Anda di halaman 1dari 3

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN

OLEH : ASRIANI, S.Pd


SMA Negeri 2 Tapalang
CGP Angkatan 7 Kab. Mamuju Sulawesi Barat

Jurnal refleksi dwimingguan adalah salah satu tugas yang harus dibuat oleh
calon guru penggerak. Jurnal ini berisi tentang refleksi diri calon guru penggerak
setelah mengikuti kegiatan Pendidikan guru penggerak.
Pada jurnal ini, saya sebagai calon guru penggerak akan merefleksikan seluruh
kegiatan yang saya ikuti selama mempelajari modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis
Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara dengan model refleksi 4F (Fact, Feeling,
Findings, Future).

Fact (Peristiwa)

Pada tanggal 20 Oktober 2022 tepat pada pukul 12.00 WIB, Program Guru
Penggerak Angkatan 7 dibuka secara resmi oleh bapak Menteri Kemdikbudristek,
Bapak Nadiem Anwar Makarim, BA., MBA serta ibu Prof. DR. Nunuk Suryani, M.Pd
selaku Plt. Direktur Jenderal Guru dan tenaga Kependidikan melalui media zoom dan
live streaming di youtube. Pada tanggal 21 Oktober 2022 seluruh calon guru penggerak
mengerjakan Pre test Paket Modul 1 dan mengikuti Lokakarya Orientasi paada tanggal
23 Oktober 2022 yang bertempat di SMP Negeri 1 Mamuju.

Pada kegiatan Lokakarya Orientasi ini, CGP diberikan beberapa Lembar Kerja
(LK) untuk dikerjakan di antaranya LK 1 tentang Kesepakatan Peran CGP dan Kepala
Sekolah, LK 2 tentang Pengecekan Mandiri Kompetensi Guru Penggerak, LK 3 tentang
Evaluasi Diri Guru Penggerak, LK 4 tentang Rencana Pengembangan Kompetensi Diri
dan LK 5 tentang Evaluasi Lokakarya Orientasi.

Mulai tanggal 24 Oktober sampai pada tanggal 5 November 2022, saya


menjalani Pendidikan di LMS Bersama Bapak Fasilitator Abdul Kadir, S.Kom.
kegiatan yang saya ikuti yaitu mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi,
demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman Bersama bapak instruktur Drs. A.
Rahman, koneksi antar materi dan aksi nyata.

Feeling (Perasaan)

Sebelumnya saya merasa senang karena dapat terpilih untuk mengikuti


pelatihan guru penggerak di Angkatan 7 ini. Terkadang rasa khawatir pun timbul jika
jadwal pengumpulan tugas sudah mendekati deadline sementara tugasnya belum
terjamah akibat menderita sakit di awal pelatihan dan kesibukan di sekolah. Tetapi
dengan dukungan dari teman-teman seangkatan CGP, pengajar praktik ibu Irmayani,
S.Pd, dan fasilitator membuat semangat kembali membuncah. Banyak pengalaman
berharga yang di dapatkan dengan memngikuti kegiatan pelatihan ini terutama ilmu
mengenai filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara yang sangat bagus untuk diterapkan
di dunia Pendidikan kita.

Findings (Pembelajaran)

Setelah mempelajari Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional


Ki hajar Dewantara ini saya yang sebelumnya menganggap murid itu bagaikan sebuah
kertas kosong, sekarang memahami bahwa murid bukanlah sekedar selembar kertas
kosong melainkan murid terlahir dengan penuh coretan samar. Coretan samar itu
adalah sifat yang dibawa murid sejak lahir yang terdiri dari sifat baik dan sifat buruk.
Tugas kita sebagai seorang pendidik adalah menuntun murid untuk menebalkan garis
samar-samar tersebut agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia
seutuhnya. Semakin menebalkan sifat yang baik dan semakin menyamarkan sifat buruk
sesuai dengan tujuan Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun segala
kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat.

Jika selama ini saya lebih sering menggunakan metode ceramah sehingga
proses pembelajaran hanya berpusat pada guru, namun setelah mempelajari modul 1.1
ini saya sadar bahwa kita sebagai pendidik adalah menuntun murid dalam
mengembangkan potensi atau bakat yang dimilikinya sesuai dengan kodrat alam dan
zamannya dan menyadari bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar.

Selama ini saya seringnya berfokus pada nilai kognitif saja dan merasa gagal
jika murid memperoleh nilai di bawah KKM. Dengan Refleksi Filosofis Pendidikan
Nasional Ki hajar Dewantara ini saya belajar bahwa penilaian tidak hanya berfokus
pada nilai kognitif saja tetapi lebih kepada budi pekerti/karakter murid. Budi pekerti
adalah perpaduan antara cipta (kognitif), karsa (afektif) dan karya (Psikomotorik). Budi
pekertilah yang dapat membuat hubungan yang bai kantar sesame manusia. Jika budi
pekerti baik maka baiklah kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.

Future (Penerapan)

Dari hasil pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan


Nasional Ki hajar Dewantara ini saya akan berusaha menerapkan:

1. Proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dengan merancang dan


melaksanakan pembelajaran yang interaktif sehingga proses pembelajaran tidak
berpusat pada guru melainkan berpusat pada murid. Mereka akan merasakan
bahwa belajar adalah miliknya karena tredapat banyak kesempatan untuk terlibat
di dalam proses pembelajaran tersebut.
2. Menerapkan konsep merdeka belajar yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat
zaman dari murid yang karenanya akan terbentuk murid yang mandiri, kritis,
kreatif, dan mampu bekerja sama.
3. Menerapkan budi pekerti melalui kebiasaan yang sederhana misalnya bersikap
sopan, senyum, sapa dan sering menggunakan kata tolong dan terima kasih.
4. Melakukan kolaborasi dengan orang tua dan masyarakat yang ada di sekitar
sekolah karena guru, orang tua dan masyarakat merupakan faktor penentu dalam
pertumbuhan karakter baik murid dimana budi pekerti melatih murid untuk
memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai