Anda di halaman 1dari 36

• Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


mengenai Pendidikan yang Berhamba
pada Anak dimaknai pendidikan yang
berpusat pada siswa dengan tujuan
menuntun tumbuh kembang siswa sesuai
kodrat nya untuk mencapai kebahagiaan
dan keselamatan yang setinggi-tingginya.
• Pendidikan itu menuntun dan pendidik harus
bisa mengembangkan minat dan bakat anak
sesuai kodrat anak
• Pendidikan dan kebudayaan adalah dua hal
yang saling terintegrasi dalam pembelajaran
• Pembelajaran yang berpusat pada siswa
(Komunikatif, Kolaborasi, berpikir kritis dan
kreatif.
• Dunia anak adalah bermain sehingga
pembelajaran haruslah menyenangkan dan
memerdekakan anak
• Pendidikan yang menerapkan sistem "berpihak
pada anak (berhamba pada anak)" sehingga
tugas guru dilaksnakan dengan tulus, ikhlas
dan penuh cinta.
Kelas yang mencermikan pemikiran Ki Hadjar
Dewantara.....
1.Melaksanakan pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan juga sesuai kebutuhan murid
2. Memberikan tuntunan dan arahan kepada
peserta didik sesuai kodratnya
3. Menyadari setiap peserta didik unik memiliki
karakter yang multikultural
4.Menghindari pemberian Hukuman/Punishment dan
menerapkan sistem Among
Nilai-nilai yang melekat pada seorang guru yaitu:
• berpihak pada anak
• Kolaboratif
• Mandiri
• Reflektif
• Inovatif
Aksi Nyata Modul 1.4

Diseminasi Penyebaran Pemahaman dan


Pengalaman Penerapan Budaya Positif

Debbi Sari S
Calon Guru Penggerak Angkatan 6
Kabupaten Lampung Selatan
SELAMAT DATANG GURU-GURU HEBAT
SMP Negeri 1 Bakauheni

Mari Belajar Bersama, berkolaborasi, dan saling


mendukung demi terciptanya Disiplin Positif di
Sekolah kita tercinta.
Budaya Positif PAGE 07

Salah satu cara yang dilakukan guru dalam membantu siswa tumbuh
maksimal mempunyai karakter profil pelajar Pancasila adalah dengan
membangun budaya positif yang berpihak pada murid, membangun
keyakinan atau visi sekolah yang menumbuhkan dan mengembangkan
budaya positif. Dalam mewujudkan budaya positif perlu adanya disiplin
positif.

Budaya Positif menimbulkan rasa aman dan nyaman pada murid selama
proses pembelajaran. Budaya positif menuntun anak berpikir, bertindak
sesuai motivasi intrinsik dalam dirinya.
Budaya positif di sekolah sangat penting peranannya, salah
satunya agar proses pembelajaran menjadi menyenangkan
tanpa paksaan dan beban bahkan menjadi kebutuhan. Untuk
mewujudkan budaya positif diperlukan kerja sama seluruh
komponen sekolah.Untuk itu sy mengadakan pengimbasan
budaya positif di sekolah kepada rekan sejawat secara
kolaboratif.
Standar Nasional Pendidikan:
Lingkungan yang positif sangat diperlukan agar pembelajaran yang terjadi adalah
pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses
pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu:
1) Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b
diselenggarakan dalam suasana belajar yang:
a. interaktif;
b. inspiratif;
c. menyenangkan;
d. menantang;
e. memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan
f. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.
Konsep Utama Modul Budaya Positif

1.Perubahan Paradigma Belajar


2. Motivasi Perilaku Manusia
3. Disiplin Positif
4. Kebutuhan Dasar Manusia
5. Posisi Kontrol Restitusi
6. Keyakinan Kelas
7. Segitiga Restitusi
1. Apa pentingnya menciptakan suasana positif di lingkungan
Sekolah dan kelas?
2. Bagaimana penerapan disiplin saat ini di sekolah Anda,
apakah sudah diterapkan dengan efektif, bila belum, apa yang
menurut Anda masih perlu diperbaiki dan dikembangkan?
1. Pembelajaran dengan paradigma baru
2. Disiplin Positif
Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi pada murid-
murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika
murid-murid kita memiliki motivasi tersebut mereka telah memiliki
motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak
akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap
berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka
ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai,
atau mencapai suatu tujuan,
Profil Pelajar Pancasila
● Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.
● Mandiri
● Bernalar Kritis
● Berkebinekaan Global
● Bergotong royong
● Kreatif
Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan
motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk
menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai
diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut
mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang
berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan
terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah.
3. Motivasi Perilaku
Manusia
4. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

KASIH SAYANG & RASA


BERTAHAN
DITERIMA
HIDUP

PENGUASAAN

KEBEBASA
KESENANGAN
N
5. RESTITUSI
Sebuah Pendekatan untuk Menciptakan Disiplin PositiF

3.Restitusi membantu murid


menjadi lebih memiliki tujuan,
1. Restitusi adalah proses 2.Restitusi juga adalah proses disiplin positif, dan memulihkan
menciptakan kondisi bagi murid kolaboratif yang mengajarkan dirinya setelah berbuat salah.
untuk memperbaiki kesalahan murid untuk mencari solusi Penekanannya bukanlah pada
untuk masalah, dan membantu bagaimana berperilaku untuk
mereka, sehingga mereka bisa menyenangkan orang lain atau
murid berpikir tentang orang
kembali pada kelompok mereka, menghindari ketidaknyamanan,
seperti apa yang mereka
dengan karakter yang lebih kuat inginkan, dan bagaimana mereka
namun tujuannya adalah
(Gossen; 2004) menjadi orang yang menghargai
harus memperlakukan orang lain
nilai-nilai kebajikan yang
(Chelsom Gossen, 1996). mereka percayai.
konsep Disiplin dengan IDENTITAS GAGAL

Penghargaan
HUKUMAN • Penghargaan Tidak Efektif
• Penghargaan Merusak
• Menyakitkan
Hubungan
• Tidak Nyaman • Penghargaan Mengurangi
• Murid Takut Ketepatan
• Memaksa • Penghargaan Menurunkan
• Murid menyembunyikan Kualitas.
• Penghargaan Mematikan
kesalahan Kreativitas
• Murid menjadi Rendah diri • Penghargaan Menghukum
konsep Disiplin dengan IDENTITAS SUKSES

RESTITUSI
KONSEKUENSI • Murid bertanggungjawab atas
• Penguatan jangka pendek' perilakunya
• perlu monitoring • Fokus pada pemecahan
berkelanjutan permasalahan jangka panjang
• Murid menghormati dirinya &
• stimulus respon
orang lain
• murid menghormati
• Teori kontrol (dirinya
peraturan memegang kontrol)
• kehilangan kesempatan • Murid mencari solusi
merenungi kesalahan memperbaiki kesalahannya
PERBEDAAN HUKUMAN. KONSEKUENSI & RESTITUSI
Contoh Kasus: Siswa sering tidak mengerjakan PR

Konsekuensi: Restitusi:
• Guru memberikan • Guru menanyakan
Hukuman:
konsekuensi keyakinan kelas atau
• Guru menghukum siswa
mengerjakan PR nya nilai yang diyakiniya
hormat bendera 10 menit
dijam istirahat dan dan membantu siswa
• Guru marah dan murid
diberi soal tambahan menyelesaikannya
menjadi takut
• Guru bersikap tegas • Guru terbuka dan siswa
dan siswa menghormati dirinya
menghormati dan orang lain
peraturan
5 posisi kontrol restitusi
TEMAN
PENGHUKUM PEMBUAT RASA BERSALAH

MANAJER
PEMANTAU
CONTOH PENERAPAN 5 POSISI KONTROL
Kasus: Siswa tidak memakai atribut lengkap saat Upacara

1.Penghukum: 2. Pembuat Rasa bersalah: 3. Teman


• Patuhi peraturan • Berapa kali ibu/Bpk memberi • Ayolah tati peraturan,
sekolah dan beridir tahu kamu? Ibu/Bpk kecewa buat Ibu/Bok bangga
didepan barisan! dengan kamu dengan kamu. Kali ini
tidak apa-apa kamu salah.

4. Pemantau: 5. Manajer:
• Kamu sudah melanggar • Apakah kamu tahu
kesalahanmu?
peraturan sekolah, apa
• Kira-kira bagaimana kamu
konsekuensinya?
akan memperbaiki
kesalahanmu ini?
6. KEYAKINAN KELAS

1. Mengapa Keyakinan Kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja?


2. Mengapa adanya Keyakinan Kelas penting untuk terbentuknya
sebuah budaya positif?
3. Bagaimana mewujudkan sebuah Keyakinan Kelas yang efektif?
Mengapa keyakinan kelas, mengapa tidak peraturan kelas saja?

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:


● Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm pada saat
mengendarai kendaraan roda dua/motor?

● Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci


tangan setiap saat?
Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut sebagai
suatu ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati
secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara,
bahasa maupun agama.
Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:

● Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan
konkrit.
● Berupa pernyataan-pernyataan universal.
● Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
● Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan
dipahami oleh semua warga kelas.
● Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
● Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan
kelas lewat kegiatan curah pendapat.
● Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
KEGIATAN MEMBUAT KEYAKINAN KELAS
8D

BERDIKUSI TENTANG MERUMUSKAN PERATURAN MEMAJANG


PERATURAN KELAS MENJADI KEYAKINAN KELAS KEYAKINAN KELAS
6. SEGITIGA RESTITUSI

Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid


untuk memperbaiki kesalahannya sehingga karakter mereka
lebih kuat ketika kembali pada kelompoknya (LMS Guru
Penggerak Modul 1.4). Restitusi memberikan kesempatan kepada
murid untuk disiplin positif, memulihkan diri dari kesalahan
sehingga memiliki tujuan yang jelas.
Contoh Penerapan Segitiga Restitusi
Kasus : Ribut pada saat guru sedang
menjelaskan materi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai