Disusun Oleh:
1. Widya Ningrum Lulu Sayekti (857947963)
2. Wiwin Indrawati (857947995)
3. Fesa Mardian Sungkari (857948048)
4. Endra Asbowo (857948055)
5. Barokah (857947734)
A. Pengertian
Sebagai seorang guru SD, anda mungkin sudah sering melaksanakan pembelajaran
kelompok kecil dan perseorangan, namun anda mungkin tidak pernah memikirkan bahwa
anda menerapkan keterampilan dasar mengajar yang paling kompleks, yaitu mengajar
kelompok kecil dan perseorangan. Untuk mengingat anda pada pengalaman belajar kelas
rangkap, coba baca dan perhatikan ilustrasi berikut:
Bu Nani, Guru kelas 4 di SD Sumber Sari pada suatu hari harus merangkap Kelas 5
karena Bu Tini berhalangan hadir. Untuk mengajar kelas tersebut, secara mendadak Bu
Nani membuat rencana.Kelas 4 yang jumlahnya 22 orang dibaginya kedalam 5 kelompok
yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Udin dan Ardan akan di suruh bekerja sendiri
karena keduanya sangat cepat membaca. Kelompok anak yang bekerja kelompok sendiri
di suruh membaca satu wacana singkat dan kemudian menjawab pertanyaan yang di
berikan.Jika Udin dan Ardan sudah selesai mengerjakan tugasnya mereka diminta
membantu kelompok yang belum selesai. Sementara Kelas 4 bekerja, Bu Nani akan
mengaajar di kelas 5, dan sewaktu-waktu pergi ke Kelas 4 untuk membantu kelompok
Ilustrasi di atas menggambarkan rencana mengajar kelompok kecil dan
perseorangan yang di buat secara mendadak. Jika anda kaji ilustrasi tersebut anda akan
melihat bahwa kelas 4 dibagi menjadi 5 kelompok. Di samping itu, ada siswa yang di beri
kesempatan bekerja sendiri atau perseorangan karena keduanya biasanya bekerja sangat
cepat. Jadi, dalam waktu yang sama Bu Nani akan memandu siswa yang belajar secara
berkelompok dan perseorangan. Kondisi pembelajaran inilah yang di sebut sebagai
mengajar kelompok kecil dan perseorangan. Dengan demikian, mengajar kelompok kecil
dan perseorangan adalah bentuk mengajar yang memungkinkan guru dalam waktu yang
sama menghadapi beberapa kelompok kecil dan siswa-siswa yang bekerja secara
perseorangan. Setiap kelompok dan perseorangan mempunyai kesempatan untuk bertatap
muka dengan guru.
Dari ilustrasi di atas dan pengertian di atas dapat anda simak bahwa pengajaran kelompok
kecil dan perseorangan ditandai oleh hal-hal berikut:
1. Adanya hubungan antar pribadi yang sehat antara guru dan siswa serta antara
siswa dengan siswa. Siswa tidak saja belajar dari guru tetapi dari temannya
sendiri.
2. Siswa mendapat kesempatan untuk belajar sesuai dengan minat, cara dan
kecepatannya sendiri. Siswa yang ingin belajar sendiri mendapat kesempatan
untuk belajar sendiri, yang ingin berkelompok boleh bekerja dalam kelompok.
Siswa yang lebih cepat selesai dapat membantu temannya.
3. Siswa mendapat bantuan dari guru jika ia memerlukannya. Oleh karena itu, guru
perlu tanggap terhadap kesulitan/masalah yang di hadapi siswa sehingga dapat
member bantuan tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhannya.
4. Dalam batas-batas tertentu, siswa dapat dilibatkan dalam penentuan cara belajar,
alat yang akan digunakan, dan tujuan yang ingin dicapai.
B. Rasional
Guru sekolah dasar sebagai guru kelas memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaan
suatu kelas secara penuh, dalam arti dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran. Seorang
guru SD memegang suatu kelas tertentu dalam kurun waktu tertentu maupun dalam
jangka waktu lama. Sementara jumlah guru SD biasanya sama dengan jumlah kelas yang
ada di SD tersebut. Bahkan banyak yang lebih sedikit dibandingkan jumlah kelas yang
ada. Meskipun jumlah guru sama banyakdengan jumlah kelas yang ada, namun sering
menghadapi permasalahan ketiadaanatau kekurangan guru pada waktu-waktu tertentu.
Oleh karena itu seorang guru harusmemiliki keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan, sebagai bekal melaksanakan pembelajaran kelas rangkap.
Mengapa keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan perlu dikuasai guru?
Pertanyaan ini barangkali mengusik pikiran anda.Cobalah pikirkan jawabannya sebelum
anda mencermati alasan-alasan berikut.
1. Pada dasarnya siswa mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda. Dalam
pengajaran klasikal, guru memperlakukan siswa dengan cara yang sama sehingga
perbedaan kemampuan dan cara belajar siswa hampir tak pernah mendapat perhatian.
Pengajaran secara klasikal memang perlu dilakukan agar siswa menyadari bahwa
tidak semua kebutuhannya dapat dipenuhi, namun haruslah dicari altermatif atau cara
lain agar siswa juga dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan cara yang
dipilihnya. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan dapat memenuhi kebutuhan
tersebut.
2. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan terjadinya hubungan
antar pribadi yang lebih akrab dan sehat antara guru-siswa dan siswa-siswa. Guru
dapat memberikan perhatian lebih banyak pada siswa yang memerlukannya dan
bahkan dapat membuat siswa lebih percaya diri.
3. Kadang-kadang siswa dapat lebih mudah belajar dengan cara mengajar temannya
atau dengan cara belajar bersama teman, seperti mengerjakan tugas bersama dan
bertukar pendapat. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan hal
ini terjadi.
4. Kegiatan kelompok kecil memungkinkan siswa terlibat aktif dalam belajar sehingga
tangung jawab dalam belajar juga menjadi lebih besar. Bekerja dalam kelompok
memungkinkan siswa untuk membangun kebiasaan bekerja sama, tenggang rasa dan
saling menghargai. Di samping itu, sifat kepemimpinan dapat berkembang karena
bekerja dalam kelompok memerlukan seoran pemimpin kelompok.
5. Sejalan dengan kegiatan kelompok, kegiatan individual atau perseorangan juga
mempunyai berbagai kekuatan. Dengan belajar sendiri, siswa akan mempunyai
tanggung jawab belajar yang lebih besar, disamping dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan kecepatannya sendiri. Misalnya siswa sudah mampu memecahkan
soal-soal berhitung yang di berikan guru, ia dapat langsung mebgerjakan tugas lain,
seperti membantu temannya, memecahkan soal-soal yang lebih sukar ataupun bias
belajar di perpustakaan.
Jika anda baca alasan-alasan diatas dengan cermat, anda tentu sepakat bahwa
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan akan membuahkan hasil dalam
terbentuknya berbagai sikap dan nilai serta terpenuhinya kebutuhan belajar siswa. Jika
hal ini dapat di wujudkan, tentu kepuasan akan muncul pada diri anda. Keberhasilan
siswa dalam belajar mencerminkan keberhasilan guru dalam mengajar.
Berkaitan dengan PKR, penguasaan guru yang mantap dalam mengajar
kelompok kecil dan perseorangan tentu akan memberikan nilai tambah. Seorang guru
yang mengajar kelas rangkap akan lebih sering memerlukan bentuk pengajaran kelompok
kecil atau perseorangan karena ia menangani lebih dari satu kelas. Ia tidak mungkin
menerapkan pengajaran klasikal secara terus menerus sebagaimana yang mungkin
dilakukan oleh guru yang hanya mengajar satu kelas. Oleh karena itu, seorang guru yang
merangkap kelas seyogyanya menguasai keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perseorangan sehingga waktu kegiatan akademik (WKA) dapat di tingkatkan. Alasan lain
pentingnya kemampuan mengajar kelompok kecil dan perseorangan bagi guru PKR
adalah hakikat atau prinsip PKR, yaitu:
1. Keserempakan kegiatan belajar mengajar,
2. Kadar tinggi WKA,
3. Kontak psikologis guru-siswa secara bekelanjutan, dan
4. Pemanfaatan sumber belajar secara efisien;
Tampak nya dapat diwujudkan melalui penguasaan yang mantap terhadap keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perseorangan. Dalam pengajaran kelompok kecil dan
perseorangan secara serempak, ini berarti dalam waktu yang sama guru di tuntut untuk
mengelola lebih dari satu orang, bahkan kelompok dan perseorangan sekaligus.
Keserampakan kegiatan belajar-mengajar merupakan salah satu ciri khas dari pengajaran
kelompok kecil dan perseorangan; di samping kemampuan guru dalam mengadakan
pendekatan secara pribadi, mendorong dan memudahkan belajar, serta
mengorganisasikan kegiatan.Semua cirri-ciri ini sesuai dengan hakikat PKR.
C. Variasi pengorganisasian
Penggunaan variasi pengorganisasian dimaksudkan agar murid terhindar dari perasaan
jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul.Dalam
mengorganisasi sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang, dan menimbulkan rasa kesal
pada diri murid.Karena itu variasi pengorganisasian sangatpenting dalam upaya
memelihara dan meningkatkan kualitas pembelajaran kelas rangkap.
Variasi pengorganisasian merupakan keterampilan guru di dalam menggunakan
bermacam-macam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik sekaligus
mengatasi kebosanan atau kejenuhan dan menimbulkan minat, gairah, dan aktivitas
belajar yang efektif.
Variasi pengorganisasian, mencakup penggunaan pola interaksi multi arah artinya antara
guru dengan murid, murid dengan guru atau murid dengan murid.
Variasi pengorganisasian mencakup pengelompokan siswa, penataan ruang, dan variasi
pemanfaat sumber belajar.
a. Variasi pengelompokan siswa
Dalam pembelajaran kelas rangkap, keaktifan kelompok merupakan salah satu kunci
keberhasilan belajar siswa.Agar guru dapat mengaktif-kan kelompok sebaiknya guru
memahami prinsip-prinsip dasar pembela-jaran kelas rangkap.
Oleh karena itu apabila guru ingin mengaktifkan kelompok sebaiknya guru mengadakan
persiapan yang cukup matang. Guru hendaknya terlebih dahulu memahami secara
mendalam tujuan yang akan dicapai dan topik yang akan dipelajari siswa.
Dengan demikian guru akan dapat menentukan langkah langkahyang harus ditempuh
siswa, merumuskan masalah yang menjadi pusat perhatian diskusi, membimbing diskusi
kelompok, dan mengadakan variasi dalam pola interaksi dan kegiatan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap pengelompokkan siswa merupakan suatu
keharusan guna menjamin proses belajar siswa agar tetap efektif. Mengenai
pengelompokkan belajar siswa ini terdapat beberapa variasi yang dapat dipilih sesuai
kebutuhan (UNESCO: 1988), yaitu pengelompokan siswa atas dasar rombongan belajar,
kesamaan kemampuan, kemampuan campuran, kesamaan usia, kompatibilitas siswa, dan
sesuai kebutuhan
pembelajaran.
Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pengelompokan murid berdasarkan rombongan belajar
model pengelolaan PKR 111, PKR 211, PKR 221, dan PKR 311 yaitu bentuk
pelaksanaan PKR dalam satu ruangan. Misalnya kelas III, kelas IV, dan kelas V di
dalam satu ruangan.Ini berarti dalam satu ruangan ada tiga kelompok/rombongan
siswa sesuai kelasnya. Jadi
pengelompok tersebut bertolak pada status administrasi siswa, dan
pengelompokkan lebih bersifat formal. Pengelompokkan seperti ini
memudahkan guru dalam pencatatan kehadiran, penilaian, dan pengaturan tugas,
sehingga memudahkan dalam mengadminis-trasikan. Ditinjau dari perlakuan
proses pembelajaran cara tersebut tidak memberi ruang bagi pemanfaatan
kemampuan siswa secara silang atau lintas kelas. Selain itu
bisa juga terjadi kesukaran memba-ngun kebersamaan dalam belajar manakala
pada suatu ketika ada kelas yang siswanya hanya beberapa orang sedang kelas lain
siswanya cukup banyak.
2) Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan kemampuan
Kemampuan siswa berbeda satu sama lain. Dari sekian banyak siswa tentu ada
yang kemampuannya kurang lebih sama. Data kemampuan siswa dapat diperoleh
dari hasil tes kemampuan atau catatatan prestasi belajar sebelumnya.Berangkat
dari hasil tes tersebut murid dikelompokkan ke dalam murid kelompot di atas rata-
rata, kelompok rata-rata, dan kelompok di bawah rata-rata.Untuk melaksa-nakan
pengelompokkan tersebut bisa diberikan tes kemampuan umum (TKU) atau yang
sejenisnya sejak siswa memasuki SD atau setiap awal tahun.
Dapat pula semata-mata didasarkan hasil atau prestasi belajar yang tercantum pada
buku rapor. Bahan belajar yang diberikan bukan dikemas
berdasarkan kelas tetapi atas dasar kemampuan itu sesuai dengan prinsip belajar
tuntas atau “mastery learning”.
3) Pengelompokan murid berdasarkan kemampuan campuran
Di kelas sering kita jumpai murid yang memiliki kesamaan bakat dan keterampilan
dalam berbagai bidang yang diperlukan untuk menangani suatu suatu proyek
belajar.Misalnya “pembuatan peta”, “memasak suatu jenis makanan dengan menu
tertentu”, dan melakukan suatu percobaan.Diperlukan sejumlah siswa dengan
berbagai kemampuan, bakat, dan minat, dalam setiap kelompoknya.Agar proyek
belajar itu benar-benar dapat ditangani secara bersama-sama dengan pembatasan
tugas sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.Kelompok ini
memanfaatkan perbedaan untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Pengelompokkan ini lebih bersifat sementara, sesuai kebutuhan dan tujuan
pembelajaran. Dalam kelompok ini murid yang menonjol pada mata suatu
pelajaran dapat membantu murid lain yang kemampuannya kurang atau rendah.
4) Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan usia
Murid yang seusianya biasanya memiliki kemampuan dan kecapatan belajar yang
hampir sama. Murid suatu kelas dapat dipecah ke dalam kelompok murid
berdasarkan persamaan usia. Pengorganisasian murid SD khususnya dalam
pengelompokkan murid dapat dipakai untuk sementara waktu sesuai kebutuhan
dan sasaran pembelajaran. Misal siswa kelas III dan IV dalam suatu ruangan
usianya ada yang sama, meskipun jenjang kelas berbeda.
5) Pengelompokkan berdasarkan kompatibilitas murid
Setiap murid memiliki hubungan pertemanan yang didasarkan pada rasa saling
menyukai atau rasa persahabatan. Dasar pertemanan biasanya
karena tempat tinggal berdekatan, duduk di kelas selalu bersama, sering
mengerjakan tugas atau belajar bersama, dan karena memiliki kegiatan yang sama
di luar sekolah. Terbentuk kelompok seperti ini bersifat alami.
Pengelompokkan ini didasarkan adanya kebutuhan pembelajaran, yaitu karena
adanya tugas berkaitan dengan kedekatan tempat tinggal.Contoh membuat denah
kampung, desa, atau komplek perumahan.
6) Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan pembelajaran
Dalam pembelajaran telah dirumuskan tujuannya oleh guru.Terca-painya tujuan itu
perlu dukungan dengan pengelompokkan murid sesuai kebutuhannya. Contoh
konkrit yaitu; dalam simulasi atau bermain peran atau permainan, murid
dikelompokkan sesuai dengan tugas dan atau
peran yang harus dilakukan pada saat siswa itu. Pengelompokkan murid sesuai
kebutuhan dapat pula dilakukan pada kegiatan karyawisata murid.
Dalam karyawisata ada yang bertugas mengamati dan mencatat, mewawancarai
dan mencatat, mengambil foto dan sebagainya.
Dalam pembelajaran kelas rangkap dasar pengelompokan siswa harus divariasi
untuk menghindari kejenuhan, kebosonan, dan untuk menum-buhkan gairah
belajar.
b. Variasi penataan ruang
Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruangan yang lebih
kompleks dari pada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Untuk yang dilaksanakan
dalam dua atau tiga ruangan, penataan ruangan dalam hal ini tempat duduk murid
dapat papan tulis diatur atas dasar kemudahan guru dalam
mengelola secara bergilir kedua atau ketiga ruangan tersebut. Contoh, guru merangkap
kelas I, II, dan III, dengan jumlah murid rata-rata 15 maka dapat digunakan ruang
kelas I, sedang kelas II dan kelas III digabung di ruang kelas I. karena jumlah siswa
sedikit. Tetapi jika jumlah
murid banyak diperlukan dua ruang kelas, sehingga kelas II dan III digabung dalam
satu ruangan atau kelas I dan II dalam satu ruangan.
Sedangkan penataan ruang untuk pengelolaan PKR dalam satu ruangan selain
pertimbangan kemudahan penanganan dua atau tiga rombongan belajar juga
pertimbangan pengaturan iklim kelas dan mekanisme interaksi guru-siswa, serta
peluang saling menggangu.Dalam penataan ruang bisa divariasi model pengelolaan
PKR 221, 222, dan 333.
c. Variasi sumber belajar
Sesuai dengan prinsip khusus PKR yang antara lain menekankan pada perlunya
pemanfaatan sumber belajar secara optimal, maka sudah seharusnya disadari perlunya
memahami, dan memanfaatkan lingkungan belajar secara optimal. Sumber belajar
mencakup segala sesuatu seperti manusia, benda, alam sekitar, masyarakat,
kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi kepada siswa
dalam belajar.Berbagai sumber belajar tersebut sebaiknya digunakan secara bervariasi
dalam pembelajaran kelas rangkap, sehingga tetap terjaga kegairahan dan motivasi
belajar siswa.
d. Variasi model implementasi
Model 1. Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal untuk memberikan informasi
dasar, penjelasan tentang tugas yang akan dikerjakan, serta hal-hal lain yang dianggap
perlu. Dalam model 1 ini, setelah pertemuan kelas, murid diberikan kesempatan untuk
memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja secara perorangan.
Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri dengan pertemuan kelas
kembali untuk melaporkan segala sesuatu yang telah dilakukan.
Model 2. Pertemuan diawali dengan pengarahan atau penjelasan secara klasikal
tentang materi, tugas, serta cara yang digunakan. Setelah itu langsung bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang diakhiri dengan laporan kelompok.
Model 3.Pertemuan diawali dengan penjelasan secara klasikal.Setelah itu murid
langsung bekerja secara perorangan dan kemudian bergabung dalam kelompok-
kelompok kecil untuk mengolah hasil yang dicapai dan diakhiri dengan laporan
kelompok.
Model 4. Pertemuan diawali dengan penjelasan klasikal tentang kegiatan atau tugas
yang akan dilaksnakan. Setelah itu langsung bekerja secara perorangan.
Dari gambaran pengajaran kelompok kecil dan perseorangan yang telah Anda baca di
atas, Anda tentu sudah dapat menggambarkan pelaksanaanya.Namun, perlu Anda
ingat bahwa ilustrasi di atas hanya merupakan salah satu bentuk pengorganisasian.
Masih ada bentuk pengorganisasian lain yang dapat Anda terapkan. Cobalah kaji
dengan cermat contoh-contoh berikut ini.Pada akhir pengkajian setiap contoh, cobalah
bayangkan apakah contoh tersebut mungkin Anda terapkan.
KEGIATAN BELAJAR 2
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
KEGIATAN BELAJAR 3
Penerapan keterampilan belajar kelompok kecil dan perseorangan
dalam pembelajaran kelas rangkap
A. Contoh penerapan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan dalam PKR
Penerapan keterampilan kelompok kecil dan pereorangan yang dilakukan dengan benar,
akan dapat mewujudkan prinsip-prinsip PKR, yang merupakan salah satuacuan dalam
menganalisis contoh PKR, baik contoh yang berupa deskripsi tercetak, maupun contoh
dalam tayangan video.
B. Mengidentifikasikan kemunculan komponen-komponen keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perseorangan
Identifikasi keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan dari sebuah contoh
PKR harus dilndasi penguasaan yang mantap dengan deskripsi komponen/subkomponen
keterampilan. Berdasarkan contoh tabel 6.2, anda diharapkan dapat memperbaiki hasil
identifikasi yang telah anda lakukan kalau ternyata ada yangkeliru.
1. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi yang muncuk dalam contoh
PKR, antara lain (a) Menunjukkan kehangatan dan kepekaan, (b) mengendalikan
situasi anak-anak kelihatan gembira dan bersemangat managgapi laporan.
2. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan semuanya muncul dalam episode PKR
yang telah dicontohkan. Keterampilan tersebut adalah (a) memberi orientasi umum
pada awal kegiatan dan ketika kelas akan bekerja kelompok, (b) memvariasikan (ada
kegiatan observasi, menulis laporan, membaca dan sebagainya, (c) membentuk
kelompok, (d) mengorganisasikan kegiatan, (e) membagi perhatian, (f) mengakhiri
kegiatan dengan kulminasi.
3. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar yang muncul dalam episode
PKR diatas adalah (a) melakukan supervisi proses awal, (b) supervisi pemaduan.
4. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran keterampilan ini
sebenarnya merupakan bagian terbesar dari keterampilan yang ditunjukan contoh
diatas ketika secara mendadakharus merencanakan pembelajaran untuk dua kelas
dalam waktu yang bersamaan.
C. Analis kekuatan dan kelemahan contoh PKR
Setelah mengidentifikasi subkomponen yang muncul dalam contoh PKR yang diberikan,
kini tiba saatnya mengnalisis kekuatan dan kelemahan contoh PKR yang ditampilkan.
Untuk melakukan analisis ini, aspek yang kita jadikan pegangan adalah prinsip-prinsip
PKR berikut;
1. Keserempakan berlangsungnya pembelajaran. Prinsip ini mempersyaratkan bahwa
kegiatan pembelajaran dikelas-kelas yang dirangkap berlangsung serempak. Artinya, tidak
ada kelas yang menunggu atau menggangur karena guru belum datang kekelas yang
tersebut.
2. Kadar tinggi waktu keaktifan akademik (WKA). Selama berlangsungnya PKR, semua
siswa harus aktif menghayati pengalaman belajar yang bermakna, denga melakukan
berbagai kegiatan, baik yang berkaitan dengan tuntutan kurikulum maupun yang berkaitan
dengan tujuan-tujuan jangka panjang.
3. Kontak psiko-logis guru-murid secara berkelanjutan. Guru harus berusaha agar siswa
mendapat perhatian dari guru meskipun guru tidak berada didekatnya.
4. Pemanfaatan sumber secara efisien. Untuk memungkinkan kadar WKA tinggi, guru
harus mampu memanfaatkan sumber yang ada disekitar sekolah, baik itu berupa orang
(guru, siswa), buku, lingkungan dan lain sebagainya.
Berdasarkan keempat prinsip tersebut, kita dapat melakukan analisis apakah contoh PKR
yang diterapkan oleh pak Guru dengan menampilkan keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perseorangan cukup efektif. Dengan perkataan lain, kita dapat menganalisis
kekuatan dan kelemahannya. Mari kita lakukan analisis tersebut;
1. Pertama, mari kita analisis, apakah contoh PKR yang dilakukan oleh Pak Guntara
memperlihatkan terjadinya kegiatan pembelajaran yang serempak. Peta kegiatan
dalam tabel 6.2menunjukkan bahwa pembelajaran memang direncanakan terjadi
serempak.
2. Dari segi waktu keaktifan akademik (WKA) deskripsi contoh PKR juga
menunjukkan WKA yang berkadar tinggi.Tidak ada laporan tentang anak-anak
yang menggangur atau menungguh perintah guru. Semua tergambar secara mulus.
3. Dari segi kontak psikologis antara guru dan siswa, deskripsi contoh PKR
menunjukkan, anak-anak mengerjakan tugasnya secara bersungguh-sungguh,
Guru menemani anak-anak secara bergantian.
4. Dari segi pemanfaatan sumber belajar secara efektif, hasil analisis menunjukkan,
guru memanffaatkan halaman sekolah sebagai sumber belajar, meminta anak yang
bisa bekerja cepat membantu kelompok jika sudah menyelesaikan tugasnya.
Dari analisis diatas, secara umum, tampaknya keempat prinsip PKR sudah dipenuhi
sehingga dapat dikatakan contoh PKR ini mempunyai kekuatan dalam mewujudkan PKR
yang memenuhi prinsip-prinsip tersebut. Kekuatan dan kelemahan contoh PKR dapat
dianalisis dengan mengacu kepada prinsip-prinsip PKR, kemunculan keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perseorangan dalam mewujudkan prinsip-prinsip tersebut,
serta kriteria yang efektif. Penerapan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perseorangan dalam PKR hanya akan berhasil, jika guru menguasai dengan benar
keterampilan tersebut serta menguasai prinsip-prinsip PKR. Latihan yang bertahap dan
sistematis akan memungkinkan guru mampu menerapkannya secara benar dan efektif.