
bersikap hangat kepada anak-anaknya. Ia mendeskripsikan 4 tipe gaya pengasuhan:
 Pengasuhan otoritarian (authoritarian parenting) adalah gaya yang bersifat membatasi
dan menghukum, dimana orang tua mendesak anaknya agar mematuhi orang tua serta
menghormati usaha dan jerih payah mereka. orang tua otoritarian menempatkan batasan-
batasan dan kendali yang tegas pada anak serta tidak banyak memberi peluang kepada
anak-anak untuk bermusyawarah. Anak-anak dari orang tua otoritarian sering kali tidak
bahagia, takut, dan cemas ketika membandingkan dirinya dengan orang lain, tidak
memiliki inisiatif, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
 Pengasuhan otoritarif (authoritative parenting) mendorong anak-anak untuk mandiri
namun masih tetap memberi batasan dan kendali atas tindakan-tindakan anak. Orang tua
masih memberikan kesempatan untuk berdialog secara verbal. Di samping itu orang tua
juga bersifat hangat dan mengasuh. Orang tua yang autoritatif akan merangkul anak dan
mengatakan, “kamu tahu bahwa seharusnya kamu tidak melakukan hal itu, sekarang mari
kita bicarakan bagaimana agar kelak kamu mampu menangani situasi itu secara lebih
baik” orang tua otoritatif memperlihatkan rasa senang dan dukungan sebagai respons
terhadap tingkah laku konstruktif anak-anak. Anak-anak yang orang tuanya otoritatif
sering kali terlihat riang-gembira, memiliki kendali diri dan percaya diri, serta
berorientasi pada prestasi, mereka cenderung mempertahankan relasi yang bersahabat
dengan teman-teman sebaya, kooperatif dengan orang dewasa, dan mampu mengatasi
stress dengan baik.
 Pengasuhan yang melalaikan (neglectful parenting) adalah gaya dimana orang tua sangat
tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak-anak yang orang tuanya lalai mengembangkan
perasaan bahwa aspek-aspek lain dari kehidupan orang tua lebih penting daripada
mereka. Anak-anak ini cendrung tidak kompeten secara social. Banyak anak-anak yang
kurang memiliki kendali diri dan tidak mampu menangani independensi secara baik.
Mereka sering kali memiliki harga diri yang rendah, tidak matang, dan mungkin terasing
dari keluarga.
 Pengasuhan yang memanjakan (indulgent parenting) adalah gaya dimana orang tua
sangat terlibat dengan anak-anaknya namun kurang memberikan tuntutan atau kendali
terhadap mereka. Orang tua semacam ini membiarkan anak-anaknya melakukan apapun
yang mereka inginkan, hasilnya adalah anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan
prilakunya sendiridan selalu berharap kemauan mereka dituruti. Anak-anak dari orang tua
memanjakan , jarang belajar menghormati orang lain dan kesulitan mengendalikan
perilakunya. Mereka mungkin mendominasi, egosentris, tidak patuh, dan kesulitan dalam
relasi dengan kawan sebaya.
b. Perlakuan yang salah pada anak
Terdapat empat tipe jenis-jenis perlakuan yang salah pada anak (national clearinghouse on
child abuse and neglect, 2004) :
 Kekerasan fisik ditandai oleh penderitaan cedera fisik yang disebabkan oleh pukulan,
hantaman, tendangan, tusukan, pembakaran, guncangan, atau hal-hal yang melukai anak.
Orang tua atau orang lain mungkin tidak bermaksud melukai anak, cedera yang dialami
mungkin akibat hukuman fisik yang berlebihan (milot dkk, 2010).
 Pengabaian anak ditandai oleh kegagalan untuk menyediakan kebutuhan dasar anak.
Pengabaian dapat bersifat fisik, contohnya tidak mengacuhkan anak, dalam pendidikan
misalnyamengizinkan anak membolos sekolah.
 Kekerasan seksual ditandai oleh mengusap genital anak, hubungan intim, perkosaan,
sodomi,eksploitasi yang bersifat komersial.
 Kekerasan emosional meliputi tindakan atau kelalaian dari orang tua atau pengasuh lain
yang menimbulkan atau dapat menimbulkan masalah-masalah perilaku, kognitif atau
emosi (van harmelen dkk, 2010)
c. Relasi dengan saudara andung dan urutan kelahiran
 Relasi dengan saudara kandung
Judy dunn (2007), ahli terkemuka tentang relasi dengan saudara kandung, mendeskripsikan
tiga karakteristik penting dalam relasi dengan saudara kandung:
1. Kualitas emosi relasi itu, baik emosi positif dan emosi negative yang intensif sering kali
saling diekspresikan di antara saudara kandung. Sebagian besar anak-anak dan remaja
memiliki perasaan yang bercampur- baur terhadap saudara kandungnya.
2. Rasa kekeluargaan dan keakbraban relasi itu. Saudara kandung biasanya sangat mengenal
satu dengan lainya, dan keakraban ini mengindikasikan bahwa mereka dapat saling
mendukung, menggoda, atau menyepelekan, tergantung situasinya.
3. Variasi dalam relasi dengan saudara kandung. Beberapa saudara kandung
mendeskripsikan relasi mereka secara lebih positif daripada saudara kandung lainnya.
Jadi, terdapat beberapa variasi dalam dalam relasi dengan saudara kandung.

3. Faktor emosi
Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia
prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh
terhadap perilaku anak. Woolfson menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan emosional,
seperti ingin dicintai, dihargai, rasa aman, merasa kompeten dan mengoptimalkan
kompetensinya.

Pada usia prasekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan emosi. Pada usia
enam tahun anak-anak memahami konsep emosi yang lebih kompleks, seperti kecemburuan,
kebanggaan, kesedihan dan kehilangan, tetapi anak-anak masih memiliki kesulitan di dalam
menafsirkan emosi orang lain. Pada tahapan ini anak memerlukan pengalaman pengaturan
emosi, yang mencakup kapasitas untuk mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosional, serta
menjaga perilaku yang terorganisir ketika munculnya emosi-emosi yang kuat dan untuk
dibimbing oleh pengalaman emosional. Seluruh kapasitas ini berkembang secara signifikan
selama masa prasekolah dan beberapa diantaranya tampak dari meningkatnya kemampuan anak
dalam mentoleransi frustasi.

Santrock (2007) perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal ditandai dengan
munculnya emosi evaluatif yang disadari rasa bangga, malu, dan rasa bersalah, dimana
kemunculan emosi ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai memahami dan menggunakan
peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka. Berikut penjelasan dari tiga emosi
tersebut:

1) Rasa bangga Perasaan ini akan muncul ketika anak merasakan senang setelah sukses
melakukan perilaku tertentu. Rasa bangga sering diasosiasikan dengan pencapaian suatu tujuan
tertentu.

2) Malu Perasaan ini muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi standar
atau target tertentu. Anak yang sedang malu sering kali berharap mereka bisa bersembunyi atau
menghilang dari situasi tersebut. Secara fisik anak akan terlihat mengerut seolah-olah ingin
menghindar dari tatapan orang lain. Dan biasanya rasa malu lebih disebabkan oleh interpretasi
individu terhadap kejadian tertentu.

3) Rasa bersalah Rasa ini akan muncul ketika anak menilai perilakunya sebagai sebuah
kegagalan. Dan dalam mengekspresikan perasaan ini biasa anak terlihat seperti melakukan
gerakan-gerakan tertentu seakan berusaha memperbaiki kegagalan mereka.

B. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak-anak madya

1. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Salah


satunya faktor lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

a. Lingkungan sekolah
Sekolah mempunyai peranan dalam mengembangkan potensi pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki anak, menciptakan budi pekerti yang luhur, membangun solidaritas terhadap
sesama yang tinggi, serta mengembangkan keimanan dan ketakwaan anak agar menjadi manusia
yang beragama dan beramal kebajikan.

