Anda di halaman 1dari 13

PEMBELAJARAN BAHASA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah Al-lughoh Li Nafsi
Dosen Pengampu: Nurussholikhati Budi Arbiyanti M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 11


MUALIFAH 2017403111
NISA’UL AKMALIA 2017403132
PUTIHATUN JANNAH 2017403134
HANIF BURHANUDIN 2017403143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa sholawat serta salam semoga tetp
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya dihari akhir.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Al-lughoh Li Nafsi dengan dosen pengampu Ibu Nurussholikhati Budi
Arbiyanti M.Pd. Selain itu, makalah ini juga bertujuan menambah wawasan tentang
“Pembelajaran Bahasa” bagi para pembaca dan penulis. Terimakasih kami ucapkan
kepada dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
membuat makalah ini. Terimakasih pula kami ucapkan kepada semua pihak yang
terlibat dalam penulisan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan
lancar.

Semoga melalui penjelasan materi kami dalm makalah ini para pembaca dapat
menambah wawasannya. Kami juga berharap agar tulisan ini mampu menguraikan
materi tersebut dengan tepat dan jelas. Terlepas dari segala hal tersebut, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak sekali kekurangan dari makalah yang
kami susun ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak demi tercapainya kesempurnaan dari makalah
ini. Semoga penulisan makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua dan senantiasa
dalam keridhaan-Nya.

Purwokerto, 09 Mei 2023

( Kelompok 11)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................4
A. Latar Belakang ..................................................................................4
B. Rumusan Masalah .............................................................................4
C. Tujuan ...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................5
A. Pengertian Pembelajaran Bahasa.......................................................5
B. Dua Tipe Pembelajaran Bahasa…………………………………….6
C.Faktor-Faktor Dalam Pembelajaran Bahasa Kedua............................7
BAB III PENUTUP...............................................................................12
Kesimpulan.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia
untuk berinteraksi dengan sesamanya. Dengan bahasa, manusia bisa berbagi
ilmu pengetahuan, berbagi ide, bertukar informasi dan memahami orang lain.
Dengan kata lain, manusia akan mampu menguasai atau memperoleh bahasa
selagi dia hidup, tumbuh dan berkembang. Upaya penguasaan bahasa dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu pengajaran bahasa dan pemerolehan bahasa.
Pengajaran bahasa merupakan proses penguasaan bahasa seseorang yang
dilakukan dalam situasi formal dan terbatas pada tataran makna atau
kaidahkaidah kebahasaan. Pengajaran bahasa mengacu pada penguasaan
bahasa secara sadar. Sedangkan, pemerolehan bahasa merupakan proses
penguasaan bahasa seseorang yang dilakukan dalam situasi nonformal yang
berupaya memahami bahasa pada tataran maksud dengan mengaitkannya
dengan konteks. Pemerolehan bahasa merupakan suatu strategi pemerolehan
bahasa yang berusaha menguasai bahasa secara kompleks. Pemerolehan
mengacu pada penguasaan bahasa secara tidak disadari dan tidak dipengaruhi
oleh pengajaran tentang kaidah dan struktur kebahasaan serta lingkungan yang
formal. 1
B. Rumusan Masalah
1. Apa dua tipe pembelajaran bahasa?
2. Apa saja faktor-faktor dalam pembelajaran bahasa kedua?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dua tipe pembelajaran bahasa.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor dalam pembelajaran bahasa kedua.

