Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 3 Nomor ISSN 2686-5084

2 (April 2022)
Penerbit :Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua

http://jik.stikespapua.ac.id

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Zat Adiktif Pada Usia
Remaja Di SMP Negeri 1 Kota Sorong

Adrianus Waye1(K), Maylar Gurning2, Irfandi Rahman3


1(K)
Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua, Indonesia; adrianwaye99@gmail.com
2
Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinngi Ilmu Kesehatan Papua, Sorong, Indonesia;
maylargurning.ua@gmail.com
3
Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua, Sorong, Indonesia;
irfandirahman77@gmail.com

ABSTRAK

Pencengahan penyalahgunaan zat adiktif merupakan salah satu upaya untuk membantu individu menghindari
melalui atau mencoba menyalahgunakan zat adiktif, dengan menjalani cara dan gaya hidup sehat, serta
mengubah kondisi kehidupan yang membantu individu mudah terjangkit penyalahgunaan zat adiktif. Sekolah
merupakan salah satu tempat yang dapat terjadinya peredaran zat adiktif. Penyalahgunaan zat adiktif pada sis-
siswi terjadi diakibatkan beberapa faktor seperti faktor internal dan faktor eksternal. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap dan tentang bahaya zat adiktif pada usia remaja di SMP Negeri 1
Kota Sorong. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif
kuantitatif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 kota Kota Sorong yang berjumlah 253
siswa, sampel diambil dengan menggunakan metode accidental sampling dimana sampel berjumlah 112 siswa.
Data diperoleh dengan membangikan kuesioner dan diisi langsung oleh siswa. Analisis data dilakukan meliputi
analisis univariat dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan pengetahuan siswa tentang
bahaya zat adiktif baik (94,6%) dan sikap siswa tentang bahaya zat adiktif positif (51,8%). Pencegahan
penyalahgunaan zat adiktif pada siswa baik (70,5%). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan siswa dengan tindakan pencegahan penyalahgunaan zat adiktif
(p=0,333). Data tersebut terdapat hubungan signifikan antara sikap siswa tentang bahaya bahaya zat adiktif
(p=0,00). Sehubungan dengan penelitian tersebut, penulis mengharapkan kepada pihak sekolah agar
memperhatikan upaya sarana atau prasarana untuk memberantas bahaya tentang penyalahgunaan zat adiktif
pada usia remaja.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap Tentang Bahaya Zat Adiktif

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Zat adiktif adalah bahan/ zat/ obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh
terutama otak atau susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi
sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi). Penyalahgunaan zat
adiktif adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,
sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. (1)
Penggunaan seperti alkohol, rokok dan zat adiktif lainnya saat ini merupakan masalah di berbagai Negara.
Jumlah penyalahgunan narkoba di dunia sebesar 200 juta orang (5 dari populasi dunia) yang terdiri dari 160,9
juta orang (penyalahgunaan ganja), 13,7 orang (kokain), 15,9 orang juta orang (heroin). (3) Data prevalensi zat
adiktif di dunia menunjukkan peningkatan yaitu pada tahun 1995 sebanyak 53,4% tahun 2001 sebanyak 62,2%
dan pada tahun 2004 sebanyak 63,1% . (4)

1
1
Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 3 Nomor ISSN 2686-5084
2 (April 2022)
Penerbit :Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua

Penyalahgunaan zat adiktif juga merupakan masalah bagi Indonesia. Hasil penelitian Mursadad dan
Rahajeng (2002) menyebutkan bahwa penyalahgunaan NAPZA di Indonesia telah mencapai 0,06% dari jumlah
penduduk Indonesia. Jumlah kasus narkoba meningkat dari 3.478 kasus pada tahun 2010 menjadi 8.401 pada
tahun 2014, atau meningkat rata-rata 28,9% pertahun. Data sampai juni 2016 menunjukkan kasus meingkat
tajam . (5)
Berdasarkan data (Riskedas) kecenderungan remaja tertarik mencoba rokok seperti rokok elektrik. Hal ini
di sebabkan karena vape mudah didapat, dan ditambahkan dengan berbagai varian perisa yang menarik
perhatian. Di lansir dari data proporsi rorok elektrik yang dihisap penduduk penggunaan terbanyak adalah
kelompok usia 10-14 tahun sebanyak 10,6%, usia 15-19 tahun 10,5%, dan usia 20-24 tahun sebanyak 7%.(6)
Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran bahaya menggunakan zat adiktif pada
anak remaja di SMP Negeri 1 Kota Sorong.

METODE

Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Penelitian dilaksanakan di
sekolah SMP Negeri 1 Kota Sorong. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas dua dengan jumlah 253
orang. Sampel diambil dengan menggunakan metode accidental sampling dimana sampel berjumlah 112 siswa
data diperoleh dengan membagikan kuesioner. Analisis data dilakukan meliputi analisis univariat
menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan siswa tentang bahaya zat adiktif baik
(94,6%) dan sikap siswa tentang bahaya zat adiktif positif (51,8%).

HASIL

Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin tahun 2021 (n=112)

No. Jenis kelamin Jumlah (n) Presentase (%)


1. Laki-laki 37 33%
2. Perempuan 75 67%
Total 112 100%

Berdasarkan data di atas dapat diketehaui bahwa dari 112 responden terdapat 37 responden (33%) yang
berjenis kelamin laki-laki, dan 75 responden (67%) yang berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan umur tahun 2021 (n=112)

No. Umur Jumlah (n) Presentase (%)


1. 15 13 11,6%
2. 16 63 56,2%
3. 17 30 26,8%
4. 18 5 4,5%
5. 19 1 0,9%
Total 112 100%

Data di atas dapat diketehui bahwa responden yang berumur 15 tahun sebanyak 13 orang (11,65%),
responden yang berumur 16 tahun sebanyak 63 orang (56,2%), responden yang berumur 17 tahun sebanyak 30
orang (26,8%), responden yang berumur 18 tahun sebanyak 5 orang (4,5%), dan responden yang berumur 19
tahun sebanyak 1 orang (0,9%). Jadi jumlah responden berdasarkan umur terbanyak berada pada umur 16 tahun

2
2
Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 3 Nomor ISSN 2686-5084
2 (April 2022)
Penerbit :Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua

yaitu sebanyak 63 orang (56,2%), dan yang paling sedikit berada pada umur 19 tahun yang sebanyak 1 orang
(0,9%).

Tebel 4.3 distribusi responden berdasarkan kelas tahun 2021 (n=112)

No. Kelas Jumlah (n) Presentase (%)


1. VIII-A 13 11,6%
2. VIII-B 63 56,2%
3. VIII-C 30 26,8%
4. VIII-D 5 4,5%
5. VIII-E 1 0,9%
Total 112 100%

Dapat diketahui bahwa dari 112 responden terdapat 22 responden (18,6%) kelas VIII-A, 22 responden
(18,6%) pada kelas VIII-B, 22 responden (18,6%) pada kelas VIII-C, dan 22 responden (18,6%) terdapat pada
kelas VIII-D, serta 22 responden (18,6%) terdapat pada kelas VIII-E.
Analisis Univariat

Tabel 4.4 distribusi frekuensi pengetahuan dan sikap tentang bahaya zat adiktif pada usia remaja di SMP
Negeri 1 Kota Sorong

No. Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)


1. Baik 106 94,6%
2. Kurang 6 5,4%
Total 112 100%

dapat diketahui bahwa sebanyak 106 responden (94,6%) berpengetahuan baik dan sebanyak 6
responden (5,4%) berpengetahuan kurang. Dapat diketahui bahwa sebanyak 58 responden (51,8%) memiliki
sikap positif, dan sebanyak 54 responden (48,2%) memiliki sikap negatif.

PEMBAHASAN

1. Gambaran Pengetahuan Tentang Bahaya Zat Adiktif Pada Usia Remaja Di SMP Negeri 1 Kota
Sorong

Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Dari hasil indra tersebut, individu dapat
menghasilkan pengetahuan yang dipengaruhi oleh seberapa sering individu tersebut memperhatikan suatu
objek tertentu. (7)
Klasifikasi pengetahuan sebagaimana dikemukakan oleh sala satu penelitian. Salah satu remaja upaya
pencegahan penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja adalah dengan meningkatkan pengetahuan. Remaja
merupakan objek yang secara emosional masih labil, sehingga sangat rentan untuk menggunakan narkoba.
Mulai dari rasa ingin tahu, mau coba-coba, ikut-ikutan teman, rasa solidaritas grup yang kuat dan memilih
lingkungan yang salah sampai dengan faktor keluarga yang kurang perhatian dan lain sebagainya, disamping
dari objek sasarannya yang labil, sekolah yang menjadi tempat rentan untuk peredaran narkoba. (8)
Menurut asumsi peneliti, bahwa pengetahuan tingkat pencegahan penyalahgunaan zat adiktif diartikan
sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya atau rangsangan yang telah diterima. Dalam hal ini,
dapat mengukur seseorang tahu atau tidak tahunya seseorang dengan menguraikan, mendefinisikan,
mengungkapkan atau menyatakan tentang zat adiktif. Dalam melakukan penelitian dapat diketahui bahwa

3
3
Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 3 Nomor ISSN 2686-5084
2 (April 2022)
Penerbit :Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua

sebagai responden memiliki sikap negatif sebanyak 54 siswa (48,2%), sedangkan responden memiliki sikap
positif sebanyak 58 siswa (51,8%).
2. Gambaran Sikap Tentang Bahaya Zat Adiktif Pada Usia Remaja Di SMP Negeri 1 Kota Sorong

Sikap adalah respon yang tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan
faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejalah dalam
merespon stimulus atatu objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejalah kejiwaan
yang lain. Sikap seseorang akan dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, dan orang yang dianggap
penting, media masa, lembaga pendidikan, dan emosi. Dari faktor-faktor ini terdapat faktor yang berpengaruh
besar terhadap pengetahuan yaitu pengalaman pribadi, media masa, dan lembaga pendidikan. Semakin banyak
pengalaman dan semakin tinggi pendidikan seseorang akan menambah pengetahuan tersebut sehingga akan
menghasilkan sikap yang positif. (9)
sikap dapat di bagi dalam empat tingkatan yaitu : (10)
a. Menerima
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (0bjek).
b. Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap.Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti seseorang menerima ide tersebut.
c. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertangguang jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang
paling tinggi.
Menurut asumsi peneliti, responden yang bersikap positif sudah mengetahui tentang bahaya zat adiktif
terhadap diri sendiri, sehingga responden tersebut sangatlah berpengaruh terhadap zat tersebut. Namun
masi ada sebagian responden bersikap negatif, ini dikarenakan kurangnya bersosialisasi untuk mengetahui
tentang bahaya zat adiktif.

KESIMPULAN

Kesimpulan penelitian ini bahwa pengetahuan siswa tentang bahaya zat adiktif yaitu kategori baik, dimana dari
112 siswa yang diteliti, 106 siswa (94,6%) sudah mengetahui tentang bahaya zat adiktif. Dan sikap siswa
terhadap bahaya zat adiktif dapat dikatakan kategori baik dimana terdapat 58 siswa (51,8%) yang bersikap
positif. Saran bagi penelitian selanjutnya perlu penelitian lebih lanjut mengenai tingkat pengetahuan siswa
khususnya bagi siswa bermasalah di sekolah. Untuk pencegahan penyalahgunaan zat adiktif melalui pemberian
pengetahuan tentang zat adiktif yang dilakukan terus-menerus oleh semua pihak yang terkait pada orangtua dan
teman siswa, begitu juga pemberian pengetahuan agar menjaga hubungan yang harmonis antara orangtua dan
anak. Dalam hal ini peran komite sekolah ikut menentukan.

4
4
Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 3 Nomor ISSN 2686-5084
2 (April 2022)
Penerbit :Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua

DAFTAR PUSTAKA

1. Asmiyanti, Dampak narkotika pada psikologi dan kesehatan Masyarakat . jurnal Health and Sport, 5
(2). 2016
2. UN Publication, World Drug Report. 2016. ( Diakes 13 april 2018).
3. WHO, The alkohol, smoking and substance involvement screening test (ASSIST) : guidelines for use in
primary care. 2018. (Diakses 30januari 2019).
4. BNN, Situasi permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 2016. Diakses 13 april 2018),
htt;//www.bnn.go.id/.
5. Riskesdas, Depkes RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar, Riskesdas Indonesia tahun 2015. Jakarta : CV
Kiat Nusa. 2016.
6. Febrianti, ddk. Penyalahgunaan lem aibon anak-anak. Program studi Agroteknologi Universitas
Muhammadiyah Sorong. 2019.
7. Notoatmojdjo, S. Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.8 (2017).
8. Campbell, Donal T. The indirect assessment of social attitudes, psychological Bulletin, vol. 3. 2015.
9. Anzwar, K.. promosi kesehatan : dengan pendekatan teori perilaku, media, dan aplikasinya. 3 ed Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada. 2015.
10. Notoatmodjo, S. Ilmu perilaku kesehatan : Jakarta : Rineka Cipta. (2016).

5
5

Anda mungkin juga menyukai