Anda di halaman 1dari 20

Mata Kuliah : Microteaching

“Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan Serta


Keterampilan Mengaplikasikan Model-Model Pembelajaran Aktif Dalam
Pembelajaran”

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ayi Darmana, M.Si

OLEH :

Anastasya Gayatri Marwan (4183331028)


Ayu Inggrias Tuty (4183131051)
Elmirawanti Sihite (4183331015)

PENDIDIKAN KIMIA A 2018


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
pada mata kuliah Microteaching. Penulis berterima kasih kepada Bapak Dosen
yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis
juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas
ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan
bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Febuari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.....3
2.2 Rasioanal Keterampilan Belajar Kelompok Kecil Dan Perorangan.........4
2.3 Tujuan dan Penggunaan dalam Kelas.......................................................5
2.4 Komponen-Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil atau
Perorangan............................................................................................................6
2.5 Defenisi Model Pembelajaran Aktif........................................................10
2.6 Aplikasi Active Learning (Belajar Aktif) Dalam Pembelajaran.............11
2.7 Model- Model Pembelajaran Aktif..........................................................11
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..............................................................................................16
3.2 Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak
didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar
sesuai dengan apa yang diharapkan. Anak didik merupakan individu yang berbeda
satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang
lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-
perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar-benar dapat
merobah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham
menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi
anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal
ini terlihat dari perhatian sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan
kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga
perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada
kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang
cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung.

Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan


didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik
ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada
umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan
pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak
yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar,
sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya
kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah.

Menyadari kenyataan Keterampilan dasar mengajar kelompok kecil dan


perorangan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi
sistem pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa baik secara klasikal maupun
individu. Oleh karena itu keterampilan ini harus dilatih dan dikembangkan,

1
sehingga para calon guru maupun guru dapat memiliki banyak pilihan untuk dapat
melayani siswa dalam melakukan proses pembelajaran. seperti para ahli berupaya
untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan
yang dimiliki oleh anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah
strategi belajar aktif (active learning strategy).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan?
2. Apa rasional keterampilan belajar kelompok kecil dan perorangan?
3. Apa tujuan penggunaan dalam kelas mengenai keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan ?
4. Apa saja  komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan ?
5. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran aktif ?
6. Bagaimana cara mengaplikasi model pembelajaran aktif ?
7. Apa saja model-model pembelajaran aktif ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mengajar kelompok kecil
dan perorangan
2. Untuk mengetahui rasional keterampilan belajar kelompok kecil dan
perorangan
3. Untuk mengetahui tujuan penggunaan dalam kelas terhadap keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan
4. Untuk mengetahui komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran aktif.
6. Untuk mengetahui cara mengaplikasi model pembelajaran aktif.
7. Untuk mengetahui apa saja model-model pembelajaran aktif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Keterampilan adalah keterampilan standar yang harus dimiliki oleh setiap


individu yang berprofesi sebagai tenaga pendidik atau pola kegiatan yang
bertujuan, dan memerlukan skill dan koordinasi informasi yang dipelajari.

      Mengajar adalah membimbing suatu kegiatan siswa dalam proses belajar,
yang merupakan pengaturan dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar
siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan
belajar dengan baik

        Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru


membimbing murid dalam belajar secara kelompok dengan jumlah berkisar antara
3 hingga 5 orang atau paling banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya.
Sedangkan keterampilan dalam mengajar perorangan  adalah kemampuan guru
dalam membimbing murid dalam belajar secara individual terutama bagi siswa
yang mengalami kesulitan belajar atau bermasalah.

         Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk


pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap
peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta
didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.

           Sesuai dengan makna yang tersirat di dalam kata kelompok kecil dan
perorangan, maka secara fisik yang menandai bentuk pengajaran ini adalah
terbatasnya jumlah siswa yang dihadapi guru, yaitu berkisar antara 3 sampai 8
orang untuk kelompok kecil dan tentu saja hanya seorang untuk perorangan.Ini
tidaklah berarti guru hanya menghadapi satu kelompok atau seorang siswa saja
sepanjang waktu belajar. Guru menghadapi banyak kelompok dan banyak siswa
yang masing-masing mempunyai kesempatan untuk bertatap muka secara
kelompok dan perorangan.

3
         Hubungan tatap muka antara guru dengan kelompok atau dengan perorangan
ini diwarnai oleh hakekat pengajaran kelompok kecil dan perorangan :
a) Terjadinya hubungan interpersonal yang sehat dan akrab antara guru-siswa
dan siswa-siswa. Ini berarti bahwa interaksi belajar mengajar tidak saja
terjadi antar guru dan siswa, tetapi juga antara siswa dan siswa.
b) Siswa belajar sesuai engan kecepatan, cara, kemampuan dan minatnya
sendiri
c) Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.
d) Siswa dilibatkan dengan penentuan cara-cara belajar yang akan ditempuh,
materi dan alat yang akan digunakan, dan bahkan tujuan yang ingin
dicapai.
        Bertitik tolak dari hakikat di atas, maka tidak setiap siswa yang belajar
sendiri ataupun yang duduk dalam kelompok kecil dapat dikatakan berada dalam
susasna pengajaran kelompok kecil ataupun perorangan. Syarat-syarat di atas
haruslah dipenuhi, hingga peran guru di dalam pengajaran ini, lebih banyak
sebagai :
a) Organisator kegiatan pembelajaran.
b) Sumber informasi bagi siswa.
c) Pendorong bagi siswa untuk belajar.
d) Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa.
e) Orang yang mendiagnosis kesulitan siswa dan memberikan bantuan yang
sesuai dengan kebutuhannya..
f) Peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti
siswa lainnya, yang berarti guru ikut serta menyumbangkan pendapatnya
untuk memecahkan suatu masalah atau mencari suatu kesepakatan
sebagaimana siswa lain melakukannya.

2.2 Rasioanal Keterampilan Belajar Kelompok Kecil Dan Perorangan

hal-hal berikut ini yang menjadi alasan perlunya pengajaran kelompok kecil dan
perorangan :

a) pada dasarnya seorang siswa berbeda dengan siswa lainnya (individual


differences), sehinngga memerlukan perlakuan/layanan yang tidak harus
sama.

4
b) Dalam pengajaran klasikal, perbedaan individual tidak mendapat perhatian
guru. Karena itu, diperlukan pengajaran perorangan.
c) Perbedaan individual perlu mendapat perhatian yang lebih manusiawi
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
d) Dalam kelompok kecil hubungan guru-siswa dan siswa-siswa, lebih akrab,
sehingga, mereka dapat saling membelajarkan, daya kreatif dan
kepemimpinan siswa berkemban, siswa aktif belajar secara optimal sesuai
dengan kebutuhannya( kadar CBSA tinggi).
e) Belajar dalam kelompok kecil dan perorangan merupakan alternatif yang
dapat dikombinasikan dengan pengajaran klasikal.
f) Dengan demikian, penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan merupakan suatu kebutuhan yang esensial bagi setiap guru
yang profesional.

2.3 Tujuan dan Penggunaan dalam Kelas

Secara umum tujuan pengajaran kelompok kecil dan perorangan ini adalah :

1. Mengaktifkan siswa belajar.


2. Agar terjadi interaksi dalam belajar yang bervariasi, yaitu guru-siswa,
siswa-siwa. Siwa-guru, dan seterusnya.
3. Agar siswa dapat mencapai kemajuan belajar sesuai dengan kemampuan,
minat dan kecepatannya sendiri.
4. Siswa yang mempunyai masalah dalam belajar karena mereka berada
dalam susasana hubungan interpersonal yang sehat dan akrab.

Adapun beberapa tujuan Keterampilan mengajar perorangan berikut ini :

a) Memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar kepada peserta didik.
b) Mengembangkan daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada peserta didik
c) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar lebih aktif
d) Membentuk hubungan yang lebih akrab antara pendidik dan peserta didik,
maupun antar peserta didik

Adapun tujuan dari keterampilan mengajar kelompok kecil adalah

5
a) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui dinamika kelompok
b) Memberi kesempatan memecahkan masalah untuk berlatih memecahkan
masalah dan cara hidup secara rasional dan demokratis
c) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan sikap
sosial dan semangat gotong royong.
d) Penggunaan dalam Kelas
e) Variasi Pengorganisasian

       Memberikan perhatian yang wajar pada perbedaan individual siswa dalam
bentuk kelompok pengajaran kecil dan perorangan menuntut perubahan, baik
dalam pengelolaan kelas maupun dala peran guru. Kalau selama ini guru hampir
selalu menghadapi siswa dalam kelas besar, kini disediakan kesempatan bagi
siswa untuk bekerja di dalam kelompok kecil dan bila perlu secara perorangan.

       Berbagai organisasi pengorganisasian dapat digunakan untuk maksud tersebut


yang tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, hakikat
materi, kemampuan siswa, kemampuan guru mengelola, serta fasilitas yang
tersedia. Di bawah ini disajikan berbagai variasi pengorganisasian untuk
memberikan kesempatan belajar dalam kelompok kecil dan perorangan.

2.4 Komponen-Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil atau


Perorangan
Ada 4 (Empat) komponen keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk
pengajaran kelompokkecil dan perorangan:
a) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi

Salah satu prinsip pengajaran kelompok keil dan perorangan adalah terjadinya
hubungan yang akrab dan sehat antara guru dan siswa dan siswa-siswa. Hal ini
mungkin terwujud bila guru memeiliki keterampilan berkomunikasi secara
pribadi. Keterampilan ini memungkinkan guru menciptakan suasana terbuka,
hingga siswa benar-benar merasa bebas dan leluasa mengemukakan segala pikiran
dan permasalahan yang dimilikinya. Siswa merasa yakin guru akan siap
mendengarkan serta mempertimbangkan segala pendapatnya, serta akan
membantunya bila perlu. Siswa benar-benar merasa bahwa guru penuh perhatian
pada dirinya. Suasana seperti itu dapat diciptakan antara lain dengan cara berikut :

6
1. Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa, baik
dalam kelompok kecil maupun perorangan.
2. Mendengarkan secara simpatik ide-ide yang dikemukakan siswa.
3. Memberikan respon positif terhadap buah pikiran siswa.
4. Membangun hubungan saling mempercayai. Siakp saling mempercayai ini
dapat ditunjukkan oleh guru secara verbal dan non verbal, misalnya
dengan mimic (ekspresi muka), ataupun kontak langsung dengan siswa
(seperti : berbicara langsung, menepuk bahu dan sebagainya).
5. Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecenderungan untuk
mendominasi ataupun mengambil alih tugas siswa
6. Menerima perasaan isswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan.
7. Berusaha mengendalikan situasi hingga siswa merasa aman, penuh
pemahaman, merasa dibantu, serta merasa menemukan alternative
pemecahan masalah yang dihadapinya.

b) Keterampilan mengorganisasikan

Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan, guru berperan sebagai


organisator, yang mengatur dan memonitor kegiatan dari awal sampai akhir.
Untuk itu guru memerlukan keterampilan berikut :

1. Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, atau masalah yang


akan dipecahkan, sebelum kelompok/perorangan mengerjakan berbagai
kegiatan yang telah ditetapkan bersama
2. Memvariasikan kegiatan yang mencakup : penetapan/penyediaan ruangan
kerja, peralatan, cara kerja, aturan-aturan yang perlu dilaksanakan, serta
alokasi waktu untuk kegiatan tersebut
3. Membentuk kelompok yang tepat, dalam jumlah, tingkat kemampuan, dan
lain-lain hingga siap mengerjakan tugas-tugasnya dengan sumber yang
sudah tersedia
4. Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan
sertapenggunaan materi dan sumber, hingga dapat memberikan bantuan
pada saat yang tepat.
5. Membagi-bagikan perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa,
hingga guru siap datang membantu siapa saja memerlukannya

7
6. Mengakhiri kegiatan dengan suatu kulminasi yang dapat berupa : laporan
hasil yang dicapai siswa, kemudian disertai penyimpulan tentang
kemajuan yang dicapai siswa dalam kegiatan tersebut. Hal ini sekaligus
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling belajar.

c) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar

Keterampilan ini memungkinkan guru membantu siswa untuk maju tanpa


mengalami frustasi. Hal ini dapat dicapai bila guru memiliki keterampilan-
keterampilan berikut :

