Anda di halaman 1dari 21

BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Jurnal Utama

LAPORAN
CRITICAL JOURNAL REVIEW

ANALISIS JURNAL
Latar Belakang Reaksi kimia ozon di stratosfer dan troposfer
Masalah melibatkan senyawa-senyawa kimia lainnya. Ozon
stratosfer dipengaruhi oleh radikal klorin, bromin, dan
radikal lain seperti OH dan NO yang berperan sebagai
katalis dalam proses perusakan ozon di stratosfer.
Begitu juga dengan reaksi kimia ozon di troposfer yang
selain melibatkan pencemar primer seperti NOx, VOC,
CH4, dipengaruhi juga oleh radikal OH dan NO.
Tujuan Tujuan penulisan paper ini untuk membahas
pengaruh radikal OH dan NO pada reaksi ozon di
stratosfer dan troposfer, serta mengkaji faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi ozon di troposfer dan
stratosfer.
Studi Literatur Pada penulisan literatur dijelaskan secara singkat
dan padat sehingga mudah untuk dimengerti seprti,
contoh:

Lapisan ozon di stratosfer ini tersusun oleh molekul-


molekul ozon. Konsentrasi molekul ozon dinyatakan
dalam satuan Dobson Unit (DU). 1 DU tersusun oleh
sekitar 27x109 molekul ozon per cm persegi. 100 DU
mewakili 1 mm ketebalan total kolom lapisan ozon pada
tekanan 1 atm. Konsentrasi ozon total normalnya sekitar
300 DU atau tebal lapisannya sebesar 3 mm. Nilai ini
juga dipengaruhi lintang wilayah seperti tampak pada
Gambar 1-1. Di kutub selatan konsentrasi ozon total
dapat menurun hingga 117 DU pada akhir musim semi
[NASA, 2001].
Metode Data-data yang digunakan pada tulisan ini sebagian
Eksperimen besar merupakan hasil studi literatur. Untuk mengetahui
pengaruh faktor meteorologi terhadap konsentrasi ozon
permukaan digunakan data ozon permukaan dan
temperatur rata-rata per jam di Bandung pada 1 Januari
2008 yang ada di Bidang Komposisi Atmosfer PSTA
LAPAN.
1. RADIKAL OH DI ATMOSFER
Sumber utama radikal OH di stratosfer adalah dari
reaksi uap air dengan atom oksigen radikal yang
berasal dari hasil fotolisis molekul ozon. Radikal
OH memiliki waktu hidup yang sangat singkat,
sehingga karakternya sangat didominasi oleh siklus
hariannya, dengan konsentrasi paling banyak terjadi
pada siang hari dan sangat sedikit pada malam hari.
2. RADIKAL NO DI ATMOSFER
N2O merupakan sumber utama radikal NO di
stratosfer. Sifat N2O yang stabil menyebabkan N2O
tidak dapat terurai di troposfer. Ketika mencapai
stratosfer, N2O dapat bereaksi secara fotolisis dan
reaksi dengan atom oksigen radikal sebagai proses
penghilangan N2O di stratosfer. Hampir 10 persen
dari N2O diubah menjadi NOx.
Walaupun N2O merupakan sumber utama NOx
di stratosfer, sumber lainnya berasal dari
atmosfer tengah yaitu proses pembentukan NOx
melalui sinar kosmik pada ketinggian 10-15 km.
Sinar kosmik merupakan radiasi dari partikel
berenergi tinggi yang berasal dari luar atmosfer
bumi. Sinar kosmik dapat berupa elektron,
proton, bahkan inti atom seperti besi atau yang
lebih berat lagi. Hampir 90% sinar kosmik yang
tiba di permukaan Bumi adalah proton, sekitar
9% partikel alfa dan 1% elektron.
3. REAKSI KIMIA OZON DI ATMOSFER
 Reaksi Pembentukan dan Penguraian Ozon di
Stratosfer
Di stratosfer reaksi utama penyebab
terbentuknya molekul ozon adalah akibat reaksi
fotolisis oleh sinar UV dengan panjang
gelombang () di bawah 250 nm yang dapat
memutus ikatan O2. Di lapisan stratosfer, ozon
mengalami proses fotolisis dengan sangat cepat
oleh sinar UV dan sinar tampak dari radiasi
matahari, Namun, reaksi tersebut tidak
menunjukkan keseluruhan jumlah atom O yang
dilepaskan dan bergabung dengan molekul
oksigen untuk membentuk kembali ozon.
Perubahan yang sangat cepat dari O menjadi O 3
membuat kedua spesi ini dapat dianggap spesi
single disebut odd oxygen (Ox=O+O3). Ox atau
O3 hilang saat terbentuknya ikatan oksigen.
 Siklus Radikal OH dan NO dalam Reaksi Ozon
Troposfer dan Stratosfer
Di troposfer, radikal OH terlibat dalam reaksi
pembentukan dan penguraian ozon. Dalam
reaksi pembentukan ozon yang melibatkan CO
dan VOC, CO bereaksi dengan radikal OH
membentuk atom H radikal dan CO2. Atom H
radikal kemudian bereaksi dengan O2
membentuk hirdoperoksi radikal (HO2). Reaksi
produksi ozon di troposfer berhenti dengan
Penghilangan reaktan atau reaktan berubah
menjadi spesi kimia yang lain, Penurunan fluks
actinic yang berkaitan dengan sinar matahari
terutama saat matahari tenggelam.

