Anda di halaman 1dari 90

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA KELAS


VII SMPN 3 BARAKA KAB. ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh
NURDAHLIA
NIM: 105191104017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/2021 M
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL-QUR’AN SISWA KELAS
VII SMPN 3 BARAKA KAB. ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program

Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

NURDAHLIA

NIM: 105191104017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1442 H/2021 M
iii
iv
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nurdahlia

NIM 105191104017

Jurusan : Pendidikan Agama

Islam Fakultas : Agama Islam

Kelas :B

Dengan ini saya menyatakan hal sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini,

saya menyusun sendiri skripsi ini (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya

bersedia menerima sanksi dengan aturan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 15 Dzulhijjah 1442 H

25 Juli 2021 M

Yang membuat pernyataan

Nurdahlia
NIM: 105191104017

vi
ABSTRAK

NURDAHLIA. 105191104017. 2021. Peran Guru Pendidikan Agama


Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas VII SMPN
3 Baraka Kab. Enrekang. Skripsi Prodi Pendidikan Islam, Fakultas Agama
Islam. Dibimbing oleh ayahanda Ahmad Nashir dan ayahanda Samsuriadi.
Tujuan dari penelitian ini yaitu: untuk mengetahui gambaran kesulitan
membaca Al-Qur‟an siswa SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang. Untuk mengetahui
metode yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam untuk mengatasi
kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang. Untuk
mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kesulitan
membaca al-Qur‟an siswa SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Sumber data
dalam penelitian adalah Guru Pendidikan Agama Islam dan Siswa. Instrumen
penelitian yang digunakan yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara,
pedoman dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik
reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut: 1) kesulitan yang di
temui adalah dalam penyebutan makharijul huruf nya, dan dalam membaca
makharijul huruf beberapa siswa juga bisa membedakan antara, ‫ س‬,‫ ز‬,‫ ش‬,‫ ث‬,‫ذ‬
dan ‫ ص‬walaupun terkadang belum lancar. Dan ada beberapa siswa yang
membaca Al-Qur‟an dengan lancar, ada juga yang masih terbata-bata. 2)
Metode yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi
kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang
adalah metode iqro dulu sempat menggunakan metode baghdadia tapi tidak
bertahan lama karena siswa tidak menyukai nya ditambah lagi mereka belajar
di TPQ di sekitar tempat tinggal mereka menggunakan metode iqro. 3) Peran
guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an
siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang adalah dengan memahami sifat
dan karakter dari setiap siswa, karena setiap siswa memiliki karakter sendiri
baik dalam gaya belajar atau kemampuan. Dengan memahami karakter setiap
siswa baik dalam hal latar belakang siswa, status sosial, budaya dan juga
kemampuan dasar siswa maka guru akan lebih mudah untuk memilih metode
pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Kata Kunci: Peran guru, Kesulitan dan Metode Guru Pendidikan Agama
Islam

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT,

yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur‟an Siswa Kelas VII SMPN 3

Baraka Kab. Enrekang dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa

tercurah limpahkan kepada junjungan islam yang telah membawa sinar

kecemerlangan islam yaitu Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabat-

sahabatnya dan para pengikutnya yang telah membimbing umat islam ke arah

yang terang benderang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Agama Islam di Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Untuk yang teristimewa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada

kedua orang tua penulis. Ayahanda Kalam dan ibunda Erni beserta keluarga besar

yang selalu mendoakan dan mengantarkan penulis hinga seperti sekarang ini

dengan penuh kasih sayang yang begitu besar, kesabaran, keikhlasan, baik secara

material maupun dalam bentuk doa dan terima kasih juga kepada saudara kandung

saya, yakni Muhammad Jufri K, Sandi K, Adli Kalam, dan Annisa Khumairah

yang selalu memberikan doa dan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh

keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah

viii
diberikan demi keberhasilan penulis menuntut ilmu. Semoga apa yang telah

diberikan kepada penulis bernilai ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia

dan akhirat Aamiin.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak dapat

terselesaikan tampa adanya dukungan, sumbangan pemikiran dan bantuan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini patutlah kiranya penulis menyampaikan rasa

syukur dan ungkapan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag sebagai Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Nurhidaya Mukhtar, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Ahmad Nashir, S.Pd.I., M.Pd.I. DAN Bapak Drs. Samsuriadi, M.A

selaku pembimbing yang dengan tulus meluangkan waktunya memberikan

bimbingan, pengarahan, serta motivasi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan

sehingga skripsi ini dapat tersusun sebagai mana mestiya.

5. Bapak/Ibu Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar.

6. Segenap staf dan karyawan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar.

ix
7. Bapak Mukhtar, S.Pd selaku kepala sekolah SMPN 3 Baraka yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Bapak/ibu guru beserta seluruh staf di SMPN 3 Baraka.

9. Siswa SMPN 3 Baraka.

10. Sahabat penulis serta teman seperjuangan angkatan 2017 yang namanya tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah Swt memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua

pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

berharap atas saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca terutama bagi

pribadi penulis Aamin.

Makassar, 9 Zulkaidah 1442 H


20 Juni 2021 M

Nurdahlia
NIM: 105191104017

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................i
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................iii
PENGESAHAN SKRIPSI...............................................................................iv
BERITA ACARA MUNAQASYAH..............................................................v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..........................................vi
ABSTRAK........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR......................................................................................x
DAFTAR ISI.....................................................................................................xii
DAFTAR TABEL............................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan Penelitian...........................................................................4
D. Manfaat Penelitian.........................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam.............................................6
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam................................6
2. Peran dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam......................9
B. Membaca Al-Qur‟an.......................................................................14
1. Pengertian Membaca Al-Qur‟an................................................14
2. Adab Membaca Al-Qur‟an........................................................15
3. Keutamaan Membaca Al-Qur‟an...............................................16
4. Metode yang Digunakan Dalam Membaca Al-Qur‟an..............18
C. Kesulitan Membaca Al-Qur‟an.......................................................24
1. Kesulitan Membaca Al-Qur‟an..................................................24
2. Faktor Yang Menyebabkan Kesulitan Membaca Al-Qur‟an.....26

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian.............................................................................29
B. Lokasi dan Objek Penelitian............................................................29
C. Fokus Penelitian..............................................................................30
D. Deskripsi Fokus Penelitian..............................................................30
E. Sumber Data....................................................................................31
F. Instrumen Penelitian........................................................................31
G. Teknik Pengumpulan Data..............................................................32
H. Teknik Analisis Data.......................................................................33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...............................................35
1. Sejarah Sekolah..........................................................................35

xi
2. Profil Sekolah.............................................................................35
3. Visi, Misi Sekolah......................................................................36
4. Keadaan Guru.............................................................................36
5. Keadaan Siswa............................................................................38
6. Sarana dan Prasarana..................................................................39
7. Unit kegiatan siswa.....................................................................40

B. Hasil Penelitian...............................................................................41
1. Gambaran Kesulitan Membaca Al-Qur‟an Siswa Kelas
VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang..........................................41
2. Gambaran Metode Yang di Gunakan Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Mengatsi Kesulitan Membaca
Al-Qur‟an Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang....45
3. Gambaran Peran Guru Pendidikan Agama IslamDalam
Mengatasi Kesulitn Membaca Al-Qur‟an Siswa Kelas
VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang..........................................49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................53

B. Saran.................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................60
LAMPIRAN......................................................................................................61

xi
i
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Guru dan Karyawan....................................................................37

Tabel 4.2 Jumlah Siswa......................................................................................38

Tabel 4.3 Fasilitas Sekolah..................................................................................38

Tabel 4.4 Unit Kegiatan Siswa............................................................................39

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam arti luas, yaitu pengalaman belajar yang berlangsung

dalam segala aspek lingkungan dan sepanjang hidup manusia. Sementara itu

dalam artian sempit pendidikan ialah sekolah yang artinya pengajaran yang

dilaksanakan di sekolah sebagai pendidikan formal.1 Kemudian pada intinya

pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang ditemukan, baik dari

pendidikan sekolah formal maupun non formal dari semua pengalaman hidup

manusia sepanjang hidup.

Pendidikan suatu sistem dan cara untuk meningkatkan kualitas hidup

manusia. Dalam sejarah hidup manusia, hampir tidak ada kelompok hidup

manusia yang tidak memakai pendidikan sebagai instrumen pembudayaan dan

peningkatan kualitas.2

Pendidikan Agama Islam ialah berupa bimbingan dan usaha terhadap

siswa agar setelah tuntas dari pendidikannya dapat menguasai dan

mengamalkan keyakinan Islam dan menjadikannya sebagai pedoman hidup.3

Adanya guru pada saat proses belajar mengajar maupun pengajaran

masih sangat memegang peranan yang penting. Kewajiban guru dalam proses

pengajaran belum mampu digantikan oleh radio, mesin, tape recorder atau

1
Bintu Maunah, Landasan Pendidikan (Yogyakarta: Teres, 2009), h. 1-2.
2
Hijair AH dan Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani
Indonesia (Yogyakarta: Safira Insani Press, 2003), h. 4.
3
Aat Syafaat, Soeharni Sahrani, Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008), h. 11.

1
2

komputer yang sangat baru. Karena masih banyak nilai-nilai manusiawi seperti

motivasi, kebiasaan, sikap, perasaan, sistem nilai, yang sangat diharapkan dari

hasil proses pengajaran, yang tidak dapat diperoleh melalui alat-alat tersebut.4

Al-Qur‟an ialah kitab suci umat Islam yang menjadi sumber semua

ilmu pengetahuan yang dijadikan pedoman dalam pendidikan agama Islam.

Oleh karena nya kemahiran menulis, menghayati, membaca, mengerti, isi

kandungan yang ada dalam al-Qur‟an harus dimiliki oleh setiap muslim,

terutama kemahiran dalam membaca al-Qur‟an. Membaca al-Qur‟an adalah

keterampilan awal yang wajib dimiliki seorang muslim. Karena membaca al-

Qur‟an adalah suatu ibadah dan merupakan petunjuk bagi umat muslim di

dunia.5

Allah SWT berfirman:

‫ صهّى هلال‬Pَِ‫ل سٕصل ل ّال‬ ‫ قا‬: ‫ قال‬Pُ‫ع‬ّ ‫لَّال‬ ‫ٌ ٍب عفاٌ سض‬ ‫ع عًثا‬
ٍ
‫ٔساِ انبخاسي‬ » P‫شٌآٔعه ًُّه‬Pُ‫ههى انق‬ ‫ٍخشكى ٍي ح‬ « : ‫عَه ٍّْٔصههى‬

Terjemahnya:

“Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian
adalah yang mempelajari al-Qur‟an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Allah SWT berfirman:

ًٌٕ ‫ح‬ ‫ٕ َ حُ ْش‬Pُ‫ ٔ صخ‬Pَ‫ٕ ۟ا ن‬P‫ ًِ ُع‬Pَ‫ٔ ِإرَا ُق ٱ ْنقُ ش ٌ صخ‬


Terjemahnya:
‫ ۟ا ع ك ْى‬Pَ َ‫أ‬ ‫ٲ‬Pَ‫ِش ا ءا ف‬
‫ه‬
‫ه‬

4
Moh Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru, (Yogyakarta: Penerbit STAIN Purwokerto
Press, 2011), h. 107.
5
Sayyud Muhammad Alwi Al-Maliki, Keistimewaan-keistimewaan Al-Qur’an.
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2010), h. 187.
3

“Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan


perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”(Al-
A‟raf:204)6

Dalam proses pendidikan agama Islam semua sumber ilmu pengetahuan

diambil dari dalil yang terdapat di dalam al-Qur‟an. Al-Qur‟an begitu istimewa

dan penting sehingga banyak orang yang berlomba-lomba untuk

mempelajarinya. Akan tetapi kemampuan seseorang dalam memahami dan

membaca al-Qur‟an itu berbeda-beda. Ada orang yang bisa membaca dengan

benar tapi kurang bisa memahami isi al-Qur‟an, ada juga yang kurang bisa

membaca al-Qur‟an tapi bisa memahami isi al-Qur‟an, dan adapun yang bisa

membaca dan memahami isi kandungan al-Qur‟an dengan baik.

Maka dari itu guru seharusnya dapat membimbing dan mengontrol

siswa untuk belajar terutama tentang al-Qur‟an. Guru harus memiliki peran

penting untuk menumbuh kembangkan agar siswa terbiasa membaca al-Qur‟an

dengan benar.

Dalam meningkatkan kualitas membaca al-Qur‟an guru mempunyai

peranan yang sangat penting untuk meningkatkan minat siswa selama proses

belajar, karena minat siswa kadang berubah-rubah selama pelajaran

berlangsung.

Berdasarkan hal diatas, di SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang masih ada

yang ditemui kesalahan siswa dalam membaca al-Qur‟an seperti beberapa

siswa yang masih belum lancar tajwid nya seperti terbata-bata pada saat

membaca al-Qur‟an, dan ada juga yang belum tepat makharijul huruf nya, dan

Latief Awaludin, Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan Terjemahan


6

Untuk Wanita, (Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident, 2012), h. 176.


4

dalam membaca makharijul huruf beberapa siswa belum bisa membedakan

antara, ‫ س‬,‫ ز‬,‫ ش‬,‫ ث‬,‫ ذ‬dan ‫ص‬.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Mengatasi Kesulitan Membaca al-Quran Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka

Kab. Enrekang”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran kesulitan membaca al-Qur‟an siswa kelas VII

SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang?

2. Metode apa saja yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam dalam

mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka

Kab. Enrekang?

3. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi

kesulitan membaca al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab.

Enrekang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran kesulitan membaca al-Qur‟an siswa SMPN

3 Baraka Kab. Enrekang.

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan guru Pendidikan Agama

Islam untuk mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an siswa SMPN 3

Baraka Kab. Enrekang.

3. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi

kesulitan membaca al-Qur‟an siswa SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

manfaat kepada para pembaca, mahasiswa, guru karena penelitian ini

mengenai peran guru pendidikan agama islam dalam mengatasi kesulitan

membaca al-Qur‟an siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi

penulis maupun bagi pembaca lainnya.

b. Bagi sekolah yang masih banyak anak kesulitan membaca al-Qur‟an

sehingga dengan pedoman ini dapat mengatasi anak kesulitan

membaca al-Qur‟an.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk

memudahkan peneliti lainnya mengenai masalah yang serupa, peran

guru pendidikan agama islam dalam mengatasi kesulitan membaca al-

Qur‟an siswa.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Di dalam pengertian guru, guru merupakan orang yang menjadi

pedoman dalam semua tingkah laku, perkataan dan ucapan. Dan guru juga

akan menjadi contoh dalam menjalankan kehidupan siswa. Dalam penjelasan

lain, guru merupakan sosok yang berusaha terus menerus dan secara gradual,

untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan dan membuat dirinya menjadi

contoh yang sangat baik untuk siswa.

Menurut Rojai dan Risa:

Guru memiliki peranan yang sangat vital dalam upaya membentuk


karakter anak bangsa yang berbudi luhur. Guru tidak pernah lelah
dalam membentuk watak generasi penerus bangsa melalui
pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang di harapkan7.

Undang-Undang PP RI Pasal 1 No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan

Agama dan Pendidikan Keagamaan.

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan


dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik
dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-
kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan.8

7
Rodja, Risa Maulana Romandon, Panduan Sertifikasi Guru Berdasarkan Undang-
Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Dunia Cerdas, Cet. 1 2020), h. 8.
8
Suberia Diklat. Peraturan Pemerintah NO.55/2007.
https://suberia.wordpress.com/2010/06/20/peraturan-pemerintah-no-552007/. 2010. (diakses 6
Februari 2021 jam 12:06 AM)

6
7

Guru merupakan sosok yang profesinya mengajar. Di dalam masyarakat

Jawa, guru dilacak menggunakan okranium gu dan ru. “Gu” dapat diartikan

dengan dapat di gugu (dianut) dan “ru” bisa di terjemahkan ditiru (dijadikan

teladan). Menurut Zainuddin. Bahwa guru merupakan “pendidik dalam artian

umum yang mempunyai tugas serta tanggung jawab terhadap pendidikan dan

juga pengajaran”. Jadi guru merupakan semua sosok yang berjuang

membiasakan, melatih, mempengaruhi, mengajar serta memberi tauladan

dalam membentuk karakter pribadi peserta didik dalam aspek intelektual,

keterampilan, jasmani, rohani, yang akan kita per tanggung jawabkan pada

kedua orang tua para peserta didik, masyarakat luas dan kepada Allah.

Pendidikan ialah unsur yang paling penting dari proses kependidikan

dipundak guru terletak tanggung jawab yang sangat besar dalam usaha

mengantarkan siswa ke arah tujuan dan cita-citanya.

Setiap orang dapat menjadi guru, guru bagi keluarganya dan orang

banyak, namun tidak semua orang bisa menjadi pendidik yang melaksanakan

pendidikan maupun pengajaran. Yang dimaksud pendidik di sini adalah orang

dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan dan bantuan kepada

siswa dalam perkembangan jasmani dan rohaninya.

Sedangkan guru pendidikan agama Islam (PAI) yaitu upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengebal, memahami,

mengimani, menghayati, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan


8

ajaran agama islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur‟an dan Hadist melalui

kegiatan bimbingan, latihan, pengajaran serta penggunaan pengalaman.9

Sebaliknya pemahaman guru Pendidikan Agama Islam di dalam kapita

selekta Pendidikan Agama Islam ialah dengan menggunakan rujukan hasil

Konferensi Internasional terhadap penjelasan guru Pendidikan Agama

Islam ialah sebagai murabbi, muaddib dan muallim.

Penjelasan tentang murabbi ialah guru agama adalah orang yang

mempunyai kepribadian rabbani, yaitu terpelajar, bijaksana, di dalam bidang

wawasan tentang rab. Sedangkan muallim ialah sosok guru agama yang harus

ilmuan, yaitu menguasai bidang ilmu teoritik, komitmen, memiliki kreativitas,

yang sangat tinggi dalam menebarkan ilmu pengetahuan dan sikap hidup yang

sangat menjunjung tinggi nilai-nilai di dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan

penjelasan tentang ta’dib ialah integrasi antara ilmu dan amal.10

Allah berfirman:

‫ج ش فَا ْفض‬ ً‫ضٕحا ِ ًف ا ْن‬ ‫ا ٍِقم ْى‬Pَ‫ا ِإر‬Pُٕ‫ ٌُّٓا انه ِز ٍ آي‬Pَ‫ا أ‬
‫ُٕحا‬ ‫ا‬ ‫َحَف‬
‫ِن‬ ‫ك‬
‫ٕا ي ُْك ْى‬Pُ‫نه ٍ آي‬P‫َّال ا‬Pُ‫ل‬ ‫ شَفع‬P‫ا َْشٔزا‬ P‫ا ٍم ا َْ شٔزا‬Pَ‫ َنك ْى ۖٔإِر‬Pَُ‫ ل ّال‬P‫ٌَ ْف ض ِح‬
‫ِز‬
‫خ ِ ٍبش‬ ‫ً ا َحعًه‬ ‫ ُٕحا ا ْنع ْهى ث لَُّال‬Pُٔ‫ٍ أ‬ ‫ٔانه ِز‬
‫سجا‬Pَ‫د‬

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! “berilah kelapangan di dalam
majelis-majelis” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “berdirilah kamu” maka
berdirilah niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa

9
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran PAI, (Bandung: PT Remaja Rosdakarta, 2012),
h. 11
10
M Masjkur. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Self Control
Remaja di Sekolah. At-Tuhfah: Jurnal Keislaman. Vol. 7, No. 1. 2018, http://ejournal.sunan-
9
giri.ac.id/index.php/at-tuhfah/article/download/114/89/307. (diakses 6 Februari 2021 Jam
12:10)
1
0

derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS.
Al-Mujadalah: 11).11

Jadi, penjelasan tentang Guru Pendidikan Agama Islam ialah guru yang

mengajarkan bidang studi pendidikan agama Islam yang memiliki kemampuan

sebagai pendidik dan bertanggung jawab terhadap siswa.

2. Peran Dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Di antara hal-hal yang sangat penting diperlukan oleh seorang guru di

dalam menangani kesulitan membaca al-Qur‟an pada siswa adalah dengan

mencari metode yang sangat berpengaruh untuk mengajarkan al-Qur‟an

kepada anak didik mereka. Karena, pengajaran al-Qur‟an ialah fondasi yang

paling utama di dalam Islam yang harus ditanamkan dalam diri siswa supaya

mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah dan hati mereka bersinar

cerah tanpa dikeruhkan dengan gelapnya maksiat dan dosa.12

Ada banyak cara dan metode yang dapat digunakan dalam proses

pendidikan dan pengajaran, namun ada hal yang sudah terbukti paling baik

dalam proses pengajaran dan penjabaran nya di dalam kehidupan nyata, yaitu

dengan adanya guru, panutan, suri tauladan. Oleh sebab itu, jika sosok guru

sangat ingin berperan penting dalam mengatasi kesulitan yang dialami oleh

siswa dalam membaca al-Qur‟an harusnya iya terlebih dahulu menanamkan

rasa cinta anak didik nya terhadap al-Qur‟an. Dan seorang guru harusnya

menjadi teladan dan panutan pertama bagi mereka.

11
Latief Awaludin, Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan
Terjemahan Untuk Wanita, (Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident, 2012), h. 543.
12
Sa‟ad Riyadh, Anakku Cintailah Al-Qur’an (Jakarta: Aqwam Medika, 2007), h. 14.
11

Al-Qur‟an dapat membersihkan jiwa yang kotor dan menjadikan

seseorang berakhlak mulia, namun itu juga tergantung pada pengaruh akhlak

seorang guru. Jika akhlak guru sesuai dengan apa yang ia ajarkan, maka

dengan sendirinya peserta didik juga akan mengikuti akhlak gurunya.

Peran yaitu pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan

kedudukannya, peran sendiri menentukan apa yang harus di perbuat oleh

seseorang bagi masyarakat dan kesempatan-kesempatan apa yang diberikan

kepadanya serta mengatur perilaku seseorang. Sedangkan yang dimaksud peran

guru adalah keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan oleh guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai guru.13

Peran pertama yang harus dilakukan oleh guru dalam mengatasi

kesulitan siswa dalam membaca al-Qur‟an ialah dengan pembelajaran

observasi. Pembelajaran observasi merupakan pembelajaran yang dilakukan

ketika seseorang mengamati, meniru perilaku orang lain dengan menggunakan

kognitif nya dan bukan sebagai penguatan (reinforcement). Karena siswa ialah

manusia biasa dan manusia memiliki sifat meniru. Memberi keteladanan

merupakan faktor yang penting dalam proses pendidikan dan pengajaran.14

Adapun peran kedua yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam

mengatasi kesulitan membaca al-Qur‟an pada siswa dengan menggunakan

pembelajaran yang menggunakan zona perkembangan proksimal. Zona

13
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pres,
2011), h. 165
14
Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali
Pres, 2013), h. 53&54.
12

perkembangan proksimal ini adalah sesuatu yang masih belum dapat

dilaksanakan seorang siswa, tetapi dapat dikerjakan dengan bantuan teman atau

orang dewasa yang ahli. Ada beberapa guru menyebutkan saat pengajaran

ketika seorang siswa berada tepat pada fase kesiapan untuk mendapatkan

konsep tertentu. Pembelajaran yang dilakukan ialah dengan menyediakan

berbagai dukungan dan meminta agar anak tersebut bertanggung jawab yang

makin besar begitu dia sanggup. Contohnya, dengan bantuan guru, siswa dapat

membaca dan mengenal huruf hijaiyah dengan baik dan tepat. Selanjutnya

guru, dapat mengarahkannya untuk menyatukan huruf-huruf hijaiyah tersebut

sehingga menjadi satu kata.15

Guru hanya merupakan salah satu diantara banyaknya sumber dan

media belajar. Maka dengan begitu peran guru dalam proses belajar mengajar

ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar

siswa. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan bisa mendorong

siswa untuk selalu belajar dalam berbagai kesempatan dengan menggunakan

berbagai sumber dan media. Guru harus nya mampu membantu setiap siswa

untuk selalu efektif dapat menggunakan berbagai kesempatan belajar dan

sumber belajar serta media belajar yang ada. Hal ini berarti bahwa guru

harusnya dapat meningkatkan cara dan kebiasaan belajar yang baik. Guru

sangat di harapkan dapat memberikan fasilitas yang mendukung sehingga

siswa belajar dengan efektif.16

15
Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali
Pres, 2013), h. 21.
16
Slameto, Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhnya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), h. 98.
13

Guru merupakan seorang pemimpin. Guru memiliki kekuasaan untuk

membentuk dan membangun karakter dan kepribadian siswa menjadi seorang

yang bermanfaat terhadap agama, nusa, dan bangsa. Jabatan guru sebagai suatu

profesi menuntut banyak kepada guru untuk selalu mengembangkan ke

profesionalitas diri masing-masing guru sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang ada. Mengajar, Mendidik dan melatih siswa

merupakan tugas yang sangat penting bagi guru sebagai suatu profesi. Tugas

guru sebagai pendidik ialah meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup

kepada siswa. Tugas guru sebagai pengajar ialah dengan meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada kepada siswa.

