Anda di halaman 1dari 17

DOSEN PENGAMPU: MATA KULIAH:

Nurhayati,M.Pd. Perkembangan Bahasa dan Literasi

MAKALAH

Teori pemerolehan Bahasa: Bahasa ibu,Qr Ar-rahman ayat 1-4,Al-alaq 1-


5,Al-baqarah 31-33, teori Linguistik, Behavioral, Maturasional,
Preformasionis, Psikososiolinguistik, Pemerolehan Bahasa pertama
(bawaan), Pemerolehan Bahasa kedua(lingkungan)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2:

1. ARPIPI HASIBUAN (12210920610)


2. WELIAN NINGSIH (12210920686)
3. MELATI (12210921480)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI, SEMESTER 4-A
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya, yang dianugerahkan kepada kita semua, terutama kepada kami
sehingga dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam kita
junjungan kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
PENGEMBANGAN BAHASA DAN LITERASI.

Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan
metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat menambah
wawasan pemikiran para pembaca. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari
sepenuhnya adanya kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
harapkan dari para pembaca agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Apa itu teori pemerolehan Bahasa ..........................................................................3
B. Apa itu Bahasa ibu ..................................................................................................4
C. Teori linguistik,behavioral,maturasional,preformasionis,psikososiolingusitik.......5
D. Apa itu Bahasa pertama(bawaan)............................................................................7
E. Apa itu Bahasa kedua (lingkungan).........................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerolehan bahasa adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk
menangkap, menghasilkan ,dan menggunakan kata untuk pemahaman dan
komunikasi.kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik da
kosakata yang luas. Pemerolehan bahasa (language acquisition) atau akuisisi bahasa menurut
Maksan (1993:20) adalah suatu proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang
secara tidak sadar, implisit, dan informal. Lyons (1981:252) menyatakan suatu bahasa yang
digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan bahasa pada
penutur bahasa disebut pemerolehan bahasa. Artinya, seorang penutur bahasa yang
dipakainya tanpa terlebih dahulu mempelajari bahasa tersebut. Dardjowidjodjo (2003:225)
menyatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan
oleh anak secara natural waktu dia belajar bahasa ibunya. Stork dan Widdowson (1974:134)
mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa dan akuisisi bahasa adalah suatu proses anak-
anak mencapai kelancaran dalam bahasa ibunya. Huda (1987:1) menyatakan bahwa
pemerolehan bahasa adalah proses alami di dalam diri seseorang menguasai bahasa.
Pemerolehan bahasa biasanya didapatkan hasil kontak verbal dengan penutur asli lingkungan
bahasa itu. Dengan demikian, istilah pemerolehan bahasa mengacu ada penguasaan bahasa
secara tidak disadari dan tidak terpegaruh oleh pengajaran bahasa tentang sistem kaidah
dalam bahasa yang dipelajari. Jadi pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di
dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan
dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa
kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan
dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.

B. Rumusan Masalah
Dari latar Belakang tersebut disini ada beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas disini, antara lain :
1. Apa itu teori pemerolehan Bahasa ?
2. Apa itu Bahasa ibu ?
3. Teori linguistik,behavioral,maturasional,preformasionis,psikososiolingusitik?
4. Apa itu Bahasa pertama(bawaan)?
5. Apa itu Bahasa kedua (lingkungan)?

1
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan pembuatan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu teori pemerolehan Bahasa ?
2. Untuk mengetahui apa itu Bahasa ibu ?
3. Untuk mengetahui teori
linguistik,behavioral,maturasional,preformasionis,psikososiolingusitik?
4. Untuk mengetahui apa itu Bahasa pertama(bawaan)?
5. Untuk mengetahui pa itu Bahasa kedua (lingkungan)?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI PEMEROLEHAN BAHASA


Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung didalam otak
seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning).
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seseorang
kanak-kanak mempelajari bahasa kedua, setelah ia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi
pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa
berkenaan dengan bahasa kedua. Namun, banyak juga yang menggunakan istilah
pemerolehan bahasa untuk bahasa kedua, seperti Nurhadi dan Roekhan (1990).6 Ada dua
proses yang terjadi ketika seseorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya,
yaitu proses kompetensi dan proses performansi.7 Kedua proses ini merupakan dua proses
yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara
tidak disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses perfomansi yang
terdiri dari dua buah proses, yakni proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses
menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan atau kepandaian
mengamati atau kemampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar. Sedangkan
penerbitan melibatkan kemampuan mengeluarkan atau menerbitkan kalimat-kalimat sendiri.
Kedua jenis proses kompetensi ini apabila telah dikuasai kanak-kanak akan menjadi
kemampuan linguistik kanak-kanak itu. Jadi, melahirkan atau menerbitkan kalimat-kalimat
baru yang dalam linguistik transformasi generatif disebut perlakuan, atau pelaksanaan bahasa
atau performansi.
Hipotesis-Hipotesis Pemerolehan Bahasa
A. Hipotesis Nurani Hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan
oleh para pakar terhadap pemerolehan bahasa kanak-kanak (Lenneberg, 1967,
Chomsky, 1970). Diantara hasil pengamatan itu adalah Semua kanak-kanak yang
normal akan memperoleh bahasa ibunya asal saja “diperkenalkan” pada bahasa
ibunya itu. Maksudnya, dia tidak diasingkan dari kehidupan ibunya (keluarganya).
B. Hipotesis Tabularasa secara harfiah berarti “kertas kosong”, dalam arti belum ditulisi
apa-apa. Lalu, hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu
dilahirkan sama seperti kertas kosong, yang nanti akan ditulis atau diisi dengan
pengalaman-pengalaman
C. Hipotesis Kesemestaan Kognitif Struktur Bahasa Menurut teori yang didasarkan pada
kesemestaan kognitif, bahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif

3
deriamotor. Struktur-struktur ini diperoleh kanakkanak melalui interaksi dengan
benda-benda atau orangorang di sekitarnya.

B. BAHASA IBU

Bahasa ibu (Mother Tongue) merupakan bahasa yang umum pertama kali kita pakai
sebagai kegiatan komunikasi dilingkungan sekitar. Sebagian besar peserta didik sekolah dasar
yang memasuki awal sekolah mencakup sedikit atau tanpa bahasa Indonesia. Dalam situasi ini,
perkembangan kognitif dan konseptual dalam memperoleh kefasihan dalam berbahasa
Indonesia akan terhambat atau mengalami kesulitan. Karena itu, bahasa ibu digunakan untuk
menyelesaikan masalah di atas, terutama penggunaan bahasa Jawa (ngoko). Penggunaan
bahasa Jawa sebagai bahasa ibu di kelas dapat menjadi dukungan luar biasa bagi peserta didik
yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Alasan lain menggunakan bahasa ibu
untuk belajar memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan pengalaman bahasa total
mereka dan melanjutkan pengembangan konseptual mereka, untuk memberikan lingkungan
sosial-emosional dimana kondisi dasar untuk belajar dapat terjadi, dan itu adalah praktik
sistem pendidikan yang baik untuk membangun kompetensi dan kemampuan peserta didik.
Tujuan dari penggunaan ini adalah (1) mengetahui peran penggunaan bahasa ibu untuk
mendukung peserta didik belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, (2) peran
menggunakan bahasa ibu untuk meningkatkan pengembangan konseptual peserta didik, dan
(3) peran menggunakan bahasa ibu untuk membangun kompetensi dan kemampuan peserta
didik dalam semua materi pelajaran.

Pemerolehan Bahasa Dalam Al-Qur’an


AL-BAQARAH AYAT 31 -33

‫َو َع َّلَم آَد َم اَأْلْس َم اَء ُك َّلَها ُثَّم َعَرَض ُهْم َع َلى اْلَم اَل ِئَك ِة َفَقاَل َأْنِبُئوِني ِبَأْس َم اِء َٰه ُؤاَل ِء ِإْن ُكْنُتْم َص اِدِقيَن‬

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian


mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

‫َقاُلوا ُسْبَح اَنَك اَل ِع ْلَم َلَنا ِإاَّل َم ا َع َّلْم َتَناۖ ِإَّنَك َأْنَت اْلَعِليُم اْلَح ِكيُم‬

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana".