4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


REAKSI OZON DI ATMOSFER
 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Ozon
di Troposfer
Hubungan antara kondisi meteorologi dan
polutan di udara seperti ozon troposfer, telah
sejak lama menjadi bagian penting dari
penelitian atmosfer. Proses presipitasi, karakter
aliran predominan, faktor cuaca seperti
temperatur, kelembaban, dan tekanan sangat
berhubungan dengan pembentukan, transport,
difusi, dan deposisi dari polutan di udara
 Prekursor ozon
Prekursor ozon terutama karbon monoksida,
hidrokarbon, dan oksida nitrogen yang berasal
dari alam maupun hasil aktivitas manusia
mempengaruhi konsentrasi ozon troposfer di
atmosfer. Semakin tinggi emisi prekursor ozon
tersebut, akan meningkatkan konsentrasi ozon
troposfer yang terbentuk. Namun, hal ini juga
masih dipengaruhi oleh faktor lain yaitu
intensitas sinar matahari dan faktor meteorologi
diantaranya temperatur, kelembapan, tekanan,
arah dan kecepatan angin, dan lain-lain.
 Intensitas sinar matahari
Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap
proses pembentukan ozon troposfer melalui
reaksi fotokimia. Intensitas sinar matahari yang
tinggi dikombinasikan dengan tingginya tingkat
emisi prekursor ozon akibat aktivitas manusia
akan memicu reaksi fotokimia pembentukan
ozon troposfer.
 Faktor meteorologi
Faktor meteorologi yang paling berperan dalam
proses pembentukan ozon troposfer adalah
kecepatan dan arah angin, temperatur, tekanan,
dan kelembapan. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Pulikeshi (2005) di Chenai,
India, faktor meteorologi tersebut memberikan
pengaruh terhadap proses pembentukan ozon
troposfer. Pengaruh faktor meteorologi terhadap
proses pembentukan ozon troposfr adalah
temperatur tinggi meningkatkan pembentukan
ozon, relatif humidity (RH)/kelembapan
berpengaruh sebaliknya terhadap pembentukan
ozon, kelembapan rendah ozon troposfer tinggi,
kondisi dengan tekanan tinggi menyebabkan
peningkatan konsentrasi ozon troposfer.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Ozon di
Stratosfer
 Jumlah oksigen di stratosfer
Reaksi pembentukan ozon di stratosfer berasal
dari reaksi fotolisis molekul oksigen oleh sinar
UV, sehingga jumlah ozon di stratosfer sangat
ditentukan oleh kelimpahan molekul oksigen.
Walaupun faktor lain seperti transport proses
juga ikut berpengaruh terhadap jumlah ozon di
stratosfer.
 Radiasi sinar ultraviolet
Radiasi sinar ultraviolet memegang peranan
penting dalam reaksi pembentukan ozon di
stratosfer. Reaksi fotolisis molekul oksigen
sangat ditentukan oleh energi radiasi ultraviolet
dengan panjang gelombang 242 nm. Sementara
reaksi penguraian ozon secara alami akibat
fotolisis juga melibatkan energi radiasi UV yang
terjadi pada panjang gelombang 310 nm.
 Keberadaan radikal halogen, NOx dan HOx
Selain reaksi alami fotolisis ozon di stratosfer,
serta keberadaan radikal NO dan OH seperti
sudah dijelaskan sebelumnya, keberadaan
radikal halogen terutama klorin dan bromin ikut
menentukan konsentrasi ozon di stratosfer.
Penguraian ozon di stratosfer menurut siklus
Chapman dan siklus katalitik. X dapat berupa
NO, OH, H, Cl, dan Br. Reaksi ini secara
keseluruhan dikendalikan oleh densitas atom
oksigen yang menurun jumlahnya seiring
menurunnya ketinggian. Di stratosfer bawah,
siklus ini tidak terlalu penting dibandingkan
siklus lainnya yang tidak dibatasi oleh atom
oksigen.

