Anda di halaman 1dari 9

NAMA : SITI NUR FAUZIAH

NIM : 857202006
TUGAS : RESUME MODUL 6 PKR

PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP


MODUL 6

HAKIKAT KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERSEORANGAN


A.    Pengertian
Sebagai seorang guru SD, anda mungkin sudah sering melaksanakan pembelajaran kelompok
kecil dan perseorangan, namun anda mungkin tidak pernah memikirkan bahwa anda menerapkan
keterampilan dasar mengajar yang paling kompleks, yaitu mengajar kelompok kecil dan
perseorangan. Untuk mengingat anda pada pengalaman belajar kelas rangkap, coba baca dan
perhatikan ilustrasi berikut:
Bu Nani, Guru kelas 4 di SD Sumber Sari pada suatu hari harus merangkap Kelas 5 karena Bu
Tini berhalangan hadir. Untuk mengajar kelas tersebut, secara mendadak Bu Nani membuat
rencana.Kelas 4 yang jumlahnya 22 orang dibaginya kedalam 5 kelompok yang masing-masing
terdiri dari 4 orang. Udin dan Ardan akan di suruh bekerja sendiri karena keduanya sangat cepat
membaca. Kelompok anak yang bekerja kelompok sendiri di suruh membaca satu wacana
singkat dan kemudian menjawab pertanyaan yang di berikan.Jika Udin dan Ardan sudah selesai
mengerjakan tugasnya mereka diminta membantu kelompok yang belum selesai. Sementara
Kelas 4 bekerja, Bu Nani akan mengaajar di kelas 5, dan sewaktu-waktu pergi ke Kelas 4 untuk
membantu kelompok
 
                    Ilustrasi di atas menggambarkan rencana mengajar kelompok kecil dan
perseorangan yang di buat secara mendadak. Jika anda kaji ilustrasi tersebut anda akan melihat
bahwa kelas 4 dibagi menjadi 5 kelompok. Di samping itu, ada siswa yang di beri kesempatan
bekerja sendiri atau perseorangan karena keduanya biasanya bekerja sangat cepat.  Jadi, dalam
waktu yang sama Bu Nani akan memandu siswa yang belajar secara berkelompok dan
perseorangan. Kondisi pembelajaran inilah yang di sebut sebagai mengajar kelompok kecil dan
perseorangan. Dengan demikian, mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah bentuk
mengajar yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok
kecil dan siswa-siswa yang bekerja secara perseorangan. Setiap kelompok dan perseorangan
mempunyai kesempatan untuk bertatap muka dengan guru.

Dari ilustrasi di atas dan pengertian di atas dapat anda simak bahwa pengajaran kelompok kecil
dan perseorangan ditandai oleh hal-hal berikut:
1.      Adanya hubungan antar pribadi yang sehat antara guru dan siswa serta antara siswa dengan
siswa. Siswa tidak saja belajar dari guru tetapi dari temannya sendiri.
2.      Siswa mendapat kesempatan untuk belajar sesuai dengan minat, cara dan kecepatannya sendiri.
Siswa yang ingin belajar sendiri mendapat kesempatan untuk belajar sendiri, yang ingin
berkelompok boleh  bekerja dalam kelompok. Siswa yang lebih cepat selesai dapat membantu
temannya.
3.      Siswa mendapat bantuan dari guru jika ia memerlukannya. Oleh karena itu, guru perlu tanggap
terhadap kesulitan/masalah yang di hadapi siswa sehingga dapat member bantuan tepat waktu
dan sesuai dengan kebutuhannya.
4.      Dalam batas-batas tertentu, siswa dapat dilibatkan dalam penentuan cara belajar, alat yang akan
digunakan, dan tujuan yang ingin dicapai.

B.     Rasional
Guru sekolah dasar sebagai guru kelas memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaan suatu
kelas secara penuh, dalam arti dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran. Seorang guru SD
memegang suatu kelas tertentu dalam kurun waktu tertentu maupun dalam jangka waktu lama.
Sementara jumlah guru SD biasanya sama dengan jumlah kelas yang ada di SD tersebut. Bahkan
banyak yang lebih sedikit dibandingkan jumlah kelas yang ada. Meskipun jumlah guru sama
banyakdengan jumlah kelas yang ada, namun sering menghadapi permasalahan ketiadaanatau
kekurangan guru pada waktu-waktu tertentu. Oleh karena itu seorang guru harusmemiliki
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, sebagai bekal melaksanakan
pembelajaran kelas rangkap.

Mengapa keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan perlu dikuasai guru?
Pertanyaan ini barangkali mengusik pikiran anda.Cobalah pikirkan jawabannya sebelum anda
mencermati alasan-alasan berikut.
1.      Pada dasarnya siswa mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda. Dalam pengajaran
klasikal, guru memperlakukan siswa dengan cara yang sama sehingga perbedaan kemampuan
dan cara belajar siswa hampir tak pernah mendapat perhatian. Pengajaran secara klasikal
memang perlu dilakukan agar siswa menyadari bahwa tidak semua kebutuhannya dapat
dipenuhi, namun haruslah dicari altermatif atau cara lain agar siswa juga dapat belajar sesuai
dengan kemampuan dan cara yang dipilihnya. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan
dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
2.      Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan terjadinya hubungan antar pribadi
yang lebih akrab dan sehat antara guru-siswa dan siswa-siswa. Guru dapat memberikan perhatian
lebih banyak pada siswa yang memerlukannya dan bahkan dapat membuat siswa lebih percaya
diri.
3.      Kadang-kadang siswa dapat lebih mudah belajar dengan cara mengajar temannya atau dengan
cara belajar bersama teman, seperti mengerjakan tugas bersama dan bertukar pendapat.
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan hal ini terjadi.
4.      Kegiatan kelompok kecil memungkinkan siswa terlibat aktif dalam belajar sehingga tangung
jawab dalam belajar juga menjadi lebih besar. Bekerja dalam kelompok memungkinkan siswa
untuk membangun kebiasaan bekerja sama, tenggang rasa dan saling menghargai. Di samping
itu, sifat kepemimpinan dapat berkembang karena bekerja dalam kelompok memerlukan seoran
pemimpin kelompok.
5.      Sejalan dengan kegiatan kelompok, kegiatan individual atau perseorangan juga mempunyai
berbagai kekuatan. Dengan belajar sendiri, siswa akan mempunyai tanggung jawab belajar yang
lebih besar, disamping dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan kecepatannya sendiri.
Misalnya siswa sudah mampu memecahkan soal-soal berhitung yang di berikan guru, ia dapat
langsung mebgerjakan tugas lain, seperti membantu temannya, memecahkan soal-soal yang lebih
sukar ataupun bias belajar di perpustakaan.
                    Jika anda baca alasan-alasan diatas dengan cermat, anda tentu sepakat bahwa
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan akan membuahkan hasil dalam
terbentuknya berbagai sikap dan nilai serta terpenuhinya kebutuhan belajar siswa. Jika hal ini
dapat  di wujudkan, tentu kepuasan akan muncul pada diri anda. Keberhasilan siswa dalam
belajar mencerminkan keberhasilan guru dalam mengajar.
                    Berkaitan dengan PKR, penguasaan guru yang mantap dalam mengajar kelompok
kecil dan perseorangan tentu akan memberikan nilai tambah. Seorang guru yang mengajar kelas
rangkap akan lebih sering memerlukan bentuk pengajaran kelompok kecil atau perseorangan
karena ia menangani lebih dari satu kelas. Ia tidak mungkin menerapkan pengajaran klasikal
secara terus menerus sebagaimana yang mungkin dilakukan oleh guru yang hanya mengajar satu
kelas. Oleh karena itu, seorang guru yang merangkap kelas seyogyanya menguasai keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perseorangan sehingga waktu kegiatan akademik (WKA) dapat di
tingkatkan. Alasan lain pentingnya kemampuan mengajar kelompok kecil dan perseorangan bagi
guru PKR adalah hakikat atau prinsip PKR, yaitu:
1.      Keserempakan kegiatan belajar mengajar,
2.      Kadar tinggi WKA,
3.      Kontak psikologis guru-siswa secara bekelanjutan, dan
4.      Pemanfaatan sumber belajar secara efisien;
Tampak nya dapat diwujudkan melalui penguasaan yang mantap terhadap keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perseorangan. Dalam pengajaran kelompok kecil dan perseorangan
secara serempak, ini berarti dalam waktu yang sama guru di tuntut untuk mengelola lebih dari
satu orang, bahkan kelompok dan perseorangan sekaligus. Keserampakan kegiatan belajar-
mengajar merupakan salah satu ciri khas dari pengajaran kelompok kecil dan perseorangan; di
samping kemampuan guru dalam mengadakan pendekatan secara pribadi, mendorong dan
memudahkan belajar, serta mengorganisasikan kegiatan.Semua cirri-ciri ini sesuai dengan
hakikat PKR.

C. VARIASI PENGORGANISASIAN                                                                         
Penggunaan variasi pengorganisasian dimaksudkan agar murid terhindar dari perasaan jenuh dan
membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul.Dalam mengorganisasi
sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang, dan menimbulkan rasa kesal pada diri murid.Karena
itu variasi pengorganisasian sangatpenting dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas
pembelajaran kelas rangkap.
Variasi pengorganisasian merupakan keterampilan guru di dalam menggunakan bermacam-
macam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik sekaligus mengatasi
kebosanan atau kejenuhan dan menimbulkan minat, gairah, dan aktivitas belajar yang efektif.
Variasi pengorganisasian, mencakup penggunaan pola interaksi multi arah artinya antara guru
dengan murid, murid dengan guru atau murid dengan murid.
Variasi pengorganisasian mencakup pengelompokan siswa, penataan ruang, dan variasi
pemanfaat sumber belajar.
a. Variasi pengelompokan siswa
Dalam pembelajaran kelas rangkap, keaktifan kelompok merupakan salah satu kunci
keberhasilan belajar siswa.Agar guru dapat mengaktif-kan kelompok sebaiknya guru memahami
prinsip-prinsip dasar pembela-jaran kelas rangkap.
Oleh karena itu apabila guru ingin mengaktifkan kelompok sebaiknya guru mengadakan
persiapan yang cukup matang. Guru hendaknya terlebih dahulu memahami secara mendalam
tujuan yang akan dicapai dan topik yang akan dipelajari siswa.
Dengan demikian guru akan dapat menentukan langkah langkahyang harus ditempuh siswa,
merumuskan masalah yang menjadi pusat perhatian diskusi, membimbing diskusi kelompok, dan
mengadakan variasi dalam pola interaksi dan kegiatan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap pengelompokkan siswa merupakan suatu
keharusan guna menjamin proses belajar siswa agar tetap efektif. Mengenai pengelompokkan
belajar siswa ini terdapat beberapa variasi yang dapat dipilih sesuai kebutuhan (UNESCO:
1988), yaitu pengelompokan siswa atas dasar rombongan belajar, kesamaan kemampuan,
kemampuan campuran, kesamaan usia, kompatibilitas siswa, dan sesuai kebutuhan
pembelajaran.

Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :


1) Pengelompokan murid berdasarkan rombongan belajar
Dalam hal ini pembagian kelompok berdasarkan kelasnya. Hal ini dilakukan jika dalam
pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap menggunakan
model pengelolaan PKR 111, PKR 211, PKR 221, dan PKR 311 yaitu bentuk pelaksanaan PKR
dalam satu ruangan. Misalnya kelas III, kelas IV, dan kelas V di dalam satu ruangan.Ini berarti
dalam satu ruangan ada tiga kelompok/rombongan siswa sesuai kelasnya. Jadi
pengelompok tersebut bertolak pada status administrasi siswa, dan pengelompokkan lebih
bersifat formal. Pengelompokkan seperti ini
memudahkan guru dalam pencatatan kehadiran, penilaian, dan pengaturan tugas, sehingga
memudahkan dalam mengadminis-trasikan. Ditinjau dari perlakuan proses pembelajaran cara
tersebut tidak memberi ruang bagi pemanfaatan kemampuan siswa secara silang atau lintas kelas.
Selain itu
bisa juga terjadi kesukaran memba-ngun kebersamaan dalam belajar manakala pada suatu ketika
ada kelas yang siswanya hanya beberapa orang sedang kelas lain siswanya cukup banyak.

2) Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan kemampuan


Kemampuan siswa berbeda satu sama lain. Dari sekian banyak siswa tentu ada yang
kemampuannya kurang lebih sama. Data kemampuan siswa dapat diperoleh dari hasil tes
kemampuan atau catatatan prestasi belajar sebelumnya.Berangkat dari hasil tes tersebut murid
dikelompokkan ke dalam murid kelompot di atas rata-rata, kelompok rata-rata, dan kelompok di
bawah rata-rata.Untuk melaksa-nakan pengelompokkan tersebut bisa diberikan tes kemampuan
umum (TKU) atau yang sejenisnya sejak siswa memasuki SD atau setiap awal tahun.
Dapat pula semata-mata didasarkan hasil atau prestasi belajar yang tercantum pada buku rapor.
Bahan belajar yang diberikan bukan dikemas
berdasarkan kelas tetapi atas dasar kemampuan itu sesuai dengan prinsip belajar tuntas atau
“mastery learning”.

3) Pengelompokan murid berdasarkan kemampuan campuran


Di kelas sering kita jumpai murid yang memiliki kesamaan bakat dan keterampilan dalam
berbagai bidang yang diperlukan untuk menangani suatu suatu proyek belajar.Misalnya
“pembuatan peta”, “memasak suatu jenis makanan dengan menu tertentu”, dan melakukan suatu
percobaan.Diperlukan sejumlah siswa dengan berbagai kemampuan, bakat, dan minat, dalam
setiap kelompoknya.Agar proyek belajar itu benar-benar dapat ditangani secara bersama-sama
dengan pembatasan tugas sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.Kelompok ini
memanfaatkan perbedaan untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Pengelompokkan ini lebih bersifat sementara, sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dalam
kelompok ini murid yang menonjol pada mata suatu pelajaran dapat membantu murid lain yang
kemampuannya kurang atau rendah.

4) Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan usia


Murid yang seusianya biasanya memiliki kemampuan dan kecapatan belajar yang hampir sama.
Murid suatu kelas dapat dipecah ke dalam kelompok murid berdasarkan persamaan usia.
Pengorganisasian murid SD khususnya dalam pengelompokkan murid dapat dipakai untuk
sementara waktu sesuai kebutuhan dan sasaran pembelajaran. Misal siswa kelas III dan IV dalam
suatu ruangan usianya ada yang sama, meskipun jenjang kelas berbeda.

5) Pengelompokkan berdasarkan kompatibilitas murid


Setiap murid memiliki hubungan pertemanan yang didasarkan pada rasa saling menyukai atau
rasa persahabatan. Dasar pertemanan biasanya
karena tempat tinggal berdekatan, duduk di kelas selalu bersama, sering mengerjakan tugas atau
belajar bersama, dan karena memiliki kegiatan yang sama di luar sekolah. Terbentuk kelompok
seperti ini bersifat alami.
Pengelompokkan ini didasarkan adanya kebutuhan pembelajaran, yaitu karena adanya tugas
berkaitan dengan kedekatan tempat tinggal.Contoh membuat denah kampung, desa, atau
komplek perumahan.

6) Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan pembelajaran


Dalam pembelajaran telah dirumuskan tujuannya oleh guru.Terca-painya tujuan itu perlu
dukungan dengan pengelompokkan murid sesuai kebutuhannya. Contoh konkrit yaitu; dalam
simulasi atau bermain peran atau permainan, murid dikelompokkan sesuai dengan tugas dan atau
peran yang harus dilakukan pada saat siswa itu. Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan dapat
pula dilakukan pada kegiatan karyawisata murid.
Dalam karyawisata ada yang bertugas mengamati dan mencatat, mewawancarai dan mencatat,
mengambil foto dan sebagainya.
Dalam pembelajaran kelas rangkap dasar pengelompokan siswa harus divariasi untuk
menghindari kejenuhan, kebosonan, dan untuk menum-buhkan gairah belajar.

b. Variasi penataan ruang


Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruangan yang lebih kompleks dari
pada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Untuk yang dilaksanakan dalam dua atau tiga ruangan,
penataan ruangan dalam hal ini tempat duduk murid dapat papan tulis diatur atas dasar
kemudahan guru dalam
mengelola secara bergilir kedua atau ketiga ruangan tersebut. Contoh, guru merangkap kelas I,
II, dan III, dengan jumlah murid rata-rata 15 maka dapat digunakan ruang kelas I, sedang kelas II
dan kelas III digabung di ruang kelas I. karena jumlah siswa sedikit. Tetapi jika jumlah
murid banyak diperlukan dua ruang kelas, sehingga kelas II dan III digabung dalam satu ruangan
atau kelas I dan II dalam satu ruangan.
Sedangkan penataan ruang untuk pengelolaan PKR dalam satu ruangan selain pertimbangan
kemudahan penanganan dua atau tiga rombongan belajar juga pertimbangan pengaturan iklim
kelas dan mekanisme interaksi guru-siswa, serta peluang saling menggangu.Dalam penataan
ruang bisa divariasi model pengelolaan PKR 221, 222, dan 333.
c. Variasi sumber belajar
Sesuai dengan prinsip khusus PKR yang antara lain menekankan pada perlunya pemanfaatan
sumber belajar secara optimal, maka sudah seharusnya disadari perlunya memahami, dan
memanfaatkan lingkungan belajar secara optimal. Sumber belajar mencakup segala sesuatu
seperti manusia, benda, alam sekitar, masyarakat, kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang
berpotensi memberi informasi kepada siswa dalam belajar.Berbagai sumber belajar tersebut
sebaiknya digunakan secara bervariasi dalam pembelajaran kelas rangkap, sehingga tetap terjaga
kegairahan dan motivasi belajar siswa. Contoh,
seorang guru mengajar dengan merangkap tiga kelas yaitu kelas IV, V, dan VI maka siswa kelas
IV bisa diberi tugas dimana jawaban dapat diperoleh dari sebuah buku di Perpustakaan. Siswa
Kelas V diberi tugas dengan mencari jawaban di alam sekitar misal dikebun sekolah/halaman
sekolah, kelas enam diberi tugas yang jawabannya diperoleh dari sumber masyarakat.

d. Variasi model implementasi


Model 1. Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal untuk memberikan informasi dasar,
penjelasan tentang tugas yang akan dikerjakan, serta hal-hal lain yang dianggap perlu. Dalam
model 1 ini, setelah pertemuan kelas, murid diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan
dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja secara perorangan. Setelah waktu yang ditetapkan
berakhir, pelajaran diakhiri dengan pertemuan kelas kembali untuk melaporkan segala sesuatu
yang telah dilakukan.
Model 2. Pertemuan diawali dengan pengarahan atau penjelasan secara klasikal tentang materi,
tugas, serta cara yang digunakan. Setelah itu langsung bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
yang diakhiri dengan laporan kelompok.
Model 3.Pertemuan diawali dengan penjelasan secara klasikal.Setelah itu murid langsung bekerja
secara perorangan dan kemudian bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengolah
hasil yang dicapai dan diakhiri dengan laporan kelompok.
Model 4. Pertemuan diawali dengan penjelasan klasikal tentang kegiatan atau tugas yang akan
dilaksnakan. Setelah itu langsung bekerja secara perorangan.

Dari gambaran pengajaran kelompok kecil dan perseorangan yang telah Anda baca di atas, Anda
tentu sudah dapat menggambarkan pelaksanaanya.Namun, perlu Anda ingat bahwa ilustrasi di
atas hanya merupakan salah satu bentuk pengorganisasian. Masih ada bentuk pengorganisasian
lain yang dapat Anda terapkan.
D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan harus memperhatikan hal hal
sebagai berikut :
a. Pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individual
Murid SD secara undividual berbeda dalam banyak hal. Perbedaan tersebut antara lain: berbeda
dalam kemampuan berpikir, kharakteristik, berbeda secara emosional, berbeda daya tangkapnya,
bakat, maupun minatnya. Perbedaan tersebut perlu mendapat perhatian serius dalam
pembelajaran kelas rangkap.Layanan bimbingan secara individual sangat membantu murid untuk
dapat berkembang dan mencapai prestasi belajar secara optimal. Misalnya ada murid yang cepat
dan mudah mengerti apa yang disajikan guru, ada pula yang sedang-sedang, dan ada pula yang
agak lambat dalam menangkap materi pelajaran. Guru yang baik akan memberikan layanan
secara khusus kepada murid yang agak lambat menangkap materi pelajaran. Demikian dalam
menghadapi perbedaan individual dapat dilakukan melalui pembelajaran kelompok
kecil.Misalnya siswa yang berkembampuan kurang dijadikan satu kelompok, atau siswa yang
tampak agresip jadi satu kelompok, kemudian diberikan layanan bimbinga belajar secara
khusus.Cara ini juga membantu meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui belajar
kelompok.
b. Memperhatikan dan melayani kebutuhan murid
Dalam pembelajaran kelas rangkap perlu memperhatikan dan melayani kebutuhan murid. Murid
berasal dari latar belakang keluarga yang tidak sama, serta lingkungan kehidupan yang tidak
sama pula sehingga memiliki pengalaman hidup berbeda satu sama lain. Perbedaan ini
menyebabkan
perbedaan kebutuhan siswa. Guru dalam memberikan perhatian dan melayani murid tidak di
sama ratakan. Jika disama ratakan akan terjadi kesenjangan pemenuhan kebutuhan murid.
Seyogyanya guru memberikan layanan atau bimbingan belajar kepada murid sesuai dengan
perbedaan keperluan yang dimilikinya.Contoh, jika dijumpai murid yang berkemampuan rendah
maka perlu bimbingan secara perorangan dan tugas disesuaikan dengan kemampuan. Jika ada
murid yang tidak memiliki buku cetak karena tidak mampu beli sedang yang lain memiliki, maka
dapat dipinjami buku milik sekolah, atau teman lain diminta untuk bersedia bersama-sama.

c. Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif


Pembelajaran kelas rangkap dilakukan dengan tujuan agar pada diri murid terjadi proses belajar
secara aktif dan efektif. Hal ini yang diutamakan dalam pembelajaran, bukan bagaimana guru
mengajar, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana guru mengajar agar murid melakukan
tindak belajar secara aktif dan efektif.Kalau hanya sekedar mengajar tanpa memperhatikan
bagaimana terjadi pembelajaran pada diri murid, dapat dilakukan oleh semua orang tanpa
mempersyaratkan pendidikan formal khususnya pendidikan calon guru sekolah dasar. Untuk
mengaktifkan dan mengektifkan murid belajar dalam proses belajar mengajar, guru juga harus
berusaha secara aktif memberikan bimbingan belajar. Tidak seperti yang dikonotasikan murid
aktif guru pasif atau yang penting murid aktif sendiri sedang aktivitas guru tidak dipersoalkan.
Contoh, saat guru memberi tugas, atau diskusi kelompok, guru harus selalu berada ditengah
kelompok untuk
memberikan bimbingan atau bantuan kepada murid dan memperhatiikan kelompok atau murid
yang mengalami kesulitan mengerjakan tugas.

d. Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid


Sangat penting bagi seorang guru memperhatikan tumbuhkembangnya kemampuan murid secara
optimal. Tugas guru sebagai pendidik di sekolah pada dasar adalah membantu tumbuh-
kembangnya
murid secara optimal seluruh aspek perkembangan, yaitu baik aspek intelektual, aspek
emosional, aspek moral, aspek bahasa, aspek sosial, maupun aspek fisik. Semua aspek tersebut
tumbuh-kembangnya menjadi tanggung jawab buru di sekolah. Meskipun sering tampak guru
lebih
menekankan pada perkembangan aspek intelektual, namun secara tidak langsung, disadari atau
tidak disadari guru telah membantu tumbuhkembang murid secara terpadu selama murid berada
di sekolah. Misalnya aspek moral, emosional, sosial, dapat dilakukan melalui contoh teladan,
caraatau pola asuh guru terhadap murid, tutur kata. Sedang aspek bahasa peran guru jelas sekali
dalam proses belajar mengajar, yaitu penggunaan bahasa sesuai tingkat perkembangan murid
maupun penggunaan bahasa yang baik dan benar. Tumbuh-kembang aspek fisik terutama
dilakukan oleh gurupendidikan jasmani maupun oleh guru kelas melalui kegiatan-kegiatan lain
seperti senam pagi, berbaris, kegiatan hari-hari besar dan sebagainya.
Contoh, di sekolah sebelum jam pelajaran di mulai dilakukan senam pagi setiap hari, kecuali hari
senin/upacara.Sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dalam bentuk kegiatan Olah raga.
Kemudian setiap siswa diharuskan mengikuti salah satu jenis oleh raga, yang diberikan pada sore
hari (kegiatan ekstrakurikuler).

e. Pergeseran dari pengajaran klasikal ke pengajaran kelompok kecil dan


perorangan.
Bagi guru yang sudah biasa dengan pengajaran klasikal, sebaiknya dimulai dengan pengajaran
kelompok, kemudian secara bertahap menga-ah kepada pengajaran perorangan. Sedangkan bagi
calon guru sebaiknya dimulai dengan pengajaran perorangan, kemudian secara bertahap kepada
pengajaran kelompok kecil. Tidak semua topik atau pokok bahasan dapat dipelajari secara efektif
dalam kelompok kecil maupun perorangan.Hal-hal yang bersifat umum seperti pengarahan
informasi umum sebaiknya diberikan dalam bentuk kelas besar. Contoh, jika murid diminta
untukmembuktikan bahwa titik didih air 100 oC melalui eksperimen maka sebaiknya dilakukan
pembelajaran kelompok kecil atau perorangan, tetapi jika murid diminta untuk memahami
sebuah konsep, prinsip, atau teori tentang tata surya maka akan efektif jika pembelajaran
dilakukan secaraklasikal.

f. Langkah pengajaran kelompok kecil dan perorangan


Dalam pengajaran kelompok kecil, langkah pertama adalah mengorganisasi siswa, sumber,
materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan, dan diakhiri dengan kegiatan kulminasi yang dapat
beruparangkuman, pemantapan, atau laporan.Dalam pengajaran perorangan guru harus mengenal
murid secara pribadi sehingga kondisi belajar dapat diatur.Kegiatan dalam pengajaran
perorangan dapat dilakukan melalui paket belajar atau bahan yang telah disiapkan oleh
guru.Contoh, murid yang mengalami kesulitan soal matematika, perlu diberika bimbingan
belajar secara perorangan.Sedang siswa yang tidak mengalami kesulitan diminta mengerjakan
sendiri atau diperbolehkan bertanya pada teman.

g. Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasiannya


Variasi pengorganisasian mencacup variasi pengelompokan, variasi penataan ruang, dan variasi
sumber belajar.Ketiga variasi pengorganisa-sian tersebut perlu dilakukan dan pembelajaran kelas
rangkap.Mengingat guru tidak dapat perperan dan mengontrol secara terus menerus terhadap
semuakelompok belajar. Kebosanan dan kejenuhan akan muncul jika tanpa variasi
pengorganisasian. Hal tersebut dapat menimbulkan kendurnya atau menurunnya kegairahan dan
semangat belajar, sehinga kelompok belajar tidak aktif dan efektuf dalam pembelajaran kelas
rangkap.Untuk mencegahkebosanan dapat dilakukan pengorganisasian kelas secara bervariasi.
Contoh, siswa tidak selalu dalam kelompok yang sama, tetapi sekali-kali diminta untuk memilih
teman yang disukai untuk berada dalam kelompoknya. Dapat pula murid ditawarkan untuk
memilih beberapa sumber belajar yang berbeda saat pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai