KELOMPOK 4 :
DOSEN:
TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah
serta hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama dengan judul
“klasifikasi ajaran islam syariah”
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi teman-teman. kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kami.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
C. Tujuan ........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………..
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugrah dari Allah Swt. Dengan segala pemberian-
Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan
anugrah tersebut kadang kala manusia lupa akan dzat Allah Swt yang telah memberikanya.
Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupanya
dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah Swt. Hidup yang dibimbing syariah akan
melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan
rasulnya yang tergambar dalam hokum Allah yang normative dan deskriptif (quraniyah qauniya).
Sebagian dari syariah terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah
umum. Sumber syariah adalah Alqur’an dan as-sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur
secara pasti di dalam sumber tersebut digunakan ra’yu (ijtihad). Syariah dapat dilaksanakan
apabila pada diri seseorang telah tertanam aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan
syariah hidup kita akan selamat dunia dan akhirat.
PEMBAHASAN
Syariah menurut bahasa berarti jalan, sedangkan menurut istilah adalah sistem norma yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan manusia
dengan alam. Sedangkan secara etimologis kata syari’ah yang berarti a “sesuatu yang dibuka
secara lebar kepadanya”. Dari sinilah terbentuk kata syari’ah yang berarti “ sumber air minum” .
kata ini kemudian dikonotasikan oleh bangsa arab dengan jalan yang lurus yang harus diikuti,
secara terminologis, Muhammad Ali al-Sayis mengartikan syariah dengan jalan “yang lurus”.
Kemudian pengertian ini dijabarkan menjadi : “hukum syara’ mengenai perbuatan manusia yang
dihasilkan dari dalil-dalil terperinci”. Syekh Mahmud Syaltut mengartikan syariah sebagai
hukum-hukum dan tata aturan yang disyariahkan oleh allah bagi hamba-nya untuk diikuti.
Syariah merupakan aspek norma atau hukum dalam ajaran Islam yang ke beradaannya tidak
lepas dari aqidah Islam. Oleh karena itu, isi syariah meliputi aturan – aturan sebagai
implementasi dari kandungan Al – Qur’an dan Sunnah.
Syariat Islam diturunkan Allah kepada manusia sebagai pedoman yang memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada manusia agar mereka dapat melaksanakan tugas hidupnya di
dunia dengan benar sesuai dengan akhlak Allah. Karena itu syariah berfungsi sebagai berikut :
1. Menunjukan dan mengarahkan kepada pencapaian tujuan manusia sebagai hamba Allah.
Syariah adalah aturan-aturan Allah yang berisi perintah Allah untuk mentaati dan dilaksanakan,
serta aturan-aturan tentang larangan Allah untuk dijauhi dan dihindarkan. Ketaatan terhadap
aturan tersebut menunjukan ketundukan manusia terhadap Allah dan perhambaan manusia
kepada-Nya. Perhambaan secara total dan utuh merupakan tujuan dari penciptaan manusia di
muka bumi, sebagai firman-Nya :
“Tidaklah kami ciptakan manusia dan jin melaikan agar mereka menyembah-Ku” (QS.Az-
Zariat,51:56)
2. Menunjukan dan mengarahkan manusia pada pencapaian tujuan manusia sebagai khalifah
Allah.
Penyembahan dan penghambaan secara utuh dan total hanya kepada Allah membebaskan
diri manusia dari ketertarikan dan ketundukan kepada makhluk. Manusia akan bebas bertindak
dalam berkaitan dengan makhluk lainnya, tidak memperbudak atau diperbudak oleh makhluk
lainnya. Hal ini menunjukan bahwa manusia dapat berperan sebagai khalifah Allah di muka
bumi yang melaksanakan dan membumikan sifat-sifat Allah dalam batas-batas kemanusiaan.
Aturan-aturan syariah akan memberikan batasan yang jelas dari kebebasan yang dimiliki
manusia. Dengan demikian, kekhalifahan manusia diatur dalam tatanan pencapaian
kesehjateraan lahir batin manusia dan terhindar dari kesesatan. Firman Allah:
“Hai Daud sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah(penguasa)di muka bumi, maka
berilah keputusan (perkara)di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu,karena ia akan menyasatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang yang sesat dari
jalan Allah akan mandapatkan azab yang berat,karena mereka melupakan hari
perhitungan”.(QS.shaad,38:26)
Syariah islam mengarahkan manusia pada jalan yang harus ditempuhnya atau di
hindarkanya. Manusia dapat mencapai tujuannya yang hakiki. Dengan syariat, manusia dapat
memilah dan memilih jalan yang akan ditempuhnya sesuai dengan kebebasanya sehingga apapun
akibatnya akan dipertanggungjawabkanya sendiri di hadapan Allah.
Dengan demikian, syariah menunjukan jalan menuju tercapainya kebahagiaan yang abadi,
yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat sebagai hakekat tujuan manusia. Hal ini tampak dalam doa
yang diucapkan setiap muslim dalam firman Allah:
…… Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa neraka. (QS.Al-Baqoroh 2:201)
Peranan syariah ialah untuk menjadikan kita sebagai seorang Muslim yang baik dari segi diri
(penampilan/kerakteristik) dan juga akhlaknya.Peranan syariah dapat membentuk masyarakat
yang baik dan mulia.. Kesimpulannya, syariah Islam memberikan tuntutan hidup khususnya
kepada umat Islam dan umumnya kepada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat. Dengan demikian, syariah Islam dapat terus-menerus memberikan dasar
spiritual bagi seseorang Muslim dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi pada
masyarakat dalam semua aspek kehidupan.
C. Prinsip-prinsip syariah
Tujuan utama syari’ah adalah mengajak manusia kepada kebaikan dan melarang dari berbuat
salah agar mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirat. Untuk itu dalam pelaksanaanya
syari’ah mempunyai lima prinsip umum yang dikemukakan oleh Kusumamiharja, (1978) antara
lain:
Allah menegaskan tentang kesesuaian syari’ah dengan potensi manusia diantaranya dalam
surat ar-Rum ayat 30 dan al-Baqarah ayat 185. Dua ayat tersebut menjelaskan bahwa seluruh
aturan yang ada dalam syari’ah tidak bisa dilakukan oleh manusia sesuai dengan situasi dan
kondisinya masing-masing. Bahkan Allah menghendaki kemudahan bagi manusia, bukan
kesukaran.
Allah menjelaskan tentang keluwesan syari’ah tersebut dalam surat al-Baqarah ayat 173,
bahwa hal-hal yang diharamkan dalam suatu keadaan dan kondisi tertentu, dapat menjadi
halal dalam keadaan dan kondisi lain, yaitu dalam keadaan terpaksa. Contoh lain seperti yang
dijelaskan dalam hadis rasul riwayat bukhari, (Al-Asqalany, tth: 99) bahwa bagi orang yang
tidak mampu mengerjakan sholat dalam keadaan berdiri, maka ia boleh melakukannya
sambil duduk, dan selanjutnya boleh sambil berbaring.
Tidak memberatkan
Semua syari’at Allah tidak ada yang berat sehingga manusia tidak mampu melaksanakannya.
Contoh ibadah sholat yang diwajibkan lima kali dalam 24 jam, yang hanya membutuhkan
waktu minimal kira-kira 5x7 menit = 35 menit, zakat harta hanya berkisar 2,5%, 5% dan
10%, ibadah haji cukup sekali seumur hidup, begitu juga dengan benda-benda yang
diharamkan hanya sebahagian kecil apabila dibandingkan dengan yang dihalalkan.
Allah mengharamkan suatu hal tidak secara langsung, melainkan melalui tahapan. Contoh
pengharaman minuman keras, tidak langsung sekkaligus dilarang tetapi berangsur-angsur
setahap demi setahap sampai akhirnya diharamkan. Allah SWT menurunkan ayat larangan
minuman keras dengan larangan secara bertahap. Prosesnya diawali dengan turunnya surat
al-Baqarah ayat 219 yang menyatakan bahwa pada khamar dan judi terdapat dosa besar dan
ada manfaatnya bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari pada manfaatnya.
