Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Tentang

MEMAHAMI PERBEDAAN INDIVIDUAL PADA SISWA

Disusun Oleh :

Ovi Ruspa (22111044)

Dosen Pembimbing:

Dr.Dewi Fitriana , M.Psi.,Psikolog.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS ADZKIA

PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Psikologi Pendidikan.. penulis menyadari sepenuhnya bahwa susunan dan
materi yang terkandung dalam makalah ini belum sempurna. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu penulis
selama pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini tepat waktunya. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan.

Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan
dengan senang hati dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Penulis
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk semua pihak.

Padang, 17 April 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

Latar Belakang.......................................................................................................................1

Rumusan Masalah..................................................................................................................1

Tujuan....................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

Perbedaan Intelegensi ............................................................................................................2

Perbedaan Gaya Belajar dan Gaya Berfikir...........................................................................3

Perbedaan Kepribadian dan Tempramen...............................................................................4

BAB III PENUTUP..................................................................................................................10

Kesimpulan..........................................................................................................................10

Saran.....................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Telah kita ketahui bahwa setiap individu itu unik yaitu tidak ada dua individu
yang sama Persis baik dari sifat, karakter, maupun lainnya. Tiap masing- masing
individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Begitu halnya siswa, antara
siswa satu dengan yang lain pasti berbeda. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik
psikis kepribadian dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini terlihat pada cara dan
hasil belajar siswa itu sendiri.

Perbedaan individu tersebut perlu adanya penanganan dari guru sebagai pembimbing
dalam rangka upaya pembelajaran. Dlam pendidikan sekarang ini system pendidikan
yang di gunakan sendiri bersifat klasikal yaitu melakukan pembelajaran di kelas
dengan hanya melihat siswanya saja sebagai individu dengan kemampuan rata-rata,
kebiasaan begitu juga dengan pengetahuannya yang hamper sama tidak berbeda satu
sama lain yang kurang memeperhatikan masalah perbedaan dari masing-masing
individu.

Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat


diperbaiki dengan beberapa cara. Antara lain penggunaan metode atau straegi belajar
mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan perbedaan kemampuan siswa dapat di
atasi. Selain itu penggunaan media akan membantu mengatasi perbedaan siswa dalam
cara belajar. Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klasikal adalah dengan
memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai,
dan memberikan bimbingan belajar bagi anak yang kurang. Disamping in dalam
memberikan tugas hendaknya disesuikan dengan minat dan kemampuan siswa
sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil
didalam belajar.

Oleh karena itu sebagai seorang guru hendaknya mampu memahami karakteristik
maupun sifat-sifat dari masing-masing individu atau siswanya. Dengan cara maupun
metode yang di sebutkan sebelumnya dan mengaplikasikannya langsung dalam dunua
pendidikan, sehingga mengetahui perbedaan peserta didiknya dan bagaimana cara

1
untuk mengatasinya dengan cara-cara yang mudah di tangkap atau di pahami peserta
didik. Melalui pembahasan ini di harapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
perbedaan individu dan aplikasinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja perbedaan intelegensi?


2. Apa saja perbedaan gaya belajar dan gaya berfikir?
3. Apa perbedaan kepribadian dan tempramen?

C. Tujuan Masalah

1. Megetahui perbedaan intelegensi


2. Mengetahui apa saja perbedaan gaya belajar dan gaya berfikir
3. Mengetahui perbedaan kepeibadian dan tempramen

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Perbedaan intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah serta beradaptasi


dan belajar dari pengalaman (Ayu, 2017). Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap
individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Menurut (Nurfazrina, 2012)
Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi sehingga
mengakibatkan adanya perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lainnya yaitu :
1) Pengaruh Faktor Bawaan / Keturunan
Seberapa besar korelasi antara IQ orangtua dan IQ anak? Konsep heritabilitas
berusaha memilah pengaruh keturunan dan lingkungan dalam suatu populasi.
Heritabilitas (heritability) adalah bagian dari variansi dalam suatu populasi yang
dikaitkan dengan faktor genetik. Indeks heritabilitas dihitung dengan menggunakan
teknik statistik korelasi. Jadi, indeks heritabilitas tertinggi adalah 1,00, sehingga
korelasi 0,70 keatas menunjukkan adanya pengaruh genetika yang kuat. Sebuah
komite, yang terdiri dari peneliti-peneliti yang dihimpun American Psychological
Association, menyimpulkan bahwa pada tahap remaja akhir, indeks heritabilitas
kecerdasan kira-kira 0,75 mengindikasikan adanya pengaruh genetik yang kuat.
Menariknya, para peneliti menemukan bahwa indeks heritabilitas kecerdasan
meningkat dari 0,45 pada bayi hingga 0.80 pada masa dewasa. Mengapa pengaruh
heritabilitas terhadap kecerdasan meningkat seiring pertambahan usia? Mungkin,
ketika kita bertambah dewasa, pengaruh lingkungan dan oranglain atas diri kita
semakin berkurang, dan kita lebih mampu memilih lingkungan yang sesuai dengan
keunggulan genetik kita. Contohnya, anak-anak atau remaja kadang didorong
orangtua mereka untuk memasuki lingkungan yang tidak sesuai dengan warisan
genetik mereka (anak ingin menjadi pemusik tetapi di dorong menjadi dokter,
misalnya). Ketika dewasa, individu-individu ini memiliki lebih banyak keleluasaan
memilih lingkungan karier mereka sendiri.
Tingkat pendidikan orangtua kandung juga menjadi tolak ukur dalam
memprediksi skor-skor IQ sang anak ketimbang IQ orangtua angkatnya. Akan tetapi,
studi-studi adopsi juga mendokumentaskan pengaruh lingkungan. Perpindahan anak
dari keluarga lama ke keluarga baru, yang mengakomodasi lingkungan yang lebih
baik, meningkatkan IQ anak sekitar 12 poin. Namun, banyak penelitian menunjukkan
bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai
dalam tes IQ mereka berkorelasi tinggi (± 0,50). Di antara kembar identik korelasi
sangat tinggi (± 0,90), sedangkan di antara individu-individu yang tidak bersanak
saudara korelasinya rendah sekali (± 0,20). Bukti lain dari adanya pengaruh bawaan
adalah hasil-hasil penelitian terhadap anak-anak yang diadopsi.
IQ mereka ternyata masih biokorelasi tinggi dengan ayah/ibu yang
sesungguhnya bergerak antara (±0,40 sampai ±0,50). Sedang korelasi dengan
orangtua angkatnya sangat rendah (± 0,10 sampai ± 0,20). Selanjutnya, studi terhadap
kembar yang diasuh secara terpisah juga menunjukkan bahwa IQ mereka tetap

3
berkorelasi sangat tinggi walaupun mereka tidak pernah saling kenal. Ini
menunjukkan bahwa walau lingkungan berpengaruh terhadap taraf kecerdasan
seseorang, tetapi banyak hal dalam kecerdasan itu yang tetap tak berpengaruh.

2) Pengaruh Faktor Lingkungan


Sementara faktor keturunan genetika memberi kontribusi pada IQ, kebanyakan
peneliti sepakat bahwa untuk kebanyakan orang, memodifikasi dalam lingkungan
dapat mengubah skor IQ seseorang. Memperkaya lingkungan dapat meningkatkan
prestasi di sekolah dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan.
Walaupun faktor keturunan genetika mungkin selalu mempengaruhi kemampuan
intelektual, faktor-faktor lingkungan dan kesempatan juga dapat menimbulkan
perbedaan.
Studi-studi telah menemukan korelasi-korelasi signifikan antara status
sosiekonomi dan kecerdasan. Cara orangtua berkomunikasi dengan anak, dukungan
yang diberikan orangtua, lingkungan dimana keluarga tinggal, dan kualitas sekolah
memberikan kontribusi terhadap korelasi-korelasi ini. Pengaruh lingkungan juga
ditemukan pada penelitian tentang anak adopsi. Contohnya, menurut salah satu
penelitan, anak yang pindah ke dalam keluarga dengan lingkungan yang lebih baik
dibandingkan keluarga sebelumnya mengalami peningkatan IQ hingga 12 poin.
Dalam penelitian lain, para peneliti pergi ke rumah-rumah dan mengamati bagaimana
orangtua dari keluarga berada dan keluarga dengan penghasilan menengah berbicara
dan berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Mereka menemukan bahwa keluarga
yang berpenghasilan sedang lebih cenderung untuk berbicara dan berkomunikasi
dengan anak-anak mereka dibandingkan dengan orangtua yang berada. Seberapa
sering orangtua berbicara dan berkomunikasi dengan anak pada 3 tahun pertama
perkembangan seorang anak ditemukan berkorelasi dengan skor IQ anak dengan tes
Stanford-Binet pada usia 3 tahun. Semakin sering orangtua berkomunikasi dan
berbicara dengan anak mereka, semakin tinggi IQ anak-anak tersebut.
Sekolah juga mempengaruhi kecerdasan. Pengaruh terbesar telah ditemukan
pada anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan formal dalam jangka waktu
lama. Anak-anak ini mengalami penurunan kecerdasan. Sebuah studi terhadap anak-
anak di Afrika Selatan mengalami penundaan bersekolah selama 4 tahun (karena tidak
ada guru) menemukan adanya penurunan IQ sebesar 5 poin pada setiap tahun
penundaan.
Walau ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, tetapi
ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti.
Intelegensi tentunya tidaklah dapat terlepas dari otak. Dengan kata lain perkembangan
organik otak akan sangat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang. Di pihak lain,
perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu,
ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang.
Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat
penting. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa inteligensi bisa berkurang karena tidak adanya bentuk
rangsangan tertentu dalam awal-awal kehidupan individu. Skeels dan Skodak
menemukan dalam studi longitudinal mereka bahwa anak-anak yang dididik dalam
lingkungan yang kaku, kurang perhatian, dan kurang dorongan lalu dipindahkan ke
dalam lingkungan yang hangat, penuh perhatian, rasa percaya, dan memberikan

4
dorongan, menunjukkan peningkatan skor yang cukup berarti pada tes kecerdasan.
Selain itu, individu-individu yang hidup bersama dalam keluarga mempunyai korelasi
kecerdasan yang lebih besar dibanding mereka yang dirawat secara terpisah. Zajonc
dalam berbagai penelitian menemukan bahwa anak pertama biasanya memiliki taraf
kecerdasan yang lebih tinggi dari adik-adiknya. Olehnya ini dijelaskan karena anak
pertama untuk jangka waktu yang cukup lama hanya dikelilingi oleh orang-orang
dewasa, suatu lingkungan yang memberinya keuntungan intelektual
Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames of Mind: The
Theory of Multiple intellegences (1983), bahwa kecerdasan memiliki tujuh
komponen. Diantaranya:
1) Kecerdaasan linguistic-verbal
Kecerdasan ini mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran yang jelas
dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk
mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca, dan menulis. Mereka
membawakan dirinya dengan baik secara verbal dan kelihatannya selalu mengetahui
hal yang tepat untuk dikatakan. Kecerdasan ini sangat dihargai dalam dunia modern
karena orang- orang cenderung untuk menilai orang lain dari cara bicara dan menulis.
Kemampuan berbicara sering merupakan salah satu aspek paling penting yang
digunakan ketika seorang sedang membentuk kesan pertama.
Pentingnya mengembangkan kecerdasan linguistik-verbal antara lain:
 Meningkatkan kemampuan membaca.
 Meningkatkan keterampilan menulis
 Membangun pembawaan diri dan keterampilan linguistic umum.
 Meningkatkan keterampilan mendengarkan
Kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan verbal
 Memberi kesempatan bercakap-cakap
 Meningkatkan minat baca
 Memperdengarkan music
 Bermain permainan kata

2) Kecerdasan matematis-logis
Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan
dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Hubungan antara matematika
dan logika adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar. Seseorang
yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan pola.Slain itu,
orang yang terampil dalam matematika cepat memahami konsep waktu, menjelaskan
konsep-konsep secara logis atau menyimpulkan iformasi menggunakan matematika.

3) Kecerdasan visual-spesial
Kecerdasan visual-spesial adalah kecerdasan yang dimiliki oleh arsitek,
insinyur mesin, seniman, fotografer, pilot, navigator, pemahat, dan penemu.
4) Kecerdasan ritmik-musikal
Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan untuk menyimpan nada dalam
benak seseorang, untuk mengingat irama itu dan secara emosional terpengaruh oleh
musik.

5
5) Kecerdasan kinestetik
Kecerdadasan kinestetik adalah kecerdasan yang memungkinkan manusia
untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh. Dengan
demikian memungkinkan tubuh untuk memanipulasi obyek dan menciptakan gerakan.
Bagian dari perkembangan fisik kita mungkin karena pengaruh gen, sementara
banyak juga yang berasal hasil pembinaan perkembangan fisik selama tahun-tahun
masa kecil. Orang tua yang memberikan kepada anak- anak mereka pembinaan
yang cukup dalam perkembangan fisik dapat dikatakan telah meletakkan dasar
yang kuat bagi kecerdasan tubuh yang baik. Anak-anak yang demikian akan tumbuh
dengan kamampuan melakukan aktifitas fisik sesuai potensi terbaik mereka dan
mereka akan menjadi lebih yakin akan kemampuan fisik mereka.
Kecerdasan fisik adalah kemampuan menggunakan dengan baik pikiran dan
tubuh secara serempak untuk mencapai segala segala tujuan yang diinginkan. Ini
serupa dengan keterampilan yang pada umumnya mirujuk sebagai keterampilan
psikomotor, yang menggabungkan interprestasi mental dengan tanggapan fisik.

6) Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan
orang-orang sekitar. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami dan
memperkirakan perasaan,temperamen,suasana hati,maksud dan keinginan orang lain
dan menanggapinya secara layak. Kecerdasan inilah yang memungkinkan kita untuk
membangun kedekatan,pengaruh,pimpinan dan membangun hubungan dengan
masyarakat. Kecerdasan interpersonal bukan sesuatu yang dilahirkan tetapi sesuatu
yang harus dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran sama seperti
kecerdasan lainnya.

7) Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan mengenai diri sendiri. Kecerdasan
ini adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri. Orang-orang yang berkecerdasan intrapersonal tinggi
cenderung menjadi pemikir yang tercermin pada apa yang mereka lakukan dan terus-
menerus membuat penilaian diri. Mereka selalu bersentuhan dengan pemikiran,
gagasan,dan impian mereka dan mereka juga memiliki kemampuan untuk
mengarahkan emosi mereka sendiri sedemikian rupa untuk memperkaya dan
membimbing kehidupan mereka sendiri.

B.Perbedaan Gaya Belajar dan Gaya Berfikir

Menurut Fleming dan Mills (1992), gaya belajar merupakan kecenderungan


siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung
jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan
belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.

6
Drummond (1998:186) mendefinisikan gaya belajar sebagai, “an individual’s
preferred mode and desired conditions of learning.” Maksudnya, gaya belajar
dianggap sebagai cara belajar atau kondisi belajar yang disukai oleh pembelajar.
Willing (1988) mendefinisikan gaya belajar sebagai kebiasaan belajar yang
disenangi oleh pembelajar. Keefe (1979) memandang gaya belajar sebagai cara
seseorang dalam menerima, berinteraksi, dan memandang lingkungannya. Dunn dan
Griggs (1988) memandang gaya belajar sebagai karakter biologis bawaan.
Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan
perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk
pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar
(NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).
Gaya belajar dan berpikir bukanlah kemampuan, tetapi cara yang dipilih
seseorang untuk menggunakan kemampuannya ( Drysdale, Ross, & Schuylts, 2001;
Sternberg, 1997).Ada beberapa dikotomi gaya belajar dan berpikir yaitu:
1) Gaya Impulsif / Reflektif
Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni siswa
cenderung gaya belajar dan berpikirbertindak cepat dan impulsif atau menggunakan
lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban
(Kagan, 1965 dalam Santrock ,2004:156). Siswa yang impulsif seringkali lebih
banyak melakukan kesalahan daripada siswa bergaya reflektif.
Bertindak impulsif juga berarti bertindak tanpa berpikir/memikirkan tindakan
itu terlebih dahulu.
Contoh tindakan impulsif; kita dimarahi atau sedang dinasehati oleh orang tua
kita. terus dari kata-kata yang dikeluarkan oleh orang tua, ada yang menyentuh atau
yang membuat kita menjadi marah dan kita akan langsung melakukan tindakan yang
diluar kesadaran kita yaitu kita langsung keluar dari rumah atau kita akan melakukan
tindakan masuk dalam kamar kita dan kita melakukan tindakan yang sama tanpa
disadari yaitu kita langsung membanting pintu kamar kita tersebut ataupun kita
melakukan tindakan membanting barang-barang yang ada di depan mata kita.
Sedangkan gaya reflektif di dalam memecahkan masalah, yaitu suatu proses
berpikir aktif, hati-hati. Dibandingkan siswa yang impulsif, siswa yang reflektif lebih
banyak melakukan hal-hal berikut:
 mengingat informasi yang terstruktur
 membaca dengan memhami dan mengiterpretasi teks
 memecahkan problem dan membuat keputusan
Standar kinerja siswa reflektif biasanya lebih tinggi daripada standar kinerja
siswa impulsif. Walaupun demikian, ada juga siswa yang bisa cepat belajar secara
tepat dan cepat mengambil keputusan sendiri.
Bereaksi cepat adalah strategi buruk hanya jika jawaban/kesimpulan yang
dihasilkan salah. Jika benar, malah itu yang lebih baik. Kadang-kadang gaya reflektif
terlalu lama berkutat dengan memikirkan suatu persoalan yang bisa saja tak
terpecahkan dan berakibat menambah beban belajar. Guru tetap mendorong siswa
seperti ini untuk tetap reflektif namun harus mencapai jawaban akhir.
Cara mengatasi anak yang impulsif:
 Identifikasi siswa yang impulsif

7
 Dorong mereka agar meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir sebelum
memberikan jawaban
 Dorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya
 Jadilah guru bergaya reflektif
 Bantu siswa untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya
 Hargai siswa impulsif yang mau meluangkan banyak waktu untuk berpikir.
Beri pujian untuk peningkatan kinerjanya
 Bimbing murid untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi
impulsivitas.

2) Gaya Mendalam / Dangkal


Gaya belajar apakah mendalam/dangkal maksudnya sejauh mana siswa
mempelajari materi pelajaran dengan satu cara yang membantu mereka memahami
makna materi tersebut (gaya mendalam) ataukah sekadar mencari apa-apa yang perlu
untuk dipelajari (gaya dangkal). (Marton, Hounsell, & Entwistle, 1984).
Gaya dangkal tidak dapat mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan
kerangka konseptual yang lebih luas. Seringkali hanya mengingat informasi dan
bersikap pasif. Sedangkan pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk
secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa
yang perlu diingat.
Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan kostruktivis dalam
belajarnya. Deep learner lebih banyak memotivasi dirinya sendiri untuk belajar,
sedangkan pelajar dangal (surface learner) lebih termotivasi belajar jika ada
penghargaan dari luar, misalnya pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow, Corno,
dan Jackson, 1996 dalam Santrock, 2004:157)
Strategi pembelajaran untuk gaya belajar dangkal agar belajar mendalam:
 Identifikasi siswa bertipe surface learner
 Beritahu mereka bahwa ada yang lebih penting dari sekadar mengingat materi.
Rangsang mereka untuk menghubungkan materi pelajaran sekarang dengan
apa yang mereka pelajari sebelumnya.
 Ajukan pertanyaan/beri tugas yang mensyaratkan untuk menyesuaikan
informasi dengan kerangka materi belajar yang lebih luas
 Jadilah model yang memproses informasi secara mendalam, bukan sekedar
memberi informasi. Bahas topic pelajaran secara mendetail/mendalam
 Jangan menggunakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban ya atau tidak

3) Mengevaluasi Gaya Belajar dan Berpikir


Dalam suatu kelas sangat mungkin berisi anak-anak dengan gaya belajar dan
berpikir yang berlebihan. Ingat jangan kacaukan gaya dengan kemampuan, seperti
inteligensi. Gaya adalah cara murid menggunakan kemampuannya.
Gaya belajar dan berpikir mungkin bervariasi berdasarkan konteks sekolah,
level kelas dan mata pelajaran. Howard Gardner (1993) mengatakan bahwa seorang
murid mungkin punya gaya impulsif dalam bidang musik tetapi bergaya reflektif
dalam memecahkan teka-teki.Gaya belajar terdiri dari beberapa macam diantaranya
yaitu::
1) Visual (belajar dengan cara melihat)

8
Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya
belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ),
dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak /
dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan
dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung
pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya
belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti
materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan
jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih
cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-
detilnya untuk mendapatkan informasi.
Ciri-ciri gaya belajar visual :
 Bicara agak cepat
 Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
 Tidak mudah terganggu oleh keributan
 Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
 Lebih suka membaca dari pada dibacakan
 Pembaca cepat dan tekun
 Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih
kata-kata
 Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
 Lebih suka musik dari pada seni
 Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan
seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya

2) Auditori (belajar dengan cara mendengar)


Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang saja. Siswa
yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat
pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya
hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat
belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang
guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone
suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya.
Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori
mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan
membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
 Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
 Penampilan rapi
 Mudah terganggu oleh keributan
 Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada
yang dilihat
 Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
 Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca
 Biasanya ia pembicara yang fasih

9
 Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
 Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
 Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
 Berbicara dalam irama yang terpola
 Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

3) Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)


Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang
mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan
melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan
mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar
ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
 Berbicara perlahan
 Penampilan rapi
 Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
 Belajar melalui memanipulasi dan praktek
 Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
 Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
 Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
 Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh
saat membaca
 Menyukai permainan yang menyibukkan
 Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada
di tempat itu
 Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-
kata yang mengandung aksi

C. Perbedaan Kepribadian dan Tempramen

Sebenarnya apa aja sih hal yang menyebabkan kepribadian kita berbeda-beda?
Menurut Purwanto, penulis buku Psikologi Pendidikan, kepribadian kita ditentukan
oleh tiga hal nih.
1) Faktor Biologis
Kepribadian kita dipengaruhi oleh faktor biologis, seperti yang sudah kita
ketahui, faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani kita
seperti keadaan genetik, pencernaan, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Sejak
dilahirkan setiap orang telah menunjukkan adanya perbedaan, tak ada satu orangpun
memiliki kepribadian yang identik. Hal ini dapat kita lihat sejak bayi baru lahir.
Misalnya kamu terlahir dari orang tua yang berambut hitam, maka kamu juga
akan memiliki rambut berwarna hitam. Ini menunjukkan bahwa sifat jasmani yang
ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, namun ada pula yang
merupakan pembawaan dari orang itu masing-masing, seperti bagaimana cara kamu

10
berjalan. Keadaan fisik ini memainkan peranan yang penting pada kepribadian kita
nih teman-teman.

2) Faktor Sosial
Faktor sosial, yang dimaksud disini adalah manusia-manusia lain disekitar
kita. Dengan lingkungan yang pertama kali kita temui adalah keluarga kita sendiri nih
teman-teman. Seiring dengan perkembangan diri kita, peranan keluarga sangat
penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian kita selanjutnya. Jadi, jika
kita diajarkan oleh orang tua kita untuk selalu sabar dalam menghadapi suatu
keadaan, maka kita akan tumbuh menjadi orang yang sabar, begitu juga sebaliknya.
Kemudian semakin tumbuh berkembang diri kita, maka pengaruh yang
diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas, setelah dari tahap lingkungan
keluarga, kita berlanjut ke lingkungan sekolah, disana kita bertemu teman-teman baru
nah, taman-teman kita ini terdidik oleh orang tuanya secara berbeda dari kita nih,
maka saat kita bergaul dengan mereka, secara tidak langsung kepribadian kita juga
ikut dipengaruhi oleh mereka.
Makanya kita harus selektif dalam memilih orang yang berada di sekitar kita.
Eits, bukan berarti penulis menyuruh kalian untuk memusuhi orang lain ya, tapi
supaya kita lebih bisa memilah orang-orang terdekat kita, karena itu dapat
mempengaruhi kepribadian kita. Oleh karena itu, jelas saja faktor sosial mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian ya.

3) Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri setiap orang tidak
dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan nih
teman-teman. Terdapat lima aspek kebudayaan yang mempengaruhi pembentukan
kepribadian kita.
Pertama, nilai-nilai, di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang
dijunjung tinggi oleh orang-orang di dalamnya yang hidup dalam kebudayaan itu.
Jadi, untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus menyesuaikan
diri kita dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu. Jadi, secara tidak
langsung kepribadian kita dipengaruhi nilai-nilai yang ada di tempat kita tinggal nih
teman-teman.
Kedua, adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah menentukan cara kita
bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian kita, misalnya
nih seperti tradisi gotong royong pada masyarakat Indonesia, membuat kita menjadi
pribadi yang sering menolong orang lain.
Ketiga, pengetahuan dan keterampilan, tinggi rendahnya pengetahuan dan
keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya
kebudayaan masyarakat itu. Jadi, makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin
berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya. Misalnya, para peternak
sapi di Australia mengetahui cara berternak dengan baik dan mereka melakukannya
dengan telaten sehingga menghasilkan daging sapi yang lezat. Dari situ dapat kita
lihat bahwa hal ini memberi pengaruh terhadap kepribadian seseorang kan.

11
Keempat, bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir
yang dapat menunjukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi
serta bergaul dengan orang lain nih teman-teman.
Kelima, milik kebendaan, semakin maju kebudayaan suatu masyarakat atau
bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan
hidupnya. Jadi, ketiga hal itulah yang tanpa kita sadari ternyata mempengaruhi
pembentukan kepribadian kita teman-teman.
Menurut Allport: “Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat
emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan
serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada
fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional,
dan karenanya terutama berasal dari keturunan.”
Menurut G. Ewald: “Temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan
dengan konstitusi jasmani.” Tempramen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat
hubungannya dengan konstitusi tubuh. Yang dimaksud konstitusi tubuh disini ialah
keadaan jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas baginya, seperti
keadaan darah, pekerjaan kelenjar, pencernaan, pusat saraf, dan lain-lain.
Temperamen lebih merupakan pembawaan dan sangat dipengaruhi/ tergantung
pada konstitusi tubuh. Oleh karena itu temperamen sukar diubah atau didik; tidak
dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang bersangkutan. Contohnya
si A memiliki kemampuan melawak yang sangat dikagumi, karena ia memiliki tipe
tubuh dan raut muka yang sedemikian rupa, sehingga baru saja melihat mimiknya
orang sudah ingin tertawa. Temperamen lebih merupakan pembawaan dan sangat
dipengaruhi/ tergantung kepada konstitusi tubuh. Oleh karna itu tempramen sukar
diubah atau dididik; tidak dapat dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati orang yang
bersangkutan. Temperamen ini turun temurun dan tak dapat diubah oleh pengaruh-
pengaruh dari luar. Temperamen tidak mengalami perkembangan, karena temperamen
tergantung konstelasi hormon-hormon dan keadaan cairan dalam tubuh.
Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh tempramen, karena kecerdasan itu
menurut Santrok dalam slavin (1997), aspek mempengaruhi perkembangan itu adalah
keturunan/genetik. Temperamen individu sukar diubah atau dididik, tidak dapat
dipengaruhi oleh kemauan atau kata hati individu yang bersangkutan.
Klasifikasi temperamen yang dikemukakan oleh Alexander Chess dan Stella
Thomas (Chess & Thomas, 1977; Thomas & Chess, 1991).
1) Anak bertemperamen mudah (easy child) pada umumnya berada dalam suasana
hati yang positif, dengan cepat membentuk rutinitas tetap dimasa kecil, dan
dengan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru.
2) Anak bertemperamen sulit (difficult child) cenderung beraksi secara negatif dan
sering mengeluh dan rewel, terlibat dalam rutinitas harian yang tidak teratur,
serta sulit beradaptasi dengan pengalaman baru.
3) Anak bertemperamen lambat (slow-to-warn-up child) mempunyai tingkat
aktifitas yang rendah, agak bereaksi negatif, dan penyesuain diri agak lambat
serta menunjukkan intensitas suasana hati yang rendah.

Tempramen adalah gaya-prilaku karakteristik individu dalam merespon


sesuatu yang dipengaruhi oleh konstitusi tubuhnya, misalnya cairan darah. Ada 4
golongan menurut keadaan zat-zat cair yang ada dalam tubuh, yaitu:

12
 Sanguinisi (yang banyak darahnya), sifatnya periang, gembira, optimis, lekas
berubah-ubah stemming-nya.
 Kolerisi (yang banyak empedu kuningnya), sifatnya garang, hebat, lekas
marah , agresif.
 Flegmatisi (yang banyak lendirnya), sifatnya lamban, tenang, tidak mudah
berubah.
 Melankolisi (banyak empedu hitamnya), sifatnya muram, tidak gembira,
pesimistis.
Anak yang memiliki tipe sanguinis misalnya lebih bersemangat dalam belajar
jika dibandingkan anak yang flegmatis. Anak yang melankolis cenderung lebih
menyukai hal-hal yang teortis dibandingkan praktis. Hal ini tentu berpengaruh
terhadap proses belajar anak. Guru di tuntut mampu mengenali anak sepenuhnya,
sehingga dapat membantu perkembangan anak sesuai keadaan dirinya. Selain itu,
Kaitan proses belajar sangat erat dengan tempramen karana yang mempengaruhi
semangat belajar siswa adalah tempramen. Kecerdasan siswa juga dipengaruhi oleh
tempramen, karena kecerdasan itu menurut Santrok dalam slavin (1997), aspek
mempengaruhi perkembangan itu adalah keturunan/genetik.

13
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Manusia atau individu adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai
sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum masehi, manusia telah menjadi obyek
filsafat, baik obyek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek
material yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai
kondisinya. Individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang,
perseorangan, dan oknum. Perbedaan individual secara umum adalah hal-hal yang
berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan perbedaan psikologis antara
orang-orang serta berbagai persamaannya. Sumber perbedaan individu disebabkan
faktor bawaan dan faktor lingkungan.

Perbedaan individu, diantaranya perbedaan – perbedaan fisik, perbedaan


intelegensi, perbedaan gaya belajar dan berpikir, perbedaan kepribadian, perbedaan
temperamen.

B.Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah


di atas masihbanyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu. 2017. “Intelegensi”


https://www.kompasiana.com/ayu_n/5930589962afbdbd5a5261ad/intelegensi.
Diakses pada 18 Februari 2020.
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009)

14
Lestari, Yesi Putri. 2016. “Makalah Perbedaan individual”.
http://starholisme.blogspot.com/2016/12/makalah-perbedaan-individual.html?
m=1. Diakses pada 19 Februari 2020
Lutfiana, Nita. 2019. “Karakteristik Peserta Didik di Sekolah Dasar”.
https://www.kompasiana.com/nitalutfiana5616/5dd121f8d541df4b2c091402/
karakteristik-peserta-didik-di-sekolah-dasar?page=1. Diakses pada 19 Februari
2020
Nurfazrina. 2012. “Perbedaan Individual Dalam Intelegensi”.
http://11036nurfazrina.blogspot.com/2012/03/perbedaan-individual-dalam-
inteligensi.html. Diakses pada 18 Februari 2020.
Syahrial. 2016. “Gaya Belajar dan Berpikir”.
http://syahrialsiregar24.blogspot.com/2016/10/gaya-belajar-dan-berpikir-gaya-
belajar.html?m=1. Diakses pada 18 Febriari 2020

15

Anda mungkin juga menyukai