Anda di halaman 1dari 12

Nama : Anastasia Gayatri Marwan

NIM : 4183331028
Kelas : Kimia Dik A 2018
Matakuliah : Seminar Pendidikan Kimia
1. Tuliskanlah contoh proposal penelitian untuk penyusunan skripsi dalam bentuk
artikel/makalah seminar jika yang akan anda teliti adalah topik kajian yang anda pilih dalam
keempat tugas tersebut !
Proposal Penelitian Skripsi
Judul Skripsi: Metode Pembelajaran yang Paling Efektif pada Pembelajaran Daring pada Mata
Pelajaran Kimia
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap
muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang
menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap
berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media
pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).
Semua sektor merasakan dampak corona. Dunia pendidikan salah satunya. Dilihat dari
kejadian sekitar yang sedang terjadi, baik siswa maupun orangtua siswa yang tidak memiliki
handphone untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring ini merasa kebingungan, sehingga
pihak sekolah ikut mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut. Beberapa siswa yang
tidak memiliki handphone melakukan pembelajaran secara berkelompok, sehingga mereka
melakukan aktivitas pembelajaran pun bersama. Mulai belajar melalui videocall yang
dihubungkan dengan guru yang bersangkutan, diberi pertanyaan satu persatu, hingga
mengapsen melalui VoiceNote yang tersedia di WhatsApp.
Kean dan Middlecamp (1985: 5–9), yaitu sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak
sehingga diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat lebih mengkonkritkan konsep-
konsep yang abstrak tersebut, ilmu kimia yang dipelajari merupakan penyederhanaan dari
ilmu yang sebenarnya, ilmu kimia berkembang dengan cepat, ilmu kimia tidak hanya sekedar
memecahkan soal-soal, dan beban materi yang harus dipelajari dalam pembelajaran kimia
sangat banyak.
Wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) yang telah melanda 215 negara di dunia,
memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan, khususnya Sekolah. Untuk
melawan Covid-19 Pemerintah telah melarang untuk berkerumun, pembatasan sosial (social
distancing) dan menjaga jarak fisik (physical distancing), memakai masker dan selalu cuci
tangan. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah telah melarang sekolah
untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka (konvensional) dan memerintahkan untuk
menyelenggarakan perkuliahan atau pembelajaran secara daring (Surat Edaran Kemendikbud
Dikti No. 1 tahun 2020). Sekolah dituntun untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran secara
daring atau online.
Untuk mencegah penyebaran Covid-19, WHO memberikan himbauan untuk
menghentikan acara-acara yang dapat menyebabkan massa berkerumun. Maka dari itu,
pembelajaran tatap muka yang mengumpulkan banyak siswa di dalam kelas ditinjau ulang
pelaksanaanya. Pembelajaran harus diselenggarakan dengan skenario yang mampu mencegah
berhubungan secara fisik antara siswa dengan dosen maupun siswa dengan siswa lainnya
(Sadikin, dan Hamidah, 2020).
Sistem pembelajaran modern berbasis teknologi informasi memberikan kualitas
luasnya jangkauan yang sangat cocok untuk masyarakat milineal yang dapat diakses di
berbagai tempat dan waktu. Sistem ini dapat diakses oleh berbagai level masyarakat dari
menengah samapai sedang. Revolusi industri 4.0 memudahkan orang untuk terhubung secara
online, seperti media sosial dan dapat mengakses informasi dengan cepat. Salah satu langkah
pemanfaatan teknologi jaringan dan teknologi informasi bagi pengembangan sistem
pembelajaran di sekolah adalah sistem kuliah daring (dalam jaringan) antar sekolah. Salah satu
pemrakarsa dari sistem ini adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Kemendikbud melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi membuat website
yang diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif bagi para pelajar dalam mempelajari ilmu
tanpa batas.
Proses belajar dengan cara ini dinilai sangat baik, karena sumber belajar dapat
digunakan dengan gratis oleh ribuan orang yang membutuhkan. Jadi siswa dari sekolah yang
ada di daerah terpencil dapat mengakses mata kuliah di sekolah terkemuka di Indonesia. Proses
belajar ini akan menarik siswa, karena penyampaian data yang disiapkan dalam media tersebut
menyenangkan, dan mudah untuk dicerna, sehingga membuat siswa menjadi ingin lebih tahu.
Konten yang lengkap, jelas, menumbuhkan minat belajar, akan semakin digemari sampai
tumbuhnya masyarakat yang cerdas, kaya pengetahuan, bahkan sampai berkemampuan
mengembangkan ilmu pengetahuannya melalui percobaan, penelitian, kajian yang akhirnya
akan berdaya dengan pengembangan kompetensinya. Untuk memperkaya konten sumber
belajar ini Kemendikbud bekerjasama dengan sekolah terkemuka di Indonesia yang memiliki
ilmuwan, peneliti, innovator, dan co-kreator dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi
serta berpengetahuan dalam bidangnya. Idealnya, apabila sumber belajar ini mampu diakses
oleh banyak pengguna, murah, dan dinamis, seyogyanya dapat diproduksi oleh dosen di
sekolah dalam rangka menumbuhkan kembangkan sekolah (Mustofa, Chodrizin, dan Sayekti,
2019).
Pada penelitian hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar auditori dan visual yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran daring memiliki nilai rata-rata hasil belajar yang
lebih baik dari siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran tatap muka. Tidak ada
perbedaan nilai ratarata hasil belajar siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran tatap muka dengan kelompok siswa
yang dibelajarkan dengan pembelajaran daring (Anggarawan, 2019).
Proses pembelajaran merupakan sebuah proses belajar dan mengajar, dimana dalam
kegiatan tersebut diperlukan sebuah rencana dan bahan materi yang dapat menunjang proses
pembelajaran. Rencana proses tersebut tertulis dalam sebuah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Menurut Bararah (2017: 132) RPP adalah “rancangan pembelajaran mata
pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran dikelas”. Dalam RPP
memuat prosedur kegiatan belajar dari awal hingga yang sesuai dengan indikator dan tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan, hal tersebut bertujuan agar kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih mudah dan lancar serta dapat meningkatkan hasil proses belajar mengajar
(Putria, Maulana, dan Uswatun, 2020).
Faktor utama yang seharusnya dipertimbangan dalam menetapkan pilihan model
pembelajaran yang digunakan pada setiap sekolah adalah faktor pencapaian (keberhasilan)
hasil belajar, selain faktor lingkungan belajar dan biaya operasional. Yang menjadi faktor
pertama dalam pemilihan model pembelajaran umumnya adalah faktor pencapaian hasil
belajar, yakni model pembelajaran yang dianggap cocok dan bisa menghantarkan hasil belajar
kognitif yang minimal berhasil baik, atau yang bisa meningkatkan kualifikasi kognitif lulusan.
Faktor lingkungan belajar, juga dipertimbangkan dalam pemilihan model pembelajaran pada
mata kuliah tertentu di sekolah karena jika lingkungan belajar yang cocok bagi mahaiswa
tertentu tidak didukung oleh model pembelajaran yang digunakan saat mempelajari mata
kuliah yang dipelajari siswa, maka akan menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa yang
belajar, yang pada akhirnuya berakibat pada kegagalan dalam mencapai hasil belajar yang baik
pada siswa bersangkutan. Sebagai contoh, katakan model pembelajaran yang digunakan adalah
model pembelajaran tatap muka, jika lokasi sekolah pada lokasi yang ramai bunyi klakson
mobil, atau suara gaduh lainnya, maka akan sangat mengganggu lingkungan belajar siswa yang
memiliki gaya belajar selain visual. Faktor lain yang biasanya dipertimbangkan dalam
pemilihan model pembelajaran adalah faktor biaya operasional pembelajaran. Secara jangka
pendek dan jangka panjang, model pembelajaran tatap memrlukan biaya yang relatif cukup
besar dalam penyelengaraaan pembelajaran. Sedangkan model pembelajaran daring pada awal
penyelenggaraan perlu biaya relatif cukup besar, namun selanjutnya memerlukan biaya yang
lebih ringan, setidaknya dalam biaya sumber daya manusia dan infrastruktur pemeliharaan
serta pengadaan sarana dan prasarana kelas (Anggarawan, 2019).
Blended learning sebagai kombinasi karakteristik pembelajaran tradisional dan lingkungan
pembelajaran elektronik atau blended learning. Menggabungkan aspek blended learning
seperti pembelajaran berbasis web, streaming video, komunikasi audio synchronous dan
asynchronous dengan pembelajaran tradisional “tatap muka”. Tujuan dikembangkannya
blended learning adalah menggabungkan ciri-ciri terbaik dari pembelajaran di kelas (tatap
muka) dan ciri-ciri terbaik pembelajaran online untuk meningkatkan pembelajaran mandiri
secara aktif oleh peserta didik dan mengurangi jumlah waktu tatap muka di kelas. Mata kuliah
blended difokuskan untuk mengubah bentuk pembelajaran klasik sehingga peserta didik lebih
aktif mempelajari materi pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Tujuan akhirnya adalah
meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai materi pembelajaran yang ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai mata pelajaran (Khoiroh, Munoto, Anifah).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana keefesienan pembelajaran melalui daring pada pembelajaran kimia?
2. Apa yang menjadi masalah dan kesulitan dalam pembelajaran daring pada pembelajaran
kimia?
3. Metode pembelajaran apa yang paling efektif dalam pembelajara daring pada pembelajaran
kimia?

1.3 Batasan Masalah


1. Seberapa efesien pembelajaran melalui daring pada pembelajaran kimia?
2. Apa masalah siswa pada pembelajaran daring pada pembelajaran kimia?
3. Metode pembelajaran apa yang paling mudah bagi siswa pada pembelajaran kimia?

1.4 Tujuan Penulisan


1. Menunjukan pengaruh keefesienan pembelaaran melalui daring pada pembelajaran kimia
2. Menunjukan pengaruh masalah dan kesulitan dalam pembelajaran daring pada
pembelajaran kimia
3. Menunjukan pengaruh metode pembelajaran apa yang paling efektif dalam pembelajaran
daring pada pembelajaran kimia

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengtahui bagaimana pembelajaran daring pada
masa pandemic yang membuat siswa tidak dapat dikontrol langsung oleh guru, serta apa saja
kesulitan dan kemudahan yang dirasakan para siswa saat melakukan pembelajaran daring, dan
metode pembelajaran apa yang muda dimengerti siswa pada saat pembelajaran daring.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Materi Asam Basa


Sifat asam dan basa termasuk pokok bahasan yang penting dalam ilmu kimia. Dalam
kehidupan sehari-hari, sifat ini dapat kita jumpai misalnya rasa asam dari buah jeruk dan cuka.
Rasa asam tersebut berasal dari asam yang terkandung dalam buah jeruk dan cuka, yaitu asam
sitrat dan asam cuka. Asam askorbat dalam vitamin C adalah zat penting dalam makanan kita.
Asam sulfat adalah contoh senyawa yang bersifat asam yang terkandung dalam baterai
mobil yang produksinya berada pada tingkat atas dalam produksi tahunan dari industri kimia.
Senyawa yang bersifat basa yang penting diantaranya adalah amonia, terdapat dalam bahan
pembersih rumah tangga. Contoh lainnya yaitu natrium hidroksida, dipasaran bernama lye,
terdapat pada pembersih dan zat buangan. Demikian juga ”milk of magnesia” yang dipakai
sebagai obat penyakit lambung juga bersifat basa. Definisi-definisi berdasarkan pengamatan
mengenai asam dan basa dapat dilihat pada tabel 12.1.
Tabel 12.1 Hasil pengamatan asam dan basa

Untuk mengetahui sifat suatu senyawa apakah asam, basa, atau netral, cara yang digunakan
adalah mengujinya dengan indikator asam-basa. Beberapa indikator asam-basa yaitu :
a. Lakmus merah dan lakmus biru
Asam mengubah kertas lakmus biru menjadi merah. Sedangkan basa mengubah
kertas lakmus merah menjadi biru. Senyawa netral tidak mengubah warna kedua kertas
lakmus.
b. Indikator universal
Dengan indikator universal, kita bisa langsung mengetahui berapa pH (kekuatan
asam / basa) dari suatu senyawa dengan membandingkan warna indikator yang terkena
senyawa dengan warna standar. Biasanya range pH indikator universal adalah 1-14. Asam
: pH < 7 Netral : pH = 7 Basa : pH > 7
c. pH meter
pH larutan juga bisa diukur dengan pH meter. Alat digital ini memberikan nilai pH
yang lebih akurat daripada indikator universal. Pembahasan pH larutan lebih lanjut di sub
bab berikutnya.
Sebenarnya, beberapa senyawa di alam bisa digunakan sebagai indikator asam-basa,
seperti kunyit, air bunga, dan sebagainya.
A. Definisi Asam Basa
Menurut sejarahnya, awalnya Lavoisier mengemukakan bahwa asam merupakan
senyawa yang mengandung oksigen (oksida dari nitrogen, fosfor, sulfur dan halogen yang
membentuk asam dalam air). Namun sekitar awal abad 19, beberapa asam yang tidak
mengandung oksigen telah ditemukan, sehingga akhirnya pada tahun 1838 Liebig
mendefinisikan asam sebagai senyawa yang mengandung hidrogen, dimana hidrogen
tersebut dapat digantikan oleh logam. Pada abad berikutnya, dikembangkan definisi-
definisi asam-basa yang memperbaiki definisi sebelumnya.
a. Definisi Asam Basa Menurut Arrhenius
Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat
menghasilkan ion hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi ion hidronium (H3O+)

basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi ion hidroksida

Reaksi keseluruhannya :
H+ + Cl- + NH4 + + OH- ↔ NH4+ + Cl- + H2O
Secara umum :
asam + basa ↔ garam + air
b. Definisi asam-basa menurut Bronsted-Lowry
Pada tahun 1923, Bronsted dan Lowry mendefinisikan : Asam adalah suatu
senyawa yang dapat memberikan proton (H+). Basa adalah suatu senyawa yang dapat
berperan sebagai menerima proton (H+).
Pada kedua contoh reaksi di atas, air dapat bertindak sebagai basa dalam larutan
HCl dan sebagai asam dalam larutan amonia. Senyawa yang dapat bertindak sebagai asam
dan basa disebut sebagai senyawa amfoter. Contoh lain senyawa yang bersifat amfoter
yaitu Al2O3. Reaksi di atas menunjukkan pasangan asam-basa konjugasi. Pada reaksi
kebalikannya, ion Cl- menerima proton dari ion oksonium (H3O+). Ion Cl- disebut
sebagai basa dan ion oksonium (H3O+) disebut sebagai asam, sehingga HCl merupakan
pasangan asam-basa konjugasi dari Cl- dan H2O merupakan pasangan asam-basa
konjugasi dari ion oksonium (H3O+).
c. Definisi asam-basa menurut Lux-Flood
Sistem asam-basa Lux-Flood merupakan sistem asam-basa dalam larutan nonprotik
yang tidak dapat menggunakan definisi BronstedLowry. Contohnya, pada temperatur
leleh suatu senyawa anorganik yang cukup tinggi reaksinya sebagai berikut:

basa (CaO) adalah pemberi oksida


asam (SiO2) adalah penerima oksida
Sistem Lux-Flood terbatas pada sistem lelehan oksida, namun merupakan aspek
anhidrida asam-basa dari kimia asam- basa yang sering diabaikan.
Basa Lux-flood adalah suatu anhidrida basa.
Ca2++ O2- + H2O → Ca2++ 2OH-
Sedangkan asam Lux-Flood adalah suatu anhidrida asam.
SiO2+H2O → H2SiO3
Karakterisasi oksida logam dan non logam menggunakan sistem tersebut bermanfaat
dalam industri pembuatan logam.
B. Derajat keasaman (pH)
Konsentrasi ion H+ dalam larutan disebut derajat keasaman (pH). Rumus pH
dituliskan sebagai berikut :
Untuk air murni pada temperatur 25 °C : [H+] = [OH-]
= 10-7 mol/L Sehingga pH air murni = - log 10-7 = 7.
Atas dasar pengertian ini, maka :
Jika pH = 7, maka larutan bersifat netral
Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam
Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14
Telah disinggung dalam pembahasan
sebelumnya bahwa asam terbagi menjadi dua, yaitu asam kuat dan asam lemah. Begitu
juga pada larutan basa terbagi menjadi dua, yaitu basa kuat dan basa lemah. Pembagian
ini sangat membantu dalam penentuan derajat keasaman (pH) (Ratna, Didik, dkk,
2008).

2.2 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu:
1. H0: Tidak ada pengaruh hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran visual
dibandingkan dengan model pembelajaran audio visual terhadaphasil belajar.
Ha: Ada pengaruh lebih tinggi secara signifikan hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran audio visual dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran visual
terhadap hasil belajar.
2. H0: Tidak ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan motivasi rendah menggunakan model
pembelajaran audio visual dan model pembelajaran visual terhadap hasil belajar.
Ha: Ada pengaruh secara signifikan motivasi belajar tinggi dan motivasi rendah
menggunakan model pembelajaran audio visual dan model pembelajaran langsung
terhadap hasil belajar.
3. H0: Tidak ada interaksi antara hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran audio
visual dengan model pembelajaran visual.
Ha: ada interaksi antara hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran audio visual
dengan model pembelajaran visual.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Pada penelitian ini, terdapat kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran yang berbeda. Kelompok siswa dibelajarkan pembelajaran asam basa dengan
model pembelajaran berbeda. Siswa pembelajaran daring belajar secara mandiri dan/atau
kolaboratif dengan sesama siswa secara daring. Modul pembelajaran asam basa telah disiapkan
pada komputer server yang bisa diakses kapan saja dan dari mana saja oleh siswa. Modul
pembelajaran daring mata pelajaran berisi materi asam basa yang digunakan oleh kelompok
siswa untuk belajar secara daring pada penelitian ini telah melewati evaluasi formatif, sehingga
telah memenuhi persyaratan sebagai modul pembelajaran daring yang layak untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok dan melakukan
pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran seperti power point, dan penjelasan
melalui diskusi audio visual. Setelah itu dilakukan tes dengan angket dan tes tertulis untuk
mengetahui siswa lebih nyaman dan mengerti menggunakan metode apa.

Pembelajaran
Siswa
Asam Basa

Gaya Belajar
Pembelajaran
Visual, Audio Daring
Visual

3.2 Populasi dan Sampel


Dalam memilih subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik sampling purposive.
Sampling purposive merupakan “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.
Pada penelitian ini diambil siswa dalam beberapa kelompok lalu diberikan pembelajaran
melalui beberapa media pembelajaran yang berbeda yaitu power point, dan penjelasan melalui
diskusi visual audio. Siswa yang akan diambil adalah siswa dari sekolah menengah atas (SMA)
dikarenakan pada jenjang ini siswa sudah mulai membahas kimia dengan materi asam basa.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini yang pertama adalah memberikan buku kimia tentang asam
basa sehingga siswa memiliki pondasi untuk pemahaman materi, lalu siswa akan diberikan
metode pembelajaran berbeda yang sudah dikelompokkan berupa ppt, atau berupa diskusi
langsung dengan aplikasi google meet atau zoom, setelah itu siswa akan diberikan kuis tentang
asam basa berupa soal pilihan ganda, dan angket pertanyaan soal seberapa paham siswa pada
pembelajaran dengan googleform.

3.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan hasil nilai kuis dan angket setelah itu nilai-
nilai yang didapatkan siswa degan ini pengumpulan data yang dilakukan adalah kuantitatif
karena data yang didapat berupa nilai dan angka. Pada penelitian akan dilihat nilai rata-ratanya
sesuai kelompok media pembelajaran dan angket yang diberikan untuk melihat bagaimana
kekurangan dan kelebihan pada media pembelajaran pada minat dan motivasi belajar siswa
pada materi asam basa. Dengan pengumpulan data kita dapat melihat bagaimana tingkat
pemahaman siswa secara spesifik berupa nilai atau angka keberhasilan dalam metode
pembelajaran.

3.5 Teknik Analisis Data


Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuanitatif. Penelitian ini berupaya untuk
mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan sistem pembelajaran daring (jaringan).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dalam dengan penilaian
pengetahuan dengan kuis dan kenyamanan pembelajaran dengan angket.
Observasi yang dilakukan adalah dengan pengisian angket, untuk melihat bagaimana
kekurangan dan kelebihan pada media pembelajaran pada minat dan motivasi belajar siswa
pada materi asam basa, sedangkan pada kajian pemberian kuis kita melihat bagaimana
pemahaman siswa dengan pembelajaran asam basa.
2. Apa perbedaan serta persamaan antara naskah artikel/makalah seminar tersebut dan naskah
yang ditampilkan sewaktu mempresentasikan (menyeminarkan) nya?
1) Pada latar belakang tidak mencantumkan berupa data yang mengenai latar belakang isi
proposal dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya di lapangan.
2) Identifikasi masalah belum mengakaitkannya kedalam latar belakang dan sesuai dengan
fakta yang sebenarnya dilapangan.
3) Batasan masalah terdapat materi pokok, kita belum mencantumkan kurikulumnya.
4) Rumusan masalah yaitu harus berkaitan dengan apa yang diteliti dan dibagian akhir
mendapatkan hasil.
5) Tujuan penelitian yaitu tidak boleh ada kata ”mengetahui” tetapi menggunakan kata ilmiah
cth “mengetahui” diubah menjadi “menunjukkan”.

Artikel ilmiah dilihat dari kriteria dan ciri-ciri ilmiahnya, seperti komitmen pada
kebenaran, mengutip dengan cara yang benar, berargumentasi secara logis, dan mendukung
pendapat pribadi dengan data-data yang akurat, tidak jauh berbeda dengan tulisan-tulisan
ilmiah lainnya, seperti risalah, tesis, disertasi, dan karya ilmiah lainnya. Hanya saja dari sudut
kuantitas, artikel ilmiah tentu saja lebih pendek, dan berbicara hanya satu topik tertentu. Selain
itu, dalam artikel ilmiah tidak perlu membuat pendahuluan yang detail berkenaan dengan
metode, tujuan, dan manfaat tulisan, sebagaimana yang biasanya diharuskan dalam sebuah
penelitian ilmiah.
Proposal adalah suatu rancangan kegiatan atau rencana yang ditulis secara sistematis,
teliti, juga matang, sebelum melaksanakan kegiatan atau penelitian tertentu.
Persamaannya adalah sama-sama memuat hal-hal penting tentang penelitian

Anda mungkin juga menyukai