1
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik (Jakarta: Renika Cipta, 2015) hlm. 167

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran bahasa adalah suatu proses yang berlangsung di dalam
otak seseorang anak ketika anak tersebut memperoleh bahasa pertama atau
bahasa ibunya. Pembelajaran diartikan sebagai suatu proses pemberian
pelatihan dan pengalaman terhadap anak yang dilakukan pada suatu lembaga
formal yang terstruktur ataupun pada suatu lembaga secara insidental.
Pembelajaran bahasa (language learning) berkaitan dengan proses-proses yang
terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua, setelah
anak tersebut memperoleh bahasa pertamanya. Namun ada perbedaan antara
pembelajaran bahasa dengan pemerolehan bahasa, pembelajaran bahasa
berkenaan dengan bahasa kedua yang harus melibatkan empat faktor yaitu
guru, pengajaran bahasa, metode pengajarannya dan materi pelajarannya
sedangkan pemerolehan bahasa berkenaan dengan pada BI atau bahasa
ibunya.2
Proses pembelajaran bahasa kedua (B2) yang dimaksud meliputi
pembelajaran bahasa secara formal. Proses pembelajaran merupakan suatu
proses interaksi antara peserta didik dengan pengajar ataupun sumber
disekitarnya. karena bahasa kedua merupakan bahasa yang dipakai dan
digunakan oleh seorang anak ketika mereka telah memperoleh bahasa pertama
mereka. 3 Digunakan istilah pembelajaran bahasa karena diyakini bahwa
bahasa kedua anak ataupun dewasa dapat dikuasai hanya dengan proses
belajar bahasa, dengan cara sadar dan sengaja Bahasa diperoleh dalam artian
seorang anak tidak langsung berbahasa, tetapi bahasa yang diperoleh anak
tersebut dari lingkungan (Pendidikan) dimana tempat dia sekolah. Dalam
pembelajaran bahasa ada dua tipe, pertama tipe naturalistik bersifat alamiah,

2
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik (Jakarta: Renika Cipta, 2015) hlm. 167

5
dimana dalam belajar bahasa kedua didalamnya tanpa guru dan tanpa
kesengajaan. Pembelajaran alamiah belangsung di dalam lingkungan
masyarakan anak tinggal. kedua tipe formal bersifat belajar didalam kelas
yang terstruktur, ada guru, materi dan ala-alat bantu belajar yang sudah
dipersiapkan3
B. Dua Tipe Pembelajaran Bahasa
Ellis menyebutkan adanya dua tipe pembelajaran Bahasa yaitu tipe
natiralistik dan tipe formal didalam kelas.
1. Tipe naturalistik, yaitu tipe yang bersifat alamiah, tanpa guru dan tanpa
kesengajaan. Pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan kehidupan
bermasyarakat. Dalam masyarakat bilingual maupun multilingual tipe
naturalistik banyak dijumpai. Contoh dua orang mahasiswa dari Tapanuli,
Togar, dan Sahat yang mengikuti Kuliah di Malang, pada awal
kedatangannya sedikitpun dia tidak mengerti Bahasa jawa. Namun, karena
orang-orang disekitarnya seperti teman Kuliah, teman sepemondokan,
pedagang di pasar dan sebagainya berbahasa jawa, keduanya berusaha
belajar Bahasa jawa, pada awalnya memang Bahasa jawa keduannya
masih beraksen Bahasa Tapanuli. Namun, setelah dua tahun berjalan
aksen Tapanulinya sudah berkurang dan kemudian hilang. Jadi belajar
Bahasa menurut tipe naturalistic ini sama prosesnya dengan pemerolehan
Bahasa pertama yang berlangsungnya secara alamiah didalam keliarga
atau lingkungan tempat tinggal/ memang tentu ada perbedaan antara hasil
yang diperoleh kanak-kanak dengan dewasa. Anak-anak yang masih
berada dalam masa kritis akan memperoleh kemampuan yang lebih baik
dibandingkan dengan orang dewasa yang Bahasa pertamanya sudah sangat
termurnikan, sehingga mau tidak mau unsur Bahasa pertamanya itu akan
cukup mempengaruhi usahanya dalam belajar Bahasa kedua.

