Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERBEDAAN INDIVIDUAL DAN KEBUTUHAN PESERTA DIDIK TERHADAP


PEMBELAJARAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok dalam Menempuh Mata Kuliah Psikologi
Perkembangan Anak
Dosen Pengampuh :
Dr. H.Azis Lukman Praja, M.Si.
Feby Inggiyani, S.Pd.,M.Pd.

Disusun oleh, Kelompok 3:


1. Miranty Fretysia (205060008)
2. Septianty Rizka rahma (235060002)
3. Welianti Angelika (235060003)
4. Rafif Rizky Prasetya (235060007)
5. Sherly Nurtriyani (235060031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya, walaupun
penyusunan makalah ini masih dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sederhana.
Makalah ini guna memenuhi salah satu tugas Pisikologi Perkembangan Anak yang berjudul “
Perbedaan Individual Dan Kebutuhan Peserta Didik Terhadap Pembelajaran”.
Banyak kesulitan dan hambatan yang kami selaku penyusun hadapi dalam membuat
makalah ini, tetapi dengan semangat, kegigihan, dan kekompakan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sebagai
penyusun mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melancarkan
kami dalam penyusun makalah ini. Terutama kepada Dosen Pengampu Dr. H.Azis Lukman
Praja, M.Si. dan Feby Inggiyani, S.Pd.,M.Pd. Kami mengucapkan terimakasih atas arahan
dan bimbingannya.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kamu mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman dan juga berguna untuk membangun wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi penyusun dan pembaca.

Bandung, Maret 2024

Penyusun,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. Hakikat Individu..............................................................................................3
B. Jenis Perbedaan Individu................................................................................9
C. Cara Menyikapi Perbedaan Individu Antar Peserta Didik.........................10
D. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar Terhadap Adanya
Perbedaan Peserta Didik.................................................................................10
E. Pendekatan Pembelajaran Sesuai dengan Perbedaan Individu..................10
F. Tugas dan Tanggung Jawab Guru dalam Menyikapi Adanya
Perbedaan Antar Peserta Didik......................................................................12

BAB III PENUTUP..................................................................................................13

A. Kesimpulan.......................................................................................................13
B. Saran.................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbedaan individu dalam pendidikan menjelaskan perbedaan-perbedaan yang
berkaitan dengan perbedaan siswa dalam berfikir, berperasaan, dan bertindak dalam
satu kelas. Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia
berada didalam satu kelompok atau seorang dri, ia disebut individu. Individu
menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan.
Sifat individual adalah sifat yang berkatan dengan orang perorangan, berkaitan
dengan perbedaan individual perseorangan. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru kurang mendorong keaktifan siswa. Sebagian kecil siswa saja yang aktif dalam
pembelajaran.
Metode yang digunakan guru hanya dengan metode ceramah, tanya jawab, dan
penugasan. Guru hanya menyampaikan materi dengan menerangkan dan menulis
materi di papan tulis dan menggunakan media seadanya. Sehingga siswa tidak bisa
menggali ketrampilannya lebih dalam. Selain itu, siswa juga kurang berinteraksi dan
berkomunikasi dengan guru dan temannya baik dalam bermain maupun belajar di
kelas. Ini mengakibatkan potensi siswa yang ada kurang optimal untuk berkembang
sebagai seorang individu. Penggunaan model belajar inovatif dan kreatif dapat
membuat proses pembelajaran yang menyenangkan dan mengembangkan minat
belajar siswa. Oleh karena itu, pembelajaran tematik haruslah disajikan dengan
menarik, menyenangkan dan harus memperhatikan perbedaan individual siswa sesuai
dengan karakteristik siswa yang dimiliki.
Mengajar dan mendidik bukanlah hal yang mudah. Setiap individu
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga sering timbulnya permasalahan
akibat perbedaan itu. Adapun di Indonesia, sering sekali terdengar keluhan para orang
tua yang merasa sudah melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi
pintar dengan menyekolahkan anaknya ke sekolah terbaik, memberi les privat, yang
terkadang menyita waktu, usaha itu sering tidak membuahkan hasil seperti yang
diharapkan, bahkan justru menimbulkan masalah. Salah satu faktor penyebabnya
adalah ketidaksesuaian antara individu peserta didik dengan metode belajar yang
diterapkan dalam pendidikannya. Perbedaan individu penting dibahas dan dipahami
oleh pendidik agar para pendidik bisa memahami perbedaan dari masing-masing

1
peserta didik. Sehingga pada proses pembelajaran di sekolah, para pendidik mampu
memperlakukan peserta didik sesuai dengan porsi kebutuhan masing-masing individu
peserta didik. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai hakikat perbedaan
individual peserta didik dan implikasinya terhadap pembelajaran.
B. Rumusan Permasalahan
1. Bagaimana hakikat individu?
2. Bagaimana jenis perbedaan individu?
3. Bagaimana cara menyikapi perbedaan individu antar peserta didik dalam proses
pembelajaran?
4. Bagaimana peran guru dalam proses belajar terhadap adanya perbedaan antar
individual peserta didik?
5. Bagaimana pendekatan pembelajaran sesuai dengan perbedaan individual antar
peserta didik?
6. Bagaimana tugas dan tanggung jawab guru dalam menyikapi adanya perbedaan
individual antar peserta didik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat individu.
2. Untuk mengetahui jenis perbedaan individu.
3. Untuk mengetahui cara menyikapi perbedaan individu antar peserta didik
dalam proses pembelajaran.
4. Untuk mengetahui peran guru dalam proses belajar terhadap adanya perbedaan
antar individual peserta didik.
5. Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran sesuai dengan perbedaan
individual antar peserta didik.
6. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab guru dalam menyikapi adanya
perbedaan individual antar peserta didik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Individu
Manusia adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang.
Manusia dikenal sebagai makhluk yang berpikir atau “homo sapiens”, makhluk yang
berbentuk ”homo faber”, makhluk yang dapat dididik atau “homo educandum” dan
seterusnya. Berbagai pandangan itu membuktikan bahwa manusia adalah makhluk
yang kompleks. Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan, lebih ditekankan
hakikat manusia sebagai kesatuan sifat makhluk individu dan makhluk sosial, dan
makhluk ciptaan Tuhan YME. Uraian tentang manusia dengan kedudukannya sebagai
peserta didik, haruslah menempatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Individu
berarti “tidak dapat dibagi” (undivided), tidak dapat dipisahkan; keberadaannya
sebagai makhluk yang pilah, tunggal, dan khas.1 Menurut kamus Echols dan Shadaly,
individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, oknum
(Echols, 1975:519). Seorang anak tidak dilahirkan dengan perlengkapan yang sudah
sempurna. Dengan sendirinya pola-pola berjalan, berbicara, merasakan, berpikir, atau
pembentukan pengalaman harus dipelajari. Dorongan-dorongan potensi tertentu atau
impul-impul tertentu membentuk dasar-dasar dari minat apa saja yang dikembangkan
anak di lingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang. Setiap individu mengalami
pertumbuhan dan perkembangan.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia mempunyai kebutuhan-
kebutuhan. Pada awal kehidupan seorang bayi, ia belum peduli dengan apa yang
terjadi di luar. Ia sudah merasa senang apabila kebutuhan fisiknya yaitu makan,
minum, dan kehangatan tubuh sudah terpenuhi. Dalam perkembangan yang lebih luas,
kebutuhan kian bertambah seiring berjalannya waktu seperti kebutuhan akan teman,
rasa aman, dan sebagainya. Semakin besar anak maka kebutuhan non-fisiknya
semakin banyak. Dengan demikian telah terjadi perkembangan dalam hal kebutuhan
baik fisik maupun nonfisik. Dengan kata lain, pertumbuhan fisik senantiasa diikuti
dengan perkembangan aspek kejiwaan atau psikisnya. Fakta menunjukkan bahwa
terjadi individual differences (perbedaan individual). Seseorang yang mirip atau
kembar sekalipun, bahkan bayi kembar siam dapat menunjukkan minat, prilaku, cara
berpikir yang berbeda. Hal ini disebabkan karena terjadi tempo dan irama
perkembangan yang berbeda, sehingga terjadilah perbedaan individual.

3
B. Jenis Perbedaan Individual
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Apa yang dipikirkan dan
dikerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seseorang merupakan hasil
perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan
pengaruh lingkungan. Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor
biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan
sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan
yang merangsang tersebut, semuanya membantu perkembangan potensi-potensi
biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Keragaman
pola pengasuhan juga menjadi bagian dari keragaman perbedaan masing-masing
individu yang berdampak pada kemampuan, keterampilan, tatanan nilai pada individu.
Hal itu akhirnya membentuk suatu pola karakteristik tingkah laku yang dapat
mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik berbeda dengan
individuindividu lain.
Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut
perbedaan individu atau perbedaan individual. Perbedaan dalam “perbedaan
individual” menurut Landgren (1980:578) menyangkut variasi yang terjadi, baik
variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Maka perbedaan individual dapat
diartikan sebagai karakteristik berupa ciri dan sifat dengan segala variasi yang terjadi
dimana variasi fisik dan psikologis tersebut tidak sama pada satu orang dengan orang
lainnya. Sejauh mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan teknik-teknik pendidikan
diterapkan, hendaknya disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut.
Konstitusi fisik dari individu sejauh mana ia secara fisik mempunyai
mentukbentuk yang khas, tingkat stabilitas emosional dan temperamenna, sikapnya
terhadap pelajaran, dan minat-minatnya, akan mempengaruhi keberhasilan yang
dicapai dalam belajar mereka. Faktor-faktor lain seperti jenis kelamin, pengaruh
keluarga, status ekonomi, pengalaman belajar sebelumnya, semuanya berpengaruh
terhadap tingkat kemampuan individu untuk mencapai keberhasilan dalam tingkatan
belajarnya. Banyak individu cenderung berbeda tetapi perbedaan itu hanya sedikit
dalam kaitannya dengan sifat atau kondisi, jadi mereka berada dalam kelompok
sekitar ratarata dari suatu distribusi.
Garry 1963 (Oxendine, 1984:317) mengategorikan perbedaan individual ke
dalam bidang-bidang berikut :

4
1) Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelain, pendengaran,
penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2) Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
3) Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4) Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
5) Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.

Perbedaan fisik bukan saja terbatas pada ciri yang dapat diamati oleh
pancaindera, melainkan juga diperlukan pengukuran seperti, usia, berat badan,
golongan darah, dan sebagainya. Selain itu, terjadinya perbedaan sosial pada
kehidupan manusia. Tiap manusia berhubungan dengan manusia lain, dengan
sesamanya, manusia bersosialisasi dan terjadilah perbedaan status sosial dan ekonomi
manusia. Manusia juga berhubungan dengan Tuhannya sebagai manusia beragama.
Manusia hidup berkelompok dan berkeluarga, sesuai dengan sifat genetik orang
tuanya; ketika mengenal kelompok-kelompok atau suku yang berbeda. Lingkungan,
agama, keluarga, keturunan, kelompok suku dan semacamnya itu merupakan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perbedaan individu. Manusia juga
dianugerahkan potensi dasar yang tidaklah ama bagi masing-masing manusia. Oleh
karena itu sikap, minat, kemampuan berpikir, watak, perilakunya, dan hasil belajarnya
berbeda-beda antara manusia satu dengan lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut
berpengaruh terhadap perilaku mereka di rumah maupun di sekolah.

1. Perbedaan Individual Berdasarkan Kecerdasan


Perlu diakui perbedaan-perbedaan individual dalam kemampuan intelektual
dan perlu persiapan untuk menghadapinya. Berikut ini tabel pengggolongan
tingkat intelegensi berdasarkan pengukuran skor IQ :
a) Idiot IQ (0-29) merupakan kelompok individu terbelakang paling rendah.
Tidak dapat berbicara atau hanya mengucapkan beberapa kata saja. Biasanya
tidak dapat mengurus dirinya sendiri seperti mandi, berpakaian, makan dan
sebagainya, dia harus diurus oleh orang lain. Rata-rata perkembangan
intelegensinya sama dengan anak normal 2 tahun. Sering kali umurnya tidak
panjang, sebab selain intelegensinya rendah, juga badannya kurang tahan
terhadap penyakit.
b) Imbecile IQ (30-40) setingkat lebih tinggi dari pada anak idiot. Ia dapat
belajar berbahasa, dapat mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan yang

5
teliti. Pada imbecile dapat diberikan latihan-latihan ringan, tetapi dalam
kehidupannya selalu bergantung kepada orang lain, tidak dapat mandiri.
Kecerdasannya sama dengan anak normal berumur 3 sampai 7 tahun. Anak-
anak imbecile tidak dapat dididik di sekolah biasa.
c) Moron atau Debil IQ (50-69), Kelompok ini sampai tingkat tertentu masih
dapat belajar membaca, menulis, dan membuat perhitungan sederhana, dapat
diberikan pekerjaan rutin tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan
dan pemecahan. Banyak anak-anak debil ini mendapat pendidikan di sekolah-
sekolah luar biasa.
d) Bordeline IQ (70-79), berada diatas kelompok terbelakang dan dibawah
kelompok normal (sebagai batas). Secara bersusah payah dengan beberapa
hambatan, individu tersebut dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertama
tetapi sukar sekali untuk dapat menyelesaikan kelas-kelas terakhir di SLTP.
e) Normal rendah (below average IQ 80-89), termasuk kelompok normal,
rata-rata atau sedang tapi pada tingkat terbawah, agak lambat dalam belajar.
Mereka dapat menyelesaikan sekolah menengah tingkat pertama tapi agak
kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas pada jenjang SLTA.
f) Normal sedang, IQ 90-109, Kelompok ini merupkan kelompok normal atau
rata-rata, mereka merupkan kelompok terbesar presentasenya dalam populasi
penduduk.
g) Normal tinggi (above average IQ 110-119), merupakan kelompok individu
yang normal tetapi berada pada tingkat yang tinggi.
h) Cerdas (superior IQ 120-129), Kelompok ini sangat berhasil dalam
pekerjaan sekolah/akademik. Mereka seringkali terdapat pada kelas biasa.
Pimpinan kelas biasanya berasal dari kelompok ini.
i) Sangat cerdas (very superior/ gifted IQ 130-139). Anak-anak very superior
lebih cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan yang sangat baik
tentang bilangan, perbendaharaan kata yang luas, dan cepat memahami
pengertian yang abstrak. Pada umumnya, faktor kesehatan, ketangkasan, dan
kekuatan lebih menonjol dibandingkan anak normal.
j) Genius IQ 140>, Kelompok ini kemampuannya sangat luar biasa. Pada
umumnya mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan
menemukan sesuatu yang baru meskipun dia tidak bersekolah. Kelompok ini

6
berada pada seluruh ras dan bangsa, dalam semua tingkat ekonomi baik laki-
laki maupun perempuan.

2. Perbedaan Imdividual dalam hal Tempramen


Hughes bersaudara menuliskan perbedaan individual dalam hal
temperamennya. Perbedaan temperamen antaranak dapat diamati pada hari
pertama kehidupan. Sebagai contoh, dimungkinkan bagi kita membedakan bayi
pendiam dengan bayi lincah, dan pengamatan selanjutnya menunjukkan perbedaan
semacam itu tetap ada pada tahun-tahun berikutnya. Perbedaan-perbedaan yang
sama dapat pula dilihat antaranak dalam satu keluarga, oleh karena itu jelas bahwa
temperamen dan karakter mungkin sangat dipengaruhi oleh
pengalamanpengalaman awal, ada dasar temperamen bawaan.
Selanjutnya dijelaskan mengenai penggolongan temperamen menurut
Galen. Penggolongan tradisional temperamen (ditawarkan oleh Galen, 130 M)
didasarkan sebuah teori psikologi. Penggolongannya yaitu :
a) orang sanguis diandaikan mendapat cukup pasokan darah. Dikatakan ia
menjadi gampang bergerak dan mudah berubah; ini menyebabkan ia lincah
riang seperti kupu-kupu, dari satu proyek ke proyek lain.
b) Orang kolerik dikatakan punya air empedu berlebihan, dan ini dipercaya
menjadi sebab kenapa ia keras kepala, keras, dan mudah terbakar amarah.
c) Orang melankolik, suatu zat cair yang disebut empedu hitam ditemukan
dalam tubuhnya dan ini diduga menjadikaan ia cenderng pemurung dan
depresif.
d) Orang flegmatik menderita kelebihan flegma (lendir) dan akibatnya ia tak
lekas marah, lambat dan tak mudah bangkit emosinya.

Selain itu, penggolongan-penggolongan temperamen lainnya dilakukan


dengan menggambarkan dua tipe yang saling bertentangan, misalnya berjiwa
stabil dan berjiwa labil, eksplosif (meluap-luap) dan tertutup, impulsif (gegabah)
dan penuh pertimbangan, ekstraver dan introver.

Anak ekstraver adalah anak yang cerewet, periang, percaya diri, ramah,
yang terbuka dan mudah – dan dalam suatu pengertian: agresif – dalam
mengungkapkan emosinya. Tatkala marah, ia akan ringan tangan dan mengajak
berkelahi, sedangkan anak introvert ia mungkin tetap diam dan hanya

7
menelannya untuk dirinya sendiri. Anak ekstraver mencari pengakuan dan
menuntut perhatian, sementara anak introver menunggu hingga dirinya atau
capaiannya dikenali dan dipedulikan. Anak ekstraver siap untuk menegaskan
keunggulan atau kelebihannya dalam situasi di mana anak introver sudah cukup
puas dengan menjaga kediriannya dan inipun sering hanya dapat dikenali dengan
metode yang subtil dan tak langsung. Anak ekstraver menolak kritik dengan
keras, sementara anak introver akan lebih hati-hati untuk menghindari kritik.

Dapat dilihat bahkan di antara anak-anak dalam satu keluarga, sifat


temperamen yang khas meresapi semua aktivitas mereka dan hal itu kebanyakan
mudah diamati dalam permainan spontan mereka. Selanjutnya perbedaan yang
paling umum adalah perbedaan antarjenis kelamin.

3. Perbedaan Antar Jenis Kelamin


Sebagaimana ditunjukkan oleh tes-tes kecerdasan, anak laki-laki dan anak
perempuan rata-rata adalah sama, setara. Akan tetapi, rentang kemampuan di
kalangan anak laki-laki lebih lebar daripada anak perempuan. Kenyataan bahwa
ada lebih banyak pria yang jenius daripada wanita, tidak berarti bahwa pria
umumnya lebih cerdas daripada wanita. Perbedaan-perbedaan terbesar adalah
berkenaan dengan karakteristik fisik seperti tinggi, berat, dan kekuatan. Pada sisi
mental, perempuan lebih “halus” daripada laki-laki.
Anak perempuan lebih unggul daripada anak laki-laki dalam kemampuan
berbahasa; mereka lebih banyak membaca dan menulis. Anak laki-laki lebih
unggul daripada anak perempuan dalam kemampuan matematik dan teknik. Anak
perempuan lebih terampil daripada anak laki-laki daripada membuat
gerakangerakan yang menuntut kontrol jemari bebas, tetapi anak laki-laki lebih
baik dalam gerakan-gerakan yang menuntut kekuatan dan kecepatan gerak.
4. Perbedaan Individual Berdasarkan Cara Belajar
Perbedaan digolongkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam
menyerap, mengelola, dan menyampaikan informasi, cara belajar individu dapat
dibagi dalam 3 kategori, yaitu cara belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya memiliki salah satu
karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara
belajar lain. Pengkategorian ini haya merupakan pedoman bahwa individu

8
memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia
mendapatkan rangsangan yang sesai dalam belajar, ia mudah menyerap pelajaran.
5. Perbedaan Individual Berdasarkan Tipe Kepribadian
Menurut William Marston, tipe kepribadian seseorang dapat diketahui
berdasarkan observasi terhadap pola perilaku yang ditampilkannya. Tipe tersebut
terdiri atas tipe dominant, inspiring, supportive, dan cautious. Tipe kepribadian
tersebut menggambarkan paduan dari dimensi gaya hubungan dengan orang lain,
yaitu peramah (outgoing) atau pendiam (reserved), dan dimensi prioritas, yaitu
berorientasi terhadap tugas (task-oriented) atau berorientasi terhadap orang
(peopleoriented).
C. Cara Menyikapi Perbedaan Individu Antar Peserta Didik
Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru untuk melayani perbedaan individual
yang terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah supaya siswa memiliki niatan
dan termotivasi untuk belajar. Dengan adanya niat dan motivasi belajar diharapkan
ketika proses belajar mengajar berlangsung, siswa tidak merasa kesulitan dalam
menerima materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Menurut Oemar Hamalik (2012: 186-192) cara-cara melayani perbedaan
individual adalah sebagai berikut: akselerasi dan program tambahan, pengajaran
individual, pengajaran unit, kelas khusus bagi siswa yang cerdas, kelas remidi bagi
para siswa yang lamban, pengelompokan berdasarkan abilitas, pengelompokan
informal (kelompok kecil dalam kelas), supervisi periode individualisasi,
memperkaya dan memperluas kurikulum, pelajaran pilihan (elective subjects),
diferensiasi pemberian tugas dan pemberian tugas yang fleksibel, sistem tutorial
(tutoring system), pelajaran padat, bimbingan individual, modifikasi metode-metode
mengajar. Kemampuan yang berbeda dari setiap individu memerlukan pelayanan
tersendiri bagi guru dalam upaya penyesuaian program pengajaran yang akan dibuat
dan dilaksanakan. Dengan adanya penanganan yang berbeda pada individu dalam
proses pembelajaran diharapkan setiap individu merasa nyaman dengan pembelajaran
yang diterimanya sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
individu. Disisi lain,
Menurut Nini Subini (2012: 44-53) menyatakan bahwa cara penanganan
terhadap perbedaan individual dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: istem
modul, pembelajaran dengan bantuan komputer (computer assisted instruction),
pembelajaran terprogram, sistem tugas, dan sistem keller (ARCS). Pada dasarnya

9
proses penanganan pada setiap individu dilakukan dengan caracara yang berbeda-
beda antara individu yang satu dengan yang lain. Setiap individu memiliki karakter
yang berbeda-beda sehingga dalam melakukan suatu penanganan juga menggunakan
cara yang berbeda-beda. Setelah guru menemukan perbedaan-perbedaan dari setiap
individu, maka langkah berikutnya adalah melakukan perencanaan dan pelaksanaan
program pengajaran yang disesuaikan.
D. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar Terhadap Adanya Perbedaan
Peserta Didik
Dalam proses belajar mengajar seorang siswa akan sangat membutuhkan
peranan seorang guru. Peran guru dalam proses belajar mengajar merupakan salah
faktor penting dan memiliki pengaruh yang besar terhadap berhasil atau tidaknya
peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan dan kepribadian yang dimilikinya.
Menurut Nini Subini, dkk. (2012: 109-111) peran seorang guru dalam proses
belajar mengajar adalah sebagai pengajar, pendidik, pembimbing, korektor, fasilitator,
mediator, supervisor, dan evaluator. Disisi lain, peranan dan kompetensi guru dalam
proses belajar mengajar meliputi banyak hal.
Menurut Adams & Decey dalam Basic Prinsiples of Student Teaching yang
dikutip oleh Uzer Usman (2011: 9) peran guru dalam proses belajar mengajar adalah:
a) Guru sebagai demonstrator.
b) Guru sebagai pengelola kelas.
c) Guru sebagai mediator dan fasilitator serta
d) Guru sebagai evaluator.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya peran guru dalam proses belajar
mengajar adalah menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang efektif sehingga
kegiatan belajar dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan hasil belajar
siswa juga akan memuaskan. Pekerjaan guru merupakan pekerjaan yang profesional
sehingga setiap guru harus menguasai pengetahuan yang luas karena kewajiban
seorang guru adalah menyampaikan pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
kepada siswa

E. Pendekatan Pembelajaran Sesuai dengan Perbedaan Individu


Keberagaman adalah untuk melayani kebutuhan belajar peserta didik tertentu
atau kelompok kecil peserta didik, dari pola pembelajaran yang lebih khusus untuk

10
seluruh kelas agar peserta didik menyukainya. Beberapa prinsip mendasar yang
mendukung keberagaman sebagai berikut:
1. Kelas dengan kondisi peserta didik yang beragam. Guru dan peserta didik
memahami materi, cara mengelompokkan peserta didik, cara mengases
pembelajaran dan elemen kelas lainnya merupakan alat yang bisa digunakan
dalam berbagai cara untuk menunjukkan keberhasilan individu dan seluruh kelas.
2. Keberagaman datang dari hasil penilaian yang efektif dan terus menerus dari
kebutuhan belajar peserta didik. Dalam kelas yang bervariasi, perbedaan peserta
didik diharapkan dapat dihargai dan didokumentasikan sebagai dasar untuk
merencanakan pembelajaran. Prinsip ini mengingatkan kita akan hubungan dekat
antara penilaian dan tugas. Kita bisa mengajar lebih efektif jika kita tahu
kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam kelas yang bervariasi, seorang
guru melihat semua hal yang dikatakan peserta didik atau menciptakan
informasi yang berguna untuk dipahami peserta didik.
3. Semua peserta didik mempunyai pekerjaan yang sesuai. Dalam kelas yang
bervariasi, tujuan guru adalah agar setiap peserta didik merasa tertantang terus,
sehingga pekerjaannya menarik atau menyenangkan.
4. Guru dan peserta didik dapat bekerja sama dalam pembelajaran. Guru mengakses
kebutuhan belajar, memfasilitasi pembelajaran dan merencanakan kurikulum
yang efektif. Dalam kelas diferensiasi, guru mempelajari peserta didiknya dan
terus melibatkan mereka untuk membuat keputusan tentang kelas. Hasilnya
peserta didik menjadi pembelajar yang lebih mandiri.

Selain itu, guru harus mempersiapkan pemenuhan kebutuhan yang beragam.


Dalam suatu kelas diferensiasi yang baik, fakta penting, materi harus dipahamani dan
keterampilan tetap konstan untuk semua peserta didik. Apa yang biasanya
berubah dalam kelas yang beragam adalah bagaimana peserta didik mendapatkan
akses materi pelajaran yang dipelajari. Beberapa cara guru bisa mendiferensiasi akses
terhadap isi termasuk dalam hal :

 Menggunakan objek dengan beberapa peserta didik untuk membantu


temannya memahami konsep matematika atau IPA;
 Menggunakan teks lebih dari satu sebagai bahan bacaan;
 Menggunakan variasi pengaturan mitra membaca untuk mendukung
dan memberikan tantangan kepada peserta didik yang bekerja dengan materi teks;

11
 Mengulang kembali pembelajaran untuk peserta didik yang membutuhkan dengan
cara lain; dan
 Menggunakan teks, tape recorder, poster dan video sebagai cara untuk
menyampaikan konsep utama kepada berbagai peserta didik.
 Aktivitas. Suatu kegiatan yang efektif meliputi kemampuan
menggunakan keterampilan untuk memahami ide utama dan mempunyai tujuan
pembelajaran.
 Hasil/produk. Guru dapat membedakan hasil belajar yang dicapai peserta didik.

Berbagai hasil belajar tersebut dapat digunakan peserta didik untuk


menunjukkan apa yang telah dipelajari dan dipahami. Misalnya, sebuah produk bisa
berupa portofolio karya peserta didik, penampilan solusi dari suatu soal/masalah,
laporan akhir, soal-soal eksplorasi. Hasil belajar yang baik membuat peserta didik
memikirkan kembali apa yang telah dipelajari, menerapkan apa yang dapat
dilakukan, dan memperluas pemahaman dan ketrampilan.

F. Tugas dan Tanggung Jawab Guru dalam Menyikapi Adanya Perbedaan Antar
Peserta Didik
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 20 yang dikutip oleh Arif Rohman (2009: 157), tugas dan tanggung jawab guru
dalam proses belajar mengajar adalah:
 Merencanakan pembelajaran
 melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu
 menilai dan mengevaluasi hasil belajar
 meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan IPTEK
 bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan
status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran
 menjunjung tinggi peraturan perundangundangan, hukum dan kode etik guru
serta nilai-nilai agama dan etika, memelihara dan memupuk persatuan dan
kesatuan bangsa.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap individu memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Hal itu dapat dilihat dari segi perbedaan fisik, sosial, kepribadian, intelegensi, dan
kemampuan dasar seseorang. Setiap pendidik dihadapkan pada kebutuhan untuk
mempertimbangkan keseluruhan kepribadian siswa-siswa. Bidang-bidang perbedaan
pada individu meliputi : perbedaan kognitif, kecakapan bahasa, kecakapan motorik,
perbedaan latar belakang, perbedaan dalam bakat, perbedaan dalam kesiapan belajar,
perbedaan fisik, perbedaan intelegensi, perbedaan cara belajar. Penggolongan jenis-
jenis dan karakter individual bukan untuk dianggap “sekat-sekat” yang didalamnya
individu, namun lebih sebagai saran akan tipe-tipe perbedaan yang dapat dikenali.
Tidak ada anak yang dapat digambarkan dengan satu kata, apalagi dengan bilangan
rasio mental. Pada akhirnya, para pendidik harus kembali kepada anak secara utuh.
B. Saran
Agar dapat memahami siswa, para pendidik perlu terlebih dahulu
memusatkan pada satu aspek, kemudian pada aspek yang lain; misal, menerapkan tes
kecerdasan, kemudian mengamati pengaruh temperamen, lalu pada suatu waktu
mempertimbangkan kondisikondisi fisik, misalnya nutrisi dan tidur; pada waktu lain,
memikirkan kemampuankemampuan khusus dalam subyek-subyek terpisah. Namun,
ketika melakukan ini jangan sampai pandangan tertutup oleh label-label khusus
seperti bodoh, malas, terbelakang, acuh tak acuh, IQ jongkok.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Iskandar. 2008.
Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif).
Jakarta: Gaung Persada Press

Hughes and Hughes, 2003. Learning & Teaching : Pengantar Psikologi Pembelajaran
Modern. Edisi Terjemahan oleh SPA Teamwork Yogyakarta. Bandung : Penerbit
NUANSA.

Kholidah, Nur Enik. 2012. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta:UPY.

Makmun, Abin Syamsuddin.1999.Psikologi Kependidikan.Bandung:Remaja Rosdakarya.

Munthe, Berwawy dkk.2008.Sukses di Perguruan Tinggi.Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga.

Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaskBang

Mediatama. Subini, Nini dkk. 2012. Psikologi Pembelajaran.Yogyakarta: Mentari

Pustaka.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta:UNY Press

Sumantri, Mulyani dan Syaodih, Nana. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :

Universitas Terbuka

Sunarto dan Hartono, 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Suryabrata,Sumadi.2004.Psikologi Pendidikan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Uno, Hamzah B.2006.Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.Jakarta:Burni Aksara.

Yudhawati, Ratna dan Haryanto, Dany, 2011. Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan.

Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya

14

Anda mungkin juga menyukai