Disusunlah oleh:
Kelompok: VI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt., yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah dan
bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang “PENDIDIKAN ORANG
DEWASA”.Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen kami Bpk. Dr.
Muh. Rusdi Rasyid, M.Pd.I., atas bimbingan dan arahannya selama proses
penulisan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan telah lama diakui sebagai salah satu pilar utama dalam
pembangunan suatu bangsa. Ini bukan hanya tentang transfer pengetahuan,
tetapi juga tentang membentuk karakter, keterampilan, dan pemahaman
individu untuk di era modern ini. Pendidikan adalah fondasi untuk
menciptakan masyarakat yang terinformasi, kreatif, dan inklusif.Pendidikan
adalah elemen kunci dalam pembangunan individu dan masyarakat.
Tradisionalnya, pendidikan dilihat sebagai proses yang terutama terjadi selama
tahun- tahun sekolah awal hingga akhir remaja. Namun, dalam era modern ini,
pendidikan telah berkembang menjadi sesuatu yang berlangsung sepanjang
hayat, dan pendidikan orang dewasa menjadi semakin penting dalam
memenuhi tuntutan perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi.
Pendidikan orang dewasa adalah Istilah yang digunakan untuk merujuk
pada berbagai bentuk pembelajaran yang ditujukan untuk individu yang telah
melewati usia sekolah. Orang dewasa yang terlibat dalam pendidikan orang
dewasa memiliki beragam motivasi, mulai dari pengembangan karier hingga
pengejaran minat pribadi. Mereka tambahan, meningkatkan keterampilan
mereka, atau bahkan mengubah arah karier mereka sepenuhnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diketahui rumusan masalah :
1. Apa pengertian dan ruang lingkup pendidikan orang dewasa
2. Apa kebutuhan orang dewasa perihal pendidikan
3. Apa saja bentuk pendidikan orang dewasa
4. Apa peranan lembaga-lembaga pendidikan agama
1
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuannya antara
lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup pendidikan orang dewasa
2. Untuk mengetahui kebutuhan orang dewasa perihal pendidikanUntuk
mengetahui bentuk pendidikan orang dewasa
3. Untuk mengetahui peranan lembaga-lembaga pendidikan agama
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bahwa pendidikan orang dewasa meliputi bentuk pengalaman belajar yang
dibutuhkan oleh pria dan wanita dewasa sesuai dengan minat dan
kebutuhannya pada tingkatan kemampuan dan pengetahuan yang berbeda-
beda untuk mendukung perubahan peranan serta tanggung jawab dalam
kehidupannya. Dengan demikian, proses instruksional di universitas termasuk
salah satu bentuk pendidikan orang dewasa, dengan asumsi bahwa mahasiswa
dianggap sebagai orang dewasa.
4
cekcokan yang akan menyebabkan hilangnya ketenangan dan keserasian
dalam masyarakat. Kondisi ini dapat menjurus kepada pertentangan suku
atau pertentangan agama yang sangat berbahaya.Oleh karena itu, untuk
menghindari perselisihan dan kefanatikan yang salah, diperlukan pengertian
dan pengetahuan tentang ciri dan sifat tiap-tiap suku bangsa dan isi ajaran
agamanya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan
hubungan sosial yang baik menyenangkan dalam kehidupan masyarakat,
baik yang masih terbelakang, berkembang atau maju, tambahan pengertian
dan pengetahuan tentang berbagai segi kemasyarakatan perlu selalu
ditingkatkan.
3. Masalah Pembinaan Keluarga
Keluarga telah ada sejak adanya manusia di atas dunia ini. Namun
sampai sekarang masih banyak keluarga yang tidak merasakan kebahagiaan,
bahkan mungkin banyak yang merasa menderita atau hanya mengalami
cekcok.Berdasarkan hal di atas dapat dipahami bahwa masalah pembinaan
keluarga bahagia dan tenang memerlukan pengertian. Pengetahuan dan
kesadaran serta kemampuan untuk melaksanakan persyaratan- persyaratan
yang dapat menjamin ketenangan dan kebahagiaan dalam keluarga.
Sebenarnya dalam ajaran agama ada ketentuan-ketentun tentang hak dan
kewajiban masing-masing anggota keluarga, suami istri, anak, dan orangtua.
Namun, tata cara pelaksanaa berbagai ketentuan agama juga memerlukan
penjelasan dan penerangan tersendiri. Jadi, masalah pembinaan ketenangan
dan kebahagiaan dalam keluarga bukanlah masalah yang ringan dan didapat
melalui pengalaman, tetapi ia adalah masalah yang perlu dipelajari,
dimengerti dan dilatih untuk melaksanakannya.
4. Masalah Pendidikan Anak
Dari zaman dahulu, sejak adanya hubungan antara laki-laki dan
perempuan, sudah ada anak. Sejak itu pula orang telah melaksanakan
pendidikan anak. Namun sampai sekarang masalah pendidikan anak masih
merupakan masalah yang membingungkan orangtua. Tidak sedikit orangtua
5
yang merasa gagal mendidik anak anak dan banyak pula anak-anak yang
merasa tidak mendapat pendidikan yang diharapkan dari orangtua
mereka.Suatu fenomena yang kontradiktif dalam kehidupan sehari-hari
dewasa ini terlihat antara kehidupan desa dan kota. Seolah-olah orang-orang
desa yang hidup bertani, ke sawah ke ladang dan kurang mengenal
kemajuan kota-kota besar tampaknya berhasil mendidik anak-anak mereka
menjadi petani yang baik dan dapat hidup. Sedangkan orang-orang kota
besar yang telah maju, terpelajar dan mampu, seolah-olah mengalami
kegagalan dalam men- didik anak-anak mereka, sehingga timbullah
kenakalan, tenggelam dalam penyalahgunaan narkotika, malas belajar,
hidup tidak menentu, dan sebagainya.
6
jalan meniru dan mencontoh apa yang dilakukan orang lain dalam
lingkungannya.
Mencontoh ini tentu memiliki kelemahan karena biasanya seseorang
yang mencoba melakukan apa yang dilakukan orang lain tanpa
memperhitungkan dan mempertimbangkan apakah cara tersebut cocok atau
tidak dengan kondisi dirinya atau permasalahan yang dihadapinya. Terlebih
jika dalam keadaan terdesak, biasanya seseorang mudah terpengaruh atau
tersugesti, kemudian mengikuti apa pun yang disarankan orang lain Tanpa
berpikir, karena kemampuan berpikirnya terhalang atau terganggu oleh
kegelisahan dan kecemasan.
2. Kuliah Umum
Ceramah-ceramah atau kuliah umum termasuk cara yang banyak
dilaksanakan dalam pendidikan orang dewasa. Manfaatnya banyak, karena
dapat memberikan penjelasan dan penerangan kepada sekelompok atau
sejumlah besar orang sekaligus. Hanya saja ceramah sifatnya sangat umum,
kurang intensif, sebab sifatnya insidental dan tema yang dipakai sesuai
dengan keadaan waktu itu.
3. Diskusi atau Tukar Pikiran
Diskusi adalah cara pendidikan orang dewasa yang sedikit lebih
mendalam dan tegas. Diskusi ini dilaksanakan oleh sekelompok individu
yang berdekatan minat. Kepentingan, dan kemampuan sehingga banyak
macam diskusi yang dapat dilakukan, misalnya mengenai beberapa masalah
kehidupan sehari-hari, pendidikan, keluarga. Agama, masyarakat, ekonomi,
dan sebagainya.
4. Pengajian/Penerangan Agama
Pengajian agama adalah salah satu cara pendidikan orang dewasa
yang banyak dilaksanakan, baik di desa-desa maupun di kota-kota. Kegiatan
ini telah berjalan sebelum Indonesia merdeka yang diberikan oleh ulama
atau tokoh- tokoh agama setempat. Biasanya pengajian-pengajian bertitik
tolak dari ajaran agama, masalah-masalah ibadah, dan hukum Islam yang
7
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, pergaulan (muamalat), keluarga
(munakahat).
5. Kursus atau Sekolah Secara Teratur
Berbagai macam kursus atau sekolah juga sudah banyak diadakan
untuk membantu pelaksanaan pendidik- an orang dewasa. Ada kursus yang
bersifat latihan keterampilan di berbagai bidang untuk mendapatkan
kecakapan tertentu. Kursus-kursus tersebut banyak dilaksanakan di kota-
kota, sedangkan di daerah pedesaan masih sangat kurang karena kurangnya
tenaga pengajar dan terlebih masih kurangnya kesadaran dan minat
masyarakat untuk memasuki kursus kursus.
Kursus, orang dewasa dapat pula mengikuti pendidikan dalam bentuk
belajar di sekolah. Sekolah yang diperuntukkan bagi orang dewasa adalah
perguruan tinggi yang meliputi strata satu (S1) strata dua (S2), dan strata
tiga (S3). Bahkan, banyak guru dan dosen yang menjadi mahasiswanya.
6. Pendidikan Melalui Bacaan
Membaca merupakan cara mudah orang dewasa mendapatkan
pendidikan. Kegiatan ini tidak terikat oleh tempat, waktu, dan materi
tertentu.Membaca dapat dilakukan sesuai dengan kondisi masing masing
individu. Di samping itu, membaca dapat dilakukan untuk mendapatkan
berbagai ilmu, seperti agama, ekonomi, pertanian, dan berita aktual. Hal ini
dapat dilakukan karena berbagai informasi bisa didapatkan dalam buku,
majalah, ataupun surat kabar. Membaca sendirian adalah peluang yang
sangat fleksibel bagi orang dewasa untuk meningkatkan kualitas pribadinya.
Kegiatan membaca didukung oleh ketersediaan bacaan
(perpustakaan). Pada saat ini, sumber perpustakaan terdapat di sekolah,
masjid, taman bacaan. Bahkan ada perpustakaan pribadi, kendatipun belum
tertata rapi. Namun, untuk masyarakat pedesaan, sarana seperti ini belum
tersedia. Oleh karena itu, hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah dan
pemimpin masyarakat karena untuk memajukan masyarakat perlu
dikembangkan pola pikirnya. Untuk itu, perlu dibangun taman bacaan dan
perpustakaan desa.
8
7. Pendidikan Melalui Radio dan Televisi
Pendidikan melalui media elektronik seperti radio sudah sangat
meluas dalam beberapa tahun belakangan ini. Rakyat sampai ke desa-desa
terpencil pun sudah bisa memiliki dan mendengarkan radio.Di antara
program radio terdapat muatan pendidikan, di antaranya ada acara pengajian
agama, tanya jawab, dan penyuluhan yang bermanfaat untuk masyarakat
seperti informasi pertanian. Pendidikan, perkebunan, dan sebagainya.Selain
radio, ada media elektronik yang dapat difungsikan sebagai sarana
pendidikan orang dewasa, yaitu televisi. Televisi melaksanakan berbagai
program. Selain sebagai sarana hiburan (entertainment) dan promosi/iklan.
(Advertisement), televisi juga menyajikan acara ceramah dengan
berbagai materi termasuk pelajaran agama, acara bimbingan, penyuluhan
tentang teknik penggunaan alat teknologi mutakhir, dialog interaktif, dan
sebagainya.
8. Biro-Biro Konsultasi
Di kota-kota besar telah mulai berkembang biro-biro konsultasi,
antara lain konsultasi jiwa. Ini merupakan salah satu cara pendidikan yang
sangat berdaya guna, karena pendidikan melalui konsultasi jiwa, biasanya
dilakukan secara perorangan dan atas kemauan dan kesadaran sendiri.
Kegiatan ini biasanya ditangani oleh tenaga ahli yang berpengalaman. Akan
tetapi, biro-biro konsultasi tersebut masih sangat sedikit dan hanya terbatas
pada kota-kota besar. Ditambah pula dengan kesadaran masyarakat akan
pentingnya berkonsultasi masih belum banyak berkembang.
Demikian, secara ringkas dapat dikatakan bahwa bentuk dan cara
pelaksanaan pendidikan orang dewasa banyak dan berbagai macam, namun
masih sangat terbatas dan kurang berhasil guna dan berdaya guna. Meskipun
demikian, bentuk dan cara pendidikan ini akan berkembang seirama dengan
perkembangan masyarakat dan masalahnya.
9
D. Peranan Lembaga-Lembaga Pendidikan Agama
Pada zaman penjajahan Belanda dalam kurun waktu tiga setengah abad
dahulu, dapat dikatakan bahwa rakyat banyak tidak mendapat pendidikan di
sekolah yang diadakan oleh pemerintah jajahan. Dikarenakan tujuan penjajah
Belanda dalam mendirikan sekolah adalah hanya untuk mendapatkan tenaga
yang murah, bukan untuk mengajar dan mencerdaskan rakyat jajahan.Karena
sifat pendidikan yang mula-mula dikenal rakyat di zaman penjajah adalah
pendidikan agama, maka sasaran pertama adalah orang dewasa. Lambat laun
mulailah didirikan pondok pesantren dan madrasah yang bersifat formal seperti
sekolah untuk mendidik anak-anak di samping orang-orang dewasa, yang
sampai sekarang masih banyak ditemukan, bahkan di daerah-daerah pedesaan,
rakyat masih banyak yang lebih mengutamakan pondok pesantren dan
madrasah daripada sekolah- sekolah umum.Dalam pelaksanaan program
pendidikan orang dewasa Peranan lembaga-lembaga pendidikan agama dapat
dilihat dari beberapa bentuk lembaga pendidikan agama yang ada. lalu
mencoba memikirkan pemanfaatannya agar lebih berdaya guna dan berhasil
guna.
1. Masjid (Surau. Langgar, Mushala, atau Meunasah)
Fungsi masjid, surau, dan sebagainya bukan hanya sebagat tempat
shalat, melainkan juga untuk melaksanakan pendidikan, kegiatan sosial
agama, penyelesaian perkara, atau melaksanakan hukum.Hal itu
dikarenakan kepercayaan penduduk desa yang sangat besar kepada para
ulama, tokoh-tokoh agama dan para pemuka adat. Pada zaman penjajahan
Belanda, rakyat merasa bahwa mereka dibiarkan bodoh oleh pemerintah,
mereka diperas, dipaksa. Dan tidak mendapat perhatian sama sekali. Ulama
pada masa itu memang betul-betul mempunyai wibawa yang cukup tinggi.
Para ulama biasanya memberikan nasihat, fatwa, atau menyelesaikan
perkara dan sebagainya di masjid, surau, langgar, atau mushalla.
Wibawa alim ulama (kyai dan tuan-tuan guru) sampai sekarang masih
terlihat, terutama di daerah pedesaan. Maka setiap ada usaha pembaruan dan
ajakan untuk meningkatkan hidup ke arah yang lebih baik dalam dan pokok-
10
pokok ilmu pengetahuan itu ada. Hanya pengembangan dan uraian secara
ilmiah tidak diberikan secara terperinci, tetapi terbuka untuk dikembangkan
melalui tafsir dan analisis ayat-ayat Al-Quran dan hadis Nabi.Dalam hal ini
usaha pendidikan orang dewasa melalui masjid, surau, atau langgar,
hendaknya diserasikan dan disejalankan dengan kegiatan-kegiatan agama
yang selama ini telah berjalan di masjid, langgar, dan surau. Artinya,
pendidikan orang dewasa dilaksanakan melalui orang yang mengerti ajaran
Islam dan tekun beribadah.
2. Pengajian Agama (Majelis Taklim)
Di antara kegiatan pendidikan orang dewasa yang telah melembaga
baik secara sederhana, maupun yang telah maju dan teratur adalah majelis
taklim yang terdapat di mana-mana, di daerah pedesaan kota-kota kecil, dan
juga kota-kota besar. Ia adalah lembaga pendidikan Islam nonformal yang
terjadi dalam masyarakat kota masih kurang.
Akhir-akhir ini, forum pengajian agama populer dengan sebutan
majelis taklim. Dalam hal ini, umat Islam perlu bersyukur karena diakuinya
majelis taklim sebagai salah satu bentuk pendidikan dalam Undang-Undang
Sisdiknas.
Hari demi hari tampaknya pemerintah telah meningkatkan kedudukan
dan peranan majelis taklim sebagai lembaga pendidikan. Hal tersebut
ditandai dengan dimasukkannya majelis taklim sebagai lembaga pendidikan
nonformal ke dalam Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003 (Pasal 26 ayat
4). Di tingkat lokal, telah disusun pula Buku Kurikulum Pendidikan Agama
Islam pada Majelis Taklim.
Dalam Kurikulum Majelis Taklim (2004: 3). Dikemukakan ahwa
majelis taklim berfungsi antara lain: (a). Membina dan mengembangkan
agama Islam dalam rangka membentuk masyarakat beriman dan bertakwa
kepada Allah swt. (b). Sebagai taman rekreasi ruhani karena
diselenggarakan dengan serius tetapi santai. (c). Sebagai ajang silaturrahmi
untuk menghidupkan dakwah dan ukhuwah Islamiyah. (d). Sebagai sarana
11
dialog berkesinambungan antara ulama, umara dan umat. (e). Sebagai
motivasi terhadap pembinaan jamaah dalam mendalami ilmu agama Islam.
3. Kursus-Kursus Keagamaan
Di samping pengajian dan penerangan agama yang bersifat umum ada
pula berbagai macam kursus keagamaan dengan berbagai nama dan tujuan.
Ada yang bernama pengajian Al-Qur’an, pengajian tafsir, belajar hadis,
belajar shalat, belajar menyelenggarakan jenazah, dan berbagai kursus
lainnya yang bersifat terbatas dan terarah. Artinya, anggotanya tetap dan
materi diberikan secara spesifik, yaitu satu materi yang menjadi bagian dari
ajaran Islam dan biasanya diberikan oleh seorang guru.
Kursus-kursus seperti itu cukup banyak tersebar di seluruh Indonesia,
baik di beberapa kota besar, maupun di desa-desa. tidak banyak, hanya
terbatas pada orang-orang yang memang berminat untuk itu.Suatu
kenyataan yang banyak terjadi pada kursus- kursus keagamaan yang bersifat
pengajian terbatas itu adalah kurang dapat bertahan lama. Artinya,
peminatnya semakin lama, semakin berkurang. Di antara penyebab dan
merosotnya minat individu dalam pengajian terbatas itu kemungkinan
dikarenakan pemilihan objek yang kurang berkaitan langsung dengan
kehidupan anggotanya atau mungkin pula dikarenakan kurang cocok dengan
metode yang digunakan. Dengan demikian, untuk mengaktifkan dan
menggairahkan pengajian terbatas (kursus keagamaan) dapat ditempuh
beberapa cara, antara lain memilih bahan yang cocok dan berkaitan
langsung dengan kehidupan masyarakat pada umumnya dalam suatu daerah,
serta meningkatkan cara penyajiannya agar sesuai dengan peserta kursus
tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kredibilitas dan
kompetensi para pelaksana dan guru-guru yang mengajar pada kursus-
kursus tersebut, yakni dengan mengikutsertakan mereka dalam penataran
atau pelatihan.
4. Badan-Badan Konsultasi Keagamaan
Di lingkungan Kantor Kementerian Agama, ada satu jabatan
fungsional yang bernama Penghulu. Tugas pokoknya berdasarkan Bab 11
12
Pasal 4 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/62/M.PAN/6/2005 tentang Jabatan Fungsional Penghulu dan Angka
Kreditnya adalah melakukan perencanaan pencatatan kegiatan
kepenghuluan, pengawasan nikah/rujuk. Pelaksanaan pelayanan
nikah/rujuk, penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk. Pemantau pelanggaran
ketentuan nikah/rujuk pelayanan fatwa hukum munakahat dan bimbingan
muamalat pembinaan keluarga sakinah. Serta pemantauan dan evaluasi
kegiatan kepenghuluan dan pengembangan kepenghuluan. Dalam peraturan
di atas tampak beberapa poin tugas yang sanga erat kaitannya dengan
pendidikan orang dewasa, yaitu penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk,
pelayanan fatwa hukum munakahat bimbingan muamalat, dan pembinaan
keluarga sakinah. Apabila penghulu melaksanakan tugas-tugas ini dengan
maksimal maka setiap orang dewasa yang akan memasuki gerbang
pernikahan akan mendapatkan kesempatan yang baik untuk meningkatkan
kualitas pribadinya dalam menempuh kehidupan rumah tangga. Badan
tersebut melakukan pendidikan atau penasihatan terhadap para calon
pengantin dan orang- orang yang mengalami kesukaran dalam kehidupan
keluarga. Sifatnya adalah individual dan hanya terhadap orang-orang yang
berkepentingan, yaitu khusus ditujukan untuk pembinaan keluarga
5. Tilawatil Quran (MTQ)
Pada awalnya MTQ diadakan untuk anak-anak tingkat Sekolah Dasar
(Ibtidaiyah) dan remaja tingkat Sekolah Menengah. Kemudian berkembang
menjadi kegiat-an yang mencakup pula orang dewasa. Kegiatan yang
meluas itu telah berjalan sejak delapan tahun yang lalu dan bersifat
nasional.Suatu macam pendidikan orang dewasa melalui perlombaan
membaca Al-Quran yang semakin hari semakin terasa lebih meriah dan
lebih sempurna, serta semakin banyak peminatnya. Dahulu MTQ hanya
merupa- kan kegiatan Direktorat Pendidikan Agama, Kementerian Agama,
kemudian menjadi kegiatan Kementerian agama bersama Pemerintah
Daerah (Kementerian Dalam Negeri).
13
Musabaqah Tilawatil Quran terdiri atas beberapa cabang, yaitu cabang
tilawah Al-Quran, cabang hifzh Al-Quran, cabang tafsir Al-Quran, cabang
fahm Al-Quran, cabang syarh Al-Quran, dan cabang khath Al-Quran. Setiap
cabang terdiri atas beberapa golongan yaitu: (a). Cabang tilawah Al-Quran
meliputi golongan tartil. anak-anak, remaja, dewasa, cacat netra, dan qira'at:
(b). Cabang Jufzh Al-Quran meliputi golongan 1 juz dan tilawah, 5 juz dan
tilawah, 10 juz, 20 juz, dan 30 juz. (c). Cabang tafsir Al-Quran meliputi
golongan tafsir bahasa Arab, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. (d).
Cabang khath Al-Quran meliputi golongan buku/naskah, hiasan mushaf, dan
dekorasi," Semua cabang musabaqah tersebut mengikut- sertakan orang
dewasa dan untuk mengikutinya diperlukan pelatihan-pelatihan yang
intensif. Dengan demikian, orang dewasa mendapat kesempatan yang sangat
baik untuk meningkatkan kualitas bacaan, pemahaman, dan pengamalan Al-
Quran apabila ia mau memanfaatkan lembaga ini sebagai sarana
pendidikannya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
orang dewasa meliputi bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh pria
dan wanita dewasa sesuai dengan minat dan kebutuhannya pada tingkatan
kemampuan dan pengetahuan yang berbeda- beda untuk mendukung perubahan
peranan serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
Kondisi ini dapat menjurus kepada pertentangan suku atau pertentangan
agama yang sangat berbahaya.Oleh karena itu, untuk menghindari perselisihan
dan kefanatikan yang salah, diperlukan pengertian dan pengetahuan tentang ciri
dan sifat tiap-tiap suku bangsa dan isi ajaran agamanya. Tidak sedikit orangtua
yang merasa gagal mendidik anak anak dan banyak pula anak-anak yang
merasa tidak mendapat pendidikan yang diharapkan dari orangtua
mereka.Suatu fenomena yang kontradiktif dalam kehidupan sehari-hari dewasa
ini terlihat antara kehidupan desa dan kota.
Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa di antara cara yang dapat
dilakukan oleh orang dewasa dalam proses pendidikan adalah cara yang tidak
formal, ceramah umum, diskusi atau tukar pikiran, pengajian/penerangan
agama, kursus atau sekolah secara teratur, pendidikan melalui
bacaan,pendidikan melalui radio atau televisi, dan biro-biro konsultasi.
B. Saran
Dari beberapa uraian diatas tentunya banyak sekali kesalahan dan
kekurangan. Semua itu dikarenakan keterbatasan penulis. Untuk itu, demi
kemajuan bersama kami mengharap kritik dan sarannya yang bersifat
membangun untuk lebih sempurnanya dalam pembuatan makalah ini.
15