MAKALAH
Dosen Pengampu :
Oleh :
Aldi Nurrasyid
NIM . 20211007
APRIL 2021
KATA PENGANTAR
Penyusun
Daftar Isi
A. Simpulan …………………………………………………… 13
B. Saran ………………………………………………………… 14
.
.
BAB 1
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
setiap manusia baik itu bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan dan ilmu
bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi
manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju, sejahtera
karena manusia yang berkualitas itu bisa dilihat dari pendidikannya.2 Salah satu
komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta didik
melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu
tersebut berada. Sebagai peserta didik juga harus memahami kewajiban etika
merupakan suatu subyek dan obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan dari
dimiliki serta membimbingnya menuju kedewasaan. Oleh karena itu peserta didik
atau murid sebagai pihak yang diajar, dibina dan dilatih untuk dipersiapkan
menjadi manusia yang kokoh iman dan Islamnya harus mempunyai etika dan
berakhlakul kariamah baik kepada guru maupun dengan yang lainnya. Sedangkan
etika atau akhlak merupakan salah satu prosedur dalam pembelajaran, dalam
karimah. Dalam pengertian filsafat Islam etika atau akhlak ialah salah satu hasil
dari iman dan ibadat, bahwa iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali
kalau timbul etika atau akhlak yang mulia dan muamalah yang baik terhadap
Allah dan Makhluk-Nya. Peserta didik yang mempunyai etika mulia juga akan
mempunyai etika atau akhlak yang mulia peserta didik akan mampu mengetahui
mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, meskipun secara
naluriah fitrah manusia sudah ada sifat kecenderungan kebaikan. Selain itu krisis
moral yang melanda dewasa ini, lebih-lebih dalam dunia pelajar yang seakan-
akan mengesampingkan moral dan etika, sehingga banyak yang gagal dalam
yang memiliki akhlak terbaik. Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik
hanya terkait dengan masalah ibadah dan masalah akhirat saja. Akan tetapi,
menolong, menasehati dalam hal kebaikan dan tetap kuat ketika iman sedang
tujuan pendidikan. Maka dari itu setiap peserta didik harus mampu menguasai
materi apa yang telah di ajarkan. Murid tidak hanya sekedar menerima ilmu
dari materi tersebut. Dengan demikian, jika seseorang itu mempunyai ilmu
setinggi apapun, seluas apapun, dirinya akan selalu berpegang teguh kepada
keimanan dan ketaqwaannya. Akan tetapi jika dilihat dalam realita kehidupan
bermacam hal-hal yang baru, seperti halnya adanya berbagai media informasi
yang secara langsung maupun tidak langsung menimbulkan hal yang negatif dan
namun juga hal yang negatif. Selain menyebarkan pengetahuan, globalisasi juga
negatif tergantung pada nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah berlaku dalam
masyarakat. Dan yang lebih penting lagi pengaruh globalisasi adalah pengaruh
yang positif karena pendidikan moral kurang diperhatikan, yang terjadi justru
kehidupan manusia, apabila kita amati akhir-akhir ini sering sekali terjadi
fenomena kerusakan moral, hal ini tidak hanya terjadi di antara orang-orang yang
tidak berpendidikan, justru dikalangan orang yang terpelajar dan terdidik. Dikalangan
para pelajar dan juga mahasiswa, kita sering melihat berita seperti pergaulan bebas,
tawuran antar pelajar, pecandu narkoba, perilaku seksual, pesta-pesta minuman keras
dan tindakan-tindakan yang lainnya. Jika kita lihat dari kalangan para pejabat-pejabat
tinggi maupun politisi, kita juga sering menjumpai kabar tentang perilaku negatif,
misalnya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), semakin meningkatnya kemiskinan, yang
lebih parah lagi, perilaku yang negatif juga menimpa para pendidik sendiri dengan
demikian, bagi umat Islam jalan keluarnya adalah kembali kepada sistem pendidikan
Islam dengan segala instrumennya, mulai dari paradigma, landasan filosofi, sasaran
pendidikan Islam adalah menekankan aspek moral, karena Nabi Muhammad SAW
diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Oleh karena itu penanaman nilai etika
dan akhlak menjadi hal penting dan mutlak dalam rangka memperbaiki kondisi
kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dengan Allah SWT
lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan
proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Banyak sistem pendidikan akhlak,
moral, atau etika yang ditawarkan oleh barat, namun banyak juga kelemahan dan
kekurangannya, karena memang berasal dari manusia yang ilmu dan pengetahuannya
sangat terbatas. Sementara pendidikan akhlak mulia yang ditawarkan oleh Islam
tentunya tidak ada kekurangan apalagi kerancuan di dalamnya, karena berasal langsung
dari Al-Kholiq Allah SWT yang disampaikan melalui Rasulullah Muhammad SAW dengan
Al-Qur’an dan Sunnah kepada umatnya. Rasulullah SAW sebagai uswah, qudwah dan
manusia terbaik selalu mendapatkan tarbiyah (pendidikan) langsung dari Allah melalui
malaikat Jibril. Sehingga beliau mampu dan berhasil mencetak para sahabat menjadi
sosok-sosok manusia yang memiliki izzah di hadapan umat lain dan akhlak mulia di
hadapan Allah. Pendidikan akhlak merupakan kajian besar dari isi pendidikan Islam yang
berusaha memberi keadaan kepada para peserta didik agar bisa membedakan aktifitas
yang baik dan yang buruk. Cara untuk membentuk kepribadian yang berakhlak itu
menempuh jenjang pendidikan terkhusus bagi para pelajar pemula. Kebutuhan akhlak
dalam proses pendidikan merupakan upaya yang sangat penting dan tidak bisa ditawar
lagi. Dalam kitab Tanbihul Muta’allim yaitu karangan Ahmad Maisur Sindi Al-Thursidi
yang di dalamnya membahas etika (adab atau perilaku) dalam Islam yang berkaitan
yang dibutuhkan anak didik dalam memulai segala urusannya, sehingga ketika
orang lain. Dalam pembukaannya, beliau mengatakan bahwa kitab ini adalah kitab
peringatan bagi para guru agar membantu para peserta didiknya dalam memelihara
adab yang menjadi kewajiban mereka. Hal ini menyatakan bahwa beliau menginginkan
sekali peserta didik agar mengedepankan akhlakul karimah yang bisa menjunjung tinggi
derajat manusia. Dalam kitab Tanbihul Muta’allim ini, beberapa babnya berisi tentang
Untuk merancang pembahasan yang ada dalam penulisan ini yang sesuai
dengan target yang ingin penulis teliti, maka penulis menarik dan menetapkan fokus
1. Bagaimana etika peserta didik yang terkandung di dalam kitab Tanbihul Muta’allim
2. Bagaimana relevansi etika peserta didik dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya
C. Tujuan Penulisan
khususnya dalam dunia pendidikan Islam. Maka tujuan penulisan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui etika peserta didik yang terkandung di dalam
kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi 2. Untuk mengetahui relevansi
etika peserta didik dalam kitab Tanbihul Muta’allim karya Ahmad Maisur Sindi dengan
PEMBAHASAN
A. Adab Menuntut Ilmu
Selain memiliki beberapa keutamaan dalam menuntut ilmu, dalam Islam juga
diajarkan bagaimana adab seseorang saat menuntut ilmu agar ilmu yang sedang ia
pelajari dapat membawa banyak berkah bagi kehidupan. Seperti kata Imam Malik pada
kaum Qurais yaitu sebagai berikut:
Artinya:
Dari pesan tersebut, dapat kita ketahui sangat penting untuk mempelajari adab terlebih
dahulu sebelum seseorang menuntut ilmu. Berikut ini adab-adab menuntut ilmu yang
perlu kita ketahui:
Saat kita hendak menuntut ilmu, niat utama kita harus karena Allah. Seperti firman
Allah dalam surah Al Bayyinah ayat 5:
Artinya:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."
Artinya:-"Ya Allah, berilah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku
hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah aku ilmu."
Ketika menuntut ilmu hendaknya kita bersungguh-sungguh dan selalu antusias untuk
mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Tuntutlah ilmu seolah-olah tidak pernah kenyang
dengan ilmu yang didapatkan, hendaknya kita selalu berkeinginan untuk menambah
ilmu kita.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam barsabda, "Dua orang yang rakus yang tidak
pernah kenyang: yaitu orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang
dengannya dan orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang
dengannya." (HR. Al-Baihaqi)
4. Menjauhi maksiat.
Artinya:
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
"Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya
sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat,
hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik
12
hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan 'ar raan' yang Allah
sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya),
'Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi
hati mereka'."
Agar kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan penuh berkah,, maka kita harus
menjauhkan diri dari maksiat, karena maksiat akan membuat otak menjadi sulit untuk
berkonsentrasi sehingga ilmu yang kita tangkap akan sulit di mengerti.
Jika ingin mendapatkan ilmu yang bermanfaat, alangkah baiknya kita harus tetap
rendah hati. Jangan merasa sombong ketika kita sudah merasa cukup dengan ilmu yang
kita miliki, seperti kata Imam Mujahid seperti dibawah ini:
Artinya:
"Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong" (HR.
Bukhari secara muallaq)
Artinya:
Menyimak guru atau seseorang yang sedang memberikan ilmu kepada kita merupakan
salah satu adab dalam menuntut ilmu. Jangan berbicara atau melakukan hal lain yang
tidak ada hubungannya sama sekali dengan pelajaran yang disampaikan saat menuntut
ilmu, dalam artian kita harus fokus mendengarkan dan menyimak.
Nah mulai sekarang, usahakan tetap fokus dan bersungguh-sungguh dalam menuntut
ilmu ya. Tetap semangat menuntut ilmu di mana saja, tak hanya di bangku sekolah atau
di bangku perkuliahan saja, namun juga harus diiringi dengan menuntut ilmu agama
sebagai bekal kita hidup di akhirat nanti.
BAB III
PENUTUP
A.simpulan
Jadi kesimpulan daripada pembahasan kita pada kesempatan kali ini, adalah
apapun itu, entah dimanapun kita berada terlebih lagi ketika kita sedang dalam
keadaan menuntut ilmu, adab adalah salah satu yang harus kita dahulukan , karena
pada pembahasan pembahasan tersebut kita tau bahwasanya , keberkahan ilmu itu
akan sangat mudah kita capai ketika kita memang benar benar menuntut ilmu
menggunakan adab, sopan santun , etika. Adapun adab ketika kita menuntut ilmu
tersebut juga harus kita kaitkan, dan diaplikasukan. Okelah sekarang kita pintar
dalam suatu bidang, ataupun semua bidang akademisi misalnya, namun kita tidak
mempunyai adab dan etika ketika menuntut ilmu terlebih lagi pada seorang guru,
maka keberkahan ataupun manfaat dari ilmu itu hanya akan di dapatkan lewat
mimpi.
b.Saran
Kami mengajak teman teman dan seluruh mahasiswa ataupun seluruh penuntut
ilmu, untuk bagaimana kita menghormati guru, karena sayyidina ali r,a, pernah
belajar pada seorang yahudi dan berkata satu huruf aku di ajari ilmu, maka aku
sanggup menjadi budaknya, saking luar biasanya seorang murid yang patuh atas
titah gurunya. Dan mudah mudahan kita semua bisa menjadi murid yang berbakti
Demikian makalah ini kami buat dengan kiranya ada kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan, akhirnya tidak ada gading yang tak retak, tidak
pula manusia luput dari salah, dan sekiranya ada kesalahan itu datangnya dari kami,
dan kalu ada kata kami yang benar, itu semua datangnya dari allah
Wassalamualzikumwarohmatullahiwabarookatuh…………..
Daftar Pustaka :
assolihin.