Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN DALAM


PKR”

MK : PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

DOSEN : Dr. Widdy H. F. Rorimpandey S.TP., M.PD

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

Yacinta Kilare 19105147


Febri Yanti Mansauda 19105285
Dinda Amalia Putri 19105165
Nahria N.R. Makahenggeng 19105148
Pricilia Wowor 19105173
Jesica Soleman 19105046

KELAS 5 D

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PRODI PGSD

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan atas tersusunnya Makalah “Keterampilan Mengajar Kelompok
Kecil Dan Perorangan Dalam Pembelajaran Kelas Rangkap” Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap di Fakultas Ilmu Pendidikan Prodi
PGSD Unima. Kami sadar bahwa makalah kami ini kurang sempurna .Oleh karena itu, kami
sangat menghargai tegur sapa yang membangun demi semakin berkualitasnya makalah kami ini.
Demikianlah besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa.
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya. Untuk semuanya itu, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Tomohon, 19 Oktober 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................…………..
DAFTAR ISI...................................................................................................................…………..
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………
A. Latar Belakang....................................................................................................………..…
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….................
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................……….....
BAB 11 PEMBAHASAN…………………………………………………………….……………
A. Hakekat Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan……………….
B. Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan……………
C. Keterampilan Mengorganisasikan Kegiatan………………………………………….
D. Keterampilan Membimbing dan Memudahkan Belajar………………………………
E. Keterampilan Merencanakan dan Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar……….

BAB 111 PENUTUP…………………………………………………………….………………


A. Kesimpulan………………………………………………………………….…..............
B. Saran……………………………………………………………………………………….
.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Murid selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Sebagai
individu murid dapat belajar secara mandiri. Namun karena murid SD masih dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan serta masih dalam taraf berpikir konkrit
(operasional konkrit) menurut Jean Peaget, maka perlu bantuan atau bimbingan guru.
Demikian pula guru dalam memberikan bimbingan belajar mengupayakanadanya media
atau alat peraga agar mudah dipahami siswa baik dalam mengajar perorangan maupun
kelompok kecil.
Sebagai makhluk sosial, murid akan bertumbuh dan berkembang dengan baik dalam
belajarnya jika berada dalam suatu kelompok. Kelompok belajar yang efektif dan efisien
adalah kelompok belajar dalam jumlah kecil. Kelompok kecil memungkinkan semua
anggotanya terlibat secara aktif dalam belajar, dibawah bimbingan guru. Demikian guru
juga dengan mudah dapat mengarahkan atau memberikan pelayanan dengan baik
terhadap kelompok. Untuk itu seorang guru dituntut memiliki keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan.
B. Rumusan masalah

1. Apa Hakekat Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan ?


2. Bagaimana Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan ?
3. Apa Saja Keterampilan Mengorganisasikan Kegiatan ?
4. Apa Saja Keterampilan Membimbing dan Memudahkan Belajar ?
5. Apa Saja Keterampilan Merencanakan dan Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Hakekat Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.


2. Untuk Mengetahui Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
3. Untuk Mengetahui Keterampilan Mengorganisasikan Kegiatan.
4. Untuk Mengetahui Keterampilan Membimbing dan Memudahkan Belajar.
5. Untuk Mengetahui Keterampilan Merencanakan dan Melaksanakan Kegiatan Belajar
Mengajar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