3
Emy Sudarwati dkk, Pengantar Psikolinguistik (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2017) hlm. 53.

6
2. Tipe formal, tipe yang berlangsung didalam kelass dengan guru, materi,
dan alat-alat bantu belajar yang sudah dipersiapkan. Seharusnya hasil yang
peroleh secara formal dalam kelas ini jauh lebih baik dari pada hasil
secara naturalistik. Namun kenyataannya di negeri kita yang bisa kita
saksikan hingga sekarang hasil pembelajaran Bahasa sangat tidak
menggembirakan. Berbagai penyebab telah teridentifikasikan dan berbagai
perbaikan telah dilakukan, tetapi hasilnya sama saja tetap tidak
memuaskan. Hal ini sering menjadi cibiran generasi tua yang mendapat
pendidikan Bahasa kedua pada zaman belanda dulu.4
C. Faktor-faktor dalam pembelajaran bahasa
1. Usia
Sayekti (2001) mengatakan bahwa proses pemerolehan Bahasa seorang
anak berlangsung secara efektif pada usia di bawah lima tahun (balita).
Proses itu secara bertahap terus berlanjut mengikuti perkembangan usia
dan pengalamannya. Potensi pemerolehan bahasa pada anak balita tinggi,
sehingga potensi itu perlu dioptimalkan, mengingat penguasaan bahasa
sangat berpengaruh kepada proses penguasaan yang lain ketika anak
memasuki usia sekolah. Jadi, dapat dikatakan bahwa usia balita adalah
usia emas dalam pemerolehan bahasa, sehingga pada masa ini harus
benar-benar dioptimalkan agar pemerolehan bahasa anak dapat maksimal.
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa penguasaan B2 secara
sempurna dapat terjadi jika B2 tersebut dipelajari pada usia kritis (critical
period). Patkowsky (1990) mengklaim bahwa semakin dini usia yang
mempelajari B2, semakin bagus dan sempurna cara pelafalannya. Dia
menyatakan bahwa pemerolehan B2, terutama dalam hal pelafalan
(pronounciation) akan berbeda jika dipelajari sebelum dan sesudah usia
kritis (critical period). Usia dini tersebut adalah sebelum usia 15 tahun.

4
. Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik (Jakarta: Renika Cipta, 2015) hlm. 167

7
Di sisi lain, Bialystock (1997) mengungkapkan bahwa umur
subjek atau mereka yang mempelajari B2 juga dipengaruhi oleh tingkat
kerumitan sistem B2 yang dipelajari tersebut. Artinya jika subjek telah
memperoleh atau telah memiliki rasa bahasa pada bahasa pertama atau
bahasa ibu (B1), maka pengaruh B1 terhadap B2 akan semakin besar.
Karena itu, dia menyatakan bahwa usia kritis (critical period) adalah pada
usia 6 tahun. Pada usia ini, subjek yang mempelajari B2 belum terlalu
menguasai atau memiliki rasa bahasa B1 dan karenanya sangat baik untuk
mempejari B2.Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa penguasaan B2
secara sempurna dapat terjadi jika B2 tersebut dipelajari pada usia kritis
(critical period). Pada usia ini, subjek yang mempelajari B2 belum terlalu
menguasai atau memiliki rasa bahasa B1 dan karenanya sangat baik untuk
mempejari B2.adanya bantuan konteks, pengetahuannya tentang
kehidupan dan alam sekitarnya, dan kemampuan linguistik yang telah
dikuasai sebelumnya Beberapa penelitian membuktikan bahwa lingkungan
dan kebiasaan memiliki pengaruh dalam pemerolehan bahasa kedua. Hasil
penelitian Weiyun He menunjukkan bahwa pada saat awal Jason pindah
ke Amerika kemampuan berbahasa Inggrisnya sangat kurang, sehingga
orang tuanya meningkatkan potensi penggunaan bahasa Inggris di rumah.
Pengaruh kebiasan-kebiasaan menggunakan bahasa Inggris di rumah
menyebabkan Jason menjadi sangat fasih dan mahir dalam menggunakan
bahasa Inggris. Namun, dampak negatif dari peningkatan penggunaan
bahasa Inggris di rumah adalah Jason menjadi lupa dengan bahasa China.
Hal ini terjadi karena di rumah hanya neneknya yang menggunakan
bahasa China dan itupun dilakukan seminimal.
2. Lingkungan dan Kebiasaan
Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses
pemerolehan bahasa kedua. Kebiasaan-kebiasaan seseorang menggunakan
bahasa kedua dalam suatu lingkungan akan membawa dampak positif

