Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK


(Disusun Untuk Pemenuhan Tugas Final Mata Kuliah Teori-Teori Belajar)

Dosen Pengampu Prof. Dr. H. Syamsul Bahri, M.Si

Disusun Oleh:

REZTI FANY DWI PUTRI

220032301034

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, dan ridho-
Nya sehingga makalah yang berjudul “Perkembangan Bahasa pada Anak” ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H.
Syamsul Bahri, M.Si, selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberikan
bimbingan dan arahan terkait salah satu pembelajaran terkait teori-teori belajar.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa sebagai manusia biasa, memiliki kelebihan
dan kekurangan. Untuk itu bimbingan, arahan, serta kritik-kritik yang membangun dari
dosen pada khususnya, dan para pembaca pada umumnya, sangat diharapkan sebagai
upaya untuk penyempurnaan penyusunan makalah kedepannya.
Semoga makalah kami ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, Amin.

Makassar, 19 Mei 2023

Rezti Fany Dwi Putri

ii
RINGKASAN
Perkembangan anak usia dini penting bagi orang tua ataupun guru untuk memantau
dan mendampingi setiap perkembangannya, khususnya di usia 0-6 tahun atau bisa
disebut dengan masa golden age. Masa ini akan memengaruhi perkembangan anak
hingga mereka dewasa nanti. Salah satunya yaitu perkembangan bahasa, bahasa anak
berkembang mulai dari yang sederhana menuju suatu yang rumit dalam pola yang dapat
dicirikan pada setiap pribadi anak. Perkembangan bahasa anak merupakan gabungan
dari kegiatan sosial anak, emosi anak, kemampuan berpikir atau kognitif anak, dan fisik
dan motorik anak. Perkembangan bahasa serta ciri-ciri maupun tahap-tahap dari
perkembangan bahasa anak sangat penting untuk diperhatikan oleh para orang tua
ataupun guru, karena bahasa anak merupakan alat komunikasi atau penghubung antara
anggota masyarakat sekitar untuk menyatakan gagasan, ide-ide, dan perasaan, serta
keiinginan anak

iii
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
RINGKASAN........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. perkembangan Bahasa Anak.......................................................................................3
B. Tahapan Perkembangan Bahasa Anak......................................................................4
C. Sifat-Sifat Bahasa.........................................................................................................5
D. Aspek-Aspek Fundamental Bahasa............................................................................7
E. Kemahiran Bahasa.....................................................................................................12
F. Tipe Perlembangan Bahasa Anak.............................................................................18
G. Faktor yang Mempengaruhi Perlembangan Bahasa Anak.....................................19
H. Hambatan Perkembangan Bahasa pada Anak........................................................22
BAB III PENUTUP..........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah penggunaan cara yang terorganisasi dari pengkombinasian kata-
kata untuk untuk berkomunikasi. Bahasa memungkinkan kita berkomunikasi
dengan orang lain disekitar kita. Juga memungkinkan kita memikirkan tentang hal-
hal dan proses yang saat ini tidak kita lihat, dengar, rasakan, sentuh, atau buai. Hal-
hal ini mencangkup ide yang tidak memiliki bentuk yang tidak bisa di dicerna.
Tidak semua komunikasi yaitu pertukaran pikiran dan perasaan dilakukan
lewat bahasa. Komunikasi memandang aspek-aspek lain di luar bahasa ujaran.
Manusia berbahasa ibarat burung bersayap, demikian kata George H. Lewis.
Bahasa tak terlepas dari hakikat keberadaan manusia karena itulah yang menjadi
piranti komunikasi antar manusia. Pada ungkapan di atas nampak bahwa manusia
tanpa bahasa sama seperti burung tanpa sayap, karena sayaplah yang mecirikan
burung dan bahasalah yang mencirikan manusia.
Noam Chomsky, bapak Linguistik dunia, menyebutkan bahwa jika kita
mempelajari bahasa makapada hakikatnya kita sedang mempelajari esensi manusia,
yang menjadikan keunikan manusia itu sendiri. Manusia dirancang untuk berjalan,
tetapi tidak diajari agar bisa berjalan. Demikian pula dalam berbahasa, tidak
seorangpun bisa diajari bahasa karena manusia diciptakan untuk berbahasa. Dalam
artian bahwa pada kenyataannya manusia akan berbahasa tanpa bisa dicegah agar
dia tidak memperoleh bahasa. Bahasa dikatakan menjadi keunikan yang mencirikan
manusia dan membedakannya dengan makhluk hidup lainnya

B. Rumusan Masalah
a) Perkembangan Bahasa Anak
b) Tahapan Perkembangan Bahasa Anak
c) Sifat-sifat Bahasa
d) Aspek Fundamental Bahasa
e) Kemahiran Berbahasa
f) Tipe Perkembangan Bahasa Anak

1
g) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
h) Hambatan Perkembangan Bahasa Anak

C. Tujuan Penulisan
a) Mengetahui Perkembangan Bahasa Anak
b) Mengetahui Tahapan Perkembangan Bahasa Anak
c) Mengetahui Sifat-sifat Bahasa
d) Mengetahui Aspek Fundamental Bahasa
e) Mengetahui Kemahiran Berbahasa
f) Mengetahui Tipe Perkembangan Bahasa Anak
g) Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
h) Mengetahui Hambatan Perkembangan Bahasa Anak

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Bahasa Anak


Perkembangan bahasa anak ditempuh melalui cara yang sistematis dan
berkembang bersama-sama dengan pertambahan usianya. Menurut Lenneberg
(dalam Purwo; Zubaidah, 2004) perkembangan bahasa anak seiring dengan
perkembangan biologisnya. Hal inilah yang digunakan sebagai dasar mengapa anak
pada umur tertentu sudah dapat berbicara, sedangkan anak pada umur tertentu pula
belum dapat berbicara. Akan tetapi, dalam perkembangannya, pada umumnya anak
memiliki komponen pemerolehan bahasa yang hampir sarna, baik perkembangan
fonologinya, sintaksisnya, semantiknya, maupun pragmatiknya. Hal ini tentunya
dilihat dari segi perkembangan bahasa anak yang normal. Kesemua komponen
tersebut, dapat dilihat dari gejala dan tingkah laku anak, seperti diuraikan Levin
dalam bukunya yang berjudul Psikologi Anak (Jalongo; Zubaidah 2004). Menurul
Levin, pada masa perkembangan sistem bunyi (fonologis) anak memiliki keutuhan
dalam bersuara; pada masa perkembangan sintaksisnya (sistem gramatikal) anak
telah mampu memproduksi suara; pada masa perkembangan sistim maknanya
(semantik) anak telah memiliki keutuhan dalam memberikan makna; dan pada masa
perkembangan sistem sosial bahasanya (pragmalik) anak telah mampu menerapkan
ucapan dalam kehidupan sosial secara utuh (Zubaidah, 2004).
Kapan sebenarnya anak mulai berbahasa? Karena berbahasa mencakup
komprehensi maupun produksi, maka sebenarnya anak sudah mulai berbahasa
sebelum dia dilahirkan. Melalui saluran intrauterine anak telah terekspos pada
bahasa manusia waktu dia masih janin . Kata-kata dari ibunya tiap hari dia dengar
dan secara biologis Memahami Pola Perkembangan Bahasa Anak Tadris. Volume
3. Nomor 1. 2008 117 kata-kat itu 'masuk' ke janin. Kata-kata ibunya ini rupanya
'tertanam' pada janin anak. Itulah salah satu sebabnya mengapa di mana pun juga
anak selalu lebih dekat pada ibunya daripada ayahnya. Seorang anak yang
menangis akan berhenti menangisnya bila digendong ibunya (Dardjowidjojo,
2003).

3
Seorang anak yang normal akan memperoleh bahasa pertamanya dalam waktu
yang relatif singkat (yaitu kira-kira dari usia 2-6 tahun). Hal itu menurut Chomsky
bukan karena anak itu memperoleh rangsangan (stimulus) saja, lalu ia mengadakan
respons, tetapi oleh karena setiap orang diperlengkapi sejak lahir (innate) dengan
seperangkat peralatan (device) yang memungkinkannya memperoleh bahasa
pertama, yang disebutnya sebagai language acquisition device (LAD) atau
'peralatan perolehan bahasa'. Menurutnya, LAD inilah yang membedakan manusia
dari hewan, dan merupakan ciri khas perolehan bahasa manusia, dibanding bentuk
perilaku non-bahasa makhluk lain (Utari & Nababan, 1998)
Perkembangan bahasa anak tidak saja dipengaruhi oleh perkembangan
neurologis tetapi juga oleh perkembangan biologisnya. Menurut Lenneberg,
dikatakan bahwa perkembangan bahasa anak mengikuti jadwal biologis yang tidak
dapat ditawar-tawar. Seorang anak tidak dapat dipaksa atau dipacu untuk dapat
mengujarkan sesuatu, bila kemampuan biologisnya belum memungkinkan.
Sebaliknya, bila seorang anak secara biologis telah dapat mengerjakan sesuatu, dia
tidak akan dapat pula dicegah untuk tidak mengujarkannya. Karena memang ada
keterkaitan antara perkembangan biologi dengan kemampuan berbahasanya
(Dardjowidjojo, 2000).

B. Tahapan Perkembangan Bahasa Anak


1. Piaget (dalam Mulyan; Wahida & Latipah, 2021) menjelaskan bahwa proses
perkembangan bahasa pada anak usia dini yaitu melalui tahap-tahap sebagai
berikut;
a. Tahapan Sensori Motor (0-2 tahun)
Pada tahap ini, kegiatan intelektual pada anak hampir seluruhnya
merupakan gejala yang diterima langsung melalui indera. Pada saat anak
mencapai kematangan dan secara perlahan mulai memperoleh
keterampilan berbahasa, mereka menerapkannya pada objek-objek yang
nyata. Pada tahap ini anak mulai memahami hubungan antara benda
dengan nama benda tersebut.
b. Tahapan Pra Operasional (2-7 tahun) Perkembangan yang pesat dialami
oleh anak pada tahap ini. Anak semakin memahami lambang-lambang

4
bahasa yang digunakan untuk menunjukkan benda- benda. Keputusan
yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional.
Kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan dari sebagian kecil yang
diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Anak akan berpendapat
bahwa pesawat terbang berukuran kecil, karena itulah yang mereka lihat di
langit ketika ada pesawat tebang yang lewat.
2. Johan Amos Comenius (dalam Kartini; Wahida & Latipah, 2021) berpendapat
bahwa perkembangan bahasa anak usia dini, yaitu periode Sekolah-Ibu, artinya
pada saat usia 0-6 tahun. Pada periode ini hampir semua usaha dan bimbingan
pendidikan berlangsung di lingkungan keluarga, terutama aktivitas ibu sangat
mempengaruhi proses perkembangan bahasa anak
3. Semiawan (Wahida & Latipah, 2021) menjelaskan tahap perkembangan bahasa
anak usia dini sebagai berikut.
a. Perkembangan bahasa usia bayi secara umum, bayi mengeluarkan ucapan
pada saat usianya 10-16 bulan, walaupun pada kenyataannya ada juga
yang memerlukan waktu lebih lama dari itu. Sebelum anak-anak
mengucapkan kata-kata terlebih dahulu, membuat ocehan misalnya dengan
ucapan baaa, maaa, atau paaa. Mengoceh ini mulai terjadi saat usia sekitar
3-6 bulan. Tujuan komunikasi yang dilakukan oleh bayi pada usia dini
ialah untuk menarik perhatian orang tua dan orang lain yang ada
disekitarnya.
b. Perkembangan bahasa anak usia dini, yaitu usia anak pra sekolah yang
rata-rata memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsonan,
misalnya untuk mengucapkan kata batrai. Pada usia ini anak-anak sudah
dapat mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata-kata setiap
kalimatnya. Anak-anak mulai berbicara dengan urutan kata yang
menunjukkan suatu pendalaman yang meningkat terhadap aturan yang
kompleks tentang urutan kata-kata yang diucapkan. Pada usia ini anak-
anak juga sudah mulai mampu mengembangkan pengetahuan tentang
makna dengan cepat.

5
C. Sifat-sifat Bahasa
Sifat dasar bahasa menurut (Brown 1975, Clark &Clark 1977, Glucksberrg &
Danks 1975) yaitu :
a. Alat komunikasi : Bahasa mengijinkan kita berkomunikasi dengan satu atau
lebih orang yang memahami bahasa kita.
b. Symbol arbitrer : Bahasa menciptakan sebuah hubungan arbitrer antara symbol
dan acuanya. Sebuah ide,sebuah hal,sebuah proses,sebuah hubungan, atau
sebuah deskripsi.
c. Tersetruktur secara regular : bahasa memiliki sebuah struktur; hanya susunan
yang terpola secara khusus dari symbol-simbol yang memiliki makna, karena
penyusunan yang berbeda akan menghasilkan makna yang berbeda.
d. Tersetruktur diberbagai tingkatan : struktur bahasa bisa dianalisis lebih dari
satu tingkatan (contohnya, tingkatan bunyi,tingkatan unit makna,ditingkatan
kata, dan tingkatan frasa).
e. Generative,produktif: didalam sebuah batasan-batasan sebuah struktur
lingustik, pengguna bahasa bisa memproduksi ucapan-ucapan baru.
Kemungkinan bagi penciptaan ucapan baru ini tak terbatas sifatnya.
f. Dinamis : Bahasa terus berkembang.

Ciri Bahasa sebagai alat komunikasi yang selalu menepati urutan pertama
dalam defenisi apapun selain menjadi ciri yang paling jelas, bahasa sebagai alat
komunikasi juga sangat menakjubkan. Contohnya, saya dapat menuliskan apa yang
saya pikirkan dan anda rasakan sehingga anda bisa membaca dan memahami
pikiran dan perasaan saya itu. Berkomunikasi dengan orang lain sangatlah
mengesankan dimana bahsa mengacu pada symbol-simbol arbiter kepada berbagai
hal, ide, proses, hubungan dan deskripsi (Steedman, 2003). Arbiter sistem ini
berkaitan dengan simbol tertentu bahkan semua kata adalah simbol. Dalam konteks
ini simbol adalah suatau yang merepresentasikan, mengidentifikasikan atau
menyatakan kesesesuatu hal, proses atau deskripsi tertentu seperti professor, senang
atau brilian.
Ciri yang konsisten dari simbol-simbol adalah dapat mengacu pada, ide,
proses, hubungan dan deskripsi yang sekarang tidak hadirseperti suangi Amazon .
dan yang tidak dapat dicerna secara fisik seperti kalkulus,, kebenaran atau

6
keadilan. Tampa acuan simbol yang arbiter contohnya : memerlukan simbol seperti
pohon atau menampilkan sebuah pohon. Dua prinsip yang mendasari makna kata
adalah pri nsip konvensi dan prinsip perbedaan (Clark,1993,1994). Kesimpulannya,
banyak perbedaabn hadir diantara bahasa-bahasa. Meskipun begitu, ada beberapa
ciri umum yang sama, yaitu: komunikasi, acuan simbol arbiter, regularitas struktur,
ultiplikasi struktur, produktifitas dan perubahan.

D. Aspek – aspek Fundamental Bahasa


Ada dua aspek fundamental bahasa, Yaitu yang pertama adalah pemahaman
reseptif dan pendekodean input bahasa, yang kedua adalah pengodean ekspresit
dan produksi output bahasa. Pengkodean mengacu kepada perolehan makna dari
apa pun sistem acuan simbol yang digunakan (saat mendengarkan atau membaca).
Adapun beberapa istilah dalam pemahaman bahasa yaitu :
a. Pemahaman verbal adalah kemampuan reseptif atau memahami input
linggustik yang ditulis yatau yang diucapkan seperti kata-kata, kalimat dan
paragraph (Starr & Reyner 2003). Kafesihan verbal adalah kemampuan
ekspresif atau memproduksi output linguistic. Manusia bisa memahami bahasa
dengan baik, namun tidak memproduksinya atau sebaliknya. Bahasa bisa
dipecah-pecahkan menjadi banyak unit yang lebih kecil. Unit terkecil dari
bunyi ujaran adalah fon (phone), yaitu bunyi fokal tunggal. Fon bisa saja
menjadi bagian bahasa tertentu atau tidak.
b. Ilmu tentang fonem (untuk singkatan fenominikan) adalah studi tentang
fenom-fenom tertuntu sebuah bahasa. Ilmu tentang fonetik (untuk singkatan
fonetika) adalah studi tentang bagaimana memproduksi atau mengkobinasikan
bunyi ujaran, atau untuk mempresentasikan mereka dengan simbol-simbol
tertulis ( Roca, 2003).
c. Morfem adalah unit terkecil yang menunjukan makna didalam bahasa tertentu.
Ada dua bentuk marfem, yang pertama kata dasar dan yang kedua imbuhan
(affixes). Imbuhan terdiri akhiran, yang mengikuti sebuah kata dasar, dan
awalanyang mendahului kata dasar. Morfem-isi (content morphemes) adalah
kata yang mengandung kumpulan makna sebuah bahasa. Marfem-fungsi
(fuction morphemes) menambahkan detei dan nuansa bagi makna Morfen –isi

7
atau membantu morfen-isi agak cocok dengan konteks gramatisnya. Contohnya
kebanyakan anak-anak Amerika tahu cara menambahkan akhiran khusus
untuk menunjukan hal-hal berikut :
d. Kalimat aktif : kamu sering belajar. Kamu kemarin belajar, sekarang ini pun
kamu sedang belajar (You study often. You studied yesterday. You are studying
now)
e. Kalimat aktif dan jumlah benda: professor memberikan tugas rumah. Para
asisten juga memberikan tugas rumah. (The professer assign homework. The
teaching assistants assign homework)
f. Kepemilikan benda : buku pelajaran siswa sangat bagus. (The student’s book is
fascinating)
g. Perbandingan sifat : semakin pintar dua profesor mengajar, akan sangat pintar
tiga siswa yang diajar mereka. (The wiser of the two professor laught the wisest
of the theer students)
h. Leksikon (lexicon) atau kosakata adalah perangkat menyeluruh morfem-morfen
dalam bahasa tertentu atau dalam daftar lingustik individu tertentu. Pembicara
dewasa berbahasa inggris rata-rata memiliki liksikon sekitar 80.000 morfem
(Miller & Gildea 1987). Kosakata adalah dengan mengombinasikan morfem-
morfem yang ada dengan cara-cara yang baru. Beberapa para peneliti
mengatakan kalau sebagiandari kejeniusan William Shakespeare terletak
didalam kenikmatan nya menciptakan kata-kata baru dengan mengombinasikan
morfem-morfem yang sudah ada. Deperkirakan sudah membentuk lebih dari
1.700 kata- atau 8,5% dari seluruh kosakata yang ditulisnya dan ungkapan
yang tak dihitung jumlahnya termaksut istilah ‘tak terhitungg’ (countless) itu
sendiri (Lederer 1991).
i. Sintaksis mengacu kepada cara pemakaian bahasa tertentu meletakkan kata-
kata bersama-sama untuk membentuk kalimat . sintaksis berperan penting
dalam pemahaman kata tentang bahasa. Sebuah kalimat mengandung kalimat
mengandung minimal dua bagian. Pertama adalah frasa kata benda ( NP, noun
phrase) yang mengandung minimal satu kata benda (sering kali subjek kalimat)
dan penjelas apa pun yang relevan terhadap kata venda tersebut. Kedua, frasa
kata kerja (VP, verb phrase) yang mengandung minimal satu kata kerja dan

8
apapun yang terkena olah kata kerja tersebut. Para ahli bahasa mengangagap
studi tentang sinteksis fundamental untuk memahami struktur bahasa.

Pelengkap bagi sintaksis adalah semantic, studi tentang makna disebuah


bahasa. Ahli semantic akan menyoroti bagaimana kata-kata mengesperesikan
makna. Tingkatan terakhir analisis adalah diskursus, memandu penggunaan bahasa
dan tentara yang melampaui tingkatan kalimat seperti didalam percakapan,
paragraph, cerita, bab dan seluruh buku.

Proses-Proses Memahami Bahasa


Bagaimana kita bisa memahami bahasa berdasarkan pengodean multifaset
seperti ini? Pendekatan pertama terhadap pertanyaan ini berpusat kepada proses-
proses psikologis pemersepsian ujaran (Hickok & Poeppel, 2000) Pendekatan ini
juga mengkaji bagian mana pendengar mengatasi keganjilan-keganjilan yang di
hasilkan dari transmisi akustik (terkait bunyi) bahasa. Sedangkan pendekatan kedua
lebih berorientasi secara linguistic dengan berfokus kepada pendeksripsian struktur
gramatis bahasa. Akhirnya pendekatan ketiga difokuskan untuk menguji proses-
proses psikolinguistik yang terlibat di dalam pemahaman bahasa di tingkatan makro
analisis diskursus.

Persepsi ujaran
Kita sanggup menyerap ujaran dengan kecepatan yang mengagumkan. Di satu
sisi , kita bisa menyerap sebanyak 50 fonem perdetik dari bunyi yang bukan ujaran
(Warren dkk., 1969). Pikirkan kenapa bahasa asing sulit di mengerti saat kita
mendengarnya. Bahkan, meskipun kita bisa membacanya, bunyi huruf-huruf dan
kombinasi huruf mereka bisa berbeda dari bunyi yang berkaitan dengan huruf dan
kombinasi huruf yang sama di bahasa ibu kita .
Bagaimana kita sanggup memahami 50 fonem perdetik, padahal paradoksnya
kita hanya bisa menyerap tidak lebih dari 1 fon perdetik dari bunyi bukan-ujaran?
Salah satu jawaban terhadap pertanyaan ini terletak di dalam fakta bahwa bunyi
ujaran menunjukan koartikulasi. Koartikulasi terjadi ketika fonem-fonem atau unit-
unit bahasa yang lain di produksi secara tumpang tindih dalam satu waktu. Oleh
karena itulah persepsi ujaran di anggap berbeda dengan kemampuan persepsi lain

9
karena sifat linguistic informasinya. Jadi bagaimana kita bisa menyerap bunyi
ujaran dengan mudah? Ada banyak teori – teori alternative persepsi ujaran yang
menjelaskan kemampuan kita tersebut. Teori-teori itu berbeda-beda utamanya
dalam pendapat mereka, apakah persepsi ujaran di pandang sebagai hal yang
istimewa ataukah hal biasa dari jenis-jenis persepsi auditoris lainnya.

Pandangan persepsi ujaran


Pendekatan utama di wilayah ini menyamakan proses-prose ujaran dengan
proses-proses persepsi auditoris terhadap bunyi-bunyi lain. Teori-teori semacam ini
mempostulasikan bahwa ada tahapan-tahapan yang berbea di dalam pemrosesan sel
saraf. Di tahap pertama bunyi-bunyi ujaran di analisis berdasarkan komponen-
komponennya. Di tahap kedua komponen-komponen tersebut di analisis untuk
mencapai pola-pola tertentu lalu di sesuaikan dengan sebuah prototip atau cetakan
(Kuhl; Massaro; Stevens & Blumstein, 1981). Teori penyulingan fonetik
menyatakan bahwa kita memulai dengan sebuah analisis tentang sensasi auditoris
lalu bergeser menuju tingkat pemrosesan yang lebih tinggi. Di dalam teori ini bunyi
awal yang membentuk perangkat kata-kata memungkinkan apa yang sudah kita
dengar itu tidak harus menjadi fonem pertama. Contoh, pernakah anda mengamati
sebuah film atau mendengarkan kuliah ketika yang anda dengar hanyalah suara
yang di ucapkan terbalik. Namun setelah menghabiskan banyak waktu anda
akhirnya memahami apa yang dikatakan. Mengapa? Karena untuk memutuskan apa
yang sudah di dengar, anda harus melewati serangkaian proses sadar penyulingan
fonetik. Ujaran yang diserap mungkin berbeda dari bunyi ujaran yang benar-benar
neraih telinga kita. Alasannya adalah faktor-faktor kognitif dan kontekstual
mempengaruhi persepsi kita terhadap sinyal yang di cerap indera. Contoh efek
pemulihan fonemik melibatkan pengintegrasian hal-hal yang sudah kita ketahui
dengan hal-hal yang kita dengar saat menyerap ujara. (Samuel; Warren; Warren &
Warren, 1970).
Efek pemulihan fonem ini sama dengan konsep visual Gestalt “klosur” yang
didasarkan kepada informasi visual yang tidak lengkap. Bahkan, salah satu
pendekatan utama persepsi auditoris berusaha meluaskan dan meragamkan berbagai
kejadian sehingga mencakup ujaran dan prinsip prinsip Gestalt mengenai persepsi

10
visual yaitu simetri,proksimitas,dan similaritas (Bregman,1990). Namun disisi lain,
beberapa teoritis melihat persepsi ujaran sebagai hal istimewa.