1. Pengertian
Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru membimbing
murid dalam belajar secara kelompok dengan jumlah berkisar antara 3 hingga 5 orang
atau paling banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan keterampilan dalam
pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru dalam
membimbing murid dalam belajar secara individual terutama bagi siswa yang mengalmi
kesulitan belajar atau bermasalah.
Dalam belajar secara individual guru bersama murid menentukan tujuan, bahan
ajar, prosedur dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan memperhatikan
tuntutan-tuntutan atau perbedaan-perbedaan individual murid. Seorang guru sekolah
dasar harus memiliki keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ini tidak
lain dimaksudkan guna memenuhi kebutuhan belajar murid itu sendiri.
Ciri-ciri khas setiap anak itu berbeda satu sama lain, baik sebagai perseorangan
ataupun hidup dalam kelom-poknya. Guru sewajarnya bertindak adil dalam memberikan
pelayanan pendidikannya, bukan sekedar menyamaratakan (bersifat klasikal) tetapi juga
harus memiliki alternatif lain di dalam upaya memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
individual murid. Selain berbeda secara individual, juga ada sebagian kecil yang
memiliki karakteristik sama. Oleh karena itu belajar bersama dalam kelompok kecil di
bawah bimbingan guru juga lebih efektif.
Hakekat keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah
terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan murid dan juga murid dengan
murid. Dalam keterampilan mengajar ini, murid belajar sesuai dengan kecepatan dan
kemampuan masing-masing. Selain itu murid juga mendapat bantuan dari guru
sesuai dengan kebutuhannya, dan murid dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar
mengajar.
Peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai
organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi (nara sumber) bagi murid,
motivator bagi murid untuk belajar, penyedia materi dan kesempatan belajar (fasilitator)
bagi murid, pembimbing kegiatan belajar murid, dan sebagai peserta kegiatan belajar.
2. Rasional
Tugas guru sekolah dasar sangat berbeda dengan tugas guru sekolah lanjutan.
Guru sekolah dasar sebagai guru kelas memiliki tanggung jawab terhadap pengelolaan
suatu kelas secara penuh, dalam arti dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran. Seorang
guru SD memegang suatu kelas tertentu dalam kurun waktu tertentu maupun dalam
jangka waktu lama. Sementara jumlah guru SD biasanya sama dengan jumlah kelas
yang ada di SD tersebut. Bahkan banyak yang lebih sedikit dibandingkan jumlah kelas
yang ada. Meskipun jumlah guru sama banyak dengan jumlah kelas yang ada, namun
sering menghadapi permasalahan ketiadaan atau kekurangan guru pada waktu-waktu
tertentu. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan, sebagai bekal melaksanakan pembelajaran kelas rangkap.
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru
dan murid maupun antara murid dengan murid. Kadang-kadang murid lebih mudah
belajar dari teman sendiri, ada pula murid yang lebih mudah belajar karena harus
mengajari atau melatih teman sendiri. Dalam hal ini pengajaran kelompok kecil dapat
memenuhi kebutuhan tersebut. Pengajaran ini memungkinkan murid belajar lebih aktif,
memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembangnya daya kreatif dan
sifat kepemimpinan pada murid, serta dapat memenuhi kebutuhan murid secara optimal.
Kombinasi pengajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kan peluang
yang besar bagi tercapainya tujuan pengajaran. Dengan demikian, penguasaan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan satu kebutuhan
yang esensial bagi setiap calon guru dan guru profesional. Adapun alasan-alasan perlu
dikuasai guru keterampilan menga-jar kelompok kecil dan perorangan sebagai berikut :
a. Pada dasarnya murid mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda.
Dalam pengajaran klasikal, guru memperlakukan murid dengan cara yang sama,
sehingga perbedaan kemampuan dan cara bela-jar murid hampir tak pernah
mendapat perhatian. Pembelajaran secara klasikal memang perlu dilakukan agar
murid menyadari bahwa tidak semua kebutuhannya dapat dipenuhi. Namun
haruslah dicari alternatif atau cara lain agar murid juga dapat belajar sesuai dengan
kemampuan dan cara yang dipilihnya. Pembelajaran kelompok kecil dan per-
orangan dapat memenuhi keperluan tersebut.
b. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan terjadinya hubungan
antarpribadi yang lebih akrab dan sehat antar guru dengan murid dan murid dengan
murid. Guru dapat memberikan perhatian lebih banyak pada murid yang
memerlukannya dan bahkan dapat membuat murid lebih percaya diri.
c. Kadang-kadang murid dapat lebih mudah belajar dengan cara mengajar temannya
atau dengan cara belajar bersama teman seperti mengerjakan tugas bersama dan
bertukar pendapat. Pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan
terjadinya hal ini.
d. Kegiatan kelompok kecil memungkinkan murid terlibat lebih aktif dalam belajar,
sehingga tanggung jawab murid dalam belajar juga menjadi lebih besar. Bekerja di
dalam kelompok memungkinkan mu-rid untuk membangun kebiasaan bekerja sama,
tenggang rasa dan saling menghargai. Selain itu, sifat kepemimpinan dapat
berkembang karena bekerja dalam kelompok memerlukan seorang pemimpin
kelompok.
e. Sejalan dengan kegiatan kelompok kecil, kegiatan individual atau perorangan
juga mempunyai berbagai kekuatan. Dengan belajar sendiri, murid akan
mempunyai tanggung jawab belajar yang lebih besar, di samping dapat belajar
sesuai dengan kebutuhannya sendiri. Misalnya, jika murid sudah mampu
memecahkan soal-soal berhitung yang diberikan guru, ia dapat langsung
mengerjakan tugas lain seperti membantu temannya, memecahkan soal yang lebih
sukar, atau belajar di perpustakaan.
Pembelajaran kelompok kecil dan perorangan akan membuahkan hasil dalam
bentuk berbagai sikap dan nilai serta terpenuhi kebutuhan belajar murid. Keberhasilan
murid dalam belajar mencerminkan keberha-silan guru dalam mengajar.
Penguasaan guru yang mantap dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan
tentu akan memberikan nilai tambah. Seorang guru yang mengajar kelas rangkap akan
lebih sering memerlukan bentuk pembelajaran kelompok kecil dan perorangan karena
ia harus menangani lebih dari satu kelas. Guru tidak mungkin menerapkan
pembelajaran klasikal secara terus menerus sebagaimana yang mungkin dilakukan oleh
guru yang hanya mengajar satu kelas. Oleh karena itu, seorang guru yang merangkap
kelas seyogyanya menguasai keterampilan mengajar kelompok kecil dan per-orangan,
sehingga waktu kegiatan akademik dapat ditingkatkan.
Penting kemampuan mengajar kelompok kecil dan perorangan bagi guru adalah
hakekat dan prinsip pembelajran kelas rangkap, yaitu keserempakan kegiatan belajar
mengajar, kadar tinggi waktu kegiatan akademik, kontak psikologis gurusiswa secara
berkelanjutan dan peman-faatan sumber belajar secara efisien. Tampak dapat
diwujudkan melalui penguasaan yang mantap terhadap keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan. Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan,
guru dituntut terampil mengelola secara serempak. Ini berarti, dalam waktu yang sama
guru dituntut untuk mengelola lebih dari satu kelompok atau lebih dari satu orang,
bahkan kelompok dan perorangan sekaligus. Keserem-pakan belajar mengajar
merupakan salah satu ciri khas dari pembelajaran kelompok kecil dan perorangan.
Selain itu kemampuan guru dalam menga-dakan pendekatan secara pribadi,
mendorong dan memudahkan belajar, serta mengorganisasikan kegiatan.
Dengan adanya beberapa alasan tersebut, dapat dipahami bahwa calon guru SD
selain memiliki kemampuan melaksanakan 8 keterampilan-keterampilan mengajar,
yang ditetapkan sebagai kompetensi dasar guru, juga harus memiliki keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan.