Setelah itu Allah turunkan surat An-Nisa’ ayat 43 berupa larangan mendekati sholat bagi-
orang-orang yang sedang mabuk.
Kemudian Allah turunkan surat al-maidah ayat 90 yang menyatakan secara tegas tentang
haramnya minuman keras dan ditegaskan oleh hadis rasul walaupun sedikit diminum maka
statusnya sama, yaitu hukumnya haram.
Pencapaian keadilan di dalam syari’ah secara ekplisit tampak pada adanya penjelasan tentang
pokok-pokok akhlak yang baik yang terdapat didalam syariat tersebut. Allah menjelaskan hal
itu di dalam surat an-nahl ayat 90.
Kata ibadah berasal dari bahasa arab artinya patuh dan tunduk, menurut istilah ibadah adalah
sebutan ynag mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa ucapan
atau perbuatan yang tampak maupun yang tidak tampak yayng dilakukan oleh manusia. Dalam
istilah lain ibadah adalah ketundukan manusia kepada Allah yang dilaksanakan atas dasar iman
yang kuat dengan melaksanakan semua perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya dengan
tujuan mengharapkan ridha dan ampunan-Nya, termasuk tujuannya ingin masuk surga.
Selain itu, ibadah juga diartikan sebagai suatu sikap pasrah dan tunduk total kepada semua
aturan Allah dan Rasul-Nya. Lebih dari itu, ibadah dalam pandangan Islam merupakan refleksi
syukur pada Allah swt atas segala nikmatnya yang timbul dari dalam lubuk hati yang dalam dan
didasari kepahaman yang benar. Pada gilirannya, ibadah tidak lagi dipandang semata-mata
sebagai kewajiban yang memberatkan, melainkan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan.
Manusia dalam hidupnya mengemban ibadah baik dalam hubungan kepada Allah, maupun
hubungan sesame manusia dalam hubungan linkungan, dan hubungan dengan alam.
Secara umum, bentuk perintah beribadah kepada Allah dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
1. Ibadah mahdah (ibadah khusus)
Ibadah mahdah adalah adalah hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang
akrab dan suci antara seoarng muslim dengan Allah SWT yang bersifat ritual (peribadatan),
ibadah mahdah merupakan manifestasi dari rukun islam. Atau juga sering disebut ibadah yang
langsung. Selain itu ibadah mahdah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas
secara zahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan.
Jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdah adalah:
Sholat
Zakat
Puasa
Ibadah haji
Umroh
Bersuci dari hadas besar dan kecil
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugrah dari Allah Swt. Dengan segala pemberian-
Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan
anugrah tersebut kadang kala manusia lupa akan dzat Allah Swt yang telah memberikanya.
Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupanya
dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah Swt. Hidup yang dibimbing syariah akan
melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan
rasulnya yang tergambar dalam hokum Allah yang normative dan deskriptif (quraniyah qauniya).
Sebagian dari syariah terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah
umum. Sumber syariah adalah Alqur’an dan as-sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur
secara pasti di dalam sumber tersebut digunakan ra’yu (ijtihad). Syariah dapat dilaksanakan
apabila pada diri seseorang telah tertanam aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan
syariah hidup kita akan selamat dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Abdul Aziz. 1996. Ensikplodia Hukum Islam. Jakarta: PT.Ichtiar baru van hoeve.
Haroen, Nasrun. 1997. Ushul fiqih. Jakarta : Logos.
Kusumamiharja, Supan. 1978. Studia islamical. Bogor : Team pendidikan Agama Islam IPB.
Sabiq, Sayyid. 1987. Fikh as-sunnah (terjemahan). Cet. Ke III. Bandung Indonesia: PT. Al
Ma’rif.
Shihab, M. Quraish. 1999. Wawasan al-qur’an. Bandung: Mizan.
Syarifuddin, Amir. 1997. Ushul Fiqih. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.