Perkembangan Semantika dan Sintaksis


Di dalam semantika, denotasi adalah definisi kamus yang ketat mengenai
sebuah kata, sedangkan konotasi adalah sebuah kandungan emosi, praduga dan
makna-makna tidak eksplisit kainnya sebuah kata. Faktor lingkungan sangat
berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur 6-9 bulan anak telah
mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan
pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa prasekolah. Terdapat
indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di
kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan lima kata perhari di
usia 1,5 sampai 6 tahun.
Pemahaman kata bertambah tanpa pengajaran langsung orang dewasa.
Terjadi strategi pemetaan yang cepat diusia ini sehingga anak dapat
menghubungkan suatu kata dengan rujukannya. Pemetaan yang cepat adalah
langkah awal dalam proses pemerolehan leksikal. Selanjutnya secara bertahap
anak akan mengartikan lagi informasi-informasi baru yang diterima. Definisi
kata benda anak usia pra sekolah meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran dan
warna, properti fungsi, properti pemakaian, dan lokasi. Definisi kata kerja anak
prasekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih
besar.
Studi tentang sintaksis membuat analisis bahasa unit-unit yang bisa di atur,
oleh karena itu relative mudah dipelajari. Sintaksis menawarkan kemungkinan tak
terbatas bagi pengeksplorasian. Pada akhirnya tidak ada batasan bagi kombinasi-
kombinasi yang memungkinkan dari kata-kata yang bisa digunakan untuk
membentuk kalimat.
Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan
walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2
tahun. Awalnya berupa kalimat dua kata. Rangkaian dua kata, berbeda dengan
masa “kalimat satu kata” sebelumnya yang disebut masa holofrastis. Kalimat
satu kata bisa ditafsirkn dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya.
Hanya mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita

11
menangkap makna dari kalimat satu kata tersebut. Peralihan dari kalimat satu
kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap.
Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabugan dua kata menjadi
kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua
kata memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan
menggunakan pola intonasi yang berbeda. Perkembangan pemerolehan sintaksis
meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun dan mencapai
puncaknya pada akhir usia 2 tahun.

Perkembangan Morfologi Dan Perkembangan Fonologi


Periode perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata
yang diukur dalam morfem. Panjang rata-rata ucapan, Mean Length Of
Utterance (MLU) adalah alat prediksi kompleksitas bahasa pada anak yang
berbahasa inggris. Mlu sangat erat berhubungan dengan usia dan merupakan
prediktor yang baik untuk perkembangan bahasa. Dari usia 18 bulan sampai 5
tahun mlu meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem mulai
terjadi saat anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun
Perkembangan fonologi melalui proses yang panjang dari dekode bahasa.
Sebagian besar konstruksi morfologi anak akan tergantung pada
kemampuannya menerima dan memproduksi unit fonologi. Selama usia
prasekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem fonologi
tapi juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai
untuk membedakan makna. Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses
konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan
dalam babbling, anak menggunakan konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokal-
konsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan asimilasi dan substitusi
sampai pada persepsi dan produksi suara.

E. Kemahiran Berbahasa
Ketika masih bayi kita masih sanggup membedakan semua fonetik yang
memungkinkan. Namun di sepanjang waktu, kita mulai kehilangan kemampuan
untuk memilahkan perbedaan antara yang bukan bahasa (native) yang digunakan di
dalam lingkungan bahasa asal. Oleh karena itu, beberapa aspek dari kemampuan,

12
persepsi ujaran, dan produksi ujaran bayi saling mencerminkan satu sama lain sejak
hari pertama, bayi- bayi yang tampaknya diprogram untuk bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan linguistic mereka yang tujuan spesifiknya adalah menguasai
kemahiran berbahasa. Apapun argumentasinya, bayi tampaknya memilki
kemampuan mempelajari bahasa yang menakjubkan. Contoh, bayi-bayi yang baru
lahir tampaknya merespon dengan penuh minat suara ibunya. Mereka tampaknya
juga merespon secara sinkronis lewat respons motoris terhadap ujaran pengasuh
yang berinteraksi langsung dengan mereka. Bayi tampaknya juga lebih memilih
mendengarkan seseorang, berbicara dalam bahasa asal si bayi ketimbang bukan
bahasa asal. Mungkin mereka sedang memfokuskan perhatiannya kepada struktur
ritmis bahasa asal tersebut.
Di tahun-tahun pertama kehidupan, manusia tampaknya memproduksi bahasa
dengan bergerak maju lewat tahap-tahap berikut ini :
1. Mendekut, kebanyakan mengandung bunyi vocal.
2. Meraban, mengandung bunyi konsonan dan bunyi vocal ; bagi telinga kita,
merabannya bayi terus meningkat di antara pembicara- pembicara dari
kelompok-kelompok bahasa yang berbeda terdengar sangat mirip.
3. Ucapan satu kata ; ucapan ini terbatas pada bunyi vocal dan konsonan yang
digunakan.
4. Ucapan dua kata dan ujaran telegrafi.
5. Struktur kalimat dasar orang dewasa (mulai dari kira0kira usia 4 tahun),
dengan kemahiran kosakata yang terus bertambah.
6. Mendekut (cooing) adalah ekspresi oral bayi yang mengeksplorasi
pemproduksian bunyi vocal. Mendekutnya bayi di seluruh dunia, termasuk
bayi-bayi tuli juga, tidak bisa dibedakan di antara bayi-bayi dan bahasa-bahasa
yang berbeda. Bayi-bayi sebenarnya lebih baik ketimbang orang dewasa dalam
memilahkan bunyi yang tidak bermakna bagi mereka. Mereka bisa membuat
pemilahan fonetik yang sudah tidak bisa dibedakan lagi oleh orang dewasa.
Karena itu, ada hal-hal ekstrim yang bisa dilakukan anak kecil lebih baik
ketimbang orang dewasa.
Di tahap meraban, bayi-bayi tuli tidak lagi mengucapkan bunyi vocal. Bunyi
diproduksi berdasarkan perubahan di dalam pendengaran bayi. Meraban (babbling)

13
adalah produksi yang dipilih bayi terkait fonem-fonem yang terpilah entah bunyi
vocal maupun konsonannya yang merupakan cirri bahasa asal bayi. Oleh karena itu,
meskipun mendekutnya bayi diseluruh dunia esensinya sama, namun merabannya
bayi berbeda. Seperti dibahasa sebelumnya, kemampuan bayi untuk mencerap dan
memproduksi fon-fon selama fonem semakin memudar selama tahap ini. Pada
akhirnya, bayi mengucapkan kata pertama-nya. Ini diikuti dengan singkat leh satu
dua kata lagi. Segera sesudahnya, beberapa kata lagi menyusul. Bayi menggunakan
ucapan satu kata ini yang disebut holofrase untuk menyampaikan intense, keinginan
dan tuntutan. Biasanya, kata-kata adalah kata benda yang melukiskan objek-objek
dikenal yang biasa dilihat anak.
Pada usia 18 bulan, anak-anak biasanya memiliki kosakata tiga sampai seratus
kata. Namun, kosakata anak kecil masih tidak bisa menuangkan semua
keinginannya. Akibatnya, anak-anak banyak melakukan kesalahan. Sebuah
kekeliruan melebih-lebihkan isi (overextension error) adalah perluasan secara
keliru makna kata-kata dari dalam leksikon untuk menuangkan hal-hal dan
gagasan-gagasan tetapi masih belum memiliki kata baru untuk
mengekspresikannya. Contoh, penyebutan bayi untuk semua pria sebagai ‘papa’
bisa cukup mengganggu bagi seorang ayah baru di dalam setting publik. Istilah
umum bagi jenis hewan kaki empat apapun mungkin ‘dogi atau pus’. Anak kecil
harus melebih-lebihkan makna terhadap kata-kata yang mereka ketahui. Mereka
memiliki terlalu sedikit kata di dalam kosakata untuk melakukan ucapan yang
benar.
.
Perubahan-perubahan perkembangan terkait dengan penguasaan bahasa
Usia rata- Interaksi dengan pemrosesan
Ciri usia
rata informasi
Respon terhadap suara- Ketika bunyi menjadi lebih bermakna,
Janin – lahir persepsi bayi terhadap bunyi menjadi
suara manusia
lebih selektif dan kemampuan bayi
6 bulan Kebanyakan terdiri atas untuk mengingat bunyi turut
pertama bunyi vokal meningkat
6 bulan Meraba, terdiri atas
kedua fonem-fonem vokal dan
bunyi konsonan yang
mencirikan bahasa utama
lingkungan di sekitar

14
bayi
Ketika kefasihan dan pemahaman
meningkat, kemampuan manipulasi
secara menta simbol linguistik
meningkat (selain perkembangan
Kira-kira Ujaran satu kata, dua konsepnya juga). Kekeliruan melebih-
usia 1 – 3 kata, dan ujaran lebihkan isi terjadi ketika anak
tahun telegrafik berusaha mengaplikasikan kosa kata
yang terbatas terhadap berbagai
situasi, namun saat kosa kata anak
menjadi lebih spesifik, kekeliruan ini
kurang begitu terjadi.
Kalimat sederhana yang Kosa kata dan konsep terus
mencerminkan perluasan berkembang erdasarkan pemahaman
menakjubkan kosa kata, dan kefasihan, dan anak mulai
Kira-kira
selain pemahaman luar menginternalkan aturan –aturan
usia 3 – 4
biasa sintaksis, meski sintaksis. Kekurangan regulasi
tahun
dengan beberapa berlebihan menawarkan pengertian
kesalahan regulasi tentang bagaimana anak membentuk
berlebihan. aturan struktur bahasa
Kalimat orang dewasa
Pola bahasa anak dan strategi
beberapa meningkat
penguasaan bahasa dipelajari dengan
dalam kompleksitas
Kira-kira cara yang kebanyakan sama seperti
strukturnya hingga masa
usia 4 tahun cara orang dewas. Selain itu, strategi
remaj. Kosa kata terus
ke atas metakognitif mereka untuk menguasai
bertambah meskipun
kosakata menjadi semakin canggih di
tidak sebanyak
seluruh masa kanak-kanak
sebelumnya

M. Schaerlaekens (Mar’at, 2005) membagi fase-fase perkembangan bahasa


anak dalam empat periode. Perbedaan ini didasarkan pada ciri-ciri tertentu pada
setiap peride. Adapun periode-periode tersebut sebagai berikut:
1. Periode Prelingual (usia 0-1 tahun)
Periode prelingual disebut karena anak belum dapat mengucapkan 'bahasa
ucapan' seperti yang diucapkan orang dewasa, dalam arti belum mengikuti
aturan-aturan bahasa yang berlaku. Namun perkembangan 'menghasilkan'
bunyi-bunyi itu sudah mulai pada minggu-minggu sejak kelahirannya.
Perkembangan tersebut melalui tahap-tahap sebagai berikut; a) Bunyi
resonansi, b) Bunyi berdekut, c) Bunyi berleter, d) Bunyi berleter ulang, e)
Bunyi vokabel.
2. Periode Lingual Dini (usia 1-2,5 tahun)

15
Pada periode ini anak mulai mengucapkan perkataannya yang pertama,
meskipun belum lengkap. Misalnya: atit (sakit), agi (lagi), dan seterusnya. Pada
masa ini beberapa kombinasi huruf masih terlalu sukar diucapkan, juga
beberapa huruf masih sukar diucapkan, seperti: r, s, k, j, dan t. Pertambahan
kemahiran berbahasa pada periode ini sangat cepat dan dapat dibagi dalam tiga
periode, yaitu: a) Periode kalimat satu kata (holophrare), b) Periode kalimat
dua kata, c) Periode kalimat lebih dari dua kata (more word sentence).
3. Periode Diferensiasi (usia 2,5- 5 tahun)
Pada periode ini ialah ketrampilan anak dalam mengadakan diferensiasi
dalam penggunaan kata-kata dan kalimatkalimat.
4. Periode Menjelang Sekolah (sesudah usia 5 tahun)
Menjelang sekolah di sini adalah menjelang anak masuk sekolah dasar;
yaitu pada waktu mereka berusia antara lima sampai enam tahun. Pendidikan di
TK, apalagi kelompok bermain (play group) belum dapat dianggap sebagai
sekolah, sebab sifatnya hanya menolong anak untuk siap memasuki pendidikan
dasar.

Dworetzsky (1990) lebih rinci menjelaskan dua tahapan mengenai kehidupan


manusia yang mengalami perkembangan bahasa, yakni;
1. Periode Pralinguistik
Periode pralinguistik adalah masa anak sebelum mengenal bahasa, alau
mampu berbahasa. Saat bayi mulai tumbuh, secara berangsur-angsur ia mampu
mengembangkan bahasanya melalui urutan lahap demi tahap. Tahap pertama,
sejak lahir sampai sekitar usia 2 bulan yaitu masa fonasi (phonation stage).
Selama ini bayi sering membuat apa yang disebut "bunyi-bunyi yang
menyenangkan". Ini adalah bunyi-bunyi "quasi vower” (disebut "quasi" karena
tidak sepenuh dan sekaya suara vokal yang dibuat berikutnya). Kuasi vokal
dibentuk dari suara yang mirip bahasa pertama (Dworezky, 1990). Antara usia
2 dan 4 bulan, bayi biasanya berada pada going stage, yaitu bayi mengucapkan
kata sejenis dengan kombinasi quasi vokal dengan keras, sebagai tanda'awal
konsonan. Antara 4 dan 7 bulan anak memproduksi beberapa kata baru, disebut
masa expansion stage.

16
Tabap kedua, setelah anak belajar mengeluarkan suara dalam bentuk
tangis, anak mulai mengoceh (babling stage). Bunyi yangmuncul pada masa
ini, yakni antara 7 sampai 10 bulan, berupa bunyi yang dapat dipisahkan antara
vokal dan konsonannya, namun belum ada bunyi yang membedakan makna.
Antara usia 7 dan 10 bulan tersebut, oceban bayi semakin meningkat karena
dia mulai menghasilkan sukukata dan menirukan seperti ucapan'bababa' atau
'mamama'. Ini disebut tahap kononikal (cononical stage). Yang menarik
adalah, ba)'i yang mampu mendengar segera miilai mengoceh suku kata
kononikal,'sedangkan bayi tuli yangjuga berada pada masa mengoceh, tidak
dapat mengucapkan bunyi kononikal tersebut (Oller & Eiler, dalam
Dworetzky, 1990).
Tabap ketiga, bayi setelah melalui masakononikal, secara meningkat bayi
mempersempit penggunaan fonem mereka, terutama pada fonem yang akan
mereka gunakan daIam bahasa yang merekapelajari. Ini disebut dengan tabap
kontraksi (contraction stage) dan umumnya terjadi antara usia 10 dan 14 bulan.
Pada masa ini bayi juga memperoleh langkah dan irama bahasa. Tampaknya
balikan diperlukan sebelum masa kontraksi dimulai. Bayi belajar meniru apa
yang mereka dengar.
Jalongo (1992) mengelompokkan perkembangan bahasa anak tahap
pralinguastik ini, sejak bayi lahir sampai usia II bulan. Pada tahap
perkembangan bahasa ini, anak tampak masih dalam tarafberlatih mengenal
lingkungannya sendiri atas dasar yang dirasakan, dilihat, dan didengarnya.
Ketika anak merasakan sesuatu, sementara dia belum mampu mengucapkan
sesuatu, anak hanya mampu memberikan pertanda bahwa dia senang atau tidak
senang. Ungkapan rasa tidak senang, ditunjukkan dengan menangis atau
menunjukkan kegelisahannya. Ketika anak senang, dia mampu menunjukan
kesenangannya, misalnya dengan tidak rewel, melakukan gerakan yang positif,
selalu memberikan respen ketika diajak berkomunikasi.
2. Periode Linguistik
Kata infans berasal dari kata latin "tanpa ucapan" atau "tidak berbicara".
Kata infant (bayi) berasal dari Infans (Dworetzky, 1990). Hal tersebut tampak
logis jika dianggap kata-kata yang kali pertama diucapkan oleh seorang anak

17
sebagai titik akhir masa bayi. Pada masa tersebut, anak sudah mulai tampak
perkembangan bahasanya, ia sudah mulai mampu menggunakan kata-kata
dalam berbicara. Kata yang dimaksud adalah ucapan yang berhubungan
langsung dengan benda atau kegiatan tertentu, sebagai bentuk dasar. Misalnya
mama, papa, baba dan barn kemudian mempelajari kata abstrak. Ini terjadi
antara umur 10 sampai 17 bulan (Benedict, 1979 dalam Dworetzky, 1990).
Jalongo (1992) mengelom.pokkan perkembangan linguistik ini sebagai
tahapan kedua Pada awal tahun pertama yakni usia sekitar 12 bulan, anak
menggunakan kata antara 3-6 kata (holofrase). Tahap berikutnya anak berusia
antara 12 sampai 18 bulan, anak telah mampu menggunakan kata benda yang
luas serta telah mampu menggunakan kosakata yang terdiri antara 3 sampai
dengan 50 kata. Pada usia sekitar 2-3 tahun, anak sudah mampu menerima
bahasa dengan menggunakan bahasa telegrafik 2-3 kata. Anak, selanjutnya
mampu berkomunikasi dengan menggunakan kata antara 3-50 kata.
Anak ketika berusia sekitar 3 tahun, kosakatanya bertambah setiap hari.
Pada usia tersebut, menurut Jalongo (1992) anak memiliki kosakata antara 200
sampai 300 kata. Pada usia 4 tahun, anak telah mampu menerapkan
pengucapan dan tatabahasa. Anak telah memiliki kosakata sebanyak 1400
sampai 1600 kata. Pada usia 5 sampai 6 tahun, anak telah memiliki susunan
kalimat dan tata bahasa yang benar, bail< dalam mengunakan awalan maupun
dalam menggunakan kata keIja sekarang. Panjang kalimat rata-rata setengah
baris per kalimat, kemudian meningkat menjadi 6-8 kata. Anak telah mampu
menggunakan kosakata kira-kira 2500 kata, dan anak mengerti sekitar 6000
kata

F. Tipe Perkembangan Bahasa Anak


Perkembangan bahasa anak dibedakan oleh Yusuf (2007) menjadi dua tipe,
yaitu sebagai berikut:
1. Egocentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).
Fungsinya yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada
umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun.

18
2. Socialized Speech, terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan
temannya atau lingkungannya. Dalam tipe ini, perkembangan bahasa anak dibagi
menjadi lima bentuk: a) adapted information, terjadinya saling tukar gagasan atau
adanya tujuan bersama yang dicari, b) critism, menyangkut penilaian anak
terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, c) command (perintah), request
(permintaan) dan threat (ancaman), d) questions (pertanyaan), dan e) answers
(jawaban). Fungsi dari ‘socialized speech’ ini adalah untuk mengembangkan
kemampuan penyesuaian social (social adjustment).

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak


Yusuf (2007), ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam perkembangan
bahasa anak, yaitu:
1. Faktor Kesehatan
Faktor ini sangat berpengaruh dalam perkembangan bahasa seorang anak.
Apabila pada dua tahun pertama kesehatan seorang anak sering terganggu,
maka perkembangan bahasanya akan terhambat.
2. Intelegensi.
Perkembangan bahasa anak akan bisa diketahui dari intelegensinya. Anak
yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal atau di atasnya, biasanya
mengalami perkembangan bahasa yang pesat. Sedangkan anak yang
mengalami kelambatan mental akan sangat miskin dalam berbahasa. bahwa
kemampuan anak berbahasa tergantung pada kematangan kognitifnya
(Piaget,1954). Tahap awal perkembangan intelektual anak terjadi dari lahir
sampai berumur 2 tahun. Pada masa itu anak mengenal dunianya melalui
sensasi yang didapat dari inderanya dan membentuk persepsi mereka akan
segala hal yang berada di luar dirinya. Misalnya, sapaan lembut dari
ibu/ayah ia dengar dan belaian halus, ia rasakan, kedua hal ini membentuk
suatu simbol dalam proses mental anak. Perekaman sensasi nonverbal
(simbolik) akan berkaitan dengan memori asosiatif yang nantinya akan
memunculkan suatu logika.
Bahasa simbolik itu merupakan bahasa yang personal dan setiap bayi
pertama kali berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa

19
simbolik. Sehingga sering terjadi hanya ibu yang mengerti apa yang
diinginkan oleh anaknya dengan melihat/mencermati bahasa simbol yang
dikeluarkan oleh anak. Simbol yang dikeluarkan anak dan dibahasakan oleh
ibu itulah yang nanti membuat suatu asosiasi, misalnya saat bayi lapar, ia
menangis dan memasukkan tangan ke mulut, dan ibu membahasakan,
“lapar ya.. mau makan?”
3. Status Sosial Ekonomi Keluarga.
Dalam beberapa penelitian tentang hubungan antara status sosial ekonomi
keluarga dan perkembangan bahasa menyatakan bahwa sebagian besar anak
yang berasal dari keluarga miskin akan mengalami kelambatan dalam
perkembangan bahasanya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kecerdasan
atau kesempatan belajar pada anak dari keluarga miskin dibandingkan dengan
anak yang berasal dari keluarga yang mampu.
4. Jenis Kelamin
Berdasarkan faktor jenis kelamin ini, sejak usia dua tahun ke atas, anak
perempuan mempuanyai perkembangan bahasa yang lebih cepat dibandingkan
anak laki-laki. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dibandingkan anak
laki-laki perkembangan bahasa anak perempuan lebih cepat. Anak perempuan
lebih cepat bisa berbicara dibandingkan anak laki-laki, mereka memiliki
perkembangan pemerolehan kosa kata yang lebih cepat. Penelitian lain
menyebutkan bahwa dibandingkan dengan remaja putra, remaja putri lebih
banyak yang memiliki kemampuan superior dalam verbal performance.
Sementara itu, masalah-masalah keterlambatan bicara atau gangguan bicara
seperti gagap juga lebih sering dialami pada anak laki-laki.
Perbedaan perkembangan bahasa antara anak laki-laki dan anak
perempuan ini dapat dijelaskan secara biologis dan sosial. Dikatakan bahwa
perkembangan hemisfer cerebal kiri dan otak pada anak perempuan muncul
lebih cepat. Bagian otak inilah yang memegang peranan dalam perkembangan
bahasa. Selain itu pengaruh lingkungan membiasakan anak perempuan untuk di
rumah bermain boneka yang mereka ajak bicara, membantu ibu di dapur dan
kegiatan lain yang membuat mereka lebih sering berinteraksi dengan orang
dewasa lain yang berbicara. Sementara itu, anak laki-laki diarahkan pada

20
penugasan kemampuan motorik yang menuntut mereka lebih banyak bergerak
daripada berbicara. Ibu lebih sering mengajak anak perempuannya berbicara
dibandingkan anak laki-lakinya (Anggraini, Yulsyofriend & Yeni, 2019).
Namun itu, tidak terjadi pada semua anak-anak di abad ke 21 sekarang ini,
beberapa anak perempuan yang mengalami keterlambatan bicara, di usia anak
yang sudah menginjak umur 4 tahun, anak perempuan yang peneliti temukan
ini masih sangat sedikit pembendaharaan kosakatanya, misalnya anak ini hanya
mampu mengucapkan kalimat sederhana seperti mama, papa, makan, habis,
dan kata sederhana lainnya. Ini menunjukkan selain faktor internal dari anak,
faktor eksternal juga sangat berpengaruh pada perkembangan bahasanya.
Pemberian stimulasi dari keluarga terutama orang tuanya belum maksimal,
sehingga anak ini memerlukan bantuan dari pihak kesehatan atau dokter yang
ahli dalam memperbaiki bahasa anak tersebut. Dan faktor pendukung lainnya
seperti asupan makanan yang bergizi, sering mengajak anak berbiacara dan
cara-cara lainnya yang membuat perkembangan bahasa menjadi semakin baik
(Anggraini, Yulsyofriend & Yeni, 2019).
5. Hubungan Keluarga.
Anak yang menjalin hubungan dengan keluarganya secara sehat (penuh
perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya) dapat memfasilitasi
perkembangan bahasanya. Sebaliknya, jika hubungan anak dan orang tuanya
tidak sehat, maka perkembangan bahasa anak cenderung stagnasi atau
mengalami kelainan, seperti: gagap, kata-katanya tidak jelas, berkata kasar dan
tidak sopan, serta merasa takut untuk mengungkapkan pendapatnya.
Noam Chomsky (1957) meyakini bahwa manusia terikat secara
biologis untuk mempelajari bahasa pada suatu waktu tertentu dan dengan
cara tertentu. Ia menegaskan bahwa setiap anak mempunyai language
acquisition device (LAD), yaitu kemampuan alamiah anak untuk
berbahasa. Tahun-tahun awal masa anak-anak merupakan periode yang
penting untuk belajar bahasa (critical-period). Jika pengenalan bahasa tidak
terjadi sebelum masa remaja, maka ketidakmampuan dalam menggunakan
tata bahasa yang baik akan dialami seumur hidup. Menurut teori ini, jika
orang berimigrasi setelah berusia 12 tahun kemungkinan akan berbicara bahasa

21
negara yang baru dengan aksen asing pada sisa hidupnya, tetapi kalau orang
berimigrasi sebagai anak kecil, aksen akan hilang ketika bahasa baru akan
dipelajari (Asher & Gracia, 1969).
6. Lingkungan Luar
Proses penguasaan bahasa tergantung dari stimulus dari lingkungan
dimana, anak diperkenalkan bahasa sejak awal perkembangan mereka yang
biasa disebut sebagai motherse, yaitu cara ibu atau orang dewasa, anak
belajar bahasa melalui proses imitasi dan perulangan dari orang-orang
disekitarnya.

H. Hambatan Perkembangan Bahasa Pada Anak


1. Gangguan Primer
Perkembangan bicara dan bahasa yang terlambat atau disebut juga anak
terlambat berbicara. Menurut perkembangan umumnya anak mempunyai
penafsiran, kepandaian, pendengaran, perasaan, dan keahlian pengungkapan
kata yang baik. Solusinya dengan melakukan terapi dan prognosis: Interferensi
penyembuhan berbicara dipandang sesuai. penyembuhan jika ditangani sendiri
oleh orangtua dengan pengarahan ahli klinis maka hasilnyapun akan sesuai
apabila penyembuhan yang ditangai langsung oleh ahli klinis. Interferensi yang
berjalan melebihi jangka waktu delapan minggu kemungkinan akan semakin
tepat dan sesuai ketimbang penyembuhan yang berlangsung kurang dari
delapan minggu.
a. Gangguan bahasa ekspresif
Gangguan bahasa ekspresif dikatakan ketika anak yang memiliki
keterlambatan bahasa. Anak memiliki penafsiran, kepandaian,
pendengaran, perasaan, dan keahlian pengungkapan bahasa dan kata yang
baik. Kelainan dalam bahasa ekspresif anak sukar terdeteksi perbedaannya
saat di usia awal, ketimbang kelainan ataupun keterlambatan proses
perkembangan kata dan bahasa yang normal. Solusinya dengan melakukan
terapi dan prognosis: Interferensi dinamis dibutuhkan dikarenakan
kelainan bahasa sulit untuk identifikasi secara mandiri. Interferensi
penyembuhan berbahasa dan berbahasa dipandang sesuai. Penyembuhan

22
jika ditangani sendiri oleh orangtua dengan pengarahan ahli klinis maka
hasilnyapun akan sesuai apabila yang ditangai langsung oleh ahli klinis.
Interferensi yang berjalan melebihi jangka waktu delapan minggu
kemungkinan akan semakin tepat dan sesuai ketimbang penyembuhan
yang berlangsung kurang dari delapan minggu.
b.Gangguan bahasa reseptif
Gangguan bahasa reseptif yaitu terlambat dalam berbicara dan kata-
katanya renggang- renggang seperti ada jaraknya, ditandai dengan tidak
memakai susuan kata yang tepat, dan kurang jelas saat mengungkapan
kata. Kemungkinan anak tidak menoleh dan menatap pada sesuatu
barang/orang yang dipilih orangtua, hal ini memperlihatkan mengurangnya
dalam pemahaman behasanya. Setiap anak mempunyai timbal balik yang
baik pada rangsangan pendengaran nonverbal. Bahasa reseptif merupakan
kesanggupan guna memahami sesuatu yang diamati dan sesuatu yang telah
terdengar. Bahasa ekspresif yaitu kesanngupan guna melakukan
komunikasi menurut metaforis/simbolik walau dengan okuler/visual
(menulis, memberi tanda) atau auditorik.
Anak dengan kelainan bahasa boleh jadi bisa mengeluarkan satu kata
secara jelas namun dia belum bisa merangkai 2 kata secara benar.
kebalikannya, ungkapan anak boleh jadi tidak banyak dan sukar lawan
bicaranya mengerti maksudnya, namun anak bisa merangkai suatu kata
yang sudah baik dan benar untuk menyampaikan sebuah kemauan anak.
Solusinya dengan melakukan terapi dan prognosis: dampak dari
penyembuhan bahasa-berbiacara masih sangat rendah dibandungkan
dengan cara yang lain. Penyembuhan dari orangtua anak dengan
pengarahan ahli klinis sama baiknya penyemmbuhan yang dilakukan
langsung oleh ahli klisis. Interferensi Interferensi yang berjalan melebihi
jangka waktu delapan minggu kemungkinan akan semakin tepat dan sesuai
ketimbang penyembuhan yang berlangsung kurang dari delapan minggu.
Masih terlihat untuk seorang anak dalam mengembangkan keahlian
artulasi bahasanya.
2. Kelaianan Sekunder

23
a. Autism spectrum disorder: Anak mempunyai beberapa gangguan
bahasa da bicara, salah satunya terlambat mengungkapkan kata-kata,
utamanya apabila anak yang berada dalam terbatasnya kecerdasan,
pengulangan kata, sulit mengawali dan bertahan saat melakukan
perbincangan, terbalik dalam penyusunan kata, dan kemunduran
perkembangan bahasa dan berbicara. Anak ini mempunyai kelainan
berkomunikasi, terganggu pada hubungan sosialnya, dan tindakan
yang diulang- ulang. Terapi dan prognosis, sebaiknya anak dibawa
untuk lihat dan periksa perkembangan bahasanya. Interferensi mandiri
sedini mungkin secara mendalam dengan berfokus meningkatkan
keahlian komunikasi yang bisa mendatangkan kemanfaatan.
b. Cerebral palsy: terlambatan pengungkapan kata pada diri anak
diakibatkan dari sulitnya saat pengatuaran/spastisitas tulang lidah,
kelainan mendengar, terbatasnya kecerdasan, atau kelainan di korteks
serebral. penyembuhan dan prognosis, terapi berbicara dan bahasa
dapat juga termasuk saat memperkenalkan sistem komunikasi
argmentatif dan preferensi, seperti grafik dan simbol, manaikkan
bentuk alami dari hubungan komunikasi. Sebuah pandangan Cochrane
belum ditemukan data yang valid akibat positif dari penyembuhan
bahasa dan berbicara, namun dia menemukan tendensi positif terhadap
peningkatan keahlian berkomunikasi.
c. Apraxia: Gangguan/kelainan fisik anak, terjadi kesulitan menciptakan
kata dengan susunan yang baik, sehingga sukar untuk dipahamkan
kepada orang lain. Anak dapat melakukan komunikasi dengan mimik
dan gestur yang memperlihatkan motivasi untuk melakukan
komunikasi, namun masih sangan kurang kemampuan anak dalam
bicara. Penyembuhan dan prognosis, terdapat beberapa cara dalam
melakukan penyembuhan kelainan berbicara dan bahasa anak.
Pandangan Cochrane menhasilkan yaitu tidak ada hasil penelitian
tingaktan tertinggi yang secara pasti yang menyarankan melakukan
metode tertentu untuk dilakukan praktek klinis.

24
d. Disartria: kelainan fisik anak yang mempunyai kelianan sulit
mengungkapkan kata- kata mulai dari yang ringan, dengan pelafalan
yang cadel dan suara kecil, hingga yang lebih parah lagi dengan
ketidaksanggupan anak untuk menciptakan bunyi kata yang mudah
dipahami orang sekitarnya. Anak dapat melakukan hubungan
komunikasi dengan gaya tubuh yang menunjukkan motivasi untuk
berkomunikasi, tetapi rendahnya keahlian bicara anak. Penyembuhan
dan prognosis, penelitian observasional membrikan saran yaitu untuk
beberapa anak, penyembuhan bicara dan bahasa memberi perubahan
positif dengan hasil pada jelasnya bicara anak. Pandangan Cochrane
tidak menemukan bukti yang valid tentang efektivitas penyembuhan
bahasa dan biacara guna manikkan tibgkat keahlian bicara anak.
e. Gangguan pendengaran setelah anak berbicara dan berbahasa. Bahasa
sering secara bertahap terpengaruhi, dengan penurunan kesesuaian
pelafalan dan berkurangnya kemajuan dalam penguasaan
pembendaharaan kata. Orang tua banyak yang menyampaikan keluhan
yaitu anak sukar dalam perkembangan pendengaran, keahlian
berbicara anak lebih baik daripada mendengarkan. Penyembuhan dan
prognosis, anak yang mempunyai kelainan pendengaran harus dibawa
dan ditangai oleh ahli audiologi. Audiolog, sebagai bagian dari tim
interdisipliner profesional, akan melakukan pengecekan dan
pemerikasaan serta mengusulkan program interferensi terefektif.
Interferensi permulaan yang dipusatkan kepada keluarga membantu
keahlian bicara, bahasa, dan perkembangan kognitif. Anak dengan
kelainan pendengaran yang diintervensi sedini mungkin dapat
mengembangkan bahasa anak..
f. Gangguan pendengaran sebelum onset berbicara yaitu bicara
terlambat. Seorang anak mungkin mempunyai penyimpangan tekanan
kalimat, kecepatan, lagu kalimat, dan kesesuaian suara. Kemungkinan
anak tidak merespon dan menatap ke suatu barang/orang yang
ditunjukkan oleh orangtuanya, hal ini memperlihatkan kelemahan
dalam pemahaman bahasanya. Anak-anak mempunyai keahlian

25
melakukan hubungan komunikasi visual yang baik. Penyembuhan dan
prognosis, anak yang mempunyai kelainan pendengaran harus dibawa
dan ditangai oleh ahli audiologi. Audiolog, sebagai bagian dari tim
interdisipliner profesional, akan melakukan pengecekan dan
pemerikasaan serta mengusulkan program interferensi terefektif.
Interferensi permulaan yang dipusatkan kepada keluarga membantu
keahlian bicara, bahasa, dan perkembangan kognitif. Anak dengan
kelainan pendengaran yang diintervensi sedini mungkin dapat
mengembangkan bahasa anak..
g. Terbatasnya kecerdasan, perkembangan bebicaranya sangat lambat.
Penggunaan gaya tubuh terganggu, dan keterlambatan secara umum
termasuk sekuruh bagian dari milestone. Kemungkinan anak tidak
merespon/menatap pada suatu barang/orang yang ditunjukkan oleh
orangtuanya, hal ini menunjukkan kurangnya anak dalam memahami
bahasa. Penyembuhan dan prognosis, anak tersebut harus dibawa dan
ditangani untuk dievaluasi perkembangannya, salah satunya
rujukannya ke pusat perkembangan anak tingkat tersier, sehingga
dapat memberikan hasil pemeriksaan menyeluruh interdisipliner atau
termasuk penyembuhan bicara dan bahasa serta audiologinya.
Rujukan diharuskan meliputi konsultasi dengan ahli medis genetika
guna membantu dalam menetapkan penyebab kemunduran
keceradasan anak.
h. Mutism selektif, pada mutism selektif ini memperlihatkan pada
kegagalan yang sesuai dalam situasi sosial yang khusus, contohnya
saat di sekolah. Penyembuhan dan prognosis, diharuskan anak untuk
dibawa dan ditangai oleh ahli patologi bicara- bahasa untuk evaluasi,
selanjtnya terapi perilaku serta kognitif. Interferensi gabungan
termasuk memodifikasi tinggkah laku, perhatian pihak keluarga,
kelibatan pihak sekolah, dan pada masalah kompleks, bisa diberikan
pengobatan dengan fluoxetine.(William Surya Hartanto, 2018)

Sedini mungkin deteksi pada kelainan perkembangan berbahasa anak


sangat menentukan nilai interferensi yang akan diserahkan, oleh karena itu

26
akan memengaruhi kecerdasan tubuh/fisik secara keseluruhan (Hartanto et al.,
2016). Dikarenakan kebanyakan anak belajar susunan dan bahasa dengan baik
saat di usia awal, sangat penting guna memulai tindakan sesegera mungkin
(Fitria, 2010). Pengajar anak, ahli medis, dan profesi lainnya bisa menganalisis
akibat terlambatnya perkembnagan bicara dan bahasa pada anak- anak ini
bersumber pada laporan orang tuanya. Segera rujuk anak kepada ahli patologi
bahasa, anjuran jika orang tua khawatir anaknya mempunyai permasalahan
kata dan bahasa atau apabila ada faktor risiko tambahan. Sebaliknya, apabila
orang tua tidak khawatir dan tidak ada faktor akibat lainnya, pemantauan/
watchful waiting disarankan untuk anak yang belum bisa menciptakan
gabungan kata-kata yang mempunyai pembendaharaan kata terbatas (kurang
dari 40 kata) atau pada anak umur 24 bulan.
Sasaran pokok penyembuhan untuk anak yang terlambat bicara adalah
dengan mengajarkan anak bebrapa strategi guna memahamkan anak secara
baik dan ketepatan bahasa yang terucap oleh orang lain dan hasilnya yaitu
hubungan komunikasi yang tepat, dan membantu orang tua guna mempelajari
metode untuk memunculkan keahlian komunikasi anak-anak. Anak yang
mempunyai hambatan dalam berbahasa dan berbicara harus segera dibawa ke
ahli patologi bicara dan bahasa sebelum umur perkembangan bahasa, yaitu dua
sampai tiga tahun. Fase 36 bulan pertama kehidupan yaitu Fase kritis
perkembangan bahasa anak. Cepatnya perkembangan bahasa pada fase ini
tidak bisa diulangi pada masa/waktu lain di kehidupannya.
Anak yang berumur dua tahun yang mengalami terlambat dalam
perkembangan bahasa ekspresifnya, dua sampai lima kali lebih berdampak
pada gangguan bahasa dan fase ini akan tetap pada akhir prasekolah hingga
sekolah dasar dibandingkan anak tanpa keterlambatan bahasa ekspresif.
Hambatan perhatian dan sulitnya dalam melakukan hubungan sosial terjadi
pada anak lebih sering dengan kelainan bicara dan bahasa yang menetap
sampai melewati umur lima setengah tahun. Anak yang mempunyai hambatan
bahasa serta bicaranya di umur tujuh setengan sampai tiga belas tahun terbukti
mempunyai hambatan keahlian tulis menulis, sulit dalam mengeja, dan belum

27
tepat dalam menggunakan tanda baca, dibandingkan mereka dengan yang tidak
memiliki kelainan bahasa serta bicaranya (William Surya Hartanto, 2018)

28
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kemampuan berkomunikasi ditunjang dari proses pemerolehan kecakapan
berbahasa. Kompleksitas bahasa menuntut akumulasi pemerolehan yang juga
berkesinambungan dari tataran tersederhana hingga yang membutuhkan gabungan
kemampuanberbahasa dan bersosialisasi. Mata rantai pertumbuhan kemampuan
berbahasa tidak seragam pada satu orang dengan orang lainnya. Variasi inilah yang
menghasilkan perbedaan pencapaian kemahiran kognitif yang difasilitasi kompetensi
dan performasi berbahasa. Mutlaknya kebutuhan akan kemampuan berbahasa membuat
tidak tepatnya sebutan ketidakmampuan berbahasa melainkan menyebutnya sebagai
kekurangmampuan berbahasa. Kekurangmampuan ini hanya bersifat gangguan atau
keterlambatan berbahasa yang melampaui masa emas pemerolehan bahasa.

29
DAFTAR PUSTAKA

Indah, N.I., Proses Pemerolehan bahasa : Dari Kemampuan Hingga


Kekurangmampuan Berbahasa.. Fak.Humaniora dan Budaya, Universitas Islam
Negeri: Malang
Mar’at, S. (2005). Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sternberg, R. J. 2008. Psikologi Kognitif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Zubaidah, E. (2004). Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Teknik
Pengembangannya di Sekolah. Jurnal Cakrawala Pendidikan. 3; 459-479.
Wahidah, A, F, N & Latipah, E. (2021). Pentingnya Mengetahui Perkembangan Bahasa
Anak Usia Dini dan Stimulasinya. Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal. P-ISSN:
2527-4325. E-ISSN: 2580-7412.
Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Jalongo, Mary Renck. 1992. Early Childhood Language Arts. Singapore:
Allyn and Bacon.
Dworetzky P. John. 1990. Introduction to Child Development. West:
Publishing Company.
Anggraini, V., Yulsyofriend, Y., & Yeni, I. 2019. Stimulasi Perkembangan Bahasa
Anak
Usia Dini Melalui Lagu Kreasi Minangkabau Pada Anak Usia Dini. Pedagogi :
Jurnal
Anak Usia Dini Dan Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 73.
William Surya Hartanto. 2018. Deteksi keterlambatan bicara dan bahasa pada anak.
Cermin
Dunia Kedokteran, 45(7), 545–266.

30

Anda mungkin juga menyukai