Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
“Psikologi Pendidikan”
Dosen Pengampu :
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kita masih diberikan umur panjang dan dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “KONSEP DIRI” ini pada tepat waktu. Shalawat dan salam marilah
kita sanjung sajikan kepangkuan alam nabi besar Muhammad Saw. yang mana nabi
Muhammad telah membawa kita dari zaman jahiliyah yang buta akan ilmu
pengetahuan kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan yang seperti
sekarang ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini bisa diterima
dan bermanfaat untuk kami dan bermanfaat bagi pembaca makalah kami.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................. 4
PENUTUP ........................................................................................................ 15
A. Kesimpulan .................................................................................................... 15
ii
B. Ketebatasan Makalah .................................................................................. 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
masalah. Padahal seharusnya proses berpikir kreatif siswa perlu diberikan
sejak usia SD.
Pendidikan orang dewasa atau istilah andragogy yaitu seni dan ilmu
untuk membantu orang dewasa belajar. Belajar bagi orang dewasa dapat
menjadi sebuah kebutuhan, ketika orang dewasa tersebut memiliki
kesadaran akan kebutuhannya, artinya orang dewasa tersebut telah memiliki
konsep diri yang matang. Pembelajaran orang dewasa umumnya terdapat
pada program-program yang diselenggarakan oleh pendidikan nonformal,
seperti program keaksaraan,kesetaraan, pelatihan, dan lain-lain. Belajar
bagi orang dewasa dalam program-program tersebut dalam pelaksanaanya
sering menggunakan konsep andragogi. Pengaruh latar belakang peserta
didik yang heterogen seperti usia, pekerjaan, dan lain-lain menjadikan para
pendidik pada pendidikan non formal menggunakan konsep andragogi
dalam pembelajarannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep diri bukan merupakan bawaan dari lahir atau gen dari orang
tua. Konsep diri terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang
berhubungan dengan lingkungan, baik lingkungan keluarga, maupun
lingkungan masayarakat. Konsep diri merupakan hal penting dalam
membentuk tingkah laku, Burns (1993) mengemukakan bahwa konsep diri
yang positif dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kepercayaan
terhadap dirinya sehingga dapat memotivasi seseorang untuk dapat menjadi
lebih baik lagi sebagai pandangan, penilaian, dan perasaan individu
mengenai dirinya yang timbul sebagai hasil dari suatu interaksi sosial.
4
Sebaliknya individu dengan konsep diri yang rendah, akan cenderung
memiliki tingkat kemandirian yang rendah pula.
2) Multifaset
Individu mengkategorikan persepsi diri itu dalam beberapa wilayah,
misalnya : social acceptance, physical attractiveness, athletic ability
and academic ability.
3) Stabil
General self concept itu stabil. Perlu dicatat bahwa area self concept
dapat berubah.
4) Berkembang
Self concept berkembang sesuai dengan umur dan pengaruh
lingkungan.
5) Evaluatif
5
Selain membentuk deskripsi dirinya pada situasi yang istimewa,
individu juga mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri.
1) Orang lain
Konsep diri seseorang individu terbentuk dari bagaimana penilaian
orang lain mengenai dirinya. Orang yang berpengaruh pada diri
seseorang adalah orang-orang yang disebut significant others, yaitu
orang yang sangat penting bagi diri seseorang.
6
2) Kelompok acuan
Dalam setiap kehidupannya, setiap orang sebagai anggota
masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok
memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada yang
disebut dengan kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan
perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok
tertentu. Kelompok inilah yang mempengaruhi konsep diri seseorang.
7
Sementara itu, Syamsul Bachri (2013) membagi dimensi konsep diri
menjadi dua yaitu :
1) Dimensi Internal, adalah penilaian yang dilakukan individu yaitu
penilaian yang dilakukan terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia
dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk, yaitu :
a) Diri Identitas
Bagian ini merupakan aspek yang paling mendasar pada
konsep diri dan mengacu pada pertanyaan “siapakah saya”.
b) Diri Pelaku
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah
lakunya yang berisikan segala kesadaran mengenai apa yang
dilakukan oleh dirinya.
c) Diri Penerimaan atau Penilai
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar,
dan evaluator.
8
E. Perkembangan Konsep Diri
Perkembangan konsep diri tersusun atas dua tahap, yaitu konsep diri
primer dan konsep diri sekunder. Dimana konsep diri primer adalah konsep
diri yang terbentuk atas dasar pengalaman anak di lingkungan rumahnya
sendiri, berhubungan dengan anggota keluarga dirumah seperti orang tua,
nenek, paman, ataupun saudara-saudara sekandung yang lainnya.
Sedangkan, konsep diri sekunder yaitu konsep diri yang terbentuk atas dasar
pengalaman anak di lingkungan luar rumah, seperti teman sebaya atau
teman bermain.
9
Kemudian setelah anak bertambah besar, ia mempunyai lebih
banyak teman, banyak kenalan dan sebagai akibatnya, ia mempunyai lebih
banyak pengalaman. Akhirnya, anak akan memperoleh konsep diri yang
baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan
rumahnya. Ini menghasilkan suatu konsep diri sekunder. Bagaimana
konsep diri sekunder ini terbentuk, banyak ditentukan pula oleh bagaimana
konsep diri primernya. Anak akan cenderung memilih teman bermain yang
sesuai dengan konsep diri primer yang sudah dipunyainya itu dan teman-
teman barunya tulah yang nantinya menunjang terbentuknya diri sekunder.
Selain itu, konsep diri seserang dapat di lihat pada penampakan sikap
dan kepribadiannya yang berupa manifestasi dari orang tersebut.
11
Sejatinya manusia akan diberikan rangsangan agar dapat merangsang
perkembangan diri sehingga membuat ia sadar akan keberadaannya.
Maka dari itu, seluruh proses yang telah di lewati terhadap
pengembangan konsep diri akan membantu dalam membentuk
kepribadian dan pengkualitasan diri.
12
Perubahan perilaku pada orang dewasa terjadi melalui proses
pendidikan yang berkaitan dengan kematangan konsep diri individu.
Kematangan konsep diri individu memungkinkan adanya peranan aktif
dilingkungan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan diri maupun orang
lain. Secara psikologis kematangan konsep diri ini akan mempengaruhi
bagaimana orang dewasa belajar, sebab orang dengan memiliki konsep diri
akan mampu mendiagnosa kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan
belajar.
13
memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi
kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses
penemuan. Selanjutnya, berdasarkan psikologi humanistik versi Knowles,
pendekatan humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia
membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan
bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Ketebatasan Makalah
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Sudjana. (2011). Pendidikan Nonformal: Wawasan Sejarah Perkembangan,
Filsafat dan Teori Pendukung, serta Asas. Bandung: Falah Production.
17