‫َقاَل َيا آَد ُم َأْنِبْئُهْم ِبَأْس َم اِئِهْم ۖ َفَلَّم ا َأْنَبَأُهْم ِبَأْس َم اِئِهْم َقاَل َأَلْم َأُقْل َلُك ْم ِإِّني َأْعَلُم َغْيَب الَّس َم اَو اِت‬

4
‫َو اَأْلْر ِض َو َأْعَلُم َم ا ُتْبُد وَن َوَم ا ُكْنُتْم َتْكُتُم وَن‬

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah
sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi
dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"

AL-ALAQ 1-5

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,


2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya

AR-RAHMAN AYAT 1-4

C. TEORI LINGUISTIK,BEHAVIORAL,NATURASIONAL,
PSIKOSOSIOLINGUISTIK

1. Teori Lenguistik
Asal kata menurut chaer linguistik diturunkan dari bahasa Latin, lingua
‘bahasa’. Bentuk dasar lingua ini dalam bahasa Prancis menjadi langue/langage.
Dalam bahasa Inggris dipadankan dengan language, sedangkan dalam bahasa Arab
dipadankan dengan lughah Sementara itu, secara terminologis, yang dimaksud
dengan linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau penyelidikan bahasa secara
ilmiah Dan, jika melihat dari cakupan yang dibahas dalam linguistik, secara
etimologis Soeparno mendefinisikan linguistik sebagai disiplin

5
ilmu yang mempelajari bahasa secara luas dan umum. Secara luas maksudnya,
mempelajari semua unsur-unsur bahasa, mulai dari yang terkecil hingga terbesar
(bunyi, morfem, kata, klausa, kalimat, wacana). Adapun secara umum maksudnya
adalah mempelajari semua bahasa yang tersebar di dunia, mulai dari bahasa-bahasa
daerah yang tersebar di Indonesia, maupun bahasa resmi setiap negara yang tersebar
di penjuru dunia, Adapun menurut Soeparno teori linguistik adalah subdisiplin
linguistik yang membahas bahasa dari sudut pandang teori tertentu jadi dijelaskan
bahwa teori linguistik merupakan hasil generalisir seorang linguis terhadap bahasa,
lalu digunakan untuk meneliti data bahasa yang
belum pernah diteliti sebelumnya.

2. Teori Behavioral
Teori behavioral merupakan teori yang menekankan pada kebiasaan. Teori
behavioral ini telah dikembangkan oleh B.F Skinner, ia mempunyai pandangan
bahwa pemerolehan bahasa pada anak akan dikendalikan oleh lingkungan. Dalam
artiyan, rangsangan yang diterima oleh anak dalam berbahasa akan dikendalikan
oleh lingkungan yang merupakan wujud dari tingkah laku manusia.Pendapat dari
kaum Behavioris, bahwa anak- anak lahir denganpotensi belajar dan juga
perilakunya dibentuk dari memanipulasi lingkungan. Dari penguatan yang benar
maka kemampuan intelektual pada anak dapat dikembangkan. Kemampuan bahasa
pada anak ditentukan dari lamahnya berlatih stimulus yang telah diberikan, sehingga
kemampuan berbahasa anak tidak dilandaskan dengan penguasaan kaidah, tetapi
berdasarkan pada apa yang telah diperolehnya. Skinner berpendapat bahwa, dalam
perolehan bahasa perlu diadakan latihan dan juga pengarahan.

3.Teori Maturasional

Teori Maturasional oleh G. Stanley dan Gesell dalam Seefelt & Wasik (2008 : 34)
maturasional adalah pertumbuhan bergerak maju melalui serangkaian tahapan yang tidak
berubah, setiap tahapannya dicirikan oleh struktur organisme yang berbeda secara kualitatif
dan pola interaksi yang berbeda secara kualitatif antara organisme dan lingkungannya dan
pada keyakinan Aliran behaviorisme meyakini bahwa semua pengetahuan dan keterampilan
berasal dari kesan indra, baik sebagai gagasan sederhana, manusia seperti halnya semua
mamalia memiliki struktur netral bagi pembentukan asosiasi antara masukan (input) dan
keluaran (output) indra.

