Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di yaumil akhir.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ulumul Qur’an dengan dosen pengampu Bapak Nur Wakhid S. Th.I., M.A. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang definisi Ulumul Qur’an dan
sejarah perkembangan Ilmu Hadits bagi para pembaca dan juga penulis. Terimakasih kami
ucapkan kepada dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
dapat membuat makalah ini. Terimakasih pula kami ucapkan kepada semua pihak yang
terlibat dalam penulisan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan lancar.
Semoga melalui penjelasan materi dalam makalah ini, para pembaca dapat bertambah
wawasannya. Kami juga berharap agar tulisan ini mampu menguraikan materi tersebut
dengan tepat dan jelas. Terlepas dari segala hal tersebut, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak sekali kekurangan dari makalah yang kami susun ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
tercapainya kesempurnaan dari makalah ini. Semoga penulisan makalah ini bisa bermanfaat
untuk kita semua dan senantiasa dalam keridhaan-Nya.
( Tim Perancang )
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
BAB ll...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Ilmu Hadits Dan Pembagiannya.........................................................................2
1. Ilmu Hadis Riwayah............................................................................................................2
2. Ilmu Hadis Dirayah.............................................................................................................3
B. Sejarah Singakat Perkembangan Ilmu Hadits......................................................................3
a. Hadits Pada Masa Rasulullah SAW...................................................................................4
b. Hadits pada masa sahabat Kondisi pada masa sahabat besar (khulafaur Rasyidin).....5
C. Filsafat Ilmunya Ilmu Hadist..................................................................................................5
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................8
Kesimpulan......................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah perkembangan studi hadis dari fase ke fase menarik untuk
diperbincangkan, mengingat peran hadis sangat begitu sentral bagi umat Islam,
sebagaimana peranya sebagai sumber primer ajaran Islam, bahkan pelengkap
keberadaan al-Quran. Sehingga keberadaan hadis menjadi sangat urgen sekali untuk
mengungkap ajaran al-Quran yang masih bersifat global. Sebagaimana kita ketahui,
pada awal perkembangannya, studi hadis mengalami perkembangan yang sangat
begitu pesat, sehingga studi hadis menjadi bahasan populer kala itu, sebab di masa-
masa sebelumnya para sahabat lebih fokus dalam mengkaji al-Quran. Kajian hadis
memasuki puncak kepopuleranya ketika memasuki masa tadwin pada abad ke II
hijriah yang dikomandoi oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Khalifah Umar bin
Abdul Aziz memang dikenal berbeda dengan khalifah-khalifah sebelumnya, karena
Umar bin Abdul Aziz merupakan pencetus kodifikasi hadis, sehingga ketika itu, hadis
menjadi sebuah bahan kajian yang begitubegiru menggiurkan, bahkan pasca setelah
tadwin muncul berbagai karya kitab yang sangat luar biasa, sebagaimana munculnya
ragam literatur hadits1
Sebelum berbicara tentang pengertian, status, dan perkembangan ilmu hadis,
terlebih dahulu akan dijelaskan secara singkat, kapan ilmu hadis muncul. Ilmu hadis
muncul sejak masa Rasulullah SAW dan perhatian para sahabat terhadap hadis atau
sunnah sangat besar. Demikian juga perhatian generasi berikutnya seperti Tabi’in,
Tabi’ Tabi’in, dan generasi setelah Tabi’in. Mereka memelihara hadis dengan cara
menghapal, mengingat, bermudzakarah, menulis, menghimpun, dan
mengodifikasikannya ke dalam kitab-kitab hadis yang tidak terhitung jumlahnya.
Akan tetapi, di samping gerakan pembinaan hadis tersebut, timbul pula kelompok
minoritas atau secara individual berdusta membuat hadis yang disebut dengan hadis
mawdhû’ (hadis palsu). Maksudnya menyandarkan sesuatu yang bukan dari Nabi,
kemudian dikatakan dari Nabi SAW.2
1
Luthfi Maulana, "Periodesasi Perkembangan Studi Hadits
(Dari Tradisi Lisan/Tulisan Hingga berbasis Digital)" Jurnal Vol 17, No. 1, 2016. Hal. 111-112.