Tugas guru sebagai pelatih ialah dengan mengembangkan keterampilan dan

menerapkan nya dalam kehidupan sehari-hari demi masa depan siswa nya.17

Allah berfirman:

‫ع سش ًذا‬ ‫يًا‬ ‫ َع‬Pُ‫ك ع ى ٌ ح‬P‫ ِب ُع‬P‫حه‬Pَ‫ٕيصى أ‬ ‫ال ن‬


Terjemahnya:
‫ِهًّج‬ ‫ِه‬ ‫ْم ه أ‬
ٍ
“Musa berkata kepada Khidhr "Bolehkah aku mengikuti mu supaya
kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang
telah diajarkan kepada mu?" (Q.S Al-Kahfi; 66)18

Menurut Zuhairini:

tugas guru agama adalah mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam,


menanamkan keimanan dalam jiwa anak, mendidik anak agar taat
dalam menjalankan ibadah dan mendidik anak agar berbudi pekerti
yang mulia.19
17
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 36
18
Latief Awaludin, Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan
Terjemahan Untuk Wanita, (Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident: 2012), h. 301.
19
Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Malang: UM Press,2004), h. 55.
14

Seperti firman Allah:

ٌْٕ ٓ
ٔ ً‫ع ٌْٕ نَى ا ْن ٍْ ٌَأ ش ا ْن‬
ٌَ ٔ‫ْ ف‬ P˚‫ٔ ْنخَ ٍك ّ هيت‬
ُْ ‫ع‬ ٔ‫ش ُي‬ ‫ي ٰۤ ٌه ك ْى‬
‫ش‬ ٌ ‫خ‬ ُ‫ا‬ ُْ
ٌْٕ ‫ ٰن ِٕىك ا ْنً ْف ح‬Pُٔ‫ع ا ْن ً كش ۗٔا‬
ٍ
‫ِه ْى‬ ُْ

Terjemahnya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang mungkar. Dan merekalah itulah orang-orang yang beruntung.”(
Q.S Ali Imran: 104). 20

20
Latief Awaludin, Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan
15
Terjemahan Untuk Wanita, (Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident, 2012), h. 63.
16

B. Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Membaca Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa membaca adalah,

“melihat serta memahami isi dari apa yang ditulis”.21 Sedangkan menurut

Bamberger sebagaimana dikutip oleh imam Sirager dalam jurnal PENAMAS

membaca adalah, “Suatu proses kognitif sekaligus kebahasaan”. 22 Selanjutnya

dia menjelaskan bahwa secara kognitif, membaca adalah “proses

mentransformasikan simbol-simbol grafis ke dalam konsep-konsep intelektual,

sedangkan dari segi proses pembahan membaca adalah suatu sarana efektif

pengembangan kemampuan berbahasa dan kepribadian”.23 Dengan kata lain

membaca berarti melakukan sebuah pekerjaan, kegiatan, atau perbuatan yang

dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pesan dan informasi yang

berbentuk teks maupun tulisan.

Al-Qur‟an secara bahasa berasal dari kata Arab Qura‟a yaqra‟u-qira‟atan-

qur‟anan, yang berarti bacaan atau hal membaca.24 Sedangkan secara

terminologi para ahli mengatakan hal yang berbeda-beda

Imam Fakhlur Rasi dan Syeikh Mahmud Saitun, mengatakan: “ Al-Qur‟an

adalah lafal arab yang diturunkan kepada nabi muhammad saw. Yang

diturunkan kepada ita secara mutawatir”

21
Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 83
22
Imam Siregar, “Kekampuan Membaca Dan Memahami Al-Qur‟an”, dalam
PENAMAS, Vol.XXII, No 1, Januari-April 2009, h. 37 (diakses pada 24 juni 2021, pukul 21:59)
23
Imam Siregar, “Kekampuan Membaca Dan Memahami Al-Qur‟an”, dalam
PENAMAS, Vol.XXII, No 1, Januari-April 2009, h. 37 (diakses pada 24 juni 2021, pukul 21:59)
24
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta:PT. Hidakarya Agumg,
1990), h. 79
17

Sedangkan DR. Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan Al-Qur‟an dengan:

“Kalam Allah yang diturunkan melalui perantara malaikat Jibril ke


dalam hati rasulullah saw dengan menggunakan bahasa Arab serta
dengan makna-makna yang benar untuk dijadikan hujjah dalam
pengakuannya sebagai Rasul dan dijadikan sebagai dustur bagi seluruh
umat manusia, dimana mereka mendapat petunjuk dari pada-Nya
disamping merupakan amal ibadah bagi kaum muslimin yang
membacanya”.25

Dari pengertian membaca Al-Qur‟an di atas penulis menyimpulkan bahwa

membaca Al-Qur‟an merupakan suatu perbuatan atau keinginan yang

dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan pesan dan kesan dari sebuah

pelajaran ilahi dan sudah terbentuk kitab yang merupakan bagi siapapun yang

membacanya, karena merupakan kalamullah yang diturunkan kepada rasul-Nya

yaitu Muhammad saw dan sebagai pedoman serta petunjuk yang lurus yaitu

jalan keselamatan di dunia maupun akhirat.

2. Adab Membaca Al-Qur’an

Agama Islam ialah jalan hidup manusia yang paling sempurna dan di

dalamnya terdapat ajaran-ajaran yang dapat membimbing umat manusia

menuju kebahagiaan dan kesejahteraan, dapat diketahui melalui dasar-dasar

dan undang-undangnya melalui al-Qur‟an. Al-Qur‟an ialah sumber yang paling

utama dan mata air yang dapat memancarkan agama islam.26

25
Totok Jumantoro, Smsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Amzar,
2009), h. 8
26
Sayyid muhammad Husain thabathaba‟I, Memahami Esensi Al-Qur’an diterjemahkan
dari Al-Qur’an fi al-Islam oleh IdrusAlkaf, (Jakarta: 2000), h. 13
18

Ada banyak sekali adab-adab yang harus diterapkan bagi seorang ketika

mereka akan membaca al-Qur‟an dibawah ini kami menyediakan beberapa

adab yang harus diterapkan ketika akan membaca al-Qur‟an.

a. Dalam keadaan yang suci, bersuci dari hadats kecil dan besar dan sengaja

jenis-jenis najis yang ada karena yang akan dibaca ialah al-Qur‟an bukan

perkataan manusia.

b. Memilih tempat yang bersih, tidak semua tempat yang pantas untuk

membaca al-Qur‟an, ada tempat yang tidak sesuai dalam membaca al-

Qur‟an seperti kamar mandi dan tempat yang kotor.

c. Menghadap kiblat, dianjurkan untuk menghadap ke kiblat karena membaca

al-Qur‟an ialah ibadah.

d. Membaca ta‟awuds terlebih dahulu sebelum membaca al-Qur‟an.

e. Membaca al-Qur‟an dengan nyaring atau suara keras.27

3. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Al-Qur‟an ialah firman Allah SWT yang selama 23 tahun diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur‟an ialah kitab suci uma islam yang di

dalamnya terdapat banyak petunjuk dan pedoman hidup dalam beragama dan

membimbing manusia untuk menjalankan kehidupan di dunia maupun di

akhirat kelak. Sehingga diwajibkan kepada semua umat muslim untuk

senantiasa berinteraksi dengan al-Qur‟an karena al-Qur‟an adalah sumber

inspirasi ketika bertindak dan berpikir. Adapun langkah utama interaksi yang

27
Abdul Majid Khon, Praktik Qira‟at Keanehan Membaca Al-Qur‟an „Ashim dan
Hafash, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 44.
19

dimaksudkan ialah dengan membaca al-Qur‟an, selanjutnya hendaknya

merenungkan dan memahami maknanya yang terkandung dalam al-Qur‟an lalu

mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun keutamaan-keutamaan

ketika membaca al-Qur‟an ialah sebagai berikut:28

ُ ‫صههى‬
P‫هلال‬ ‫ َيا‬Pُ‫ ًِب أ‬Pَ‫ع أ‬
‫ص ًِعج سٕصل هلال‬ :‫ قَال‬،‫ع‬ ً ‫ س‬Pَ‫يت‬
ُّ ‫ض هلال‬ ٍ
.a
‫ ْٕو ا ْن ِق ٍَايت ش ِ ٍف ا‬Pٌَ ‫ ًِح‬Pْ‫ أ‬P‫َه‬Pِ‫شآٌ ئ‬Pُ‫ ْقشءٔا ا ْنق‬:‫ ُٕقل‬،‫َ ٍّْٔصههى‬P‫عه‬
)‫ٔساِ يضهى‬.(ّ ‫ص‬ َ‫ِل‬
Artinya:
‫حا‬
‫ِب‬
“Dari Abu Umamah Radhiallahu „anhu, beliau berkata, saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda, Bacalah al-Qur‟an itu, karena
sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa‟at
bagi para pembacanya”. ( Diriwayatkan oleh Muslim)

.b ‫ ص سص ْٕ هلال‬: ‫ َقال‬،Pُّْ ‫ع‬ ‫هلال‬


ُ ‫ض‬ ً ‫س‬ ‫ص ٌا‬
ً ‫ع انُه ٕها س ٍب‬
ٍ
‫ل‬ ‫ًِعج‬
ٌٍْ ‫ ِه ّ انه ِز‬Pْ َ‫شآٌٔأ‬Pُ‫انق‬Pِ‫ت ب‬ ‫و ان ِق‬ : ‫ ْٕل‬Pُ‫ههى ق‬P‫ٔص‬ P‫صههى هلال عه‬
‫ٍَاي‬ ْٕ ٌَ ‫ى‬Pَ‫ْؤح‬ ٍّْ
،‫ ان َبقَش ٔ عًشٌا‬P‫س ُة‬ ْٕ ‫ّي ص‬PُPُ‫ ْقذ‬Pَ‫ّ ٍَْا ح‬Pُ‫ّ ًِف انذ‬ٌ ْٕ Pُ‫ ْٕا ًعه‬Pَُ‫كا‬
‫ِة آ ل‬ ‫ِب‬
‫ع صاح‬ ٍ ٌ‫حاجا‬Pُ‫ح‬
ٓ ‫ِب‬
)‫ٔساِ يضهى‬.(‫ًا‬

Artinya:
“Dari an-Nawwas bin Sam‟an Radhiallahu „anhu, beliau berkata, saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda, Al-Qur‟an dan ahli nya, yaitu
orang-orang yang mengamalkannya di dunia, akan di datangkan pada
Hari Kiamat, didahului oleh surat al-Baqarah dan Ali Imran, keduanya
akan membela orang yang mengamalkannya”. (Diriwayatkan oleh
Muslim).

.c Pَِ‫ٕل ل ّال‬P‫سص‬‫ل‬P‫ ا‬: ‫ال‬Pَ‫ ق‬Pُ‫ع‬ ّ ‫َّال‬Pُ‫ل‬ ‫ٌ ٍب عفاٌ سضى‬ ‫ًا‬P‫ع ع َث‬
ٍ
َّ P˚‫شأٌعه‬Pُ‫نق‬P‫ َى ا‬P˚‫ٍي َحعه‬
ِ‫ٔسا‬.( ً ‫شكى‬P‫ ٍُخ‬P˚‫ٍَّٔصه‬P‫عه‬ ‫َى‬
20
َّ‫صهَى لال‬
)‫انبخاسي‬
Artinya:

28
Al-Ustasz Abu Hazim bin Muhammad Bashori, Panduan Praktis Tajwid dan Bid’ah-
bid’ah Seputar Al-Qur’an serta 250 Kesalahan dalam Membaca Al-Fatihah, (Magetan:
MaktabahDaarulAtsar, 2001), h. 16.
21

“Dari Utsman bin Affan Radhiallahu „anhu, beliau berkta, saya


mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sebaik-baik kalian adalah orang
yang mempelajari al-Qur‟an dan mengajarkannya”. (Diriwayatkan oleh
al-Buqhari)29

4. Metode yang Digunakan Dalam Membaca A-Qur’an

Dalam bahasa Arab metode dikenal dengan sebutan sebagai istilah

thariq yaitu cara. Ketika metode dihubungkan dengan pendidikan, maka metode

ini harus dihubungkan untuk mengembangkan mental, sikap dan kepribadian agar

anak didik dapat menerima pelajaran dengan mudah, efektif, efisien dan dapat

dicerna dengan baik oleh anak didik.30

a. Metode Iqra’

Metode Iqra‟ yang ditemukan oleh KH. As‟ad Humam di Yogyakarta,

terdiri dari 6 jilid. Hanya waktu 6 bulan siswa mampu membaca Al-Qur‟an

dengan baik dan benar.

Adapun inti dari metode ini ialah penekanan cara membaca a, ba, ta, na,

ni, nu tampa diketahui terlebih dahulu nama huruf nya seperti alif, ba, ta. Dan

metode ini paling banyak diminati dan metode ini dalam praktiknya tidak

membutuhkan berbagai macam alat karena hanya ditekankan pada membaca

huruf al-Qur‟an dengan lancar.31

Tiga model pengajaran metode ini adalah: pertama, cara belajar santri

aktif. Guru tidak lebih sebagai penyimak, bukan penuntun bacaan. Kedua,

privat yaitu guru menyimak seorang demi seorang. Ketiga, asistensi jika

29
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Terjemahan RiyadhusShalihin, (Jakarta:
Darul Haq, 2015), h. 667
30
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 184.
31
As‟ad Human, Cara Cepat Belajar Al-Qur’an. AMM, (Yogyakarta: Balai Litbag
LPTQ. Nasional Team Tadarrus, 2000), h. 1.
22

tenaga guru tidak mencukupi, guru yang mahir bisa turut membantu mengajar

murid-murid yang lain.

Untuk pelajaran penunjang dalam keberhasilan metode ini, siswa juga

digembleng dengan materi-materi berikut:

1) Hafalan surah-surah pendek (juz amma)

2) Hafalan ayat-ayat pilihan

3) Hafalan bacaan shalat dan praktiknya

4) Hafalan doa sehari-hari

5) Menulis huruf Al-Qur‟an.32

b. Metode Baghdadiyah

Metode bagdadiyah disebut juga metode “eja” yang berasal dari

Baghdad pada masa pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah. Tidak ada

seorang pun yang tahu siapa penyusun nya. Qoidah bagdadiyah memerlukan

30 huruf hijaiyah, 17 langkah yang selalu ditampilkan. Variasi dari tiap

langkah dapat menimbulkan estetika kepada siswa karena bunyinya berirama

dan sangat indah dilihat. Adapun kelebihan metode ini adalah:

1) Bahan pelajaran yang disusun suekensif

2) 30 huruf abjad ditampilkan secara utuh

3) Bunyi dan susunan huruf sangat rapi

4) Keterampilan mengeja yang berkembang merupakan daya tarik bagi siswa.

Kelemahan:

1) Qoidah bagdadiyah yang asli tidak diketahui karena sudah dimodifikasi

32
Direktur Bimbingan Agama Islam, Metode Membaca Al-Qur’an Di Sekolah Umum
(Jakarta: Depag RI, 1998), h. 42
23

2) Penyajian materi menjemukan

3) Penampilan huruf dapat menyulitkan siswa

4) Memerlukan waktu yang sangat lama agar mampu membaca Al-Qur‟an33

c. Metode Al-barqy

Al-barqy disusun dengan metode yang baku dan dirancang mula-mula

untuk anak-anak yang berbahasa Indonesia/Melayu sesuai dengan metode

pengajaran bahasa Arab bagi orang-orang yang tidak bertutur dengan

bahasa Arab. Oleh karena itu, metode ini sangat cocok digunakan di

Indonesia dan negara-negara dengan bahas Melayu.34

d. Metode Hattaiyah

Dari beberapa metode cara cepat membaca Al-Qur‟an metode hattaiyah

merupakan salah satu metode membaca dan menulis Al-Qur‟an sistem

cepar dari beberapa metode yang ada. Metode hattaiyah pertamakali

ditemukan oleh Al Ustadz Drs. H Muhammad Hatta bin Usman, metode

ini pada awalnya berkembang di provinsi Riau tempat penulis metode ini

berasal, kemudian pada tahun 1988 menyebar ke berbgai provinsi di

Indonesia, dan pada tahun 1994 menyebar ke seluruh negara-negara Asean

dan bahkan smpai ke Inggris, Jerman, Prancis.35

e. Metode Qira‟ati

33
Mundir Thohir, Ihya’ Al-Qur’aan Al-Karim Metode Memahami Al-Qur’an Perkata,
(Kediri; Azhar Risalah, 2014), h. 10.
34
Al Barqy, Belajar Mengaji cepat, mudah & menyenangkan, https://al-barqy.com/profil-
metode-al-barqy/, Diakses pada 10 agustus 2021.
35
Samauddin Siregar, Metode Hattaiyyah, samsuddin.blogspot.com/21/4/metode-
hattaiyyah.html?m=1, Diakses. 10 Agustus 2021
24

Metode membaca Al-Qur‟an ini baru berakhir di susun pada tahun 1963 H

oleh KH.Dahlan Salim Zarkasyi yang terdiri dari enam jilid. Buku ini

merupakan hasil evaluasi dan pengembangan dari kaidah baghdadiyah.

Metode qira‟ati ini secara umum agar siswa mampu membaca l-Qur‟an

dengan baik sekaligus dengan benar menurut kaidah tajwid.36

secara umum, pembelajaran membaca Al-Qur‟an dengan metode Qira‟ati

adalah sebagai berikut

1) Dapat digunakan secara klasikal dan individual

2) Guru menjelaskan materi dengan memberikan contoh materi okok

bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri.

3) Siswa membaca tampa mengeja

4) Sejak permulaan belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan cepat

dan tepat.37

f. Metode Tilawah

Adalah sebuah buku panduan belajar membaca Al-Qur‟an yang kemudian

disebut metode tilawah yang terdiri dari enam jilid. Secara khas buku ini

menggunakan pendekatan klasikal dan individual secara seimbang.38

Sebagai metode baru, hasil kreasi para guru Jawa Timur ini menanamkan

beberapa spesifikasi sebagai berikut:

36
Imam Murijto, Pedoman Metode Praktis pengajaran ilmu Al-Qur’an Qiro’ati
(Semarang: Raudhatul Mujawwidin, 2000), h. 9
37
Imam Murjito, Pengantar Metode Qira’ati (Semarang: Raudhatul Mujawwidin, 2002),
h. 13
38
Direktur Jenderal Bimbingan Agam Islam, Metode-metode Mmembaca Al-Qur’an di
Sekolah Umum , (Jakarta: Depag RI, 1998), H. 43
25

1) Metode Tilawah terdiri atas 6 jilid buku, termasuk ghorib dan musykilat.

Tiap-tiap jilid berbeda warna cover.

2) Masing-masing jilid dilengkapi dengan peraga yang berisi 20 halaman.

fungsi peraga agar membantu santri belajar secara klasikal dan

memudahkan penguasaan materi karena peraga ini akan di ulang-ulang

(satu peraga bisa di khatamkan 17-21 kali).

3) Menggunakan irama lagu rost (irama yang bergerak ringan dan cepat.

Umumnya irama ini digunakan untuk mengumandangkan adzan dan untuk

mengimami sholat) sebagai lagu dasar yang mudah difahami dan ditirukan.

g. Metode Ummi

Pada pertengahan tahun 2007, KPI menerbitkan sebuah metode baca tulis

AL-Qur‟an yang bernama Ummi. Metode ini di susun oleh Mansuri da A.

Yusuf MS. Buku ini telah melewati beberapa tim penguji pentashiha, antara

lain, Roem Rowi, yang merupakan guru besar Ulumul Qur‟an IAIN Sunan

Ampel Surabaya. Pentashih selanjutnya adalah Mudawi Ma‟arif beliau

pemegang sanat Muttashi sampai Rasulullah SAW. Qira‟ati riwayar Hafs dan

Qira‟ati Asyarah.39

Umm memiliki beberapa buku panduan yang harus dipelajari murud, yaitu

buku jilid yang terdiri dari jilid 1-6, buku tajwid, dan gharib. Ummi tidak

hanya mengandalkan kekuatan buku yang dipegang anak saja, akan tetapi

lebih kepada tiga kekuatan utama, yaitu:

39
Mansuri dan A. Yususf, Belajar Mudah Membaca Al-Qur’an Ummi, (Surabaya: KPI,
2007), H. 4
26

1) Pengelolaan yang baik

2) Mutu guru

3) Sistem berbasis mutu

h. Metode Halaqah

Halaqah artinya lingkaran. Lembaga ini dikenal dengan sistem halaqah yang

mana biasanya seorang guru duduk diatas lantai sambil menerangkan,

membacakan karangan atau komentar orang lain terhadap suatu karya-karya

pemikiran. Murid-murid akan mendengarkan penjelasan guru dengan duduk

diatas lantai, yang melingkari gurunya. Sistem ini merupakan gambaran dari

murid-murid yang berkumpul pada saat itu. Metode ini bahkan berkembang

sampai sekarang, seperti di pesantren. Sistem halaqah tidak mengenal kelas,

semua jenjang dan umur berkumpul bersama untuk mendengarkan penjelasan

guru, tidak dibedakan atara usia dan jenjang pendidikan. Kegiatan halaqagh

ini biasa dilaksanakan di mesjid atau di rumah.

Halaqah yang dilaksanakan di rumah biasanya dilaksanakan oleh seorang

ulama dengan mengundang ulama-ulama lainatau muridnya untuk berdiskusi,

berdebat atau mengajar kepada murid. Kegiatan ini berlangsung secara

kontiniu. Bahkan setelah adanya madrasah sistem halaqah tidak husus

mengajar atau mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga filsafat atau

pengetahuan umum lainnya. Oleh karena itu halaqah biasa dikelompokkan

kedalam lembaga pendidikan yang terbuka terhadap pengetahuan umum.40

40
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Ilmu, 1999), h. 49-50
27

C. Kesulitan Membaca Al-Qur’an

1. Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Membaca merupakan proses komunikasi antara pembaca dengan penulis

teks yang ditulisnya, maka secara langsung di dalamnya terdapat hubungan

kognitif antara bahasa lisan dengan bahasa tulis. Adapun unsur membaca ada tiga

, yaitu bermakna sebagai unsur bacaan, kata sebagai unsur yang membawa makna,

dan simbol tertulis di artikan sebagai unsur visual.41

Kemampuan siswa dalam membaca al-Qur‟an merupakan dasar untuk

mencerna apa yang ada di dalam al-Qur‟an. Kemampuan membaca al-Qur‟an

pada siswa harus dibentuk dan dilatih pada masa usia balita. Jika pelatihan untuk

membaca al-Qur‟an ini dimulai pada masa anak sudah beranjak dewasa atau

remaja maka proses pembelajaran yang akan dilakukan terkadang lebih sulit dari

pada dilakukan pada masa kanak-kanak.

Membaca merupakan kegiatan kompleks yang meliputi fisik dan mental.

Kegiatan fisik yang berkaitan dengan membaca ialah gerak mata dan daya

penglihatan. Aktifitas mental meliputi ingatan dan pemahaman. Setiap orang

dapat membaca dengan baik jika bisa melihat huruf dengan jelas, bisa

menggerakkan mata secara lincah, mampu mengingat simbol-simbol bahasa

dengan tepat, dan memiliki penalaran untuk menguasai bacaan.42

Itulah mengapa di dalam Islam anak harus dididik mulai mereka masih

berada di dalam kandungan. Anak akan sulit untuk membaca al-Qur‟an ketika

41
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 143.
42
Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.
158.
28

telinga mereka tidak dapat untuk mendengar ayat-ayat suci al-Qur‟an. Islam

menganjurkan kepada ibu yang tengah mengandung agar mereka selalu

memperbanyak ibadah.43

Kesulitan belajar juga merupakan beragam gangguan dalam menyimak,

membaca, menulis, berbicara, dan berhitung karena faktor internal individu itu

sendiri, yaitu disfungsi minimal otak.44 Kesulitan belajar dapat disebabkan

berbagai hal. Kesulitan belajar dapat diketahui dari menurunnya kinerja akademik

dan munculnya kelainan perilaku siswa, baik yang berkapasitas tinggi maupun

yang berkapasitas rendah.45

Menurut para ulama ahli ushul fiqih menjelaskan bahwa Al-Qur‟an adalah

kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang

melemahkan lawan) diturunkan kepada penghulu para nabi dan rasul (yaitu nabi

Muhammad) melalui perantara malaikat Jibril yang tertulis pada mushaf, yang

diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dinilai ibadah membacanya, yang

dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas.46

Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan kesulitan membaca pada anak

karena anak tidak diajarkan selama berada di dalam kandungan anak tidak terbiasa

mendengar ayat al-Qur‟an dan membaca juga merupakan kegiatan yang dapat

melatih gerak mata dan daya penglihatan.

43
Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.
159.
44
Yulinda Erna Suryani, Kesulitan Belajar, Megistra No 73 Th.XXII September 2010,
ISSN 0215-951.
45
Sopiatin dkk, Psikologi Belajar dalam Islam (B0g0r: Ghalia Indonesia, 2011), h. 17
46
Sopiatin dkk, Psikologi Belajar dalam Islam (B0g0r: Ghalia Indonesia, 2011), h. 16-17
29

2. Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Setiap anak itu unik. Mengapa dikatakan unik karena setiap anak tidaklah

sama. Ada beberapa anak yang mudah menangkap respon dari luar, tetapi tidak

sedikit juga anak yang lambat menangkap respon. Mereka memiliki alur

perkembangan yang berbeda satu sama lain. Inilah yang dinamakan proses

keseimbangan kehidupan.47

Kesulitan membaca al-Qur‟an pada siswa biasanya akan nampak dengan

jelas. Dengan adanya perilaku yang tidak biasa. Tapi sangat penting untuk diingat

bahwa faktor yang paling utama mempengaruhi kesulitan yang dialami oleh siswa

biasanya berasal dari diri siswa itu sendiri. Di bawah ini kami jelaskan beberapa

faktor-faktor yang menyulitkan siswa dalam belajar membaca Al-Qur‟an

a. Faktor internal

1) Daya ingat anak rendah. Daya ingat atau memori yang sangat rendah dapat

mempengaruhi hasil belajar seseorang. Anak-anak yang sudah rajin belajar

dengan keras tetapi daya memori nya dibawah rata-rata hasilnya akan kalah

dengan anak-anak yang memiliki daya memori yang tinggi.

2) Terganggu nya ala-alat indra pada anak. Kita semua pasti tahu bahwa

kesehatan adalah salah satu hal yang paling penting yang menentukan

kegiatan kita sehari-hari. Begitupun juga pada saat belajar, anak yang

memiliki masalah pada mata tentu anak akan merasa kesulitan saat

mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan dunia penglihatan. Begitupun

47
Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogyakarta: Juvalitera, 2011), h.
11.
30

dengan anak yang menderita tunarungu, tentu dia akan merasa kesulitan saat

mempelajari seni musik dan sebagainya.

3) Usia pada anak. Usia juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

gangguan belajar pada anak. Usia yang masih muda ataupun usia yang

sudah terlalu tua dapat mengakibatkan seorang anak kesulitan untuk

menerima materi belajar.

4) Jenis kelamin pada anak. Jenis kelamin juga sangat mempengaruhi hasil

belajar pada anak. Anak perempuan umumnya lebih mudah belajar yang

berkaitan dengan ilmu sosial. Sebaliknya, anak laki-laki kebanyakan lebih

menyukai pelajaran yang langsung berhubungan dengan praktik.

5) Kebiasaan belajar atau rutinitas pada anak. Seorang anak yang memiliki

jadwal belajar tertentu setiap harinya biasanya juga akan mengalami

perbedaan prestasi dengan anak yang belajarnya tidak terjadwal setiap

harinya.48

b. Faktor eksternal

1) Faktor pada keluarga. Keluarga adalah pusat pendidikan yang paling utama

dan pertama bagi anak. Tetapi dapat juga menjadi faktor yang menyebabkan

kesulitan belajar pada anak.

2) Keadaan ekonomi keluarga. Ekonomi pada keluarga yang kurang mampu

dapat membuat anak lebih rajin membantu orang tua dibandingkan belajar.

48
Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, (Jogyakarta: Juvalitera, 2011), h.
19-20
31

Sedangkan anak yang lahir dari keluarga ekonomi yang mapan terkadang

membuat mereka malas belajar.

3) Faktor lingkungan sekolah. Sekolah merupakan komponen yang ada di

dalam maupun yang di luar kelas sangat mempengaruhi proses belajar pada

anak.

4) Faktor lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang dimaksud disini adalah

lingkungan tempat tinggal anak, kegiatan dalam masyarakat, dan juga

teman-teman pergaulan. Diantara ketiga lingkungan sosial diatas yang

sangat berpengaruh pada siswa adalah lingkungan teman pergaulan.49

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan siswa kesulitan membaca al-Quran itu ada dua macam yaitu

faktor internal seperti daya ingat rendah, terganggu nya ala-alat indra, usia

anak, jenis kelamin, kebiasaan belajar. Selanjutnya faktor eksternal seperti

faktor keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, faktor sekolah, lingkungan

sosial.

49
Abu Ahmad, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.
85-92.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti ialah penelitian kualitatif,

dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan oleh peneliti bukan angka-

angka, tetapi data tersebut berupa wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi. Seperti yang dikemukakan oleh Bodgan dan Taylor yang dikutip

Lexy J. Moleong. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati.50

Peneliti turun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang di

butuhkan dan objek yang dibahas. Penelitian lapangan ini untuk mengetahui

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca

Al-Qur‟an Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana dilakukannya suatu penelitian

untuk memperoleh data penelitian. Lokasi penelitian bertempat di SMPN 3

Baraka, Kab. Enrekang. Objek penelitian dapat dikatakan sebagai situasi

sosial penelitian yang ingin diketahui apa saja yang terjadi di dalamnya. Objek

dari penelitian ini adalah siswa dan guru.

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi Revisi (Bandung: PT Remaja


50

Rosdakarya, 2012), h. 4.

29
30

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ialah rangkaian, susunan permasalahan yang

dijelaskan dalam topik penelitian, sehingga dengan terfokus ini peneliti

mampu mengumpulkan data dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

penelitian.51 Fokus penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peranan guru pendidikan agama Islam

2. Kesulitan membaca al-Qur‟an

D. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam merupakan seorang pengajar di

sekolah yang bertujuan untuk mendidik dan mengarahkan siswa dalam

pembelajaran, guru juga sebagai motivator bagi siswa untuk meningkatkan

semangat belajar siswa, membimbing dalam berperilaku yang baik kepada

siapapun.

2. Kesulitan Membaca Al-Qur‟an Siswa adalah anak yang memiliki

kesulitan dalam membaca biasanya menunjukkan kebiasaan yang tidak

wajar, anak sering memperlihatkan gerakan-gerakan yang penuh dengan

ketegangan seperti gelisah, suara meninggi dan menggigit bibir, anak juga

memperlihatkan perasaan tidak aman seperti menolak untuk membaca,

menangis dan melawan guru.

51
PenelitianIlmiah.com, diakses dari http://penelitianilmiah.com/contoh-fokus-penelitian,
2020, (diakses 6 Februari 2021)
31

E. Sumber Data Penelitian

Sumber data pada penelitian ini ialah, peneliti menjelaskan informasi

yang dikumpulkan terkait dengan fokus dan sub fokus penelitian. Maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

1. Sumber primer, yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Adapun yang akan menjadi sumber data primer dalam

penelitian ini ialah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan siswa

di SMPN 3 Baraka.

2. Sumber sekunder, yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen. Bila

dilihat dari teknik atau cara pengumpulan data, maka teknik pengumpulan

data yang di gunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi.52

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang akan di gunakan oleh

seorang peneliti untuk mendapatkan data penelitian. Keberhasilan suatu

peneliti ditentukan oleh instrumen peneliti yang akan digunakan. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

52
Hardayani, Metode Penelitian Kualitatif&Kuantitatif, (cet-1; Yogyakarta: Pustaka Ilmu,
2020), h. 121.
32

1. Observasi. Observasi ialah kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek

dengan menggunakan alat indera yaitu melalui penglihatan, pendengaran,

pengecap, peraba, penciuman.53

2. Wawancara. Wawancara ialah proses yang dilakukan untuk mendapatkan

keterangan melalui tanya jawab antara pewawancara dengan orang yang

akan di wawancarai untuk mendapatkan informasi yang kongkrit mengenai

permasalahan yang di teliti.54

3. Dokumentasi. Dokumentasi ialah cara yang dilakukan untuk mengumpulkan

data dengan cara mempermudah informasi dari berbagai sumber tertulis

maupun dokumen yang ada di responder.55

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian dibutuhkan teknik pengumpulan data.

Maka peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Teknik observasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah observasi

partisipatif karena peneliti dengan sumber data selama penelitian

berlangsung. Pada saat observasi kegiatan yang dilakukan adalah

mengamati pembelajaran PAI yang sedang berlangsung di kelas pada setiap

hari Kamis.

53
SuharsimiArikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (cet-14; Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), h. 199.
54
Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Cet. IV; Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), h. 108.
55
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. XI; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h.
18.
33

2. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara

terstruktur karena teknik ini sangat memudahkan peneliti untuk

mendapatkan informasi. Hasil wawancara dari setiap informan akan ditulis

lengkap dengan menggunakan kode-kode dalam transkip tersebut, adapun

informan yang akan di wawancarai ialah guru dan siswa kelas VII SMPN 3

Baraka Kab. Enrekang.

3. Dokumentasi

Dokumen yang diperoleh yaitu dokumen yang berbentuk tulisan yang

berisikan tentang profil sekolah SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang dan

dokumen gambar pembelajaran membaca al-Qur‟an di kelas.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dimana suatu

proses penggambaran keadaan yang sebenarnya melalui kata-kata. Analisis

data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan. Adapun analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Reduksi Data (reducation)

Mereduksi yaitu merangkum, proses pemilihan, memilih hal yang

pokok dan penting lalu dicari tema dan pola nya. Tahap ini peneliti memilih

informasi relavan dan tidak relavan dengan penelitian. Setelah direduksi data

akan mengerucut. Semakin sedikitnya dan mengarah ke inti permasalahan

sehingga dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai objek penelitian.


34

2. Penyajian Data ( data display)

Setelah dilakukan reduksi data, selanjutnya ialah menyajikan data. Data

yang disajikan dalam bentuk tabel dan uraian penjelasan yang bersifat

deskriptif.

3. Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir penarikan kesimpulan. Setelah semua data tersedia,

permasalahan yang menjadi objek penelitian dapat dipahami selanjutnya ditarik

kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian.56

56
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 247.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMPN 3 Baraka

SMPN 3 Baraka adalah salah satu SMP Negeri yang berlokasi di Dusun

Awo, Desa Kendenan, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. SMPN 3

Baraka saat ini dipimpin oleh Bapak Mukhtar, S.Pd. Sekolah ini berdiri pada

tahun 1994 di atas tanah milik sendiri berdasarkan SK pemerintah pusat. Guru

yang bertugas di SMPN 3 Baraka ada yang berstatus pegawai negeri dan ada

juga guru honorer. Karena keberadaan sekolah ini sudah lama maka kontribusi

lembaga pendidikan sangat jelas dirasakan karena telah melahirkan alumni

yang kini ada yang berprofesi sebagai pegawai, guru, TNI.

2. Profil Sekolah

4) Nama Sekolah : SMPN 3 BARAKA

5) NSS 201191650322

6) NPSN 40313176

7) Provinsi : Sulawesi Selatan

8) Kabupaten : Enrekang

9) Kecamatan : Baraka

10) Desa : Kendenan

11) Dusun : Awo

12) Kode Pos 91753

35
36

13) Daerah : Pedesaan

14) Status : Negeri

15) Akreditasi :B

16) Penerbit SK : Pemerintah Pusat

17) Tanggal SK

Pendirian : 1994-10-05

18) Tanggal SK

Izin Operator :1910-01-01

19) Tahun Berdiri 1994

20) Bangunan Sekolah : Milik Sendiri

21) Kegiatan Belajar

Mengajar : Pagi

22) Jarak ke pusat

Kecamatan : 13KM

23) Jarak Ke Pusat

Otoda : 50 KM

3. Visi dan Misi SMPN 3 BARAKA

a. Visi

Terwujudnya peserta didik yang berani, cerdas, terampil, dan

berwawasan global
37

b. Misi

1. Menanamkan keimanan dan ketakwaannya melalui pengamalan

ajaran agama

2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan

3. Mengembangkan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

berdasarkan minat, bakat potensi peserta didik

4. Membina peserta didik, melalui pembiasaan, kewirausahaan dan

pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan

5. Menjalin kerja sama yang harmonis antar warga sekolah dan

lembaga lain yang terkait

4. Daftar Nama Guru Dan Mata Pelajaran SMPN 3 Baraka

Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan orang yang terpenting.

Guru merupakan orang yang dapat ditiru, oleh sebab itu guru harusnya bisa

memberikan contoh yang baik dan menjadi teladan kepada siswa nya.

Keberhasilan proses belajar mengajar tidak terlepas dari kemampuan guru

memberikan ilmu pengetahuan yang ada dalam dirinya kepada siswa nya.

Jumlah guru yang berada di SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang yaitu 13 orang,

berikut perinciannya:
38

Tabel 1 : Data Guru dan Karyawan

NO Nama Tempat Guru Jabatan


Tanggal Lahir Mapel
1 Mukhtar. S.Pd. Camba Kepala
-
03-08-1961 Sekolah
2 Iskandar Batusitanduk, Wakasek/
PKN
Congkeng, S.Pd. 22-5-1968 Guru
3 Akbar. SE Bassarang
IPS Guru
31-12-1961
4 Nurianti Galo S.Pd Tanah Toraja
IPA Guru
12-10-1972
5 Drs. Syahidin Baraka
PAI Guru
31-12-1963
6 Hasyim Nur S.Pd. Kalimbua Seni
Guru
03-01-1981 Budaya
7 Nur Laela S.Pd.i Bule Bahasa
Guru
23-05-1980 Inggris
8 Musliadi S.Pd Salubarani Matematik
Guru
21-02-1992 a
9 Rahmania S.Pd. Kalimbua Bahasa
Guru
15-06-1988 Inggris
10 Muh. Naim S.Pd Bone-bone Bahasa
Guru
14-03-1989 Indonesia
11 Jupri S.Pd Awo
Prakarya Guru
08-04-1991
12 Irfan S.Pd Baraka
- BK
28-02-1994
13 Bhatara Rhesyah Buntu lamba
PJOK Guru
V. S.Pd 14-03-1997
Sumber: Dokumentasi Tata Usaha SMPN 3 Baraka T.A 2021

5. Keadaan Siswa

SMPN 3 Baraka memiliki jumlah siswa 65 dengan rincian 26 orang

berjenis kelamin laki-laki dan 39 orang berjenis kelamin perempuan yang

100% menganut agama Islam,

Adapun rincian nya sebagai berikut.


39

Tabel 2: Jumlah Siswa

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1 VII 13 9 22

2 VIII 3 17 20

3 IX 10 13 23

4 Jumlah 26 39 65

Sumber: Dokumentasi Tata Usaha SMPN 3 Baraka T.A 2021

6. Sarana dan Prasarana

Dengan sarana prasarana yang memadai secara tidak langsung

meningkatkan kualitas dan dapat menumbuhkan nilai karakter siswa di SMPN

3 Baraka Kab. Enrekang. Untuk mengetahui apa sarana dan prasarana yang

terdapat di sekolah tersebut, berikut peneliti akan paparkan. Adapun sarana

dan prasarana yaitu:

Tabel 3: Fasilitas Sekolah

No Jenis Bangunan/ Gedung dan Lain-lain Jumlah Keterangan

1 Bangunan Gedung Sekolah 1 Baik

2 Ruangan Kepala Sekolah 1 Baik

3 Ruangan Wakil Kepala Sekolah 1 Baik

4 Ruangan Guru 1 Baik

5 Ruangan Tata Usaha 1 Baik

6 Ruangan Lab Fisika 1 Baik


40

7 Ruangan Lab Matematika 1 Baik

8 Ruangan Serbaguna 1 Baik

9 Ruangan Kelas 6 Baik

10 Perpustakaan 1 Baik

11 Rumah Guru 4 Baik

12 Mesjid 1 Baik

14 Wc 5 Baik

15 Dapur 1 Baik

Sumber: Dokumentasi Tata Usaha SMPN 3 Baraka T.A 2021

7. Unit Kegiatan Siswa

Untuk meningkatkan potensi dan bakat siswa di luar bidang akademis,

maka terdapat beberapa unit kegiatan di SMPN 3 Baraka yang dapat menjadi

wahana penyaluran berbagai keterampilan yang mereka miliki. Berikut data

kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SMPN 3 Baraka:

Tabel 4: Unit Kegiatan Siswa

No Kegiatan Ekstrakulikuler Keterangan

1 OSIS Tidak Aktif/Ada

2 Pramuka Tidak Aktif/Ada

3 Baca Tulis Al-Qur‟an (BTA) Tidak Aktif/Ada

4 Mulok Aktif/Ada

Sumber: Dokumentasi Tata Usaha SMPN 3 Baraka T.A 2021


41

B. Hasil Penelitian

1. Gambaran kesulitan membaca Al-Qur’an siswa kelas VII SMPN 3

Baraka Kab. Enrekang

Untuk kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3

Baraka Kab. Enrekang siswa masih terbata-bata pada saat membaca al-

Qur‟an, dan dalam membaca makharijul huruf beberapa siswa belum bisa

membedakan antara, ‫ س‬,‫ ز‬,‫ ش‬,‫ ث‬,‫ ذ‬dan ‫ص‬. Akan tetapi pada saat peneliti

melakukan observasi peneliti menemukan bahwa siswa kelas VII SMPN 3

Baraka Kab. Enrekang memiliki kualitas yang berbeda dalam membaca Al-

Qur‟an. Seperti halnya dengan siswa laki-laki rata-rata tidak memahami

makharijul huruf dan terbata-bata saat membaca Al-Qur‟an sedangkan siswa

perempuan hanya ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam seperti

terbata-bata pada saat membaca al-Qur‟an, dan ada juga yang belum tepat

makharijul huruf nya, dan dalam membaca makharijul huruf beberapa siswa

belum bisa membedakan antara, ‫ س‬,‫ ز‬,‫ ش‬,‫ ث‬,‫ ذ‬dan ‫ص‬. Disamping itu adanya

beberapa faktor dari siswa yang memiliki latar belakang keluarga yang

berbeda-beda.

Hal ini juga sama dengan salah satu pendapat siswa yang bernama

Hasna K . Dia mengatakan bahwa

“ Saya tidak lancar membaca Al-Qur‟an karena saya hanya belajar Al-

Qur‟an saat di TPQ itu pun saya jarang datang”57

57
Hasna K (Kelas VII) Wawancara di Sekolah SMPN 3 Baraka, 20 Mei 2021
42

Hal senada juga disampaikan oleh bapak Drs. Syahidin mengenai

kesulitan yang dialami siswa nya, bahwa:

“ Rata-rata siswa yang ada di sekolah ini terutama siswa kelas VII sangat
kesulitan seperti terbata-bata pada saat membaca al-Qur‟an, dan ada
juga yang belum tepat makharijul huruf nya, dan dalam membaca
makharijul huruf beberapa siswa belum bisa membedakan antara, ,‫ ث‬,‫ذ‬
‫ س‬,‫ ز‬,‫ ش‬dan ‫ص‬. Selain itu juga ada beberapa siswa yang memiliki latar
belakang keluarga yang berbeda sehingga beberapa siswa tidak
menguasai pada saat membaca Al-Qur‟an. Sebagian siswa yang lain
sudah lancar dalam membaca Al-Qur‟an karena memang mereka rajin
belajar mengaji di TPQ dan dan lingkungan rumahnya”58

Dari pemaparan di atas dapat difahami bahwa: Gambaran kesulitan

membaca Al-Qur‟an siswa SMPN 3 Baraka khususnya siswa kelas VII adalah

ada sebagian siswa yang masih terbata-bata dan belum tepat makharijul huruf

nya dan ada pula yang belum bisa membedakan huruf yang hampir sama

penyebutan nya. Selain itu siswa juga memiliki latar belakang keluarga yang

berbeda ada yang berasal dari keluarga yang memang paham betul pentingnya

membaca Al-Qur‟an dan ada pula siswa yang memiliki keluarga yang tidak

peduli akan hal itu.

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al-

Qur‟an setiap siswa yang tidak ditemukan siswa di lingkungan keluarga

seperti dengan mengikuti TPQ karena kegiatan seperti ini sangat bermanfaat

untuk siswa dan siswa dapat menjadi generasi Qur‟an yang mencintai Al-

Qur‟an dan menjadikan Al-Qur‟an sebagai pedoman dan pandangan hidup

sehari-hari.

58
Drs. Syahidin ( Guru Mata Pelajaran PAI) Wawancara di SMPN 3 Baraka, 24 Mei
2021
43

Dan siswa yang lancar membaca Al-Qur‟an selain dari latar belakang

keluarganya tetapi juga karena siswa tersebut juga rajin mengikuti TPQ di

sekitar rumahnya adapun siswa yang tidak lancar membaca Al-Qur‟an itu

kebanyakan bermalas-malasan saat mengikuti TPQ dan memang ada yang

jarang ikut TPQ.

Selain itu menurut Bapak Drs. Syahidin selaku guru pendidikan agama

Islam di SMPN 3 Baraka bahwa:

“Kesulitan lainnya yaitu ada beberapa siswa yang malu dan ada memang

yang tidak mau belajar”59

Dari pernyataan diatas dapat difahami bahwa gambaran kesulitan

membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka adalah kurangnya

kepercayaan diri siswa pada saat membaca Al-Qur‟an di depan guru dan

teman-temannya dan ada juga beberapa siswa yang tidak malas belajar Al-

Qur‟an.

Adapun hasil wawancara degan siswa yang bernama Hasna K sebagai

berikut:

“Kalau saya masih belum tepat makharijul huruf nya, dan belum bisa
membedakan antara, ‫ س‬,‫ ز‬,‫ ش‬,‫ ث‬,‫ ذ‬dan ‫ص‬. Tapi kalau hanya sekedar
membaca ya saya bisa”60

Dari pernyataan di atas dapat difahami bahwa gambaran kesulitan

membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka adalah ada beberapa

kesulitan yang di dapatkan seperti sebagian siswa belum tepat makhrijul huruf

59
Drs. Syahidin ( Guru Mata Pelajaran PAI) Wawancara di SMPN 3 Baraka, 24 Mei
2021
60
Hasna K (Kelas VII) Wawancara di Sekolah SMPN 3 Baraka, 20 Mei 2021
44

dan sebagian siswa belum bisa membedakan huruf yang hampir mirip dan ada

juga siswa yang hanya sekedar membaca saja tanpa memperhatikan

makharijul huruf nya.

