Anda di halaman 1dari 81

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN

AJAR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 BONTOMANAI


DESA BONEA MAKMUR KECAMATAN BONTOMANAI
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S. Pd. I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

AWALUDDIN
28 19 2199

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
1434 H / 2013 M
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DAN


PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DI SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI 2
BONTOMANAI DESA BONEA MAKMUR
KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN
KEPULAUAN SELAYAR

Nama Mahasiswa : AWALUDDIN

Nim : 28 19 2199

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Agama Islam

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka Skripsi

ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan

dihadapan tim penguji ujian Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar.

4 Ramadhan 1434 H
Makassar,
12 Juli 2013 M

Di setujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. St, Maryam, M. Dra. Mustahidang Usman, M. Si


Th.I NBM: 623 184
NBM: 609 311

2
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, peneliti yang bertanda tangan di bawah

ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya peneliti sendiri.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan,

plagiat dibuat atau dibantu secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar

yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

4 Ramadhan 1434 H
Makassar,
12 Juli 2013 M

Peneliti

Awaluddin

3
PRAKATA
‫ﺑﺳـــــــــم ﷲ اﻟــرﺣﻣــن اﻟــرﺣـــــــﯾم‬
‫ و َ ﻋ َ ﻠَﻰ‬4ٍ‫د‬4‫ﻣﱠ‬
‫َاِﻟﮫ‬ . 4ُ‫ ْ د‬4‫ﻌ‬4َ‫ﺑ‬4‫ﺎ‬4‫ﻣﱠ‬.‫ َ َا‬4‫ن‬4ْ‫ ِﯾ‬4‫ﻌ‬4َ‫ َاﺟ ْ ﻣ‬4ِ‫ ﺣ َ ﺎِﺑﮫ‬4ْ‫و َ َاﺻ‬
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah rabbul alamin atas
segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, serta salawat dan salam
atas junjungan Nabiullah Muhammad Saw.
Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Pengelolaan
Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar Di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar” penulis tidak dapat
menyelesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, melalui kesempatan
ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka
penyusunan skripsi ini, tetapi berkat bantuan berbagai pihak maka skripsi
dapat penulis selesaikan pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda H Daeng Massare dan Ibunda
Dg. Jimase yang tercinta telah mengasuh dan mendidik peneliti
dengan kasih sayang, dan tak kenal lelah serta pengorbanan apapun
sehingga penulis sampai kejenjang pendidikan S1 (Strata satu),
kepada keduanya penulis senantiasa memanjatkan do’a semoga Allah
Swt. mengasihi dan mengampuni dosa-dosa keduanya dan
menentramkan kehidupannya di dunia dan di akhirat.
2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membina universitas ini dengan sebaik-baiknya.
3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dra. Mustahidang Usman, M.Si Ketua Jurusan Pendidikan Agama

4
Islam Unismuh Makassar.
5. Ibu Dra. Hj. St, Maryam, M. Th.I dan Ibu Dra. Mustahidang Usman,
M.Si sebagai pembimbing I dan II dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu para dosen yang telah mendidik dan memberikan Ilmu
Pengetahuan selama ini kepada penulis.
7. Bapak Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai
Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan
Selayar beserta seluruh jajarannya yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian, serta seluruh responden
yang telah memberikan informasinya yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
8. Kepada saudara-saudara penulis yang telah memberikan bantuan
moral maupun materil selama penulis masih dalam jenjang
pendidikan.
Akhirnya kepada Allah Swt kami memohon semoga semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya senantiasa
memperoleh balasan disisi-Nya, Amin.

4 Ramadhan 1434 H
Makassar,
12 Juli 2013 M

Peneliti

5
ABSTRAK

Awaluddin, NIM: 28 19 2199 “Pengelolaan Pembelajaran Dan


Pengembangan Bahan Ajar Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten
Kepulauan Selayar” (dibimbing oleh Hj. St, Maryam dan Mustahidang
Usman)
Penelitian ini membahas tentang pengelolaan pembelajaran dan
pengembangan bahan ajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten
Kepulauan Selayar. faktor-faktor yang menghambat pengelolaan
pembelajaran dan pengembangan bahan ajar di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar. Pengembangan bahan ajar
dalam pengelolaan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode
penelitian lapangan (Field research), yakni peneliti langsung ke lokasi
penelitian untuk memperoleh data yang konkrit yang ada hubungannya
dengan masalah yang akan dibahas. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 17 orang. Metode digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif,
yaitu sumber dari wawancara, angket, observasi dan dokumentasi, guna
memperoleh sesuatu kesimpulan yang betul-betul akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 atau 35% siswa
yang menyatakan bahwa sangat efektif pengelolaan kelas yang dilakukan
oleh guru dalam mengajar, 8 atau 47 % yang menyatakan efektif dan, 3
orang atau 18 % yang menyatakan kurang efektif. Adapun faktor yang
menjadi penghambat dalam pengembangan bahan ajar yaitu kurangnya
buku pendukung, kurang minat siswa dalam belajar serta kurangnya
perhatian orang tua sehingga siswa kurang memperhatikan pelajaran,
serta masih ada beberapa siswa tidak belajar di rumah. Usaha yang
dilakukan yaitu guru selalu berusaha memberikan variasi dalam mengajar
agar siswa dapat meningkatkan minatnya dalam belajar dan memberi
motivasi serta guru harus mampu menciptakan lingkungan sekolah yang
aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh
warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat
pada siswa, agar dapat memberikan inspirasi, membangkitkan nafsu,
gairah dan semangat belajar sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

6
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Keadaan populasi siswa Sekolah Menengah Pertama


Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran
2012 / 2013 ........................................................................... 31
Tabel 2: Keadaan Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ......................... 32
Tabel 3: Keadaan sampel guru dan siswa Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Bontomanai Kabupaten Kepulauan
Selayar.................................................................................. 33
Tabel 4: Nama kepala sekolah yang pernah memimpin Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Kabupaten
Kepulauan Selayar sampai sekarang.................................... 41
Tabel 5: Keadaan Guru/Pegawai Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar
Tahun Ajaran 2012/2013....................................................... 45
Tabel 6: Keadaan Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran
2012/2013 ............................................................................. 45
Tabel 7: Sarana Fasilitas Belajar Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar
Tahun Ajaran 2012/2013....................................................... 46
Tabel 8: Tanggapan Siswa tentang efektifitas pengelolaan kelas di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa
Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten
Kepulauan Selayar................................................................ 48
Tabel 9: Tanggapan Siswa tentang strategi pengelolaan kelas
yang dilakukan oleh guru di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ......................... 49
Tabel 10: Tanggapan Siswa tentang pengelompokan siswa
berdasarkan nilai terhadap minat belajar siswa Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea
Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan
Selayar.................................................................................. 51
Tabel 11: Hubungan efektifitas mengelola kelas dengan prestasi
belajar ................................................................................... 52
Tabel 12; Efektifitas pengelolaan pembelajaran dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar ................................................ 54

7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........................................................iii
PRAKATA...................................................................................................iv
ABSTRAK...................................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................vii
DAFTAR ISI..............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................4
C. Tujuan Penelitian................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................7


A. Pengelolaan Kelas..............................................................7
1. Pengertian Pengelolaan pembelajaran.........................7
2. Pendekatan Dalam Pengelolaan Pembelajaran...........9
3. Hambatan-Hambatan Dalam Pengelolaan
Pembelajaran..............................................................11
4. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pembelajaran.................13
B. Mengelola Pembelajaran Secara Efektif..........................16
C. Bahan Ajar........................................................................19
1. Pengertian Bahan Ajar................................................19
2. Jenis Bahan Ajar.........................................................21
3. Prinsip dan Langkah-langkah dalam Memilih
Bahan Ajar...................................................................26

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................28


A. Jenis Penelitian.................................................................28
B. Lokasi dan Objek Penelitian.............................................28
C. Variabel Penelitian............................................................28
D. Defenisi Operasional Variabel..........................................29
E. Populasi dan Sampel........................................................30
F. Instrumen Penelitian.........................................................33
G. Teknik Pengumpulan Data...............................................36
H. Teknik Analisis Data.........................................................38

8
BAB IV METODE PENELITIAN..........................................................28
A. Selayang Pandang Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar......41
B. Pengelolaan pembelajaran dan pengembangan
bahan ajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.....................47
C. Faktor-Faktor Yang Menghambat Pengelolaan
Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar Di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai
Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai
Kabupaten Kepulauan Selayar.........................................56
D. Pengembangan Bahan Ajar Dalam Pengelolaan
Pembelajaran Di Sekolah Menengah Pertama Negeri
2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.....................61

BAB VIII PENUTUP..............................................................................68


A. Kesimpulan.......................................................................68
B. Saran-saran......................................................................69

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................70

9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah sebuah aktifitas yang melibatkan banyak

faktor yang fisik maupun non fisik misalnya berbagai interaksi yang ada

didalamnya, guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa,

guru dengan kepala sekolah, siswa dengan kepala sekolah, guru dan

kepala dengan tenaga kependidikan lainnya, sarana dan prasarana,

media, kurikulum dan lain sebagainya.

Kompleksitas pembelajaran di atas menghendaki adanya

pengelolaan proses yang baik. Baiknya proses pembelajaran itu, apabila

ditunjang oleh kemampuan guru dalam berbagai hal misalnya

kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, kemampuan guru

dalam melaksanakan pembelajaran serta kemampuan guru dalam

mengevaluasi (pelaksanaan penilaian).

Kemampuan merencanakan pembelajaran bagi seorang guru

merupakan sebuah keharusan untuk dapat mengelola pembelajaran

dengan baik, karena mengajar dengan memiliki perencanaan yang baik

akan memberikan banyak manfaat bagi guru yang mengajar. Kasful

Anwar dan Hendra Harni (2011 : 30) mengemukakan bahwa perencanaan

pembelajaran merupakan suatu tahapan dalam proses belajar mengajar.

Perencanaan menjadi sangat penting karena dapat berfungsi sebagai

dasar, pemandu, alat kontrol dan arah pembelajaran. Perencanaan

10
pembelajaran yang baik akan melahirkan proses pembelajaran yang baik

pula.

Uraian di atas menjelaskan bahwa pengelolaan pembelajaran yang

baik itu membutuhkan perencanaan yang baik pula dari guru. Bagi

seorang guru perencanaan pembelajaran merupakan dasar panduan, alat

kontrol dan arah yang mengarahkan jalannya proses pembelajaran. Oleh

karena itu perencanaan pembelajaran akan sangat menentukan baik dan

buruknya pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Sering kali

fakta menunjukkan sebuah proses pembelajaran yang kurang baik,

disebabkan oleh tidak adanya perencanaan yang baik dari guru yang akan

mengajar. Guru menganggap bahwa dirinya sudah tau tentang apa yang

ingin disampaikannya kepada siswa, dan siswa dianggap tidak tau apa-

apa tentang pelajaran. Mulyasa (2007 : 28) dalam kaitan ini

mengemukakan bahwa:

Kesalahan yang sering kali dilakukan oleh guru dalam pembelajaran


merasa paling pandai di kelasnya. Kesalahan ini berangkat dari
kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik di sekolah relatif
lebih mudah dari gurunya, sehingga guru merasa bahwa peserta
didik tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta didik dianggap
sebagai gelas kosong yang perlu diisi air kedalamnya.

Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam mengajar guru

sering memandang bodoh peserta didiknya, ibarat gelas kosong yang

harus diisi air. Sementara dirinya adalah yang paling pandai di kelasnya.

Perasaan ini pulalah yang dalam kasus tertentu membuat guru tidak

mempunyai perencanaan dalam pembelajaran sehingga menjadi kurang

efektif dan efisien.

11
Selain dari pada itu faktor terpenting yang juga harus dimiliki oleh

guru dalam pengelolaan pembelajaran itu sendiri serta kemampuan

melaksanakan penilaian. Guru dituntut untuk mampu melaksanakan

pembelajaran dalam konteks pengelolaan kelas dapat pula dilihat dari

bagaimana guru mengembangkan bahan ajar yang dimilikinya, sehingga

terlihat manfaatnya walaupun harus diakui bahwa dalam pembelajaran

ada bahan ajar yang baik dan ada pula bahan ajar yang kurang baik.

Abdurrahman Ginting (2010 : 152) mengemukakan bahwa bahan

ajar yang baik adalah :

1. Sesuai dengan topik yang dibahas


2. Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi
yang dibahas
3. Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat,
padat, sederhana, sistematis, sehingga mudah dipahami
4. Jika perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik
untuk mempermudah memahami isinya
5. Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan
pembelajaran sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu oleh siswa
6. Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa
Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa bahan yang

dikembangkan dalam pengelolaan pembelajaran adalah bahan ajar yang

baik yakni memiliki enam kriteria yang harus dipenuhi antara lain misalnya

harus sesuai dengan topik yang dibahas, disampikan dalam bentuk

kemasan bahasa yang singkat, sistematis, padat dan sederhana,

diberikan sebelum kegiatan pembelajaran di mulai, jika perlu dilengkapi

dengan contoh-contohnya dan yang terpenting adalah gagasan apa yang

disampaikan dalam bahan ajar tersebut.

Dengan pembahasan bahan ajar seperti ini pengelolaan

pembelajaran diharapkan dapat terlaksana dengan baik. Itulah sebabnya

12
ada tiga hal yang saling terkait dalam pengelolaan pembelajaran dan

pengembangan bahan ajar disini yaitu perencanaan yang baik,

pelaksanaan proses pembelajaran yang baik dan evaluasi atau penilaian.

Guru merencanakan bahan ajar apa yang digunakan dan dikembangkan

sehingga pengelolaan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik efektif

dan efisien khususnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk/pola pembelajaran dan pengembangan bahan

ajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa

Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan

Selayar ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pengelolaan

pembelajaran dan pengembangan bahan ajar di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ?

3. Bagaimana mengembangkan bahan ajar dalam pengelolaan

pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai

Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar ?

13
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk/ppola pembelajaran dan pengembangan

bahan ajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai

Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pengelolaan

pembelajaran dan pengembangan bahan ajar di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

3. Untuk mengetahui pengembangan bahan ajar dalam pengelolaan

pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai

Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Sebagai sarana untuk menambah referensi dan bahan kajian dalam

khazanah ilmu pengetahuan dibidang Pendidikan dan untuk penelitian

lebih lanjut mengenai pengelolaan pembelajaran dan pengembangan

bahan ajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa

Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

2. Kegunaan praktis

a. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan berharga bagi

orangtua di rumah dan guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

14
Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar.

b. Untuk tambahan informasi mengenai pengelolaan pembelajaran dan

pengembangan bahan ajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Pembelajaran

1. Pengertian Pengelolaan Pembelajaran

Menurut Depdiknas (2004: 2) “pengelolaan adalah proses yang

memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam

pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan”. Menurut Swardi

(2008 : 107) istilah pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yakni kata

“pengelolaan” dan kata “kelas”. Kata pengelolaan memiliki makna yang

sama dengan management dalam Bahasa Inggris , selanjutnya dalam

Bahasa Indonesia yang berarti manajemen, menurut Wibowo (2006 : 9)

“manajemen yaitu suatu seni untuk mendapatkan segala sesuatu

dilakukan melalui orang lain”.

Pengertian tentang pengelolaan pembelajaran menurut

Abdurrahman (1994: 139) menjelaskan bahwa :

Pengelolaan pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan


oleh penanggungjawab kegiatan belajar mengajar atau yang
membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal, sehingga
dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.

Sementara itu pengertian pengelolaan kelas menurut Djamarah

dan Zaini dalam Swardi (2008 : 108) secara sederhana berarti “kegiatan

pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran”. Sedangkan menurut

Mulyasa (2007 : 91) “pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru

16
untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan

mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran”.

Pengertian tentang pengelolaan pembelajaran yang banyak

dikemukakan oleh para ahli seperti yang ditulis oleh Suharsimi Arikunto

(2004: 99-100) yaitu :

1) Menurut konsepsi lama, pengelolaan kelas diartikan sebagai


upaya mempertahankan ketertiban kelas. Sedang menurut
konsepsi modern, pengelolaan kelas adalah proses seleksi yang
menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi
pengelolaan kelas. Guru menurut konsepsi lama bertugas
menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem organisasi
kelas sehingga individu dapat memanfaatkan kemampuannya,
bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual.
2) Berdasarkan pengertian operasional tertentu, yaitu :
a) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan
disiplin (pendekatan otoriter)
b) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi
(pendekatan intimidasi)
c) Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan
murid (pendekatan permisif)
d) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas
dengan mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan
(pendekatan buku masak)
e) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas
yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu
dan dilaksanakan dengan baik (pendekatan instruksional)
f) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku
peserta didik dengan mengurangi tingkah laku yang tidak
diinginkan (pendekatan pengubahan tingkah laku)
g) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan
interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang
positif (pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional)
h) Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pengelolaan

pembelajaran adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan

17
suasana belajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi

murid untuk belajar dengan baik. Hal ini memberikan penekanan bahwa

pengelolaan pembelajaran adalah upaya memberdayagunakan potensi

kelas seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif

mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan

pembelajaran diperlukan karena dari hari ke hari dan bahkan dari waktu

ke waktu tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu berubah. Hari ini

anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum

tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya,

di masa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Karena itu,

kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap mental, dan

emosional anak didik.

Dengan demikian pengelolaan pembelajaran merupakan usaha

sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara

sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar,

penyiapan sarana dan alat peraga, dan pengaturan ruang belajar,

mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan

waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler

dapat tercapai.

2. Pendekatan Dalam Pengelolaan Pembelajaran

Seorang guru yang profesional harus mendalami kerangka acuan

pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus

terlebih dahulu meyakini bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk

menangani suatu kasus pengelolaan kelas merupakan suatu alternatif

18
yang terbaik sesuai dengan hakekat masalahnya. Oleh karena itu,

pengelolaan kelas memiliki pengertian mewujudkan sistem perencanaan

pengajaran dalam setting pembelajaran nyata, dengan evaluasi yang

terkontrol secara sistematik dan memberi timbal balik secara langsung.

Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari

pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Menurut

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno (2010 : 105-106) berbagai

pendekatan tersebut bisa ditelaah seperti uraian berikut:

a. Pendekatan kekuasaan

Ciri utama pada pendekatan ini adalah ketaatan pada aturan yang

melekat pada pemilik kekuasaan. Guru mengontrol siswa dengan

ancaman, sangsi, hukuman dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku.

b. Pendekatan kebebasan

Pengelolaan kelas bukan membiarkan anak belajar dengan

laissez-faire, tetapi memberikan suasana dan kondisi belajar yang

memungkinkan anak merasa merdeka, bebas, nyaman, penuh tantangan

dan harapan dalam melakukan belajar.

c. Pendekatan keseimbangan peran

Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan seperangkat aturan

yang disepakati guru dan murid berkaitan dengan apa yang harus dan

tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi

yang terjadi di kelas dan aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan

murid selama belajar.

d. Pendekatan belajar

19
Pendekatan ini menghendaki lahirnya peran guru untuk mencegah

dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang menguntungkan

proses pembelajaran.

e. Pendekatan suasana emosi dan sosial

Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan proses

menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang

positif dalam kelas. Suasana hati yang saling mencintai agar guru-murid

dan murid-murid penting dalam menciptakan hubungan sosial

pembelajaran.

f. pendekatan kombinasi

Pada pendekatan ini bisa menggunakan beberapa pilihan tindakan

untuk mempertahankan dan menciptakan suasana belajar yang baik.

Guru memiliki peran penting untuk menganalisis kapan dan bagaimana

tindakan itu tepat dilakukan.

3. Hambatan-Hambatan Dalam Pengelolaan Kelas

Dalam pelaksanaan pengelolaan kelas akan ditemui berbagai

hambatan-hambatan baik itu datang dari guru sendiri, peserta didik,

lingkungan keluarga, ataupun karena faktor fasilitas.

Martinis Yamin dan Maisah (2009: 69-70) mengemukakan bahwa

kewenangan penanganan masalah pengelolaan kelas dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga kategori sebagai berikut:

a. Masalah yang ada dalam wewenang guru bidang studi

Ada sejumlah masalah manajemen kelas yang ada dalam ruang

lingkup seorang guru bidang studi untuk mengatasinya. Hal ini berarti

20
bahwa seorang guru bidang studi dituntut untuk dapat menciptakan,

memperhatikan dan mengembalikan iklim belajar pada kondisi

pembelajaran yang menguntungkan jika ada gangguan, sehingga peserta

didik berkesempatan untuk dapat mengambil manfaat yang optimal dari

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

b. Masalah yang ada dalam wewenang sekolah sebagai salah satu

lembaga pendidikan

Masalah-masalah sekolah yang ada di bawah wewenang sekolah

antara lain pembagian ruangan yang adil untuk setiap tingkat atau

jurusan, pengaturan upacara bendera pada hari senin dan bila pada hari

tersebut turun hujan lebat, menegur peserta didik yang tidak mau

memakai seragam sekolah, menasehati peserta didik yang rambutnya

panjang, memberi peringatan keras kepada peserta didik yang merokok di

kelas atau sekolah dan suka minum-minuman keras, sampai kepada

mendamaikan peserta didik jika terjadi perselisihan antar sekolah.

c. Masalah yang ada di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah

Dalam mengatasi masalah semacam ini perlu keterlibatan para

orangtua, lembaga kemasyarakatan, seperti karang taruna, bahkan para

penguasa dan lembaga pemerintahan setempat. Misalnya melakukan

keterlibatan melalui pembiasan yang baik di rumah dengan pengawasan

orangtua, menyediakan fasilitas rekreasi yang sehat bagi remaja dan

sebagainya.

Juga kepada mereka dituntut untuk turut mengatasi berbagai

masalah pengelolaan kelas jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang

21
dilakukan oleh peserta didik misalnya minum-minuman keras di luar

rumah, nonton film di luar batas umur yang sudah ditentukan,

bergerombol di jalan dan membuat keributan, perkelahian antara sekolah.

Masalah semacam ini sudah berada di luar jangkauan guru dan sekolah,

untuk mengatasinya walaupun sampai batas-batas tertentu usaha

pencegahan dan penyembuhan selalu dilakukan baik oleh guru bidang

studi, wali kelas, ataupun sebagai lembaga pendidikan.

Sementara itu Made Pidarta dalam Pupuh Fathurrohman dan M.

Sobry Sutikno (2010 : 109) mengemukakan masalah-masalah

pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa seperti:

a. Kurangnya kesatuan antar siswa, karena perbedaan gender (jenis


kelamin), rasa tidak senang atau persaingan tak sehat.
b. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya
ribut, bercakap-cakap, pergi kesana kemari dan sebagainya.
c. Terkadang timbul reaksi negatif terhadap anggota kelompok bodoh
dan sebagainya.
d. Kelas mentolerir kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima
dan mendorong perilaku siswa yang keliru
e. Mudah mereaksi negatif/terganggu, misalnya bila didatangi
monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah dan sebagainya
f. Moral rendah, permusuhan, sikap agresif, misalnya dalam lembaga
dengan alat-alat belajar kurang, kekurangan uang dan sebagainya
g. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah,
seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi
baru dan sebagainya.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa rentetan masalah yang

berkaitan dengan pengelolaan kelas merupakan masalah yang tidak

pernah terselesaikan, bahkan terus berkembang dengan semakin rumit

dan kompleks. Oleh karena itu, khusus untuk melakukan refleksi atas

perbuatan guru, masing-masing guru bisa membuat daftar penemuan

22
masalah pengelolaan kelas kemudian dijadikan bahan diskusi kelas untuk

dicari solusi dan pemecahan masalahnya.

4. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Abdul Majid (2008: 190-191) menjelaskan bahwa dalam

pengelolaan kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

a. Mengacu ke kemampuan (competency referenced)

Pengelolaan kelas perlu di susun dan dirancang untuk mengukur

apakah siswa telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang

ditetapkan dalam kurikulum.

b. Berkelanjutan (continuous)

Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan

proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru

selama satu semester dan tahun ajaran. Misalnya pemberian tugas,

pekerjaan rumah, ulangan harian, ulangan tengah dan akhir semester.

c. Didaktis

Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes

maupun non tes harus dirancang baik isi, format maupun tata letak (lay

out) dan tampilannya agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan

penilaian. Perancangan bahan penilaian yang kreatif dan menarik dapat

mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas penilaian baik yang besifat

individual maupun kelompok dengan penuh antusias dan menyenangkan.

d. Menggali informasi

Pengelolaan kelas yang baik harus dapat memberikan informasi

yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik.

23
Pemilihan metode, teknik dan alat penilaian yang tepat sangat

menentukan jenis informasi yang ingin digali dari proses pengeloaan kelas

e. Melihat yang benar dan yang salah

Dalam pengelolaan kelas guru hendaknya melakukan analisis

terhadap hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat

adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada siswa sekaligus

melihat hal-hal positif yang diberikan siswa. Mislnya jawaban benar yang

diberikan siswa diluar perkiraan atau cakupan yang ada pada guru.

Demikian juga melihat pola kesalahan yang umum dilakukan siswa dalam

menjawab dan menyelesaikan masalah untuk materi serta kompetensi

tertentu sangat membantu guru dalam melakukan perbaikan dan

penyesuaian program belajar mengajar.

Kasful Anwar dan Hendra Harmi (2011 :135-136) mengemukakan

prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut:

(1) Berorientasi kepada kompetensi, (2) Valid, (3) Reliabel, (4)

Obyektif, (5) Mendidik, (6) Menyeluruh, (7) Berkesinambungan, (8)

Bermakna

Definisi lain dikemukakan oleh darwyn syah dkk (2007 : 205-209)

yang mengelompokkan prinsip-prinsip pengelolaan kelas terbagi menjadi

dua yakni prinsip umum dan prinsip khusus. Dimana pada prinsip umum

terdiri dari validasi, reliabilitas, adil dan obyektif, kontinyu, konfrehensif,

praktikabilitas, ekonomis, terfokus pada kompetensi, mendidik, transparan

dan bermakna. Sedangkan pada prinsip khusus, apapun jenis

penilaiannya, harus memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi

24
siswa untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pahami, serta

mendemonstrasikan kemampuan yang dimilikinya. Kemudian setiap guru

harus mampu melaksanakan prosedur PBK dan pencatatan secara tepat

prestasi yang dicapai siswa.

B. Mengelola Pembelajaran Secara Efektif

Perilaku belajar yang efektif disertai proses mengajar yang tepat,

maka proses pembelajaran diharapkan mampu menghasilakn manusia-

manusia yang memiliki karakteristik pribadi yang mandiri, pelajar yang

efektif dan pekerja yang produktif. Belajar akan efektif jika suasana

pembelajarannya menyenangkan. Seseorang yang secara aktif

mengkonstruksi pengetahuannya dan memerlukan dukungan suasana

dan fasilitas belajar yang maksimal, suasana yang menyenangkan dan

tidak disertai suasana tegang sangat baik dan mendukung untuk

membangkitkan motivasi belajar. Peserta didik pada dasarnya belajar

paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu

yang mengasyikkan.

Menurut Tohirin (2005 : 164-1660) mengemukakan bahwa proses

pembelajaran yang efektif akan terwujud melalui kegiatan yang memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa


2. Interaksi edukatif antara guru dengan siswa
3. Suasana demoktaris
4. Variasi metode mengajar
5. Guru profesional
6. Bahan yang sesuai dan bermanfaat
7. Lingkungan yang kondusif
8. Sarana belajar yang menunjang

25
Lebih jauh Darwyn Syah, dkk (2007 : 303-308) mengemukakan

bahwa dalam menciptakan dan mendukung proses pembelajaran yang

efektif dan menyenangkan, juga perlu diperhatikan beberapa hal, antara

lain:

1. Pengelolaan kelas / tempat belajar

Pemajangan hasil kerja siswa diharapkan dapat memberi motivasi

siswa untuk bekerja lebih baik dan dapat menimbulkan inspirasi bagi

siswa lain. Pengelolaan tempat belajar yang dimaksud dapat berupa,

pengelolaan beberapa benda/objek yang ada dalam ruang belajar seperti

meja-kursi, pengelolaan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan

kebersihan kelas, ventilasi dan tata cahaya, pajangan kelas.

2. Pengelolaan siswa

Pengelolaan siswa dapat dilakukan beranekaragam bentuknya

antara lain; individual, berpasangan, kelompok kecil, atau klasikal.

Beberapa pertimbangan yang perlu diperhitungkan sewaktu melakukan

pengelolaan siswa, antara lain jenis kegiatan, keterlibatan siswa, waktu

belajar, ketersediaan sarana dan prasarana, juga tidak kalah pentingnya

adalah sang guru harus dapat memahami sifat dan karakterestik setiap

individual siswa.

3. Pengelolaan kegiatan pembelajaran

Dalam mengelola kegiatan pembelajaran, guru hendaknya

merencanakan tugas dan alat belajar yang menantang, pemberian umpan

balik, dan penilaian yang memungkinkan semua siswa mampu unjuk

kemampuan/mendemonstrasikan kinerja (performance)’ sebagai hasil

26
belajar.Penyediaan tugas menantang, hendaknya menggunakan

pertanyaan-pertanyaan yang bersifat produktif, karena dapat dikatakan

alat mengajar yang paling murah tetapi ampuh adalah bertanya.

Pertanyaan dapat membuat siswa berpikir dan terangsang untuk berbuat

sesuatu dan hendaknya gunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

terbuka, produktif, imaginative serta eksploratif, misalnya; Mengapa ?,

Bagaimana? Berapa halaman kertas yang diperlukan untuk

menghabiskan spidol ini? dan masih banyak bentuk lain.Hindari juga

umpan balik yang bersifat “memvonis”( “Salah!”, Bukan!”, Baik!”,Betul!”).

4. Pengelolaan Isi/Materi Pembelajaran

Agar guru dapat menyajikan pelajaran dengan baik dan sistematis,

hendaknya guru membuat RPP (Rencana Persiapan Pembelajaran)

sebelum memulai pembelajaran. Mestinya pembuatan RPP dilakukan

diluar jam tatap muka, agar tidak mengganggu ketika proses

pembelajaran dikelas berlangsung. Juga dalam membuat RPP, guru

hendaknya selalu memperhatikan tingkat/pola berpikir anak, karena ini

akan sangat bepengaruh pada keberhasilan proses pembelajaran.

5. Pengeloaan sumber belajar

Dalam mengelola sumber belajar, sebaiknya memperhatikan

sumber daya yang ada di sekolah dan melibatkan orang-orang yang ada

di dalam sistem sekolah tersebut selain kita harus pandai-pandainya

memanfaatkan sumber daya alam lingkungan sekolah untuk membantu

memperlancar pencapaian kompetensi yang ada dalam kurikulum.

27
C. Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Seorang guru perlu mengembangkan Bahan Ajar. Guru harus

memiliki atau menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum,

karakteristik sasaran, tuntutan pemecahan masalah belajar.

Menurut sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi (2010 : 159) bahwa:

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk


membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu

kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga

secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan

terpadu.

Sementara Abdul Madjid (2008 : 173) mendefinisikan bahwa bahan

ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur

untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan

yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis

Pengelompokan bahan ajar menurut Faculte de Psychologie et des

Sciences de l'Education Université de Genève dalam website-nya adalah

media tulis, audio visual, elektronik, dan interaktif terintegrasi yang

kemudian disebut sebagai medienverbund (bahasa Jerman yang berarti

media terintegrasi) atau mediamix.

Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain:

a. Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru)

28
b. Kompetensi yang akan dicapai

c. Informasi pendukung

d. Latihan-latihan

e. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)

f. Evaluasi

Adapun tujuan Bahan ajar disusun yaitu :

a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum

dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar

yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial

siswa.

b. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di

samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh

c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Manfaat bagi

guru:

1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan

sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik,

2) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang

sulit untuk diperoleh,

3) Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan

berbagai referensi,

4) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru

dalam menulis bahan ajar,

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahan

ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga

29
tercipta lingkungan / suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan

baik.

2. Jenis Bahan Ajar

Bentuk bahan ajar paling tidak dapat dikelompokkan menjadi

empat sebagaimana yang diuraikan Abdul Majid (2010 : 174) yaitu:

a. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan

compact disk audio.

b. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,

film.

c. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact

disk interaktif.

a. Bahan ajar cetak

Jenis bahan ajar cetak yaitu handout, buku, modul, lembar kerja

siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto / gambar, model / maket Bahan cetak

dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun

secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan

seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, (1994) yaitu:

1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga

memudahkan guru untuk menunjukkan kepada peserta didik

bagian mana yang sedang dipelajari.

2) Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit.

3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah-

pindahkan.

4) Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu

30
5) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja.

6) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk

melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa.

7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang

bernilai besar.

8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.

b. Bahan ajar dengar (audio)

1) Kaset /piringan hitam I compact disk

Sebuah kaset yang direncanakan sedemikian rupa sehingga

menjadi sebuah program yang dapat dipergunakan sebagai bahan ajar.

Media kaset dapat menyimpan suara yang dapat secara berulang-ulang

diperdengarkan kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai

bahan ajar. Bahan ajar kaset biasanya digunakan untuk pembelajaran

bahasa atau pembelajaran musik. Bahan ajar kaset tidak dapat berdiri

sendiri,

dalam penggunaannya memerlukan bantuan alat dan bahan lainnya

seperti tape recorder dan lembar skenario guru.

2) Radio

Radio broadcasting adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan

sebagai bahan ajar, dengan radio peserta didik bisa belajar sesuatu.

Radio juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Program radio

dapat dirancang sebagai bahan ajar, misalnya pada jam tertentu guru

merencanakan sebuah program pembelajaran melalui radio. Misalnya

31
mendengarkan berita siaran langsung suatu kejadian/fakta yang sedang

berlangsung.

c. Bahan Ajar Pandang Dengar (Audio Visual)

1) Video / film

Seperti halnya wallchart, video/film juga alat bantu yang didesain

sebagai bahan ajar. Program video/film biasanya disebut sebagai alat

bantu pandang dengar (audio visual aids/ audio visual media). Umumnya

program video telah dibuat dalam rancangan lengkap, sehingga setiap

akhir dari penayangan video siswa dapat menguasai satu atau lebih

kompetensi dasar. Baik tidaknya program video tentu saja tergantung

pada desain awalnya, mulai analisis kurikulum, penentuan media, skema

yang menunjukkan sekuensi (dikenal dengan skenario) dari sebuah

program video/film, skrip, pengambilan gambar dan proses editingnya.

Beberapa keuntungan yang didapat jika bahan ajar disajikan dalam

bentuk video/film, antara lain:

a) Dengan video/film seseorang dapat belajar sendiri.

b) Sebagai media pandang dengar video/film menyajikan situasi yang

komunikatif dan dapat diulang-ulang.

c) Dapat menampilkan sesuatu yang detail dari benda yang bergerak,

kompleks yang sulit dilihat dengan mata.

d) Video dapat dipercepat maupun diperlambat, dapat diulang pada

bagian tertentu yang perlu lebih jelas, dan bahkan dapat

diperbesar.

32
e) Memungkinkan pula untuk membandingkan antara dua adegan

berbeda diputar dalam waktu bersamaan.

f) Video juga dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu

adegan, mengangkat suatu situasi diskusi, dokumentasi, promosi

suatu produk, interview, dan menampilkan satu percobaan yang

berproses.

Kekurangan dari program video adalah proses pembuatannya yang

memerlukan waktu relatif lama dan biaya besar. Namun demikian jika

diproduksi oleh organisasi tertentu dan dalam jumlah yang besar, maka

harganya akan menjadi lebih murah apalagi dibandingkan dengan

kemanfaatannya. Apalagi film yang memerlukan proses lebih rumit

dibandingkan dengan video. Saat ini film sudah jarang digunakan bahkan

pembuatan film untuk komersial pun sudah sangat berkurang

dibandingkan dengan program video.

2) Orang / nara sumber

Orang sebagai sumber belajar dapat juga dikatakan sebagai bahan

ajar yang dapat dipandang dan didengar, karena dengan orang seseorang

dapat belajar misalnya karena orang tersebut memiliki keterampilan

khusus tertentu. Melalui keterampilannya seseorang dapat dijadikan

bahan belajar, bahkan seorang guru dapat dijadikan sebagai bahan ajar.

Agar orang dapat dijadikan bahan ajar secara baik, maka rancangan

tertulis diturunkan dari kompetensi dasar harus dibuat. Rancangan yang

baik akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Dengan demikian,

33
dalam menggunakan orang sebagai bahan ajar tidak dapat berdiri sendiri

melainkan dikombinasikan dengan bahan tertulis.

d. Bahan Ajar Interaktif

Bahan ajar interaktif menurut Guidelines for Bibliographie

Description of Interactive Multimedia, dijelaskan sebagai berikut:

Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media

(audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya

dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku alami dari

suatu presentasi. Saat ini sudah mulai banyak orang memanfaatkan

bahan ajar ini, karena di samping menarik juga memudahkan bagi

penggunanya dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Biasanya bahan

ajar multimedia dirancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaan

hingga penilaian.

Bahan ajar interaktif dalam menyiapkannya diperlukan

pengetahuan dan keterampilan pendukung yang memang terutama dalam

mengoperasikan peralatan seperti komputer kamera video, dan kamera

foto. Bahan ajar interaktif biasanya disajikan dalam bentuk compact disk

(CD).

3. Prinsip dan Langkah-langkah dalam Memilih Bahan Ajar

Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi:

a. prinsip relevansi,

b. konsistensi,

c. kecukupan.

34
Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan

memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya ketegasan antara

bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.

Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam,

maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup

memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang

diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak.

Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi

dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-

buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan

harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang

benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi:

a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan

pemilihan bahan ajar

b. Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar

c. Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi

d. Memilih sumber bahan ajar.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang mengharuskan

peneliti langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang

konkrit yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas.

Metode yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif yaitu sumber dari

observasi, wawancara, angket dan dokumentasi guna memperoleh hasil

penelitian yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

B. Lokasi dan Obyek Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar dengan obyek penelitian para guru dan siswa sebagai

informen.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian. Sutrisno Hadi mendefinisikan (2003: 22)

variabel sebagai gejala-gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenis

maupun tingkatannya.

Sementara itu Agung (2010 : 46) mengemukakan bahwa:

Variabel adalah Karakteristik yang akan diobservasi dari satuan


pengamatan dengan kata lain variabel adalah faktor yang apabila
diukur akan memberikan nilai yang bervariasi dan menjadi sesuatu
yang menjadi penentu.

36
Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2004 : 118)

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah

segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian.

Definisi lain dikemukakan oleh Setyosari (2010 : 109-110) yang

menyebutkan macam-macam variabel ada delapan, dua diantaranya

variabel bebas dan variabel terikat. Menurutnya:

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau


mempengaruhi yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau
dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena
yang diobservasi atau diamati. Sedangkan variabel terikat atau
tergantung adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang
muncul atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh
peneliti ini.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pengelolaan pembelajaran sedangkan variabel terikat

dalam penelitian ini adalah bahan ajar siswa di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

D. Definisi Operasional

1. Pengelolaan pembelajaran adalah suatu proses seleksi tindakan

yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai penanggung jawab

kelas dan seleksi penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai

masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi. Jadi

pengelolaan kelas sebenarnya merupakan upaya mendayagunakan

seluruh potensi kelas, baik sebagai komponen utama pembelajaran

maupun komponen pendukungnya.

37
2. Bahan ajar siswa adalah seperangkat materi yang disusun secara

sistematis sehingga tercipta lingkungan / suasana yang

memungkinkan siswa belajar dengan baik

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan yang menjadi sumber data dan

informasi agar penelitian lebih terarah. mengenai sesuatu yang ada

hubungannya dengan penelitian yang dibutuhkan.

Menurut Sugiyono (2009 : 80):

Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas, objek/subjek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan Ronny Kountur (2004 : 137) mengemukakan populasi

adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan

perhatian peneliti. Obyek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda-

benda, sistem dan prosedur, fenomena dan lain-lain.

Definisi lain dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2005: 102)

bahwa:

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang


ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah peneliti maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau
penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi kasus.

Dari beberapa uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa

populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti yang dapat

memberikan informasi baik itu mencakup benda, makhluk hidup manusia,

38
kejadian, atau hal-hal yang ada kaitannya dengan pengelolaan

pembelajaran dan pengembangan bahan ajar di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar. Dalam kaitannya dengan

penelitian ini yang menjadi populasi adalah guru dan siswa. Untuk lebih

jelasnya keadaan populasi guru dan siswa dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel 1
Keadaan populasi siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten
Kepulauan Selayar tahun ajaran 2012 / 2013
Jenis Kelamin
No Kelas Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 VII A 7 7 14
B 7 7 14
2 VIII A 7 5 12
B 11 6 17
3 IX A 7 5 12
B 6 7 13
Jumlah 45 37 82
Sumber data: Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa
Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten
Kepulauan Selayar tahun ajaran 2012 / 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa populasi dari siswa Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun ajaran

2012 / 2013 berjumlah 82 orang.

39
Tabel 2
Keadaan Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai
Kabupaten Kepulauan Selayar
Jenis Kelamin Jumlah
No Guru Laki-laki Perempuan
1 Guru 7 22 29
Jumlah 7 22 29
Sumber data : Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai
Kabupaten Kepulauan Selayar
Tabel di atas menunjukkan bahwa populasi dari guru di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 29 orang.

2. Sampel

Untuk menyederhanakan proses pengumpulan data dan

pengolahan data, maka peneliti mengambil teknik sampel.

Menurut Dani. K (tth : 479) dalam Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia

Sampel adalah sesuatu yang dipergunakan untuk menunjukkan sifat


suatu kelompok yang lebih besar atau bagian dari populasi statistik
yang cirinya dipelajari untuk memperoleh informasi tentang
seluruhnya atau percontohan.

Pada teknik ini peneliti mengambil sampel sebanyak lebih kurang

50% dari seluruh jumlah populasi. Pengambilan sampel penelitian ini

berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2005 : 134),

yaitu:

Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua


sehingga penelitian menjadi penelitian populasi, selanjutnya jika
jumlah subjeknya besar dapat diambil diantara 10-15 % atau 20-25
% atau lebih.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil sampel 15%

dari jumlah populasi guru dan siswa di Sekolah Menengah Pertama

40
Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai

Kabupaten Kepulauan Selayar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 3
Keadaan sampel guru dan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar
No Guru / Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Kelas VII 2 2 4
2 Kelas VIII 2 2 4
3 Kelas IX 2 2 4
Jumlah 6 6 12
Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel guru dan siswa di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar berjumlah 12

orang.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat

penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai alat atau sarana

pengumpulan data. Karena itu dalam menentukan instrumen atau alat

penelitiannya, harus relevan dengan masalah dan aspek yang diteliti agar

dapat memperoleh data yang akurat. Adapun instrumen penelitian yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengamati dan

mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki, dalam hal ini

peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian.

Menurut Margono (2005 : 159):

41
Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap segala yang banyak pada objek penelitian,
pengamatan dan pencatatan yang di lakukan terhadap objek tempat
terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada
bersama obyek yang di selidiki, sedangkan observasi tidak langsung
adalah pengamatan yang di lakukan tidak pada saat berlangsungnya
peristiwa yang akan diselidiki, misalnya diamati melalui film,
rangkaian slide atau rangkaian foto.

Sedangkan Ahmad (2003 : 33) mendefinisikan bahwa observasi

adalah pengumpulan informasi dengan menggunakan indera terhadap

realitas atau pengalaman manusia. Definisi lain dikemukakan oleh Hadi

dalam Sugiyono (2009 : 145) bahwa observasi merupakan proses yang

kompleks, suatu proses biologis dan psikologis, dua diantaranya yang

terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan.

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengamatan secara

langsung tentang kondisi objektif siswa sebagai obyek, guru sebagai

pendidik, serta sarana dan prasarana yang meliputi jumlah dan kondisi.

Teknik tersebut dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang akurat

terhadap obyek penelitian khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan

pembelajaran dan pengembangan bahan ajar di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Wawancara

Menurut Moh. Nasir (2006 : 159)

Wawancara adalah proses Tanya jawab dalam penelitian yang


berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan dengan menggunakan alat panduan
wawancara.

42
Dalam hal ini peneliti akan melakukan percakapan langsung

dengan para guru mata pelajaran untuk mengetahui pengelolaan

pembelajaran dan pengembangan bahan ajar di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar untuk kemudian direkonstruksi

menjadi data-data penelitian yang empiris dan akurat.

3. Angket

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data oleh

peneliti dengan mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada

responden baik secara langsung maupun tidak langsung. Instrument ini

berguna untuk mengukur perhatian orangtua dengan motivasi belajar

siswa.

Menurut Natsir (2006 : 246):

Angket adalah kuesioner atau tidak lain dari sebuah pertanyaan yang
secara logis berhubungan dengan masaalah penelitian dan
pertanyaannya merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai
makna dan menguji hipotesa.

Dari angket ini peneliti berharap dapat mengumpulkan data-data

yang dibutuhkan berhubungan dengan pengelolaan pembelajaran dan

pengembangan bahan ajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar dan pertanyaannya merupakan jawaban-jawaban

yang mempunyai makna dan menguji hipotesa.

43
4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui bahan-

bahan tertulis baik berupa buku, majalah, jurnal yang dianggap penting.

Menurut Moleong (2010 : 216-217) “dokumen adalah setiap bahan tertulis

maupun film yang bersifat dokumen pribadi maupun dokumen resmi”. Dari

dokumen ini peneliti berharap dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun prosedur pengumpulan data yang dilaksanakan peneliti

melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Library Research (kepustakaan) yaitu penelitian yang dilakukan

dengan mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku yang

ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi.

Adapun teknik yang digunakan dalam library research ini adalah

sebagai berikut:

a. Kutipan langsung, yaitu kutipan suatu materi dari pendapat tokoh

dengan tidak merubah redaksinya.

b. Kutipan tidak langsung, yaitu mengutip materi atau pendapat tokoh

dengan mengubah redaksinya dan menggunakan ikhtiar serta ulasan

sejauh tidak mengurangi maksud pendapat tersebut, tetapi hanya

mengutip sebahagian garis besarnya saja sehingga berbeda dengan

aslinya.

2. Penelitian lapangan (field research), yaitu peneliti terjun langsung

ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang akurat. Dalam

44
hal ini di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa

Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan

Selayar. Teknik yang digunakan dalam field research ini adalah :

a. Observasi

Instrumen observasi dilakukan dengan mengamati langsung dan

mencatat gejala-gejala yang diselidiki terhadap obyek penelitian

utamanya tentang pengelolaan pembelajaran dan pengembangan

bahan ajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa

Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan

Selayar. Kemudian peneliti melakukan pencatatan terhadap hasil

pengamatan untuk dijadikan data-data penelitian yang akurat.

b. Wawancara

Instrumen wawancara mengharuskan peneliti melakukan wawancara

secara langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara

lisan kepada informan yang ditetapkan untuk memperoleh informasi

yang dibutuhkan dengan responden dipilih yaitu guru dan siswa di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea

Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

c. Angket

Instrumen angket megharuskan peneliti melakukan pengumpulan data

dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan tertulis kepada

responden terpilih untuk dijawab tentang pengelolaan pembelajaran

dan pengembangan bahan ajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri

45
2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai

Kabupaten Kepulauan Selayar.

d. Dokumentasi

Instrumen dokumentasi mengharuskan penulis mengumpulkan data

melalui bahan tertulis berupa buku-buku, majalah-majalah, jurnal-

jurnal penting yang terdapat di kantor atau di instansi pemerintah

tentang pengelolaan pembelajaran dan pengembangan bahan ajar di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea

Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data-data seluruhnya terkumpul, penulis kemudian

mengolah data-data tersebut dengan menggunakan teknik sebagai

berikut:

1. Kuantitatif yakni, bentuk analisis dengan menggunakan angka-

angka yang disajikan dalam bentuk tabel. Adapun data-data yang

dianalisis secara kuantitatif adalah data-data tentang pengelolaan

pembelajaran dan pengembangan bahan ajar di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

2. Kualitatif yakni, bentuk analisis yang menginterpretasi data-data

yang diperoleh. Dalam kaitan ini peneliti akan menganalisis

tentang pengelolaan pembelajaran dan pengembangan bahan

ajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa

46
Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan

Selayar.

3. Deduktif yaitu metode pengolahan data yang berangkat dari hal-

hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus atau

kesimpulan.

4. Metode komparatif yaitu membandingkan antara pendapat yang

satu dengan pendapat yang lainnya, kemudian mengambil suatu

kesimpulan dengan argumentasi penulis sendiri.

47
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Selayang Pandang Sekolah Menengah Pertama Negeri 2


Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

1. Profil Sekolah

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar berdiri pada tahun 1991 dengan akreditasi di bawah

pimpinan Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Selayar. Adapun

nama-nama kepala sekolah yang pernah menjabat di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu :

Tabel 4
Nama kepala sekolah yang pernah memimpin Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar sampai
sekarang

No Nama Kepala sekolah Periode


1. Muh. Surnia 1991 – 1999
2. H. Andi Ahmad, S.Pd.I 1999 – 2003
3. Baharuddin, S.Ag 2003 – 2006
4. Suburu, S.Pd 2006 – 2009
5. Mana, S.Pd 2009 – sekarang
Sumber data: Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai
Kabupaten Kepulauan Selayar Periode 2013

2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2


Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar
a. Visi sekolah : Cerdas, beriman, bertaqwa dan berkarakter
b. Misi sekolah : 1. Melaksanakan pengembangan kurikulum
2. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dan bimbingan secara optimal
3. Mengembangkan profesionalisme guru dan
pegawai
4. Melaksanakan rencana induk pengem-
bangan fasilitas pendidikan
5. Melaksanakan pengembangan/peningkatan
standar ketuntasan dan kelulusan

48
6. Melaksanakan pengembangan kelembagaan
dan manajemen sekolah
7. Melaksanakan program penggalangan
pembiayaan sekolah
8. Menata lingkungan sekolah dengan baik
9. Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan
keagamaan dengan baik
10.Menumbuhkan minat baca, bakat dan
kreatifitas siswa.
c. Tujuan sekolah : 1. Menciptakan siswa yang beriman,
bertakwa dan memiliki ilmu
pengetahuan
2. Menciptakan siswa yang berbudi pekerti
luhur, cerdas, terampil dan berbudaya
3. Menciptakan siswa yang mampu hidup
dalam lingkungan yang harmonis dan
mandiri.
4. Menghasilkan peserta didik yang
mampu melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi. (sumber data: Profil Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Kabupaten Kepulauan
Selayar, 2011 : 2)
3. Keadaan guru, siswa dan sarana prasarana Sekolah Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Kabupaten Kepulauan
Selayar

a. Keadaan guru

Keberhasilan proses belajar mengajar pada suatu sekolah

didukung oleh tiga hal yaitu siswa sebagai peserta didik, guru sebagai

pendidik serta bahan pelajaran. Proses belajar mengajar dapat

berlangsung dengan baik manakalah terjadi interaksi antara siswa dan

guru. Demikian pula seorang guru harus mampu menyusun bahan

pelajaran dan dapat mengelola kelas dengan baik.

Semua lembaga pendidikan tentu menginginkan agar

menghasilkan alumni yang bermutu, baik dari segi kualitas lebih-lebih dari

49
segi kuantitas, salah satu kunci untuk mencapai tujuan itu adalah harus

memiliki tenaga pengajar yang berkualitas, termasuk kepribadian guru.

Kemampuan guru dalam menguasai materi serta metode mengajar

sangatlah penting untuk mewujudkan tercapainya tujuan. Dan untuk

mengetahui keadaan guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 5
Keadaan Guru/Pegawai Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2012/2013
Bidang studi yang
No Nama Status / Jabatan
diajarkan
1. Mana, S.Pd Kepala Sekolah Matematika
2. Bahtiar, S.Ag Wakasek Pendais
3. Sainuddin Guru BK
4. Hasan Guru PKN/MAT
5. Saturia Guru Bahasa Indonesia
6. Muliati, S.Pd Guru Keterampilan
7. Husain Guru Seni Budaya
8. Bau Daeng, S.Pd Guru IPA Fisika
9. Dahlia, S.Pd Guru IPA Biologi
10. Nur Fatmawati, S.Pd Guru IPS Geografi
11 Ummiaty, S.Pd Guru IPS Sejarah
12 Drs. Sellek Guru PKN Penjas
13 Nur Mala, S.Pd Guru Bahasa Inggris
14 Andi Irmayani, S.Pd Guru Ekonimi IPS
15 Darman, S.Ag Guru TIK
16 Nur Fatmawati, S.Ag Guru Agama
17 Nur Faida, S.Pd GTT Kimia
18 Hasniati, S.Ag Guru Kontrak Pengajian Dasar
19 Nur Wahida, S.Pd GTT Bahasa Indonesia
20 Kasmawati, S.Ag GTT Seni Budaya
21 Anna Lousiana Ekonomi
Guru Kontrak
Purnawati Anhar, SE
22 Nur Fitra TU -
23 Mawarti PPT -
24 Muh. Arfa Satpam -
Sumber Data: Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai
Kabupaten Kepulauan Selayar

50
b. Keadaan Siswa.

Keadaan siswa yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah

mengenai banyaknya siswa sebagai informan. Untuk lebih jelasnya

keadaan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai

Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6
Keadaan Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai
Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2012/2013
Jenis Kelamin
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VII 11 9 20
2 VIII 13 11 24
Jumlah 24 20 44
Sumber data: Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai
Kabupaten Kepulauan Selayar

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar tahun

ajaran 2012-2013 sebanyak 44 orang.

3. Keadaan sarana dan fasilitas belajar.

Kelangsungan pendidikan formal tidak hanya didukung oleh tenaga

pengajar dan siswa, tetapi harus didukung pula oleh sarana dan

prasarana, misalnya fasilitas gedung sekolah dan alat-alat pengajaran

yang digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar serta lingkungan

yang dapat memberi suasana edukatif. Karena itu, masalah sarana dan

fasilitas ini, tetap menjadi bagian dari objek penelitian dalam setiap

kegiatan meneliti.

51
Keadaan sarana pendidikan dan fasilitas belajar Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar,

dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 7
Sarana Fasilitas Belajar Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2012/2013

o Sarana / Fasilitas Belajar Jumlah Keadaan Fisik


1. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
2. Ruang Guru 1 Baik
3. Ruang Kelas Belajar 6 Baik
4. Perpustakaan 1 Baik
5. Laboratorium IPA 1 Baik
6. Laboratorium Komputer - -
7. Lapangan Olah Raga 1 Baik
8. Kursi Guru 25 Rusak ringan
9. Meja Guru 14 Rusak ringan
10. Kursi Siswa 85 Baik
11. Meja Siswa 85 Baik
12. Mesin Ketik - -
13. Komputer 3 Baik
14. Filling Cabinet/Lemari 2 Baik
Sumber data : Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai
Kabupaten Kepulauan Selayar
Berdasarkan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan

sarana prasarana pendidikan yang ada di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 2 Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar sudah dapat

menunjang proses pembelajaran, namun masih dirasakan berbagai

kekurangan seperti alat dan media yang masih terbatas. Dengan

keterbatasan pembelajaran maka kepala sekolah harus menerapkan

manajemen berbasis sekolah yang baik sehingga guru dapat lebih kreatif

serta berusaha meningkatkan kualitas kinerjanya sehingga mutu

pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar tetap meningkat setiap tahunnya.

52
B. Pengelolaan pembelajaran dan pengembangan bahan ajar di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea
Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

Untuk mengetahui keterampilan pengelolaan kelas guru dalam

mengajar pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai

Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan

Selayar selalu menitikberatkan pada pencapaian target kurikulum yang

telah dirumuskan. Akan tetapi tidak dapat dihindari bahwa dalam

pelaksanaannya kadang-kadang mengalami kesulitan dan hambatan

sebagai akibat dari prasarana yang belum memadai, sementara dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar faktor terpenting yang harus

diperhatikan adalah bagaimana para Sekolah Menengah Pertama Negeri

2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar dapat menguasai materi pelajaran yang telah

disampaikan kepada mereka.

Tabel 8
Tanggapan Siswa tentang efektifitas pengelolaan kelas di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur
Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar
No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase
1. Sangat efektif 4 35%
2. Efektif 6 47%
3. Kurang efektif 2 18%
4. Tidak efektif 0 0%
Jumlah 12 100%
Sumber data : hasil angket siswa item no 1
Dari 17 siswa yang dijadikan sebagai responden, terdapat 4 atau

35% siswa yang menyatakan bahwa sangat efektif pengelolaan kelas

yang dilakukan oleh guru dalam mengajar, 6 atau 47 % yang menyatakan

53
efektif pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dalam mengajar, 2

atau 18 orang yang menyatakan kurang efektif pengelolaan kelas yang

dilakukan oleh guru dalam mengajar dan tidak ada siswa yang

menyatakan guru dalam mengajar tidak efektif dalam mengelola kelas

atau 0%.

Adapun pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru pada Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dalam proses

belajar mengajar, seperti apa yang dilakukan oleh Hasan, S. Pd sebagai

berikut :

“Strategi yang dilakukan guru dalam mengelola kelas yaitu guru


hendaknya membuat pelajaran yang diajarkan itu menantang,
merangsang dan menggugah daya cipta siswa untuk menemukan
sesuatu dan mengesankan, ada juga guru yang menggunakan
prinsip pengulangan, prinsip mengajar murid belajar dan ada pula
menggunakan prinsip sosialisasi dan pengelompokan siswa
berdasarkan hasil belajar”. (wawancara 26 Juni 2013)

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dipahami bahwa guru

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki prinsip

yang sangat mendukung proses belajar mengajar dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan yaitu mengelola kelas dengan baik yaitu

diawali dengan persiapan, pelaksanaan, dan pencapaian target kurikulum

sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

54
Tabel 9
Tanggapan Siswa tentang strategi pengelolaan kelas yang dilakukan oleh
guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea
Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase


1. Sangat baik 3 25,5%
2. baik 7 57,5%
3. Kurang baik 2 17%
4. Tidak baik 0 0%
Jumlah 12 100%
Sumber data : hasil angket siswa item no 2
Dari 12 siswa yang dijadikan sebagai responden, terdapat 3 atau

25.5% siswa yang menyatakan bahwa sangat baik strategi pengelolaan

kelas yang dilakukan oleh guru dalam mengajar, 7 atau 57.5% yang

menyatakan baik strategi pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru

dalam mengajar, 8 atau 17 orang yang menyatakan kurang baik strategi

pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dalam mengajar, dan tidak

ada siswa yang menyatakan tidak baik strategi guru dalam mengelola

kelas atau 0%.

Pencapaian tujuan dalam proses belajar mengajar yang efektif

dalam pengelolaan kelas, juga harus dipilih strategi yang memiliki ciri-ciri

yang baik, seperti memobilisasi tujuan, memberi bentuk dan keseragaman

pada belajar mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksplorasi

serta mengaktifkan siswa dalam setiap pembelajaran, mengembangkan

kreatifitas siswa.

Jadi untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengajaran

harus membangkitkan semangat dan minat siswa untuk belajar. Sebab,

55
belajar yang efektif mempunyai ciri yang penting dan perlu dipahami dan

digunakan.

Efektifitas pengelolaan kelas dan pembinaan disatu pihak dituntut

agar senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan

dan teknologi yang berkembang. Memberi kehangatan dan keantusiasan

guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan

yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar mengajar yang

optimal.

Dalam pengelolaan kelas guru selalu mengelompokkan siswa

dalam belajar agar siswa dapat berminat untuk belajar. Data tersebut

berasal dari 30 orang siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini

untuk lebih jelasnya, hasil angket tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 10
Tanggapan Siswa tentang pengelompokan siswa berdasarkan nilai
terhadap minat belajar siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten
Kepulauan Selayar

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase


1. Sangat senang 4 21%
2. Senang 7 54%
3. Kurang senang 2 17%
4. Tidak senang - 8
Jumlah 12 100%
Sumber data : hasil angket siswa item no 3
Dari 17 siswa yang dijadikan sebagai responden, terdapat 10 atau

21% siswa yang menyatakan bahwa mereka sangat senang

dikelompokkan berdasarkan nilai, sementara 25 atau 54% yang

menyatakan bahwa mereka senang dikelompokkan berdasarkan nilai,

56
kemudian 8 atau 17% menyatakan kurang senang dikelompokkan

berdasarkan nilai dan kategori jawaban tidak senang, dikelompokkan

berdasarkan nilai 4 orang atau 8% %.

Berdasarkan hal tersebut di atas menurut Zainuddin guru Bk

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar bahwa:

Pengelompokkan siswa berdasarkan nilai mereka terhadap minat


belajarnya adalah sebuah keputusan yang baik sebab siswa-siswi
akan merasa lebih termotivasi apabila mereka dikelompokkan dalam
satu kelompok dengan teman-temannya dalam belajar, akibatnya
mereka akan terpacu untuk terus belajar dan terus aktif dalam
proses pembelajaran dengan tujuan agar mereka berminat dan
prestasi belajarnya dapat meningkat. (Wawancara 26 Juni 2013)

Pelaksanaan pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar,

faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah bagaimana para siswa

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dapat mengetahui

dan memahami berbagai materi yang telah diajarkan oleh setiap guru.

Dalam melaksanakan suatu kegiatan, terutama untuk

meningkatkan prestasi guru harus mengambil suatu langkah yang baik

demi tercapainya tujuan tersebut. Agar pelaksanaannya dapat berjalan

dengan baik dan mantap, sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan

sebelumnya. Olehnya itu dalam upaya tersebut guru dituntut agar

kreatifitas dalam mengelola kelas. Pada saat proses belajar dan mengajar

terjadi pada saat berlangsung interaksi antara guru dan siswa untuk

mencapai tujuan pengajaran sebagai proses belajar mengajar

memerlukan perencanaan yang mantap, yakni mengkoordinasikan unsur-

57
unsur tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajar,

metode dan alat bantu mengajar serta penilaian atau evaluasi.

Tabel 11
Hubungan efektifitas mengelola kelas dengan prestasi belajar

No Jawaban Responden Frekuensi persentase


1 Sangat baik 3 orang 32 %
2 Baik 8 orang 60 %
3 Kurang baik 1 orang 8%
4 Tidak baik - 0%
Jumlah 12 orang 100%
Hasil angket nomor 4

Dari tabulasi angket di atas bahwa 12 siswa yang dijadikan

responden 3 orang atau 32% siswa yang menyatakan hubungan

efektifitas mengelola kelas dengan prestasi belajar sangat baik, 8 orang

atau 60% siswa yang menyatakan hubungan efektifitas mengelola kelas

dengan prestasi belajar baik, 1 orang atau 8% siswa yang menyatakan

hubungan efektifitas mengelola kelas dengan prestasi belajar kurang baik,

dan tidak ada siswa yang menyatakan hubungan efektifitas mengelola

kelas dengan prestasi belajar tidak baik.

Berdasarkan pernyataan siswa di atas sesuai dengan hasil

wawancara dengan Husain, S. Pd guru keterampilan Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar bahwa:

Efektifitas guru dalam mengajar yaitu guru membuat program


pengajaran, melakukan persiapan sebelum masuk dikelas,
meningkatkan efektifitas dalam mengelola kelas serta menggunakan
metode mengajar yang tepat sehingga siswa dapat memahami
materi yang telah diajarkan dan prestasi siswa dapat meningkat.
(Wawancara 26 Juni 2013)

58
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa dengan efektifitas

guru dalam mengajar siswa dapat memahami materi pelajaran sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Jadi untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengajaran

harus dapat membangkitkan semangat dan minat siswa untuk belajar.

Sebab, belajar yang efektif itu mempunyai ciri yang penting dan perlu

dipahami dan digunakan.

Tabel 12
Efektifitas pengelolaan pembelajaran dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar

No Jawaban Responden Frekuensi persentase


1 Sangat termotivasi 3 orang 32 %
2 Termotivasi 8 orang 60 %
3 Kurang termotivasi 1 orang 8%
4 Tidak termotivasi - 0%
Jumlah 12 orang 100%
Hasil angket nomor 5

Dari tabel di atas bahwa 12 siswa yang dijadikan responden 15

orang atau 30% siswa yang menyatakan sangat termotivasi belajar, 28

orang atau 60% siswa yang menyatakan termotivasi belajar, 4 orang atau

8% siswa yang menyatakan kurang termotivasi belajar dan tidak ada

siswa yang menyatakan tidak termotivasi dalam belajar 0%.

Jika berbicara tentang pengelolaan kelas terhadap proses belajar

mengajar, dapat dipastikan bahwa tingkat kemampuan mereka berbeda-

beda, ada yang tinggi, sedang dan ada pula yang rendah. Kondisi

demikian disebabkan karena setiap individu latar belakang sosial yang

59
berbeda memiliki intelegensi yang berbeda-beda pula. Dengan demikian,

dalam menerima pelajaran ada yang cepat dan ada yang lamban dan ada

pula yang tidak memahaminya.

Selain faktor yang dikemukakan di atas, faktor minat atau kemauan

dalam proses belajar mengajar dapat mempengaruhi tingkat penguasaan

materi pelajaran dalam setiap bidang studi yang dipelajarinya.

Adapun tingkat keterampilan pengelolaan kelas dalam proses

pembelajaran pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar, secara kolektif masih tergolong sedang seperti apa

yang dikemukakan oleh Bahtiar, S. Ag guru Pendidikan Agama Islam

sebagai berikut:

Tingkat keterampilan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran


sarana dalam setiap bidang studi pada siswa Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar masih tergolong sedang.
Hal tersebut disebabkan kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki
oleh siswa. Di samping itu pula kurangnya sarana penunjang seperti,
alat media buku-buku paket untuk siswa”. (wawancara 26 Juni 2013)

Untuk mencapai tujuan dalam proses belajar mengajar yang efektif

dan kreatif, juga harus dipilih prinsip yang memiliki ciri-ciri yang baik,

seperti memobilisasi tujuan, memberi bentuk keseragaman pada belajar

mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksplorasi.

Jadi untuk mendapatkan prestasi yang maksimal dalam

pelaksanaan pengajaran harus dapat membangkitkan semangat dan

60
kemauan siswa untuk belajar. Sebab, belajar yang kreatif itu mempunyai

ciri yang penting dan perlu dipahami dan digunakan.

Oleh karena itu, pelaksanaan pengelolaan kelas dalam proses

belajar mengajar, faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah

bagaimana para siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai

Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan

Selayar dapat mengetahui dan memahami berbagai materi yang telah

diajarkan oleh setiap guru.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas

pengelolaan kelas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu guru

membuat program pengajaran, melakukan persiapan sebelum masuk

kelas, meningkatkan keterampilan dalam mengelola kelas serta

menggunakan metode mengajar yang tepat sehingga siswa dapat

memahami materi yang telah diajarkan dan prestasi siswa dapat

meningkat.

C. Faktor-Faktor Yang Menghambat Pengelolaan Pembelajaran Dan


Pengembangan Bahan Ajar Di Sekolah Menengah Pertama Negeri
2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai
Kabupaten Kepulauan Selayar

Belajar adalah interaksi individu dengan lingkungannya yang

membawa perubahan sikap, perbuatan dan perilakunya, perubahan

sebagai hasil belajar yang dimaksud, adalah perubahan positif pada

aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

61
Dalam proses belajar, perubahan tingkah laku yang diinginkan,

sering tidak terjadi sepenuhnya. Hal tersebut disebabkan bahwa proses

belajar mengajar diperlukan beberapa perangkat pendukung, agar terjadi

perilaku pada diri siswa yang positif.

Atas dasar pemikiran tersebut, penulis berkeinginan menguraikan

faktor-faktor penghambat dalam pengelolaan kelas Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontomanai.

1. Faktor Guru

Dalam proses belajar mengajar siswa, guru mempunyai pengaruh

dominan, karena guru merupakan motivator, fasilitator, organisator,

informator, dan konselor bagi siswanya. Olehnya itu, tanggung jawab guru

juga harus bertindak sebagai leader dan manajer yang memungkinkan

tugas-tugasnya dapat terlaksana sebagaimana mestinya, sebab guru

sebagai salah seorang unsur tenaga kependidikan dan sumber daya

pendidikan serta salah satu sumber belajar yang utama, mempunyai

tugas, fungsi peranan dan tanggungjawab untuk membimbing, mengajar

dan melatih siswanya. Jadi, tanggung jawab guru tidak hanya terbatas

pada kegiatan di kelas, akan tetapi pada dirinya telah terpikul tugas suci

yang kompleks. Artinya kegiatan guru tidak hanya terbatas pada kegiatan

pembelajaran, akan tetapi ia juga selaku pendidik bagi siswanya.

Untuk mewujudkan perubahan intelektual pada diri peserta didik,

maka guru sangat diharapkan peranannya dalam merangsang dan

memotivasi siswanya terhadap setiap mata pelajaran yang telah di

ajarkannya.

62
Mengenai faktor guru sebagai satu faktor penghambat dalam

pengelolaan kelas yaitu berikut hasil wawancara penulis dengan bahtiar,

S. Pd wakil kepala sekolah bahwa:

Salah satu faktor yang menjadi penghambat dalam strategi


pengelolaan kelas dalam meningkatkan prestasi belas siswa adalah
pengalaman guru yang belum memadai, meskipun yang akan
disajikan telah dikuasai, namun hal itu tidak sepenuhnya menjamin
keberhasilan dalam pengajaran. Dalam mengajar dibutuhkan metode
yang cocok untuk mengajarkan suatu materi pelajaran. Untuk
menentukan metode tersebut, tentu tidak terlepas dari pertimbangan
yang lahir dari pengalaman guru. (wawancara tanggal 14 Mei 2012)

Dengan demikian di atas, menjadi pertimbangan bagi penulis,

bahwa pengelolaan kelas dalam meningkatkan prestasi belajar Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar masih

dikategorikan sedang, hal tersebut disebabkan oleh pengalaman guru

yang belum memadai.

2. Fasilitas Pengajaran

Fasilitas pengajaran adalah satu faktor yang menjadi penghambat

keberhasilan suatu pengajaran di kelas. Semakin banyak fasilitas dan

sumber pelajaran, maka semakin besar pula pengaruhnya bagi

keberhasilan pengajaran. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit fasilitas

belajar pada suatu sekolah, semakin kurang pula pengaruh belajar yang

ditimbulkan bagi siswa pada sekolah tersebut.

Sehubungan dengan peningkatan mutu dan prestasi belajar siswa

dalam setiap mata pelajaran, maka fasilitas dan sumber-sumber bacaan

63
yang berhubungan dengan materi pelajaran sangat dibutuhkan. Karena di

samping alat-alat tersebut dipergunakan secara langsung dalam proses

pembelajaran di kelas, juga membantu siswa mengembangkan dirinya

melalui membaca pada waktu luang mereka.

Untuk mengetahui secara jelas fasilitas dan sumber-sumber belajar

yang dihadapi dalam proses pembelajaran pada Sekolah Menengah

Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar, berikut ini penulis

mengemukakan hasil wawancara dengan Mana, S. Pd guru Matematika

bahwa :

Faktor yang menjadi kendala yang dihadapi guru dalam pengelolaan


di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea
Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ini
adalah kurangnya sarana penunjang, sarana tersebut seperti buku
khusus untuk siswa dan buku pelengkap bagi guru dan kedisiplinan
siswa dalam belajar serta kedisiplinan guru dalam mengajar.
(wawancara tanggal 11 Mei 2012 di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai
Kabupaten Kepulauan Selayar)

Bertitik tolak dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar, sumber dan

fasilitas belajarnya belum memadai, kadang ada sarana tetapi tidak

relevan dengan materi/bahan yang diajarkan sehingga sulit untuk

dipergunakan juga dari sisi kemampuan para guru siswa dalam kelas

tertentu.

3. Siswa

64
Sebagaimana telah penulis kemukakan pada uraian terdahulu

bahwa guru bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi siswa

terhadap setiap mata pelajaran, akan tetapi adalah faktor siswa juga.

Perlu diperhatikan faktor siswa tersebut adalah faktor minat,

intelegensi, bakat dan perhatian siswa terhadap suatu mata pelajaran.

Faktor di atas merupakan faktor yang mempengaruhi penguasaan siswa

terhadap setiap bidang studi.

Minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses

belajar mengajar, apabila siswa telah menaruh minat untuk mempelajari

setiap bidang studi yang telah diajarkan, maka siswa tersebut menjadi

termotivasi dari dalam diri siswa itu sendiri. Sebaliknya jika siswa kurang

berminat untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diajarkan, maka

dengan sendirinya materi pelajaran tersebut akan diabaikan. Oleh karena

itu minat sangat besar pengaruhnya dalam belajar, misalnya guru dalam

memberikan tugas kepada siswa, baik tugas yang diajarkan di sekolah

maupun tugas dikerjakan di rumah.

Mengacu pada apa yang telah diuraikan di atas, maka jelaslah

bahwa berbagai faktor yang dihadapi, baik oleh guru maupun siswa dalam

proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar di antaranya adalah kurangnya minat siswa dalam

belajar, kurangnya motivasi orang tua bagi anaknya, kurangnya fasilitas

berupa buku panduan yang tersedia, kurangnya penguasaan metodologi

65
pembelajaran bagi guru, serta kurangnya media pembelajaran sebagai

alat yang dapat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.

D. Pengembangan Bahan Ajar Dalam Pengelolaan Pembelajaran Di


Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea
Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk

menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan

mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar

mengajar. Jadi kegiatan pengelolaan kelas merupakan kegiatan-kegiatan

untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi

terjadinya proses belajar mengajar. Kondisi belajar yang optimal dapat

tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pengajaran serta

mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai

tujuan pengajaran juga hubungan interpersonal yang baik antara guru

dengan murid dan murid dengan murid yang merupakan syarat

keberhasilan pengelolaan kelas. Karena pengelolaan kelas yang efektif

merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang

efektif.

Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru adalah

kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan proses

belajar mengajar, karena itu kemampuan-kemampuan ini untuk

membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya

sebagai pendidik dan pengajar. Namun demikian, guru sebagai tenaga

pengajar atau pendidik tentu sangat berperan dalam melaksanakan tugas

serta mengelola terhadap program yang hendak diterapkan pada siswa,

66
maka dari itu sebagai guru sangat dibutuhkan dalam mendidik siswanya

dan dapat memberi suatu motivasi belajar yang baik demi tercapainya

tujuan pengajaran tersebut.

Usaha yang dilakukan guru dalam pengelolaan kelas yaitu

meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepada siswa dan menyiapkan

sarana, motivasi belajar, karena adanya hal tersebut tentu kemampuan

mereka akan semakin bertambah dan meningkatkan kreatifitasnya setiap

hari, untuk itu pada pendidik harus dapat membangkitkan minat dan

motivasi belajar siswa dengan sebaik-baiknya.

Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta

didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan

kemudahan belajar kepada seluruh siswa, agar mereka dapat belajar

dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak

cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Rasa

gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan

pendapat secara terbuka merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk

tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi,

menghadapi berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang

penuh berbagai tantangan.

Sebagai guru yang paling utama adalah memberi kemudahan

belajar, bukan hanya menceramahi, atau mengajar, apalagi menghajar

siswa, kita perlu guru yang demokratis, jujur dan terbuka, serta siap di

kritik oleh siswanya. Untuk itulah pentingnya pembelajaran terpadu,

digunakan sebagai model pembelajaran yang dapat membangkitkan

67
motivasi siswa. Untuk kepentingan tersebut, guru merupakan faktor

penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pembelajaran,

bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik belajar.

Belajar dari pengalaman tersebut, dalam pembelajaran pun

kondisinya tidak jauh berbeda, siswa memiliki rasa ingin tahu, dan

memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu,

tugas guru yang paling utama adalah bagaimana membangkitkan rasa

ingin tahu siswa agar tumbuh minat dan motivasinya untuk belajar.

Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Nur Fatmawati, S.

Pd guru Geografi Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa

Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

bahwa:

Usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala pengelolaan


kelas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu guru
merancang kegiatan instruksional dengan memperhatikan dan
kesanggupan dan minat siswa mencegah masalah-masalah jika
diperlukan. Untuk kepentingan tersebut perlu dikondisikan
lingkungan yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga proses pembelajaran akan berlangsung secara
efektif. (wawancara 26 Juni 2013)

Guru harus berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang

kondusif, serta dapat membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik. Dan

menyampaikan bahan sesuai dengan urutan-urutan dan ruang lingkup

yang ada dalam buku teks. Mengajar bukan semata-mata menyampaikan

bahan sesuai dengan urutan buku teks, tetapi yang paling penting

bagaimana memberikan kemudahan belajar kepada siswa sehingga

68
bangkit rasa ingin tahunya dan terjadilah proses belajar yang tenang dan

menyenangkan sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

Kebanyakan peserta didik kurang bernafsu untuk belajar, terutama

pada mata pelajaran matematika dan bahasa Inggris padahal itu yang

diujikan dalam ujian nasional. Oleh karena itu, guru dituntut untuk

membangkitkan nafsu belajar siswa. Pembangkitan nafsu atau selera

belajar ini sering juga disebut motivasi belajar. Dalam membangkitkan

nafsu belajar siswa, bagaimana mengatur menu belajar, bagaimana

mengatur lingkungan. Ini penting dipikirkan oleh guru dan ahli pendidikan,

karena sebagian besar siswa kurang bernafsu untuk belajar. Motivasi

adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya

tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Dengan motivasi akan tumbuh

dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kaitannya dengan pencapaian

tujuan.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-

sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan

motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran. sehingga, setiap guru memiliki rasa ingin tahu, mengapa

dan bagaimana peserta didik belajar serta menyesuaikan diri dengan

kondisi-kondisi belajar dan lingkungannya. Hal tersebut akan menambah

pemahaman dan wawasan guru sehingga memungkinkan proses

pembelajaran berlangsung lebih efektif dan optimal, karena

69
pengetahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah

pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi

kepada peserta didik sehingga mau dan mampu belajar dengan sebaik-

baiknya.

Sebagai pemacu belajar, guru harus mampu melipatgandakan

potensi belajar siswa, dan mengembangkannya sesuai dengan aspirasi

dan cita-cita mereka di masa yang akan datang. Hal ini penting, karena

guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pembelajaran di sekolah, guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh

siswa tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam

kaitan ini guru perlu memperhatikan siswa secara individual, karena

antara satu siswa dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat

mendasar.

Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan

memberikan kemudahan belajar bagi seluruh siswa, agar dapat

mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus

kreatif, profesional, dan menyenangkan.

Sebagai pemberi inspirasi belajar, Iklim belajar yang kondusif

merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat

memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya iklim

belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan

rasa bosan.

70
Iklim belajar yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas

belajar yang menyenangkan; seperti sarana, laboratorium, pengaturan

lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara

peserta didik dengan guru dan di antara para peserta didik itu sendiri,

serta penataan organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat, sesuai

dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Iklim belajar yang

menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan

aktifitas serta kreatifitas peserta didik.

Uraian di atas, menunjukkan betapa pentingnya menciptakan

suasana serta iklim belajar dan pembelajaran yang kondusif. Dalam

kaitan ini, sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan, yaitu

ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk,

penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk materi yang akan

dipelajari (pembentukan dan pengembangan kompetensi) dan bina

suasana dalam pembelajaran.

Dengan pelayanan yang demikian, diharapkan akan tercipta iklim

belajar dan pembelajaran yang nyaman, aman, tenang dan

menyenangkan yang mampu menumbuhkan semangat, gairah, dan nafsu

belajar peserta didik, sehingga dapat mengembangkan dirinya secara

optimal. Semua itu merupakan kompetensi guru sebagai agen

pembelajaran, yang harus mewarnai keterampilan berpikir dan

keterampilan mengajar guru.

Dari pembahasan di atas dapat simpulkan bahwa guru harus

mampu memerankan diri dan memberikan inspirasi bagi siswa dalam

71
mengelola kelas, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat

membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru. Untuk

kepentingan tersebut, guru harus mampu menciptakan lingkungan

sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang

tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-

kegiatan yang terpusat pada peserta didik, agar dapat memberikan

inspirasi, membangkitkan nafsu, gairah dan semangat belajar.

72
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dikemukakan keseluruhan pembahasan dari bab ke bab

sebelumnya maka penulis akan menarik kesimpulan :

1. Pengelolaan pembelajaran dalam mengajar seorang guru hendaknya

membuat pelajaran yang diajarkan itu menantang, merangsang dan

menggugah daya cipta siswa untuk menemukan sesuatu dan

mengesankan, ada juga guru yang menggunakan prinsip

pengulangan, prinsip mengajar siswa belajar dan ada pula

menggunakan prinsip sosialisasi dan pengelompokan siswa

berdasarkan hasil belajar.

2. Faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan bahan ajar

yaitu kurangnya buku pendukung, kurang minat siswa dalam belajar

serta kurangnya perhatian orang tua sehingga siswa kurang

memperhatikan pelajaran, serta masih ada beberapa siswa tidak

belajar di rumah.

3. Usaha yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pengelolaan kelas

yaitu guru selalu berusaha memberikan variasi dalam mengajar agar

siswa dapat meningkatkan minatnya dalam belajar dan memberi

motivasi serta guru harus mampu menciptakan lingkungan sekolah

yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi

dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-

kegiatan yang terpusat pada siswa, agar dapat memberikan inspirasi,

73
membangkitkan nafsu, gairah dan semangat belajar sehingga prestasi

belajar dapat meningkat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian dan penulisan skripsi ini, maka

berikut ini penulis ajukan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna

dan masukan-masukan sebagai berikut:

1. Dalam pengelolaan pembelajaran guru dituntut untuk

meningkatkan kualitas pendidikan seperti peningkatan kualitas

dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang

disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang

memadai, iklim pembelajaran yang kondusif, serta didukung

oleh kebijakan pemerintah, baik di pusat maupun di daerah.

2. Kepada pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar agar menyediakan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan siswa dalam rangka

terlaksananya kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut agar

menghasilkan lulusan yang bermutu atau berkualitas.

74
DAFTAR PUSTAKA

Al quran

Agung, Wahyu. 2010. Panduan SPSS 17.0 Untuk Mengolah Penelitian


Kuantitatif. Cet. I. Yogakarta; Gara Ilmu,

Ahmad. A. Kadir. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi I. Makassar;


CV. INDOBIS Media Centre

Ahmadi, Khoiru, Lif. Dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP.


Cet 1. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anwar, Kasful dan Hendra Harni. 2011. Perencanaan Sistem


Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Bandung; Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktis.


Cet.XI. Jakarta; PT. Rineka Cipta

Dani. K. Tt. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Putra Harsa.

Fathurrahman, Pupuh dan Sobary M. Sutikno. 2010. Strategi Belajar


Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam.
Cet. IV. Bandung; PT. Refika Aditama.

Gintings, Abdorrakhman. 2010. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran.


Cet. IV. Bandung: Humaniora.

Hadi, Sutrisno. 2003. Metodologi Research. jilid I. Yogyakarta; Semarang,


CV Toha Putra.

Kountur, Ronny. 2004. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan


Tesis. Cet. II. Jakarta: PPM.

Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian. Cet. I. Jakarta: PT Bineka Cipta.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. XXVIII.


Bandung; PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, 2007, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran


Kreatif dan Menyenangkan, PT. Remaja Rosdakarya Ofset,
Bandung.

75
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru. Cet IV. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2004. Metodologi Penelitian. Cet. VI


Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Natsir Mohammad, 2006. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi.


Bandung: Angkasa.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Cet.VIII.


Bandung; Alfabeta.

Setyosari Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan


Pengembangan. Cet. I. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syah, Darwin. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama


Islam. Cet. II. Jakarta: Gaung Persada Press,.

Tohirim, 2005, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Ed. I,


PT. Raya Grafindo, jakarta

Yamin, Martinis. 2011. Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP.


Cet. V. Jakarta: Gaung Persada Press.

76
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN
AJAR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 BONTOMANAI
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

AWALUDDIN (NIM: 28 19 2199)

I. Petunjuk Wawancara
1. Sebelum anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan,
terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah tersedia.
2. Jawablah tes wawancara ini dengan jujur dan penuh ketelitian
karena jawaban Bapak/Ibu akan sangat membantu kelengkapan
data yang penulis butuhkan. Dan sebelumnya tak lupa kami
ucapkan banyak terima kasih atas segala bantuannya.
Jazakumullah Khairan Katsiran

II. Identitas Guru


Nama :
Jenis Kelamin :
Jabatan :
Bid. Studi yang diajarkan :
Hari / Tanggal wawancara :

III. Daftar pertanyaan


1. Bagaimana pengelolaan pembelajaran dan pengembangan bahan
ajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa
Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan
Selayar ? Jelaskan !
2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pengelolaan
pembelajaran dan pengembangan bahan ajar di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur
Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ? Sebutkan
minimal 10 faktor !

77
3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengembangkan
bahan ajar dalam pengelolaan pembelajaran di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan
Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ? Sebutkan minimal 10
upaya !
4. Bahan ajar apa saja yang dikembangkan dengan baik di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur
Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ! Sebutkan
minimal 5 bahan ajar !
5. Sebutkan indikator-indikatornya bahwa perkembangan bahan ajar
yang baik meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea Makmur
Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar !

78
PEDOMAN ANGKET UNTUK GURU DAN SISWA
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN
AJAR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 BONTOMANAI
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

AWALUDDIN (NIM: 28 19 2199)

I. Keterangan Angket
1. Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data obyektif dari guru
dan siswa dalam rangka penyusunan skripsi.
2. Dengan mengisi angket ini, berarti telah ikut serta membantu kami
dalam penyelesaian studi.

II. Petunjuk Pengisiaan Angket


1. Sebelum anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan,
terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah tersedia.
2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda silang
(x) pada jawaban yang dianggap paling tepat.
3. Isilah angket ini dengan jujur serta penuh ketelitian sehingga semua
soal dapat dijawab. Dan sebelumnya tak lupa kami ucapkan banyak
terima kasih atas segala bantuannya.

Jazakumullah Khairan Katsiran.

III. Identitas Siswa


1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Hari/Tgl wawanara :

79
IV. Daftar Pertanyaan
1. Menurut Anda bagaimana efektifitas pengelolaan pembelajaran di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bontomanai Desa Bonea
Makmur Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar?
a. Sangat efektif c. Kurang efektif
b. efektif d. Tidak efektif

2. Menurut Anda bagaimana strategi pengelolaan pembelajaran yang


dilakukan oleh guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2
Bontomanai Desa Bonea Makmur Kecamatan Bontomanai
Kabupaten Kepulauan Selayar?
a. Sangat baik c. Kurang baik
b. baik d. Tidak baik

3. Apakah senang apabila guru anda mengelompokkan dalam belajar


di sekolah?
a. Sangat senang c. kurang senang
b Senang d. tidak senang

4. Menurut anda bagaimana hubungan efektifitas mengelola kelas


dengan pengembangan bahan ajar yang dilakukan guru
a. sangat baik c. Kurang bak
b. baik d. tidak baik

5. Efektifitas pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh


guru dapat meningkatkan motivasi Anda dalam belajar?
a. sangat memotivasi c. Kurang memotivasi
b. memotivasi d. Tidak memotivasi

80

Anda mungkin juga menyukai