Anda di halaman 1dari 5

KONEKSI ANTAR MATERI – KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.

REFLEKSI FILOSOFIS PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA


ELISABETH MANGNGOY CGP_A7 KAB. MAMUJU

Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa
berdiri pada tahun 1920. Ki Hadjar Dewantara adalah menteri pendidikan yang pertama
di Indonesia. KHD mencetuskan tiga semboyan

KHD mencetuskan tiga semboyan Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karsa,
tutwuri handayani yang artinya adalah di depan menjadi teladan, di tengah memberi
semangat , dan di belakang memberi dorongan.

Jika dianalogikan pendidik ibarat petani dan anak didik adalah padi. Baik buruknya
pertumbuhan padi tergantung cara petani memelihara tanaman padi mereka,
memberinya pupuk adalah salah satu cara padi tersebut dapat tumbuh dengan baik.

"Menghamba kepada murid" yang berarti pembelajaran yang berpusat pada murid.
Ibarat seorang pembeli yang dianggap raja, selayaknya murid, harus dianggap raja
dalam setiap pembelajaran. Apa yang menjadi kebutuhan murid harus bisa
diakomodasi sang guru dengan segala macam cara sesuai "passion" murid. Itulah
makna menghamba kepada murid. Guru memberikan kebebasan murid bukan
mengekang.

Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan, dua hal ini adalah satu kesatuan,
pekerjaan di bidang pendidikan adalah pekerjaan membentuk peradaban bangsa. inti
dari filsafat KHD adalah perubahan, seperti tata surya selalu bergerak mengelilingi
orbitnya. Pendidikan harus terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Jadi
perubahan adalah sesuatu yang kekal. Sumbu atau orbit yang disampaikan KHD tadi
adalah nilai-nilai kemanusiaan. Memanusiakan manusia, setiap anak memiliki keunikan
masing-masing, ada siswa yang lamban ada yang cekatan, semua sudah diatur.
Perubahan akan mengikuti kodrat keadaan yaitu kodrat alam dan kodrat zaman.
Sumbawa di tahun 2000 akan berbeda dengan Sumbawa di tahun 2021.

Prinsip dalam melakukan perubahan adalah menggunakan asas trikon yaitu konsentris
( nilai sejarah esensi budaya bangsa), konvergensi (memanusiakan manusia) dan
konsentris (menghargai keberagaman). Agar semua berjalan dengan baik biarkan anak
didik kita berjalan dengan merdeka. Perubahan yang diharapkan tadi adalah perubahan
budi pekerti, budi meliputi cipta, rasa dan karsa dan pekerti adalah tenaga. Sehingga
harus seimbang kesemuannya atau dalam arti pendidikan harus holistik, artinya
menyeluruh, sehingga akan menjadikan kesempurnaan budi pekerti yang akan
mengantarkan mereka pada kebijaksanaan. 

Pendidikan yang “menuntun” kodrat anak


Pendidikan dan pengajaran menurut KHD adalah hal yang tidak dapat dipisahkan.
Pengajaran adalah proses memberikan ilmu untuk kecakapan hidup anak secara lahir
dan batin, sementara pendidikan adalah menurut KHD adalah menuntun kekuatan
kodrat anak. “Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat” (KHD,
1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraph 4).

Dalam menuntun sesuai kodrat anak, pendidik diibaratkan seperti petani. Petani dapat
merawat, menyiram, dan memberi pupuk pada tanaman. Meskipun pertumbuhan
tanaman dapat dijaga, namun petani tidak dapat mengganti kodrat dari tanaman
tersebut. Jika kodratnya adalah padi, maka hasilnya pun akan menjadi padi. Demikian
juga dengan murid, pendidik tidak dapat mengubah kodrat murid, melainkan “hanya”
menuntun tumbuhnya untuk memperbaiki laku hidupnya.

 Menuntun tidak dapat dilakukan dengan paksaan. Menuntun menurut KHD justru
mendorong anak menemukan kemerdekaan belajar. “Manusia merdeka adalah
manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi
bersandar atas kekuatan sendiri.” Merdeka yang dimaksud oleh KHD berarti tidak
bergantung kepada orang lain. Misalnya dalam hal membuang sampah pada
tempatnya. Anak yang sudah merdeka, motivasi membuang sampah pada tempatnya
berasal dari dirinya sendiri, bukan karena paksaan dari orang lain.

 Dalam proses menuntun, dapat dilakukan dengan 3 semboyan KHD, yaitu:

“Ing Ngarso Sung Tuladha” artinya, di depan, pendidik menjadi teladan bagi murid.
Misalnya dalam hal membuang sampah dengan benar. Guru menjadi contoh dengan
membuang sampah pada tempatnya.

“Ing Madya Mangun Karsa” artinya, di tengah-tengah, pendidik membangun semangat


murid. Misalnya saat ada murid yang membuang sampah tidak pada tempatnya, guru
mengingatkan murid tersebut.

“Tut Wuri Handayani” artinya, di belakang, pendidik memberi dorongan bagi murid.
Misalnya memberi dorongan bagi siswa untuk mengolah sampah menjadi barang yang
berguna.

 “Menuntun” yang dimaksud oleh KHD jika direfleksikan ke dalam pendidikan abad 21
ini, yaitu pendidik perlu mengarahkan siswa untuk melakukan kolaborasi, berpikir kritis-
reflektif, mengkomunikasikan segala sesuatu, menggerakkan siswa untuk kreatif, dan
inovatif. Sementara itu, maksud dari kata selamat dan bahagia adalah menuntun siswa
untuk mewujudkan student wellbeing.

 Kodrat Alam dan Kodrat Zaman


Menuntun kodrat anak juga perlu disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Kodrat alam berkaitan dengan lingkungan fisik maupun sosial di mana anak berada,
sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan kondisi zaman saat anak bertumbuh.
Kodrat alam di daerah Surabaya, Indonesia berbeda dengan di daerah Papua. Proses
menuntun kodrat anak akan lebih maksimal jika disesuaikan dengan kondisi alam
tempat anak tinggal dan juga kondisi sosio-kulturalnya. Sosial-budaya, serta norma-
norma yang ada di lingkungan alam anak tinggal menjadi kodrat anak yang perlu
dituntun untuk ditebalkan.

Dalam prosesnya anak akan bertemu juga dengan kebudayaan-kebudayaan lain saat ia
berpindah tempat. Untuk itu KHD mengingatkan “waspadalah, carilah barang-barang
yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir
atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut disesuaikan lebih
dahulu”. Kata “barang” yang dimaksud adalah budaya asing yang kita temui . Kita
diminta untuk menyesuaikan dengan budaya yang kita miliki. Potensi sosio-kultural
alam tempat tinggal anak dapat dijadikan sumber belajar yang bermakna.

Cara belajar dan interaksi anak juga perlu disesuaikan dengan tuntutan zaman (kodrat
zaman). Saat ini kecakapan hidup abad 21 diperlukan untuk menyongsong kehidupan
berkelanjutan anak sebagai anggota masyarakat nantinya. Untuk itu, perlu
memunculkan 4C (critical thinking and problem solving, creative thinking,
collaborative, dan communication) dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam
proses pendidikan. Sarana dan prasarana di sekolah juga perlu diupayakan untuk
menunjang proses pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman. Misalnya
tersedianya internet, komputer, dan sumber belajar penunjang lainnya.

Pendidikan yang Memandang Anak dengan Rasa Hormat

“Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk
meminta suatu hak, melainkan untuk berhamba pada sang anak.” (Ki Hadjar
Dewantara, 1922). Hal ini berarti semua hal yang dilakukan pendidik, orientasinya
adalah murid. Murid sebagai tokoh utama dalam pendidikan. Oleh karena itu,
semestinya tidak ada lagi kekerasan dalam dunia pendidikan yang dilakukan oleh
pendidik. Seorang pendidik layaknya orangtua bagi anak yang mendidik dengan
memberikan rasa aman, nyaman, dan penuh kasih sayang dengan rasa hormat.

Refleksi Perubahan yang Saya rasakan


Setelah mempelajari modul ini, saya mengintropeksi diri dan mengingat ingat kembali
metode pembelajaran yang telah saya lakukan selama kurang lebih 15 tahun sebagai
guru di SMAN 1 Kalukku. Keyakinan bahwa panggilan untuk menjadi guru itu adalah
tugas yang mulia dan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Guru adalah ujung
tombak peradaban suatu bangsa. Janganlah banyak orang di antara kamu mau
menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran
yang lebih berat. Maknanya sangat jelas bahwa tanggungjawab seorang guru tidaklah
mudah karena apabila seorang guru memberikan pengajaran yang keliru baik sengaja
ataupun tidak sengaja , maka akan menghasilkan produk sesuai dengan apa yang telah
diajarkannya. Untuk itulah saya harus menjadi pengajar yang Kontinuitas atau
berkelanjutan, meningkatkan kompetensi diri , beradaptasi dengan kodrat alam dan
zaman dimana saya berada untuk mendidik murid secara holistik dan kontekstual.

Jumlah guru bidang studi bahasa Inggris berjumlah 6 orang di SMAN 1 Kalukku tempat
saya mengabdi. Mereka energik saling mendukung. Meskipun belum rutin kami
lakukan, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tetap kami laksanakan untuk
membahas persiapan mengajar, berbagi praktik baik di kelas, ataupun meminta ide
atau pendapat rekan-rekan guru. Dalam penerapan “pembelajaran yang berpihak
kepada murid” di kelas bahasa Inggris. Kami menyandingkan pemanfaatan teknologi
berupa android untuk membuat kelas interaktif dalam pembelajaran.

Pada pembelajaran materi News Item Text di kelas XII, menampilkan slide materi dan
video dalam pembelajaran. Saya telah membuktikan bahwa media yang menarik serta
suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan akan mudah bagi siswa untuk
menyerap pengetahuan.

Mereka mulai belajar secara mandiri mengenai materi yang diperoleh dari berbagai
sumber, kemudian menyusun script berita lalu saya mengecek kebenaran tatanan tata
bahasanya. Pada tahap script telah sesuai maka kemudian mereka menggunakan
aplikasi teleprompter untuk membuat berita.

Setelah script teleprompter beritanya selesai, saya menayangkannya di kelas dan anak
didik pemilik teleprompter akan mengambil posisi di tengah bagian depan membaca
berita yang masing – masing mereka buat. Anak didik yang lain menyimak dengan
tenang dan memberikan apresiasi dengan bertepuk tangan secara spontan ketika
teman mereka sukses mempresentasikan hasil karyanya.

Penilaian yang saya berikan adalah isi dari berita, pronunciation, kebenaran isi berita,
serta teleprompter yang mereka buat. Anak didik saya sangat bersemangat pada
pembelajaran ini karena telah mengetahui trik membaca berita dan teknologi yang
digunakan pada saat penyiar membaca berita. Ada juga beberapa siswa yang merasa
seolah olah berada di studio dan menjadi presenter tv.

Kemudian pada pertemuan selanjutnya, saya memperdalam pengetahuan mereka


dengan mengulas kembali topic yang telah dilakukan serta memberikan quis
menggunakan aplikasi smart application creator ( SAC ) yang saya buat dan saya
bagikan kepada semua anak didik. content yang saya buat dapat mereka pelajari setiap
saat meskipun offline dari jaringan internet.

Dari pengalaman mengajar dengan model tersebut, saya mencoba menerapkan filosofi
pendidikan menurut KHD, yaitu menerapkan pembelajaran sesuai kodrat zaman anak.
Pembelajaran dirancang untuk memanfaatkan Teknologi Informasi serta mengajarkan
mengenai kecakapan hidup abad 21.

Setelah memahami modul ini saya dikuatkan untuk terus belajar menjadi guru yang
merdeka belajar, berkolaborasi bersama siswa maupun rekan guru untuk menggali dan
mengembangkan potensi siswa dan menyesuaikan diri dengan kodrat masing-masing
siswa untuk mewujudkan student wellbeing.

Anda mungkin juga menyukai