Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan Ke-2

NAMA : ASNAH ZUL KHULAIKAH


NIM : 210407561073
KELAS : 31.G
MATA KULIAH : PEND. BAHASA INDONESIA DI SD
DOSEN PENGAMPU : Drs. Abd. Hafid, S.Pd., M.Pd.

PEMEROLEHAN BAHASA
A. Definisi Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak
seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language
learning). Pembelajaran bahasa biasanya berkaitan dengan proses-proses yang terjadi
pada waktu seseorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah ia mempelajari
bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama,
sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua. Namun, banyak
juga yang menggunakan istilah pemerolehan bahasa untuk bahasa kedua (Chaer,
2005: 167).
Pemerolehan bahasa setiap anak memiliki suatu kekhasan, yaitu sesuai dengan
perkembangannya. Perkembangan merupakan sederet perubahan fungsi organ tubuh
yang bersifat progresif, teratur, dan saling berkaitan. Perkembangan merupakan
interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara
lain meliputi perkembangan sistem otak (kecerdasan), bicara, emosi, dan sosial.
Semua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Jika
dilihat dari aspek-aspek perkembangannya, setiap anak memiliki ragam yang berbeda-
beda. Meskipun demikian, secara umum para ahli sepakat bahwa ada pola-pola
perkembangan yang cenderung sama dan berlaku bagi sebagian besar manusia. Jika
ada aspek perkembangan anak yang berjalan di luar pola umum tersebut, mereka
dapat dikategorikan mengalami perbedaan atau kelainan perkembangan. Perbedaan
itu ada yang sifatnya lebih lamban atau lebih cepat dari kebanyakan anak lain yang
sebaya.
Untuk kepentingan pendidikan, ada beberapa aspek perkembangan yang perlu
mendapatkan perhatian secara khusus, terutama bagi para guru di taman kanak-kanak.
Ketidakpahaman atas aspek-aspek perkembangan ini dapat menyebabkan kesulitan
dalam pelayanan pendidikan yang tepat bagi mereka. Gangguan pada aspek-aspek
perkembangan anak akan berimplikasi pada kelancaran perkembangan akademik
mereka, seperti keterampilan membaca, menulis, atau pun berhitung.
Ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa
pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini
merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata
bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat
untuk terjadinya proses performansi yang terdiri dari dua buah proses, yaitu proses
pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan bunyi-bunyi bahasa atau
kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan atau kepandaian
mengamati atau kemampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar (Chaer
2003: 168). Adapun penerbitan melibatkan kemampuan mengeluarkan atau
menerbitkan kalimat-kalimat sendiri. Kedua jenis proses kompetensi ini, apabila telah
dikuasai kanak-kanak, akan menjadi kemampuan linguistik kanak-kanak itu.
Pemerolehan bahasa pertama sangat erat hubungannya dengan perkembangan
kognitif, yakni pertama, jika anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang mendasar
pada tata bahasa yang rapi, tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak
telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus
memperoleh katagori-katagori kognitif yang mendasari berbagai makna ekspresif
bahasa-bahasa alamiah, seperti kata, ruang, modalitas, kualitas, dan sebagainya.
Persyaratan-persyaratan kognitif terhadap pengusaan bahasa lebih banyak dituntut
pada
pemerolehan bahasa kedua dari pada dalam pemerolehan bahasa pertama (Chear,
2003: 167).
Sejalan dengan teori Chomsky (dalam Chear, 2003: 168) kompetensi itu
mencakup tiga buah komponen tata bahasa, yaitu komponen sintaksis, semantik, dan
fonologi. Pemerolehan bahasa ini lazim juga dibagi menjadi pemerolehan sintaksis
dan pemerolehan semantik. Pemerolehan semantik adalah pemerolehan leksikon atau
kosakata. Ketiga komponen tata bahasa ini tidaklah diperoleh secara sendiri-sendiri,
melainkan diperoleh secara bersamaan.
Anak yang berusia 5-6 tahun telah memperoleh bahasa yang banyak sekali.
Mereka telah memperoleh komponen semantik, komponen sintaksis, komponen
leksikon, dan komponen fonologi. Anak usia 5-6 tahun telah melalui dua proses, yaitu
proses kompetensi dan proses performansi. Mereka berlatih memproduksi perolehan
bahasanya dalam bentuk tulisan. Karena mereka dilatih di sekolah untuk terampil
menulis, mereka tidak lagi canggung apabila diberi tugas untuk menulis suatu huruf,
kata, dan kalimat, walaupun dengan bahasa yang sangat sederhana (Amin: 2005: 8).
B. Faktor-Faktor Pemerolehan Bahasa
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak, yaitu :
1.      Faktor Biologis
Setiap anak telah dilengkapi dengan kemampuan kodrati atau potensi bawaan yang
memungkinkannya mampu berbahasa. Perangkat biologis yang menentukan
penguasaan bahasa anak adalah otak (sistem syaraf), alat dengar dan alat ucap. Dalam
proses berbahasa seorang anak dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang berada di
otak. Pada belahan otak sebelah kiri terdapat wilayah broca yang mempengaruhi dan
mengontrol produksi bahasa seperti bahasa. Sementara itu, pada belahan otak kana
terdapat wilayah wernicke yang mempengaruhi dan mengendalikan penerimaan atau
pemahaman biasa seperti, menyimak.

2.      Faktor Lingkungan Sosial


Setiap anak memiliki kemampuan bawaan dan kelengkapan berbahasa. Namun
demikian, untuk menumbuh kembangkan kemampuan berbahasanya, seorang anak
memerlukan lingkungan sosial sebagai contoh atau model berbahasa, memberikan
rangsangan dan tanggapan serta melakukan latihan dan uji coba berbahasa dalam
konteks yang sesungguhnya.

3.      Faktor Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam berpikir atau bernalar, termasuk
memecahkan suatu masalah. Intelegensi bersifat abstrak dan tak dapat diamati
langsung, kecuali melalui perilaku. Dalam kaitannya dengan pemerolehan bahasa,
anak-anak yang bernalar tinggi tingkat pencapaian nya cenderung lebih cepat, lebih
kaya dan lebih bervariasi kemampuan bahasanya, dari anak yang bernalar sedang atau
redah.

4.      Faktor Motivasi
Motivasi itu bersumber dari dalam dan luar diri anak. Dalam belajar bahasa, anak
tidak melakukannya demi bahasa itu sendiri. Anak belajar bahasa karena adanya
kebutuhan dasar yang bersifat praktis, seperti lapar, haus, sakit serta perhatian dan
kasih sayang. Inilah yang disebut dengan motivasi intrinsik yang berasal dari diri anak
itu sendiri. Bunda, pemberian motivasi dari lingkungan sosial sangat berarti bagi anak
untuk membuatnya kian bergairah belajar bahasa. Anak yang dibesarkan dengan
motivasi belajar bahasa yang tinggi akan kian memicu proses belajar bahasa anak.
Pemicu motivasi itu, diantaranya dapat dengan cara bunda merespons dengan bijak
pertanyaan dan komentar anak, memperbaiki tindak berbahasa anak secara halus dan
tidak langsung menyalahkan ataupun memarahi anak bila anak berbicara tidak baik.

C. Proses Pemerolehan Bahasa


Stren dalam Akhadiah, S., dkk (1997:2.2) menyamakan istilah bahasa kedua
dengan bahasa asing. Tetapi bagi kondisi di Indonesia perlu membedakan istilah
bahasa kedua dengan bahasa asing. Bagi kondisi di (first languange) yang berwujud
bahasa daerah tertentu, bahasa kedua (second languange) yang berwujud bahasa
Indonesia atau bahasa asing (foreign languange). Bahasa kedua biasanya merupakan
bahasa resmi di negara tertentu. Oleh karena itu bahasa kedua sangat diperlukan untuk
kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.
Dalam Chaer dan Agustina(2014) menerangkan bahwa pada umumnya bahasa
pertama seorang anak Indonesia adalah bahasa daerahnya masing-masing karena
bahasa Indonesia baru dipelajari ketika anak masuk sekolah dan ketika ia sudah
menguasai bahasa ibunya. Dibandingkan dengan pemerolehan bahasa pertama, proses
pemerolehan bahasa kedua tidak linear. Menurut Krashen dalam Akhadia, S.,dkk
(1997:2.3) untuk anak-anak, bahasa kedua adalah hal yang lebih banyak dipelajari
daripada diperoleh. Bila dilihat dari proses dan pengembangan bahasa kedua ada dua
cara yang dijelaskanoleh hipotesis pembedaan dan pemerolehan dan belajar bahasa
yaitu:
1. Cara pertama dalam pengembangan bahasa kedua adalah pemerolehan bahasa
yang merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak mengembangkan
kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Hasil atau akibat pemerolehan bahasa,
kompetensi yang diperoleh bawah sadar. Cara-cara lain memberikan pemerolehan
termasuk belajar implisit, belajar informal dan belajar alamiah. Dalam bahasa
nonteknis sering disebut pemerolehan "memungut" bahasa.
2. kedua dalam pengembangan bahasa kedua adalah dengan belajar bahasa, yang
mengacu pada pengetahuan yang sadar terhadap bahasa kedua, mengetahui
kaidah-kaidah, menyadari kaidah-kaidah dan mampu berbicara mengenai kaidah-
kaidah itu yang oleh umum dikenal dengan tata bahasa. Beberapa sinonim
mencakup pengetahuan formal mengenai suatu bahasa atau belajar eksplisit.

Beberapa pakar teori belajar bahasa kedua beranggapan bahwa anak-anak


memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan
tetapi hipotesis pemerolehan-belajar menuntut orang-orang dewasa juga memperoleh,
bahwa kemampuan memungut bahasa tidak hilang pada masa remaja. Hipotesis diatas
dapat menjelaskan perbedaan pemerolehan dan belajar bahasa, Krashen dan Terrel
dalam Akhadiah, dkk (1997:2.3) menegaskan perbedaan keduanya dalam lima hal
yaitu sebagai berikut:
 Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa
pertama seorang anak penutur asli sedangkan belajar bahasa adalah
pengetahuan secara formal.
 Pemerolehan dilakukan secara bawah sadar sedangkan pembelajaran adalah
proses sadar dan disengaja.
 Pemerolehan seorang anak atau pelajar bahasa kedua belajar seperti
memungut bahasa kedua sedangkan dalam pembelajaran seorang pelajar
bahasa kedua mengetahui bahasa kedua.
 Dalam pemerolehan pengetahuan didapatkan secara implisit sedangkan dalam
pembelajaran pengetahuan didapatkan secara eksplisit
 Pemerolehan pengajaran secara formal tidak membantu kemampuan anak
sedangkan dalam pembelajaran pengajaran secara formal hal itu menolong
sekali.

PERTANYAAN : Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak,


salah satu nya yaitu faktor lingkungan, jelaskan mengapa faktor lingkungan berpengaruh
dalam pemerolehan bahasa anak?
JAWABAN : Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh cukup
besar bagi perkembangan bahasa anak. Karena dengan lingkungan maka anak dapat
menjalani kesehariannya dengan baik tanpa adanya kesulitan dalam berinteraksi. Stimulus
yang didapat anak melalui lingkungan akan berpengaruh pada perkembangan bahasa anak.
DAFTAR PUSTAKA

Bitu, Y. (2020). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa Kedua. Jurnal

Edukasi Sumba (JES), 4(2), 153-160. https://doi.org/10.53395/jes.v4i2.204

Khomsiyatun, U. (2019). Proses pemerolehan Bahasa pertama pada anak usia Dini: Studi

kasus Di paud wadas kelir purwokerto. Equalita: Jurnal Pusat Studi Gender dan

Anak, 1(1), 95. https://doi.org/10.24235/equalita.v1i1.5160

Pesona Bahasa: Langkah awal memahami linguistik. (2005). Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai