Anda di halaman 1dari 3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model inkuiri terbimbing based learning terhadap
peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa pada pokok bahasan asam basa pada siswa. Populasi penelitian yaitu
seluruh siswa kelas XI SMA yang terdiri dari satu kelas. Pada penelitian terjadi peningkatan hasil belajar
psikomotorik siswa. Berdasarkan deskripsi hasil belajar pada siklus I, siklus II, dan siklus III memperlihatkan
bahwa penggunaan model pembelajaran dengan pendekatan IBL dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata psikomotorik siswa yaitu 72.09 pada siklus I, 76.31 pada
siklus II, dan 78.78 pada siklus III, peningkatan hasil belajar psikomotorik ini juga ditandai dengan peningkatan
ketuntasan secara klasikal, yaitu 97.67 % pada siklus I kemudian meningkat menjadi 100% pada siklus II dan siklus
III. Untuk aspek keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran terjadi peningkatan prosentase jumlah siswa dari
siklus I sampai siklus III, yaitu 76.74% pada siklus I menjadi 88.37% pada siklus II, dan 93.02% pada siklus III.
Aspek keaktifan siswa dalam percobaan dan keseriusan dalam mengerjakan tes telah mencapai 100% untuk ketiga
siklusnya, dan pada keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan juga mengalami peningkatan, yaitu 74.42%
pada siklus I, menjadi 81.39% pada siklus II, dan 88.37% pada siklus III. Keaktifan siswa dalam menjawab
pertanyaan juga mengalami peningkatan yaitu 60.46% pada siuklus I, meningkat menjadi 81.39% pada siklus II,
dan 86.05% pada siklus III. Sedangkan persiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga mengalami
peningkatan, yaitu 93.02% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II dan siklus III. Disimpulkan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing based learning dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada pokok
bahasan asam basa.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor paling penting siswa dapat dipersiapkan untuk menemukan solusi
dalam menentukan kehidupan masa depan suatu dari masalah lokal, nasional, maupun global
bangsa. UNESCO melalui International Commission (Afiyanti, 2013).
on Education for the Twenty First Century telah Pendidikan kimia pada umumnya
merekomendasikan empat pilar pendidikan yaitu mempunyai peranan yang sangat penting,
“learning to do, learning to know, learning to be, and karena kimia merupkan ilmu dasar untuk
learning to live together”, di mana siswa harus hands tumbuh kembangnya teknologi. Kimia
on activity, terlibat segala macam proses kegiatan merupakan salah satu mata pelajaran yang
yang terjadi agar tercapai pembelajaran yang aktif dianggap sulit oleh siswa, sehingga kurang
dan interaktif (Arlianty, 2015) tertarik untuk mempelajarinya. Kesulitan
Peningkatan dan perbaikan mutu pendidikan tersebut terkait dengan karakter ilmu kimia,
tidak dapat terlepas dari berbagai upaya. Salah satu seperti konsep, materi dan perhitungan.
upaya pemerintah yakni menerapkan dan Selain itu siswa cenderung menganggap itu
mengembangkan kurikulum 2013 yang menuntut sebagai suatu beban, bukan suatu kegemaran
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran (Marpaung, 2013). Dalam pembelajaran
diharapkan nantinya siswa tidak hanya dapat belajar kimia minat siswa sangat kecil, hal ini
efektif dan memiliki pemahaman konsep saja tetapi disebabkan karena siswa memiliki
perbedaan kecepatan belajar, isi buku dilakukan di berbagai negara termasuk
kurang memotivasi, dan siswa memiliki Indonesia untuk meningkatkan literasi sains
gaya belajar sendiri (Dartin,2010). dan literasi kimia siswa, misalnya upaya
Siswa cenderung untuk diluncurkannya kurikulum baru 2013
menghafalkan rumus, definisinya saja tanpa (Riyanto, 2014).
ada pemahaman yang mendalam dari suatu Salah satu model pembelajaran
materi kimia tersebut. Dalam proses yang dirujuk dalam kurikulum 2013 adalah
pembelajaran kimia diperlukan sebuah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
pemahaman yang benar untuk mendukung Inkuiri terbimbing merupakan model
konsep yang dibangun siswa pembelajaran yang lebih baik dari pada
(Purwaningtyas, 2012). Selain itu, model pembelajaran konvensional, serta
mengaitkan konsep yang dibangunnya mampu meningkatkan prestasi pada
dengan kehidupan sehari hari yang relevan kemampuan kognitif siswa (Matthew dan 3
secara konseptual merupakan cara belajar Kenneth, 2013). Arlianty (2016) juga
sains yang tepat melalui pemecahan masalah berpendapat bahwa inkuiri terbimbing
dalam kehidupan masyarakat (Tanree, merupakan salah satu model pembelajaran
2008). Cara belajar sains dapat diaplikasikan yang memberikan pengaruh positif terhadap
melalui model pembelajaran yang sesuai prestasi belajar. Melalui model inkuiri
dengan pembelajaran sainstifik salah terbimbing diharapkan dapat menjadi
satunya yakni model pembelajaran inkuiri alternatif untuk melatih kemampuan berpikir
terbimbing (Sani, 2014). kritis siswa dalam belajar kimia. Siswa
Proses inkuiri dan pengambilan cenderung belajar individual karena tidak
keputusan yang berkaitan dengan kehidupan banyak kesempatan untuk bekerja sama
sehari-hari merupakan konsep pembelajaran dengan temannya dalam rangka saling
berbasis literasi sains. Pembelajaran yang berbagi, saling membantu, saling
diawali dengan suatu masalah ilmiah, mengkoreksi, dan lain-lain. Hal tersebut
dilanjutkan dengan merumuskan jawaban disebabkan karena dalam model
sementara dan proses penyelidikan untuk pembelajaran konvensional guru lebih aktif
menyelesaikan masalah melalui literature daripada siswa, selain itu tidak ada
dan kegiatan laboratorium, selanjutnya pembentukan kelompokkelompok heterogen
pemahaman yang didapat dari proses dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
penyelesaian masalah tersebut digunakan cenderung timbul kemungkinan siswa
untuk mengambil keputusan dalam menjadi lebih pasif dan malu untuk
kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang menanyakan kepada guru mengenai hal-hal
dimaksud dengan pembelajaran inkuiri yang dianggapnya masih sulit sedangkan
terbimbing berbasis literasi sains (Eka Nurul menanyakan kepada temannya yang lain
Qomaliyah, 2016). Berbagai upaya telah tidak ada kesempatan. Disamping itu, guru
jarang mengajar siswa untuk menganalisa tinggi seperti kemampuan membuktikan
secara mendalam tentang suatu konsep dan atau memperlihatkan suatu konsep
jarang mendorong siswa untuk (Wulansari, 2014).
menggunakan penalaran logis yang lebih

Anda mungkin juga menyukai