Berikut adalah kutipan hasil wawancara bapak Drs Syahidin selaku

guru pendidikan Islam mengatakan bahwa:

“Niat siswa masih setengah-setengah dan kurangnya gairah siswa dalam


mempelajari Al-Qur‟an terutama siswa laki-laki sedangkan perempuan
rata-rata bisa dan adapun kendalanya itu siswa yang ada di sini malas
belajar apalagi setelah adanya Covid-19”61

Dari pemaparan di atas dapat difahami bahwa gambaran kesulitan

membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka adalah Jika di teliti

lebih dalam lagi, adapun kesulitan yang paling besar yang dialami oleh siswa

kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang itu adalah niat terutama untuk siswa

laki- laki karena niat itu sangat penting untuk meningkatkan minat belajar

siswa. Niat yang sudah tertanam dalam diri siswa, niat untuk belajar mengaji

di TPQ dan niat belajar mengaji di rumah walaupun belum lancar dalam

membaca Al- Qur‟an. Dan salah satu yang menjadi kendala nya itu adalah

siswa malas belajar semenjak adanya covid-19 karena kebanyakan siswa pada

saat ini sibuk dengan gadget nya masing-masing sehingga lupa waktu belajar.

Dari pemaparan beberapa data di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa, gambaran kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3

Baraka Kab. Enrekang yaitu masih adanya di temui siswa yang belum tepat

makharijul huruf nya, dan dalam membaca makharijul huruf beberapa siswa

61
Drs. Syahidin ( Guru Mata Pelajaran PAI) Wawancara di SMPN 3 Baraka, 24 Mei
2021
45

belum bisa membedakan antara, ‫ س‬,‫ ز‬,‫ ش‬,‫ ث‬,‫ ذ‬dan ‫ ص‬yang disebabkan oleh

latar belakang keluarga mereka yang kurang paham tentang agama sehingga

beberapa siswa tidak menguasai pada saat membaca Al-Qur‟an dan kurangnya

niat dan kurangnya gairah siswa dalam mempelajari Al-Qur‟an.

2. Metode yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam


mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa kelas VII SMPN 3
Baraka Kab. Enrekang.

Metode ialah cara yang teratur untuk menjalankan suatu pekerjaan agar

memperoleh sesuatu yang diinginkan, cara kerja yang bersistem untuk

mempermudah proses pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai suatu

tujuan yang ditentukan62.

Metode pengajaran dapat ditentukan dan digunakan dengan dasar bahan

pengajaran dan tujuan pengajaran. Metode ialah suatu alat untuk menjelaskan

bahan pengajaran agar sampai pada tujuan pembelajaran, penilaian terhadap

metode terlebih dari segi pemilihan dan penggunaan pada saat pengajaran

sedang berlangsung. patokan penilain dilihat dari ketepatannya dengan tujuan

dan bahan pengajaran. Keampuhannya dalam meningkatkan kegiatan

pengajaran siswa yang diselaraskan dengan karakteristik siswa dan

karakteristik kelas, nilai praktisnya bagi guru dan siswa, ketepatan waktu yang

tersedia, dan sumbangannya terhadap hasil belajar yang didapatkan oleh

62
Ebta setiawan, Arti Kata Metode, http/www.kbbi.co.id/arti-kata/metode, (diakses pada
16 juni 2021, pukul 00:22)
46

siswa. Hasil penilaian ini sangatlah berguna bagi guru dalam menentukan dan

menggunakan metode pengajaran.63

Di dalam dunia pendidikan guru mempunyai arti yang sangat penting

dalam kehidupan siswa, guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang

begitu besar untuk mencerdaskan siswa nya sehingga, guru harus bisa

melengkapi dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan dapat

membantu dalam menjalankan tugas nya. Guru harus mampu mengoptimalkan

perannya di kelas, salah satunya adalah mempunyai metode dalam mengatasi

kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa.

Walaupun siswa mempunyai perbedaan dalam proses pembelajaran

tetapi peningkatan kualitas siswa tetaplah menjadi prioritas yang utama bagi

guru dan hal yang paling penting yang dibutuhkan oleh guru dalam mengatasi

kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa adalah dengan mencari metode yang

paling tepat untuk mengajarkan Al-Qur‟an kepada siswa. Oleh karena itu

pengajaran Al-Qur‟an merupakan fondasi utama dalam Islam yang harus

ditanamkan kepada diri anak-anak agar mereka tumbuh sesuai dengan

fitrahnya.

Berdasarkan kutipan hasil wawancara dengan bapak Drs. Syahidin,

mengatakan bahwa:

“Saat ini saya menggunakan metode Iqra, dulu saya sempat


menggunakan metode baghdadia tapi tidak bertahan lama karena siswa
tidak menyukai nya ditambah lagi mereka belajar di TPQ di sekitar
tempat tinggal mereka, selain itu metode ini pilihan mereka sendiri tapi
untuk kelas VII saat ini perubahan belum begitu menonjol saya lihat

63
Ahmad Rohani HM, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2004), h.
177-178
47

karena beberapa bulan belakangan ini mereka sekolah online karena


adanya covid-19”.64

Dari penjelasan di atas dapat difahami bahwa metode yang digunakan

guru dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa adalah Karena di

kelas VII SMPN 3 Baraka hanya ada satu kelas maka metode yang digunakan

di sini adalah metode iqro sempat menggunakan metode bagdadiah tapi tidak

bertahan lama karena siswa lebih menyukai metode iqro guru juga

menyesuaikan dengan metode yang digunakan di tempat mengaji siswa di

lingkungan tempat tinggalnya. Walaupun perubahan yang di dapatkan di kelas

VII belum menonjol karena pembelajaran BTA di berhentikan untuk

sementara.

Adapun kutipan wawancara dengan bapak Drs. Syahidin selaku guru

pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa:

“Di sekolah ini sebelum memulai pembelajaran kami sebagai guru


menyuruh siswa untuk membaca Al-Qur‟an sebelum memulai
pembelajaran sekitar 7 menit”.65

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat difahami bahwa pada jam

pertama sebelum memulai pembelajaran siswa diwajibkan untuk membaca Al-

Quran sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Secara tidak langsung

kebiasaan ini sanat bermanfaat bukan hanya untuk siswa tetapi juga untuk

gurunya, kebiasaan ini menuntut mereka agar bisa membaca Al-Qur‟an karena

belum tentu saat sore ataupun malam hari mengaji di rumah karena sudah

64
Drs. Syahidin ( Guru Mata Pelajaran PAI) Wawancara di SMPN 3 Baraka, 24 Mei
2021
65
Drs. Syahidin ( Guru Mata Pelajaran PAI) Wawancara di SMPN 3 Baraka, 24 Mei
2021
48

banyak godaan seperti televisi, smartphone, dan bermain dengan teman-

temannya. Dan membaca Al-Qur‟an adalah sumber hukum Islam yang paling

utama dan di dalamnya di jelaskan sumber Islam sesuai dengan ajarannya.

Dalam satu kelas yang peneliti wawancarai secara bersamaan

kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa belajar Al-Qur‟an sangan penting

untuk bekal kita ketika meninggal. Peneliti melihat bahwa siswa kelas VII

SMPN 3 Baraka sudah memahami pentingnya membaca Al-Qur‟an tapi

mereka belum memiliki kesadaran dalam hati dan pikiran mereka untuk

belajar Al-Qur‟an.

Dapat diambil kesimpulan bahwa Metode yang digunakan guru

pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an

siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang ialah dengan menggunakan

metode iqro karna menyesuaikan dengan metode yang digunakan di TPQ

tempat siswa belajar Al-Qur‟an di luar sekolah dan guru juga membiasakan

siswa untuk mengaji sebelum memulai pembelajaran.


49

3. Peran guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan

membaca Al-Qur’an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang.

Peran adalah aspek dinamis kedudukan ketika seseorang melaksanakan

hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut

telah melaksanakan suatu peran.66

Peran guru seperti perilaku dan tindakan guru untuk menyampaikan

ilmu pengetahuan dan wawasannya kepada siswa jika membahas tentang

peran ada dua hal yang tidak terlepaskan dari guru yakni hak dan kewajiban,

berikut adalah peran guru agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca

Al-Qur‟an siswa

Adapun kutipan wawancara dengan bapak Drs. Syahidin selaku

guru pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa:

“Peran guru sangatlah banyak seperti dari mengajar, melatih, mendidik,


dan lain-lain. Kita sebagai guru ya harus ekstra sabar dan dapat
mengambil peran dalam menghadapi setiap siswa, kita sebagai guru
tidak hanya mengajarkan tentang materi yang ada didalam buku tetapi
juga kami mencoba membantu siswa agar bakat dan potensinya
berkembang terutama dalam membaca Al-Qur‟an”. 67

Dari pernyataan di atas dapat difahami bahwa peran guru pendidikan

agama Islam adalah peran guru itu sangatlah banyak seperti mengajar,

melatih, dan mendidik siswa. Guru pada saat ini diharapkan bukan hanya

menjadi seorang pengajar yang hanya memberikan materi pembelajaran di

kelas tetapi guru juga harus menjadi seorang pendidik yang dapat

66
Wikipedia, peranan, https://id.m.wikipedia.org/wiki/peranan, (diakses pada 16 juni
2021, pukul11-15)
49 Drs. Syahidin ( Guru Mata Pelajaran PAI) Wawancara di SMPN 3 Baraka, 24
2021
50

mengarahkan siswa agar bakat dan potensi siswa dapat berkembang terutama

dalam membaca Al-Qur‟an dengan begitu guru harus ekstra sabar dalam

menghadapi tingkah laku siswa agar dapat mengatasi kendala-kendala yang

dialami oleh siswa.

Adapun kutipan wawancara dengan bapak Drs. Syahidin selaku guru

pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa:

“Guru juga harus bisa memahami sifat dan karakter dari setiap siswa

karena siswa mempunyai karakter yang berbeda-beda”68

Dari pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa adapun peran guru

pendidikan agama Islam di kelas VII SMPN 3 Baraka yang peneliti temukan

ialah dengan memahami sifat dan karakter dari setiap siswa, karena setiap

siswa memiliki karakter sendiri baik dalam gaya belajar atau kemampuan.

Dengan memahami karakter siswa adalah sesuatu yang sangat penting karena

dengan mengenal karakter siswa guru akan mampu membimbing siswa agar

kegiatan pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya dan mendapatkan hasil

yang baik.

Dengan memahami sifat setiap siswa terutama dalam hal latar belakang

siswa, status sosial, budaya dan juga kemampuan dasar siswa sehingga guru

akan lebih gampang untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai

50 Drs. Syahidin ( Guru Mata Pelajaran PAI) Wawancara di SMPN 3 Baraka, 24


2021
51

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga akan berpengaruh pada

mutu pembelajaran yang efektif dan efisien.

Adapun kutipan wawancara dengan bapak Drs. Syahidin selaku guru

pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa:

“Di sini juga ada ekstrakulikuler yang bernama BTA dulu setiap hari
sabtu siswa berkumpul di mesjid sekolah untuk belajar Al-Qur‟an
namun di sayangkan saat ini BTA tidak berjalan seperti dulu karena
harus diberhentikan untuk sementara”.69

Dari penjelasan di atas dapat difahami bahwa Dengan diadakannya

BTA adalah solusi yang paling tepat untuk mengajarkan siswa tentang Al-

Qur‟an namun untuk kelas VII pada tahun ini BTA tidak berjalan

sebagaimana mestinya karena adanya covid-19 dan mau tidak mau harus

diberhentikan untuk sementara untuk menjaga penularan penyakit tersebut.

Adapun kutipan wawancara dengan bapak Drs. Syahidin selaku guru

pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa:

“ Ketika pembelajaran BTA berlangsung dan ada siswa yang maju ke


depan untu membaca Al-Qur‟an kita juga minta bantuan kepada siswa
yang sudah pintar untuk membantu temanya”.70

Dari kutipan di atas dapat difahami bahwa tidak hanya guru yang

mempunyai peran penting dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an

akan tetapi teman-teman kelas pun juga ikut berperan akan hal ini misalnya

dengan membantu teman ketika kesulitan dalam membaca Al-Qur‟an.

