Disusun oleh:
SAMPUL
BAB I PENDAHULUAN
i
KATA PENGANTAR
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk perbaikan makalah
ini kedepannya, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan setiap orang tentu saja tidak terlepas dari bahasa. Pertama kali
seorang anak memperoleh bahasa yang didengarkan langsung dari sang ibu sewaktu
anak tersebut terlahir ke dunia ini. Kemudian seiring berjalannya waktu dan seiring
pertumbuhan si anak maka ia akan memperoleh bahasa selain bahasa yang diajarkan
ibunya itu baik bahasa kedua, ketiga ataupun seterusnya yang disebut dengan akuisisi
bahasa (language acquisition) tergantungdengan lingkungan sosial dan tingkat kognitif
yang dimiliki oleh orang tersebut melalui proses pembelajaran.
Pemerolehan Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat menakjubkan terlebih
dalam proses pemerolehan bahasa pertama yang dimiliki langsung oleh anak tanpa ada
pembelajaran khusus mengenai bahasa tersebut kepada seorang anak (Bayi). Seorang
bayi hanya akan merespon ujaran ujaran yang sering didengarnya dari lingkungan
sekitar terlebih adalah ujaran ibunya yang sangat sering didengar oleh anak tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam
otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran
bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktuseorang kanak-kanak
mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi,
pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran
bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167).
Pada saat dilahirkan, anak hanya memiliki sekitar 20% dari otak dewasanya.
Pada umur 6 minggu, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan
bunyi konsonan atau vokal. Bunyi –bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya
karena memang belum terdengar dengan jelas. Proses mengeluarkan bunyi-bunyi
seperti ini dinamakan cooing, yang telah diterjemahkan menjadi dekutan
(Dardjowidjojo, 2000: 63). Anak mendekutkan bunyi-bunyi yang beragam dan
belum jelas identitasnya.
Orang tua akan mengaitkan kata papa dengan ayah dan mama dengan ibu
meskipun apa yang di benak anak tidaklah kita ketahui dan tidak bisa dipungkiri
bahwa celotehan itu hanya sekedar latihan artikulasi belaka. Konsonan dan
vokalnya secara bertahap berubah sehingga muncul seperti kata dadi, dida, tita, dita,
mama, mami, dan sebagainya. Konsonan pada akhir kata sampai dengan umur
4
sekitar 2;0 banyak yang tidak diucapkan sehingga kata mobil diucapkan /bi/.Sampai
sekitar umur 3;0 anak belum dapat mengucapkan kelompok konsonan sehingga
kata Eyang Putri akan disapanya dengan eyang /ti/.
5
Bunyi-bunyi bahasa-bahasa yang ada di dunia ini berbeda-beda, namun
hubungan-hubungan tertentu yang ada pada bunyi-bunyi ini sifatnya tetap.
Umpamanya, apabila suatu bahasa memiliki bunyi hambat velar seperti [g] maka
bahasa itu pasti mempunyai bunyi hambat alveolar seperti [t], dan juga hambat
bilabial seperti [b]. Jika suatu bahasa mempunyai bunyi hambat alveolar [t] dan
[d], maka bahasa itu juga pasti mempunyai bunyi hambat bilabial [b] dan [p];
tetapi belum tentu bahasa itu memiliki bunyi velar [g] dan [k]. Begitu juga apabila
suatu bahasa mempunyai konsonan frikatif [v] dan [s], maka bahasa itu pasti
mempunyai konsonan hambat seperti [t] dan [b].
6
membunyikan konsonan frikatif, berarti dia juga telah mampu membunyikan
bunyi-bunyi hambat. Munculnya konsonan belakang dalam ucapan anak-anak
menandakan bahwa dia juga menguasai konsonan depan. Ini disebut hukum-
hukum implikasi oleh Jakobson.
Kontras vokal pertama yang diperoleh anak adalah kontras vokal lebar
[a] dengan vokal [i]. Kemudian, diikuti oleh kontras vokal sempit depan [i]dengan
vokal sempit belakang [u]. Sesudah itu baru antara vokal [e] dan vokal[u]; vokal
[o] dengan vokal [e].
1) Menindas salah satu dari dua proses yang bertentangan itu.Umpamanya bila
anak-anak telah menguasai bunyi-bunyi hambat bersuara dalam semua
konteks, maka berarti dia telah berhasil menindas proses penghilangan
suara yang ditimbulkan oleh halangan oral bunyi itu.
2) Membatasi jumlah segmen atau jumlah konteks yang terlibat dalam proses
itu. Misalnya, proses penghilangan suara dibatasi hanya pada bunyi-bunyi
hambat longgar tidak dilibatkan.
3) Mengatur terjadinya proses penghilangan bunyi suara dan proses pengadaan
bunyi secara berurutan. Urutannya boleh dimulai dengan proses
penghilangan bunyi suara lalu diikuti oleh proses pengadaan bunyi
7
bersuara. Kedua proses ini tidak mungkin terjadi secara bersamaan.
<pasar> : [patay]
<kue> : [ue]
4. Vokalisasi : satu suku kata konsonan ditukar dengan satu suku kata
vokal.
<makan> : [maam]
<anggur> : [agu]
<jangan> : [dangan]
<pita> : [ta]
<baju> : [ju]
2. Pengguguran satu kata yang tidak dapat mendapat tekanan suara : suku
kata yang tidak mendapat tekanan digugurkan jika satu kata
mendahului satu kata yang mendapat tekanan suara.
<hati-hati> : [ati-ati]
<lumba-lumba> : [umba-umba]
a) Bloom dan Tardif (Dardjowijojo, 2005: 259) mengatakan kelas kata kerja
diperoleh lebih awal dari pada kelas kata lainnya, dan frekuensi
penggunaannya juga lebih tinggi.
b) Dardjowijojo (2005) mengatakan pendapatnya berdasarkan penelitiannya,
bahwa selama lima tahun pemerolehan leksikon anak didominasi oleh kata
benda, diikuti kata kerja pada urutan kedua, kata sifat pada urutan ketiga,
serta kata tugas pada urutan berikutnya. Contoh kata benda adalah susu,
10
mobil, dan baju. Kata kerja seperti makan, beli, baca. Kata sifat seperti enak,
cantik, dan jelek. Kata tugas si, yang, di, dan ke.
Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna. Morfem ada
dua macam, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem
yang dapat berdiri sendiri, seperti jual, beli, duduk, dan tidur. Morfem jual, beli,
duduk, dan tidur merupakan satuan terkecil yang memiliki makna (Arifin dan
Junaiyah 2009 : 2).
Jual beli
Jual belikan
Perjualbelikan
11
mempunyai fungsi dan makna yang sama, yaitu merupakan unsur yangmembentuk
verba (kata kerja) aktif (Arifin dan Junaiyah 2009 : 3).
Contoh :
- Bentuk datang (kata dasar)
Kedatangan (nomina)
- Makna datang
Kata dasar ‗‘datang‘‘ dan kata ‗‘kedatangannya‘‘ pada kalimat itu tentu
saja tidak dapat menghasilkan kalimat yang tidak berterima, bahkan tidak
masuk akal. Hasil pertukarannya sebagai berikut.
Contohnya adalah seni menjadi seniman. Warta menjadi wartawan dan wartawati.
Dunia menjadi duniawi. Turun menjadi turunnya (Arifin dan Junaiyah, 2009 : 4).
13
f. Konfiks atau imbuhan terbelah
Simulfiks adalah dua imbuhan atau lebih yang ditambahkan pada kata dasar
tidak sekaligus tetapi bertahap. Contoh simulfiks adalah imbuhan member-kan
yang melekat pada kata memberlakukan dan memberdayakan. Afiks yang pertama
kali melekat pada kata dasar laku dan daya adalah prefiks ber- menjadi berlaku dan
berdaya, setelah itu sufiks –kan menjadi berlakuan dan berdayakan. Akhirnya baru
prefiks meng- dilekatkan pada kata tersebut menjadi memberlakukan dan
memberdayakan (Arifin dan Junaiyah, 2009 : 7).
14
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
B. SARAN
Penulis berharap kepada pembaca untuk mengambil sisi positif dari materi
yang disampaikan. Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan di
makalah ini. Oleh karena itu, semoga apa yang penulis sampaikan dapat
bermanfaat bagi pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
16