Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah dasar adalah senang bermain, selalu
bergerak, bekerja atau bermain dalam kelompok, dan senantiasa ingin melaksanakan atau
merasakan sendiri. Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan
dapat pula bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi
dari tugas-tugas perkembangannya.

Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode
tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan
membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas
tersebut bersumber dari kematangan fisik, lingkungan, kebudayaan, keinginan, aspirasi, dan lain-
lain kepribadian yang sedang tumbuh. Anak usia SD ditandai dengan 3 dorongan keluar yang
besar, yaitu kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya,
kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang memerlukan keterampilan fisik,
serta kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan simbolis serta komunikasi
orang dewasa.

Dengan demikian pemahaman terhadap tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan


titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di sekolah dasar dan menentukan waktu yang
tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.

B.       Rumusan Masalah


Dalam makalah ini kami membahas tentang:
1. Apa saja Kriteria Perencanaan Pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik
2. Apa saja Kriteria Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik
3. Apa saja Kriteria penilaian proses dan hasil belajar yang sesuai dengan karakter peserta
didik

1
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Kriteria Perencanaan Pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik
2. Untuk mengetahui Kriteria Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik
3. Untuk mengetahui Kriteria penilaian proses dan hasil belajar yang sesuai dengan karakter
peserta didik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perencanaan Pembelajaran bagi anak usia SD

Seperti yang telah diketahui bahwa karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan
permainan, terlebih bagi siswa kelas rendah. Guru hendaknya mengembangkan model
pengajaran yang serius tapi santai (sersan). Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak,
orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling
lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak berpindah atau bergerak.

Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam kelompok.
Dengan ini, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, misalnya belajar
memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar bekerja sama, belajar menerima
tanggung jawab, serta belajar bersaing secara sehat (sportif). Guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat
meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari
atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.

Karakteristik yang keempat adalah senang merasakan atau melakukan/meragakan sesuatu


secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasi
konkret. Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah
angin, dengan cara membawa anak langsung ke luar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap
arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana
angin saat itu bertiup.

Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat pula
bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan peserta didik dapat diidentifikasi
dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas tersebut bersumber dari kematangan fisik,

3
lingkungan kebudayaan, keinginan, aspirasi kepribadian yang sedang tumbuh. Pemahaman
terhadap tugas-tugas perkembangan anak usia SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan
tujuan pendidikan di SD dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan
sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.

Perincian tugas-tugas perkembangan anak usia SD menurut Havighurst dan implikasinya


terhadap penyelenggaraan pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran Keterampilan Fisik yang diperlukan untuk Permainan sehari-hari

Pada usia SD ,anak dituntut untuk menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam
permainan dan aktivitas fisik .Keterampilan – keterampilan itu antara lain keterampilan dalam
menangkap ,melempar dan menendang ,berguling ,berenang ,serta mempergunakan alat – alat
permainan yang sederhana . Keterampilan fisik tersebut dapat dikuasai oleh anak usia SD karena
anak usia SD merupakan periode pertumbuhan otot dan tulang ,yang memungkinkan kematangan
beberapa syaraf sehingga koordinasi otot menjadi lebih mudah .Pada umumnya koordinasi otot
besar mendahului otot kecil ,oleh karena itu penghalusan keterampilan otot syaraf muncul pada
periode akhir masa kanak – kanak daripada pada awal periode ini . Pengembangan keterampilan
ini juga didukung oleh kelompok sebaya .Kelompok sebaya memberikan ganjaran bagi anak
yang sukses dan menghukum dengan tak mempedulikan atau memandang rendah terhadap anak
yang gagal mencapai tugas – tugas tersebut .Berkenaan dengan keterampilan fisik ini ,anak laki –
laki diharapkan memiliki keterampilan fisik yang lebih kuat disbanding dengan anak wanita .

Dengan memperhatikan tugas perkembangan anak usia SD dalam menguasai keterampilan


fisik untuk bermain dan aktivitas fisik guru hendaknya menciptakan budaya lingkungan teman
sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik .Dengan demikian ,sukses tidaknya anak laki – laki
dan perempuan di sekolah dapat diuji dengan mencoba membantu seseorang yang mengalami
hambatan dalam tugas – tugas perkembangan ini .Pemberian bantuan dapat dilakukan dengan
mengatur permainan kelompok yang lebih menyulitkan anak – anak muda ,sehingga mereka
dapat belajar dari rata – rata kelompoknya tanpa dihukum oleh anak seusia yang berkembang
lebih cepat.

4
2. Membangun Keutuhan Sikap terhadap Diri Sendiri sebagai Organisme yang Sedang
Tumbuh

Pada anak usia SD telah terjadi pertumbuhan fisik .Untuk dapat melaksanakan tugas
perkembangan ini ,ganjaran antara bagi kebiasaan kesehatan masih perlu dibatasi .Anak dapat
diakui atau tidak oleh teman sebaya atau orang dewasa dengan mempertimbangkan keadaan fisik
dan keterampilan fisiknya. Dengan pencapaian tugas perkembangan ini ,kebiasaan hidup sehat
hendaknya dilakukan secara rutin. Sekolah hendaknya memperhatikan kesulitan dan
kebingungan siswa, serta memberikan pelayanan konseling individual .

3. Belajar Bergaul dan Bekerja dalam Kelompok Sebaya

Tugas perkembangan ini menuntut anak untuk belajar memberi dan menerima dalam
kehidupan social diantara teman sebaya ,belajar berteman dan bekerja dalam kelompok, dalam
rangka mengembangkan keperibadian sosial. Pemenuhan tugas perkembangan ini membawa
implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sekolah merupakan tempat yang
kondusif bagi kebanyakan siswa untuk belajar bergaul dan bekerja bersama teman sebaya .

4. Mempelajari Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita

Landasan psikologis untuk pencapaian tugas perkembangan ini bergantung pada keluarga.
Sekolah hendaknya lebih menekankan pada fungsi perbaikan jika ada anak yang mengalami
hambatan dalam pencapaian tugas perkembangan ini .

5. Pengembangan Keterampilan Dasar dalam Membaca ,Menulis dan Berhitung

Tugas perkembangan ini menuntut anak untuk belajar membaca ,menulis dan menghitung
secara memadai agar mampu beradaptasi dengan masyarakat .Tugai ini mungkin dicapai anak
usia SD karena secara biologis keadaan tubuh dan syaraf pada usia ini sudah cukup matang ,yang
memungkinkan anak mulai belajar membaca ,menulis dan berhitung. Berkenaan dengan
keterampilan membaca ,studi psikologis menunjukkan bahwa membaca dipelajari oleh
kebanyakan masyarakat hingga usia 12 atau 13tahun .Dari segi budaya ,kemampuan
membaca ,menulis ,dan berhitung dituntut dalam kehidupan sehari – hari dan dalam banyak
lapangan pekerjaan.

5
6. Pengembangan Konsep – Konsep yang Perlu dalam Kehidupan Sehari hari

Dalam upaya mencapai tugas perkembangan ini, sekolah merupakan tempat yang kondusif
untuk mempelajari sejumlah konsep. Kurikulum sekolah hendaknya memberikan pengalaman
yang sekongkrit mungkin, terutama pada awal-awal tahun. Hal ini akan membantu anak dalam
membangun konsep dengan dasar yang realitas .Baru pada tahun -tahun selanjutnya,
pengembangan konsep dapat dilakukan melalui bacaan. Pemberian bahan pelajaran tertentu
seperti dalam pelajaran sejarah, geografi dan matematika akan lebih dipahami anak jika guru
memahami tingkat konsep yang telah dimiliki siswa berkenaan dengan konsep waktu, ruang dan
angka.

7. Pengembangan Kata Hati, Moral dan Nilai-nilai

Dalam pengembangan ini menuntut anak untuk mengembangkan control


moral,menghargai aturan moral dan memulai dengan skala nilai yang rasional. Melalui
perkembangan hidupnya sedikit demi sedikit seorang anak mempelajari nilai-nilai dan diajari
untuk membedakan mana perilaku yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Dasar
pembentukan kata hati adalah pemberian hukuman dari orang tua yang dipadukan dengan kasih
sayang dan pemberian ganjaran terhadap anak,serta ketergantungan dan kasih sayang anak
terhadap orang tua. Moralitas atau penghargaan terhadap aturan perilaku, pada mulanya
dipaksakan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Baru pada tahap selanjutnya anak-anak
mempelajari aturan-aturan yang penting dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat.

8. Mencapai Kemandirian Pribadi

Tugas perkembangan ini menuntut anak untuk menjadi pribadi yang mandiri, mampu
membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan pada saat ini dan dimasa mendatang secara
mandiri tidak bergantung pada orang tua atau orang yang tua.

2.2. Perencanaan Pembelajaran Bagi Anak Usia Sekolah Menengah

Implikasi karakteristik perkembangan anak usia menengah terhadap penyelenggara


pendidikan, memiliki empat karakteristik anak usia sekolah menengah terhadap penyelenggara
pendidikan:

6
1)     karakteristik perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik
sebagai mana telah dijelaskan pada modul sebelumnya bahwa perkembangan fisik pada usia
remaja terutama remaja awal ( usia sltp) berlangsung sangat cepat.
2)     karakteristik perkembangan  bahasa dan perilaku kognitif
pada usia remaja tumbuh keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing.
3)     karakteristik perilaku sosial, moralitas dan keagamaan
karakteristik perilaku sosial siswa sekolah menengah adalah adanya kecenderungan ambivalensi
keinginan menyendiri dengan keinginan untuk bergaul dengan banyak teman, dan ambivalensi
antara keinginan untuk bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan bimbingan
dan bantuan dari orang tuanya.
4)     karakteristik perilaku afektif, konatif kepribadian
memasuki usia sekolah menengah.
5)     kebutuhan dari maslow yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, afiliasi sosial,
penghargaan dan perwujudan diri.
Periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang lebih kurang sama dengan usia
peserta didik  SMP, merupakan ‘period of formal operation’. Pada usia ini, yang berkembang
pada peserta didik  adalah kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu
secara bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang konkrit atau bahkan objek yang
visual. Peserta didik  telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Selain itu anak usia
mengah juga memiliki aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk
diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa tahap. Tahap-tahap
tersebut antara lain:
1)      Tahap kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi karena
peserta didik  masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus
berpikir sebelum melakukan suatu gerakan.
2)      Tahap asosiatif
Pada tahap ini, seorang peserta didik  membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan
tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan  yang sedang
dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan
dalam perkembangan psikomotor.

7
3)      Tahap otonomi
Pada tahap ini, seorang peserta didik  telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi. Proses
belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang
dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap otonomi karena peserta didik  sudah tidak memerlukan
kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan.

2.3  Pendidikan Bagi Orang Dewasa


Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki
peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan
dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan
keterampilan.
Pendidikan (education) tidak sama dengan sekolah (schooling). Sekolah
merupakanbagian dari kegiatan pendidikan atau belajar. Sekolah secara umum diarahkan untuk
pendidikan anak (TK, SD ) dan pemuda ( SMP – SMA ) Perguruan Tinggi. Pendidikan Orang
Dewasa secara umum dilakukan dalam pendidikan non formal, yang dapat dilakukan di tempat
kerja, masyarakat dalam bentuk kurus atau kepelatihan.
Pendidikan orang dewasa dapat dilakukan secara mandiri (self education) yang tidak
tergantung pada lembaga pendidikan yang menyusun program pendidikan swbagai berikut:
1)      2-4 tahun adalah masa keemasan ( golden age ) masa dimana terjadi perubahan yang
sangat cepat pada kecerdasan (IQ) masa ini anak-anak dapat dengan cepat mengembangkan
IQnya, menjadi 80% pada usa 4 tahun.
2)      Long Life Education, belajar dilakukan dari lahir sampai meninggal.
Pendidikan Orang Dewasa ( Adult Education  ) dapat dilakukan dengan
belajar (Learning ) tetapi juga sering  dianggap sama. Semua kegiatan pendidikan melibatkan
belajar tetapi tidak semua kegiatan belajar melibatkan pendidikan.
Pendidikan selalu terdapat unsur kegiatan yang dirancang (didesain) dan disengaja,
dengan tujuan yang dtetapkan. Sedangkan belajar dapat berjalan atau dilakukan secara insidental,
tidak dirancang, dan dalam waktu yang sangat pendek. Pada orang dewasa pendidikan dapat
dilakukan dengan self education dimana kegiatan pendidikan dapat bersifat belajar yang
diarahkan oleh diri sendiri. Pada self education yang terjadi pada orang dewasa, tujuan, materi,

8
metode, belajar diarahkan oleh diri sendiri; orang dewasa sudah dapat bertanggungjawab
terhadap aktivitas pendidikan atau belajar.
Orang dewasa ( Adult ) terdapat batasan pengertian orang dewasa yang sering
membingungkan. Dewasa dapat dilihat dalam batasan, biologis, psikologis, dan sosial.
Dewasa secara biologis menunjuk pada perkembangan biologis, umumnya dikaitkan dengan
kesiapan untuk reproduksi. Masalahnya, seseorang sering sudah dianggap dewasa secara
biologis, tetapi belum tentu dewasa secara psikologis. Dewasa psikologis umumnya dikaitkan
dengan kemampuan mental untuk memikul tanggung jawab oleh keputusan / pilhan.
Dewasa sosial umumnya dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan peran sosial
(kemasyarakatan ) sebagai orang tua dari anak-anaknya pemimpin dalam organisasi kerja dan
lain-lain.
Beberapa fungsi / tugas dilakukan dalam POD (Pendidikan Orang Dewasa)
Tugas-tugas yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan POD adalah :
1.      Tugas sebagai guru ( fasilitator )
2.      Tugas sebagai pengembang program (Program Developer)
3.      Tugas sebagai pengelola ( administration )
4. Tugas sebagai konselor (Conselor)

2.4 Modifikasi Tugas-Tugas disesuaikan dengan Kemampuan dan Gaya Belajar Siswa

Perkembangan siswa dapat dipengaruhi oleh hakikat tugas-tugas yang dihadapi dikelas,
beberapa modifikasi tugas untuk memfasilitasi perkembangan siswa yaitu:

1. Modifikasi tugas disesuaikan kesiapan Siswa


2. Modifikasi proses-proses tugas disesuaikan dengan gaya-gaya belajar siswa.

2.5 Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Dasar

Sekolah dasar menggunakan sistem guru kelas, kecuali pada mata pelajaran pendidikan
agama dan mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. Apabila SD Menyelenggarakan
mata pelajaran bahasa inggris sebagai muatan lokal, maka mata pelajaran ini diajarkan oleh guru
kelas yang memiliki kemampuan mengajar bahasa inggris. Waktu belajar pada SD menggunakan

9
sistem semester, yang membagi waktu belajar satu tahun pelajaran menjadi dua bagian. Jumlah
jam belajar aktif dalam satu tahun adalah sekurang-kurangnya 240 hari.

2.6 Penyelengara Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Menengah

Satuan pendidikan pada tingkat SLTP meliputi:

1. Rumpun SLTP terdiri atas:


a) SLTP
b) Madrasah Tsanawiyah
c) SMP Kecil dan
d) SLTP Terbuka
2. Rumpun SLTP Luar Biasa, yang terdiri atas:
a) SLB, dan
b) SLTP Terpadu
3. Rumpun Pendidikan Luar Sekolah yang terdiri atas:
a) Paket B
b) Ujian Persamaan SLTP
c) Diniyah Wustho, dan
d) Pondok Pesantern
4. Pada jenjang pendidikan menengah jenis sekolah dibedakan:
1) SMU
2) SMK
3) MA
5. Sedangkan pada jalur pendidikan luar sekolah adalah:
1) Pondok Pesantern
2) Paket C

2.7 Penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Bekelainan Fisik dan Psikis

1. Konsep Diri
Beaty (1991) mengemukakan bahwa remaja yang kemampuan visualnya terbatas
mempunyai konsep diri lebih rendah daripada remaja lainnya. Bimbingan dan

10
penyuluhan bagi mereka dapat memperbaiki konsep dirinya dan dapat memupuk
pandagan yang lebih baik tetang dunia sekitar.
2. Strategi pendidikan
Ada beberapa strategi pembelajaran untuk anak yang terbatas kemampuan visualnya
yaitu:
a) Braille
b) Pemanaatan kemampuan visual yang terbatas
c) Keterampilan mendengarkan
d) Orientasi dan latihan mobilitas

2.8 Penilaian Bagi Peserta Didik Usia Sekolah Dasar


Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penilaiann ini, antara lain:
1. Keterampilan fisik yang mecakup: menangkap, melempar, menendang.
2. Bagi kelas-kelas rendah membaca, menulis dan berhitung
3. Nilai-nilai yang berkaitaan dengan moral, budi pekerti, etika dan estetika.
4. Kemampuan mengendalikan diri dan melakukan tenggang rasa
5. Penguasaan materi pembelajaran

2.9 Penilaian Bagi Peserta Didik Usia Sekolah Menengah


Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penilaian mencakup:
1. Keterampilan fisik yang sesuai dengan tahap perkembangan.
2. Nilai-nilai yang berkaitan dengan moral,, budi pekerti, etika, estetika
3. Kemampuan bekerja/belajar mandiri.

2.10 Penilaian Bagi Orang Usia Dewasa


Adapun hal-hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Berkaitan dengan masalah nyata untuk dipertemukan pemecahannya
2. Tidak lagi recall yang mengulang kembali apa yang dipelajari
3. Pengkajian konsep dan mencari keterkaitan antar suatu konsep
4. Penilaian mengarah pada kerjasama antar pendidik dan peserta didik.

11
2.11 Penilaian Peserta Didik Berkelainan
Hal penting yang harus dicamkan dalam melakukan evaluasi keberhasilan peserta didik
adalah melihat terjadinya perubahan perilaku pada peserta didik itu sendiri sebelum dan
setelah diberi perlakuan, dan bukan membandingkan keberhasilan tingkat pencapaian tujuan
belajar yangg dicapai dengan peserta didik lain yang ada dikelas tersebut.

2.12 Penilaian Bagi Anak Berkesulitan Belajar


Penilaian bagi anak yang berkesulitan belajar dilakukan bersama oleh guru kelas dan guru
pendamping, dan bergantung kepada kesulitan yang dialami anak. Yang penting dalam
evaluasi ini, anak mendapat kemajuan dalam belajarnya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seperti yang telah diketahui, Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/melakukan sesuatu secara
langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang
mengandung unsur permainan atau yang sesuai dengan karakteristik anak SD tersebut.

Pendidikan di SD merupakan jenjang pendidikan yang mempunyai peranan sangat penting


dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu, pemerintah
menetapkan pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidkan Dasar Sembilan Tahun. Program
wajib belajar ini bertujuan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan bagi setiap anak yang
berusia 7-15 tahun untuk memperolehpendidikan serta untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia hingga mencapai minimal kelas 3 SLTP.

B. Saran

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan
kurangnya literatur yang kami miliki, olehnya itu kritik yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan, demi kesempurnaan makalah ini.

13

Anda mungkin juga menyukai