PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Tentang
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing:
UNIVERSITAS ADZKIA
PADANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Psikologi Pendidikan.. penulis menyadari sepenuhnya bahwa susunan dan
materi yang terkandung dalam makalah ini belum sempurna. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu penulis
selama pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini tepat waktunya. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan.
Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan
dengan senang hati dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Penulis
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk semua pihak.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
Latar Belakang.......................................................................................................................1
Rumusan Masalah..................................................................................................................1
Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
Kesimpulan..........................................................................................................................10
Saran.....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Telah kita ketahui bahwa setiap individu itu unik yaitu tidak ada dua individu
yang sama Persis baik dari sifat, karakter, maupun lainnya. Tiap masing- masing
individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Begitu halnya siswa, antara
siswa satu dengan yang lain pasti berbeda. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik
psikis kepribadian dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini terlihat pada cara dan
hasil belajar siswa itu sendiri.
Perbedaan individu tersebut perlu adanya penanganan dari guru sebagai pembimbing
dalam rangka upaya pembelajaran. Dlam pendidikan sekarang ini system pendidikan
yang di gunakan sendiri bersifat klasikal yaitu melakukan pembelajaran di kelas
dengan hanya melihat siswanya saja sebagai individu dengan kemampuan rata-rata,
kebiasaan begitu juga dengan pengetahuannya yang hamper sama tidak berbeda satu
sama lain yang kurang memeperhatikan masalah perbedaan dari masing-masing
individu.
Oleh karena itu sebagai seorang guru hendaknya mampu memahami karakteristik
maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswanya. Dengan cara maupun
metode yang di sebutkan sebelumnya dan mengaplikasikannya langsung dalam dunua
pendidikan, sehingga mengetahui perbedaan peserta didiknya dan bagaimana cara
1
untuk mengatasinya dengan cara-cara yang mudah di tangkap atau di pahami peserta
didik. Melalui pembahasan ini di harapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
perbedaan individu dan aplikasinya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Perbedaan intelegensi
3
berkorelasi sangat tinggi walaupun mereka tidak pernah saling kenal. Ini
menunjukkan bahwa walau lingkungan berpengaruh terhadap taraf kecerdasan
seseorang, tetapi banyak hal dalam kecerdasan itu yang tetap tak berpengaruh.
4
dorongan, menunjukkan peningkatan skor yang cukup berarti pada tes kecerdasan.
Selain itu, individu-individu yang hidup bersama dalam keluarga mempunyai korelasi
kecerdasan yang lebih besar dibanding mereka yang dirawat secara terpisah. Zajonc
dalam berbagai penelitian menemukan bahwa anak pertama biasanya memiliki taraf
kecerdasan yang lebih tinggi dari adik-adiknya. Olehnya ini dijelaskan karena anak
pertama untuk jangka waktu yang cukup lama hanya dikelilingi oleh orang-orang
dewasa, suatu lingkungan yang memberinya keuntungan intelektual
Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames of Mind: The
Theory of Multiple intellegences (1983), bahwa kecerdasan memiliki tujuh
komponen. Diantaranya:
1) Kecerdaasan linguistic-verbal
Kecerdasan ini mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran yang jelas
dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk
mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca, dan menulis. Mereka
membawakan dirinya dengan baik secara verbal dan kelihatannya selalu mengetahui
hal yang tepat untuk dikatakan. Kecerdasan ini sangat dihargai dalam dunia modern
karena orang- orang cenderung untuk menilai orang lain dari cara bicara dan menulis.
Kemampuan berbicara sering merupakan salah satu aspek paling penting yang
digunakan ketika seorang sedang membentuk kesan pertama.
Pentingnya mengembangkan kecerdasan linguistik-verbal antara lain:
Meningkatkan kemampuan membaca.
Meningkatkan keterampilan menulis
Membangun pembawaan diri dan keterampilan linguistic umum.
Meningkatkan keterampilan mendengarkan
Kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan verbal
Memberi kesempatan bercakap-cakap
Meningkatkan minat baca
Memperdengarkan music
Bermain permainan kata
2) Kecerdasan matematis-logis
Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan
dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Hubungan antara matematika
dan logika adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar. Seseorang
yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan pola.Slain itu,
orang yang terampil dalam matematika cepat memahami konsep waktu, menjelaskan
konsep-konsep secara logis atau menyimpulkan iformasi menggunakan matematika.
3) Kecerdasan visual-spesial
Kecerdasan visual-spesial adalah kecerdasan yang dimiliki oleh arsitek,
insinyur mesin, seniman, fotografer, pilot, navigator, pemahat, dan penemu.
4) Kecerdasan ritmik-musikal
Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan untuk menyimpan nada dalam
benak seseorang, untuk mengingat irama itu dan secara emosional terpengaruh oleh
musik.
5
5) Kecerdasan kinestetik
Kecerdadasan kinestetik adalah kecerdasan yang memungkinkan manusia
untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh. Dengan
demikian memungkinkan tubuh untuk memanipulasi obyek dan menciptakan gerakan.
Bagian dari perkembangan fisik kita mungkin karena pengaruh gen, sementara
banyak juga yang berasal hasil pembinaan perkembangan fisik selama tahun-tahun
masa kecil. Orang tua yang memberikan kepada anak- anak mereka pembinaan
yang cukup dalam perkembangan fisik dapat dikatakan telah meletakkan dasar
yang kuat bagi kecerdasan tubuh yang baik. Anak-anak yang demikian akan tumbuh
dengan kamampuan melakukan aktifitas fisik sesuai potensi terbaik mereka dan
mereka akan menjadi lebih yakin akan kemampuan fisik mereka.
Kecerdasan fisik adalah kemampuan menggunakan dengan baik pikiran dan
tubuh secara serempak untuk mencapai segala segala tujuan yang diinginkan. Ini
serupa dengan keterampilan yang pada umumnya mirujuk sebagai keterampilan
psikomotor, yang menggabungkan interprestasi mental dengan tanggapan fisik.
6) Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan
orang-orang sekitar. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami dan
memperkirakan perasaan,temperamen,suasana hati,maksud dan keinginan orang lain
dan menanggapinya secara layak. Kecerdasan inilah yang memungkinkan kita untuk
membangun kedekatan,pengaruh,pimpinan dan membangun hubungan dengan
masyarakat. Kecerdasan interpersonal bukan sesuatu yang dilahirkan tetapi sesuatu
yang harus dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran sama seperti
kecerdasan lainnya.
7) Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan mengenai diri sendiri. Kecerdasan
ini adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri. Orang-orang yang berkecerdasan intrapersonal tinggi
cenderung menjadi pemikir yang tercermin pada apa yang mereka lakukan dan terus-
menerus membuat penilaian diri. Mereka selalu bersentuhan dengan pemikiran,
gagasan,dan impian mereka dan mereka juga memiliki kemampuan untuk
mengarahkan emosi mereka sendiri sedemikian rupa untuk memperkaya dan
membimbing kehidupan mereka sendiri.
6
Drummond (1998:186) mendefinisikan gaya belajar sebagai, “an individual’s
preferred mode and desired conditions of learning.” Maksudnya, gaya belajar
dianggap sebagai cara belajar atau kondisi belajar yang disukai oleh pembelajar.
Willing (1988) mendefinisikan gaya belajar sebagai kebiasaan belajar yang
disenangi oleh pembelajar. Keefe (1979) memandang gaya belajar sebagai cara
seseorang dalam menerima, berinteraksi, dan memandang lingkungannya. Dunn dan
Griggs (1988) memandang gaya belajar sebagai karakter biologis bawaan.
Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan
perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk
pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar
(NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).
Gaya belajar dan berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih
seseorang untuk menggunakan kemampuannya ( Drysdale, Ross, & Schuylts, 2001;
Sternberg, 1997).Ada beberapa dikotomi gaya belajar dan berpikir yaitu:
1) Gaya Impulsif / Reflektif
Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni siswa
cenderung gaya belajar dan berpikirbertindak cepat dan impulsif atau menggunakan
lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban
(Kagan, 1965 dalam Santrock ,2004:156). Siswa yang impulsif seringkali lebih
banyak melakukan kesalahan daripada siswa bergaya reflektif.
Bertindak impulsif juga berarti bertindak tanpa berpikir/memikirkan tindakan
itu terlebih dahulu.
Contoh tindakan impulsif; kita dimarahi atau sedang dinasehati oleh orang tua
kita. terus dari kata-kata yang dikeluarkan oleh orang tua, ada yang menyentuh atau
yang membuat kita menjadi marah dan kita akan langsung melakukan tindakan yang
diluar kesadaran kita yaitu kita langsung keluar dari rumah atau kita akan melakukan
tindakan masuk dalam kamar kita dan kita melakukan tindakan yang sama tanpa
disadari yaitu kita langsung membanting pintu kamar kita tersebut ataupun kita
melakukan tindakan membanting barang-barang yang ada di depan mata kita.
Sedangkan gaya reflektif di dalam memecahkan masalah, yaitu suatu proses
berpikir aktif, hati-hati. Dibandingkan siswa yang impulsif, siswa yang reflektif lebih
banyak melakukan hal-hal berikut:
mengingat informasi yang terstruktur
membaca dengan memhami dan mengiterpretasi teks
memecahkan problem dan membuat keputusan
Standar kinerja siswa reflektif biasanya lebih tinggi daripada standar kinerja
siswa impulsif. Walaupun demikian, ada juga siswa yang bisa cepat belajar secara
tepat dan cepat mengambil keputusan sendiri.
Bereaksi cepat adalah strategi buruk hanya jika jawaban/kesimpulan yang
dihasilkan salah. Jika benar, malah itu yang lebih baik. Kadang-kadang gaya reflektif
terlalu lama berkutat dengan memikirkan suatu persoalan yang bisa saja tak
terpecahkan dan berakibat menambah beban belajar. Guru tetap mendorong siswa
seperti ini untuk tetap reflektif namun harus mencapai jawaban akhir.
Cara mengatasi anak yang impulsif:
Identifikasi siswa yang impulsif
7
Dorong mereka agar meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir sebelum
memberikan jawaban
Dorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya
Jadilah guru bergaya reflektif
Bantu siswa untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya
Hargai siswa impulsif yang mau meluangkan banyak waktu untuk berpikir.
Beri pujian untuk peningkatan kinerjanya
Bimbing murid untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi
impulsivitas.
8
Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya
belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ),
dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak /
dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan
dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung
pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya
belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti
materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan
jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih
cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-
detilnya untuk mendapatkan informasi.
Ciri-ciri gaya belajar visual :
Bicara agak cepat
Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
Tidak mudah terganggu oleh keributan
Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
Lebih suka membaca dari pada dibacakan
Pembaca cepat dan tekun
Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih
kata-kata
Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
Lebih suka musik dari pada seni
Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan
seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya
9
Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
Berbicara dalam irama yang terpola
Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Sebenarnya apa aja sih hal yang menyebabkan kepribadian kita berbeda-beda?
Menurut Purwanto, penulis buku Psikologi Pendidikan, kepribadian kita ditentukan
oleh tiga hal nih.
1) Faktor Biologis
Kepribadian kita dipengaruhi oleh faktor biologis, seperti yang sudah kita
ketahui, faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani kita
seperti keadaan genetik, pencernaan, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Sejak
dilahirkan setiap orang telah menunjukkan adanya perbedaan, tak ada satu orangpun
memiliki kepribadian yang identik. Hal ini dapat kita lihat sejak bayi baru lahir.
Misalnya kamu terlahir dari orang tua yang berambut hitam, maka kamu juga
akan memiliki rambut berwarna hitam. Ini menunjukkan bahwa sifat jasmani yang
ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, namun ada pula yang
merupakan pembawaan dari orang itu masing-masing, seperti bagaimana cara kamu
10
berjalan. Keadaan fisik ini memainkan peranan yang penting pada kepribadian kita
nih teman-teman.
2) Faktor Sosial
Faktor sosial, yang dimaksud disini adalah manusia-manusia lain disekitar
kita. Dengan lingkungan yang pertama kali kita temui adalah keluarga kita sendiri nih
teman-teman. Seiring dengan perkembangan diri kita, peranan keluarga sangat
penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian kita selanjutnya. Jadi, jika
kita diajarkan oleh orang tua kita untuk selalu sabar dalam menghadapi suatu
keadaan, maka kita akan tumbuh menjadi orang yang sabar, begitu juga sebaliknya.
Kemudian semakin tumbuh berkembang diri kita, maka pengaruh yang
diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas, setelah dari tahap lingkungan
keluarga, kita berlanjut ke lingkungan sekolah, disana kita bertemu teman-teman baru
nah, taman-teman kita ini terdidik oleh orang tuanya secara berbeda dari kita nih,
maka saat kita bergaul dengan mereka, secara tidak langsung kepribadian kita juga
ikut dipengaruhi oleh mereka.
Makanya kita harus selektif dalam memilih orang yang berada di sekitar kita.
Eits, bukan berarti penulis menyuruh kalian untuk memusuhi orang lain ya, tapi
supaya kita lebih bisa memilah orang-orang terdekat kita, karena itu dapat
mempengaruhi kepribadian kita. Oleh karena itu, jelas saja faktor sosial mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian ya.
3) Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri setiap orang tidak
dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan nih
teman-teman. Terdapat lima aspek kebudayaan yang mempengaruhi pembentukan
kepribadian kita.
Pertama, nilai-nilai, di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang
dijunjung tinggi oleh orang-orang di dalamnya yang hidup dalam kebudayaan itu.
Jadi, untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus menyesuaikan
diri kita dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu. Jadi, secara tidak
langsung kepribadian kita dipengaruhi nilai-nilai yang ada di tempat kita tinggal nih
teman-teman.
Kedua, adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah menentukan cara kita
bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian kita, misalnya
nih seperti tradisi gotong royong pada masyarakat Indonesia, membuat kita menjadi
pribadi yang sering menolong orang lain.
Ketiga, pengetahuan dan keterampilan, tinggi rendahnya pengetahuan dan
keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya
kebudayaan masyarakat itu. Jadi, makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin
berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya. Misalnya, para peternak
sapi di Australia mengetahui cara berternak dengan baik dan mereka melakukannya
dengan telaten sehingga menghasilkan daging sapi yang lezat. Dari situ dapat kita
lihat bahwa hal ini memberi pengaruh terhadap kepribadian seseorang kan.
11
Keempat, bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir
yang dapat menunjukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi
serta bergaul dengan orang lain nih teman-teman.
Kelima, milik kebendaan, semakin maju kebudayaan suatu masyarakat atau
bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan
hidupnya. Jadi, ketiga hal itulah yang tanpa kita sadari ternyata mempengaruhi
pembentukan kepribadian kita teman-teman.
Menurut Allport: “Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat
emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan
serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada
fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional,
dan karenanya terutama berasal dari keturunan.”
Menurut G. Ewald: “Temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan
dengan konstitusi jasmani.” Tempramen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat
hubungannya dengan konstitusi tubuh. Yang dimaksud konstitusi tubuh disini ialah
keadaan jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya, seperti
keadaan darah, pekerjaan kelenjar, pencernaan, pusat saraf, dan lain-lain.
Temperamen lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/ tergantung
pada konstitusi tubuh. Oleh karena itu temperamen sukar diubah atau didik; tidak
dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang bersangkutan. Contohnya
si A memiliki kemampuan melawak yang sangat dikagumi, karena ia memiliki tipe
tubuh dan raut muka yang sedemikian rupa, sehingga baru saja melihat mimiknya
orang sudah ingin tertawa. Temperamen lebih merupakan pembawaan dan sangat
dipengaruhi/ tergantung kepada konstitusi tubuh. Oleh karna itu tempramen sukar
diubah atau dididik; tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang
bersangkutan. Temperamen ini turun temurun dan tak dapat diubah oleh pengaruh-
pengaruh dari luar. Temperamen tidak mengalami perkembangan, karena temperamen
tergantung konstelasi hormon-hormon dan keadaan cairan dalam tubuh.
Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh tempramen, karena kecerdasan itu
menurut Santrok dalam slavin (1997), aspek mempengaruhi perkembangan itu adalah
keturunan/genetik. Temperamen individu sukar diubah atau dididik, tidak dapat
dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati individu yang bersangkutan.
Klasifikasi temperamen yang dikemukakan oleh Alexander Chess dan Stella
Thomas (Chess & Thomas, 1977; Thomas & Chess, 1991).
1) Anak bertemperamen mudah (easy child) pada umumnya berada dalam suasana
hati yang positif, dengan cepat membentuk rutinitas tetap dimasa kecil, dan
dengan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru.
2) Anak bertemperamen sulit (difficult child) cenderung beraksi secara negatif dan
sering mengeluh dan rewel, terlibat dalam rutinitas harian yang tidak teratur,
serta sulit beradaptasi dengan pengalaman baru.
3) Anak bertemperamen lambat (slow-to-warn-up child) mempunyai tingkat
aktifitas yang rendah, agak bereaksi negatif, dan penyesuain diri agak lambat
serta menunjukkan intensitas suasana hati yang rendah.
12
Sanguinisi (yang banyak darahnya), sifatnya periang, gembira, optimis, lekas
berubah-ubah stemming-nya.
Kolerisi (yang banyak empedu kuningnya), sifatnya garang, hebat, lekas
marah , agresif.
Flegmatisi (yang banyak lendirnya), sifatnya lamban, tenang, tidak mudah
berubah.
Melankolisi (banyak empedu hitamnya), sifatnya muram, tidak gembira,
pesimistis.
Anak yang memiliki tipe sanguinis misalnya lebih bersemangat dalam belajar
jika dibandingkan anak yang flegmatis. Anak yang melankolis cenderung lebih
menyukai hal-hal yang teortis dibandingkan praktis. Hal ini tentu berpengaruh
terhadap proses belajar anak. Guru di tuntut mampu mengenali anak sepenuhnya,
sehingga dapat membantu perkembangan anak sesuai keadaan dirinya. Selain itu,
Kaitan proses belajar sangat erat dengan tempramen karana yang mempengaruhi
semangat belajar siswa adalah tempramen. Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh
tempramen, karena kecerdasan itu menurut Santrok dalam slavin (1997), aspek
mempengaruhi perkembangan itu adalah keturunan/genetik.
13
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Manusia atau individu adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai
sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum masehi, manusia telah menjadi obyek
filsafat, baik obyek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek
material yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai
kondisinya. Individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang,
perseorangan, dan oknum. Perbedaan individual secara umum adalah hal-hal yang
berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan perbedaan psikologis antara
orang-orang serta berbagai persamaannya. Sumber perbedaan individu disebabkan
faktor bawaan dan faktor lingkungan.
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
14
Lestari, Yesi Putri. 2016. “Makalah Perbedaan individual”.
http://starholisme.blogspot.com/2016/12/makalah-perbedaan-individual.html?
m=1. Diakses pada 19 Februari 2020
Lutfiana, Nita. 2019. “Karakteristik Peserta Didik di Sekolah Dasar”.
https://www.kompasiana.com/nitalutfiana5616/5dd121f8d541df4b2c091402/
karakteristik-peserta-didik-di-sekolah-dasar?page=1. Diakses pada 19 Februari
2020
Nurfazrina. 2012. “Perbedaan Individual Dalam Intelegensi”.
http://11036nurfazrina.blogspot.com/2012/03/perbedaan-individual-dalam-
inteligensi.html. Diakses pada 18 Februari 2020.
Syahrial. 2016. “Gaya Belajar dan Berpikir”.
http://syahrialsiregar24.blogspot.com/2016/10/gaya-belajar-dan-berpikir-gaya-
belajar.html?m=1. Diakses pada 18 Febriari 2020
15