Sekolah telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Mereka di sekolah bukan hanya
hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai kegiatan yang telah dirancang dan diprogram
sedemikian rupa. Karena itu disamping keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat berarti
bagi perkembangan anak.

Guru adalah orang-orang yang sudah dididik dan dipersiapkan secara khusus dalam bidang
pendidikan. Mereka menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang bisa menjadi
stimulus bagi perkembangan anak-anak lengkap dengan penguasaan metodologi
pembelajarannya.

Dalam konteks perkembangan anak, hal tersebut merupakan salah satu sisi keunggulan guru
dari pada orang-orang dewasa lain pada umumnya. Karenanya lazimnya pengalaman interaksi
pendidikan dengan guru di sekolah akan lebih bermakna bagi anak dari pada pengalaman
interaksi dengan sembarang orang dewasa lainnya. Dengan kata lain, interaksi pendidikan di
sekolah tidak hanya berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek pribadi lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa dilihat dari sisi perkembangan anak, sekolah berfungsi dan
bertujuan untuk memfasilitasi proses perkembangan anak, secara menyeluruh sehingga dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Meskipun tampaknya di sekolah itu sangat dominan dalam perkembangan aspek
intelektual dan kognisi  anak, namun sebenarnya sekolah berfungsi dan berperan dalam
mengembangkan segenap aspek perilaku termasuk perkembangan aspek-aspek sosial moral dan
emosi.

Dijelaskan oleh Bredekamp bahwa sasaran kurikulum sekolah yang tepat itu adalah :
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak dalam semua bidang
perkembangan fisik, sosial, emosi dan intelektual guna membangun suatu fundasi untuk
belajar sepanjang hayat;
2. Mengembangkan harga diri anak, rasa kompoten dan perasaan-perasaan positif terhadap
belajar. Sekolah-sekolah di Indonesia juga tidak terlepas dari fungsi dan peranannya dalam
mengembangkan keimanan dan ketakwaan anak sehingga mereka menjadi manusia-manusia
yang beragama dan beramal kebajikan

b. Lingkungan masyarakat

Masyarakat tempat anak – anak hidup dan bergaul, dengan orang dewasa yang juga memiliki
peran dan pengaruh tertentu dalam pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Disana mereka
bergaul, melihat orang – orang beperilaku dan menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang
seyogjanya dipenuhi oleh yang bersangkutan.

Perkembangan anak, dari lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat dapat


mendukung perkembangan anak di keluarga maupun di sekolah, begitupun sebaliknya.

1. Pengaruh Media Informasi Terhadap Perkembangan Anak


Masyarakat tempat anak-anak hidup dan bergaul dengan anak-anak orang dewasa lainnya
juga merupakan lingkungan perkembangan yang memiliki peran dan pengaruh tertentu dalam
pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Disana mereka bergaul, disana mereka melihat
orang-orang berprilaku, disana mereka menemukan sejumlah aturan dan tuntunan yang
seyogyanya dipenuhi oleh yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman interaksional anak pada
masyarakat ini akan member kontribusi tersendiri dalam pembentukan perilaku dan
perkembangan pribadi anak.

Namun tidak selamanya budaya-budaya baik yang dikembangkan di rumah dan di sekolah itu
sejalan dengan apa yang terjadi di masyarakat. Sementara di rumah dan di sekolah tidak pernah
diajarkan untuk mencuri, berkelahi, mengkhianati orang lain dan sebagainya. Misalnya ; tapi di
masyarakat semua hal itu terjadi. Kondisi demikian tentunya akan menimbulkan sejumlah
pertanyaan, sikap kritis, dan bahkan mungkin kebingungan pada diri anak.
Disinilah perlunya ikatan psikologis yang kuat antara keluarga dengan anak sehingga
keluarga tetap dipercaya sebagai tempat yang baik untuk membicarakan dan memahami berbagai
permasalahan yang terjaadi di masyarakat. Baik tidaknya suatu masyarakat akan tergantung
kepada keluarga-keluarga yang membangun masyarakat bersangkutan.