Hasil dan Diskusi Penulis menggunakan grafik serta di lengkapi teks


dan keterangan dari gambar yang diambil dari artikel.

Penutup Radikal OH dan NO berperan sebagai agen perusak


ozon di stratosfer. Radikal NO juga berperan sebagai
intermediate reaksi pembentukan ozon di troposfer
untuk menghasilkan kembali NO2 juga berperan
dalam produksi OH. Radikal OH di troposfer
berperan sebagai oksidator yang mengoksidasi CO
menjadi CO2 dan bereaksi dengan HC membentuk
alkil peroksi radikal. Beberapa faktor lain yang
mempengaruhi ozon di stratosfer adalah sinar
matahari, jumlah oksigen, dan keberadaan agen
perusak ozon. Beberapa faktor lain yang
mempengaruhi ozon di troposfer yaitu prekursor,
sinar matahari, faktor meteorologi, pembentukan
petir, dan pengaruh musim.
Daftar Pustaka Jumlah referensi yang dicantumkan pada artikel
sebanyak 10 refernsi, ukuran bagian referensi terdiri
dari buku dan jurnal ilmiah. Referensi penting untuk
mendukung penelitian dikarenakan di era perkembangan
teknologi sekarang ini untuk lebih mengembangkan
penelitian-penelitian.
Tahun referensi yang terdapat dalam artikel : 1993,
1996, 2001, 2004, 2005, 2006, 2008, 2010, 2011, 2012.
KESIMPULAN REVIEWER
Setelah membaca jurnal reviewer mendapatkan ide
menggunakan data yang didapat untuk meneliti
atmosfer yang terdapat diindonesia diberbagai daerah
serta dapat membandingkan daerah satu dengan yang
lainnya.