3. Variasi Pengorganisasian
Penggunaan variasi pengorganisasian dimaksudkan agar murid terhindar dari
perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi
muncul. Dalam mengorganisasi sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang, dan
menimbulkan rasa kesal pada diri murid. Karena itu variasi pengorganisasian sangat
penting dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas pembelajaran kelas
rangkap.
Variasi pengorganisasian merupakan keterampilan guru di dalam
menggunakan bermacam-macam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar
peserta didik sekaligus mengatasi kebosanan atau kejenuhan dan menimbulkan minat,
gairah, dan aktivitas belajar yang efektif.
Variasi pengorganisasian, mencakup penggunaan pola interaksi multi arah
artinya antara guru dengan murid, murid dengan guru atau murid dengan murid.
Variasi pengorganisasian mencakup pengelompokan siswa, penataan ruang, dan variasi
pemanfaat sumber belajar.
a. Variasi pengelompokan siswa
Dalam pembelajaran kelas rangkap, keaktifan kelompok merupakan salah satu
kunci keberhasilan belajar siswa. Agar guru dapat mengaktif-kan kelompok
sebaiknya guru memahami prinsip-prinsip dasar pembela-jaran kelas rangkap.
Oleh karena itu apabila guru ingin mengaktifkan kelompok sebaiknya guru
mengadakan persiapan yang cukup matang. Guru hendaknya terlebih dahulu
memahami secara mendalam tujuan yang akan dicapai dan topik yang akan
dipelajari siswa. Dengan demikian guru akan dapat menentukan langkahlangkah
yang harus ditempuh siswa, merumuskan masalah yang menjadi pusat perhatian
diskusi, membimbing diskusi kelompok, dan mengadakan variasi dalam pola
interaksi dan kegiatan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap pengelompokkan siswa
merupakan suatu keharusan guna menjamin proses belajar siswa agar tetap efektif.
Mengenai pengelompokkan belajar siswa ini terdapat beberapa variasi yang dapat
dipilih sesuai kebutuhan (UNESCO: 1988), yaitu pengelompokan siswa atas dasar
rombongan belajar, kesamaan kemampuan, kemampuan campuran, kesamaan usia,
kompatibilitas siswa, dan sesuai kebutuhan pembelajaran. Masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Pengelompokan murid berdasarkan rombongan belajar
Dalam hal ini pembagian kelompok berdasarkan kelasnya. Hal ini
dilakukan jika dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap menggunakan
model pengelolaan PKR 111, PKR 211, PKR 221, dan PKR 311 yaitu bentuk
pelaksanaan PKR dalam satu ruangan. Misalnya kelas III, kelas IV, dan kelas V
di dalam satu ruangan. Ini berarti dalam satu ruangan ada tiga
kelompok/rombongan siswa sesuai kelasnya. Jadi pengelompok tersebut
bertolak pada status administrasi siswa, dan pengelompokkan lebih bersifat
formal. Pengelompokkan seperti ini memudahkan guru dalam pencatatan
kehadiran, penilaian, dan pengaturan tugas, sehingga memudahkan dalam
mengadminis-trasikan. Ditinjau dari perlakuan proses pembelajaran cara
tersebut tidak memberi ruang bagi pemanfaatan kemampuan siswa secara
silang atau lintas kelas. Selain itu bisa juga terjadi kesukaran memba-ngun
kebersamaan dalam belajar manakala pada suatu ketika ada kelas yang
siswanya hanya beberapa orang sedang kelas lain siswanya cukup banyak.
2) Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan kemampuan
Kemampuan siswa berbeda satu sama lain. Dari sekian banyak siswa
tentu ada yang kemampuannya kurang lebih sama. Data kemampuan siswa
dapat diperoleh dari hasil tes kemampuan atau catatatan prestasi belajar
sebelumnya. Berangkat dari hasil tes tersebut murid dikelompokkan ke dalam
murid kelompot di atas rata-rata, kelompok rata-rata, dan kelompok di bawah
rata-rata. Untuk melaksa-nakan pengelompokkan tersebut bisa diberikan tes
kemampuan umum (TKU) atau yang sejenisnya sejak siswa memasuki SD atau
setiap awal tahun.
Dapat pula semata-mata didasarkan hasil atau prestasi belajar yang
tercantum pada buku rapor. Bahan belajar yang diberikan bukan dikemas
berdasarkan kelas tetapi atas dasar kemampuan itu sesuai dengan prinsip
belajar tuntas atau “mastery learning”.
3) Pengelompokan murid berdasarkan kemampuan campuran
Di kelas sering kita jumpai murid yang memiliki kesamaan bakat dan
keterampilan dalam berbagai bidang yang diperlukan untuk menangani suatu
suatu proyek belajar. Misalnya “pembuatan peta”, “memasak suatu jenis
makanan dengan menu tertentu”, dan melakukan suatu percobaan. Diperlukan
sejumlah siswa dengan berbagai kemampuan, bakat, dan minat, dalam setiap
kelompoknya. Agar proyek belajar itu benar-benar dapat ditangani secara
bersama-sama dengan pembatasan tugas sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya. Kelompok ini memanfaatkan perbedaan untuk mencapai suatu tujuan
bersama.
Pengelompokkan ini lebih bersifat sementara, sesuai kebutuhan dan tujuan
pembelajaran. Dalam kelompok ini murid yang menonjol pada mata suatu
pelajaran dapat membantu murid lain yang kemampuannya kurang atau rendah.
4) Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan usia
Murid yang seusianya biasanya memiliki kemampuan dan kecapatan
belajar yang hampir sama. Murid suatu kelas dapat dipecah ke dalam kelompok
murid berdasarkan persamaan usia. Pengorganisasian murid SD khususnya
dalam pengelompokkan murid dapat dipakai untuk sementara waktu sesuai
kebutuhan dan sasaran pembelajaran. Misal siswa kelas III dan IV dalam suatu
ruangan usianya ada yang sama, meskipun jenjang kelas berbeda.
5) Pengelompokkan berdasarkan kompatibilitas murid
Setiap murid memiliki hubungan pertemanan yang didasarkan pad rasa
saling menyukai atau rasa persahabatan. Dasar pertemanan biasanya karena
tempat tinggal berdekatan, duduk di kelas selalu bersama, sering mengerjakan
tugas atau belajar bersama, dan karena memiliki kegiatan yang sama di luar
sekolah. Terbentuk kelompok seperti ini bersifat alami. Pengelompokkan ini
didasarkan adanya kebutuhan pembelajaran, yaitu karena adanya tugas
berkaitan dengan kedekatan tempat tinggal. Contoh membuat denah kampung,
desa, atau komplek perumahan.
6) Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan pembelajaran
Dalam pembelajaran telah dirumuskan tujuannya oleh guru. Terca-painya
tujuan itu perlu dukungan dengan pengelompokkan murid sesuai kebutuhannya.
Contoh konkrit yaitu; dalam simulasi atau bermain peran atau permainan,
murid dikelompokkan sesuai dengan tugas dan atau peran yang harus dilakukan
pada saat siswa itu. Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan dapat pula
dilakukan pada kegiatan karyawisata murid. Dalam karyawisata ada yang
bertugas mengamati dan mencatat, mewawancarai dan mencatat, mengambil
foto dan sebagainya.
Dalam pembelajaran kelas rangkap dasar pengelompokan siswa harus
divariasi untuk menghindari kejenuhan, kebosonan, dan untuk menumbuhkan
gairah belajar.
b. Variasi penataan ruang
Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruangan yang lebih
kompleks dari pada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Untuk yang dilaksanakan
dalam dua atau tiga ruangan, penataan ruangan dalam hal ini tempat duduk murid
dapat papan tulis diatur atas dasar kemudahan guru dalam mengelola secara bergilir
kedua atau ketiga ruangan tersebut. Contoh, guru merangkap kelas I, II, dan III,
dengan jumlah murid rata-rata 15 maka dapat digunakan ruang kelas I, sedang
kelas II dan kelas III digabung di ruang kelas I. karena jumlah siswa sedikit. Tetapi
jika jumlah murid banyak diperlukan dua ruang kelas, sehingga kelas II dan III
digabung dalam stu ruangan atau kelas I dan II dalam satu ruangan.
Sedangkan penataan ruang untuk pengelolaan PKR dalam satu ruangan selain
pertimbangan kemudahan penanganan dua atau tiga rombongan belajar juga
pertimbangan pengaturan iklim kelas dan mekanisme interaksi guru-siswa, serta
peluang saling menggangu. Dalam penataan ruang bisa divariasi model pengelolaan
PKR 221, 222, dan 333.
c. Variasi sumber belajar
Sesuai dengan prinsip khusus PKR yang antara lain menekankan pada
perlunya pemanfaatan sumber belajar secara optimal, maka sudah seharusnya
disadari perlunya memahami, dan memanfaatkan lingkungan belajar secara
optimal. Sumber belajar mencakup segala sesuatu seperti manusia, benda, alam
sekitar, masyarakat, kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi
memberi informasi kepada siswa dalam belajar. Berbagai sumber belajar tersebut
sebaiknya digunakan secara bervariasi dalam pembelajaran kelas rangkap, sehingga
tetap terjaga kegairahan dan motivasi belajar siswa. Contoh, seorang guru mengajar
dengan merangkap tiga kelas yaitu kelas IV, V, dan VI maka siswa kelas IV bisa
diberi tugas dimana jawaban dapat diperoleh dari sebuah buku di Perpustakaan.
Siswa Kelas V diberi tugas dengan mencari jawaban di alam sekitar misal dikebun
sekolah/halaman sekolah, kelas enam diberi tugas yang jawabannya diperoleh dari
sumber masyarakat.
d. Variasi model implementasi
Model 1. Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal untuk memberikan
informasi dasar, penjelasan tentang tugas yang akan dikerjakan, serta hal-hal lain
yang dianggap perlu. Dalam model 1 ini, setelah pertemuan kelas, murid diberikan
kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja
secara perorangan. Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri
dengan pertemuan kelas kembali untuk melaporkan segala sesuatu yang telah
dilakukan.
Model 2. Pertemuan diawali dengan pengarahan atau penjelasan secara
klasikal tentang materi, tugas, serta cara yang digunakan. Setelah itu langsung
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang diakhiri dengan laporan kelompok.
Model 3. Pertemuan diawali dengan penjelasan secara klasikal. Setelah itu
murid langsung bekerja secara perorangan dan kemudian bergabung dalam
kelompok-kelompok kecil untuk mengolah hasil yang dicapai dan diakhiri dengan
laporan kelompok.
Model 4. Pertemuan diawali dengan penjelasan klasikal tentang kegiatan atau
tugas yang akan dilaksnakan. Setelah itu langsung bekerja secara perorangan.

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan harus memperhatikan halhal
sebagai berikut :
a. Pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individual
Murid SD secara undividual berbeda dalam banyak hal. Perbedaan tersebut
antara lain: berbeda dalam kemampuan berpikir, kharakteristik, berbeda secara
emosional, berbeda daya tangkapnya, bakat, maupun minatnya. Perbedaan tersebut
perlu mendapat perhatian serius dalam pembelajaran kelas rangkap. Layanan
bimbingan secara individual sangat membantu murid untuk dapat berkembang dan
mencapai prestasi belajar secara optimal. Misalnya ada murid yang cepat dan
mudah mengerti apa yang disajikan guru, ada pula yang sedang-sedang, dan ada
pula yang agak lambat dalam menangkap materi pelajaran. Guru yang baik akan
memberikan layanan secara khusus kepada murid yang agak lambat menangkap
materi pelajaran. Demikian dalam menghadapi perbedaan individual dapat
dilakukan melalui pembelajaran kelompok kecil. Misalnya siswa yang
berkembampuan kurang dijadikan satu kelompok, atau siswa yang tampak agresip
jadi satu kelompok, kemudian
diberikan layanan bimbinga belajar secara khusus. Cara ini juga membantu
meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui belajar kelompok.
b. Memperhatikan dan melayani kebutuhan murid
Dalam pembelajaran kelas rangkap perlu memperhatikan dan melayani
kebutuhan murid. Murid berasal dari latar belakang keluarga yang tidak sama, serta
lingkungan kehidupan yang tidak sama pula sehingga memiliki pengalaman hidup
berbeda satu sama lain. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan kebutuhan siswa.
Guru dalam memberikan perhatian dan melayani murid tidak di sama ratakan. Jika
disama ratakan akan terjadi kesenjangan pemenuhan kebutuhan murid. Seyogyanya
guru memberikan layanan atau bimbingan belajar kepada murid sesuai dengan
perbedaan keperluan yang dimilikinya. Contoh, jika dijumpai murid yang
berkemampuan rendah maka perlu bimbingan secara perorangan dan tugas
disesuaikan dengan kemampuan. Jika ada murid yang tidak memiliki buku cetak
karena tidak mampu beli sedang yang lain memiliki, maka dapat dipinjami buku
milik sekolah, atau teman lain diminta untuk bersedia bersama-sama.
c. Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif
Pembelajaran kelas rangkap dilakukan dengan tujuan agar pada diri murid
terjadi proses belajar secara aktif dan efektif. Hal ini yang diutamakan dalam
pembelajaran, bukan bagaimana guru mengajar, tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana guru mengajar agar murid melakukan tindak belajar secara aktif dan
efektif. Kalau hanya sekedar mengajar tanpa memperhatikan bagaimana terjadi
pembelajaran pada diri murid, dapat dilakukan oleh semua orang tanpa
mempersyaratkan pendidikan formal khususnya pendidikan calon guru sekolah
dasar. Untuk mengaktifkan dan mengektifkan murid belajar dalam proses belajar
mengajar, guru juga harus berusaha secara aktif memberikan bimbingan belajar.
Tidak seperti yang dikonotasikan murid aktif guru pasif atau yang penting murid
aktif sendiri sedang aktivitas guru tidak dipersoalkan. Contoh, saat guru memberi
tugas, atau diskusi kelompok, guru harus selalu berada ditengah kelompok untuk
memberikan bimbingan atau bantuan kepada murid dan memperhatiikan kelompok
atau murid yang mengalami kesulitan mengerjakan tugas.
d. Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid
Sangat penting bagi seorang guru memperhatikan tumbuhkembangnya
kemampuan murid secara optimal. Tugas guru sebagai pendidik di sekolah pada
dasar adalah membantu tumbuh-kembangnya murid secara optimal seluruh aspek
perkembangan, yaitu baik aspek intelektual, aspek emosional, aspek moral, aspek
bahasa, aspek sosial, maupun aspek fisik. Semua aspek tersebut tumbuh-
kembangnya menjadi tanggung jawab buru di sekolah. Meskipun sering tampak
guru lebih menekankan pada perkembangan aspek intelektual, namun secara tidak
langsung, disadari atau tidak disadari guru telah membantu tumbuhkembang murid
secara terpadu selama murid berada di sekolah. Misalnya aspek moral, emosional,
sosial, dapat dilakukan melalui contoh teladan, cara atau pola asuh guru terhadap
murid, tutur kata. Sedang
aspek bahasa peran guru jelas sekali dalam proses belajar mengajar, yaitu
penggunaan bahasa sesuai tingkat perkembangan murid maupun penggunaan
bahasa yang baik dan benar. Tumbuh-kembang aspek fisik terutama dilakukan oleh
guru pendidikan jasmani maupun oleh guru kelas melalui kegiatan- kegiatan lain
seperti senam pagi, berbaris, kegiatan hari-hari besar dan sebagainya.
Contoh, di sekolah sebelum jam pelajaran di mulai dilakukan senam
pagi setiap hari, kecuali hari senin/upacara. Sekolah mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler dalam bentuk kegiatan Olah raga. Kemudian setiap siswa
diharuskan mengikuti salah satu jenis oleh raga, yang diberikan pada sore hari
(kegiatan ekstrakurikuler).
e. Pergeseran dari pengajaran klasikal ke pengajaran kelompok kecil dan
perorangan.
Bagi guru yang sudah biasa dengan pengajaran klasikal, sebaiknya dimulai
dengan pengajaran kelompok, kemudian secara bertahap menga-ah kepada
pengajaran perorangan. Sedangkan bagi calon guru sebaiknya dimulai dengan
pengajaran perorangan, kemudian secara bertahap kepada pengajaran kelompok
kecil. Tidak semua topik atau pokok bahasan dapat dipelajari secara efektif dalam
kelompok kecil maupun perorangan. Hal-hal yang bersifat umum seperti
pengarahan informasi umum sebaiknya diberikan dalam bentuk kelas besar.
Contoh, jika murid diminta untuk membuktikan bahwa titik didih air 100 oC
melalui eksperimen maka sebaiknya dilakukan pembelajaran kelompok kecil atau
perorangan, tetapi jika murid diminta untuk memahami sebuah konsep, prinsip,
atau teori tentang tata surya maka akan efektif jika pembelajaran dilakukan secara
klasikal.
f. Langkah pengajaran kelompok kecil dan perorangan
Dalam pengajaran kelompok kecil, langkah pertama adalah mengorganisasi siswa,
sumber, materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan, dan diakhiri dengan
kegiatan kulminasi yang dapat berupa rangkuman, pemantapan, atau laporan.
Dalam pengajaran perorangan guru harus mengenal murid secara pribadi sehingga
kondisi belajar dapat diatur.
Kegiatan dalam pengajaran perorangan dapat dilakukan melalui paket belajar
atau bahan yang telah disiapkan oleh guru. Contoh, murid yang mengalami
kesulitan soal matematika, perlu diberika bimbingan belajar secara perorangan.
Sedang siswa yang tidak mengalami kesulitan diminta mengerjakan sendiri atau
diperbolehkan bertanya pada teman.
g. Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasiannya
Variasi pengorganisasian mencacup variasi pengelompokan, variasi
penataan ruang, dan variasi sumber belajar. Ketiga variasi pengorganisa-sian
tersebut perlu dilakukan dan pembelajaran kelas rangkap. Mengingat guru tidak
dapat perperan dan mengontrol secara terus menerus terhadap semua kelompok
belajar. Kebosanan dan kejenuhan akan muncul jika tanpa variasi
pengorganisasian. Hal tersebut dapat menimbulkan kendurnya atau menurunnya
kegairahan dan semangat belajar, sehinga kelompok belajar tidak
aktif dan efektuf dalam pembelajaran kelas rangkap. Untuk mencegah kebosanan
dapat dilakukan pengorganisasian kelas secara bervariasi.
Contoh, siswa tidak selalu dalam kelompok yang sama, tetapi sekali-kali
diminta untuk memilih teman yang disukai untuk berada dalam kelompoknya.
Dapat pula murid ditawarkan untuk memilih beberapa sumber belajar yang berbeda
saat pembelajaran.

B. Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan


1. Keterampilan Mengadakan Pendekatan Secara Pribadi
Ciptakan keakraban dan kedekatan antara guru dengan murid dan tumbuhkan
hubungan kasih sayang dan persahabatan sehingga murid merasa aman dan nyaman.
Pendekatan pribadi adalah cara guru menyikapi atau menunjukkan perhatian terhadap
murid secara tulus dan jujur. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan
mempersyaratkan terjadinya hubungan yang akrab dan sehat antara guru dan murid,
serta antara murid dan murid. Hubungan yang seperti ini hanya mungkin terjadi jika
guru mampu menga-dakan pendekatan secara pribadi. Untuk itu guru perlu
memperhatikan dan melakukan hal-hal sebagai berikut; tunjukkan perhatian yang
hangat, dengarkan pendapat murid, berikan respon yang positif, ciptakan hubungan
saling percaya, tunjukkan kesediaan membantu murid, bersikap terbuka terhadap
perasaan murid, dan kendalikan situasi agar murid merasa aman. Masing-masing dapat
dijelaskan sebagai berikut :
2. Tunjukkan perhatian yang hangat
Perhatian yang hangat, akrap, dan bersahabat menumbuhkan pera-saan, kemauan
dan keinginan belajar tanpa adanya perasaan terpaksa. Murid belajar dengan penuh suka
cita, kegembiraan, dan keriangan, karena merasa mendapat perhatian dari guru. Murid
belajar dengan serius dan berkonsentrasi penuh pada pelajaran, sehingga hasil belajar
yang dicapai juga akan lebih baik. Untuk terjadinya hal tersebut guru dapat
menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan murid baik dalam
kelompok kecil maupun perorangan.
Dengan menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku
murid, sehingga murid selalu merasa bahwa guru selalu berada bersama mereka.
Meskipun guru sedang membantu kelompok lain, namun murid selalu merasa bahwa
guru tahu apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka perbuat. Murid tidak merasa
dimata-matai karena guru selalu menunjukkan kehangatannya. Sebagai guru, cobalah
Anda ingat-ingat apakah Anda sudah mampu menunjukkan kehangatan dan kepekaan.
Misalnya, jika Anda sedang membantu satu kelompok, Anda menoleh kelompok
lain karena kelompok tersebut gelisah atau belum mulai bekerja.
3. Mendengar pendapat murid
Seorang guru yang baik, menghargai pendapat murid, tidak mengabaikan dan
meremehkan. Tetapi setiap apa yang disampaikan atau pendapat murid ditanggapi
dengan sungguh-sungguh. Mendengarkan secara simpatik ide-ide yang dikemukakan
oleh siswa. Kebutuhan murid akan penghargaan akan terpenuhi. Hal ini menumbuhkan
kebutuhan aktualisasi diri murid, sehingga motivasi belajarnya meningkat. Terutama
motivasi intrinsikyang sangat penting dalam proses belajar murid, dan untuk mencapai
keberhasilan belajar.
Mendengarkan secara simpatik pendapat/ide-ide ysng dikemukakan murid. Jika
murid berbicara, guru hendaknya menunjukkan sikap bahwa ia memang mendengarkan
dengan penuh perhatian apa yang dikeukakan oleh murid, memang cukup penting dan
mendapat perhatian dari guru.
4. Berikan respon yang positif
Memberikan respons positif terhadap buah pikiran murid. Respon positif akan
memberikan penguatan bagi murid untuk lebih meningkatkan upayanya dalam
berprestasi dan belajar lebih giat. Murid akan memiliki keberanian berpartisipasi aktif
dan kreatif dalam pembelajaran. Memberikan respon positif terhadap buah pikiran
murid. Guru yang baik akan selalu memberikan respon positif terhadap buah pikiran
murid, betapapun kecilnya buah pikiran. Misalnya, jika murid mengajukan pertanyaan
yang salah atau jawabannya sangat mudah, guru tidak mentertawakannya, tetapi
mendorongnya untuk memperbaiki perta-nyaannya, atau mencari sendiri jawaban
pertanyaan yang mudah tersebut. Cobalah pikirkan, bagaimana cara merespon jika
ketika Anda mengajak mereka berbicara tentang “sikap saling menyayangi dalam
keluarga”, salah seorang murid berkata”, “saya sering mencubit adik karena dia nakal”.
5. Ciptakan hubungan saling percaya
Membangun hubungan saling mempercayai bagi guru sangat penting agar siswa
mau mengungkapkan kesulitan-kesulitan ataupun persoalan yang dihadapi. Dengan
begitu guru dapat membantu mencarikan solu-sinya, dan murid tidak terjebak dalam
permasalahan yang komplek. Sehingga murid dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal, dan dapat mencapai prestasi belajar yang baik.
Kepercayaan adalah sesuatu yang patut dihormati. Kalau kepercayaan ini dirusak,
orang tidak akan pernah lagi percaya kepada kita. Anda barang kali ingat satu
peribahasa yang mengatakan, “Sekali lancung keujian, seumur hidup orang tak
percaya”. Membangun hubungan saling mempercayai antara guru dan murid dapat
dilakukan guru dengan cara verbal seperti : “Ibu percaya Dorkas pasti dapat
menyelesaikan soal itu; dengan cara nonverbal, seperti mendekati dan menepuk
bahunya; dan melakukan kontak langsung dengan murid.
6. Tunjukkan kesediaan membantu murid
Guru harus mampu menunjukkan kesiapan untuk membantu murid, agar murid
merasa tidak ragu-ragu untuk meminta bantuan. Khususnya bantuan layanan kesulitan
belajar. Paling tidak murid mau bertanya jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan
soal ataupun tugas, baik di kelas maupun di luar kelas. Bahkan jika mungkin di rumah.
Menunjukkan kesiapan untuk membantu murid tanpa kecenderungan untuk
mendominasi ataupun mengambil alih tugas murid. Kesiapan ini dapat ditunjukkan
dengan berbagai cara antara lain, mendatangi murid yang kelihatan kebingungan,
menanggapi pertanyaan murid dengan penuh kehangatan, dan menunjukkan atau
memberikan sumber belajar yang diperlukan oleh murid.

7. Bersikap terbuka terhadap perasaan murid


Menerima perasaan murid dengan penuh pengertian dan terbuka. Sikap guru
terhadap murid yang mengungkapkan perasaannya hendaknya diterima dengan hati
yang lapang, dan mencoba memahami ungkapan perasaan murid tersebut. Sikap ini
menumbuhkan rasa percaya murid terhadap guru. Dengan demikian murid beranggapan
bahwa guru sebagai teman sejati dan sahabat yang bisa diajak berbagi perasaan.
Menerima perasaan murid dengan penuh keterbukaan dan penger-tian. Memahami
perasaan murid merupakan pekerjaan yang memerlukan usaha dan ketulusan dari guru.
Jika guru mampu merasakan apa yang dirasakan oleh murid dan kemudian berusaha
merespon secara tulus, guru telah berhasil menciptakan hubungan yang akrab dan sehat.
Misalnya ketika murid merasa gelisah karena lupa membawa pekerjaan rumah,
kemudian dengan gemetar menyampaikannya kepada guru, guru hendak-nya dapat
memahami perasaan murid tersebut dan kemudian memberikan respon yang tepat. Coba
Anda pikirkan, bagaimana cara Anda merespon kepada murid yang mengalami masalah
seperti itu.
8. Kendalikan situasi agar murid merasa aman
Selama proses pembelajaran berlangsung guru berusaha sebisanya untuk
mengendalikan situasi sehingga murid merasa aman, penuh pemahaman, dan dapat
memecahkan masalah yang dihadapi. Jika murid merasa aman juga dapat berkonsentrasi
dalam belajar. Sebaliknya murid yang merasa was-was, khawatir, atau takut tidak dapat
belajar dengan baik. Bahkan dalam dirinya tidak terjadi tindak belajar, sekalipun guru
melakukan tindak mengajar.
Berusahalah mengendalikan situasi hingga murid merasa aman, penuh pemahaman,
merasa dibantu, serta merasa menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.
Penciptaan situasi belajar yang aman dan menyenangkan bagi murid sangat tergantung
dari kemampuan guru untuk menerapkan berbagai keterampilan dasar mengajar.
Memberi pe-nguatan secara tepat, menghindari respon negatif, memberi petunjuk yang
jelas, tegas dalam bertindak, merupakan usaha-usaha yang dapat dilaku-kan guru dalam
menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenang-kan.

C. Keterampilan Mengorganisasikan Kegiatan


Keteraturan sangat penting dalam mengajar kelompok kecil, oleh karena itu guru mesti
mengorganisasi kebutuhan-kebutuhan bagi upaya mengajar kelompok. Mengorganisasikan
kegiatan mengandung arti merancang, mengatur, dan mengendalikan kegiatan belajar
pembelajaran yang tepat. Selama kegiatan mengajar kelompok kecil atau perorangan ber-
langsung, guru berperan sebagai organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan dari
awal sampai akhir. Untuk itu guru perlu memperhatikan dan melakukan hal-hal sebagai
berikut :
1. Adakan pengenalan umum mengenai isi dan latar kegiatan belajar yang akan
dilaksanakan. Meliputi pemberian orientasi umum tentang tujuan, tugas, cara kerja,
waktu, tempat kerja, dan sebagainya sebelum kegiatan kelompok atau perorangan di
mulai. Yang perlu Anda ingat, semua petunjuk atau informasi yang perlu diketahui
oleh murid harus diberikan sebelum kegiatan kelompok atau perorangan dimulai.
Demikian pula dalam pembelajaran kelas rangkap. Sebelum Anda meminta murid
bekerja berkelompok atau bekerja sendiri- sendiri, mereka harus sudah tahu apa dan
bagaimana mereka harus mengerjakan tugas tersebut.
2. Gunakan variasi kegiatan sesuai kebutuhan. Memvariasikan kegiatan yang mencakup
penyediaan ruangan, peralatan, dan cara melaksana-kannya. Memvariasi kegiatan ,
misalnya berupa observasi, diskusi hasil observasi, memecahkan masalah, membuat
kerajinan tangan bersama, atau belajar sendiri dari buku. Setiap jenis kegiatan harus
dipersiapkan sumber/sarana yang perlu digunakan, cara kerja, aturan yang perlu diikuti,
tempat kerja, serta alokasi waktu. Setiap kelompok atau individu dapat mengerjakan
tugas yang sama, dapat pula berbeda.
3. Adakan pengelompokan murid yang sesuai dengan tujuan. Pengelompokkan murid
dibentuk secara tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Cobalah
ingat kembali bagaimana cara Anda mengelompokkan murid- murid Anda. Barangkali
Anda mengelompokkannya berdasarkan tempat duduknya, kemampuannya (yang pintar
dengan yang pintar atau dicampur), atau menurut keinginan (minat). Memang,
pengelompok-kan murid dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan keper-
luan. Coba pikirkan, apa keuntungan dan kerugiannya jika murid yang pintar
dikelompokkan bersama murid yang sedang/yang kurang pintar.
4. Koordinasi kegiatan. Jangan lupa mengkoordinasikan aneka kegiatan yang berlangsung.
Agar kegiatan sejak dari awal hingga kegiatan akhir berlansung dengan baik dan lancar,
tanpa suatu kendala yang berarti. Mengkoordinasi kegiatan dengan cara melihat
kemajuan murid dari awal sampai akhir kegiatan. Dengan cara ini, guru akan dapat
memantau apakah tugas dikerjakan dengan benar atau apakah murid memerlukan
bantuan.
5. Berikan perhatian pada berbagai tugas yang diberikan. Guru yang baik juga akan
membagi perhatian kepada berbagai tugas dan kebutuhan murid. Keterampilan ini tentu
erat sekali dengan sikap tanggap dan peka terhadap kebutuhan/kondisi murid, sehingga
murid selalu merasa bahwa guru ada bersama mereka, karena bantuan yang mereka
perlukan selalu diberikan pada saat yang tepat.
6. Usahakan agar pada akhir kegiatan selalu ada penyimpulan. Dalam mengakhiri kegiatan
dengan laporan hasil yang dicapai oleh murid. Sehingga murid memperoleh gambaran
tentang inti pokok materi pela-jaran yang dibahasnya. Mengakhiri kegiatan dengan
suatu kulminasi yang tepat akan memungkinkan murid saling belajar. Memajangkan
hasil karya, menanggapi hasil kerja kelompok, mendemonstrasikan hasil kerja,
merupakan contoh- contoh kegiatan kulminasi yang memungkinkan murid saling
belajar. Cobalah Anda cari kegiatan kulminasi yang lain, yang memungkinkan murid
saling belajar.

D. Keterampilan Membimbing dan Memudahkan Belajar


Bila segalanya telah tertata dengan baik, mulailah mengajar dan jadilah pembimbing
belajar dengan melaksanakan keterampilan-keterampilan yang sesuai untuk membimbing
peserta didik dalam belajar terutama yang berkaitan dengan penanganan kesulitan peserta
didik. Untuk memudahkan peserta didik belajar, pembelajaran dilakukan secara runtun atau
sistematis dan menggunakan variasi metode, media atau alat peraga.
Di dalam belajar murid memerlukan bimbingan dan kemudahan. Bimbingan
berfungsi memberi jalan bagaimana sebaiknya murid mempela-jari sesuatu. Kemudahan
belajar berfungsi memberikan suasana yang mendorong murid untuk meningkatkan
aktivitas belajar. Keterampilan ini memungkinkan guru membantu murid untuk maju tanpa
mengalami frustrasi. Untuk itu guru perlu memperhatikan dan melakukan hal-hal sebagai
berikut :
1. Berikan penguatan terhadap perilaku murid yang baik. Dengan memberi-kan
penguatan mendorong untuk maju atau mencapai hasi belajar yang lebih baik.
Berikanlah penguatan secara tepat, sehingga murid terdorong untuk belajar lebih baik.
Penguatan yang diberikan haruslah bermakna, hangat, tepat sasaran, bervariasi, dan
diberikan segera setelah murid menunjukkan perilaku (jawaban, tugas, dan lain-lain)
yang diharapkan.
2. Melakukan supervisi proses awal dan bersikap tanggap terhadap keadaan murid. Guru
dapat mengembangkan supervisi proses awal, yakni sikap tanggap guru terhadap murid
baik individu maupun kelompok yang memungkinkan guru mengetahui apa-kah segala
sesuatu berjalan lancar sesuai dengan yang dihadapkan. Ketika murid mulai bekerja
dalam kelompok atau bekerja sendiri, guru menyakinkan bahwa semua murid sudah
mengerti tugasnya dan mulai bekerja. Oleh karena itu, guru perlu berkeliling untuk
melihat apakah murid sudah mulai bekerja atau jika perlu membantu murid atau
kelompok yang kebingungan. Apakah hal ini sudah Anda lakukan jika Anda menyuruh
murid Anda bekerja sendiri atau dalam kelompok ?
3. Melakukan supervisi proses lanjut. Berikan bantuan belajar sesuai kebutuhan untuk
belajar lebih lanjut. Mengadakan supervisi proses lanjut yang memusatkan perhatian
pada penekanan dan pemberian bantuan ketika kegiatan berlangsung. Setelah kelompok
atau murid secara perorangan bekerja beberapa saat, guru perlu berkeliling kembali
untuk memberikan bantuan bagi murid yang memerlukan. Untuk itu guru harus mampu
berinteraksi dengan murid, sehingga bantuan yang diberikan cukup efektif. Interaksi
berupa bantuan ini dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk berikut :
a. Memberi pelajaran tambahan atau bimbingan belajar (tutorial). Misalnya untuk
konsep/topik yang sukar dipahami.
b. Melibatkan diri sebagai peserta aktif dari kelompok yang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dengan anggota kelompok lain. Keha-diran guru dalam
kelompok akan mendorong murid untuk lebih aktif.
c. Memimpin diskusi kelompok kecil, jika diperlukan.
d. Bertindak sebagai katalisator, yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk
berpikir/belajar melalui pertanyaan, komentar, dan saran-saran.
4. Mengadakan supervisi pemanduan, yang bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan
kegiatan serta menyiagakan untuk mengikuti kegiatan akhir. Adakan pemantapan
terhadap kegiatan kelompok kecil dan perorangan. Mengadakan supervisi pemanduan
yang memusatkan perhatian pada penilaian pencapaian tujuan dari berbagai kegiatan
yang dilakukan dalam rangka menyiapkan rangkuman dan pemantapan sehingga murid
saling belajar dan memperoleh wawasan yang menyeluruh. Ini dilakukan dengan
mendatangi kelompok, menilai kemajuannya, dan menyiapkan mereka untuk mengikuti
kegiatan akhir cara yang efektif. Guru yang terampil membimbing dan memudahkan
murid belajar, mengjar dua kelas atau lebih tidak akan menjadi masalah. Guru tidak
harus membimbing atau membantu semua murid, namun guru tahu kapan dia harus
membantu siapa, dan bagaimana dia harus membantu.

E. Keterampilan Merencanakan dan Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar


Kegiatan guru dalam pembelajaran seperti membuka pelajaran, menyajikan kegiatan
inti, membimbing peserta didik dan mengevaluasinya, hendaknya diatur dengan baik dan
penuh kesungguhan. Yang dimaksud dengan merencanakan atau desain kegiatan belajar
mengajar dalam pembelajaran kelas rangkap adalah kerangka pikir yang melukiskan bentuk
penataan kegiatan belajar siswa dalam rangka pencapaian tujuan belajar. Kegiatan belajar
mengajar dalam rangka pelaksanaan PKR rancangan kegiatan pembelajaran erat kaitannya
dengan model PKR yang diterapkan. Tugas guru yang utama adalah membantu murid
melakukan kegiatan, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Untuk itu guru
harus mampu membuat perencanaan kegiatan belajar mengajar yang tepat bagi setiap murid
dan kelompok serta mampu melaksanakannya. Untuk membuat perencanaan yang tepat,
guru dituntut mampu mendiagnosis kemampuan akademis murid, memahami gaya belajar-
mengajar, minat murid, dan sebagainya. Berdasarkan hasil diagnosis tersebut guru
diharapkan mampu menetapkan kondisi dan tuntutan belajar berupa belajar mandiri, paket
kegiatan belajar, belajar dengan tutorial teman sebaya, simulasi, dan sebagainya yang
semuanya memandu murid untuk menghayati pengalaman bekerja sama atau bekerja
dengan pengarahan sendiri. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar
me-ngajar ini mencakup :
1. Membantu murid menetapkan tujuan pelajaran dan menstimulasi murid untuk
mencapai tujuan tersebut.
Untuk maksud tersebut dapat dilakukan dengan diskusi atau menyediakan bahan-bahan
yang menarik, yang mampu mendorong murid untuk mencapai tujuan tersebut.
Misalnya, untuk membaca, murid dapat ditanyakan apa yang ingin dipelajari dari
bacaan itu, atau apa yang menarik dari buku itu. Namun perlu diingat, bahwa
kebiasaan menetapkan tujuan belajar bagi murid di Indonesia belum membudaya,
bahkan mungkin belum pernah ada murid yang diberi kesempatan untuk menetapkan
tujuan belajar. Oleh karena itu, sebagai guru, Anda perlu mulai memberi kesempatan
kepada murid untuk sekali-kali (misalnya sebulan sekali) menetapkan tujuan belajar.
2. Merencanakan kegiatan belajar mengajar bersama murid.
Berdasarkan hasil diagnosis penetapan tujuan, guru dapat merencanakan kegiatan
belajar yang sesuai dengan tujuan, minat, dan kemampuan murid. Peren-canaan yang
dibuat haruslah mencakup kriteria keberhasilan, langkah-langkah kerja, waktu, serta
kondisi belajar yang diperlukan. Misalnya, jika Anda akan merencanakan kegiatan
untuk kelas III dan kelas IV, berdasarkan hasil diagnosis, Anda meminta kelas IV untuk
mengerjakan soal-soal matematika dari buku paket selama 30 menit. Murid yang sudah
selesai dapat mencocokkan pekerjaannya dengan kunci yang ada di meja guru. Jawaban
yang masih salah diperbaiki kembali oleh murid. Kelas III, akan bekerja dalam
kelompok, diawali dengan masing-masing membaca wacana, kemudian mendiskusikan
jawaban pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada akhir pelajaran, setiap kelompok
melaporkan hasil diskusi. Berdasarkan contoh tersebut, cobalah Anda membuat rencana
kegiatan untuk dua kelas yang harus Anda rangkap.
3. Bertindak atau berperan sebagai penasehat bagi murid bila diperlukan.
Selama kegiatan berlangsung, murid mungkin mengalami berbagai kesulitan. Guru
dapat memberikan bantuan yang tepat jika guru mampu berinteraksi secara efektif
dengan murid, sehingga murid mau mengungkapkan masalahnya. Kemudian, guru
dapat memberikan saran/nasehat yang kira-kira dapat mengarahkan murid ke arah
belajar yang lebih baik. Misalnya, jika ada murid yang tidak mampu menemukan arti
kata sendiri, dia dapat disarankan untuk membaca kembali kalimat yang menggunakan
kata itu, melihat kamus, atau bertanya pada teman.
4. Membantu murid menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri.
Ini berarti memberi kesempatan kepada murid untuk memperbaiki dirinya sendiri yang
merupakan kerja sama guru dengan murid dalam situasi pendidikan yang manusiawi.
Pada umumnya penilaian atas kemajuan/pencapaian murid dilakukan oleh guru. Murid
bahkan tidak pernah dilibatkan dalam menilai dirinya sendiri. Oleh karena itu, Anda
mempunyai kesempatan yang baik untuk mulai membimbing murid menilai
kemajuannya sendiri. Misalnya, setelah kelompok menyelesaikan dan melaporkan
peker-jaannya, kemudian ditanggapi oleh kelompok lain, Anda dapat meminta
kelompok memperkirakan keberhasilannya dan menetapkan butir-butir yang perlu
diperbaiki kembali. Atau murid yang bekerja sendiri diminta mencocokkan hasil
kerjanya dengan kunci, kemudian diminta meng-hitung pencapaiannya. Jika cara ini
Anda lakukan secara teratur, murid akan terbiasa menilai kemajuannya sendiri dan
terdorong untuk mengejar kekurangannya.
Dari empat kelompok keterampilan di atas Anda dapat menyimak bahwa
mengajar kelompok kecil dan perorangan mempersyaratkan penguasaan keterampilan
yang cukup kompleks. Anda perlu menguasai keterampilan dasar mengajar sebelumnya,
yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan,
membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, dan mengelola
kelas.
Dalam penerapannya, kelompok keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan masing-masing mempunyai tekanan yang berbeda. Keterampilan
mengorganisasikan kegiatan serta membimbing dan memudahkan belajar lebih banyak
terkait dengan mengajar kelompok kecil, sedangkan keterampilan mengadakan
pendekatan secara pribadi serta merencanakan dan melaksanakan kegiatan lebih banyak
terkait dengan pembelajaran perorongan. Setelah membaca dengan cermat serta
mengerjakan latihan-latihan kecil yang disajikan di atas, kini tiba saatnya Anda
mengerjakan latihan berikut agar pemahaman Anda tentang keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan menjadi lebih mantap. Anda cari kegiatan kulminasi
yang lain, yang memungkinkan murid saling belajar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru membimbing murid
dalam belajar secara kelompok dengan jumlah berkisar antara 3 hingga 5 orang atau paling
banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan keterampilan dalam pengajaran
perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru dalam membimbing murid
dalam belajar secara individual terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar atau
bermasalah. Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan antara lain,
Keterampilan Mengadakan Pendekatan Secara Pribadi, Tunjukkan perhatian yang hangat,
Mendengar pendapat murid, Berikan respon yang positif, Ciptakan hubungan saling percaya,
Tunjukkan kesediaan membantu murid, Bersikap terbuka terhadap perasaan murid, Kendalikan
situasi agar murid merasa aman. Keterampilan Mengorganisasikan Kegiatan Mengorganisasikan
kegiatan mengandung arti merancang, mengatur, dan mengendalikan kegiatan belajar
pembelajaran yang tepat. Keterampilan Membimbing dan Memudahkan Belajar, untuk
membimbing peserta didik dalam belajar terutama yang berkaitan dengan penanganan kesulitan
peserta didik. Untuk memudahkan peserta didik belajar, pembelajaran dilakukan secara runtun
atau sistematis dan menggunakan variasi metode, media atau alat peraga. Keterampilan
Merencanakan dan Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar yaitu, Membantu murid
menetapkan tujuan pelajaran dan menstimulasi murid untuk mencapai tujuan tersebut,
Merencanakan kegiatan belajar mengajar bersama murid, Bertindak atau berperan sebagai
penasehat bagi murid bila diperlukan. Membantu murid menilai pencapaian dan kemajuannya
sendiri.

B. Saran
Sebagai calon guru Sd sebaiknya kita menguasai keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perseorangan selain delapan keterampilan mengajar guru sebagai kunci pokok dalam
pembelajaran kelas rangkap.
DAFTAR PUSTAKA

Djalil, Aria, dkk. 2010. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sunawan. Tanpa tahun. Unit 5 Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan dalam
PKR.
Madyawati. 2015. Keterampilan Dasar Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.
Diakses pada 15 April 2017.
https://blogmadyawati.wordpress.com/2015/06/08/keterampilan-dasar-mengajar-kelompok-
kecil-dan-perorangan/

Anda mungkin juga menyukai