Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DIRI DALAM PEMBELAJARAN

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
“Psikologi Pendidikan”

Dosen Pengampu :

Jamilah Aini Nasution, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 3


Pahruzi (2006101020009)
Nabilla Tifani (2006101020026)
Susanti Darajat (2006101020067)
Raudhatul Jannah (2006101020064)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kita masih diberikan umur panjang dan dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “KONSEP DIRI” ini pada tepat waktu. Shalawat dan salam marilah
kita sanjung sajikan kepangkuan alam nabi besar Muhammad Saw. yang mana nabi
Muhammad telah membawa kita dari zaman jahiliyah yang buta akan ilmu
pengetahuan kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan yang seperti
sekarang ini.

Dalam penulisan makalah yang berjudul “KONSEP DIRI” ini kami


menyadari banyak kekurangan dan keterbatasan kemampuan dalam pengetahuan
sehingga makalah ini jauh dari kata sempurna, karena sesungguhnya kesempurnaan
itu hanyalah milik Allah Swt. Oleh karena itu kami mengharapkan agar pembaca
dapat memberi masukan dan saran yang dapat membangun pada makalah kami ini.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini bisa diterima
dan bermanfaat untuk kami dan bermanfaat bagi pembaca makalah kami.

Aceh, 12 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

C. Tujuan............................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN ................................................................................................. 4

A. Pengertian Konsep Diri.................................................................................. 4

B. Ciri-ciri Konsep Diri ...................................................................................... 5

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ...................................... 6

D. Aspek-aspek Konsep Diri .............................................................................. 7

E. Perkembangan Konsep Diri .......................................................................... 9

F. Pengembangan Konsep Diri Pada Pengembangan Kreativitas Anak SD


10

G. Implikasi Konsep Diri dalam Pembelajaran Orang Dewasa ................. 12

BAB III ............................................................................................................. 15

PENUTUP ........................................................................................................ 15

A. Kesimpulan .................................................................................................... 15

ii
B. Ketebatasan Makalah .................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep diri merupakan salah satu faktor yang membentuk perilaku


individu. Dimana perilaku tersebut yang ditampilkan dari hasil respon dan
pandangan orang lain mengenai individu tersebut. Tujuan pembahasan ini
adalah agar mengetahui pengembangan kreativitas anak serta konsep diri
anak sekolah dasar. Konsep diri yakni pengevaluasian diri mengenai
kelayakan secara pribadi yang diungkapkan dalam bentuk sikap dan
karakter yang nampak atau terlihat baik terhadap orang lain maupun diri
sendiri. Guru seharusnya mengerti apa saja hal-hal yang dapat
meningkatkan konsep diri dan kreativitas bagi anak itu sendiri supaya dapat
melakukan perubahan untuk perkembangan berjalan secara optimal, tentu
hal tersebut tidak lepas dari pengaruh lingkungan, keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Permasalahan yang terlihat di sekolah dasar yaitu pembelajaran
belum mengoptimalkan proses kreativitas pada diri siswa serta kebanyakan
siswa tidak dapat mengenal potensinya. Kecenderungan mereka di sekolah,
belum mampu berpikir secara logis terhadap peristiwa yang sifatnya nyata,
pengembangan konsep diri pada mereka belumlah optimal sehingga siswa
Permasalahan lain yang tampak di sekolah, kekreatifan anak akan terasa
hilang karena jarang diekspose keluar dan terasa tidak bernilai. Karena hal
tersebut membuat mereka untuk tidak mengasah kekreatifannya. Jika dilihat
pada saat sekarang ini pendidikan belum optimal dalam membentuk
siswanya menjadi pribadi yang kreatif. Kecenderungan mereka
dipersiapkan untuk menjadi tenaga teknis ketimbang menjadi seorang
visioner. Baik materi ataupun proses pembelajaran yang dipelajari di
sekolah kurang berkontribusi untuk mempersiapkan mereka untuk terjun ke
lapangan. cenderung belum mampu berargumentasi dalam memecahkan

1
masalah. Padahal seharusnya proses berpikir kreatif siswa perlu diberikan
sejak usia SD.

Pendidikan orang dewasa atau istilah andragogy yaitu seni dan ilmu
untuk membantu orang dewasa belajar. Belajar bagi orang dewasa dapat
menjadi sebuah kebutuhan, ketika orang dewasa tersebut memiliki
kesadaran akan kebutuhannya, artinya orang dewasa tersebut telah memiliki
konsep diri yang matang. Pembelajaran orang dewasa umumnya terdapat
pada program-program yang diselenggarakan oleh pendidikan nonformal,
seperti program keaksaraan,kesetaraan, pelatihan, dan lain-lain. Belajar
bagi orang dewasa dalam program-program tersebut dalam pelaksanaanya
sering menggunakan konsep andragogi. Pengaruh latar belakang peserta
didik yang heterogen seperti usia, pekerjaan, dan lain-lain menjadikan para
pendidik pada pendidikan non formal menggunakan konsep andragogi
dalam pembelajarannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan konsep diri ?


2. Apa saja ciri-ciri konsep diri ?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ?
4. Apa saja aspek-aspek konsep diri ?
5. Apa yang dimaksud dengan perkembangan diri ?
6. Bagaimana pengembangan konsep diri pada anak?
7. Bagaimana impilikasi konsep diri pada orang dewasa?

C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan konsep diri


2. Untuk menjelaskan apa saja ciri-ciri konsep diri
3. Untuk menjelaskan apa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
4. Untuk menjelaskan apa saja aspek-aspek konsep diri
2
5. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan perkembangan diri
6. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan perkembangan diri
7. Untuk menjelaskan bagaimana Implikasi konsep diri pada anak-anak
8. Untuk menjelaskan bagaimana pengembangan konsep diri pada orang
dewasa

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai


dirinya sendiri. Menurut Desmita (2014) Konsep diri adalah gagasan
tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan, dan penilaian
seseorang terhadap dirinya. Menurut Mohamad Hmadi (2016) Konsep diri
dapat diartikan sebagai persepsi, keyakinan, perasaan atau sikap seseorang
tentang dirinya. Kemudian, Mohamad Surya (2014) juga menjelaskan
bahwa konsep diri merupakan pandangan mengenai diri sendiri yang
bersumber dari satu perangkat keyakinan dan sikap terhadap dirinya sendiri.

Konsep diri bukan merupakan bawaan dari lahir atau gen dari orang
tua. Konsep diri terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang
berhubungan dengan lingkungan, baik lingkungan keluarga, maupun
lingkungan masayarakat. Konsep diri merupakan hal penting dalam
membentuk tingkah laku, Burns (1993) mengemukakan bahwa konsep diri
yang positif dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kepercayaan
terhadap dirinya sehingga dapat memotivasi seseorang untuk dapat menjadi
lebih baik lagi sebagai pandangan, penilaian, dan perasaan individu
mengenai dirinya yang timbul sebagai hasil dari suatu interaksi sosial.

Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap


perilaku individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep
diri yang dimiliki. Pernyataan tersebut didukung oleh Burns (1993) yang
menyatakan bahwa Konsep diri akan mempengaruhi cara individu dalam
bertingkah laku di tengah masyarakat. Maka, individu dengan konsep diri
yang tinggi akan cenderung memiliki tingkat kemandirian yang tinggi.

4
Sebaliknya individu dengan konsep diri yang rendah, akan cenderung
memiliki tingkat kemandirian yang rendah pula.

Berdasarkan pengertian konsep diri di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa konsep diri adalah persepsi seseorang tentang dirinya sendiri yang
dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh.

B. Ciri-ciri Konsep Diri

Menurut Wasty Soemanto (2012), Berikut adalah beberapa ciri-ciri konsep


diri, yaitu :
1) Terorganisasikan
Individu mengumpulkan banyak informasi yang dipakai untuk
membentuk pandangan tentang dirinya sendiri. Untuk sampai pada
gambaran umum tentang dirinya ia menginformasikan itu ke dalam
kategori-kategori yang lebih luas dan banyak.

2) Multifaset
Individu mengkategorikan persepsi diri itu dalam beberapa wilayah,
misalnya : social acceptance, physical attractiveness, athletic ability
and academic ability.

3) Stabil
General self concept itu stabil. Perlu dicatat bahwa area self concept
dapat berubah.

4) Berkembang
Self concept berkembang sesuai dengan umur dan pengaruh
lingkungan.

5) Evaluatif

5
Selain membentuk deskripsi dirinya pada situasi yang istimewa,
individu juga mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri.

Menurut Inge Hutagalung (2007) terdapat sejumlah karakteristik


orang yang mempunyai konsep diri negatif, yaitu :
1) Sangat peka dan cenderung sulit menerima kritik dari orang lain.
2) Mengalami keselitan berbicara dengan orang lain.
3) Sulit mengakui kesalahan
4) Kurang mampu mengungkapkan perasaan dengan cara yang wajar.
Senang mendapatkan pujian, setiap pujian adalah lebih baik
daripada tidak ada sama sekali.
5) Cenderung menunjukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan
tidak ada minat pada persaingan.

Sedangkan karakteristik orang yang memiliki konsep diri positif,


yaitu :

1) Orang yang terbuka


2) Orang yang tidak memiliki hambatan untuk berbicara dengan orang
lain, bahkan dalam situasi yang masih asing sekalipun.
3) Orang yang cepat tanggap dalam situasi sekelilingnya.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Inge Hutagalung (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi


konsep diri adalah :

1) Orang lain
Konsep diri seseorang individu terbentuk dari bagaimana penilaian
orang lain mengenai dirinya. Orang yang berpengaruh pada diri
seseorang adalah orang-orang yang disebut significant others, yaitu
orang yang sangat penting bagi diri seseorang.
6
2) Kelompok acuan
Dalam setiap kehidupannya, setiap orang sebagai anggota
masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok
memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada yang
disebut dengan kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan
perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok
tertentu. Kelompok inilah yang mempengaruhi konsep diri seseorang.

Menurut Hendriati Agustiani (2009), konsep diri seseorang


dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1) Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang
memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga.
2) Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.
3) Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dan potensi pribadi
yang sebenarnya.

Sedangkan, Syamsul Bachri Thalib (2013) menyebutkan “faktor-


faktor yang mempengaruhi konsep diri mencakup keadaan fisik dan
penilaian orang lain mengenai fisik individu; faktor keluarga termasuk
pengasuhan orang tua, pengalaman perilaku kekerasan, sikap saudara, dan
status sosial ekonomi, dan faktor lingkungan sekolah”.

D. Aspek-aspek Konsep Diri

Secara umum konsep diri dirumuskan dalam aspek atau dimensi


yang berbeda-beda bergantung pada sudut pandang masing-masing ahli.
Syamsul Bachri Thalib (2013) menyatakan bahwa “aspek-aspek
konsep diri dibedakan menjadi konsep diri akademis dan konsep diri non-
akademis. Konsep diri non-akademis dibedakan lagi menjadi konsep diri
sosial dan penampilan diri.

7
Sementara itu, Syamsul Bachri (2013) membagi dimensi konsep diri
menjadi dua yaitu :
1) Dimensi Internal, adalah penilaian yang dilakukan individu yaitu
penilaian yang dilakukan terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia
dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk, yaitu :
a) Diri Identitas
Bagian ini merupakan aspek yang paling mendasar pada
konsep diri dan mengacu pada pertanyaan “siapakah saya”.
b) Diri Pelaku
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah
lakunya yang berisikan segala kesadaran mengenai apa yang
dilakukan oleh dirinya.
c) Diri Penerimaan atau Penilai
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar,
dan evaluator.

2) Dimensi Eksternal, yaitu individu menilai dirinya sendiri melalui


hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain
di luar dirinya, misalnya diri yang bersangkutan dengan sekolah,
organisasi, agama, dan sebagainya. Dimensi ini dibedakan atas lima
bentuk, yaitu :
a) Diri fisik, yaitu menyangkut persepsi seseorang terhadap dirinya
sendiri secara fisik.
b) Diri etik-moral, yaitu persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat
dari standar pertimbangan nilai moral dan etika.
c) Diri pribadi, yaitu persepsi seseorang tentang keadaan
pribadinya.
d) Diri keluarga, yaitu menunjukkan perasaan dan harga diri
seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga.
e) Diri sosial, yaitu penilaian individu terhadap interaksi dirinya
dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya.

8
E. Perkembangan Konsep Diri

Perkembangan konsep diri tersusun atas dua tahap, yaitu konsep diri
primer dan konsep diri sekunder. Dimana konsep diri primer adalah konsep
diri yang terbentuk atas dasar pengalaman anak di lingkungan rumahnya
sendiri, berhubungan dengan anggota keluarga dirumah seperti orang tua,
nenek, paman, ataupun saudara-saudara sekandung yang lainnya.
Sedangkan, konsep diri sekunder yaitu konsep diri yang terbentuk atas dasar
pengalaman anak di lingkungan luar rumah, seperti teman sebaya atau
teman bermain.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978) konsep diri yang terbentuk


pertama-tama adalah konsep diri primer. Konsep diri ini didasarkan atas
pengalaman anak dirumah dan dibentuk dari berbagai konsep terpisah, yang
masing-masing merupakan hasil dari pengalaman dengan berbagai anggota
keluarga. Konsep diri primer mencakup citra fisik dan psikologis diri.
Konsep diri yang kedua adalah konsep diri sekunder. Konsep diri ini
berhubungan dengan bagaimana anak melihat dirinya melalui mata orang
lain. Konsep diri sekunder juga mencakup citra fisik maupun psikologis diri.
Anak-anak berpikir tentang struktur fisik mereka seperti halnya orang diluar
rumah, dan mereka menilai citra psikologis diri mereka yang dibentuk di
rumah, ndengan membandingkan citra ini dengan apa yang mereka kira
dipikir guru, teman sebaya, dan orang lain mengenai diri mereka.

Joan Rais Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih (2006)


mengemukakan bahwa pada dasarnya konsep diri tersusun atas tahapan-
tahapan. Yang paling dasar adalah konsep diri primer, dimana konsep ini
terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu
lingkungan rumahnya sendiri melalui orangtua, nenek, paman ataupun
saudara-saudara sekandung yang lainnya.

9
Kemudian setelah anak bertambah besar, ia mempunyai lebih
banyak teman, banyak kenalan dan sebagai akibatnya, ia mempunyai lebih
banyak pengalaman. Akhirnya, anak akan memperoleh konsep diri yang
baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan
rumahnya. Ini menghasilkan suatu konsep diri sekunder. Bagaimana
konsep diri sekunder ini terbentuk, banyak ditentukan pula oleh bagaimana
konsep diri primernya. Anak akan cenderung memilih teman bermain yang
sesuai dengan konsep diri primer yang sudah dipunyainya itu dan teman-
teman barunya tulah yang nantinya menunjang terbentuknya diri sekunder.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan konsep diri tersusun


atas 2 tahap, yaitu konsep diri primer dan konsep diri sekunder. Di mana
konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk atas dasar pengalaman
anak di lingkungan rumahnya sendiri, berhubungan dengan anggota
keluarga dirumah seperti orang tua, nenek, paman, ataupun saudara-saudara
sekandung yang lainnya. Sedangkan, konsep diri sekunder adalah konsep
diri yang terbentuk atas dasar pengalaman anak di lingkungan luar rumah,
seperti teman sebaya atau teman bermain.

F. Pengembangan Konsep Diri Pada Pengembangan Kreativitas Anak


SD

Menurut sternberg (2002) kreativitas merupakan sesuatu yang


paling penting jika dikaji dari aspek individual, sosial, dan dapat
dimunculkan untuk dipelajari sebagai karya cipta yang sudah ada
sebelumnya, dan selanjutnya diperbaharui supaya dapat menciptakan karya
cipta baru.

Menurut Burns (1993) kepercayaan seseorang pada pribadinya


sendiri adalah pengertian dari konsep diri. Hakikat jati diri itu sebenarnya
mengimplementasikan pribadi seseorang di dunia nyata, sikap ia menurut
10
pikirannya sendiri serta menentukan akan menjadi apa ia di kemudian hari
dan berdampak pada kehiduapan dewasanya nanti . Berdasarkan penjelasan
sebelumnya, Konsep diri pada anak adalah suatu presentasi mengenai diri
dan kemampuan anak sebagai perwujudan dari keyakinan bagaimana
mereka melihat serta melakukan penilaian bahwa diri mereka dapat
memberi berpengaruh terhadap sikap yang mereka ekspresikan.

Menurut Burns dalam Surna (1993) terdapat beberapa cara terhadap


perkembangan dalam meningkatkan konsep diri akademik peserta didik
antara lain:
a. Guru hendaknya dapat membangun suasana pembelajaran yang dapat
meningkatkan semangat peserta didik dalam belajar sehingga ia dapat
mengoptimalkan potensinya.

b. Guru hendaknya dapat berhubungan baik dengan siswanya, di dalam


aktivitas belajar seorang guru harus dapat menempatkan dirinya
diantara kehidupan pribadi peserta didik yang tengah berada pada tahap
optimalisasi kemampuannya. Dengan demikian guru dapat memahami
apa yang menjadi keinginan, kekurangan maupun kekuatan dari peserta
didik yang membuat guru dapat membantunya dalam mengatasi
masalah yang tengah dihadapi peserta didik.

c. Guru hendaknya dapat membangun suasana belajar yang menantang,


ajarkan siswa agar dapat bersaing baik dengan dirinya sendiri maupun
dengan temannya. Hal tersebut membuat ia belajar serta bekerja
dengan optimal, belajar untuk mengerjakan tugas dengan baik, belajar
dalam memahami kemampuan dirinya, belajar untuk tidak mudah
dengan apa yang telah ia capai, serta belajar memahami kekuatan
dirinya sendiri serta senantiasa menghargai apa yang telah dicapai.

Selain itu, konsep diri seserang dapat di lihat pada penampakan sikap
dan kepribadiannya yang berupa manifestasi dari orang tersebut.

11
Sejatinya manusia akan diberikan rangsangan agar dapat merangsang
perkembangan diri sehingga membuat ia sadar akan keberadaannya.
Maka dari itu, seluruh proses yang telah di lewati terhadap
pengembangan konsep diri akan membantu dalam membentuk
kepribadian dan pengkualitasan diri.

G. Implikasi Konsep Diri dalam Pembelajaran Orang Dewasa

Konsep diri positif membantu pelaksanaan pembelajaran karena


siswa ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran sejak awal
perencanaan, strategi pelaksanaan hingga evaluasi pembelajaran. Begitu
juga pada pendidikan orang dewasa atau yang sering disebut andragogi.

Andragogi merupakan suatu model penyelenggaraan pendidikan


bagi peserta didik yang terdiri dari orang dewasa. Andragogi juga
merupakansuatu teknologi pelibatan orang dewasa dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian kunci keberhasilan dalam pembelajaran
pada orang dewasa terletak pada keterlibatan diri mereka dalam proses
pembelajarannya (Sudjana, 2011).

Pembelajaran orang dewasa merupakan fenomena yang sederhana,


namun sangat kompleks. Sederhana karena kita tahu bahwa belajar adalah
esensi kehidupan sehari-hari dan pengalaman sadar, ini adalah proses
mengubah pengalaman itu menjadi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai,
dan kepercayaan. Dengan demikian, melibatkan orang dewasa dalam
pembelajaran akan berhasil ketika terlihat sebuah perubahan perilaku
kearah pemenuhan atau pencapaian kemampuan atau keterampilan yang
memadai.

12
Perubahan perilaku pada orang dewasa terjadi melalui proses
pendidikan yang berkaitan dengan kematangan konsep diri individu.
Kematangan konsep diri individu memungkinkan adanya peranan aktif
dilingkungan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan diri maupun orang
lain. Secara psikologis kematangan konsep diri ini akan mempengaruhi
bagaimana orang dewasa belajar, sebab orang dengan memiliki konsep diri
akan mampu mendiagnosa kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan
belajar.

Hughes, Galbrainth dan White (2011) menyatakan bahwa konsep


diri adalah deskpripsi atau penjelasan mengenai diri sendiri yang juga
mengandung evaluasi terhadap diri sendiri. Konsep diri memiliki peranan
yang penting terhadap tingkah laku seseorang. Cara seseorang memandang
dirinya akan terlihat pula pada keseluruhan perilakunya. Artinya, ketika
individu memandang dirinya tidak mampu melakukan sebuah tugas, maka
seluruh perilakunya akan melihatkan ketidakmampuannya. Terbentuknya
konsep diri juga akan menentukan pada jenis konsep diri yang dimiliki
seseorang.

Menurut Familia (2006) dalam perkembangan konsep diri terbagi


dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Seseorang yang sudah
terbentuk konsep dirinya akan mengetahui tentang dirinya, tahu kekuatan,
kelemahan, serta kebutuhannya bahkan sudah mengetahui tujuan-tujuan
yang akan dicapai. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
konsep diri merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan
psikologis belajar orang dewasa. Hal tersebut karena konsep diri
menentukan perilaku peserta didik (orang dewasa) dalam proses
pembelajaran. Orang dewasa yang memiliki banyak permasalahan negative
dalam hidupnya menunjukan individu tersebut memiliki konsep diri yang
rendah atau bahkan termasuk pada konsep diri negatif. Lain halnya dengan
individu yang memiliki konsep diri positif adalah Individu yang akan
merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang

13
memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi
kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses
penemuan. Selanjutnya, berdasarkan psikologi humanistik versi Knowles,
pendekatan humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia
membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan
bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia.

Menurut Maslow dalam (Lestaluhu & Lukman) (2018) belajar


merupakan proses untuk mencapai aktualiasi diri (self-actualization).
Artinya, dalam diri orang dewasa sebagai peserta didik yang sudah tumbuh
kematangan konsep dirinya timbul kebutuhan psikologi yang mendalam
yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi utuh
yang mengarahkan dirinya sendiri.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep diri adalah keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai


dirinya sendiri atau gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan,
pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya. Kemudian,
Mohamad Surya juga menjelaskan bahwa konsep diri merupakan
pandangan mengenai diri sendiri yang bersumber dari satu perangkat
keyakinan dan sikap terhadap dirinya sendiri. Perkembangan konsep diri
tersusun atas dua tahap, yaitu konsep diri primer dan konsep diri sekunder.

Setiap anak mempunyai ide kreatif tetapi yang penting untuk


diperhatikan yaitu bagaimana mengoptimalkan ide kreatif dari setiap anak
didik. Kreativitas itu bukanlah potensi dari sejak lahir, itu merupakan
kemampuan yang dapat didalami serta dikembangkan. Anak didik
dihadapkan dengan berbagai persoalan, dengan kreativitas anak didik dapat
memecahkan suatu permasalahan serta berpengaruh kepada prestasi
akademiknya.

Maka dari itu proses perkembangan kreativitas anak sangat penting


untuk diperhatikan agar proses perkembangannya berjalan optimal.
Kreativitas dikembangkan sejak usia sekolah dasar karena merupakan
dasar menuju tahap berikutnya..

B. Ketebatasan Makalah

Ada banyak sekali kekurangan dalam penyusunan makalah ini,


masalah utama yaitu terbatasnya sumber tentang materi yang dipaparkan
yang mana sedikit menghambat penyusunan

15
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2009). Psikologi Pendidikan (Pendekatan Ekologi Kaitannya


dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT
Refika Aditama.

Burns, R. B. (1993). Konsep Diri (Teori Penukuran, Perkembangan, dan Perilaku).


Jakarta: Arcan.

Desmita. (2014). In Psikologi Perkembangan Peserta Didik (hlm. 164). Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Familia, T. P. (2006). Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta:


Kanisius.

Gunarsa, S. D. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (hlm. 238-239).


Jakarta: PT BPK Gunung Muli.

Hamdi, M. (2016). Teori Kepribadian. Bandung: Alfabeta.

Hughes, A. G. (2011). Perceived competennce: A common core for self-efficiacy


and self-concept. Journal of Personality Assessment , (hlm. 278-289).

Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Hutagalung, I. (2007). Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju


Pribadi Positif. Jakarta: PT Indeks.

Lestahulu, F. R. (2018). Self-Concept of a Drunk Individual. 4th ASEAN


Conference on Psychology, Counselling and Humanities (ACPCH), (hlm.
86-88).

Soemanto, W. (2012). Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin


Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Steinberg, L. (2002). Adolescence. New York: Mc Graw Hill.

16
Sudjana. (2011). Pendidikan Nonformal: Wawasan Sejarah Perkembangan,
Filsafat dan Teori Pendukung, serta Asas. Bandung: Falah Production.

Surya, M. (2014). Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Thalib, S. B. (2013). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.


Jakarta: Kencana.

17

Anda mungkin juga menyukai