2.2 Jurnal Pembanding

LAPORAN
CRITICAL JOURNAL REVIEW

ANALISIS JURNAL
Latar Belakang Model yang menginvestigasi hubungan antara
Masalah formaldehida dengan pembentukan ozon salah satunya
adalah observation based model. Namun metode ini
membutuhkan banyak input dan/atau parameter yang
sulit dipastikan untuk menghitung konsentrasi
hidrokarbon dan NOx. Metode ini maka berpotensi
memiliki kesalahan yang signifikan. Selain itu model ini
sangat bergantung pada keakuratan inventarisasi untuk
emisi hidrokarbon. Penelitian Wasi’ah dan Driejana
(2017) untuk kasus Jakarta menggunakan metode
multivariat dengan hidrokarbon sebagai salah satu
parameter independen dapat memprediksi konsentrasi
ozon sebesar 46,32% di wilayah Thamrin. Hasil ini
menunjukkan masih cukup banyak proporsi dari variasi
konsentrasi yang belum dapat dijelaskan dengan model
tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan variabel/metode
lain untuk memperoleh hubungan ozon dan senyawa
prekursornya. Pada penelitian ini, data pemantauan
langsung digunakan untuk menganalisa keterkaitan
hubungan antar prekusor (formaldehida) dan produk
(Ozon) dengan menggunakan metode reaktivitas yang
spesifik untuk jenis hidrokarbon tertentu
Tujuan Tujuan penulisan paper ini data pemantauan
langsung digunakan untuk menganalisa keterkaitan
hubungan antar prekusor (formaldehida) dan produk
(Ozon) dengan menggunakan metode reaktivitas yang
spesifik untuk jenis hidrokarbon tertentu
Studi Literatur Pada penulisan literatur dijelaskan kurang jelas
dikarenakan istilah yang sulit dimengerti tanpa ada
penjelasan istilah tersebut, serta tidak dicantumkan caki
pada jurnal tetapi kode angka, contoh:

Senyawa aldehida memiliki peran penting dalam reaksi


fotokimia di atmosfer, salah satunya adalah senyawa
formaldehida yang dapat berperan sebagai prekursor
pembentukan oksidan (ozon). Senyawa ozon merupakan
oksidan terpenting yang dihasilkan dari reaksi fotokimia
di troposfer ataupun sejumlah kecilnya bersumber dari
O3 di stratosfer. Pembentukan ozon berasal dari proses
fotodisiasi senyawa hidrokarbon di atmosfer serta
dipengaruhi oleh senyawa radikal. Pembentukan ini
merupakan proses kompleks karena banyak VOCs yang
berasal dari antropogenik dan biogenik diemisikan ke
atmosfer sehingga VOCs akan bereaksi dengan OH pada
siang hari dan dengan NO3 pada malam hari10.
Metode Metode sampling udara yang digunakan pada
Eksperimen penelitian ini adalah metode sampling aktif. Metode
sampling ini bertujuan untuk mengumpulkan sampel
formaldehida di udara dilakukan dengan memasukkan
udara ke dalam impinger yang telah berisi larutan
penyerap berupa aquades sebanyak 25 ml. Botol
impinger dihubungkan dengan rotameter dan pompa
vakum dengan menggunakan selang silikon. Kecepatan
aliran udara yang masuk kedalam tabung impinger
diatur pada debit 1 L/menit. Metode ini merujuk pada
metode pengambilan sampel formaldehida di udara
berdasarkan prinsip absorbsi gas.
Reaksi pembentukan ozon di troposfer sangat
dipengaruhi oleh kehadiran senyawa hidrokarbon atau
volatile organic compound (VOC). Proses fisik deposisi
basah dan kering mampu menyisihkan senyawa organik.
VOC mengalami transformasi melalui reaksi kimia
fotolisis, reaksi dengan radikal hidroksil, reaksi dengan
radikal nitrat dan reaksi dengan O3. Kehadiran VOCs,
NOx, dan sinar matahari dapat menginisiasi
pembentukan oksidan ozon. Sinar matahari akan
menyediakan radiasi UV yang memecah molekul stabil
sehingga menghasilkan radikal *OH. Dengan kehadiran
NOx, radikal *OH akan mengkatalis oksidasi senyawa
VOC, lalu menghasilkan CO2 dan uap air. Senyawa
organik secara parsial akan teroksidasi menghasilkan
produk intermediat hasil oksidasi seperti aldehida, keton
dan karbon monoksida serta O3 sebagai by-product.
Formaldehida juga merupakan produk dalam fotolisis di
atmosfer. Aldehida dan keton merupakan produk utama
dari fotooksidasi dari senyawa hidrokarbon di atmosfer.
Oleh karena itu, senyawa aldehida memiliki peran ganda
sebagai prekursor ozon dan juga produk dari hasil
fotokimia. Laju pembentukan ozon dipengaruhi oleh
jumlah senyawa organik volatil (VOCs) yang hadir di
atmosfer, konstanta laju reaksi untuk masing-masing
VOC, jumlah *OH dan spesies lainnya yang mungkin
bereaksi dengan senyawa organik. Pembentukan ozon
akan terus berlangsung selama prekursor utama NOx dan
radikal utama yaitu *OH dan radikal peroksi/alkil
radikal (RO2) tersedia. Alkil radikal merupakan produk
reaksi *OH dengan senyawa organik volatil. Reaksi
ozon akan berhenti setelah konsentrasi prekursor sangat
kecil.
Daerah studi yang terpilih adalah DKI Jakarta
karena wilayah tersebut memiliki pertumbuhan jumlah
kendaran bermotor yang tinggi dan padat aktivitas
manusia. Pengambilan sampel dilakukan pada wilayah
studi dengan jam pengukuran selama 15 jam dari pukul
07.00 - 22.00 WIB. Sampel akan diganti setiap satu jam
sekali. Pengambilan sampel dilakukan selama dua
minggu (22 Juli - 4 Agustus 2016). Parameter yang
diukur di lapangan (data primer) adalah senyawa
hidrokarbon yang diwakili oleh konsentrasi rata-rata per
jam formaldehida. Sedangkan data sekunder yang
digunakan pada penelitian ini adalah konsentrasi ozon
per jam. Data sekunder diperoleh dari BPLHD DKI
Jakarta. Skenario ke-1 adalah model dengan Metode
MIR/ maximum incremental reactivity untuk
menghitung reaktivitas senyawa organik terhadap
pembentukan ozon. MIR menentukan potensi jumlah
ozon yang terbentuk akibat keberadaan senyawa
organik. Nilai MIR HCHO adalah 7,2 (g O3/g
HCHO)19 . Maka, konsentrasi ozon prediksi diestimasi
sebagai perkalian antara konsentrasi HCHO dengan
MIR HCHO. Potensi konsentrasi ozon tersebut dapat
dihitung dengan MIR berdasarkan persamaan:
[O3]=koefisien MIR x [senyawa organik]
Metode ke-2 untuk mengkuantifikasi reaktivitas
senyawa organik volatil adalah metode propana-
ekuivalen. Metode ini mengukur konsentrasi senyawa
organik terhadap reaktivitas senyawa organik dengan
radikal hidroksil (*OH) dan reaktivitas propana. Reaksi
oksidasi hidrokarbon biasanya diinisiasi oleh reaksi
hidrokarbon dengan *OH. Laju oksidasi hidrokarbon
sebanding dengan laju produksi ozon di lokasi dan
waktu tersebut15 . Metode ini membutuhkan nilai
konstanta OH-Formaldehida dan Konstanta OH-
propana. Nilai KOH C3H6 pada 298 K adalah 26,3 x
1012 cm3 /molekul.detik sedangkan KOH HCHO pada
298 K adalah sebesar 9,37 x 1012 cm3 /molekul.detik.
Untuk menghitung potensial ozon dengan menggunakan
metode propana-ekuivalen, maka digunakan persamaan
sebagai berikut:
propena-ekuivalen(j) = [senyawa organik(j)] x
(KOH(j)/KOHC3H6(j))
Koefisien spearman merupakan uji statistik non
parametrik untuk mengkuantifikasi kekuatan hubungan
antara data terukur dengan hasil model metode MIR
atau metode propana ekuivalen. Metode RMSE (Root
Mean Squared Error) dapat digunakan untuk
membandingkan antara hasil konsentrasi ozon dari
perhitungan kedua metode tersebut (Y1) dengan nilai
konsentrasi ozon yang terukur dari stasiun monitoring
(Y2). Perhitungan RMSE ditunjukkan oleh persamaan:
RMSE =( (Y2 - Y1)2 /Jumlah data )