8
dalam pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa kedua dalam
lingkungan pemakai bahasa kedua merupakan fenomena pemerolehan
bahasa yang bersifat kompleks, artinya dalam pemerolehan bahasa ini
pembelajar tidak hanya memahami makna dari kata-kata atau kalimat,
tetapi lebih dari itu seseorang berusaha memahami maksud dari suatu
peristiwa komunikasi. Kesalahan penggunaan bahasa kedua dalam suatu
peristiwa komunikasi akan sangat membantu si pembelajar dalam
menguasai bahasa kedua. Karena, ketika si pembelajar tersebut keliru
dalam menggunakan bahasa kedua, maka orang yang ada dalam
lingkungan bahasa kedua tersebut akan langsung memperbaikinya dengan
penggunaan yang tepat sesuai dengan konteks. Keberhasilan pemerolehan
bahasa kedua dalam suatu lingkungan sangat dipengaruhi oleh stimulus
dan respon.
Teori yang sangat berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa
kedua dalam suatu lingkungan adalah teori behaviorisme dan teori
kognitivisme. Menurut pandangan teori behaviorisme bahwa bahasa akan
dapat diperoleh dan dikuasai karena faktor kebiasaan. Seorang anak kecil
akan dapat menguasai bahasa bila semakin sering dia mendapat stimulus
dari luar yang membuat dia tertarik untuk mencoba berkomunikasi dengan
dengan memberikan respon melalui gayanya sendiri. Konsep dasar teori
behaviorisme dilandasi anggapan bahwa seseorang setelah lahir tidak
memiliki apa-apa, sehingga dalam pemerolehan bahasa lingkungan sangat
berperan penting. Dengan kata lain, lingkunganlah yang banyak memberi
sumbangan kepada seseorang sehingga dapat memperoleh Bahasa.
3. Pengaruh Bahasa pertama terhadap Bahasa kedua
Struktur bahasa pertama yang telah terpola dalam pikiran
pembelajar dalam banyak kasus mempengaruhi pemerolehan bahasa
kedua. Hal ini disampaikan oleh Krashen (Onchera, 2013) yang
menyatakan bahwa hipotesis urutan alamiah memandang bahwa apabila

9
terdapat persamaan urutan atau struktur gramatikal antara belajar B1
dengan belajar B2 yang dipelajari, maka dengan muda bahasa kedua akan
lebih cepat diperoleh. Fitri (2015: 2) mengatakan bahwa jika salah satu
pembicara masyarakat mencoba untuk menggunakan bahasa lain selain
bahasa mereka sendiri, maka bahasa yang mereka gunakan akan merubah
bentuk seperti pada bahasa kedua. Jadi, fitur dari B1 yang digunakan oleh
pembicara seperti cara, gaya, dan struktur bahasa pertama secara tidak
langsung mengikuti bahasa kedua.
Contoh 1 : Tuturan Bahasa Indonesia dengan Struktur bahasa Sumba
A : Sudah makan kamu?
B : sudah makan saya.
Contoh 1 : Tuturan Bahasa Indonesia dengan Struktur bahasa Indonesia
A : Kamu sudah makan?
B : Saya sudah makan.
Contoh 2 : Tuturan Bahasa Indonesia dengan Struktur bahasa Sumba
A : sedang apa kamu?
B : sedang belajar saya.
Contoh 2 : Tuturan Bahasa Indonesia dengan Struktur bahasa Indonesia
A : Kamu sedang apa?
B : Saya sedang belajar.
Dari contoh 1 dan contoh 2 di atas dapat dilihat bahwa kalimat
dalam bahasa Indonesia yang dituturkan masih dipengaruhi oleh struktur
bahasa pertama. Sehingga, dapat dikatakan bahwa struktuk bahasa salah
satu faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua.
4. Motivasi
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemerolehan Bahasa kedua
adalah motiivasi, dengan adanya motivasi yang kuat, maka pembelajar
Bahasa kedua akan berusaha memperoleh Bahasa kedua. Motivasi
mengacu pada keseluruhan proses yang dilakukakn dalam uoaya

10
menguasai Bahasa kedua dengan tujuan tertentu. Misalnya seseorang
berusaha menguasai Bahasa kedua dengan tujuan mendapatkan kepuasan
diri, untuk mendapatkan pujian, penghargaan dan pengakuan dari orang
lain, untuk meningkatkan perekonomian, agar mampu bersaing dalam
dunia politik, mampu beradaptasi dalam lingkungan kerja yang baru,
mampu bersaing sesuai dengan tuntutan zaman.
Dalam teori pemerolehan Bahasa kedua. Motivasi biasanya
dipahami sebagai serangkaian faktor, termasuk aspirasi untuk mencapai
tujuan tertentu melalui belajar Bahasa, kesediaan untuk melakukan dan
mempertahankan usaha dalam rangka mencapaii tujuan, serta sikap
terhadap perolehan Bahasa dan masyarakat yang menggunakannya.5

5
Yuliana sesi bitu 2018 “faktor-faktor pemerolehan bahasa kedua”jurnal edukasi sumba

11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahasa merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Tanpa bahasa tidak akan terwujud
komunitas manusia. Di samping pembentuk komunikasi, bahasa juga merupakan alat untuk
berfikir bagi manusia. Bahkan, bahasa merupakan pembeda antara manusia dan binatang.
Meski bahasa itu penting 2 Mulyanto Widodo, Pembelajaran Bahasa Kedua (Yogyakarta:
Textium, 2017) hlm. 57-58. 3 Emy Sudarwati dkk, Pengantar Psikolinguistik (Malang:
Universitas Brawijaya Press, 2017) hlm. 53. 4 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik,
hlm. 243-244. 3 kedudukannya bagi manusia, jarang manusia memiliki kesadaran khusus
tentang pentingnya bahasa.

Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari oleh seorang anak setelah
menerima dan mempelajari bahasa yang diajarkan oleh ibunya atau bahasa yang diperoleh
setelah mengenal dan menguasai bahasa pertama yang digunakan dalam keluarga. Dalam
pengertian lain, bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan dari lingkungan di luar rumah,
seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan lingkungan sosial. Pemerolehan bahasa
kedua tidak terjadi secara serta merta, artinya bahwa pemerolehan bahasa kedua
memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi jika yang mempelajari bahasa kedua tersebut
adalah orang dewasa. Pemerolehan bahasa sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
usia (anak yang masih berusia emas akan dengan mudah menguasai bahasa kedua),
lingkungan dan kebiasaan (penggunaan bahasa yang secara terus-menerus dalam suatu
interaksi sosial sangat mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua), struktur gramatikal Bi
dan B2 (apabila terdapat persamaan struktur antara B1 dan B2, maka bahasa kedua lebih
muda diperoleh), motivasi (adanya tujuan tertentu sebagai motivasi dalam memperoleh
bahasa kedua merupakan unsur yang sangat penting dalam pemerolehan bahasa kedua)

12
DAFTAR PUSTAKA

Yuliana Sesi Bitu. 2018. Faktor-faktor Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Kedua.


Jurnal :Edukasi Sumba.
Abdul Chaer. 2015. Psikolinguistik Kajian Teoritik (Jakarta: Renika Cipta, 2015)
hlm. 167.
Parera, Yos Daniel. 1986. Linguistik Edukasional. Jakarta: Erlangga. Patkowsky, M.
(1990). Age and Accent in a Second Language: A Reply to James Emil Flege.
Applied Linguistics, XI, 73-89.
Purba, Andiopenta. (2013). Pengaruh Lingkungan Bahasa dalam Pemerolehan
Bahasa Kedua. Pena, III (1).

13

Anda mungkin juga menyukai