1. Pengaruh Negatif Media Informasi


Di era informasi ini, peran media informasi dalam kehidupan sangat dominan. Saat ini, kita
dapat menyaksikan betapa berjamurnya TV-TV swasta, parabola, dan internet. Semua ini dapat
memberikan pengaruh negative bagi anak – anak, apabila mereka menyaksikan tayangan TV
tanpa ada pengawasan dari orang tua.

Penggunaan internet juga tidak kalah berbahaya apabila tanpa pengawasan, karena
banyaknya informasi – informasi yang tidak layak konsumsi bagi anak-anak.

2. Pengaruh Positif Media Informasi


Selain pengaruh negative, media informasi juga memberikan pengaruh positif  bagi
perkembangan anak, khususnya dalam mengkondisikan anak berburu informasi dan
pengetahuan. Saat ini ada jutaan informasi yang dapat diperoleh dengan mudah melalui internet
hanya dalam hitungan detik saja.

Bahkan, kementrian pendidikan pun telah meluncurkan Buku Sekolah Elektronik yang dapat
di download oleh semua pengguna internet. Hal ini tentunya dapat membantu siswa dalam
belajar dan mendapatkan buku tambahan selain yang digunakan di sekolah.

2. Faktor keluarga

Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Predikat ini
mengindikasikan betapa esensialnya peran dan pengaruh lingkungan keluarga dalam
pembentukan perilaku dan kepribadian anak.
Pandangan yang sangat menghargai posisi dan peran keluarga sebenarnya bukan merupakan
sesuatu yang istimewah. Pandangan seperti ini sangat logis dan mudah dipahami karena
beberapa alasan berikut ini.

1. Keluarga lazimnya merupakan, pihak yang paling awal memberikan banyak perlakuan
kepada anak. Begitu anak lahir, lazimnya pihak keluargalah yang langsung menyambut dan
memberikan layanan interaktif kepada anak.
2. Sebagian besar waktu anak lazimnya dihabiskan di lingkungan keluarga.
3. Karakteristik hubungan orang tua-anak berbeda dari hubungan anak dengan pihak-pihak
lainnya (guru, teman, dan sebagainya ).
4. Interaksi kehidupan orang tua-anak di rumah bersifat “asli”, seadanya dan tidak dibuat-
buat.
Peran keluarga lebih banyak memberikan pengaruh dukungan, baik dari dalam penyediaan
fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif. Sebaliknya, dalam hal pembentukan
perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya, lingkungan
keluarga bisa memberikan pengaruh yang sangat dominant.

Di sini lingkungan keluarga dapat memberikan pengaruh kuat dan sifatnya langsung
berkenaan dengan pengembangan aspek-aspek perilaku seperti itu, keluarga dapat berfungsi
langsung sebagai lingkungan kehidupan nyata untuk memperaktekkan aspek-aspek perilaku
tersebut.

Radin menjelaskan 6 kemungkinan cara yang dilakukan orang tua dalam mempengaruhi
anak, yakni sebagai berikut ini :

1. Permodelan perilaku (modeling of behavior). Baik disengaja atau tidak, orang tua dengan
sendirinya akan menjadi model bagi anaknya. Imitasi bagi anak tidak hanya yang baik-baik
saja yang diterima oleh anak, tetapi sifat-sifat yang jeleknyapun akan dilihat pula.
2. Memberikan ganjaran dan hukuman (giving rewards and punishments). Orang tua
mempengaruhi anaknya dengan cara memberikan ganjaran terhadap perilaku-perilaku yang
dilakukan oleh anaknya dan memberikan hukuman terhadap beberapa perilaku lainnya.
3. Perintah langsung (direct instruction).
4. Menyatakan peraturan-peraturan (stating rules).
5. Nalar (reasoning). Pada saat-saat menjengkelkan, orang tua bias mempertanyakan 
kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu digunakan orang tua untuk mempengaruhi
anaknya.
6. Menyediakan fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana (providing materials and
sttings). Orang tua dapat mempengaruhi perilaku anak dengan mengontrol fasilitas atau
bahan-bahan dan adegan suasana.
Perkembangan moral anak akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan keluarganya.
Karenaya, keharmonisan keluarga menjadi sesuatu hal mutlak untuk diwujudkan, misalnya
suasana rumah. Ketika keikhlasan, kejujuran dan kerjasama kerap diperlihatkan oleh masing-
masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari, maka hampir bisa dipastikan hal yang
sama juga akan dilakukan anak bersangkutan.

Sebaliknya, anak akan sangat sulit menumbuhkan dan membiasakan berbuat dan bertingkah
laku baik manakala di dalam lingkungan keluarga (sebagai ruang sosialasi terdekat, baik fisik
maupun psikis) selalu diliputi dengan pertikaian, pertengkaran, ketidakjujuran, kekerasan, baik
dalam hubungan sesama anggota keluarga ataupun dengan lingkungan sekitar rumah.

3. Faktor emosi

Mengutip pendapat Sarwono (1989), emosi adalah sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu
dalam diri manusia, emosi merupakan penyesuaan organis yang timbul secara otpomatis pada
diri manusia dalam menghadapi situasi-situasi tertentu (Sarwono, 1989). Perasaan biasanya
didefinisikan dengan gejala psikis yang bersifat subyektif pada umumnya berhubungan dengan
gejala mengenal dan dialami dalam diri seseorang. Ungkapan atau perasaan yang individu
rasakan belum tentu menyenangkan menurut orang lain. Seringkali perasaan berhubungan
dengan gejala jasmani tetapi tetap berfungsi sendiri.

dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu ekspresi jiwa berupa perasaan yang sifatnya
subyektif dan mendalam yang diperoleh dari stimulus yang diterima.
Pada masa kanak-kanak akhir sudah ada keinginan untuk dapat mengendalikan emosinya,
karena ungkapan emosi terutama emosi yang kurang baik, secara sosial tidak diterima oleh
teman-teman sebaya. Anak merasa jika ia menampakkkan emosi yang kurang baik dianggap
sebagi pengecut, menyakiti hati orang lain dan tidak suportif. Tidak semua emosi pada masa ini
menyenangkan, banyak ledakan amarah karena anak menderita kekhawatiran dan perasaan
kecewa. Anak perempuan sering menangis sedangkan anak laki-laki mengungkapkan kekesalan
dan kekhawatiran dengan cemberut dan merajuk (Hurlock, 1980).

Meningginya emosi pada masa kanak-kanak akhir disebabkan oleh keadaan fisik dan
lingkungan. Kalau anak sakit atau lelah cenderung marah, rewel, dan umunya sulit dihadapi.
Sedangkan faktor lingkungan antaralain adalah penyesuaian anak pada saat masuk sekolah.
Namun pada umumnya, akhir masa kanak-kanak merupakan periode yang relatif tenang sampai
mulainya masa puber.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam proses perkembangan manusia, terdapat bebrapa faktor yang mempengaruhi


perkembangan pada anak, diantaranya adalah faktor lingkungan, faktor keluarga dan faktor
emosi. Tanpa adanya dukungan dari faktor- faktor tersebut maka proses perkembangan dalam
mewujudkan potensi pembawaan menjadi kemampuan nyata tidak akan terjadi.

Lingkungan dalam pengertian umum berarti situasi di sekitar kita. Dalam dunia
pendidikan, arti lingkungan itu luas sekali, yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri anak
dalam alam semesta ini. Lingkungan ini mengitari manusia sejak manusia dilahirkan sampai
meninggal. Antara lingkungan dan manusia terdapat pengaruh timbal balik, artinya lingkungan
mempengaruhi manusia, dan manusia juga mempengaruhi lingkungan di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai