PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU:
Dra. Zuraida Lubis, M.Pd
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
FRENDY YOSUA SITUMEANG 2183121062
GABRIELLA SIBAGARIANG 2183321022
NURUL WAHYUNI LASE 2182121026
RILA LIANA 2181121002
DIK 18 B
PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta hidayah-Nya
sehingga tugas Mini Riset Tugas Perkembangan Anak dapat diselesaikan. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikutnya
Mini riset ini dilakukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan yang
dibina oleh Ibu Dra.Zuraida Lubis,M.Pd. selain itu juga bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut
tantang tugas perkembangan di periode anak ini.
Kami menyadari bahwa dalam mini riset in tidak akan berhasil dengan baik dari semua
pihak, maka dari itu kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak atas segala partisipasi
dan telah membantu memberikan dukungan semangat, bantuan, dan doa dalam menyelesaikan
mini riset ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................5
BAB 3 METODE PELAKSANAAN ...................................................................................14
BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................................15
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................16
LAMPIRAN ...................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan anak
2. Untuk mengetahui karakteristik anak
3. Untuk mengetahui permasalahan anak
1.4. Manfaat
Untuk menambah wawasan bagi pembaca khusunya untuk penulis
4
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Masa kanak-kanak dapat diartikan sebagai periode perkembangan seseorang yang dimulai
dari masa bayi hingga berusia 5, 6, sampai 10 tahun, kadang periode masa kanak-kanak ini
sering disebut atau dikenal sebagai tahun-tahun prasekolah. Adapun dalam
perkembanggnya, masa kanak-kanak dapat digolongkan menjadi 3, yaitu kanak-kanak awal
(early chilhood), kanak-kanak menengah dan akhir.
Perkembangan masa kanak-kanak ini terjadi ketika seorang anak memasuki usia 5 sampai 6
tahun atau bila dilihat dari segi pendidikan menempuh pendidikan TK (Taman Kanak-Kanak),
pengetahuan kognitifnya pada masa lkanak-kanak awal masih bersifat subyektif dan
kemudian berkembang menjadi obyektif.
Ruang lingkup daya pikir yang diperoleh dalam perkembangan masa-kanak-kanak awal ini
menurut Siti Partini (2003) meliputi, hal-hal sebagai berikut;
Perkembangan masa kanak-kanak menengah dapat dilakukan oleh seorang anak dengan
mengklasifikasikan atau mengelompokkan suatu bentuk benda-benda berdasarkan ciri-ciri
yang sama. Selain itu juga anak dapat menyusun atau mengasosiasikan (menghubungkan
atau menghitung) angka-angka atau bilangan.
5
Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir
Perkembangan masa kanak-kanak akhir ini seorang anak sudah mampu bernegasi atau
istilah asingnya negation. Masa ini seorang anak bisa melakukan hal yang kongkrit secara
operasional, seperti anak memahami hubungan-hubungan benda yang satu dengan benda
benda yang lain, sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.
Masa kanak-akan akhir juga bisanya seorang anak sudah mampu menghubungankan timbal
balik dari ilmu pengethuan yang dimilikinya, seperti anak telah dapat mengetahui hubungan
sebab- akibat dalam suatu keadaan yang dialaminya. Apaun untuk identitas yang dialami
oleh masa kanak-kanak akhir, yakni seorang anak sudah mampu mengenal satu persatu
deretan benda yang ada dari pengetahuan yang didapatkannya.
6
4. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk
menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak
menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai
prestasi sekolahnya.
6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu
mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka
membuat peraturan sendiri.
Dengan kita mengetahui tugas perkembangan anak sesuai dengan usianya maka sebagai
orangtua dapat memenuhi kebutuhan apa yang diperlukan dalam setiap perkembangannya
agar tidak terjadi penyimpangan perilaku.
Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam
rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal
maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan,
menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya
(Yusuf 1992:3).
7
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu factor penentu kelancaran
proses belajar baik dalam bidang pengetahuan maupun ktrampilan,oleh karena itu
perkembangan motorik sangat enunjang keberhasilan peserta didik.
Upaya-upaya sekolah untuk memfasilitasi perkembangan motoric secara fungsional
tersebut diantaranya sebagai tersebut:
1. Sekolah merancang pelajaran krampilan yang ber,manfaat bagi perkembangan
atau kehidupan anak
2. Sekolah memberikan pelajaran senam atau olah raga kepada sisiwa.
3. Sekolah perlu merekrut guru-guru yang memiliki keahlian dalam bidang-bidang
tersebut.
4. Sekolah menyediakan sarana untuk kelangsungan pelajaran tersebut.
A. Pengertian Intelektual
[2]Intelektual menurut para ahli diantaranya menurut Wechler (1958) merumuskan
intelektual sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan bertindak
secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
Intelektual bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk
mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
1.2. Perkembangan intelektual
[3]Pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemamapuan intelektual atau
kemampuan kognitif. Menurut Piaget masa ini berada pada tahap operasi konkret yang
ditandai dengan:
8
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikanya
berbagai kecakapan yng dapat mengembangkan pola piker atau daya nalarnya. Untuk
mengembangkan daya nalarnya, daya cipta,kreatifitas anak maka anak perlu diberi
peluang-peluang untuk bertanya berpendapat atau menilai tentang berbagai hal tentang
pelajaran atau peristiwa yang terjadi di lingkungan.
Upaya lain yang dapat dilakukan sekolah dalam mengembangkan kreatifitas anak adalah
dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti lomba mengarang,menggambar
dan menyanyi.
[4]Faktor-Faktor yang Mempengaruhi perkembangan Intelek
A. Bertambahnya informasi yang disimpan(dalam otak)seseorang sehingga ia mampu
berpikr reflektif
B. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga
seseorang bisa berpikir proporsional.
9
3. 1.3. PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain, di mana pikiran dan
perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, atau isyarat. Melalui bahasa, setiap
manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-
nilai moral atau agama.
Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal
dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada awal masa ini, anak sudah
menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (kira-kira usia 11-12) anak telah dapat
menguasai sekitar 5.000 kata.
Di sekolah, perkembangan bahasa anak ini diperkuat dengan diberikannya mata
pelajaran bahasa, baik bahasa indonesia, bahasa ibu, maupun bahsa inggris. Dengan
diberikannya pelajaran bahasa di sekolah, para siswa diharapkan dapat menguasai dan
menggunakannya sebagai alat untuk : (1) berkomunikasi secara baik dengan orang lain,
(2) mengekspresikan pikiran, perasaan, sikap, atau pendapatnya, (3) memahami isi dari
setiap bahan bacaan yang dibacanya.
Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa atau keterampilan berkomunikasi
anak melalui tulisan, sebaiknya anak dilatih untuk membuat karangan atu tulisan tentang
berbagai hal, seperti tentang kehidupan keluarga, dan cita-cita.
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan sosial karena dengan komunikasi
bisa menghasilkan pembelajaran yang efektif untuk mendapatkan pendidikan yang
optimal. Apabila guru dan siswa saling komunikasi dengan baik dan anak mengerti apa
yang dikatakan oleh seorang guru, tentunya dapat menghasilkan pembelajaran yang
optimal. Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b)
sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial,
(d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran
dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
10
1.4. PERKEMBANGAN EMOSI
Pada usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar
tidaklah diterima. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol
emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan
(pembiasaan).
Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua atau guru dalam mengendalikan
emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga
yang emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak juga akan cenderung stabil,
namun apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil,
maka perkembangan emosi anak juga cenderung kurang stabil.
Karakteristik emosi anak
Karakteristik Emosi Stabil Karakkteristik Emosi tidak stabil
Menunjukkan wajah ceria Menunjukkan wajah murung
Dapat berkosentrasi dalam belajar Mudah tersinggung
Bersikap respect (menghargai) terhadap diri Suka marah-marah
sendiri dan orang lain
Emosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi tingkah laku individu. Emosi
positif akan mempengaruhi individu untuk mengosentrasikan dirinya terhadap aktifitas
belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif berdiskusi dll.
Sebaliknya, apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang negatif, maka proses
belajar tersebut akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan
perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan
dalam belajarnya.
Oleh karena itu, seharusnya guru mempunyai kepedulian untuk menciptakan suasana
proses belajar mengajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses
belajar siawa yang efektif. Upaya yang dapat ditempuh guriu dalam menciptakan susana
belajar mengajar yang kondusif itu adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan susana kelas yang bebas dari ketegangan, seperti guru bersikap
ramah, tidak judes, atau galak
2. Memperlakukan siswa sebagai indidu yang mempunyai harga diri
11
3. Memberikan nilai secara adil dan objektif
4. Menciptakan kondisi kelas yang tertib, bersih, dan sehat.
12
Dalam mengenalkan Tuhan kepada anak, sebaiknya ditonjolkan sifat-sifat pengasih
dan penyayangnya, bukan menonjolkan sifat-sifat Tuhan yanng menghukum, mengazab,
atau memberikan siksaan dengan neraka.
Sampai kira-kira berusia 10 tahun, ingatan anak masih bersifat mekanis, sehingga
kesadaran beragamanya hanyaa merupakan hasil sosialisasi orang-orang di sekitanya.
Oleh karena itu, pengamalan ibadahnya masih bersifat peniruan, belum dilandasi
kesadarannya.
Pada usia 10 tahun ke atas, semakin bertambah kesadarannya akan fungsi agama
baginya, yaitu sebagai penggerak moral dan sosial. Dia mulai mengerti bahwa agama
bukan kepercayaan pribadi atau keluarga, melainkan kepercayaan masyarakat luas.
Berdasarkan ini , maka shalat berjama’ah atau shalat Idul Fitri/Adha dan ibadah sosial
lainnya sangat menarik baginya.
Periode sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama yang paling
mendasar. Kualitas keagamaan anak di usia dewasa sangat dipengaruhi pula oleh proses
pembentukan atau pendidikan yang diterimanya waktu kecil. Maka dari itu, pendidikan
agama pada usia SD/MI sangatlah penting dan layak menjadi perhatian yang lebih oleh
semua pihak.
Menurut Zakiah Darajat (1968: 58) mengemukakan bahwa pendidikan agama di
sekolah dasar merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan
pembentukan kepribadian dan akhlak anak. Apabila berhasil, maka pengembangan sikap
keagamaan pada masa remaja akan mudah, karena anak telah mempunyai pegangan atau
bekal dalam menghadapi berbagai goncangan yang biasa terjadi pada masa remaja.
13
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Nama : Arjuna
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Kelas : 3 SD
Pekerjaan Orang Tua:
a) Ayah : Buruh Bangunan
b) Ibu : Jualan Jus
Alamat : Jl. Taduan, Sidorejo, Medan Tembung, Kota Medan
14
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Hasil pengamatan
Arjuna merupakan anak yang kini masih bersekolah di bangku Sekolah Dasar, kini
menempuh kelas 3 SD. Bersama sang kakak Arya, yang duduk di bangku 1 SMP
1. Perkembangan Fisik
Pada usia 8 tahun ini, Arjuna menginjak kelas 3 sekolah dasar. Layaknya anak
seusianya, Arjuna mengalami pertumbuhan fisik yang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Proposi dan bentuk tubuhnya juga seimbang dan sesuai
dengan anak seusianya.
2. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik Arjuna juga baik. Arjuna merupakan anak yang aktif
dan lincah. Selain aktif dan lincah, ia juga anak yang ceria dan gembira.
3. Perkembangan Bahasa
Arjuna menginjak usia 8 tahun. Dan anak usia 8 tahun ia memiliki
kemampuan bahasa yang baik. Ketika menjawab pertanyaan yang ditanyakan
ia menjawab dengan bahasa yang baik meskipun tidak sepenuhnya serius.
4. Perkembangan Sosial
Arjuna adalah anak yang ramah dan murah senyum. Selain itu, ia juga murah
senyum dan dengan senang hati bersedia ketika penulis wawancarai. Ia
bercerita bahwa setelah pulang sekolah ia bekerja sebagai pengamen cilik
disekitaran komplek MMTC untuk memenuhi kebutuhan uang jajan mereka.
Mereka rela kehilangan waktu bermain, dimana seharusnya di usia mereka ini
adalah masa-masa untuk bermain dengan teman- teman sebayanya
5. Hubungan Keluarga
Orang tua Arjuna merupakan orang tua yang bekerja keras. Sehari-hari sang
Ayah bekerja sebagai buruh bangunan, dan sang ibu bekerja sebagai tukang
jual jus disekitaran rumah tempat tinggal mereka. Kebutuhan hidup yang
tidak terpenuhi membuat mereka rela melepas kedua anak mereka untuk
menjadi pengamen dijalanan.
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang kami lakukan dapat kami simpulkan bahwasanya Arjuna
sudah mengalami tugas perkembangan yang semestinya dialami oleh anak seusianya.
Namun ada salah satu tugas perkembangan yang mungkin tidak dialami oleh Arjuna sebagai
anak yang membantu kehidupan keluarganya, yaitu kurangnya waktu bermain dengan
teman- teman sebayanya yang mungkin sebagian besar waktunya dihabiskan di jalanan
bekerja sebagai pengamen bersama sang kakak.
Secara psikis mungkin mereka merasakan ketidak bahagiaan melihat bagaimana
kehidupan mereka yang cukup keras dibandingkan anak- anak pada umumnya.
Saran kami sebagai penliti adalah, anak- anak seperti mereka ini sebaiknya dirangkul
dan diberikan konseling agar mereke tetap semangat sekolah dan jangan putus asa, karena
anak- anak seperti mereka ini sangat rentan sekali terhadap pengaruh dari lingkungan
mereka.
16
LAMPIRAN
17