Terimakasih yang pertama saya sampaikan selalu diberikan kesempatan untuk belajar lebih dan
lebih lagi. Sebagai seorang guru dari tahun 2005 sudah berbagai macam kurikulum saya lalui dengan
kekuatannya masing – masing. Dan yang paling saya junjung sampai dengan sekarang dan
seterusnya adalah membawa murid menuju kesuksesan bahwa ilmu yang saya berikan berguna
untuk mereka dimanapun berada.
Saya mengajar pada Sekolah Menengah Kejuruan tingkat 12 atau kelas 3, sudah pasti karakter, cara
belajar, latarbelakang, permasalahan pribadi, tingkat penerimaan, merupakan bentuk cikal bakal
keberagaman mereka dan termasuk pola pikir yang menuju remaja dewasa.
Pada tahun – tahun sebelum saya mengikuti Pendidikan CGP ini saya selalu bersikap yang masih
lebih banyak meratakan, namun juga berfokus pada anak yang mencolok saja. Pada murid – murid di
awal tahun pelajaran saya melakukan tes diagnostic sederhana sehingga saya bisa tahu
pembelajaran yang bagaimana saya harus berikan pada kelas atau murid tersebut. Ada kelas serius
dalam pemberian materi dan dalam pembelajaran diselipkan teka – teki, ada juga kelas yang ingin
lebih mudah dan menyenangkan dalam pemberian pembelajaran jadi saya membuat rangkuman-
rangkuman kecil dan menyelipkan permainan dalam penilaian,
Tantangan – tantangan sangat beragam termasuk keberbedaan penerimaan pembelajaran ada yang
lambat ataupun cepat, untuk itu saya memberikan jumlah volume tugas yang berbeda, ada yang
suka seni, ada yang bakat tulis dan tidak suka seni maka daritu saya memberikan tugas yang berbeda
namun mereka yang berbeda tersebut juga bisa merasakan kesenangan satu sama lain. Dari
tantangan saya tersebut saya sebagai guru menuntut diri untuk selalu belajar dari berbagai sumber
termasuk pada Pendidikan ini.
Dalam mengakomodasi tantangan tersebut maka dari itu pembelaran patutnya dirancang,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara reguler dan konsisten. Dengan itu bisa memberikan
pembelajaran yang menyenangkan walaupun dengan tantangan keberagaman dari murid – murid
kita.
2.1.4
seorang guru adalah orang yang di gugu dan ditiru, guru juga merupakan publik figur, jadi
keistimewaan guru adalah dapat menumbuh kembangkan murid dengan gaya dan seninya dalam
mendidik sehingga dapat tercipta kelas yang nyaman dan menghasilkan murid yang sesuai dengan
kodratnya
o murid-murid kita yang berasal dari keluarga kurang mampu yang tidak
dapat mengakses teknologi dari rumah sehingga tidak bisa berpartisipasi
dalam pembelajaran daring;
o murid kita yang hasil-hasil kerjanya tampak baik, namun di sisi lain
memiliki masalah sosial emosional;
o murid kita yang memiliki minat yang besar terhadap bidang tertentu;
o dan sebagainya.
Melihat betapa luas keberagaman murid-murid kita, maka sebagai guru, kita perlu
berpikir bagaimana caranya kita dapat menyediakan layanan pendidikan yang
memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses
apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sebagai pendidik, dengan meyakini bahwa tugas kita adalah melayani murid-murid
dengan segala keberagaman tersebut serta menyediakan lingkungan dan
pengalaman belajar terbaik bagi mereka, maka berarti kita juga harus meyakini
bahwa:
Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan pada keberagaman yang banyak
sekali bentuknya, sehingga seringkali mereka harus melakukan banyak pekerjaan
atau membuat keputusan dalam satu waktu. Misalnya, saat mengajar di kelas,
seorang guru mungkin harus membantu satu muridnya yang kesulitan, namun di
saat yang sama harus mengatur cara bagaimana agar saat ia membantu murid
tersebut, kelasnya tetap dapat berlangsung dengan kondusif. Dalam kesehariannya,
guru akan senantiasa melakukan hal ini, sehingga kemampuan
untuk multitasking ini secara natural sebenarnya dimiliki oleh guru. Kemampuan ini
banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu alaminya hal ini terjadi di
kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Semua usaha
tersebut tentunya dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memastikan setiap
murid di kelasnya sukses dalam proses pembelajarannya.
Keputusan Ibu Renjana memberikan soal yang sama kepada ketiga murid yang
selesai lebih dahulu tidak dapat disebut sebagai pembelajaran berdiferensiasi.
Pertama karena tambahan soal diberikan dengan tujuan agar ketiga anak tersebut
tidak mengganggu temannya yang belum selesai. Kedua, ketiga murid tersebut
kemungkinan membutuhkan tingkat kompleksitas yang lebih tinggi untuk
memenuhi kebutuhan belajarnya. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar
pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon
kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, Ibu Renjana perlu memperhatikan
kebutuhan belajar murid-muridnya dengan lebih komprehensif, agar dapat
merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya
tersebut.
2.1.3 Mengetahui
kebutuhan belajar murid.
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja
yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan
pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-
tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat),
dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara
yang mereka sukai (profil belajar).
Mari kita bahas satu persatu ketiga aspek tersebut.
Informasi yang didapatkan ini kemudian digunakan oleh bu Renjana untuk merencanakan
pembelajaran di tahapan berikutnya, dimana ia memberikan bantuan lebih banyak untuk
murid-murid yang belum memiliki keterampilan menulis dan memberikan lebih sedikit
bantuan untuk murid-murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur
yang baik.
Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep,
atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan
murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan
mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan
yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru
tersebut. Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001:
46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan
tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi
suara terbaik, biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut
terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk
berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan
materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda.
Tombol-tombol dalam equalizer tersebut sebenarnya menggambarkan beberapa
perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan belajar
murid. Dalam modul ini, kita hanya akan mencoba membahas 6 dari beberapa
contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh
Tomlinson (2001: 47) tersebut.
Kesiapan Belajar
Tombol-
tombol dalam equalizer mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat
digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan
mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan
mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson
(Tomlinson, 2001).
2. Konkret - Abstrak
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan
melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret, sehingga
mereka mungkin masih perlu belajar dengan menggunakan beragam alat-alat
bantu berupa benda konkret atau contoh-contoh konkret, atau apakah murid
sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak, sehingga mereka
mungkin mulai dapat diperkenalkan dengan konsep-konsep yang lebih abstrak.
3. Sederhana - Kompleks
Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu
abstraksi pada satu waktu, yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai
abstraksi pada satu waktu.
4. Terstruktur - Terbuka
Saat menyelesaikan tugas, kadang-kadang ada murid-murid yang masih
memerlukan struktur yang jelas, sehingga tugas untuk mereka perlu ditata dengan
tahapan yang jelas dan cukup rinci, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak
keputusan untuk dibuat. Sementara mungkin murid-murid lainnya sudah siap untuk
menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
5. Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)
Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar,
berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi
badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang
lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang
lebih awal daripada yang lain.
6. Lambat - Cepat
Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran
mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit
menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan
lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang lain.
Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ).
Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang
dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan
diajarkan. Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid
berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada
bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph,
Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).
2. MINAT MURID
Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu
situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.
Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis
minat, diantaranya adalah sebagai berikut:
membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan
mereka sendiri untuk belajar;
mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk
mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka,
dan;
meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’
dalam proses pembelajaran, maka memahami kedua perspektif tentang minat di atas akan
membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan
atau menarik minat murid-muridnya dalam belajar.
Minat Murid
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya
adalah dengan:
menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan
humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb),
menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid,
mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan
persoalan (problem-based learning).
Seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Minat setiap
murid tentunya akan berbeda-beda. Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan
menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui
minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada pelajaran untuk menjaga minat
mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat
meningkatkan kinerja murid. Hal lain yang perlu disadari oleh guru terkait dengan
pembelajaran berbasis minat adalah bahwa minat murid dapat dikembangkan.
Pembelajaran berbasis minat seharusnya tidak hanya dapat menarik dan
memperluas minat murid yang sudah ada, tetapi juga dapat membantu mereka
menemukan minat baru.
Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
Daftar di atas hanya beberapa contoh saja. Masih banyak cara lain yang dapat
guru lakukan untuk mendapatkan informasi atau mengidentifikasi kebutuhan
belajar murid-murid mereka. Dapatkah Bapak/Ibu mengidentifikasi cara lainnya?
https://drive.google.com/drive/folders/1OCdcZ_nYxlV671M8KUE7oUdrk4cAhAor?usp=share_link