4.Teori Preformasionis
Teori performasionis diprakarsai oleh Noam Chomsky. Ia menambahkan bahwa
semua teori belajar itu memiliki asumsi, yakni bahwa kapasitas bawaan lahir itu ada
dan sifatnya unik. Chomsky mempunyai keyakinan bahwa urutan dasar dalam
pemerolehan bahasa pada anak memiliki unsur yang sama tanpa harus
memperhatikan bahasa yang dipelajarinya. Tahap-tahapan tersebut mulai dari
tahapan mengoceh, holofrase, ujaran telegrafik, kalimat sederhana, sampai
berkembang pada kalimat yang sangat kompleks. Maka dari itu, Chomsky
menyatakan bahwa dalam proses memperoleh bahasa pada anak itu unik, dan

6
berjalan secara individual, maka tidak perlu latihan secara eksplisit. Latihan secara
eksplisit tidak diperlukan pada anak dikarenakan pada teori chomsky sudah
dijelaskan bahwa anak memperoleh bahasa berdasarkan dengan apa yang mereka
dengar dari orang- orang sekitarnya, sebab perolehan bahasa anak dipengaruhi oleh
lingkungannya.

5.Teori Psikososiolinguistik
Teori psikososialinguistik lebih menekankan interaksi aktivitas dasar sosial serta
aktivitas intelektual dalam berbahasa. Masalah yang terjadi pada interaksi sosial
akan Memotivasi pada anak untuk belajar berbicara melalui bahasa dengan
berkomunikasi meskipun tidak semua orang dewasa akan memahami bahasa anak.
Teori psikososialinguistik menekankan pada pragmatik karena berhubungan dengan
dimensi sosial bahasa. Dengan begitu, anak akan mampu untuk lancar berbahasa
melalui keterampilan bicaranya karena terjadi proses interaksi sosial secara nyata.
Teori psikososialinguistik lebih menekankan pada pembentukan interaksi aktivitas
dasar sosial dan juga aktivitas intelektual dalam berbahasa. Keterampilan dalam
berbicara pada anak mudah untuk dikembangkan jika anak mempunyai kesempatan
dalam berkomunikasi dan terjadi secara alami kepada orang lain. Misalnya, ketika
orang tua mendongengkan pada anak tentang cerita-cerita islami maka tidak sadar
anak dapat memperoleh bahasa, melalui interaksi secara langsung dengan orang
tuannya yaitu berupa tanya jawab.

D. BAHASA PERTAMA (BAWAAN)


Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperoleh manusia sejak lahir. Penguasaan sebuah
bahasa oleh seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa pertama yang sering kali disebut
bahasa ibu. Bahasa pada hakikatnya merupkan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2002). Lebih lanjut, Owen (Solehan, 2011)
menjelaskan bahwa bahasa dapat didefinisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau
sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang
dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).
Pemerolehan bahasa (language acquisition) atau akuisisi bahasa menurut Maksan (1993:20)
adalah suatu proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang secara tidak sadar,
implisit dan informal. Dardjowidjojo (Dardjowidjojo, 2003) menyatakan bahwa pemerolehan
bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural waktu dia
belajar bahasa ibunya. Seseorang tidak dengan tiba-tiba memiliki tata bahasa yang lengkap
dengan semua kaidah dalam otaknya. Bahasa pertama diperoleh oleh seorang anak dalam
beberapa tahap, dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari bahasa orang
dewasa. Istilah pemerolehan merupakan padanan kata acquisition. Istilah ini dipakai dalam
proses penguasaan bahasa pertama sebagai salah satu perkembangan yang terjadi pada seorang

7
manusia sejak lahir (Darmojuwono, 2005: 24). Secara alamiah anak akan mengenal bahasa
sebagai cara berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Bahasa pertamayang dikenal dan
selanjutnya dikuasai oleh seorang anak disebut bahasa ibu (native language) (Dardjowidjojo,
2003).
Pemerolehan bahasa pertama sangat berkaitan dengan perkembangan sosial anak dan
pembentukan identitas sosial. Mempelajari bahasa pertama merupakan salah satu
perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota suatu masyarakat (Yogatama, 2011).
Mengenai pemerolehan bahasa (language acquisition) atau akuisisi bahasa ini terdapat
beberapa pengertian. Menurut Tarigan (Tarigan, 1988), pemerolehan bahasa merupakan proses
pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan secara
alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal.
Selanjutnya, Dardjowidjojo (Dardjowidjojo, 2003) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa
adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural sewaktu anak
belajar bahasa ibunya. Menurut Manurung, pemerolehan bahasa pada anak mempunyai ciri-
ciri berkesinambungan, merupakan suatu rangkaian kesatuan, dan dimulai dari ujaran satu kata
yang sederhana hingga mencapai gabungan kata dan kalimat yang lebih rumit (Salnita, 2019).
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pemerolehan bahasa
biasanya terjadi secara alamiah, tanpa disadari, diperoleh dalam ruang lingkup kehidupan
sehari-hari, sedangkan pada pembelajaran bahasa, bahasa diperoleh setalah dipelajari secara
formal dengan mematuhi konsep-konsep kaidah ketatabahasaan yang berlaku (Chaer, 2003).
Menurut Troike dalam pemerolehan bahasa kedua, semua fitur penting yang diasumsikan
sebagai bahasa kedua diasumsikan sebagai bahasa pada anak usia dini.
Biasanya pemerolehan bahasa kedua dimulai dari usia tiga dan mereka belajar bahasa dari
orang sekitar Pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu anak-anak di seluruh dunia sama.
Kesamaan proses pemerolehan tidak hanya disebabkan oleh persamaan unsur biologi dan
neurologi bahasa, tetapi juga oleh adanya aspek mentalitas bahasa (Arifuddin, 2010). Jadi,
dapat disimpulkan bahwa bahasa pertama (B1) atau bahasa ibu adalah bahasa yang pertama
kali diperoleh oleh seorang individu dalam kehidupannya. Bahasa ini akan menjadi bahasa
yang paling menurani dan sering digunakan oleh pemakai bahasa. Penelitian mengenai bahasa
pertama anak sudah banyak dilakukan di Indonesia. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Amelin (Amelin, 2019) dapat disimpulkan bahwa melalui ekspresi muka dan gerak tubuh yang
diperlihatkan oleh seorang anak dapat membantu orang di sekitar untuk bisa memahami
bahasa yang diucapkan oleh anak tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Salnita (Salnita,
2019) memperoleh hasil bahwa pada usia tiga tahun anak belum bisa mengujarkan fonem /r/
dan /s/ dengan benar. Kata-kata yang dikuasai oleh anak adalah kata-kata yang dekat dengan
lingkungan anak dan semua ujaran anak pada usia ini mengandung makna denotatif.