2
Pengantar dan Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits, hal. 1-2
1
BAB ll
PEMBAHASAN
2
2. Ilmu Hadis Dirayah
Ilmu hadis Dirayah. Biasanya juga disebut ilmu Mustalah Hadis 3, ilmu Ushul al-
Hadis, Ulum al-Hadis dan Qawa`id al-Tahdis. Al-Tirmizi menta`rifkan ilmu ini
dengan :
“Undang-undang atau kaedah-kaedah untuk mengetahui keadaan sanad dan
matan, cara menerima dan meriwayatkan, sifat-sifat perawi dan lain-lain.”
Adapun yang dimaksud dengan :
- Hakikat periwayatan adalah penukilan hadis dan penyandaran Kepada sumber
hadis hadis atau sumber berita.
- Syarat-syarat periwayatan adalah penerimaan perawi terhadap hadis yang akan
diriwayatkannya dengan berbagai cara penerimaan, seperti melalui al-sama`
(pendengaran), al-Ijazah (pemberian izin dari perawi)
- Macam-macam periwayatan adalah membicarakan sekitar diterima atau
ditolaknya suatu hadis.
- Keadaan adalah , pembicraan sekitar keadilan, kecacatan para perawi, dan
syarat-syarat mereka dalam menerima dan meriwayatkan hadis.
- Macam-macam hadis yang diriwayatkan meliputi hadis –hadis yang dapat
dihimpun pada kitab-kitab Tasnif, kitab Tasnid dan kitab Mu`jam.
- Yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang menyampaikan
atau meriwayatkan hadis, sedangkan yang dimaksud dengan marwi adalah sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi SAW atau kepada sahabat, atau kepada Tabi`in.
“Keadaan rawi dari sudut maqbul dan mardud nya” ialah keadaan perawi dari
sudut kecacatan, keadilan, peristiwa sekitar penerimaan dan periwayatannya serta
segala sesuatu yang berkaitan dengan itu.4
3
Abbas Mutawali Hamadah, As-sunnah al-Nabawiyyah wa Makanatuha fi al-Tasyri’ , (Kairo : Dar al-Qoumiyyah
li al-Taba’ah wa al-Nasyr, 1981), 161
4
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadis (Rindu Serumpun: Kreasi Edukasi, 2016), hal. 43-44.
3
dalam penerimaan suatu hadits sehingga dengan aturan-aturan dan persyaratan-
persyaratan tersebut dapat diketahui diterima atau tidaknya suatu hadits dan shahih
atau tidaknya hadits tersebut.
Setelah generasi shahabat berlalu, langkah para shahabat dalam penerimaan
hadits diikuti oleh para tabi’in. Seperti pada masa Shahabat pada masa tabi’in kaidah
penetapan diterima atau tidaknya suatu hadits belum terumus secara terinci, masih
global. Baru pada masa setelahnya(Athba’ Al-tabi’in) dibuat kaidah-kaidah secara
rinci tentang methode yang berhubungan tentang diterimanya atau tidaknya riwayat
seseorang seperti dibuatnya kaidah jarh wa ta’dil dan yang lainnya.5
b. Hadits pada masa sahabat Kondisi pada masa sahabat besar (khulafaur
Rasyidin)
perhatian mereka masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran Al-Qur’an.
Dengan demikian maka penulisan hadith belum begitu berkembang, bahkan mereka
membatasi periwayatan dan menjauhi penulisan hadith tersebut. Oleh karena itu masa
5
Tajul Arifin, Ulumul Hadits (Bandung: Penerbit Gunung Djati Press, 2014), hal. 18.
4
ini oleh para ulama dianggap sebagai masa yang menunjukkan adanya pembatasan
atau memperketat periwayatan. Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan dan
penulisan hadith yang dilakukan para sahabat, disebabkan karena mereka khawatir
terjadinya kekeliruan dan kebohongan atas nama Rasul saw., karena hadith adalah
sumber ajaran setelah Al-Qur’an. Oleh karena itu, para sahabat khususnya khulafaur
rashidin dan sahabat-sahabat lainnya, seperti az Zubair6, Ibn 16 Al-Azami, Studies…,
hal. 132-200.
Dari sisi filosofi Ilmu Hadits. Secara normatif, al-Qur`an telah mewanti-wanti sejak
lima belas abad yang lalu mengenai penerimaan berita. Di dalamnya ditandaskan
suatu prinsip nilai agar kita tidak sembarang percaya dengan berita yang disampaikan
orang yang tidak kita ketahui baik-buruknya(fasiq)pada kita. Terlalu gampang
percaya terhadap berita orang hanya akan menimbulkan efek kekeliruan berita dan
6
Muhammad Abu Zahrah, Ushu>l al Fiqh, hal. 112
5
merugikan orang lain. Dari sinilah lahir yang namanya “Tabayyun” yang diartikan:
Check dan re-check, kroscek, verifikasi atau pengecekan/penelitian tentang kevalidan
berita. Di jaman yang serba kapitalis ini, kebutuhan akan pengecekan setiap berita
semakin menemukan urgensinya.
Senada dengan kata “omongan” ialah kata hadits. Pada mulanya ilmu hadits lahir
akibat adanya fitnah-fitnah yang terjadi dikalangan sahabat. Masa-masa fitnah itu
acapkali menimbulkan penyimpangan-peyimpangan berita. Banyak orang di luar
sahabat yang memanfatkan fitnah yang terjadi untuk kepentingan mereka dengan
membuat hadits-hadits palsu yang mereka sandarkan langsung pada Rasulullah
Shallalahu `alaihi wasallam .Sejak saat itu dimulailah tradisi kritisisasi berita yang
diungkap dengan idiom “sammu lana rijaalakum”(tunjukkan nama sang pemberi
berita). Tradisi kritisisasi kebenaran berita ini berkembang sedemikian pesat dari
tahun ke tahun hingga terbentuk disiplin ilmu yang bernama Ilmu Hadits. Sebuah
Ilmu yang membahas tentang kebenaran berita yang disampaikan orang dari
Rasulullah shallalhu alaihi wasallam.
Ilmu Hadits mengajarkan nilai filosofis kepada manusia bahwa berita bisa dikatakan
benar jika berita bisa dibuktikan dengan benar dan dibawa oleh orang yang benar.
Pembawa benar+dapat dari orang yang benar+isi berita benar= berita benar. Ini yang
barangkali semakin langkah di tengah jaman modern saat ini. Segala metode yang
6
berbau agama kerap kali dekesampingkan. Lebih men-tauhidkan materi daripada
Tuhan. Melihat fenomena demikian, kebutuhan akan pendekatan filosofis Ilmu Hadits
amat sangat diperlukan untuk menjamin kebenaran dan keakuratan berita. Bila berita
dibiarkan apa adanya dan didominasi oleh kepentingan-kepentingan individu maka
peralihan dari positif ke negatif lebih dominan dari pada negatif ke positif.
Metode ini sebenarnya akan senantiasa relevan untuk digunakan. Namun, semua
kembali kepada manusianya. Jika kepentingan pribadi lebih menguasai maka metode
ini akan dicampakkan. Jika yang menguasai ialah akal sehat dan hati yang jernih yang
ditopang dengan nilai-nilai agama, maka metode ini akan senantiasa digunakan untuk
mencagah terjadinya pemberitaan yang salah. Dengan menyelamatkan orang dari
berita-berita bohong, maka kita akan menyelamatkan berjuta-juta orang dari fitnah
dan kerusakan.
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulannya bahwa Ilmu Hadist mempunyai filosofi yang sangat penting bagi
manusia. Seiring berjalannya perkembangan Ilmu hadits kini sangat berkembang sejalan
dengan perkembangan periwayatan dalam Islam. Tetapi perkembangan yang sangat nampak
dari ilmu hadits adalah setelah wafatnya Rasulullah Saw. Yaitu ketika itu para shahabat
merasa penting untuk mengumpulkan hadits-hadits nabi karena ditakutkan hilang.baik itu
Ilmu HAdist Riwayah dan dinayah.
8
DAFTAR PUSTAKA
Shafwan Hambal Muhammad. 2020. Studi Ilmu Hadits. Malang : CV. Pustaka Learning
Center.
Mulana, Luthfi. 2016. “Periodesasi Perkembangan Studi Hadits” dalam Jurnal Esensia
Volume 17 No.1. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Alifah, Fitriadi, Suja’i. 2016. Studi Ilmu Hadits. Serumpun : Kreasi Edukasi Publishing and
Consulting Company
https://www.kompasiana.com/amoehirata/552a606ef17e619602d623b7/filosofi-ilmu-hadits
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://osf.io/s4935/
download&ved=2ahUKEwioj5_Pu7b2AhXNIbcAHetxDNYQFnoECAYQAQ&usg=AOvVa
w1w8cr8Ll4FX9oqG4m7nSmg