Anda di halaman 1dari 21

BELAJAR DAN POTENSI PERBEDAAN INDIVIDU

PISIKOLOGI PENDIDIKAN

Dosen pengampu: Peny Handayani S.Pd.,M.Ad.

Disusun oleh Kelompok 3 :

Meilani veronika sinaga(2233132051)

Mei sitorus(2233132010)

JURUSAN BAHASA ASING

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa , karena atas berkat
dan rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan tugas Makalah mengenai belajar dan
potensi Perbedaan individu . Tugas Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah desain kurikulum . Tak lupa kami juga mengucapakan trimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini,terutama kepada
dosen kami Ibu “Peny Handayani S.Pd.,M.Ad.” selaku sebagai dosen pengampu mata
kuliah pisikologi Pendidikan yang telah memimbing dalam pelaksanaan tugas ini.

Terlepas dari itu semua , kami menyakini bahwa makalah ini masi jauh dari kata
sempurna , oleh karena itu kami meminta maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan
baik dari susunan kalimat , kajian teoritas dan tata Bahasa . Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan tugas ini kedepannya
agar lebih baik lagi. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada
seluruh pembaca.Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Medan, Maret 2024

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Intelegensi....................................................................................................................3
2.2 Beberapa Pendekatan Dalam Intelegensi.......................................................................................3
2.3 Teori-Teori Intelegensi..................................................................................................................4
2.4 Ciri-ciri Perbuatan Intelegensi.......................................................................................................4
2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Itelegensi...............................................................................5
2.6 Pengertian multiple intelligences (multikecerdasan).....................................................................7
2.7 Jenis-jenis multiple intelligences...................................................................................................7
2.8 Ciri-ciri minat................................................................................................................................8
2.9 Macam-Macam Minat..................................................................................................................10
2.10 Bakat..........................................................................................................................................10
2.11 Gaya belajar...............................................................................................................................12
2.12 Gaya Berpikir.............................................................................................................................12
2.13 Keterampilan Belajar.................................................................................................................13
2.14 Perbedaan Gender......................................................................................................................14
2.15 Pandangan Agama.....................................................................................................................15
2.16 Perbedaan Kultur.......................................................................................................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................................17
3.2 SARAN........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Setiap individu adalah unik dan memiliki perbedaan baik dari sifat, karakter, kecerdasan,
maupun lainnya. Tidak ada dua individu yang sama persis, tiap individu berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Perbedaan pada individu merupakan suatu karunia dari Tuhan Yang
Maha Esa yang karena perbedaan tersebut dapat menghasilkan karakter dan kecerdasan luar
biasa pada setiap individu. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik, guru diharapkan
mampu untuk mengenali dan memahami perbedaan pada setiap siswa didiknya agar tahu
bagaimana cara untuk menangani setiap perbedaan tersebut ke arah yang baik. Perbedaan
individu penting untuk dipahami karena karakteristik individu yang berbeda seringkali
menimbulkan permasalahan. Dari permasalahan yang timbul, pendidik dapat mengetahui
berbagai macam perbedaan individu, diantaranya perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan,
perbedaan bahasa, perbedaan fisik motorik, perbedaan lingkungan keluarga, perbedaan
tingkat pencapaian, perbedaan latar belakang dan yang lainnya.

Perbedaan-perbedaan tersebut perlu adanya penanganan dalam rangka upaya


pembelajaran. Pada anak usia dini yang notabenenya sangat antusias dan aktif tentunya
mempunyai kesulitan tersendiri dalam menghadapi perbedaan karakteristiknya karena
seringkali perilaku, kecerdasan dan lainnya dari anak usia dini tidak terduga. Oleh karena
itu, sebagai calon seorang pendidik hendaknya mampu memahami setiap karakteristik
maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswa didiknya. Dengan memahami dan
mengetahuinya, pendidik akan tahu bagaimana caranya untuk mengatasi dengan cara-cara
yang yang menghibur tetapi mendidik bagi anak usia dini dan mudah dipahami oleh mereka.
Melalui pembahasan ini di harapkan dapat memberikan pengetahuan tentang perbedaan
individu dan aplikasinya

iv
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang menjadi defenisi , pendekatan , teori-teori,ciri-ciri ,faktor-faktor dari
intelegensi?
2. Apa yang menjadi defenisi, jenis-jenis dari multikecerdasan?
3. Apa yang menjadi defenisi, ciri-ciri , macam-macam dari minat ?
4. Apa yang menjadi defenisi, jenis-jenis dari bakat ?
5. Apa saja yang manjadi defenisi,macam-macam gaya belajar
6. Apa yang menjadi defenisi,dam macam-macam dari gaya berfikir?
7. Apa saja yang menjadi defenisi, aspek-aspek dari keterampilan belajar?
8. Apa saja yang menjadi defenis, macam-macam dari perbedaan gender?
9. Apa saja yang menjadi defenis dari pandangan agama?
10. Apa saja yang menjadi defenisi,dan jenis -jenis perbedaan kultur?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pendekatan,teori-teori,ciri-ciri,dan faktor-faktor intelegensi
2. Untuk mengetahi jenis-jenis multikecerdasan
3. Untuk mengetahui ciri-ciri , macam-macam dari minat
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari bakat
5. Untuk mengetahui macam-macam gaya belajar
6. Untuk mengetahui defenisi, dan macam-macam dari gaya berfikir
7. Untuk mengetahui aspek-aspek dari keterampilan belajar
8. Untuk mngetahui macam-macam dari perbedaan gender
9. Untuk mengetahui defenis dari pandangan agama
10. Untuk mengetahui jenis -jenis perbedaan kultur

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Intelegensi

Istilah inteligensi berasasal dari bahsa inggris ‘intelligence’Dan latin yaitu


‘intellectus /intelligentia/intellegere’ yang artinya memahami,menghubungkan atau
menyatukan satu sama lainya. Dalam kamus Bahasa Indonesia Iintelegensi diartikan sebagai
daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental, terhadap
pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk
dipakai apa bila dihadapkian pada fakta atau kondisi baru; kecerdasan.
Ada pun beberapa pendapat para ahli tentang defenisi dari Intelegensi iyalah :
a. Andrew Crider (dalam Azwar, 2017;3) mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikam
Listrik, gampang untuk diukur tapi sulit untuk didefinsikan.
b. Arnold Buss (Soetopo, 1982:16) menyebutkan bahwa intelegensi dapat dipandang
sebagai temperamen. Suatu kecendrungan tingkah-laku “quasi-biologis”,(seolah
tingkah-laku biologis), hakekatnya konstitusional, sebagai tanda yang membedakan
individu yang satu dengan yang lainnya.
c. Garret (Arifuddin,2010:263) “Intelligence includes at least the abilities demande in
the solution of problems which require the comprehension and use of
symbols”( intelegensi paling tidak mencakup kemampuan yang umumnya
memerlukan pemahaman dan penggunaan symbol tertentu).
d. Hadi Susanto (Kosasih, 2013:167) mengartikan kecerdasan merupakan kemampuan
yang dimiliki seseorang untuk melihat satu masalah lau menyelesaikannya atau
membuat sesuatu yang berguna untuk orang lain.

2.2 Beberapa Pendekatan Dalam Intelegensi


Untuk memberikan pemahaman tentang hakikat intelegensi maka meoney dan ward
(Azwar, 2017;11) mengumumkan empat pendekatan umum, yaitu :
1. Pendekatan teori belajar
Inti pendekatan teori belajar yaitu mengenai bagaimana hakikat intelegensi
terletak pada pemahaman mengenai hukum-hukum dan perinsip umum yang
diragukan oleh individu memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru.
2. Pendekatan neurobiologis
Pendekatan neurobiologis beranggapan bahwa inteligensi memiliki dasar
anatomis dan biologis. Peristiwa intelegen menurut pendekatan ini, dapat
ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan proses neurofisiologisnya.
3. Pendekatan Psikometri
Ciri utama dalam pendekatan ini adalah adanya anggapan bahwa inteligensi
merupakan suatu konstruksi atau sifat psikologis yang berbeda kadarnya bagi
setiap orang.
4. Pendekatan teori perkembangan

vi
Dalam pendekatan teori perkembangan, studi inteligensi didekatkan pada
masalah perkembangan inteligensi secara kualitatif dalam kaitannya dengan
tahap-tahap perkembangan biologis individu

2.3 Teori-Teori Intelegensi


Dalam bukunya Hemdayat soetopo merangkum beberapa teori dan model -model
intelegensi yaitu:
a) Teori uni- faktor William Stern
Teori Stern adalah teori inteligensi yang sangat sederhana karena dalam teorinya
intelegensi hanya memiliki satu faktor yaitu kapasitas umum.
b) Teori dua-faktor Spearman
Spearman dalam teorinya memiliki pendapat yang sama dengan Stern namun
Spearman memberikan penambahan pada kapasitas tambahan dengan metode statistik
yang kemudian disebut dengan intelegensi khusus.
c) Teori sampling dari Thomson
Teori Thomson mengujikan pemahaman terhadap kemampuan pemecahan masalah
secara menarik yaitu dengan teknik statistik dan filsafat seleksi kebetulan ini sangat
komplek.berbeda halnya dengan Stern dan Sperman yang menggunakan teknik
sampling purposive, makan Thomson menggunakan teknik seleksi secara random.
d) Teori multi-faktor Thorndike
Thorndike menganggap bahwa teorinya sangat teoritis, maka untuk masuk ke dalam
dunia praktis untuk mengukur int legensi yang bersifat abstrak maka dia membuat tes
yang diberi nama CAVD. Thorndike mengemukakan bahwa ada tiga macam
intelegensi yaitu: (a) intelegensi sosial atau hubungan antar manusia, (b) intelegensi
konkrit atau hubungan dengan benda, dan (c) intelegensi abstrak yang berkaitan
dengan simbol-simbol verbal dan matematis.
e) Teori kemampuan mental primer Thurstone
Thurstone menyebutkan bahwa factor-faktor intelegensi itu terdiri dari kemampuan
jamak yang mencakup tujuh kemampuan mental primer. Kemampuan mental primer
tersebut terdiri atas kemampuan; Pemahaman verbal, numerical (bilangan), ruang,
memori (ingatan), penalaran, penguasaan kata dan kecepatan perseptual.
f) Model Hierarki
Teori ini berusaha mengkompromikan adanyarfaktor G dan faktor khusus. Teori
mengungkapkan bahwa faktor- faktor spesifik/khusus merupakan sub bagian dari
gaktor yang lebih luas, sehingga membuat hirarki kemampuan mental.

2.4 Ciri-ciri Perbuatan Intelegensi


Intelegensi tidak dapat kita lihat secara langsung namun dapat kita simpulkan dari
berbagai tindak nyata yang terlihat sebagai wujud dari proses berfikir rasional. Prof A Gazali
(dalam Soetopo, 1982:78)
Menyatakan factor-factor yang menetukan intelegensi tidaknya suatu perbuatan sebagai
berikut:
1. Soal itu bagi seseorang harus mempunyai taraf kesukaran
2. Perbuatan intelegensi itu harus sesuai dengan tujuan dan berarti

vii
3. Pemecahan soal yang intelegen sedikit banyak harus asli
4. Perbuatan intelegen kerap kali mempergunakan daya mengabstraksi
5. Perbuatan intelegen harus disertai pengendalian perasaan
6. Perbuatan intelegen memerlukan pemusatan perhatian.
Sedangkan Ciri-ciri tingkah laku yang intelegen menurut Effendi dan Praja (1993):
1. Purposeful behavior, artinya selalu terarah pada tujuan atau mempunyai tujuan
yang jelas.
2. Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi, semua tenaga dan
alat-alat yang digunakan dalam suatu pemecahan masalah terkoordinasi dengan
baik.
3. Physical Well toned behavior, artinya memiliki sikap jasmaniah yang baik,
penuh tenaga, ketangkasan, dan kepatuhan.
4. Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis, dan
kaku, tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap
situasi yang baru.
5. Success oriented behavior, artinya tingkah laku yang didasari rasa aman, tenang,
gairah, penuh kepercayaan, akan sukses/optimal.
6. cleary motivated bwhavior, artinya tingkah laku yang memenuhi kebutuhanya
dan bermanfaat bagi orang lain atu Masyarakat.

2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Itelegensi


Azwar (1996:72) menyatakan bahwa ada dua determinasi faktor yangmemepengaruhi
intelegensi yaitu:
1. Determinasi faktor bawaan
Faktor bawaan atau yang disebut juga sebagai faktor keturunan atau faktor
herediter, adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab mengapa ikan dapat
berenang, burung dapat terbang, sapi berkaki empat, harimau makan daging dan
sebagainya. Jadi faktor bawaan ini adalah faktor yang langsung diturunkan oleh
kedua sifat yang dimiliki oleh orang tuanya melalui gen.
2. Determinasi faktor lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh teadap seseorang, hal ini dimulai sejak anak dalam
kandungan. Makanan yang dimakan oleh ibu, apa yang dipikirkan oleh ibu menjadi
sangat mempengaruhi kondisi anak dalam kandungan. Begitu juga ketika anak telah
lah ir maka lingkungan sangat berpengaruh, hal ini dapat dibuktikan dengan proses
belajar. Proses belajar antara individu satu dengan individu yang lainnya
menyebabkan perbedaan perilaku antara individu satu dengan individu lainnya. Apa
yang dipelajari seorang individu akan sangat menentukan apa dan bagaimana reaksi
individu terhadap stimulus yang dihadapinya
Sedangkan Soetopo dalam bukunya keunikan Intelegensi manusia menjabarkan tiga
faktor yang menentukan intelegensi manusia yaitu:
1. Faktor bawaan
Faktor pertama yang mempengaruhi intelegensi seseorang adalah faktor
pembawaan. Semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia membawa sifat-

viii
sifat tertentu sejak lahir, maka sifat-sifat yang alami inilah Psikologi Pendidikan
yang menentukan pembawaan seseorang. pembawaan ini memegang peranan
yang sangat penting dalam intelegensi.
2. Faktor kematangan
Seorang anak normal yang berusia 7 tahun tidak akan kesulitan jika diminta
untuk menghitung 8 9. Namun jika kita dihadapkan pada sebuah hitungan 5x =
8, maka anak tersebut akan kehilangan akalnya.
3. Faktor pembentukan
Kematangan dapat diartikan sebagai pertumbuhan dari dalam, namun
pembentukan dapat diartikan sebagai perkembangan di bawah pengaruh
keadaan-keadaan dari luar.
Setelah kita mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi maka kita juga
harus melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelegensi
Menurut Ngalim Purwanto (2011:55-56) faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi antara lain:
1. Pembawaan: Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa
sejak lahir. "Batas kesanggupan kita.". Yakni dapat, tidaknya memecahkan suatu
soal, pertama- tama ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar
dan ada yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama,
perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
2. Kematangan: Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang
jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing- masing.
Anak-anak tak dapat memecahkan masalah soal-soal tertentu, karena soal-soal
itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuh nya dan fungsi-fungsi
jiwanya masih belum matang untuk melakukan mengenai soal itu. Kematangan
berhubungan erat dengan umur.
3. Pembentukan: pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan
sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah) dan pembentukan tidak
sengaja (pengaruh alam sekitar).
4. Minat dan pembawaan yang khas: Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu
tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat
dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi
dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate
and exploring motives). Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap
dunia luar itu, lama-kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu. Apa yang
menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik
5. Kebebasan: Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode
yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai
kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan
Kebutuhannya

ix
2.6 Pengertian multiple intelligences (multikecerdasan)
Konsep Multiple Intellegiences merupakan sebuah gagasan yang dikemukakan oleh
Howard Gardner dalam buku Frames of Mind tahun 1983 yang didasarkan atas hasil
penelitian selama beberapa tahun tentang kapasitas kognitif manusia (Human Cognitif
Capacities)
Kecerdasan adalah bahasa yang dibicarakan oleh semua orang dan Sebagian
dipengaruhi oleh kebudayaan dimana orang itu dilahirkan, merupakan alat untuk
belajar,menyelasikan masalah dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia.
Definisi Kecerdasan menurut Piaget adalah suatu tindakan yang menyebabkan terjadinya
perhitungan atas kondisi-kondisi yang secara optimal bagi organisme dapat hidup
berhubungan dengan lingkungan secra efektif. Sementara itu Gardner mendefenisikan
intelegensi/kecerdasan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan
produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyaraka
Jadi, Multiple Intelligences adalah teori kecerdasan ganda yang dimiliki di dalam diri
seseorang dalam memecahkan suatu persoalan. Kecerdasan tidak dapat di ukur dengan cara
mengerjakan test-test saja akan tetapi kecerdasan mempunyai arti yang sangat luas. Masing-
masing kecerdasan yang berbeda-beda ini dapat digambarkan oleh ciri-ciri, kegiatan-
kegiatan, dan minat-minat tertentu.
2.7 Jenis-jenis multiple intelligences
a. Kecerdasan visual-spasial
Kecedasan visual-spasial adalah kemampuan membentuk model mental dari dnia
ruang dan mapu melakukan berbagai tindakan dan operasi menggunakan model itu.
Mereka gemar menggambar, melukis, atau mengukir gagasan-gagasan yang ada
dikepala dan sering menyajikan suasana serta perasaan hatinya melalui seni. Mereka
sering mengalami dan mengungkapkan dengan berangan-angan, berimajinasi dan
berperan.
b. Kecerdasan jasmaniah-kinestetik
Kecerdasan jasmaniah-kinestetik adalah kemampuan menyelesaikan masalah
atauproduk mode mennggunakan seluruh badan seseorang atau sebgaian badan.
Orang yang memiliki kecerdasan ini mempunyai perasaan yang kuat dan kesadaran
mendalam tentang gerakan-gerakan fisik.
c. Kecerdasan berirama-musik (musical/rhythmic intelligence)
Kecerdasan music ialah kemampuan untuk merasakan, membedakan , mengubah dan
mengekspresikan bentuk-bentuk music. Kecerdasan ini meliputi kepekaan ritme, nada
atau melodi, dan timbre Tu warna nada dalam sepotong music. Seseorang dapat
memiliki pemahamna music yng figural (global,intuitif), dan juga pemahaman music
yang formal (analitis,tekhnis), atau keduanya
d. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence)
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang
memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja sama dengan
mereka. Wiraniaga yang sukses, politisi, guru, petugas klinik, dan pemimpin agama
semuanya kemungkinan adalah orang dengan kecerdasan interpersonal yang tinggi.
e. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence)
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan, tetapi mengarah
kedalam. Itulah kemampuan membentuk model yang akurat, dapat dipercaya dari diri

x
sendiri dan mampu menggunakan model itu untuk beroperasi secara efektif dalam
hidup.
f. Kecerdasan Naturalis (Naturalistic intelligence)
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan dalam mengenali dan mengklarifikasi
berbagai spesies flora dan fauna, dari sebuah lingkungan individu. Hal ini juga
mencakup kepekaan terhadap fenomena alam lainnya,dan dalam kasus yang tumbuh
di lingkungan perkotaan, kemampuan untuk membedakan benda-benda mati sperti
mobil, sepatu, sampul, CD, dll.
g. Kecerdasan Eksistensial-spiritual (spiritualist intelligence)
Kecerdasan spiritual diyakini sebagai kecerdasan yang paling esensial dalam
kehidupan manusia dibandingkan dengan berbagai jenis kecerdasan lain, seperti
kecerdasan intelektual, emosional, dan kecerdasan sosial. Kecerdasan spiritual itu
bersandar pada hati dan terilhami sehingga jika seseorang memiliki kecerdasan
spiritual, maka segala sesuatu yang dilakukan akan berakhir dengan sesuatu yang
menyenangkan. Segala sesuatu harus selalu diolah dan diputuskan melalui
pertimbangan yang dalam yang terbentuk dengan menghadirkan pertimbangan hati
Nurani.
h. Minat
Pengertian minat menurut Bahasa (Etimologi), ialah usaha dan kemauan untuk
mempelajarai (learning) dan mencari sesuatu. Secara (Terminologi), minat adalah
keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal. Menurut Hilgar minat adalah
suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan memfokuskan diri pada sesuatu
yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas
Andi Maprare menyatakan bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri
dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau
kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu. Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu
H.C. Witherington menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu
objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya
Secara garis besar, minat memiliki dua pengertian, Pertama, usaha dan
kemauan untuk mempelajari (Learning) dan mencari sesuatu, Kedua merupakan
dorongan pribadi seseorang dalam mencapai Crow and Crow mengatakan bahwa
minat (Interest) bisa berhubungan dengantujuan tertentu. daya gerak yang mendorong
kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, atau kegiatan ataupun bisa
berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang olah kegiatan itu sendiri.14 Dengan
kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam
kegiatan.
Berdasarkan beberapa literatur di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalahn
kecenderungan hati untuk memperhatikan suatu hal atau aktivitas dimana aktivitas tersebut
secara terus menerus diperhatikan dan dilakukan tanpa adanya paksaan dari orang lain,
sebaliknya dengan disertai rasa senang.

xi
2.8 Ciri-ciri minat
Dr. Med. Metasari dalam buku ”Perkembangan Anak”, menyebutkan ada beberapa ciri
minat pada seorang anak, diantara sebagai berikut:
1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkenbangan fisik dan mental.
2. Minat bergantung pada kesiapan belajar
3. Minat bergantung pada kesempatan belajar.
4. Perkembangan minat terbatas.
5. Minat dipengaruhi oleh pengaruh budaya.
6. Minat berbobot emosional.
7. Minat itu Egosentrik
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu sebagai berikut:
1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat di semua
bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan
terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. Anak yang berkembang
lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman sebayanya. Anak yang lambat matang
akan menghadapi masalah sosial karena minat mereka minat anak, sedangkan minat
teman sebayanya minat remaja.
2. Minat bergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak tidak dapat mempunyai minat
sebelum mereka siap secara fisik dan mental, sebagai contoh : mereka tidak dapat
mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka
memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan tersebut.
3. Minat bergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan untuk belajar bergantung
pada lingkungan dan minat, bahkan anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian
dari lingkungan anak. Karena lingkungan anak kecil Sebagian besar terbatas pada
rumah, minat mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan bertambah luasnya lingkaran
sosial mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka
kenal.
4. Perkembangan minat terbatas. Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman
yang terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik misalnya, tidak mungkin
mempunyai minat yang sama pada olah raga seperti teman sebaya yang perkembangann
fisiknya normal.
5. Minat dipengaruhi oleh pengaruh budaya. Anak-anak mendapat kesempatan dari
orang tua, guru dan orang lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok
budaya yang mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan
untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya
mereka.
6. Minat berbobot emosional Bobot emosional, aspek efektif, dari minat menentukan
kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat bobot
emosional yang menyenangkan memperkuat.
7. Minat itu Egosentrik Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris, misalnya :
minat anak laki- laki pada matematika, sering berlandaskan keyakinan bahwa

xii
kepandaian dibidang matematika di sekolah akan merupakan Langkah penting menuju
kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di dunia usaha
Selain beberapa ciri minat di atas, di dalam buku ”Belajar dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya”, Slameto menambahkan bahwa ciri seseorang mempunyai minat. terdiri
atas sebagai berikut:
1. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal dari pada yang lain.
2. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu subjek tertenu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besdar terhadap subjek tersebut.
3. Minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas
2.9 Macam-Macam Minat
Minat memegang peranan penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga
minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain berdasarkan timbulnya minat
dan berdasarkan arahnya minat.
1. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi dua macam antara lain:
a. Minat Primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau
jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan
b. makanan, perasaan enak dan nyaman, kebebasan beraktivitas serta seks.
c. Minat Kultural atau sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar,
minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya minat
belajar individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan
lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini
akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat
penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi
harga dirinya.
2. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua macam antara lain:
a. Minat Intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu
sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasr atau minat asli. Misalnya
seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang
senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan.
b. Minat Ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari
kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat
tersebut hilang Misalnya seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi
juara kelas atau lulus ujian.
3. Berdasarkan cara mengungkapkan minat dapat dibedakan menjadi empat macam, terdiri
atas:
a. Expressed interest adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta
kepada subjek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang
berupa tugas maupun bukan tugas dengan perasaan senang.
b. Manifest interest adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi
secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek.
c. Tested interest adalah minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dariasil
jawaban tes objektif yang diberikan.

xiii
d. dje. Inventoried interest adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan
alat-alat yang sudah distandardisasikan.

2.10 Bakat
a. Pengertian dari bakat
Bakat merupakan potensi atau kemampuan yang dibawa seseorang sejak lahir.
Pada dasarnya, setiap individu memiliki bakat yang berbeda-beda. Dalam hal ini,
setiap individu juga memiliki potensi alamiah yang berbeda sejak lahir. Ada individu
yang memiliki bakat di bidang tulis-menulis, kesenian, olahraga, dan bakat lainnya.
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang
masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan khusus, seperti kemampuan berbahasa, ber- main
musik, melukis, dan lain-lain. Seseorang yang berbakat musik misalnya, dengan
latihan yang sama dengan orang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih cepat
menguasai keterampilan tersebut. Bakat harus ditunjang dengan minat, latihan,
pengetahuan, dan pengalaman agar bakat tersebut dapat terak- tualisasi dengan baik.
Crow dalam bukunya berjudul General Psychology menyatakan bahwa bakat
adalah suatu kualitas yang tampak pada tingkah laku manusia pada suatu lapangan
keahlian tertentu, seperti musik, seni mengarang, kecakap- an dalam matematika,
keahlian dalam bidang mesin, atau keahlian lainnya. Tidak jauh berbeda dengan
pendapat tersebut, Stamboel Muanandir dan Munandar (1987) menyatakan bahwa
bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan
yang relatif bisa bersifat umum.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bakat (appti- tude)
adalah kemampuan bawaan sejak lahir yang terlihat dalam bentuk peri- laku manusia
pada suatu bidang keahlian tertentu.
b. Jenis-jenis bakat
Pada umumnya, bakat terdiri atas dua jenis yaitu bakat umum dan bakat
khusus. Bakat umum merupakan kemampuan berupa potensi dasar yang bersifat
umum dan dimiliki oleh setiap orang. Sementara itu, bakat khusus merupakan
kemampuan berupa potensi khusus dan tidak dimiliki oleh semua orang, seperti
bakat seni, olahraga, atau kemampuan menjadi seorang pemimpin. Bakat khusus
dapat dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut.
a. Bakat verbal, yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan
dalam bentuk kata-kata.
b. Bakat numerikal, yaitu bakat tentang konsep-konsep dalam bentuk angka.
c. Bakat skolastik, yaitu kombinasi kata-kata (logika) dan angka-angka.
Bakat ini mencakup kemampuan dalam melakukan nalar, mengurutkan,
berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari
keteraturan konseptual atau pola numerik, serta memiliki pandangan
hidup rasional. Golongan ini merupakan kecerdasan para ilmuwan,
akuntan, dan membuat program komputer.
d. Bakat abstrak, yaitu bakat yang bukan berupa kata maupun angka,
malainkan berbentuk pola, rancangan, diagram, ukuran, bentuk, dan
posisi.

xiv
e. Bakat mekanik, yaitu bakat tentang prinsip-prinsip umum IPA, tata kerja
mesin, perkakas, dan alat lainnya.
f. Bakat relasi ruang (spasial), yaitu bakat untuk mengamati, menceritakan
pola dua dimensi, atau berpikir dalam tiga dimensi. Golongan bakat
memilikikepekaan yang tajam terhadap desain visual dan dapat
menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis, atau membuat
seketsa ide dengan jelas

2.11 Gaya belajar


a. Pengertian gaya belajar
Gaya belajar adalah suatu cara dalam menerima, mengolah, mengingat dan
menerapkan informasi dengan mudah . Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat
membantu siswa belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa sehingga prestasi
belajar siswa dapat tumbuh dengan baik melalui pembelajaran yang sesuai dengan gaya
belajarnya. Menurut masing-masing siswa cenderung mempunyai gaya belajar yang berbeda-
beda yang berguna untuk pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi.
b.Macam-macam gaya belajar
1. Visual
Menitik beratkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus
diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham. Gaya belajar seperti ini
mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa
mempercayainya
2. Auditorial
Mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.
Karakteristik gaya belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai
alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru
kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu
3. Kinestik
Mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada karakteristik gaya belajar
seperti ini yang tidak semua individu bisa melakukannya.
2.12 Gaya Berpikir
a. Pengertian Gaya Berpikir
Kebiasaan berpikir seseorang tergantung bagaimana seseorang tersebut mengatur
dan mengolah informasi dalam pikirannya. Bagi seseorang yang dominan otak kiri,
dia membiasakan dirinya berpikir logis, untuk menyerap informasi,cara yang mudah
baginya adalah bila informasi disajikan dalam bentuk yang logis dan linear. Sedang
bagi seseorang yang dominannya menggunakan otak kanan. Mereka lebih cenderung
memulai dari yang global dan biasanya disertai dengan imajinasi (menghayal)
(Shahib, 2010, hal. 65).
Hal yang sama juga dijelaskan dalam (DePorter & Hernacki, 2004, hal. 124)
Dimanagaya berpikir merupakan cara seseorang mengatur dan mengolah informasi.
Seseorang yang memiliki gaya berpikir sekuensial konkrit dan sekuensial abstrak
cenderung menggunakan otak kirinya sedangkan individu yang memiliki gaya

xv
berpikir acak konkret dan acak abstrak cenderung menggunakan otak kanannya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa gaya berpikir adalah cara yang biasa digunakan oleh
seseorang untuk mengatur dan mengolah informasi yang mereka dapatkan dari
pembelajaran. Untuk mengolah dan mengatur informasi tersebut seseorang akan
memiliki kecenderungan menggunakan salah satu bagian otaknya, baik itu otak kanan
maupun otak kiri mereka. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi
seseorang dan juga melibatkan perasaan dan kehendak seseorang. Memikirkan
sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari secara aktif dan
menghadirkannya dalam pikiran, kemudian seseorang akan mempunyai wawasan
tentang objek tersebut.
b.Macam -Macam Gaya Berpikir
Para siswa pasti memiliki gaya berpikir yang berbeda-beda satu sama lainnya
sehingga dalam memproses suatu informasi yang disampaikan oleh guru mereka.
Macam-macam gaya berpikir menurut DePorter (2004, hal. 128) yaitu: gaya berpikir
Sekuensial Konkrit (SK), Sekuensial Abstrak (SA), Acak Konkrit (AK) dan Acak
Abstrak (AA).
1. Pemikir Sekuensial Konkret (SK)
Untuk memproses dan mengatur informasi pemikir sekuensial konkret (SK)
menggunakan cara yang teratur, linear dan sekuensial. Diperoleh berdasarkan apa
yang mereka lihat, seperti raba, dengar, cium dan apa yang mereka rasakan.
2. Pemikir Acak Konkret (AK)
Bagi pemikir acak konkret (AK) untuk memproses danmengatur informasi mereka
seperti pemikir sekuensial konkret, mereka berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin
melakukan pendekatan coba-salah (trial and error). Karenanya, mereka merupakan
pemikir kreatif karena sering melakukan lompatan intuitif dan mengerjakan segala
sesuatu dengan cara mereka sendiri.
3. Pemikir Acak Abstrak (AA)
Bagi pemikir acak abstrak (AA) untuk memproses danmengatur informasi mereka
menjadikan dunia perasaan dan emosi sebagai kenyataan. Jika informasi
dipersonifikasikan pimikir AA akan mengingat dengan sangat baik, karena mereka
mengatur dengan refleksi informasi, ide-ide, dan kesan yang mereka dapatkan.
4. Pemikir Sekuensial Abstrak (SA)
Bagi pemikir Sekuensial Abstrak (SA) untuk memproses dan mengatur informasi
mereka menjadikan dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak sebagai kenyataan
bagi mereka, karena mereka suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi.
Proses berpikirnya rasional, logis, dan intelektual. Mereka sangat menghargai orang-
orang dan peristiwa-peristiwa yang tertata dengan rapi. Jadi mereka yang memiliki
gaya berpikir SA ini pada umumnya adalah filosofi, peneliti, dan ilmuwan.
2.13 Keterampilan Belajar
a. Pengertian Keterampilan Belajar
Keterampilan adalah kecakapan melakukan suatu tugas tertentu yang diperoleh
dengan cara berlatih terus menerus, karena keterampilan tidak datang sendiri secara
otomatis, melainkan secara sengaja diprogramkan melalui latihan terus menerus. Jika
dikaitkan dengan makna belajar, keterampilan belajar adalah keahlian yang
didapatkan oleh seorang individu melalui proses latihan yang kontinyu dan mencakup

xvi
aspek optimalisasi cara-cara belajar baik dalam domain kognitif, efektif ataupun
psikomotor dan suatu keterampilan yang sudah dikuasai oleh siswa untuk dapat
sukses dalam menjalani pembelajaran di sekolah dengan menguasai materi yang
dipelajari. Dengan kata lain, keterampilan belajar merupakan suatu keahlian tertentu
yang dimiliki siswa, jika keahlian tersebut dilatihkan terus- menerus akan menjadi
suatu kebiasaan yang baik bagi siswa dalam belajar. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa keterampilan belajar adalah suatu sistem, metode dan teknik yang
baik dikuasai oleh siswa tentang materi pengetahuan atau materi belajar yang
disampaikan oleh guru secara tangkas, efektif dan efisien, yang tentunya keterampilan
belajar tersebut harus dilatihkan sehingga siswa menjadi terampil dalam menjalani
pembelajaran di sekolah.
b. Aspek-aspek Keterampilan Belajar
Belajar menurut aspek ini adalah keterampilan dan kompetensi siswa untuk:
1. Mengumpulkan gagasan dan informasi baru. Kemampuan ini diperoleh
melalui keterampilan mendengarkan dan membaca.
2. Mencatat apa yang hendak diperoleh, keterampilan ini didapat melalui
keterampilan mencatat, membuat outline, dan membuat kesimpulan.
3. Meningkatkan pemahaman, keterampilan ini diperoleh melalui sintesa
materi dan membuat hubungan dengan pelajaran sebelumnya.
4. Mengorganisasi materi, keterampilan ini didapat dengan membuat outline,
membuat bagan, menulis dan mencatat.
5. Mengingat, keterampilan ini dapat dilakukan melalui organisasi memori,
dan menyampaikan kembali. Keterampilan menggunakan informasi dan ide-
ide baru, keterampilan ini didapat melalui keterampilan membuat laporan
dan keterampilan melakukan tes atau ujian.
2.14 Perbedaan Gender
Perbedaan gender mengacu pada perbedaan sosial, budaya, dan perilaku yang ditemui
antara laki-laki dan perempuan dalam suatu masyarakat tertentu. Perbedaan tersebut
dapat mencakup perbedaan dalam hal peran sosial, ekonomi, politik, dan kesehatan,
serta persepsi dan norma yang terkait dengan jenis kelamin tertentu. Perbedaan gender
juga bisa tercermin dalam kebiasaan, preferensi, dan pengalaman hidup yang berbeda
antara laki-laki dan perempuan.
Perbedaan gender dalam belajar dapat mencakup preferensi belajar, strategi
pembelajaran, minat subjek, dan respons terhadap pengajaran. Contohnya, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih suka pembelajaran
kolaboratif dan mendalam, sementara laki-laki mungkin lebih tertarik pada
pendekatan kompetitif atau visual dalam pembelajaran. Namun, penting untuk diingat
bahwa perbedaan ini bersifat umum dan tidak mutlak, dan setiap individu bisa
memiliki preferensi belajar yang unik regardless of gender.
a. Macam-macam Perbedaan Gender
Dalam konteks belajar, terdapat beberapa macam perbedaan gender yang dapat
memengaruhi pengalaman belajar siswa, antara lain:
1. Preferensi belajar: Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan
cenderung lebih suka pembelajaran kolaboratif dan berbasis pada hubungan
interpersonal, sementara laki-laki mungkin lebih tertarik pada pembelajaran yang
kompetitif atau visual.

xvii
1. Strategi pembelajaran: Misalnya, perempuan cenderung menggunakan pendekatan
yang lebih sistematis dan reflektif, sementara laki-laki mungkin lebih suka
pendekatan yang lebih langsung dan praktis.
2. Minat subjek: Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan
cenderung lebih tertarik pada subjek-sbjek seperti bahasa dan seni, sementara laki-
laki mungkin lebih tertarik pada matematika dan ilmu pengetahuan.

3. Keterlibatan dalam kelas: Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa


perempuan cenderung lebih aktif dalam partisipasi kelas dan berinteraksi dengan
guru dan rekan sekelas, sementara laki-laki mungkin cenderung menjadi lebih pasif.
4. Respon terhadap pengajaran: Misalnya, perempuan mungkin merespons lebih baik
terhadap pendekatan yang berfokus pada penghargaan dan dukungan emosional,
sementara laki-laki mungkin merespons lebih baik terhadap pendekatan yang
menekankan pada kompetisi dan tantangan.

Penting untuk diingat bahwa perbedaan gender dalam belajar bersifat kompleks dan
dapat bervariasi antar individu. Selain itu, stereotip gender tidak selalu mencerminkan
pengalaman atau kemampuan sebenarnya dari individu.
2.15 Pandangan Agama
Agama-agama sering mengajarkan untuk menghargai perbedaan individu dan
memperlakukan setiap individu dengan adil dan penuh kasih. Oleh karena itu, dalam proses
belajar, pandangan agama mungkin menekankan pentingnya memahami dan mengakui
keunikan setiap individu serta memberikan dukungan dan bimbingan yang sesuai dengan
kebutuhan mereka. Dengan demikian, dalam konteks pandangan agama pentingnya
pendidikan antar agama dan dialog antar agama juga dapat dipertimbangkan sebagai bagian
dari pendekatan untuk memahami dan menghormati perbedaan pandangan agama dalam
konteks pendidikan. Ini membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan
memungkinkan siswa untuk belajar dari satu sama lain, sambil mempertahankan integritas
keyakinan mereka sendiri. Jadi, institusi pendidikan dapat memfasilitasi belajar dalam
perbedaan agama dengan menciptakan lingkungan inklusif yang menghormati semua
keyakinan dan praktik agama, serta menyediakan program-program atau kegiatan yang
mempromosikan dialog antar agama dan pemahaman lintas kepercayaan.
2.16 Perbedaan Kultur
Perbedaan kultur merujuk pada variasi dalam nilai, norma, keyakinan, tradisi, bahasa,
dan perilaku antara kelompok-kelompok manusia yang berbeda. Kultur dapat dipengaruhi
oleh faktor geografis, sejarah, agama, politik, dan ekonomi, serta pengalaman kollektif dari
suatu kelompok dalam interaksi dengan lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Perbedaan
kultur dapat mempengaruhi cara individu atau kelompok memahami dunia, berinteraksi
dengan orang lain, dan merespon situasi yang berbeda. Perbedaan kultur dalam belajar
mencakup berbagai aspek, termasuk nilai-nilai yang dijunjung tinggi, strategi pembelajaran
yang disukai, preferensi komunikasi, dan pola-pola interaksi sosial. Misalnya, dalam
beberapa budaya, pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kerja sama dan
pengalaman bersama mungkin lebih dihargai, sementara dalam budaya lain, pendekatan yang
menekankan pada kemandirian dan prestasi individual lebih mendominasi. Selain itu,
perbedaan kultur juga dapat tercermin dalam cara individu menafsirkan informasi,

xviii
menanggapi otoritas guru, dan menghargai jenis pengetahuan tertentu. Oleh karena itu,
pengajar perlu sensitif terhadap perbedaan kultur dalam kelas mereka, dan mungkin perlu
menyesuaikan metode pengajaran dan pendekatan untuk menciptakan lingkungan yang
inklusif dan mendukung bagi semua siswa.

a. Jenis-jenis Perbedaan Kultur


Ada beberapa jenis perbedaan kultur dalam belajar yang dapat memengaruhi
pengalaman belajar siswa. Beberapa di antaranya meliputi:

1. Nilai-nilai dan kepercayaan: Perbedaan dalam nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
suatu budaya dapat memengaruhi prioritas dalam pendidikan dan pembelajaran.
Misalnya, beberapa budaya mungkin menekankan pentingnya ketaatan terhadap
otoritas guru, sementara budaya lain mungkin lebih menghargai kreativitas dan
ekspresi diri.
2. Gaya pembelajaran: Gaya pembelajaran dapat bervariasi berdasarkan budaya.
Beberapa siswa mungkin lebih suka pembelajaran kolaboratif dan diskusi kelompok,
sementara yang lain mungkin lebih nyaman dengan pendekatan mandiri dan reflektif.
3. Pola interaksi sosial: Pola interaksi sosial dalam pembelajaran juga dapat
dipengaruhi oleh budaya. Misalnya, beberapa budaya mungkin menghargai
komunikasi verbal yang langsung dan ekspresif, sementara budaya lain mungkin lebih
cenderung untuk mengekspresikan diri secara tidak langsung atau tidak verbal.
4. Penggunaan bahasa: Perbedaan dalam bahasa dan komunikasi dapat memengaruhi
pemahaman dan partisipasi dalam pembelajaran. Siswa yang berbicara bahasa ibu
yang berbeda mungkin menghadapi tantangan dalam mengakses materi pembelajaran
atau berkomunikasi dengan rekan sekelas.
5. Norma-norma perilaku: Norma-norma perilaku yang berbeda dalam budaya dapat
memengaruhi pola kerja sama, tanggung jawab, dan interaksi antara siswa dan guru.
Hal ini dapat mempengaruhi dinamika kelas dan proses pembelajaran.
6. Memahami dan menghormati perbedaan kultur dalam belajar penting untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung bagi semua
siswa.
Memahami dan menghormati perbedaan kultur dalam belajar penting untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan mendukung
bagi semua siswa.

xix
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang.Sejak
ratusan tahun sebelum masehi, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik obyek formal yang
mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang mempersoalkan manusia
sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya. Perbedaan individu, diantaranya
perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan bahasa, perbedaan kecakapan motorik, perbedaan
latar belakang, perbedaan bakat, perbedaan kesiapan belajar, perbedaan tingkat pencapaian,
perbedaaan lingkungan keluarga, latar belakang budaya dan etnis, dan faktor pendidikan.

3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa makalah yang kami lakukan ini tidak terlepas dari
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Maka kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca sehingga dapat kami jadikan sebagai evaluasi agar
kedepannya menjadi lebih baik.

xx
DAFTAR PUSTAKA

Restian, A. (2020). Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi (Vol. 2). UMMPress.
Maarif, M. A., Rofiq, M. H., & Nabila, N. S. (2020). Pendidikan Pesantren Berbasis Multiple
Intellegences (Kecerdasan Majemuk). Tafkir: Interdisciplinary Journal of Islamic
Education, 1(1), 1-19.
Musfiroh, T. (2014). Hakikat Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences). Modul
Perkuliahan Pdf, Universitas Terbuka.
Pupu, S. R. (2018). Psikologi pendidikan.
Widayanti, F. D. (2013). Pentingnya mengetahui gaya belajar siswa dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Erudio Journal of Educational Innovation, 2(1).

xxi

Anda mungkin juga menyukai