69
Drs. Syahidin ( Guru Mata Pelajaran PAI) Wawancara di SMPN 3 Baraka, 24 Mei
2021
70
Drs. Syahidin ( Guru Mata Pelajaran PAI) Wawancara di SMPN 3 Baraka, 24 Mei
2021
52

Dapat diambil kesimpulan bahwa Peran guru pendidikan agama Islam

dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3

Baraka Kab. Enrekang adalah dengan memahami sifat dan karakter dari

setiap siswa, karena setiap siswa memiliki karakter sendiri baik dalam gaya

belajar atau kemampuan. Memahami karakter siswa merupakan sesuatu yang

paling penting karena dengan mengenal karakter siswa sehingga guru akan

mampu menuntun dan membimbing siswa agar kegiatan pembelajaran

berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik dan juga mengajarkan

siswa tentang Al-Qur‟an melalui kegiatan ekstrakulikuler BTA.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Peran Guru Pendidikan

Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur‟an Siswa

Kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang”, maka dapat disimpulkan

bahwa

1. Gambaran kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa skelas VII SMPN 3

Baraka Kab. Enrekang adalah pada masalah tidak bisa membacanya itu.

Rata- rata siswa yang peneliti observasi sebagian sudah bisa dalam

penyebutan makharijul huruf nya, dan dalam membaca makharijul huruf

beberapa siswa juga bisa membedakan antara, ‫ س‬,‫ ز‬,‫ ش‬,‫ ث‬,‫ ذ‬dan ‫ص‬

walaupun terkadang belum lancar. Dan ada beberapa siswa yang lancar

dalam membaca Al-Qur‟an, ada juga yang masih terbata-bata, dan ada

yang masih belajar di tingkat awal.

2. Metode yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi

kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab.

Enrekang adalah metode iqro. Sempat menggunakan metode baghdadia

tapi tidak bertahan lama karena siswa tidak menyukainya ditambah lagi

mereka belajar di TPQ di sekitar tempat tinggal mereka menggunakan

metode iqro, selain itu metode ini adalah pilihan yang sudah disepakati

antara guru dan siswa tapi untuk kelas VII saat ini perubahan belum

53
54

begitu menonjol terlihat karena beberapa bulan belakangan ini kegiatan

pembelajaran BTA di berhentikan untuk sementara karena adanya covid-

19.

3. Peran guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca

Al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang adalah dengan

memahami sifat dan karakter dari setiap siswa, karena setiap siswa

memiliki karakter sendiri baik dalam gaya belajar atau kemampuan.

Memahami karakter siswa merupakan sesuatu yang paling penting karena

dengan mengenal karakter siswa guru akan mampu mengarahkan dan

membimbing siswa agar kegiatan pembelajaran berjalan sebagaimana

mestinya dan mendapatkan hasil yang baik. Dengan memahami karakter

setiap siswa baik dalam hal latar belakang siswa, status sosial, budaya dan

juga kemampuan dasar siswa maka guru akan lebih mudah untuk memilih

metode pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan proses

pembelajaran.
55

B. Saran

Berdasarkan temuan dan kesimpulan peneliti di atas, maka saran

ditujukan kepada

1. Kepada kepala sekolah atau pengelola lembaga pendidikan

Perlu meningkatkan kerja sama dalam meningkatkan motivasi

membaca Al-Qur‟an siswa agar siswa setelah lulus mempunyai bekal yang

tidak hanya bersifat materi akan tetapi kebutuhan spiritual yang paling

penting. Dan untuk kepala sekolah agar kiranya mengaktifkan kembali

kegiatan ekstrakulikuler Baca Tulis Al-Qur‟an (BTA) agar siswa dapat

kembali aktif mempelajari Al-Qur‟an di sekolah.

2. Kepada guru pendidikan agama Islam

Untuk semua peran yang telah dilakukan guru pendidikan agama

Islam yang ada di SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang kami harapkan akan

dapat terus berlanjut. Meneruskan program-program yang sudah berjalan

secara optimal dan semakin meminimalisir segala bentuk hambatan yang

ditemui baik itu hambatan dari siswa maupun dari pihak guru

3. Kepada siswa

Hendaknya siswa lebih giat lagi dalam membaca Al-Qur‟an karena

membaca Al-Qur‟an merupakan ibadah kepada Allah SWT yang

hukumnya Fardhu ‘ain, dan akan menjadi penolong pada hari akhir
56

4. Kepada peneliti

Hendaknya mengembangkan penelitian ini dengan melakukan

penelitian jangkauan lebih luas dan lebih mendalam. Hasil dari peran guru

pendidikan agama Islam dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an

siswa ini belum mendalam dan terdapat banyak kekurangan dikarenakan

keterbatasan waktu, sumber rujukan, serta pengetahuan dan ketajaman

analisis yang dilakukan peneliti, oleh karena itu, diharapkan kepada

peneliti selanjutnya untuk mengkaji ulang secara lebih mendalam hasil

dari penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an dan terjemahan

Abdurrahman Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

AH Hijair dan Sanaky. 2003. Paradigma Pendidikan Islam Membangun


Masyarakat Madani Indonesia, Yogyakarta: Safira Insani Press.

Ahmad Abu, Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Al-albani Syaikh Muhammad Nashiruddin. 2015. Terjemahan RiyadhusShalihin,


Jakarta: Darul Haq.

Al-maliki Sayyud Muhammad Alwi. 2010. Keistimewaan-keistimewaan Al-


Qur’an. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,


Jakarta: Rineka Cipta.

Awaludin Latief. 2012. Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan


Terjemahan Untuk Wanita, Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident.

Awaludin Latief. 2012. Kementerian Agama RI Ummul Mukminin Al-Qur’an Dan


Terjemahan Untuk Wanita, Jakarta: Wali Oasis Terrace Recident.

Bashori Al-Ustasz Abu Hazim bin Muhammad. 2001. Panduan Praktis Tajwid
dan Bid’ah-bid’ah Seputar Al-Qur’an serta 250 Kesalahan dalam
Membaca Al-Fatihah, Magetan: MaktabahDaarulAtsar.

Bungin. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan


Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Djamarah Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik, Jakarta: Rineka Cipta.

Hardayani. 2020. Metode Penelitian Kualitatif&Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka


Ilmu.

Hermawan Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung:


Remaja Rosdakarya.

57
58

Human As‟ad. 2000. Cara Cepat Belajar Al-Qur’an. AMM, Yogyakarta: Balai
Litbag LPTQ. Nasional Team Tadarrus.

Khon Abdul Majid. 2013. Praktik Qira‟at Keanehan Membaca Al-Qur‟an „Ashim
dan Hafash, Jakarta: Amzah.

M Masjkur. 2018. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Self
Control Remaja di Sekolah. At-Tuhfah: Jurnal Keislaman. Vol. 7, No. 1.
http://ejournal.sunan-giri.ac.id/index.php/at-
tuhfah/article/download/114/89/307. (diakses 6 Februari 2021)

Maunah Bintu. 2009. Landasan Pendidikan, Yogyakarta: Teres.

Moloeng Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
PenelitianIlmiah.com, diakses dari http://penelitianilmiah.com/contoh-fokus-
penelitian, 2020, (diakses 6 Februari 2021)

Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Riyadh Sa‟ad. 2007. Anakku Cintailah Al-Qur’an, Jakarta: Aqwam Medika.

Rodja, Risa Maulana Romandon. 2020. Panduan Sertifikasi Guru Berdasarkan


Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta: Dunia Cerdas.

Roqib Moh dan Nurfuadi. 2011. Kepribadian Guru, Yogyakarta: Penerbit STAIN
Purwokerto Press.

Slameto. 2013. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhnya, Jakarta:


Rineka Cipta.

Suberia Diklat. 2010. Peraturan Pemerintah NO.55/2007.


https://suberia.wordpress.com/2010/06/20/peraturan-pemerintah-no-
552007/. (diakses 6 Februari 2021)

Subini Nini Subini. 2011. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak, Jogyakarta:
Juvalitera.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2004. Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Syafaat Aat, Soeharni Sahrani, Muslih. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
59

Taher Thahroni. 2013. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta:


Rajawali Pres.

Thabathaba‟I Sayyid muhammad Husain. 2000. Memahami Esensi Al-Qur’an


diterjemahkan dari Al-Qur’an fi al-Islam oleh IdrusAlkaf, Jakarta.

Thohir Mundir. 2014. Ihya‟ Al-Qur‟aan Al-Karim Metode Memahami Al-Qur‟an


Perkata, Kediri; Azhar Risalah.

Zuhairini. 2004. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Malang: UM Press.


60

RIWAYAT HIDUP

Nurdahlia, lahir di Awo, tangga 03 Agustus Tahun 1999,

merupakan anak pertama dari lima bersaudara, buah hati dari

pasangan bapak Kalam dan ibu Erni. Pada Tahun 2005 mulai

memasuki jenjang pendidikan formal tingkat dasar di SDN 7

Gandeng dan lulus pada tahun 2011, kemudian melanjutkan

pendidikan pada tahun 2011 di SMPN 3 Baraka, lulus pada tahun 2014, kemudian

penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas tahun 2014 di SMA

Negeri 10 Gowa, dan lulus pada tahun 2017.

Pada tahun 2017 terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas

Muhammadiyah Makassar, Fakultas Agama Islam, Progran Studi Pendidikan

Agama Islam Strata 1. Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat Allah Swt, dan doa

kedua orang tua, penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul:

“Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan

Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang


L
A
M
P
I
R
A
N
PEDOMAN WAWANCARA

Kepada Guru

1. Selama bapak mengajar di sekolah ini kesulitan-kesulitan apa saja yang

dialami siswa ketika membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII SMPN 3

Baraka?

2. Apa saja peran bapak dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an

siswa kelas VII SMPN 3 Baraka?

3. Kesulitan-kesulitan apa saja yang bapak temukan saat melakukan

pengetesan membaca Al-Qur‟an kepada siswa kelas VII SMPN 3 Baraka?

4. Apakah selama ini bapak memberikan metode dalam membaca Al-Qur‟an

kepada siswa kelas VII SMPN 3 Baraka?

5. Apa metode yang paling tepat yang dapat diberikan ketika membaca Al-

Qur‟an kepada siswa kelas VII SMPN 3 Baraka?

6. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas VII SMPN 3 Baraka

apakah bapak menyediakan waktu kepada siswa untuk membaca Al-

Qur‟an?

7. Apakah bapak menyediakan pelatihan membaca Al-Qur‟an kepada siswa

kelas VII SMPN 3 Baraka di luar jam sekolah?

8. Seperti apa perencanaan yang bapak sediakan untuk siswa kelas VII

SMPN 3 Baraka ketika membaca Al-Qur‟an?


Kepada Siswa

1. Apakah anda ada kesulitan dalam membaca Al-Qur‟an?

2. Bagian mana yang anda anggap paling sulit ketika membaca Al-Qur‟an?

3. Apakah anda mempelajari hukum tajwid sebelum bersekolah di sini?

4. Apakah anda bisa menerapkan makhorijul huruf?

5. Selama ini apakah anda mengikuti kegiatan TPQ di sekitar tempat tinggal

anda?

6. Seberapa sering anda meluangkan waktu untuk membaca Al-Qur‟an?


DOKUMENTASI

Gambar 1: Dokumentasi Gedung Sekolah SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang (22


April 2021

Gambar 2: Dokumentasi Gedung Sekolah SMPN 3 Baraka Kab. Enrekang (22


April 2021)
Gambar 3 : Wawancara dengan bapak Drs. Syahidin Guru Pendidikan Agama
Islam (24 Mei 2021)

Gambar 4 : Wawancara dengan bapak Drs. Syahidin Guru Pendidikan Agama


Islam (24 Mei 2021)
Gambar 5 : Wawancara dengan bapak Drs. Syahidin Guru Pendidikan Agama
Islam (24 Mei 2021)

Gambar 6: Wawancara Dengan Hasna K Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka (20
Mei 2021)
Gambar 7: Wawancara Dengan Hasna K Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka (20
Mei 2021)

Gambar 8: Wawancara Dengan Serli A Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka (24 Mei
2021)
Gambar 9: Wawancara Dengan Serli A Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka (24 Mei
2021)

Gambar 10: Wawancara Dengan Serli A Siswa Kelas VII SMPN 3 Baraka (24
Mei 2021)

Anda mungkin juga menyukai