8
Penelitian yang dilakukan oleh Yumi (Yumi, 2019) memperoleh hasil bahwa pada usia
empat tahun anak yang berada pada masa kontruksi sederhana sudah mampu mengujarkan
kalimat dalam bentuk kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Menurut Ingram dalam
penelitian Palenkahu (Palenkahu, 2005) pemerolehan bahasa pertama dibagi menjadi empat
periode. Pertama, tahap pendahuluan ditandai dengan tiga jenis tingkah laku yaitu membabel,
meniru, dan pemahaman awal. Kedua, periode pertama (1-1,6 tahun) anak memeroleh
sejumlah bunyi dengan makna khusus yang menyatakan ide suatu kalimat secara menyeluruh,
akan tetapi tidak ada bukti anak memahami tata bahasa. Ketiga, periode kedua (1,6-2,0) anak
menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai makna sembutran yang beruntun dalam
pemerolehan kata dan pertanyaan tentang nama benda. Keempat, periode (2,0-2,6) anak mulai
membentuk kalimat dengan baik dalam arti berisi katakata untuk relasi gramatikal utama
subjek dan predikat.
Berdasarkan hasil pencatatan terdapat ≥15 kata yang dimiliki anak. Kata-kata yang
diucapkan umumnya meniru ucapan ibunya yang kemudian dihubungkan dengan benda atau
sifat. Dalam mengucapkan kata, anak lebih sering mengucapkan suku kata belakang misalnya
mik (mimik=minum), em (maem=makan), bok (ceblok=jatuh), nuk (manuk=burung) dan
sebagainya. Kata–kata yang diucapkan dan dikuasai anak adalah kata benda, kata kerja, dan
kata sifat yang dekat dengan lingkungannya sehari-hari. Walaupun yang diucapkan suku kata
terakhir saja, namun mempunyai makna yang sudah bisa dipahami oleh orang tuanya. Kata-
kata yang didengan anak dari lingkungannya dapat diperoleh dengan baik. Misalnya ketika
ditanya “sia tu na?” (itu siapa na?) anak langsung berkata ah (ayah), bu (ibu), cik (Aciak), mih
(mami), ak (apak). Kemudian apabila ditanya “apo tu na?” (itu apa na?) sambil menunjukkan
tangannya dan berkata pi-pin (pilem upinipin), aek (mak gaek).

E. BAHASA KEDUA (LINGKUNGAN)


Bahasa kedua secara umum diperoleh setelah seseorang sudah memperoleh bahasa
pertamanya.Tidak ada satu orang pun yang memperoleh bahasa pertamanya. Hal inilah
agaknya yang mendasari mengapa ada istilah bahasa pertama dan bahasa kedua.Bahasa
pertama adalah bahasa yang pertama kali diperoleh seseorang.Bahasa kedua diperoleh setelah
memperoleh bahasa pertama. Dalam pemerolehan bahasa, baik bahasa pertama maupun
bahasa kedua banyak teori yang mendasari bagaimana proses pemrosesan itu terjadi. Teori
yang paling umum dan mendasar adalah teori behaviorisme dan teori kognitivisme.Konsep
dasar teori behaviorisme dilandasi anggapan bahwa seseorang setelah lahir tidak memiliki apa-
apa, sehingga dalam pemerolehan bahasa lingkungan sangat berperan penting. Dengan kata
lain, lingkunganlah yang banyak memberi sumbangan kepada seseorang sehingga dapat
memperoleh bahasa. Lain halnya dengan teori nativisme, bahwa seseorang sejak lahir sudah
memiliki suatu alat pemerolehan bahasa yang disebut Language Acquistition Device (LAD).

9
Melalui alat ini seseorang dapat memperoleh bahasa.Namun demikian, alat pemerolehan
bahasa tersebut dapat berfungsi apabila ada lingkungan yang mendukungnya Memperhatikan
kedua teori tersebut, dapat dikatakan bahwa pemerolehan bahasa tidak terlepas dari
lingkungan.
Lingkungan adalah suatu hal yang penting bagi seseorang dalam proses pemerolehan
bahasa. Tentang peranan lingkungan dalam pemerolehan bahasa, McDonough (1981)
mengemukakan bahwa teori-teori behaviorisme yang dipakai untuk memperoleh bahasa sangat
menekankan peranan lingkungan dalam memberikan rangsangan imintasi dan juga penguatan
dan apakah reaksi-reaksinya bersifat positif atau negatif. Menurut teori ini hanya lingkungan
eksternal yang memberikan, baik model bahasa maupun mekanisme dimana reaksi-reaksi: (1)
diseleksi untuk kebenaran, (2) dibedakan untuk pantas tidaknya terhadap suatu stimulus dan
(3) disamarkan untuk situasi yang baru. Demikian juga halnya dengan Littlewood (1984)
mengemukakan bahwa pendekatan behaviorisma terhadap pemerolehan bahasa, lingkungan
anak dilihat sebagai faktor pengaruhutama.Lingkungan menyediakan model-model yang ditiru
anak dan berbagai ganjaran yang mengakibatkan timbulnya pengetahuan bagi anak. Terlepas
dari teori behavariosme dan kognitivisme, peranan lingkungan dalam pemerolehan bahasa
sangat besar.Daulay (1985) mengemukakan bahwa kualitas lingkungan bahasa teramat penting
bagi seorang pembelajar bahasa untuk bisa berhasil dalam belajar bahasa baru.
LINGKUNGAN BAHASA
Lingkungan secara umum adalah suatu wilayah daerah atau kawasan serta yang tercukup
di dalamnya,lingkunganitu dapat melibatkan sejumlah panca indra manusia khususnya
pendengaran dan penglihatan. Batasan dan situasi seperti itu memberi gambaran bahwa
lingkungan bahasa adalah situasi suatu wilayah tertentu dimana suatu bahasa tumbuh,
berkembang dan digunakan oleh para penuturnya. Dengan kata lain, lingkungan bahasa
mencakup situasi segala hal yang dapat didengar dan dilihat oleh penutur pada wilayahtertentu
dimana suatu bahasa digunakan.
Lingkungan bahasa itu adalah segala hal yang dapat didengar dan dilihat yang turut
mempengaruhi proses komunikasi berbahasa. Untuk lebih jelas, yang termasuk lingkungan
bahasa adalah seperti situasi di kelas saat proses pembelajaran berlangsung, di pasar, pusat
perbelanjaan, restoran, percakapan sekelompok orang, saat menonton televisi, ketika membaca
media masa atau berbagai bahan bacaan lain serta situasi-situasi lingkungan lainnya.
Keterkaitan lingkungan dengan prosespemerolehan bahasa terutama pemerolehan bahasa
kedua, kualitas lingkungan bahasa penting diperhatikan,karena kualitas lingkungan bahasa
turut menentukan keberhasilan pemerolehan bahasa maupun dalam pembelajaran bahasa
kedua.Berkenan dengan kualitas lingkungan bahasa, Dulay ( 1982 ) mempertegas bahwa
kualitas lingkungan bahasa adalah suatu hal yang sangat penting peranannya dalam
menentukan keberhasilan para pembelajar dalam mempelajari bahasa kedua. Secara umum,

10
lingkungan bahasa dalam hubungannya dengan pemerolehan bahasa terbatas dua jenis, yaitu:
(1) lingkungan formal dan (2) lingkungan informal. Lingkungan formal dapat dikatakan
sebagai suatu lungkungan yang resmi.Lingkungan informal dapat dikatakan situasi yang
terjadi begitu saja atau situasi yang tidak dibentuk secara resmi.
LINGKUNGAN FORMAL
lingkungan formal adalah lingkungan yang dibentuk secara resmi dan terencana. Adalah
lingkungan yang dibentuk secara resmi dan terencana.Salah satu yang termasuk proses
pembelajaran di ruang kelas yang dibimbingi oleh guru. Dengan demikian, dalam lingkungan
formal seperti itu para pembelajar dibimbing dan diarahkan pada guru untuk dapat menguasai
sistem-sistem atau kaidah-kaidah maupun aturanaturan bahasa yang dipelajari. Disamping
lingkungan formal seperti situasi proses pembelajaran di ruang kelas yang dibimbingi oleh
guru, pada hakikatnya ada lagi lingkungan formal yang lain. Misalnya, situasi ketika membaca
maupun mempelajari buku-buku tata Bahasa
dikemukakan oleh Dulay (1985) bahwa lingkungan formal adalah salah satu lingkungan
belajar bahasa yang memfokuskan pada penguasaan kaidah atau aturan-aturan bahasa secara
sadar dalam bahasa target. Demikian juga halnya dengan pendapat Krashen (1983) yang
langsung mengemukakan ciri-ciri lingkungan formal. Ia mengemukakan ciri-ciri sebagai
berikut: (1) memiliki sifat yang arfisial, (2) didalam lingkungan tersebut para pembelajar
diarahkan untuk melaksanakan aktivitas bahasa yang melibatkan kaidah-kaidah atau aturan-
aturan bahasa yang sudah dipelajarinya, dan apabila ditemukan atau terjadi kesalahan dari
pembelajar, para guru langsung memberikan umpan balik sebagai koreksi atas kesalahan-
kesalahan tersebut dan (3)merupakan bagian dari keseluruhan pembelajaran bahasa di sekolah
atau di kelas.
LINGKUNGAN INFROMAL
Lingkungan informal sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu lingkungan
atau situasi alami (natural) tanpa dibentuk secara terencana. Lingkungan informal ini pada
hakikatnya terjadi begitu saja dan apa adanya tanpa rekayasa dan pembentukan secara
terencana. Lingkungan informal dalam kaitannya dengan bahasa, baik dalam hal proses
pemerolehan maupun pembelajaran, cakupan jauh lebih besar daripada lingkungan formal.
Kita ataupun para pembelajar lebih banyak dihadapkan pada lingkungan informal daripada
lingkungan formal.
Lingkungan informal ini meliputi berbagai situasi seperti ketika berkomunikasi di rumah
bersama-sama keluarga, komunikasi bersama sahabat maupun dengan orang lain,komunikasi
di pasar, di kantor, atau di mana saja serta berbagai situasi lain yang terjadi secara alami.
Lingkungan informal yang terjadi secara alami dan frekuensinya lebih besar daripada
lingkungan formal, membuat lingkungan informal tersebut lebih banyak berperan jika
dibandingkan dengan lingkungan formal dalam hal pemerolehan maupun pembelajaran

11
bahasa.Hal seperti ini mengakibatkan lingkungan informal lebih banyak mendominasi dan
memberi bantuan bagi para pembelajar.
Pada dasarnya lingkungan informal ini lebih banyak berhubungan dengan masalah
pemerolehan bahasa.Sedangkan lingkungan formal cenderung berhubungan dengan masalah
pembelajaran bahasa. Hal ini dapat diterima dengan alasan bahwa lingkungan informal yang
lebih banyak mendominasi parapembelajar, mengakibatkan pembelajar cenderung menguasai
bahannya yang dipelajarinya secara alamimelalui pemerolehan dari berbagai situasi informal.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperoleh manusia sejak lahir.
Penguasaan sebuah bahasa oleh seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa pertama
yang sering kali disebut bahasa ibu.Bahasa kedua secara umum diperoleh setelah
seseorang sudah memperoleh bahasa pertamanya.Tidak ada satu orang pun yang
memperoleh bahasa pertamanya. Hal inilah agaknya yang mendasari mengapa ada istilah
bahasa pertama dan bahasa kedua.Bahasa pertama adalah bahasa yang pertama kali
diperoleh seseorang.Bahasa kedua diperoleh setelah memperoleh bahasa pertama. Dalam
pemerolehan bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua banyak teori yang
mendasari bagaimana proses pemrosesan itu terjadi. Teori yang paling umum dan
mendasar adalah teori behaviorisme dan teori kognitivisme.Konsep dasar teori
behaviorisme dilandasi anggapan bahwa seseorang setelah lahir tidak memiliki apa-apa,
sehingga dalam pemerolehan bahasa lingkungan sangat berperan penting.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.upgris.ac.id/index.php/JIE/article/view/7960
https://www.viva.co.id/tadarus/2/7
https://www.kompasiana.com/urfiyahnadiyahfillah/606b2cead541df735235f362/
perkembangan-bahasa-aud?
page=2&page_images=1&lgn_method=google
https://e-journal.metrouniv.ac.id/tarbawiyah/article/view/343/158
https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/download/160/118
https://core.ac.uk/download/pdf/229105277.pdf
https://www.neliti.com/id/publications/476395/memaham-kesiapan-belajar-anak-
melalui-7-prinsip-pembelajaran-pada-anak-usia-dini#:~:text=Pada
%20Teori%20Maturasional%20oleh%20G,interaksi%20yang
%20berbeda%20secara%20kualitatif

14

Anda mungkin juga menyukai