1. Memberikan penguatan yang sesuai dalam bentuk, kauntitas, dan kualitas ;


karena pada dasarnya penguatan merupakan dorongan yang penting bagi
siswa untuk maju
2. Mengembangkan supervise proses awal yaitu sikap tanggap guru terhadap
siswa secara perorangan maupun keseluruhan, yang memungkinkan guru
melihat atau mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan lancer dan
memadai. Hal ini menuntut guru berkeliling ke semua kelompok untuk
melihat apakah siswa sudah mulai bekerja dengan arah yang benar,
memberi bantuan bila diperlukan, dan sebagainya. Dengan demikian
supervise proses awal menekankan kelancaran berlangsunya segala
sesuatu yang perlu dilaksanakan pada awal kegiatan. Bimbingan pertama
ini merupakan jaminan bagi tumbuhnya semangat dan kepercayaan diri
siswa untuk melakukan kegiatan
3. Mengadakan supervise proses lanjut yang memusatkan perhatian pada
penekanan dan pemberian bantuan secara kolektif setelah kegiatan
berlangsung beberapa lama. Hal ini kemudian menuntut keterampilan guru
untuk mengadakan interaksi guru-siswa. Interaksi tersebut dapat berupa :

 Memberikan pelajaran atau bimbingan tambahan (tutoring) kepada siswa


tertentu, baik secara perorangan maupun kelompok. Pelajaran atau
bimbingan tersebut dapat berupa suatu konsep atau keterampilan khusus
 Melibatkan diri sebagai peserta dengan hak dan kewajiban yang sama
dengan siswa. Kehadiran guru dikelompok sebagai peserta aktif, akan

8
merupakan motivasi bagi siswa, hingga siswa menyadari potensinya
sendiri.
 Memimpin diskusi bila perlu
 Bertindak sebagai katalisator, yaitu meningkatkan kemampuan siswa
untuk berpikir atau belajar melalui pertanyaan, komentar dan saran-saran

d) Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan


pembelajaran

Tugas guru yang utama adalah membantu siswa melakukan kegiatan baik secara
perorangan, maupun secara berkelompok. Untuk maksud tersebut guru harus
mampu membuat perencanaan kegiatan belajar yang tepat bagi setiap siswa atau
kelompok, dan sekaligus mampu melaksanakannya. Untuk membuat perencanaan
yang tepat guru dituntut mampu mendiagnosis kemampuan akademik siswa,
kemampuan memahami, gaya belajar, kecenderungan minat, serta tingkat
kedisipilinan siswa. Berdasarkan hasil diagnosis tersebut, guru diharapkan mampu
menetapkan kondisi dan tuntutan belajar yang memungkinkan siswa memikul
tanggung jawab belajarnya sendiri. Kondisi dan tuntunan belajar ini dapat berupa :
belajar mandiri, paket kegiatan belajar, belajar dengan tutor teman sebaya,
simulasi, belajar dengan bermain, dan sebagainya. Semuanya itu memandu siswa
untuk menghayati pengalaman bekerja sama ataupun bekerja dengan pengarahan
sendiri.

          Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran ini


mencakup :

1. Membantu siswa menetapkan tujuan pelajaran yang dapat dilakukan


dengan diskusi atau menyediakan bahan-bahan yang menarik dan yang
mampu menstimulasi siswa untuk mencapai tujuan tertentu
2. Merencanakan kegiatan belajar bersama siswa yang mencakup kriteria
keberhasilan, langkah-langkah kerja waktu serta kondisi belajar
3. Bertindak atau berperan sebagai penasihat bagi siswa bila diperlukan. Hal
ini dapat dilakukan dengan berinteraksi aktif, menunjukkan mimik tanda
setuju atau menjawab pertanyaan. Disamping itu, guru perlu juga
memberikan saran/nasihat secara periodic yang didasarkan pada kemajuan

9
mahasiswa, misalnya siswa yang memilih belajar sendiri ternyata
mengalami hambatan didalam proses belajarnya. Dalam hal ini guru dapat
menyarankan belajar yang lain. Bimbingan secara periodic ini sangat
berpengaruh pada kemajuan siswa karena waktu dapat digunakan secara
efektif, siswa segera dapat diarahkan kembali, dan dengan demikian gairah
dan semangat belajar dapat dipelihara
4. Membantu siswa menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Hal ini
berbeda dari cara penilaian tradisional yang pada umumnya dilakukan oleh
guru sendiri. Membantu siswa menilai diri sendiri berarti memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki dirinya sendri, yang
sekaligus merupakan pencerminan kerjasama guru dan siswa dalam situasi
pendidikan yang manusiawi.

2.5 Defenisi Model Pembelajaran Aktif  


Model pembelajaran aktif (active learning model) merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan aktivitas belajar siswa berperan secara  aktif
dalam proses pembelajaran melalui interaksi antar diskusi kelompok, diskusi
kelas, eksperimen dan demonstrasi dalam menemukan konsep baru.
Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik
sebagai berikut:

 Penekanan  proses  pembelajaran  bukan  pada  penyampaian  informasi
oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran
analitis  dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,
 Siswa tidak  hanya belajar  secara  pasif  tetapi  mengerjakansesuatu yang
berkaitan dengan materi pelajaran,
 Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan
materi pelajaran,
 Siswa  lebih  banyak  dituntut  untuk  berpikir  kritis,  menganalisa  dan
melakukan evaluasi,
 Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

10
2.6 Aplikasi Active Learning (Belajar Aktif) Dalam Pembelajaran
 L. Dee Fink (1999) mengemukakan aplikasi model active learning (belajar
aktif) sebagai berikut:

1. Dialog dengan diri sendiri adalah proses di mana anak didik mulai berpikir
secara reflektif mengenai topik yang dipelajari. Mereka menanyakan pada diri
mereka sendiri mengenai apa yang mereka pikir atau yang harus mereka
pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap
ini guru dapat meminta anak didik untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan
meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka
belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka.
2. Dialog dengan orang lain adalah proses dialog yang lebih aktif dan ketika guru
membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari.
3. Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar seseorang yang
sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka
pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri
4. Doing atau berbuat merupakan aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu,
seperti membuat suatu eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah
tulisan dan lain sebagainya.

2.7 Model- Model Pembelajaran Aktif


1. TRUE OR FALSE

Model ini merupakan aktifitas kolaboratif yang dapat mengajak siswa untuk
terlibat dengan materi pembelajaran segera. Hal ini dapat menumbuhkan
kerjasama tim, berbagi pengetahuan dan belajar secara lansung.

Langkah-langkah :

1) Buatlah list pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran yang


separoh benar dan separohnya lagi salah.
2) Beri setiap siswa satu kertas kemudian minta kepada mereka untuk
mengidentifikasi mana pernyataan yang benar dan yang salah.
3) Jika proses ini selesai, bacalah masing-masing pernyataan dan mintalah
jawaban dari kelas apakah pernyataan tersebut benar atau salah.
4) Beri masukan setiap jawaban tersebut.

11
2. JIGSAW LEARNING

Model pembelajaran ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan


jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi
tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah
dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada
orang lain.

Langkah-langkah:

1) Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian


(segmen)
2) Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen
yang ada. Jika jumlah siswa adalah 50 sementara jumlah segmen ada 5, maka
masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap
terlalu besar, bagi lagi menjadi dua sehingga setiap kelompok terdiri dari 5
orang, kemudian setelah proses telah selesai gabungkan kedua kelompok
pecahan tersebut.
3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi pelajaran
yang berbeda-beda.
4) Setiap kelompok mengirimkan anggota-anggotanya ke kelompok lain untuk
menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok.
5) Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada
persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6) Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek pemahaman
mereka terhadap materi.

3. SNOW BALLING

Model ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari diskusi
siswa secara bertingkat. Strategi ini akan berjalan dengan baik apabila materi yang
dipelajari menuntut pemikiran yang mendalam.

Langkah-langkah :

1) Sampaikan topik materi yang akan disampaikan.

12
2) Minta siswa untuk menjawab secara berpasangan.
3) Setelah pasangan tersebut mendapat jawaban, gabungkan pasangan itu
dengan pasangan di sampingnya. Dengan ini terbentuk kelompok empat
orang.
4) Kelompok berempat ini mengerjakan tugas yang sama dengan
membandingkan jawaban masing-masing pasangan dengan pasangan lain dan
mengambil sebuah kesimpulan baru.
5) Kemudian kelompok emat orang digabung dengan kelompok empat orang di
sampingnya. Kelompok menjadi delapan orang.
6) Begitu seterusnya sesuai dengan jumlah siswa dan jumlah waktu yang
digunakan.
7) Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasilnya.

4. Giving Question and Getting Answers (memberi pertanyaan dan menerima


jawaban)

Strategi ini sangat baik digunakan untuk melibatkan siswa dalam mengulang
materi pelajaran yang telah disampaikan. Strategi ini tepat digunakan di akhir
pertemuan.

Langkah-langkah :

1) Buat potongan-potongan kertas sebanyak dua kali jumlah siswa.


2) Setiap siswa di minta untuk melengkapi pertanyaan.
3) Bagi siswa ke dalam kelompok kecil, 4 atau 5 orang.
4) Masing-masing kelompok memilh pertanyaan-pertanyaan yang ada, dan juga
topik-topik yang dapat mereka jelaskan.
5) Minta setiap kelompok untuk membacakan pertanyaan-pertanyaan yang telah
mereka seleksi. Jika di antara siswa ada yang menjawab, beri kesempatan
untuk menjawab. Jika tidak ada yang bisa menjawab, guru harus menjawab.
6) Setiap kelompok di minta untuk menyampaikan apa yang dapat mereka
jelaskan. Selanjutnya minta mereka untuk menyampaikannya ke
kawankawannya.
7) Lanjutkan proses ini sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada.

13
8) Akhiri pembelajaran dengan menyampaikan rangkuman dan klarifikasi dari
jawaban-jawaban dan penjelasan siswa.

5. COOPERATIVE SCRIPT

Script kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan
secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang di pelajari.

Langkah-langkah:

1) Guru membagi siswa untuk berpasangan.


2) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasan.
3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar
menyimak/mengoreksi.
5) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya.
6) Kesimpulan guru

6. NUMBERED HEADS TOGETHER

Numbered heads together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa
diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru
memanggil nomor dari siswa.

Langkah-lamgkah:

1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat


nomor.
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
klelompok dapat mengerjakannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka.

14
5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nor yang lain.

7. TWO STAY TWO STRAY

Model pembelajaran Two Stay Two Stray / Dua Tinggal Dua Tamu
merupakan model pembelajaran yang memberi  kesempatan kepada kelompok
untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini
dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi
informasi.

Langkah-langkah :

1) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.


2) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok
yang lain.
3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
dan informasi ke tamu mereka.
4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain.
5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
6) Kesimpulan

8. PICTURE AND PICTURE

Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar
dan dipasangkan / diurutkan menjadi pasangan logis.

Langkah-langkah :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
2) Menyajikan materi sebagai pengantar.
3) Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi
4) Guru menunjuk siswa secara bergantian mengurtkan gambar-gambar menjadi
urutan yang logis.
5) Guru menanyakan alasan dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6) Dari alasan tersebut guru mulai menanamkan materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Keterampilan
dasar mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan salah satu cara
yang dapat di lakukan untuk dapat memfasilitasi system pembelajaran yang
di butuhkan oleh siswa baik secara klasikal maupun individu. Oleh karena
itu keterampilan mengajar ini harus  di latih dan di kembangkan, sehingga
para calon guru atau guru dapat memiliki banyak pilihan untuk dapat
melayani siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Serta dengan
memberikan strategi pembelajaran aktif pada siswa bertujuan agar siswa
turut serta dalam proses pembelajaran baik secara mental maupun fisik
mereka, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan siswa
tidak merasa bosan dan jenuh untuk mengikuti proses pembelajaran.
Dengan begitu tujuan pembelajaran pun akan tercapai dengan maksimal.

3.2 Saran
Diharapkan bagi penulis lain dapat melakukan pembuatan makalah
lanjutan yang lebih baik lagi dan membahas lebih mendalam terutama
mengenai Model-Model Pembelajaran Aktif Dalam Pembelajaran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Asril Zainal.2013. Micro Teaching. Jakarta: Rajawali Pers


Silberman,Mel.,( 2004), Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif,
Yogyakarta : YAPPENDIS.
Ziani,H.,dkk,(2008), Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka Insan
Madani.
https://fatmafate.wordpress.com/2016/10/01/keterampilan-mengajar-kelompok-
kecil-dan-perorangan/
http://elinady.blogspot.co.id/2014/02/keterampilan-mengajar-kelompok-kecil.html

17

Anda mungkin juga menyukai