Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BAHASA ANAK USIA DINI

Whole language untuk anak usia dini dan bahasa sebagai sytem
kognitif

Di Susun oleh
Kelompok 3
Nama :
1. feny meriani (19022080)
2. Lany Krisdayanti (19022094)
3. Neza Rizki Nofira (19022102)
4. Riri Afrilia (19022123)
Dosen :
Dra. Hj. Yul Syofriend, M.pd

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah
serta hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Anak Usia Dini, dengan judul “
Whole language untuk anak usia dini dan bahasa sebagai sytem kognitif”
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para mahasiswa untuk mengetahui
tentang bagaimana pemerolehan bahasa aud. kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kami.

Padang, 13 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................

A. Latar Belakang ...........................................................................................................

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................

C. Tujuan ........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….

A. Whole linguistic anak usia dini……………………………………………………….


B. Bahasa sebagai system kognitif………………………………………………………
C. Bahasa mempengaruhi perkembangan kognitif dalam perkembangannya…………...

BAB III PENUTUPAN………………………………………………………………..

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….
B. Daftar pustaka……………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang untuk mengutarakan perasaan
yang sedang dialaminya, sehingga beban hidupnya dapat terasa lebih ringan. Bahasa juga
merupakan beberapa symbol baik verbal maupun visual yang dapat digunakan untuk
mendapatkan pemahaman suatu informasi baru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membaca
informasi tersebut di buku atau majalah dan dapat didengar melalui radio atau media elektronik.

Anak usia dini sebenarnya belum mampu menguasai kata-kata, dengan kemampuanya yang
sedang berkemang pesat, anak usia dini mulai mengerti dan memahami satu per satu makna kata,
dan apa yang dikatakan oleh orang dewasa. Selain dapat berkomunikasi dengan orang dewasa,
anak dapat berinteraksi dengan teman sebayanya.

Selain itu, dengan menggunakan bahasa anak akan tumbuh dan berkembang menjadi
manusia dewasa yang dapat bergaul ditengah-tengah masyarakat. Melalui bahasa pula anak dapat
menceritakan pengalaman dan perasaanya melalui symbol-simbol yang dapat dipahami oleh
orang lain.

Whole language adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang mengajarkan
bahasa secara utuh. Pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti kosa kata
dan tata bahasa disajikan secara utuh bermakna dalam satu situasi yang nyata

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa itu whole linguistik anak usia dini
B. Bahasa sebagai system kognitif
C. Bahasa mempengaruhi perkembangan kognitif dalam perkembangannya
1.3 Tujuan
A. Mengetahui whole linguistic anak usia dini
B. Mengetahui bahasa sebagai system kognitif
C. Mengetahui bahasa mempengaruhi perkembangan kognitif
BAB II

PEMBAHASAN

A. whole linguistik anak usia dini

Pendekatan whole language padadasarnya merupakan pembelajaran secara alami yang


pembinaanya dapat dilakukan di dalam kelas dan disekolah, pembelajaran whole language
merupakan pendekatan pembelajaran dimana suatu lingkungan yang menyeluruh, dimana anak
sudah siap untuk mengembankan kemampuan berbahasa dengan cara di tenggalamkan (immerse)
dalam bentuk kegiatan mendengar, bercakap,membaca dan menulis. Kegiatan pembelajaran
whole language handaknya dipelajari anak secara alami dan dipelajari secara utuh serta
membiarkan anak memperoleh pengetahuan bahasa dengan sendirinya tanpa paksaan dari
lingkungan sekitar, memperkenalkan huruf,tulisan dan membaca pada saat bersamaan melalui
kegiatan bermain adalah salah satu dari sekian banyak cara yangbisa dilakukan oleh para guru
untuk membantu anak belajar tentang bahasa keduanya dan ini hanya terjadi di dalam kelas
dengan interaksi antar teman dan guru.

Beberapa teori mengenai whole language yang dikemukakan oleh para ahli adalah:

Weaver : whole language adalah suatu teori pembelajaran bahasa secara alamiah dan bagaimana
sistem pembelajaran dapat membantu kemajuan di dalam kelas dan sekolah.

Routman : whole language adalah suatu teori yang menunjukkan pada kebermaknaan yang
nyata dan sesuai dengan kegiatan mengajar dan belajar bahasa.

David : whole language adalah suatu teori praktek mengajar yang telah disusun dari keberhasilan
praktek guru dalam mengimplementasikan pembelajaran tentang bagaimana anak belajar,
bagaimana mereka belajar bahasa, dan bagaimana perkembangan penguasaan bahasa dalam
lingkungan dan lingkungan luar sekolah.
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. dengan pendekatan whole language pada dasarnya pembelajaran secara alami
pembinaanya dapat dilakukan di dalam kelas dan disekolah. Berdasarkan pada keyakinan
tentang hakikat belajar dan bagaimana belajar, diharapkan anak-anak dapat berkembang
secara optimal karena mereka mengikuti proses belajarnya sendiri.
b. Pembelajaran whole language dibangun atas dasar suatu pemahaman bahwa anak sudah
siap untuk mengembangkan pembelajaran juga diperlukan penyediaan berbagai
kebutuhan anak agar terjadi pembelajaran yang bermakna yang dapat mengembangkan
proses keaksaraan.
c. Pendekatan pembelajaran whole language menekankan pada kegiatan pembelajaran
bermakna yang meliputi semua proses belajar bahasa seperri mendengar, berbicara
menulis, dan membaca semuanya dipelajari secara alami dalam artian dipelajari secara
utuh dan membiarkan anak memperoleh pengetahuan bahasa dengan sendirinya tanpa
paksaan dari lingkungan sekitar.
Berdasarkan konsep psikolinguistik, sosiolinguistik, psikologi kognitif, psikologi
perkembangan, antropologi dan pendidikan maka whole language dapat dilaksanakan dengan
cara :

1. Immersion, menenggelamkan anak pada lingkungan yang kaya akan bahasa tulisan
sehingg anak akan belajar sendiri, guru hanya bertugas sebagai fasilitator.
2. Opportunity and resources, menyediakan waktu, material, ruang, dan berbagai aktifitas
dimana anka dapat menjadi pendegar, pembicara, pembaca dan penulis. Termasuk
pengulangan. Banyak guru dan orang tua tidak menyukai pengulangan padahal
pengulangan akan membantu anak mengingat kosa kata yang baru saja di pelajarinya.
3. Meaningful communivation, memfokuskan komunikasi pada hal-hal yang bermakna
dimana pengalaman berbicara, mendengar, membeca, dan menulis dapat
dikomunikasikan secara menyeluruh.
4. Acceptance, menerima anak sebagai pembaca dan penulis yang berkemampuan secara
menyeluruh sehingga dengan demikian terjadi komunikasi yang bermkana.
5. Expectancy, menciptakan atsmosfer yang mengandung harapan yang berpengaruh
terhadap iklim yang dapat mendorong dan membantu budaya aksara secara terus menrus.

Berdasarkan penjelasa-penjekasan di atas maka pendekatan pembelajaran whoe language


adalah suatu pendekatan pengajaran perolehan bahasa yang dapat diimplementasikan di
dalam kelas maupun disekolah secara alami dengan tujuan membiarkan anak belajar
berbahasa dengan sendirinya tanpa paksaan dan menyenagkan. Oleh sebab itu guru
harusberusaha menciptakan sebuah kelas yang menyenangkan. Olehsebab itu guru harus
berusaha menciptakan sebuah kelas yang menyenagkan (full of joy) dan gurujuga harus
berusaha mengajar dengan menyenagkan (teaching of joy) termasuk dalam mengembangkan
kemampuan membaca permulaan.

B. Bahasa Sebagai System Kognitif

Bahasa adalah alat untuk berpikir, mengekspresikan diri dan berkomunikasi. Bahasa
mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk
menyampaikan makna kepada orang lain. Perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa
anak memiliki hubungan yang erat. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
proses berpikir anak. Dengan bahasa anak dapat lebih mudah memahami suatu informasi
maupun kemampuan yang baru. Kemampuan berbahasa seseorang banyak dipengaruhi oleh
kapasitas kemampuan kognitifnya. Besarnya kesempatan yang diperoleh untuk melakukan
proses belajar dari lingkungannya mempengaruhi kemampuan berbahasa anak

Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan


pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk
pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Dalam berbahasa, anak dituntut untuk
menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan.
Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan
tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah: pemahaman, pengembangan
perbendaharaan kata, penyusunan kata-kata menjadi kalimat, dan ucapan.

Kemampuan kognitif berkaitan dengan semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Menurut Berk dalam Vina
Adriany (2014) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif adalah kapasitas intelektual yang
dimiliki oleh seorang anak dan bagaimana kapasitas tersebut berkembang sampai mereka dewasa
kelak.
Perkembangan kognitif meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan
dengan persepsi, pemikiran, ingatan, keterampilan berbahasa dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan
masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari, memperhatikan,mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan
memikirkan lingkungannya (Desmita, 2009:258). Pendekatan-pendekatan perkembangan
kognitif menekankan pada cara anak secara aktif membangun pemikirannya. Pendekatan tersebut
juga sangat berfokus pada cara berpikir anak yang berubah dari satu titik perkembangan ke titik
perkembangan berikutnya. Proses yang digunakan anak ketika membangun pengetahuan mereka
mencakup skema, asimilasi dan akomodasi (Santrock, 2012:7).
Menurut Vygotsky pada mulanya bahasa dan pikiran anak berbeda. Kemudian secara
perlahan, sesuai tahap perkembangan mentalnya, bahasa dan pikiran menyatu sehingga bahasa
merupakan ungkapan dari pikiran. Anak secara alami belajar bahasa dari interaksinya dengan
orang lain untuk berkomunikasi, yaitu menyatakan pikiran dan keinginannya memahami pikiran
dan keinginan orang lain.
Vygotsky dalam Jamaris (2006: 34) mengemukakan bahwa “ada dua alasan yang
menyebabkan perkembangan bahasa berkaitan dengan perkembangan kognitif.Pertama, anak
harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi atau berbicara dengan orang lain. Kemampuan
ini disebut dengan kemampuan bahasa secara eksternal dan menjadi dasar bagi kemampuan
berkomunikasi kepada diri sendiri. Kedua, transisi dari kemampuan berkomunikasi secara
eksteranal kepada kemampuan berkomunikasi secara interanal membutuhkan waktu yang cukup
panjang. Transisi ini terjadi pada fase praoperasional, yaitu pada usia 2-7 tahun. Selama masa ini,
berbicara pada diri sendiri merupakan bagian dari kehidupan anak. Ia akan berbicara dengan
berbagai topik dan tentang berbagai hal, melompat dari satu topik ke topik lainya. Pada saat ini
anak sangat senang bermain bahasa dan beranyanyi. Pada usia 4-5 tahun, anak sudah dapat
berbicara dengan bahasa yang baik, hanya sedikit kesalahan ucapan yang di lakukan anak pada
masa ini. Ketiga, pada perkembangan selanjutnya anak akan bertindak tanpa berbicara. Apabila
hal ini terjadi, maka anak telah mampu menginteranalisasi percakapan egosentris (berdasarkan
sudut pandang sendiri) ke dalam percakapan di dalam dri sendiri.

C. Bahasa Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Berbicara merupakan sarana berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi dengan orang


lain, semua individu harus menguasai dua fungsi yang berbeda ; kemampuan menangkap
maksud yang ingin dikomunikasikan orang lain dan kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti.

Syamsu Yusuf dalam bukunya Psikologi Perkembangan bahwa bahasa merupakan


kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.Dalam pengertian ini tercakup semua cara
untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambing atau
symbol untuk mengungkapkan satu pengertian seperti dengan menggunakan lisan, tulisan,
isyarat bilangan, lukisan, dan mimik muka.

Sedangkan smilansky dalam beaty (1994) menemukan tiga fungsi utama bahasa pada
anak, yaitu :

a. Meniru ucapan orang dewasa

b. Membayangkan situasi (terutama dialog), dan

c. Mengatur permainan.

Tiga fungsi berbahasa diatas dapat dilakukan di TK/PAUD melalui kegiatan


mendongeng, berbagi pengalaman ataupun mengarang cerita dan puisi.

Manusia dapat berfikir tanpa menggunakan bahasa, namun bahasa mempermudah kita
belajar, mengingat, memecahkan masalah dan membuat kesimpulan. Dengan bahasa seseorang
dapat mengabstraksikan pengalamannya dan mengkomunikasikan pada orang lain karena bahasa
merupakan media tak terbatas yang mampu mengungkapkan segala pemikiran.

Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun


pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses
berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan
dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia
peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi
mengenai dunia yang telah ia punyai

. Oleh karena itu, menurut Djago Tarigan (dalam bukunya Novi Resmini, dkk) bagi anak
bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga berfungsi untuk mencapai tujuannya,
yakni: berbicara untuk menghibur, berbicara untuk menginformasikan, berbicara untuk
menstimulasi, berbicara untuk meyakinkan, berbicara untuk menggerakkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah mengungkapkan pikiran, perasaan dan
gagasan kepada orang lain agar terjalin komunikasi yang baik antara satu orang dengan orang
lain. Tujuan berbicara antara lain adalah tujuan menghibur orang, menginformasikan suatu
pesan, memberikan rangsangan kepada pendengar agar melakukan apa yang dikehendaki oleh
pembicara. Berbicara dapat meyakinkan pendengar agar menyakini, memahami dan menututi
kebenaran dari pembicara.

Hubungan bahasa dan pikiran (kognisi)

Keterkaitan antara bahasa dan pikiran pada dasarnya terletak pada asumsi bahwa bahasa
mempengaruhi cara pandang manusia terhadap dunia, serta mempengaruhi pikiran individu
pemakai bahasa tersebut. Keterkaitan antara keduanya dimungkinkan karena berpikir adalah
upaya untuk mengasosiasikan kata atau konsep untuk mendapatkan satu kesimpulan melalui
media bahasa.

Beberapa ahli mencoba memaparkan bentuk hubungan antara bahasa dan pikiran, atau
lebih disempitkan lagi, bagaimana bahasa mempengaruhi pemikiran manusia. Berikut ungakapan
bebrapa ahli tentang bahsa dan pikiran.

1. Teori Sapir Whorf

Edward Sapir dan B. L. Whorf adalah linguis amerika yang mengatakan bahwa manusia
hidup di dunia di bawah „belas kasih‟ bahasanya yang telah menjadi alat pengantar dalam
kehidupan bermasyarakat. Saphir dan Whorf mengatakan bahwa tidak ada dua bahasa yang
memiliki kesamaan untuk dipertimbangkan sebagai realitas sosial yang sama. Saphir dan Whorf
menguraikan dua hipotesis mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran. Hipotesis pertama
adalah lingusitic relativity hypothesis yang menyatakan bahwa perbedaan struktur bahasa secara
umum paralel dengan perbedaan kognitif non bahasa (nonlinguistic cognitive). Perbedaan bahasa
menyebabkan perbedaan pikiran orang yang menggunakan bahasa tersebut. Hipotesis kedua
adalah linguistics determinism yang menyatakan bahwa struktur bahasa mempengaruhi cara
inidvidu mempersepsi dan menalar dunia perseptual. Dengan kata lain, struktur kognisi manusia
ditentukan oleh kategori dan struktur yang sudah ada dalam bahasa

2. Teori Jean Piaget

Berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Saphir dan Whorf, sebaliknya menurut
Piaget justru pikiranlah yang membentuk bahasa, tanpa pikiran bahasa tidak akan ada. Piaget
mengemukakan ada dua hal penting mengenai hubungan bahasa dengan kegiatan-kegiatan
intelek (pikiran), yaitu: Sumber kegiatan intelek tidak terdapat dalam bahasa, tetapi dalam
periode sensorimotorik (2 tahun pertama perkembangan kognisi), yakni satu system skema,
dikembangkan secara penuh, dan membuat lebih dahulu gambaran-gambaran dari aspek-aspek
struktur golongan-golongan dan hubunganhubungan benda-benda (sebelum mendahului
gambarangambaran lain) dan bentuk-bentuk dasar penyimpanan dan operasi pemakaian kembali.
Pembentukan pemikiran yang tepat dikemukakan dan berbentuk terjadi pada waktu yang
bersamaan dengan pemerolehan bahasa. Keduanya milik suatu proses yang lebih umum, yaitu
konstitusi fungsi lambang pada umumnya.

3. Teori L. S.Vygotsky

Teori ini di lontarkan oleh L.S Vygotsky, dan ia mengatakan bahwa terdapat satu tahap
perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran
sebelum adanya bahasa. Lalu, dua garis perkembangan ini saling bertemu maka pikiran
berbahasa dan bahasa berpikir terjadi secara serentak. Maksudnya, pikiran dan bahasa pada
mulanya berkembang secara terpisah, tidak saling mempengaruhi satu sama lain, dengan kata
lain, mula-mula pikiran berkembang tanpa bahasa, begitu pula sebaliknya, bahasa pada mulanya
berkembang tanpa pikiran, kemudian pada tahap selanjutnya, keduanya bertemu, bekerjasama,
dan saling mempengaruhi

Dari uraian para ahli mengenai hubungan antara bahasa dan pikiran dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok diantaranya:

a. Bahasa mempengaruhi pikiran. Pikiran manusia dapat terkondisikan oleh kata yang
digunakan. Tokoh yang mendukung hubungan ini adalah Benyamin Whorf dan gurunya, Edward
Saphir. Whorf mencontohkan, orang Jepang memiliki pikiran yang sangat tinggi karena mereka
mempunyai banyak kosakata dalam menjelaskan sebuah realitas. Hal ini membuktikan bahwa
mereka memiliki pemahaman mendetail tentang realitas.

b. Pikiran mempengaruhi bahasa. Jean Piaget mengungkapkan bahwa perkembangan


aspek kognitif akan mempengaruhi bahasa yang digunakan. Semakin tinggi aspek tersebut,
semakin tinggi bahasa yang digunakannya.

c. Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi. Menurut Vigotsky, kata-kata dan pikiran
memiliki hubungan timbal balik. Maka dari itu, keduanya saling mempengaruhi. Keterkaitan
bahasa dan pikiran akan selalu menjadi satu bagian, dimana antara satu dengan yang lainnya
saling melengkapi dan tidak bisa dipisah sebagai pengaruh atas keduanya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa mampu mengubah pikiran melalui
beberapa formulasi, diantaranya:

a. Bahasa meningkatkan komunikasi.

b. Bahasa memperluas pikiran dengan adanya abstraksi.

c. Bahasa membentuk kebudayaan.

d. Bahasa dapat membangun verbal self concept.


BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Pendekatan whole language padadasarnya merupakan pembelajaran secara alami
yang pembinaanya dapat dilakukan di dalam kelas dan disekolah, pembelajaran whole language
merupakan pendekatan pembelajaran dimana suatu lingkungan yang menyeluruh, dimana anak
sudah siap untuk mengembankan kemampuan berbahasa dengan cara di tenggalamkan (immerse)
dalam bentuk kegiatan mendengar, bercakap,membaca dan menulis. Kegiatan pembelajaran
whole language handaknya dipelajari anak secara alami dan dipelajari secara utuh serta
membiarkan anak memperoleh pengetahuan bahasa dengan sendirinya tanpa paksaan dari
lingkungan sekitar, memperkenalkan huruf,tulisan dan membaca pada saat bersamaan melalui
kegiatan bermain adalah salah satu dari sekian banyak cara yangbisa dilakukan oleh para guru
untuk membantu anak belajar tentang bahasa keduanya dan ini hanya terjadi di dalam kelas
dengan interaksi antar teman dan guru.
bahasa dan pikiran (kognitif) anak memiliki hubungan yang berkaitan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Bahasa menjadi media transformasi bagi suatu obyek atas
pengetahuan yang ada di sekitarnya dan menjadi alat komunikasi dalam penyampaian pesan agar
mampu diterima, baik sebagai ide ataupun isyarat dan lain sebagainnya. Perbendaharaan
kosakata sangat berpengaruh pada ketrampilan berbahasa yang lain. Banyaknya kosakata yang
dihasilkan oleh seseorang dapat mencerminkan tingkat intelektualitas dari orang tersebut.
Kuantitas ragam kosakata bahasa pada anak berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah inteligensia, jenis kelamin, dan kondisi
lingkungan. Di samping itu, perbedaan masukan (input) yang diterima masing-masing anak juga
turut berpengaruh dalam kuantitas ragam kosakata yang dikuasai anak.
DAFTAR PUSTAKA

A. Martuti. Mendirikan dan Mengelola PAUD, Manajemen Administrasi dan Strategi


Pembelajaran. Yogjakarta: Kreasi Wacana, 2009.

Azhim, Syakir Abdul. Membimbing Anak Terampil Berbahasa. Depok: Gema Insani Press,
2011

B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson. Theories oF Learning (Teori Belajar) , Terj. Tri
Wibowo. Jakarta: Kencana, 2008.

Berk, Laura E. Development through the Lifespan. Boston: Pearson, 2007.

Chaer, A. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2003.

Dardjowidjojo, S. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan


Obor Indonesia, 2010.

Elfi Yuliani Rochmah. Psikologi Perkembangan. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, bekerja
sama dengan Penerbit Teras Yogyakarta, 2005.

Santrock, John W. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana, 2007.

Yeni Rahmawati & Euis Kurniati. Srategi pengembangan Kreativitas Pada Anak. Jakarta:
Kencana, 2010.

Anda mungkin juga menyukai