Anda di halaman 1dari 15

DI

OLEH :

NAMA : HAYATUN NUFUS


NIM : 22010057
TINGKAT : 2C
MK : AKHLAKUL KARIMAH
DOSEN : MUKTAR Ag, S.Pd.I., M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, sahabatnya
dan kepada kita selaku umatnya semoga kita mendapat syafa’at darinya di akhirat
kelak.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak
yang mendukung dalam penyusunan makalah ini. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka kami menerima kritik dan sarannya dari para pembaca,
karena kami telah berusaha melakukan semaksimal mungkin agar mencapai
tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Sigli, Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... 1


A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................... 3
A. Pengertian Pendidikan Akhlakul karimah................................. 3
B. Metode Pembelajaran Pada Anak usia Dini ............................. 6
C. Metode Bermain Peran ............................................................. 7

BAB III : PENUTUP.................................................................................... 11


A. Kesimpulan.............................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 12

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan akhlak sangat penting diberikan kepada anak usia dini, karena
dengan akhlak yang baik bisa menjaga anak kita dari hal-hal yang dilarang agama,
sehingga anak kita bisa terlindungi dari api neraka. Keluarga merupakan
lingkungan utama dan pertama bagi proses perkembangan anak sekaligus
merupakan peletak dasar kepribadian anak. Jika anak dibesarkan dengan
pendidikan akhlak yang baik dari orang tuanya maka dia akan tumbuh dengan
menjadi seorang anak yang berakhlak mulia, demikian pula sebaliknya. Setelah
mendapatkan pendidikan dari keluarga, anak-anak kemudian diperkenalkan
dengan lingkungan sekolah. Dalam mencari lembaga pendidikan untuk anak-
anaknya orang tua tidak saja hanya memperhatikan pendidikan dari segi akademik
ataupun kognitif saja, akan tetapi pendidikan akhlak atau moral juga sangat
penting karena dengan pendidikan akhlak yang baik bisa menjadi dasar anak
berperilaku baik di masa mendatang.
Di Indonesia sendiri saat ini yang menjadi permasalahan yakni semakin
merosotnya akhlak masyarakat yang menjadi salah satu keprihatinan. Globalisasi
kebudayaan sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan akhlak
tersebut. Memang kemajuan filsafat, sains, dan teknologi telah menghasilkan
kebudayaan yang semakin maju namun kebudayaan yang semakin mengglobal itu
ternyata sangat berdampak terhadap aspek moral manusia itu sendiri, termasuk
anak usia dini. Pendidikan yang berkonsep islami akan membuat anak memiliki
filter dalam perilaku sosialnya, anak akan mampu melaksanakan yang baik dan
menghindari hal-hal yang buruk. Oleh karena itu, pembentukan akhlak yang baik
diawali dari pemberian pengajaran islam sedini mungkin bagi anak.
Pendidikan akhlak dalam pengertian islam adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan agama, yang baik menurut akhlak adalah yang baik
menurut ajaran agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh
ajaran agama.
Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak, karena yang
terjadi dalam keluarga sangat membawa pengaruh terhadap kehidupan anak.
Keluarga (orang tua) tidak sepenuhnya mampu memberikan pendidikan kepada
anak-anaknya secara sempurna, maka dari itu dibutuhkan lembaga pendidikan
formal atau sekolah untuk menumbuh kembangkan potensi anak.
Sekolah sebagai tempat pendidikan kedua setelah keluarga, merupakan
sebuah lembaga yang sangat penting bagi anak dalam upaya mengajarkan ajaran
Islam sebagai pandangan hidup anak. Seiring dengan perkembangan zaman masa
kini, banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh umat manusia. Ini semua
disebabkan karena adanya kemunduran moral umat manusia dengan berbagai
kehidupan dalam masyarkat. Dengan adanya pendidikan akhlak anak, seharus-
nya umat manusia harus menjadi lebih baik, karena sejak kecil umat manusia telah
dibekali dengan pendidikan akhlak. Namun pada kenyataanya, banyak dari umat
manusia pada modern ini yang banyak mengalami krisis akhlak. Ini semua
disebabkan adanya perkembangan teknologi yang begitu cepat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pendidikan akhalak menurut para ahli?
2. Metode apa yang harus digunakan pada anak usia dini?
3. Bagaimana cara memberikan pembelajaran akhlak pada anak usia dini?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui arti pendidikan akhlak menurut berbagai pendapat
2. Metode yang digunakan kepada anak usia dini dalam mempelajari
akhlakul karimah
3. Mempelajari metode yang harus dilakukan untuk anak usia dini agar
mudah dimengerti

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Akhlakul Karimah


Sebelum dipaparkan mengenai pengertian pendidikan akhlak, maka ter-
lebih dahulu dibahas beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan. Pen-
didikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
Pendidikan ialah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan,
dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas pendidikan baik formal maupun
informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang
dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup. Menurut caranya
pendidikan terbagi atas tiga macam, yaitu: 1) Pressure, yaitu pendidikan berdasar-
kan paksaan (secara paksa). 2) Latihan untuk membentuk kebiasaan. 3)
Pendidikan dimaksudkan untuk membentuk hati nurani yang baik.
Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama atau insan kamil. Hasan
Langgulung memberi pengertian tentang Pendidikan adalah sebagai salah satu
upaya penting pewarisan kebudayaan yang dilakukan oleh generasi tua kepada
generasi muda agar kehidupan tetap berlanjut. Dalam Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk me- wujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan, yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Adapun akhlak menurut Hamzah Ya’qub berasal dari bahasa Arab, jamak
dari kata “khuluqun”, artinya tindakan. Kata “khuluqun” sepadan dengan kata
“khalqun”, artinya kejadian dan kata “khaliqun”. Artinya pencipta dan kata

1
Aida Nurul, dkk. Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan
Bersosialisasi Pada Pendidikan Anak Usia Dini. (Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Januari
2015, Vol. 4, No. 01) hal 91-92
“makhluqun”, artinya yang diciptakan. Dengan demikian, rumusan terminologis
dari akhlak merupakan hubungan erat antara Khaliq dengan makhluq serta antara
makhluq dengan makhluq.
Dalam Ensiklopedi Islam akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada
jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa
melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian.19 Jika keadaan ter-
sebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji, disebut akhlaq mahmudah.
Sedangkan, jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik, disebut akhlaq
madzmumah. Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa,
maka suatu perbuatan dapat disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat:
1. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau suatu perbuatan hanya
sesekali saja, maka tidak disebut akhlak.
2. Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti
terlebih dahulu sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan.
Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan
dipertimbangkan secara matang, maka tidak disebut akhlak.
Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.
Sedangkan menurut Imam al-Ghazali, akhlak adalah:
“Akhlak adalah suatu kemantapan (jiwa) yang menghasilkan perbuat- an
atau pengamalan dengan mudah tanpa perlu pemikiran dan per- timbangan, jika
kemantapan itu sedemikian sehingga menghasilkan amal-amal yang baik, yaitu
amal yang baik menurut akal dan syariah, maka itu disebut akhlak yang baik. Jika
amal-amal yang muncul dari keadaan (kemantapan) itu amal yang tercela, maka
itu dinamakan akhlak yang buruk.”2
Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa hakikat akhlak menurut al-
Ghazali mencakup dua syarat:

2
Rizky Eka, Upaya Meningkatkan Akhlakul Karimah Anak Usia 5-6 Tahun Melalui
Metode Pembiasaan dan Media Audio Visual di RA Haefa Madani Binjai T.A 2016/2017,
(Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017) Hal. 26
1) Perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan ber- ulang kali dalam bentuk
yang sama sehingga dapat menjadi kebiasaan. Misalnya: seseorang yang
memberikan sumbangan harta hanya sekali-sekali karena dorongan
keinginan sekonyong-konyong saja, maka orang itu tidak dapat dikatakan
sebagai pemurah selama sifat demikian itu belum tetap dan meresap dalam
jiwa.
2) Perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud
refleksi dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan
karena adanya tekanan-tekanan, paksaan-paksaan dari orang lain, atau
pengaruh-pengaruh dan bujukan-bujukan indah dan sebagainya. Misalnya:
orang yang memberikan harta benda karena tekanan moral dan
pertimbangan. Maka belum juga termasuk kelompok orang yang bersifat
pemurah. Pemurah sebagai sifat dan sikap yang melekat dalam pribadi
yang didapat karena didikan atau memang naluri.
Al-karimah digunakan untuk menunjukkan pada perbuatan dan akhlak
yang terpuji yang ditampakkan dalam kenyataan hidup sehari-hari23. Al-karimah
ini biasanya digunakan untuk menunjukkan perbuatan yang terpuji yang skalanya
besar, seperti: menafkahkan hartanya dijlan Allah, berbuat baik kepada kedua
orang tua dan lain sebagainya. Allah SWT befirman:
Artinya:
Dan janganlah kamu ucapkan kata “uf-cis” kepada kedua orang tua, dan
janganlah membentaknya, dan ucapkanlah pada keduanya ucapan yang
mulia. (QS. al-Isra, 17: 23)
Dari penjabaran tersebut dapatlah kita simpulkan bahwa al-karimah adalah
suatu perbuatan yang baik, terpuji serta perbuatan-perbuatan yang dilahirkan
penuh dengan nilai-nilai keislaman serta norma-norma yang berlaku, sehingga
melahirkan prilaku-prilaku yang bernilai positif.
Jadi, akhlakul karimah adalah kebiasaan yang menimbulkan
suatu perbuatan yang baik atau terpuji serta tindakan secara sadar yang lahir
didalam diri seseorang tanpa adanya dibuat-buat, iya hadir dengan spontan dan
apa adanya.
B. Metode Pembelajaran pada Anak Usia Dini
Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang
digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Metode
berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara atau jalan.
berpendapat bahwa metode merupakan perencanaan secara menyeluruh untuk
menyajikan materi pembelajaran bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang
bertentangan, dan semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu.
Pendekatan bersifat aksiomatis yaitu pendekatan yang sudah jelas kebenarannya,
sedangkan metode bersifat prosedural yaitu pendekatan dengan menerapkan
langkah-langkah. Metode bersifat prosedural maksudnya penerapan dalam
pembelajaran dikerjakan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara
bertahap yang dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian
pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu
kegiatan penilaian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Salamun (dalam
Sudrajat, 2009:7) menyatakan bahwa metode pembelajaran ialah sebuah cara-cara
yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi
yang berbeda. Hal itu berarti pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan
dengan kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai.3
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem dalam
menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan secara teratur dan
bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu dibawah
kondisi yang berbeda.4
Penggunaan metode pembelajaran sangat penting karena dengan metode
guru dapat merencanakan proses pembelajaran yang utuh dan bersistem dalam

3
Khomsiyatin, dkk. Metode Pendidikan Akhlak Pada Anak Usia Dini di Bustanul Athfal
Aisiyah Mangkujayan Ponorogo. (Jurnal Educan. Vol. 2 No. 1 Agustus 2007) Hal. 273
4
menyajikan materi pembelajaran. Macam-macam metode pembelajaran antara
lain: (a) metode tutorial (pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses
bimbingan), (b) metode demonstrasi (pengelolaan pembelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan proses, situasi, benda, atau cara kerja), (c)
metode debat (meningkatkan kemampuan akademik siswa), (d) metode Role
Playing (cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi
dan penghayatan), dan (e) metode problem solving (pemecahan masalah)

C. Metode Bermain Peran


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan bermain adalah berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati (dengan alat
tertentu atau tidak). Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap
anak, bahkan dikatakan anak mengisi sebagian besar dari kehidupannya dengan
bermain.
Para ahli mengatakan bahwa tidak mudah mendefinisikan pengertian
bermain secara tepat, dalam kehidupan sehari-hari anak membutuhkan pelepasan
dari kekangan yang timbul dari lingkungannya. Bermain merupakan kesempatan
bagi anak untuk mengungkapkan emosinya secara wajar, “bermain” (play)
merupakan istilah yang digunakan secara bebas, sehingga arti utamanya mungkin
hilang, arti yang paling tepat ialah : setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.5
Dunia anak adalah dunia bermain, belajarnya anak sebagian besar melalui
permainan yang mereka lakukan. Sehingga, jika memisahkan bermain dan belajar
sama halnya dengan memisahkan anak dari dunianya sendiri.
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara berulang-ulang
demi kesenangan tanpa adanya tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
Menurut Piaget permainan sebagai suatu media yang meningkatkan
perkembangan kognitif anak-anak. Permainan memungkinkan anak
mempraktikan kompetensi-kompetensi dan keterampilan-keterampilan yang
diperlukan dengan cara yang santai dan menyenangkan .
5
Amin Zamroni, Strategi Pendidikan Akhlak Pada Anak, (SAWWA Vol. 12 No. 2 April
2017) Hal. 244-250
Vigotsky (2010:138) menyatakan bahwa permainan adalah suatu seting
yang sangat bagus bagi perkembangan kognitif ia tertarik khususnya pada aspek-
aspek simbolis dan hayalan suatu permainan, sebagaimana ketika seorang anak
menirukan tongkat sebagai kuda dan mengendarai tongkat seolah-olah itu seekor
kuda.
Sylva, Bruner dan Paul (1976 : 155) menyatakan bahwa dalam bermain
prosesnya lebih penting dari pada hasil akhirnya, karena tidak terikat dengan
tujuan yang ketat. Dalam bermain anak dapat mengganti, merubah, menambah,
dan mencipta sesuatu.
Garvey ( 2002 : 110 ) dalam salah satu tulisannya mengemukakan adanya
lima pengertian yang berkaitan dengan bermain yaitu :
1. Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif
bagi anak.
2. Bermain tidak mempunyai tujuan ekstrinsik, namun motivasinya lebih
bersifat intrinsik.
3. Bermain bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan
bebas dipilih oleh anak.
4. Bermain melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.
5. Bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang
bukan bermain misalnya kemampuan kreativitas, kemampuan
memecahkan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial, dan lain
sebagainya.
Bermain dapat diartikan sebagai suatu kegiatan melakukan gerakan-
gerakan berjalan, melompat, memanjat, berlari, merangkak, berayun dan lain
sebagainya. Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru melakukan
pembelajaran dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Jadi metode bermain
adalah suatu metode pembelajaran dengan cara melakukan gerakan-gerakan
fisik/jasmani anak dalam rangka mengembangkan otot-otot.
Menurut Lilis Suryani (2008 : 109), bermain peran adalah memerankan
karakter/tingkah laku dalam pengulangan kejadian yang diulang kembali, kejadian
masa depan, kejadian yang masa kini yang penting, atau situasi imajinatif. Anak-
anak pemeran mencoba untuk menjadi orang lain dengan memahami peran untuk
menghayati tokoh yang diperankan sesuai dengna karakter dan motivasi yang
dibentuk pada tokoh yang telah ditentukan.
Supriyati berpendapat dalam buku Metode Pengembangan Prilaku dan
Kemmapuan Dasar Anak Usia Dini (2008 : 109), bermain peran adalah permainan
yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak sehingga dapat
mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan
kegiatan yang dilaksanakan. Bermain peran berarti menjalankan fungsi sebagai
orang yang dimainkannya, misalnya berperan sebagai dokter, ibu guru, nenek tua
renta.
Bermain peran sering digunakan untuk mengajarkan masalah tanggung
jawab warga negara, kehidupan sosial, atau konseling kelompok.metode ini
memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari tingkah laku manusia.
Pengertian bermain peran menurut buku didaktik metodik di Taman
Kanak-Kanak (Depdikbud 1998) adalah memerankan tokoh-tpkoh atau benda-
benda di sekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal
(imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan.
Menurut Nugraha (2006) anak senang bermain “khayalan” berakting
sebagai orang tua, meniru tokoh kartun atau menjadi bayi. Kegiatan bermain
peran merupakan kegiatan bermain tahap selanjutnya setelah bermain fungsional.
Main peran melibatkan interaksi secara verbal atau bercakap-cakap, dan interaksi
dengan orang lain.
Sudirman, (2001) mengatakan metode bermain peran adalah cara mengajar
yang dilakukan oleh guru dengan jalan menirukan tingkah laku dari sesuatu
situasi sosial. Metode bermain peran lebih menekankan pada keikutsertaan pada
murid untuk bermain peran/sandiwara dalam hal menirukan masalah-masalah
sosial. Sedangkan Uno (2008) menguraikan proses bermain peran dapat
memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana
bagi anak untuk: a) menggali perasaannya, b) memperoleh inspirasi dan
pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai dan persepsinya, c)
mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, d)
mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara.

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Upaya tentang penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan
akhlakul karimah pada pendidikan anak usia dini adalah salah satu penelitian yang
penting untuk diterapkan, karena keterampilan hidup yang mendasar dan perlu
dilatih semenjak usia dini bagi setiap individu. Perkembangan sosial anak ditandai
oleh kemampuan dalam menyesuaikan diri dan mengembangkan tingkah laku
sosialnya sehingga dapat bersosialisasi dengan baik.
Pendidikan akhlak sangat penting diberikan kepada anak usia dini, karena
dengan akhlak yang baik bisa menjaga anak kita dari hal-hal yang dilarang agama,
sehingga anak kita bisa terlindungi dari api neraka. Keluarga merupakan
lingkungan utama dan pertama bagi proses perkembangan anak sekaligus
merupakan peletak dasar kepribadian anak.

B. Saran
1. Untuk orang tua, hendaknya orang tua harus lebih jeli dalam
memperhatikan setiap perkembangan anaknya.
2. Untuk guru, sebaiknya guru harus mulai lebih memperhatikan lagi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan segala yang bernilai baik guna di
praktekkan serta dibiasakan kepada anak sejak dini dan dilakukan dengan
berkelanjutan terus menerus hingga anak menjadi terbiasa.

DAFTAR PUSTAKA

Aida Nurul, dkk. Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan


Kemampuan Bersosialisasi Pada Pendidikan Anak Usia Dini. (Persona,
Jurnal Psikologi Indonesia Januari 2015, Vol. 4, No. 01)

Amin Zamroni, Strategi Pendidikan Akhlak Pada Anak, (SAWWA Vol. 12 No. 2
April 2017)
Khomsiyatin, dkk. Metode Pendidikan Akhlak Pada Anak Usia Dini di Bustanul
Athfal Aisiyah Mangkujayan Ponorogo. (Jurnal Educan. Vol. 2 No. 1
Agustus 2007)

Rizky Eka, Upaya Meningkatkan Akhlakul Karimah Anak Usia 5-6 Tahun
Melalui Metode Pembiasaan dan Media Audio Visual di RA Haefa
Madani Binjai T.A 2016/2017,(Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,
2017)

Anda mungkin juga menyukai