Hasil dan Penulis menggunakan grafik serta di lengkapi teks


Diskusi dan keterangan dari gambar yang diambil dari artikel.
Penutup Nilai rerata konsentrasi ozon (µg/m3 ) 34,39 yang
diperoleh dari data pengukuran, sedangkan metode
MIR, dan propana ekuivalen menghasilkan 83,93
µg/m3 dan 9,92. µg/m3 . Rentang kesalahan yang
dihitung menggunakan RMSE (Root Mean Squared
Error) adalah 81,23 µg/m3 (MIR) dan 31,90 µg/m3
(propana ekuivalen). Kedua metode belum
menggambarkan prediksi ozon secara baik, karena
hanya menggunakan data input hidrokarbon yang
sederhana. Spesies VOC dan metode pemodelan
lainnya seperti metode kinetika/statistik diperlukan
untuk menghasilkan estimasi konsentrasi ozon yang
lebih baik.
Daftar Pustaka Jumlah referensi yang dicantumkan pada artikel
sebanyak 32 refernsi, ukuran bagian referensi terdiri dari
buku dan jurnal ilmiah. Referensi penting untuk
mendukung penelitian dikarenakan di era perkembangan
teknologi sekarang ini untuk lebih mengembangkan
penelitian-penelitian.
Tahun referensi yang terdapat dalam artikel : 1982,
1986, 1991, 1992, 1994, 1995, 1997, 1988, 1999, 2000,
2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011,
2011, 2011, 2011, 2012, 2013, 2013, 2013, 2013, 2015,
2016, 2016, 2017, 2017.
KESIMPULAN REVIEWER
Setelah membaca jurnal reviewer mendapatkan ide
mengganti fenantrolin dengan menggunakan senyawa
karbonil yang lain yang toksik untuk melihat
perbandingan hasilnya.

LAPORAN
CRITICAL JOURNAL REVIEW

ANALISIS JURNAL
Latar Belakang Model yang menginvestigasi hubungan antara
Masalah formaldehida dengan pembentukan ozon salah satunya
adalah observation based model. Namun metode ini
membutuhkan banyak input dan/atau parameter yang
sulit dipastikan untuk menghitung konsentrasi
hidrokarbon dan NOx. Metode ini maka berpotensi
memiliki kesalahan yang signifikan. Selain itu model ini
sangat bergantung pada keakuratan inventarisasi untuk
emisi hidrokarbon. Penelitian Wasi’ah dan Driejana
(2017) untuk kasus Jakarta menggunakan metode
multivariat dengan hidrokarbon sebagai salah satu
parameter independen dapat memprediksi konsentrasi
ozon sebesar 46,32% di wilayah Thamrin. Hasil ini
menunjukkan masih cukup banyak proporsi dari variasi
konsentrasi yang belum dapat dijelaskan dengan model
tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan variabel/metode
lain untuk memperoleh hubungan ozon dan senyawa
prekursornya. Pada penelitian ini, data pemantauan
langsung digunakan untuk menganalisa keterkaitan
hubungan antar prekusor (formaldehida) dan produk
(Ozon) dengan menggunakan metode reaktivitas yang
spesifik untuk jenis hidrokarbon tertentu
Tujuan Tujuan penulisan paper ini data pemantauan
langsung digunakan untuk menganalisa keterkaitan
hubungan antar prekusor (formaldehida) dan produk
(Ozon) dengan menggunakan metode reaktivitas yang
spesifik untuk jenis hidrokarbon tertentu
Studi Literatur Pada penulisan literatur dijelaskan kurang jelas
dikarenakan istilah yang sulit dimengerti tanpa ada
penjelasan istilah tersebut, serta tidak dicantumkan caki
pada jurnal tetapi kode angka, contoh:

Senyawa aldehida memiliki peran penting dalam reaksi


fotokimia di atmosfer, salah satunya adalah senyawa
formaldehida yang dapat berperan sebagai prekursor
pembentukan oksidan (ozon). Senyawa ozon merupakan
oksidan terpenting yang dihasilkan dari reaksi fotokimia
di troposfer ataupun sejumlah kecilnya bersumber dari
O3 di stratosfer. Pembentukan ozon berasal dari proses
fotodisiasi senyawa hidrokarbon di atmosfer serta
dipengaruhi oleh senyawa radikal. Pembentukan ini
merupakan proses kompleks karena banyak VOCs yang
berasal dari antropogenik dan biogenik diemisikan ke
atmosfer sehingga VOCs akan bereaksi dengan OH pada
siang hari dan dengan NO3 pada malam hari10.
Metode Metode sampling udara yang digunakan pada
Eksperimen penelitian ini adalah metode sampling aktif. Metode
sampling ini bertujuan untuk mengumpulkan sampel
formaldehida di udara dilakukan dengan memasukkan
udara ke dalam impinger yang telah berisi larutan
penyerap berupa aquades sebanyak 25 ml. Botol
impinger dihubungkan dengan rotameter dan pompa
vakum dengan menggunakan selang silikon. Kecepatan
aliran udara yang masuk kedalam tabung impinger
diatur pada debit 1 L/menit. Metode ini merujuk pada
metode pengambilan sampel formaldehida di udara
berdasarkan prinsip absorbsi gas.
Reaksi pembentukan ozon di troposfer sangat
dipengaruhi oleh kehadiran senyawa hidrokarbon atau
volatile organic compound (VOC). Proses fisik deposisi
basah dan kering mampu menyisihkan senyawa organik.
VOC mengalami transformasi melalui reaksi kimia
fotolisis, reaksi dengan radikal hidroksil, reaksi dengan
radikal nitrat dan reaksi dengan O 3. Kehadiran VOCs,
NOx, dan sinar matahari dapat menginisiasi
pembentukan oksidan ozon. Sinar matahari akan
menyediakan radiasi UV yang memecah molekul stabil
sehingga menghasilkan radikal *OH. Dengan kehadiran
NOx, radikal *OH akan mengkatalis oksidasi senyawa
VOC, lalu menghasilkan CO2 dan uap air. Senyawa
organik secara parsial akan teroksidasi menghasilkan
produk intermediat hasil oksidasi seperti aldehida, keton
dan karbon monoksida serta O3 sebagai by-product.
Formaldehida juga merupakan produk dalam fotolisis di
atmosfer. Aldehida dan keton merupakan produk utama
dari fotooksidasi dari senyawa hidrokarbon di atmosfer.
Oleh karena itu, senyawa aldehida memiliki peran ganda
sebagai prekursor ozon dan juga produk dari hasil
fotokimia. Laju pembentukan ozon dipengaruhi oleh
jumlah senyawa organik volatil (VOCs) yang hadir di
atmosfer, konstanta laju reaksi untuk masing-masing
VOC, jumlah *OH dan spesies lainnya yang mungkin
bereaksi dengan senyawa organik. Pembentukan ozon
akan terus berlangsung selama prekursor utama NO x dan
radikal utama yaitu *OH dan radikal peroksi/alkil
radikal (RO2) tersedia. Alkil radikal merupakan produk
reaksi *OH dengan senyawa organik volatil. Reaksi
ozon akan berhenti setelah konsentrasi prekursor sangat
kecil.
Daerah studi yang terpilih adalah DKI Jakarta
karena wilayah tersebut memiliki pertumbuhan jumlah
kendaran bermotor yang tinggi dan padat aktivitas
manusia. Pengambilan sampel dilakukan pada wilayah
studi dengan jam pengukuran selama 15 jam dari pukul
07.00 - 22.00 WIB. Sampel akan diganti setiap satu jam
sekali. Pengambilan sampel dilakukan selama dua
minggu (22 Juli - 4 Agustus 2016). Parameter yang
diukur di lapangan (data primer) adalah senyawa
hidrokarbon yang diwakili oleh konsentrasi rata-rata per
jam formaldehida. Sedangkan data sekunder yang
digunakan pada penelitian ini adalah konsentrasi ozon
per jam. Data sekunder diperoleh dari BPLHD DKI
Jakarta. Skenario ke-1 adalah model dengan Metode
MIR/ maximum incremental reactivity untuk
menghitung reaktivitas senyawa organik terhadap
pembentukan ozon. MIR menentukan potensi jumlah
ozon yang terbentuk akibat keberadaan senyawa
organik. Nilai MIR HCHO adalah 7,2 (g O3/g
HCHO)19 . Maka, konsentrasi ozon prediksi diestimasi
sebagai perkalian antara konsentrasi HCHO dengan
MIR HCHO. Potensi konsentrasi ozon tersebut dapat
dihitung dengan MIR berdasarkan persamaan:
[O3]=koefisien MIR x [senyawa organik]
Metode ke-2 untuk mengkuantifikasi reaktivitas
senyawa organik volatil adalah metode propana-
ekuivalen. Metode ini mengukur konsentrasi senyawa
organik terhadap reaktivitas senyawa organik dengan
radikal hidroksil (*OH) dan reaktivitas propana. Reaksi
oksidasi hidrokarbon biasanya diinisiasi oleh reaksi
hidrokarbon dengan *OH. Laju oksidasi hidrokarbon
sebanding dengan laju produksi ozon di lokasi dan
waktu tersebut15 . Metode ini membutuhkan nilai
konstanta OH-Formaldehida dan Konstanta OH-
propana. Nilai KOH C3H6 pada 298 K adalah 26,3 x
1012 cm3 /molekul.detik sedangkan KOH HCHO pada
298 K adalah sebesar 9,37 x 1012 cm3 /molekul.detik.
Untuk menghitung potensial ozon dengan menggunakan
metode propana-ekuivalen, maka digunakan persamaan
sebagai berikut:
propena-ekuivalen(j) = [senyawa organik(j)] x
(KOH(j)/KOHC3H6(j))
Koefisien spearman merupakan uji statistik non
parametrik untuk mengkuantifikasi kekuatan hubungan
antara data terukur dengan hasil model metode MIR atau
metode propana ekuivalen. Metode RMSE (Root Mean
Squared Error) dapat digunakan untuk membandingkan
antara hasil konsentrasi ozon dari perhitungan kedua
metode tersebut (Y1) dengan nilai konsentrasi ozon
yang terukur dari stasiun monitoring (Y2). Perhitungan
RMSE ditunjukkan oleh persamaan:
RMSE =( (Y2 - Y1)2 /Jumlah data )

Hasil dan Penulis menggunakan grafik serta di lengkapi teks


Diskusi dan keterangan dari gambar yang diambil dari artikel.
Penutup Nilai rerata konsentrasi ozon (µg/m3 ) 34,39 yang
diperoleh dari data pengukuran, sedangkan metode
MIR, dan propana ekuivalen menghasilkan 83,93
µg/m3 dan 9,92. µg/m3 . Rentang kesalahan yang
dihitung menggunakan RMSE (Root Mean Squared
Error) adalah 81,23 µg/m3 (MIR) dan 31,90 µg/m3
(propana ekuivalen). Kedua metode belum
menggambarkan prediksi ozon secara baik, karena
hanya menggunakan data input hidrokarbon yang
sederhana. Spesies VOC dan metode pemodelan
lainnya seperti metode kinetika/statistik diperlukan
untuk menghasilkan estimasi konsentrasi ozon yang
lebih baik.
Daftar Pustaka Jumlah referensi yang dicantumkan pada artikel
sebanyak 32 refernsi, ukuran bagian referensi terdiri dari
buku dan jurnal ilmiah. Referensi penting untuk
mendukung penelitian dikarenakan di era perkembangan
teknologi sekarang ini untuk lebih mengembangkan
penelitian-penelitian.
Tahun referensi yang terdapat dalam artikel : 1982,
1986, 1991, 1992, 1994, 1995, 1997, 1988, 1999, 2000,
2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011,
2011, 2011, 2011, 2012, 2013, 2013, 2013, 2013, 2015,
2016, 2016, 2017, 2017.
KESIMPULAN REVIEWER
Setelah membaca jurnal reviewer mendapatkan ide
mengganti fenantrolin dengan menggunakan senyawa
karbonil yang lain yang toksik untuk melihat
perbandingan hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai